Anda di halaman 1dari 17

FISIOLOGI PENDENGARAN

Getaran suara ditangkap oleh daun telinga yang diteruskan ke liang telinga
dan mengenai membran timpani sehingga membran timpani bergetar. Getaran ini
diteruskan ke tulang-tulang pendengaran yang berhubungan satu sama lain.
Selanjutnya stapes menggerakkan foramen ovale yang juga menggerakkan perilimfe
dalam skala vestibuli. Getaran diteruskan melalui membran Reissner yang
mendorong endolimfe dan membran basalis ke arah bawah dan perilimfe dalam
skala timpani akan bergerak sehingga foramen rotundum terdorong ke arah luar.
Pada waktu istirahat, ujung sel rambut Corti berkelok, dan dengan terdorongnya
membran basal, ujung sel rambut itu menjadi lurus. Rangsangan fisik ini berubah
menjadi rangsangan listrik akibat adanya perbedaan ion Natrium dan Kalium yang
diteruskan ke cabang-cabang N. VIII, kemudian meneruskan rangsangan itu ke
pusat sensorik pendengaran di otak melalui saraf pusat yang ada di lobus
temporalis.1
FISIOLOGI VESTIBULER
Kanalis semisirkularis merupakan alat keseimbangan dinamik dan terangsang
oleh gerakan yang melingkar, sehingga kemana saja arah kepala, asal gerakan itu
membentuk putaran, maka gerakan itu akan tertangkap oleh salah satu, dua atau
ketiga kanalis semisirkularis bersama-sama. Pada manusia, kanalis semisirkularis
horizontal yang mempunyai peran dominan oleh karena manusia banyak bergerak
secara horizontal.12
Utrikulus dan sakulus merupakan alat keseimbangan statik, yang terangsang
oleh gerak percepatan atau perlambatan yang lurus arahnya, dan juga oleh gravitasi.
Utrikulus terangsang oleh gerakan percepatan lurus dalam bidang mendatar,
sedangkan sakulus terangsang oleh gerakan percepatan lurus dalam bidang
vertikal.12
©2003 Digital by USU digital library 4
Dalam keadaan diam, gravitasi berpengaruh terhadap utrikulus maupun
sakulus. Hubungan sistem vestibuler dengan otot-otot mata erat sekali, sehingga
semua gerakan endolimfe selalu diikuti oleh gerakan bola mata. Sistem vestibuler
berhubungan dengan sistem tubuh yang lain, sehingga kelainan sistem vestibuler
bisa menimbulkan gejala pada sistem tubuh yang bersangkutan. 12
DEFINISI
Bising adalah suara atau bunyi yang mengganggu atau tidak dikehendaki.1,6
Dari definisi ini menunjukkan bahwa sebenarnya bising itu sangat subyektif,
tergantung dari masing-masing individu, waktu dan tempat terjadinya bising.6
Sedangkan secara audiologi, bising adalah campuran bunyi nada murni dengan
berbagai frekwensi.1
Cacat pendengaran akibat kerja ( occupational deafness / noise induced
hearing loss ) adalah hilangnya sebahagian atau seluruh pendengaran seseorang
yang bersifat permanen, mengenai satu atau kedua telinga yang disebabkan oleh
bising terus menerus dilingkungan tempat kerja. Dalam lingkungan industri, semakin
tinggi intensitas kebisingan dan semakin lama waktu pemaparan kebisingan yang
dialami oleh para pekerja, semakin berat gangguan pendengaran yang ditimbulkan
pada para pekerja tersebut.6,13
KEKERAPAN
Tuli akibat bising merupakan tuli sensorineural yang paling sering dijumpai
setelah presbikusis. Lebih dari 28 juta orang Amerika mengalami ketulian dengan
berbagai macam derajat, dimana 10 juta orang diantaranya mengalami ketulian
akibat terpapar bunyi yang keras pada tempat kerjanya.4 Sedangkan Sataloff dan
Sataloff ( 1987 ) mendapati sebanyak 35 juta orang Amerika menderita ketulian dan
8 juta orang diantaranya merupakan tuli akibat kerja.5
Oetomo, A dkk ( Semarang, 1993 ) dalam penelitiannya terhadap 105
karyawan pabrik dengan intensitas bising antara 79 s/d 100 dB didapati bahwa
sebanyak 74 telinga belum terjadi pergeseran nilai ambang, sedangkan sebanyak
136 telinga telah mengalami pergeseran nilai ambang dengar, derajat ringan
sebanyak 116 telinga ( 55,3% ), derajat sedang 17 ( 8% ) dan derajat berat 3 (
1,4% ). 7
Kamal, A ( 1991 ) melakukan penelitian terhadap pandai besi yang berada di
sekitar kota Medan. Ia mendapatkan sebanyak 92,30 % dari pandai besi tersebut
menderita sangkaan NIHL.16
Sedangkan Harnita, N ( 1995 ) dalam suatu penelitian terhadap karyawan
pabrik gula mendapati sebanyak 32,2% menderita sangkaan NIHL.17
ETIOLOGI
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemaparan kebisingan :1,3,6,13
1. Intensitas kebisingan
2. Frekwensi kebisingan
3. Lamanya waktu pemaparan bising
4. Kerentanan individu
5. Jenis kelamin
6. Usia
7. Kelainan di telinga tengah
©2003 Digital by USU digital library 5
Intensitas dan waktu paparan bising yang diperkenankan
Tabel 1. Intensitas bunyi dan waktu paparan yang diperkenankan sesuai dengan
Departemen
Tenaga Kerja 1994 – 1995 ( dikutip dari kepustakaan 2 )
PENGARUH KEBISINGAN PADA PENDENGARAN
Perubahan ambang dengar akibat paparan bising tergantung pada frekwensi
bunyi, intensitas dan lama waktu paparan, dapat berupa :2,13
1. Adaptasi
Bila telinga terpapar oleh kebisingan mula-mula telinga akan merasa
terganggu oleh kebisingan tersebut, tetapi lama-kelamaan telinga tidak merasa
terganggu lagi karena suara terasa tidak begitu keras seperti pada awal pemaparan.
2. Peningkatan ambang dengar sementara
Terjadi kenaikan ambang pendengaran sementara yang secara perlahanlahan
akan kembali seperti semula. Keadaan ini berlangsung beberapa menit sampai
beberapa jam bahkan sampai beberapa minggu setelah pemaparan. Kenaikan
ambang pendengaran sementara ini mula-mula terjadi pada frekwensi 4000 Hz,
tetapi bila pemeparan berlangsung lama maka kenaikan nilai ambang pendengaran
sementara akan menyebar pada frekwensi sekitarnya. Makin tinggi intensitas dan
lama waktu pemaparan makin besar perubahan nilai ambang pendengarannya.
Respon tiap individu terhadap kebisingan tidak sama tergantung dari sensitivitas
masing-masing individu.
3. Peningkatan ambang dengar menetap
Kenaikan terjadi setelah seseorang cukup lama terpapar kebisingan, terutama
terjadi pada frekwensi 4000 Hz. Gangguan ini paling banyak ditemukan dan bersifat
permanen, tidak dapat disembuhkan . Kenaikan ambang pendengaran yang menetap
dapat terjadi setelah 3,5 sampai 20 tahun terjadi pemaparan, ada yang mengatakan
baru setelah 10-15 tahun setelah terjadi pemaparan. Penderita mungkin tidak
menyadari bahwa pendengarannya telah berkurang dan baru diketahui setelah
dilakukan pemeriksaan audiogram.
Hilangnya pendengaran sementara akibat pemaparan bising biasanya sembuh
setelah istirahat beberapa jam ( 1 – 2 jam ). Bising dengan intensitas tinggi dalam
waktu yang cukup lama ( 10 – 15 tahun ) akan menyebabkan robeknya sel-sel
rambut organ Corti sampai terjadi destruksi total organ Corti. Proses ini belum jelas
terjadinya, tetapi mungkin karena rangsangan bunyi yang berlebihan dalam waktu
lama dapat mengakibatkan perubahan metabolisme dan vaskuler sehingga terjadi
kerusakan degeneratif pada struktur sel-sel rambut organ Corti. Akibatnya terjadi
kehilangan pendengaran yang permanen. Umumnya frekwensi pendengaran yang
mengalami penurunan intensitas adalah antara 3000 – 6000 Hz dan kerusakan alat
Intensitas bising
( dB )
Waktu paparan
Per hari dalam jam
85
87,5
90
92,5
95
100
105
110
8
6
4
3
2
1

½
¼
©2003 Digital by USU digital library 6
Corti untuk reseptor bunyi yang terberat terjadi pada frekwensi 4000 Hz (4 K
notch).1,3,4,6 Ini merupakan proses yang lambat dan tersembunyi, sehingga pada
tahap awal tidak disadari oleh para pekerja. Hal ini hanya dapat dibuktikan dengan
pemeriksaan audiometri. Apabila bising dengan intensitas tinggi tersebut terus
berlangsung dalam waktu yang cukup lama, akhirnya pengaruh penurunan
pendengaran akan menyebar ke frekwensi percakapan ( 500 – 2000 Hz ). Pada
saat itu pekerja mulai merasakan ketulian karena tidak dapat mendengar
pembicaraan sekitarnya.6
Mimisan (Epistaksis)
6/29/2007

Epidemiologi
Epistaksis atau perdarahan hidung dilaporkan timbul pada 60% populasi umum. Puncak kejadian dari
epistaksis didapatkan berupa dua puncak (bimodal) yaitu pada usia <10 tahun dan >50 tahun.

Anatomi hidung
Hidung terdiri dari hidung bagian luar atau piramid hidung dan rongga hidung. Piramid hidung terdiri
dari :

• pangkal hidung (bridge)


• dorsum nasi (dorsum=punggung)
• puncak hidung
• ala nasi (alae=sayap)
• kolumela
• lubang hidung (nares anterior)

Gambar 1. bagian luar hidung terdiri dari tulang (bone), Gambar 2. bagian
tulang rawan (kartilago) dalam hidung

Perdarahan hidung
Rongga hidung mendapat aliran darah dari cabang arteri maksilaris (maksila=rahang atas) interna
yaitu arteri palatina (palatina=langit-langit) mayor dan arteri sfenopalatina. Bagian depan hidung
mendapat perdarahan dari arteri fasialis (fasial=muka). Bagian depan septum terdapat anastomosis
(gabungan) dari cabang-cabang arteri sfenopalatina, arteri etmoid anterior, arteri labialis superior
dan arteri palatina mayor yang disebut sebagai pleksus kiesselbach (little’s area)

Gambar 3. pleksus kiesselbach/litte’s area


Fisiologi hidung
Fungsi hidung adalah untuk :

1. jalan napas
2. alat pengatur kondisi udara (mengatur suhu dan kelembaban udara)
3. penyaring udara
4. sebagai indra penghidu (penciuman)
5. untuk resonansi udara
6. membantu proses bicara
7. refleks nasal
Epistaksis dibagi menjadi 2 yaitu anterior (depan) dan posterior (belakang). Kasus epistaksis anterior
terutama berasal dari bagian depan hidung dengan asal perdarahan berasal dari pleksus
kiesselbach. Epistaksis posterior umumnya berasal dari rongga hidung posterior melalui cabang
a.sfenopalatina.

Epistaksis anterior menunjukkan gejala klinik yang jelas berupa perdarahan dari lubang hidung.
Epistaksis posterior seringkali menunjukkan gejala yang tidak terlalu jelas seperti mual, muntah
darah, batuk darah, anemia dan biasanya epistaksis posterior melibatkan pembuluh darah besar
sehingga perdarahan lebih hebat.

Epistaksis (mimisan) pada anak-anak umumnya berasal dari little’s area/pleksus kiesselbach (gambar
3) yang berada pada dinding depan dari septum hidung.
Dua faktor yang paling penting dari epistaksis pada anak-anak adalah :

• Trauma minor : mengorek hidung, menggaruk, bersin, batuk atau mengedan


• Mukosa hidung yang rapuh : terdapat infeksi saluran napas atas, pengeringan mukosa,
penggunaan steroid inhalasi melalui hidung
Penyebab epistaksis lainnya adalah adanya benda asing di dalam rongga hidung, polip hidung,
kelainan darah, kelainan pembuluh darah dan tumor pada daerah nasofaring.

Riwayat yang perlu diperhatikan


Epistaksis berulang atau seringkali terjadi epistaksis

• Riwayat sebelumnya dimana seringkali berdarah setelah tindakan bedah (cabut gigi,
sirkumsisi-sunat)
• Riwayat keluarga dengan perdarahan, epistaksis berulang, menstruasi berlebihan
• Penggunaan obat-obatan, contoh obat semprot hidung, obat-obatan hidung, NSAIDS (non
steroidal anti inflammatory drugs)
Pada anak-anak umumnya terjadi epistaksis anterior karena itu dibahas tatalaksana mengenai
epistaksis anterior.
Tatalaksana Epistaksis anterior
Prinsip dari penatalaksanaan epistaksis yang pertama adalah menjaga ABC
A : airway : pastikan jalan napas tidak tersumbat/bebas, posisikan duduk menunduk
B : breathing: pastikan proses bernapas dapat berlangsung, batukkan atau keluarkan darah yang
mengalir ke belakang tenggorokan
C : circulation : pastikan proses perdarahan tidak mengganggu sirkulasi darah tubuh, pastikan
pasang jalur infus intravena (infus) apabila terdapat gangguan sirkulasi

1. posisikan pasien dengan duduk menunduk untuk mencegah darah menumpuk di daerah
faring posterior sehingga mencegah penyumbatan jalan napas
2. hentikan perdarahan
• tekan pada bagian depan hidung selama 10 menit
• tekan hidung antara ibu jari dan jari telunjuk
• jika perdarahan berhenti tetap tenang dan coba cari tahu apa faktor pencetus
epistaksis dan hindari
3. jika perdarahan berlanjut :
• dapat akibat penekanan yang kurang kuat
• bawa ke fasilitas yang lengkap dimana dapat diidentifikasi lokasi perdarahan
• dapat diberikan vasokonstriktor (adrenalin 1:10.000, oxymetazolin-semprot hidung)
ke daerah perdarahan
• apabila masih belum teratasi dapat dilakukan kauterisasi elektrik/kimia (perak nitrat)
atau pemasangan tampon hidung

Pemasangan tampon hidung anterior dilakukan dapat menggunakan kapas yang ditetesi oleh obat-
obatan vasokonstriktor (adrenalin), anastesia (lidocain atau pantocain 2%) dan salap
antibiotik/vaselin atau menggunakan kassa yang ditetesi dengan obat vasokonstriktor dan anastesia
dan salap antibiotik/vaselin.

Gambar 4. tampon anterior hidung dengan kassa


Apabila terdapat keadaan dimana terjadi tampat perdarahan yang multipel, perembesan darah yang
luas/difus maka diperlukan pemeriksaan profil darah tepi lengkap, protrombin time (PT), activated
partial thromboplastin time (aPTT), golongan darah dan crossmatching.

Pencegahan selanjutnya
Tidak melakukan nose blowing dan nose picking selama satu minggu
1. apabila terpasang tampon hidung jangan lupa untuk kontrol dalam waktu 48 jam berikutnya
untuk pelepasan tampon hidung dan tatalaksana selanjutnya.

Keluaran
Epistaksis merupakan suatu gejala dan bukan suatu penyakit. Sembilan puluh persen dari epistaksis
dapat berhenti sendiri dan juga dapat diatasi di gawat darurat. Dengan tatalkasana yang aoptimal
keluaran/outcome dari epistaksis umumnya baik.

Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul :

• sinusitis
• septal hematom (bekuan darah pada sekat hidung)
• deformitas (kelainan bentuk) hidung
• aspirasi (masuknya cairan ke saluran napas bawah)
• kerusakan jaringan hidung
• infeksi

Daftar istilah
Dari kamus kedokteran Dorland ed.26 :

1. arteri : pembuluh darah yang menjauhi jantung


2. dorsal : menyatakan posisi lebih ke permukaan belakang
3. vasokontriktor : pengecilan kaliber pembuluh darah; khususnya arteriol (arteri kecil) yang
menyebabkan berkurangnya aliran darah ke suatu bagian tubuh

Sumber

1. Epistaxis.RCH CPG. Diakses tanggal 17 juni 2007. Diunduh dari


http://www.rch.org.au/clinicalguide/cpg.cfm?doc_id=9749
2. Kucik CJ, Clenney T. Management of epistaxis. Diakses tanggal 25 juni 2007. Diunduh dari
http://www.aafp.org/afp/20050115/305.html
3. Evans J. Epistaxis. Diakses tanggal 24 juni 2007. Diunduh dari
http://www.emedicine.com/emerg/topic806.htm
Anto (FKUI)

Ke Atas Ke halaman sebelumnya

Top of Form
Send New Private Message
Top of Form
Recipients
Title

Text
Bottom of Form
SendCancel
Sponsored
Links I-COMERS
Internation
al
Communit Top of Form
y Forum > Us e r Na m e
User Name
I-COMers
Remember Me?
Articles >
Log in
Health, Password
Fitness &
Medicine login
Articles No Dj
[Article - OnAir
Mata]
Anatomi
Bottom of Form
dan
Fisiologi
Mata

VB Image Host
Regist FA Forum i- Members Calend
er Q Rules Chat List ar

Health, Fitness & Medicine Articles All articles about Health, Fitness &
Medicine

VB Image Host
My images
Upload an image
View all users images

Go to Page...
Your Ad Here
Top of Form

Bottom of Form

LinkBack Thread Tools Rate Thread Display Modes


#1 (permalink)
07-03-2008, 12:56 AM

User ID#: 624


Join Date: Oct 2007
Location: «« Morinesse »»
fritz Posts: 1,125
My Photos: (0)
Credits: 5,331
Thanks: 86
Moderator Thanked 40 Times in 33 Posts
Groans: 0
Groaned at 0 Times in 0 Posts
Rep Power: 1

[Article - Mata] Anatomi dan Fisiologi Mata

Anatomi dan Fisiologi Mata

DEFINISI
Struktur dan fungsi mata sangat rumit dan mengagumkan.
Secara konstan mata menyesuaikan jumlah cahaya yang masuk,
memusatkan perhatian pada objek yang dekat dan jauh serta
menghasilkan gambaran yang kontinu yang dengan segera dihantarkan
ke otak.

STRUKTUR & FUNGSI


Mata memiliki struktur sebagai berikut:
# Sklera (bagian putih mata) : merupakan lapisan luar mata yang
berwarna putih dan relatif kuat.
# Konjungtiva : selaput tipis yang melapisi bagian dalam kelopak mata
dan bagian luar sklera.
# Kornea : struktur transparan yang menyerupai kubah, merupakan
pembungkus dari iris, pupil dan bilik anterior serta membantu
memfokuskan cahaya.
# Pupil : daerah hitam di tengah-tengah iris.
# Iris : jaringan berwarna yang berbentuk cincin, menggantung di
belakang kornea dan di depan lensa; berfungsi mengatur jumlah cahaya
yang masuk ke mata dengan cara merubah ukuran pupil.
# Lensa : struktur cembung ganda yang tergantung diantara humor
aqueus dan vitreus; berfungsi membantu memfokuskan cahaya ke
retina.
# Retina : lapisan jaringan peka cahaya yang terletak di bagian belakang
bola mata; berfungsi mengirimkan pesan visuil melalui saraf optikus ke
otak.
# Saraf optikus : kumpulan jutaan serat saraf yang membawa pesan
visuil dari retina ke otak.
# Humor aqueus : cairan jernih dan encer yang mengalir diantara lensa
dan kornea (mengisi segmen anterior mata), serta merupakan sumber
makanan bagi lensa dan kornea; dihasilkan oleh prosesus siliaris.
# Humor vitreus : gel transparan yang terdapat di belakang lensa dan di
depan retina (mengisi segmen posterior mata).

Cahaya yang masuk melalui kornea diteruskan ke pupil.


Iris mengatur jumlah cahaya yang masuk dengan cara membuka dan
menutup, seperti halnya celah pada lensa kamera. Jika lingkungan di
sekitar gelap, maka cahaya yang masuk akan lebih banyak; jika
lingkungan di sekitar terang, maka cahaya yang masuk menjadi lebih
sedikit.
Ukuran pupil dikontrol oleh otot sfingter pupil, yang membuka dan
menutup iris.

Lensa terdapat di belakang iris.


Dengan merubah bentuknya, lensa memfokuskan cahaya ke retina. Jika
mata memfokuskan pada objek yang dekat, maka otot silier akan
berkontraksi, sehingga lensa menjadi lebih tebal dan lebih kuat. Jika
mata memfokuskan pada objek yang jauh, maka otot silier akan
mengendur dan lensa menjadi lebih tipis dan lebih lemah.
Sejalan dengan pertambahan usia, lensa menjadi kurang lentur,
kemampuannya untuk menebal menjadi berkurang sehingga
kemampuannya untuk memfokuskan objek yang dekat juga berkurang.
Keadaan ini disebut presbiopia.

Retina mengandung saraf-saraf cahaya dan pembuluh darah.


Bagian retina yang paling sensitif adalah makula, yang memiliki ratusan
ujung saraf. Banyaknya ujung saraf ini menyebabkan gambaran visuil
yang tajam. Retina mengubah gambaran tersebut menjadi gelombang
listrik yang oleh saraf optikus dibawa ke otak.

Saraf optikus menghubungkan retina dengan cara membelah jalurnya.


Sebagian serat saraf menyilang ke sisi yang berlawanan pada kiasma
optikus (suatu daerah yang berada tepat di bawah otak bagian depan).
Kemudian sebelum sampai ke otak bagian belakang, berkas saraf
tersebut akan bergabung kembali.

Bola mata terbagi menjadi 2 bagian, masing-masing terisi oleh cairan:


# Segmen anterior : mulai dari kornea sampai lensa.
# Segmen posterior : mulai dari tepi lensa bagian belakang sampai ke
retina.
Segmen anterior berisi humor aqueus yang merupakan sumber energi
bagi struktur mata di dalamnya. Segmen posterior berisi humor vitreus.
Cairan tersebut membantu menjaga bentuk bola mata.

Segmen anterior sendiri terbagi menjadi 2 bagian:


# Bilik anterior : mulai dari kornea sampai iris
# Bilik posterior : mulai dari iris sampai lensa.
Dalam keadaan normal, humor aqueus dihasilkan di bilik posterior, lalu
melewati pupil masuk ke bilik anterior kemudian keluar dari bola mata
melalui saluran yang terletak ujung iris.

OTOT, SARAF & PEMBULUH DARAH


Beberapa otot bekerja sama menggerakkan mata. Setiap otot dirangsang
oleh saraf kranial tertentu.
Tulang orbita yang melindungi mata juga mengandung berbagai saraf
lainnya.
# Saraf optikus membawa gelombang saraf yang dihasilkan di dalam
retina ke otak
# Saraf lakrimalis merangsang pembentukan air mata oleh kelenjar air
mata
# Saraf lainnya menghantarkan sensasi ke bagian mata yang lain dan
merangsang otot pada tulang orbita.

Arteri oftalmika dan arteri retinalis menyalurkan darah ke mata kiri dan
mata kanan, sedangkan darah dari mata dibawa oleh vena oftalmika dan
vena retinalis.
Pembuluh darah ini masuk dan keluar melalui mata bagian belakang.

STRUKTUR PELINDUNG

Struktur di sekitar mata melindungi dan memungkinkan mata bergerak


secara bebas ke segala arah.
Struktur tersebut melindungi mata terhadap debu, angin, bakteri, virus,
jamur dan bahan-bahan berbahaya lainnya, tetapi juga memungkinkan
mata tetap terbuka sehingga cahaya masih bisa masuk.

# Orbita adalah rongga bertulang yang mengandung bola mata, otot-


otot, saraf, pembuluh darah, lemak dan struktur yang menghasilkan dan
mengalirkan air mata.

# Kelopak mata merupakan lipatan kulit tipis yang melindungi mata.


Kelopak mata secara refleks segera menutup untuk melindungi mata dari
benda asing, angin, debu dan cahaya yang sangat terang.
Ketika berkedip, kelopak mata membantu menyebarkan cairan ke
seluruh permukaan mata dan ketika tertutup, kelopak mata
mempertahankan kelembaban permukaan mata. Tanpa kelembaban
tersebut, kornea bisa menjadi kering, terluka dan tidak tembus cahaya.
Bagian dalam kelopak mata adalah selaput tipis (konjungtiva) yang juga
membungkus permukaan mata.

# Bulu mata merupakan rambut pendek yang tumbuh di ujung kelopak


mata dan berfungsi membantu melindungi mata dengan bertindak
sebagai barrier (penghalang).
Kelenjar kecil di ujung kelopak mata menghasilkan bahan berminyak
yang mencegah penguapan air mata.

# Kelenjar lakrimalis terletak di puncak tepi luar dari mata kiri dan kanan
dan menghasilkan air mata yang encer.
Air mata mengalir dari mata ke dalam hidung melalui 2 duktus lakrimalis;
setiap duktus memiliki lubang di ujung kelopak mata atas dan bawah, di
dekat hidung.
Air mata berfungsi menjaga kelembaban dan kesehatan mata, juga
menjerat dan membuang partikel-partikel kecil yang masuk ke mata.
Selain itu, air mata kaya akan antibodi yang membantu mencegah
terjadinya infeksi.

KEBUTAAN
Cedera dan penyakit pada mata bisa mempengaruhi penglihatan.
Kejernihan penglihatan disebut ketajaman visuil, yang berkisar dari
penglihatan penuh sampai ke tanpa penglihatan.
Jika ketajaman menurun, maka penglihatan menjadi kabur.

Ketajaman penglihatan biasanya diukur dengan skala yang


membandingkan penglihatan seseorang pada jarak 20 kaki dengan
seseorang yang memiliki ketajaman penuh.
Visuil 20/20 artinya seseorang melihat benda pada jarak 20 kaki dengan
ketajaman penuh; sedangkan visuil 20/200 artinya seseorang melihat
benda pada jarak 20 kaki, yang oleh orang dengan ketajaman penuh
benda tersebut terlihat pada jarak 200 kaki.

Secara teoritis, kebutaan terjadi jika ketajaman penglihatan lebih buruk


dari 20/200 meskipun telah dibantu dengan kaca mata maupun lensa
kontak.

Penyebab kebutaan

Kebutaan bisa terjadi karena berbagai alasan:


- cahaya tidak dapat mencapai retina
- cahaya tidak terfokus sebagaimana mestinya pada retina
- retina tidak dapat merasakan cahaya secara normal
- kelainan penghantaran gelombang saraf dari retina ke otak
- otak tidak dapat menterjemahkan informasi yang dikirim oleh mata.

Beberapa penyakit yang bisa menyebabkan kebutaan:


# Katarak
# Kelainan refraksi
# Ablasio retina
# Retinitis pigmentosa
# Diabetes
# Degenerasi makuler
# Sklerosis multipel
# Tumor kelenjar hipofisa
# Glaukoma
# Kelainan pada daerah otak yang mengolah gelombang visuil akibat
stroke, tumor atau penyakit lainnya.

Sponsored Links

Sponsored Links

I-COMERS International Community Forum


Advertisement

« Previous Thread | Next Thread »

Top of Form
Thread Tools
Show Printable Version

Email this Page

Bottom of Form
Display Modes
Linear Mode

Switch to Hybrid Mode

Switch to Threaded Mode

Top of Form
Rate This Thread

Excellent

Good

Average

Bad

Terrible

2c20b737789bf1 6926 20 1

Bottom of Form
Posting Rules
You may not post new
threads
You may not post replies
You may not post
attachments
You may not edit your posts
Posting Rules
vB code is On
Smilies are On
[IMG] code is On
HTML code is Off
Trackbacks are On
Pingbacks are On
Refbacks are On

All times are GMT +7. The time now is 09:27 PM.
Top of Form
Send New Message
Bottom of Form
Contact Us - I-COMERS International Community Forum - Archive - Top

DISCLAIMER: I-COMers Provides The Basic Human Rights to all its members.
By Becoming a Member of This Forum, You Have Automatically Agreed To Abide The Terms and
Conditions Applied by I-COMers.
The Use of This Forum will be at Your Own Risk and I-COMers Owner nor its Web Host Will be
Accounted Responsible for anything.
Should You Disagree with Any of the Terms and Conditions, You Should Immediately Stop and
Leave This Forum in Peace.

POWER by ICOMServ.Net
GPLOAD.COM | WWW.I-COMers.COM | WWW.I-COMers.US | ICOMBid.COM
WWW.I-COMers.NET | WWW.I-COMers.ORG | WWW.I-COMers.BIZ

vBCredits v1.4 Copyright ©2007, PixelFX Studios

Ad Management by RedTyger
Bottom of Form
LinkBack
LinkBack URL

About LinkBacks

Anda mungkin juga menyukai