Anda di halaman 1dari 2

KETUA YANG TIDAK BERTANGGUNG JAWAB

Di sebuah sekolah yang bernama SMP Pancasila terdapat sebuah organisasi yang
dibentuk oleh guru seni pada tahun 2011 yaitu ekskul tari atau sanggar tari. Aku
tentunya sangat tertarik dan akhirnya memutuskan untuk begabung pada ekskul tari
tersebut walaupun kondisi tidak memungkinkan karena adanya pandemik COVID-
19. Tapi hal itu tidak menjadi batasan untukku mengembangkan bakat dalam
bidang seni tari. Seiring berjalannya waktu banyak siswi yang bergabung di ekskul
tari ini untuk mengasah kemampuannya dalam menari maupun menambah teman.
Hingga tibalah hari dimana kami semua mendapat informasi bahwa akan dilakukan
latihan perdana, latihan perdana dilaksanakan dengan lancar dan tidak ada kendala.
Selepas latihan, ketua ekskul kami memberi instruksi untuk segera berkumpul
dalam satu tempat karna ada suatu hal yang ingin disampaikan, yaitu kami
berencana untuk mengadakan bazar.
Dalam rapat singkat itu ketua ekskul kami mengatakan bahwa ada pengumpulan
dana agar bazar yang kami lakukan memiliki modal awal sebesar Rp 70.000,00
per-orang yang mewajibkan semua anak sanggar untuk berpartisipasi dalam acara
ini, hal itu disetujui dan disepakati seluruh anggota, kemudian kami disuruh
mengumpulkan uang itu kepada satu orang yang bernama kak Ara yang tidak lain
adalah ketua sanggar dan bertanggung jawab atas uang itu. Beberapa hari
kemudian sebagian dari kami sudah mengumpulkan uang tersebut termasuk aku
dan teman-teman ku.
Pada suatu ketika kak Ara mempunyai kesibukan lain yang sangat penting
sehingga aku, dan tujuh orang lainnya diberi kepercayaan untuk mengumpulkan
sisa uang teman kami yang belum mengumpulkan. Sejak itu kak Ara susah untuk
dihubungi membuat persiapan bazar sedikit kacau dan amburadul, tetapi persiapan
bazar sudah matang dan akan diadakan dalam waktu dekat membuat kami sulit
untuk membatalkannya.
Hingga tibalah saatnya tepat pada hari Sabtu, acara kami berhasil jalan dengan
lancar. kami juga mendapatkan hasil yang terbilang banyak bahkan bisa untuk
membayar sewa cafe yang seharusnya dibiayai menggunakan uang modal yang
telah dikumpulkan anggota sanggar. Tapi tidak sedikit kendala yang terjadi karena
kak Ara tidak kunjung datang membuatku berfirasat buruk bahkan saat acara
sedang berlangsung. Dan benar saja, keesokan harinya kami semua diberi tahu
bahwa bazar yang telah kami lakukan tidak disetujui oleh pihak sekolah, lalu kami
semua pun dipanggil oleh pihak sekolah untuk menjelaskan semua hal yang terjadi.
Dengan perasaan gugup kami hanya berharap kak Ara untuk datang memberikan
penjelasan yang jelas, tetapi kak Ara tidak kunjung datang walaupun sudah
beberapa kali di telepon hasilnya nihil, dia tidak mengangkat satu pun telepon dari
kami. Akhirnya kami semua tertunduk malu dan hanya bisa meminta permohonan
maaf kepada pihak sekolah.
Hari-hari berlalu tapi kami tak kunjung mendapatkan kabar dari kak Ara, dan
sampai sekarang ia tidak mengembalikan uang modal bazar kami saat itu. Semua
orang kecewa atas insiden yang telah terjadi, pihak sekolah membekukan ekskul
tari, membuat para anggota sanggar merasa terpukul dan sadar bahwa perasaan
tamak akan membutakan seseorang sebesar apapun tanggung jawab yang dia
pegang.

Anda mungkin juga menyukai