Anda di halaman 1dari 10

1

A. INDIA

Tidak ada sedikitpun catatan yang otentik yang diketahui dengan pasti tentang perkembangan
matematika Hindu kuno. Namun menurut data sejarah, pada zaman 5000 tahun yang lampau
di India telah berdiri suatu kota yang bernama Mahenjodaro. Peninggalan kota ini hingga
sekarang masih dapat kita lihat dengan jelas. Namun disayangkan tidak ada kejelasan
penerangan yang dapat diperoleh dari peradaban Mahenjodaro ini, kecuali bekas- bekas jalan
yang teratur, bangunan-bangunan batu sebagai tempat tinggal yang memenuhi persyaratan
sehingga merupakan suatu perkampungan yang sudah ditata dengan baik dan teratur. Melihat
kenyataan demikian, dapatlah dipastikan bahwa orang-orang india pada zaman itu sudah
dapat menulis, menghitung, mengukur, menimbang dan membuat saluran- saluran untuk
irigasi
2

1. Perhitungan Angka-angka
Disini akan ditunjukkan beberapa cara orang Hindu menghitung. Menurut ahli sejarah Jerman
H. Hankel, mereka biasa menulis pada sebuah papan tulis kecil dengan pena yang dicelupkan
kedalam cat putih tipis yang mudah dihapus atau pada suatu papan yang luasnya kurang dari
satu kaki persegi yang diatasnya ditaburi serbuk merah. Terlihat pada alat tersebut di atas
bahwa tempat menulis adalah sempit sedangkan untuk dibaca dengan jelas dibutuhkan
gambar-gambar yang besar.
Akan tetapi penghapusan dan pembetulan sangat mudah dilakukan, oleh karena itu proses
perhitungan direncanakan sesuai dengan penghematan tempat menulis dengan cara
menghapus suatu angka segera setelah tidak dipergunakan lagi. Penjumlahan Hindu kuno
mungkin dilakukan dari kiri kekanan tidak seperti yang kita lakukan dari kanan ke kiri.
Sebagai contoh perhatikan penjumlahan dari 345 dan 488, mungkin ini disusun ke bawah
seperti yang ditunjukkan pada gambar:
8 3 Penghitungan menyatakan 3 + 4 = 7
7 2 3 dan ditulis diatas kolom kiri. Selanjutnya 4 + 8 = 12
3 4 5 yang merubah 7 menjadi 8 dan diikuti oleh 2. Angka 7 dihapus dan
ditulis 82. Terlihat bahwa angka 7 dicoret dang angka 8 ditulis di atasnya. Kemudian 5 + 8 =
13 yang merubah 2 menjadi 3 diikuti oleh tiga lainnya. Dan hasil terakhir dari perhitungan
3

itu adalah 833 tertera di atas papan tulis selanjutnya 345 dan 488 dapat dihapus dan sisa
papan tulis itu sudah bersih, untuk pekerjaan atau perhitungan lainnya.
Dalam keterangan-keterangan yang tak tertanggal pada buku Lilavati Bhaskara didapat cara
lain, dimana penjumlahan 345 dan 488 dikerjakan sebagai berikut:
Jumlah satuan 5+8= 1 3
Jumlah puluhan 4+8= 1 2 •

Jumlah Ratusan 3+4= 7 • •

Jumlah total = 8 3 3
Untuk perkalian dipergunakan beberapa metode, yang sederhana misalnya 569 x 5 akan
dikerjakan sebagai berikut (juga dari kiri ke kanan). Papan tulis sedikit di bawah tepi atas
ditulis 569 diikuti oleh pengalinya 5, seperti terlihat pada gambar di bawah ini:
Karena 5 x 5 = 25, angka 25 di 8 4
Tulis di atasnya 569 seperti ter 2 5 0 5
Lihat pada gambar, kemudian 5 x 5 6 9 5
6 = 30 yang berubah angka 5 dari 25 menjadi 0 8 disusul dengan angka 0. Suatu penghapusan
yang cepat, cocok dalam menyelesaikan perhitungan ini. Sekali lagi pada perhitungan disini
bahwa angka yang seharusnya diganti/dicoret angka 5 dicoret dan angka 8 ditulis di atasnya.
Kemudian 5 x 9 = 45 yang merubah angka 0 menjadi 4 diikuti oleh 5. Angka terakhir 2.845,
sekarang tertera ditepi atas dari papan perhitungan. Suatu perhitungan yang lebih sulit seperti
135 x 12 mungkin di selesaikan seperti cara pertama 135 x 4 = 540 kemudian 540 x 3
= 1.620 atau dengan menjumlahkan 135 x 10 = 1.350 dan 135 x 2 = 270. Diperoleh 1.620.
atau mungkin juga menurut Hankel, soal itu diselesaikan debagai berikut:
Sedikit di bawah atas papan penulisan ditulis 135 dan pengalinya 12 sedemikian sehingga
angka satuan dari 135 terletak di bawah angka terkiri dari angka pengali. Sekarang 135 x 1
= 135 yang ditulis dibagian atas papan.

6 2
5 1
1 3 5 0
1 2
1 3 5
1 3 5
Kemudian dengan cara menghapus, 135 dipindah kekanan dan dikalikan dengan angka 2 dari
4
12. Dalam menyelesaikan ini kita peroleh 2 x 1 = 2 yang merubah angka 3 dari perkalian
sebagian menjadi 5. Kemudian 2 x 3 = 6 yang merubah angka 5 dari perkalian yang terakhir
ini menjadi 61. Akhirnya 2 x 5 = 10 yang merubah angka 1 yang terakhir menjadi 2 diikuti
oleh angka 0. Hasil perkalian yang terakhir 1.520 yang tertera di atas papan perhitungan.
Cara lain untuk perkalian yang dikenal orang Arab yang mungkin didapat dari orang
Hindu, sangat mirip dengan cara kita sekarang dapat dijelaskan seperti pada uraian ini.
Sebagai contoh diambil perkalian 135 x 12.
Gambar seperti di bawah ini
1 3 5

1 5 1
3
1 2 6 1 0 2

6 2 0

Orang-orang Arab yang kemudian mengutip beberapa proses dari orang Hindu yang ternyata
tidak dapat memperbaiki cara tersebut dan mencontoh pada kertas pekerjaan dimana cara
penghapusan tidak dapat dilakukan dengan mudah. Sehingga cara penghapusan diganti
dengan cara mencoret angka yang sudah tidak diperlukan dan menulis angka yang baru di
atas atau di bawah angka yang lama seperti yang kita lihat di atas.

2. Aritmetika
Orang Hindu adalah ahli matematika yang pandai dan memberikan sumbangan yang cukup
berarti pada aljabar. Soal-soal matematika banyak yang diselesaikan dengan kedudukan
palsu. Metode lain yang mereka senangi untuk menyelesaikan soal-soal adalah dengan inversi
(pembalikan) dimana pekerjaan diselesaikan secara terbalik dari uraian yang diberikan.
Perhatikan contoh yang diberikan oleh Aryabhata pada abad ke 6 sebagai berikut:
“Wanita cantik tentu memiliki mata yang berseri-seri, katakanlah kepadaku, karena engkau
memiliki cara yang benar tentang inversi, bilangan berapakah yang setelah dikalikan 3,
kemudian ditambah dengan ¾ dari hasil kalinya lalu dibagi 7, dikurangi 1/3 dari hasil
baginya, dikalikan dengan hasil bilangan itu sendiri, dikurang 52, diakar pangkat dua,
ditambah 8 dan dibagi 10 menghasilkan angka 2 “?
Dengan cara inversi dimulai dengan angka 2 dan diselesaikan dinari belakang.

[ (2) (10) – 8 ]2 + 52 =196, V 196 = 14


5
(14) (3/2) (7) (4/7)/3 = 28, inilah jawabannya.
Perhatikan jika dalam soal itu disuruh membagi dengan 10, maka kita mengalikan dengan
10, jika kita harus menambah 8, maka kita kurangi 8, bilamana kita harus mancari akar,
maka kita mempangkatkan dengan dua dan seterusnya. Karena penggantian dari setiap
operasi dengan operasi inversinya maka cara ini disebut: inversi, tentu saja ini dengan cara
yang kita lakukan jika kita harus menyelesaikan dengan cara modern.

3. Geometri

Hindu tidak begitu pandai dalam geometri, mereka sangat tergantung pada pengalaman dan
sering dihubungkan dalam perhitungan luas dan isi.
Sulvasutras kuno menunjukkan bahwa orang hindu kuno mempergunakan geometri (ilmu
ukur
segi tiga) untuk kontruksi dari tempat pemujaan dan dalam mengerjakan itu digunakan dalil
Pythagoras. Juga terdapat tentang penyelesaian tentang bujur sangkar dimana mengambil d
= (2 + V2) s/3 dan s = 13 d/15, dengan d adalah garis tengah lingkaran sedangkan s adalah
sisi dari bujur sangkar.
Untuk luas segi empat tali busur yang sisinya: a, b, c dan d serta setengah kelilingnya s.
Sedangkan untuk rumus yang umum adalah :

K2 = (s-a) (s-b) (s-c) (s-d) – abcd Cos2 [ (A+C) / 2 ]

Dimana sudut A dan C adalah sudut yang berhadapan dari segi empat tersebut.
Dalam Geomatri Hindu, hasil paling berharga dan mungkin merupakan satu-satinya
yang terbaik adalah teori Brahmagupta yang menyatakan diagonal m dan n dari suatu segi
empat talibusur yang mempunyai sisi a, b,c dan d dinyatakan dengan:

m2 = (ab + cd) (ac + bd) / (ad + bc)

n2 = (ac + bd) (ad + bc) / (ab + cd)

dan bahwa jika a, b, c, A, B, C adalah bilangan bulat positif sedemikian sehingga a 2 + b2 = c2

dan A2 + B2 = C2, maka segi empat tali busur itu mempunyai sisi berturut-turut aC, cB, bC

dan cA (disebut trapesium Bramagupta) mempunyai luas dan diagonal yang rasional dan
diagonal yang saling tegak lurus.
6
B. ARAB

Kebangkitan dan keruntuhan bangsa Arab merupakan salah satu dari masa yang paling
menarik dalam sejarah. Dalam masa 10 tahun sesudah Nabi Muhammad SAW hijrah dari
Makkah ke Madinah pada tahun 622 SM, bangsa yang terpencar-pencar dan tidak bersatu dari
Jazirah Arab itu oleh semangat yang menyala-nyala dari keyakinan Agamanya bergabung
menjadi Negara yang kuat. Dalam waktu satu abad dengan memulai peperangan demi
peperangan.
1. Perkembangan Perbedaan Kaum Muslim

Maju dan mundurnya kekuasaan raja-raja di Jazirah Arab termasuk pada bagian yang penting
yang patut di catat dalam perkembangan sejarah, termasuk sejarah matematika. Pada awal abad
ke-5, di Jazirah Arab telah berkembang salah satu suku bangsa Arab yang disebut suku
Quraish. Pada waktu di tanah kering yang gersang yang terkenal dengan padang pasirnya,
telah terjadi suatu masa yang penuh dengan kekacauan, kedoliman dan kebiadaban yang tiada
taranya. Pada saat-saat seperti itu ulah di tengah-tengah suku bangsa tersebut telah lahir
seorang Nabi besar pembawa tuntunan hidup sepanjang masa yang bernama Muhammad
(571 M 623 M).
Dalam jangka satu abad, kekuatan kaum Muslimin telah mampu mempersatukan dan
menanamkan pengaruhnya sampai kedaratan India, Persia, Mesopotamia, Afrika Utara dan
sampai kedaratan Eropa di Spanyol. Padahal dalam tubuh kaum Muslimin sudah mulai
dengan tanda-tanda perpecahan. Perselisihan dan perebutan kekuasaan untuk menduduki
jabatan Khalifah semakin meruncing, sehingga pada tahun 775 kekhalifahan bangsa Arab
telah pecah menjadi dua bagian besar. Khalifah Barat memerintah di Cordoba.
7
2. Aritmetika Dan
Aljabar

Pada abad ke-10 dan ke-11, Abu’l-Wafa dan Al-kharkhhi telah mulai menulis buku-buku
aritmatika. Sejak saat itulah orang-orang arab mulai belajar dari karya-karya Hindu yang
dipengaruhi oleh metode-metode Yunani. Buku Aritmetika yang pertama yang ditulis dalam
bahasa Arab diberikan oleh Al-Khowarizmi. Menurut Brahmagupta, yang dimaksud dengan
“hukum tiga” dalam sistim berhitung hindu adalah “Alasan”(Argument). “Hasil”(Fruit), dan
“Tuntutan”(Requistion). Ketiga-tiganya hanyalah sekedar nama-nama atau istilah-istilah.
Istilah yang pertama dan yang terakhir haruslah sejenis. Requisition dikalikan oleh Fruit
dibagi oleh Argument akan menghasilkan jawaban (Produce). Suatu contoh pemakaian
“Hukum tiga” yang dikemukakan oleh Bhaskara:

“ jika 2 batang kunyit dibeli dengan harga niska, maka berapa batang kunyitkah yang

diperoleh untuk membayar 9 niska ? “.

Disini, adalah Argument, 9 adalah requisition, dan 2 adalah Fruit. Producenya atau
hasilnya adalah:

Sekarang persoalan seperti itu di selesaikan dalam bentuk perbandingan seperti berikut: X

;9=2 : .
Banyak para penulis aritmatika berikutnya, khususnya orang-orang Eropa yang telah
memakai dan mengembangkan “aturan tiga” ini. Astronomi dari bahasa Yunani ke dalam
bahasa Arab.
8
3. Geometri dan
Trigonometri

Bangsa Arab telah pula mempunyai seorang akhli geometri s yaitu Omar Khayyam. la
telah dapat menyelesaikan persamaan pangkat tiga dan karyanya tentang postulat
sejajar telah dipengaruhi oleh Nasir Ed-din. Sarjana yang terakhir inipun telah
mempercayai pula terhadap kebenaran dalil Pythagoras. Seseorang yang bernama Al-
Haitam, tercatat sebagai orang yang telah memberikan masalah yang disebut Problem-
Al-Hazen, yaitu :
"Melukis dua garis melingkar dari dua buah titik yang terletak pada sebuah bidang yang
berpotongan dengan suatu lingkaran dan membentuk sudut yang sama dengan sudut pusat
lingkaran di titik tersebut".
Rumus Cosinus di dalam segitiga bola yang miring (oblique sherical triangle) diberikan
dalam bentuk ;
Cos a - Cos b Cos c + Sin b Sin c Cos
A,
Oleh Al-Battani (bahasa Latin Albagtegnius kira-kira tahun 920 M). la telah pula
memberikan rumus:
Cos B = Cos b Sin A,
Untuk segitiga ABC dengan salah satu sudutnya di titik C. Teorema ini kadang-kadang
disebut pula sebagai Teorema Geber's, setelah dikembangkan lebih lanjut oleh Geber di
Seville kira- kira tahun 1130 M. Geber adalah nama lain dari orang astronom Muslim Jabir
Ibnu Aflah.
9
4. Eti
mo
logi

Banyak sekali nama-nama dan istilah-istilah yang kita pakai sampai hari ini yang berasal dari
bahasa Arab kuno. Jika kita perhatikan, sebagian besar dari istilah-istilah yang dipakai dalam
astronomi berasal dari bahasa Arab, terutama nama-nama bintang dan tatasurya yang
termuat dalam buku Almagest yang ditulis dalam bahasa Arab oleh Ptolemy. Karya ini
merupakan salah satu pekerjaan besar dalam dunia ilmu pengetahuan.
Kata "aljabar" (Algebra). istilah Aljabar berasal dari kata '"Hisab Al-jabr w'al-muqabalah,
sebagai warisan dari AlKhowarizmi. Istilah ini secara tata bahasa berarti "perpaduan ilmu-
ilmu yang bertentangan (science of reduction and cancellation and the oppot ion) atau
terjemahan bebasnya berarti "Ilmu pengurangan dan pembatalan" (Soince of reduction and
cancellation).
Dikarenakan banyak buku dari bahasa Arab yang diterjemahkan ke dalam bahasa Latin di
Eropar maka kata "al-jabar" dijadikan "algebra" yang berarti "ilmu tentang persamaan"
(Science of eqution). Sejak pertengahan abad ke-19 kata aljabar sudah dianggap milik sendiri
dan dipakai di setiap tempat yang berhubungan dari pelajaran matematika.
10

Anda mungkin juga menyukai