Anda di halaman 1dari 33

MATERI MATEMATIKA SD KELAS 1

Materi Matematika Semester 1

 Bab 1 : Bilangan cacah

 Bab 2 : Penjumlahan serta pengurangan bilangan cacah

 Bab 3 : Pengukuran satuan waktu & panjang

 Bab 4 : Bangun datar

Materi Matematika Semester 2

 Bab 5 : Bilangan cacah

 Bab 6 : Penjumlahan serta pengurangan bilangan cacah

 Bab 7 : Pengukuran satuan berat

 Bab 8 : Bangun ruang

Bilangan Cacah

 membilang serta menyebut jumlah barang

 membaca serta menulis lambang bilangan dengan baik

 menyimpulkan perbandingan antara beberapa kumpulan benda

 menentukan urutan banyak benda

 menyusun bilangan dari nilai terkecil hingga terbesar serta sebaliknya

Operasi Penjumlahan & Pengurangan Bilangan Cacah

 membaca serta menggunakan simbol operasi penjumlahan (+), pengurangan (-) & sama dengan
(=)

 melakukan operasi hitung penjumlahan dua bilangan (tanpa teknik menyimpan)

 melakukan operasi pengurangan dua bilangan (tanpa teknik meminjam)

 melakukan operasi penjumlahan & pengurangan tiga bilangan berurutan

 mengenal bilangan 0 (nol) melalui proses hitung pengurangan

 mengenali soal cerita penjumlahan & pengurangan

Pengukuran Satuan Waktu & Panjang

 mengetahui perbedaan waktu pagi, siang & malam

 mengetahui satuan waktu jam, hari, bulan & tahun

 memahami urutan hari dalam seminggu


 mengenali alat ukur waktu seperti jam & kalender

 menuliskan kegiatan sesuai jam dalam satu hari

 mengetahui alat ukur panjang

 memahami satuan dasar panjang

 mampu membandingkan benda yang lebih panjang ataupun pendek

Bangun Datar

 mengenali berbagai macam bangun datar sederhana

 mampu mengelompokkan bangun datar menurut bentuknya

Pengukuran Satuan Berat

 mengenali alat ukur berat

 mengetahui satuan berat dasar

 membandingkan berat benda

Bangun Ruang

 mengenali bentuk bangun ruang

 mampu mengelompokkan sekumpulan benda berdasar bentuk bangun ruangnya

 menentukan urutan bangun ruang sejenis berdasarkan besarnya


MATERI MATEMATIKA SD KELAS 2
Bab I Bilangan

1. Lambang 75 dibaca tujuh puluh lima. Lambang 62 dibaca enam puluh dua. Lambang 103 dibaca
seratus tiga.

2. Banyaknya buah apel ada 85 buah. Banyaknya buah lemon ada 95 buah. Buah lemon lebih
banyak daripada buah apel. Buah apel lebih sedikit daripada buah lemon.

3. Bilangan yang terdiri dari tiga angka berturut-turut dari kiri mempunyai nilai tempat ratusan,
puluhan, dan satuan.

4. Untuk membandingkan dua bilangan digunakan tanda lebih besar (>), lebih kecil (<), atau sama
dengan (=).

Contoh:
Bandingkan bilangan 411 dan 328.
Angka ratusan 4 dan 3 (4 > 3).
Jadi, 411 > 328.

5. Penjumlahan dua bilangan dibagi menjadi dua bagian.

a. Penjumlahan bilangan tanpa menyimpan.

Contoh:
105 + 130 = 235.

b. Penjumlahan bilangan dengan menyimpan.

Contoh:

6. Pengurangan dua bilangan dibagi menjadi dua bagian.

a. Pengurangan bilangan tanpa menyimpan.

Contoh:
Jadi, 245 – 115 = 130.
b. Pengurangan bilangan dengan menyimpan.

Contoh:

7. Penjumlahan dan pengurangan mempunyai hubungan berikut ini.


Jika a + b = c, maka c – a = b atau c – b = a
Jika a – b = c, maka a – c = b atau b + c = a

8. Urutan pengerjaan operasi hitung campuran yang mempunyai tingkatan sama dimulai dari
operasi hitung yang pertama (dari kiri).

Bab 2 Pengukuran Waktu

1. Pukul tiga ditulis 03.00.


Jam yang menggunakan angka untuk menunjukkan waktu disebut jam digital.

2. Tanda waktu tersebut dibaca pukul setengah tiga atau pukul dua lebih tiga puluh.

Ditulis 02.30.

3. Dari pukul 02.00 hingga pukul 04.00, waktu telah berlalu selama 2 jam.

4. Jam sebagai alat pengukur waktu dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang
berkaitan dengan waktu.

Bab 3 Pengukuran Panjang

1. Satuan panjang tidak baku meliputi berikut ini.

a. Satu jengkal adalah ukuran panjang telapak tangan yang direntangkan dari ujung ibu jari
sampai ujung jari kelingking.

b. Satu hasta adalah ukuran panjang tangan dari siku sampai ujung jari.
c. Satu depa adalah ukuran panjang dari ujung jari tangan kanan ke ujung jari tangan kiri
yang direntangkan.

d. Satu langkah adalah panjang langkah ketika sedang berjalan biasa.

e. Satu kaki adalah panjang telapak kaki dari pangkal tumit sampai ujung jari.

2. Dalam satuan panjang baku, alat yang digunakan biasanya mistar atau penggaris.
Panjang pengukuran 100 sentimeter disebut 1 meter. 100 cm = 1 m atau 1 m = 100 cm.Satuan
baku berlaku sama di semua tempat, wilayah, bahkan di semua negara.

Bab 4 Pengukuran Berat

Alat untuk mengukur berat benda dinamakan timbangan. Kegiatan mengukur berat benda disebut
menimbang.

Bab 5 Perkalian Bilangan

1. Perkalian adalah penjumlahan berulang dengan suku yang sama.


Contoh:

a. 2 × 6 = 6 + 6 = 12

b. 3 × 4 = 4 + 4 + 4 = 12

2. Semua bilangan dikalikan dengan 0 (nol) hasilnya sama dengan 0 (nol).

3. Semua bilangan dikalikan dengan 1 (satu) hasilnya sama dengan bilangan itu.

4. Fakta perkalian merupakan perkalian dasar bilangan 1 sampai 100.


Dalam perkalian bilangan berlaku sifat pertukaran.
a×b=b×a

5. Perkalian dengan bilangan 2 merupakan penjumlahan dua bilangan yang sama.


Contoh:
a. 2 × 1 = 1 + 1 = 2

b. 2 × 5 = 5 + 5 = 10

Bab 6 Pembagian Bilangan

1. Pembagian adalah pengurangan yang berulang.


Bilangan yang digunakan untuk mengurangi adalah bilangan pembagi.

2. Fakta pembagian merupakan dasar pembagian bilangan-bilangan yang lebih besar.

3. Semua bilangan tidak dapat dibagi dengan nol.

4. Perkalian suatu bilangan dengan 2 sama dengan menjumlahkan bilangan tersebut dengan
bilangan itu sendiri.

5. Hasil pembagian oleh bilangan 2 adalah sebuah bilangan yang jika dijumlahkan dengan dirinya
sendiri hasilnya adalah bilangan yang dibagi 2 tersebut.

6. Hubungan antara perkalian dan pembagian adalah sebagai berikut.


Jika a × b = c, maka c : a = b dan c : b = a
Contoh:
6 × . . . . = 24, dapat diubah menjadi 24 : 6 = . . . .
24 – 6 – 6 – 6 – 6 = 0
Ada 4 suku, sehingga 24 : 6 = 4
Jadi, 6 × 4 = 24.

7. Aturan untuk pengerjaan operasi hitung campuran yang mempunyai tingkatan sama, yaitu
perkalian dan pembagian dimulai dari operasi hitung yang pertama (dari kiri).

Bab 7 Bangun Datar

1.

a. kelompok bangun datar segiempat.

b. kelompok bangun datar segitiga.

c. kelompok bangun datar lingkaran.

2. Urutan bangun datar dari yang terkecil


menurut abjadnya adalah C B D A.
3.

a. Pola rangkaian bangun datar segiempat.

b. Pola rangkaian bangun datar lingkaran.

4. Garis yang membentuk bangun datar disebut sisi.

5. Titik pertemuan dua sisi yang berdekatan disebut titik sudut.

6. Daerah yang diapit dua garis (sisi) yang saling bertemu disebut sudut.

7. Bangun datar ini disebut segilima ABCDE.


MATERI MATEMATIKA SD KELAS 3
bab 1 Menentukan Letak Bilangan pada Garis Bilangan

1. Garis bilangan adalah garis untuk meletakkan bilangan.

2. Pada garis bilangan:

 bilangan yang lebih besar terletak di sebelah kanan.

 bilangan yang lebih kecil terletak di sebelah kiri.


Contoh:
85 berada di sebelah kanan 84.
45 berada di sebelah kiri 46.

3. Garis bilangan berguna untuk melihat urutan bilangan.


Contoh:
Bilangan di antara bilangan 224 dan 229 adalah 225, 226, 227, dan 228.

4. Urutan bilangan dapat berupa bilangan loncat. Urutan bilangan pada barisan bilangan disebut
suku
Contoh: 3, 6, 9, 12, 15 disebut pola bilangan loncat 3 suku ke-1 adalah bilangan 3, suku ke-2
bilangan 6.

5. Pola bilangan dapat disajikan dalam bentuk pola bangun datar.


Pola tersebut dinamakan barisan geometri

Contoh:

Bab 2 Operasi Hitung Penjumlahan dan Pengurangan

1. Bilangan ribuan tersusun atas ribuan, ratusan, puluhan dan satuan.


Contoh:
3.425 dibaca tiga ribu empat ratus dua puluh lima.
3 menempati ribuan, nilainya 3.000
4 menempati ratusan, nilainya 400.
2 menempati puluhan, nilainya 20.
5 menempati satuan, nilainya 5

2. Bilangan ribuan dapat dinyatakan dalam penjumlahan bentuk panjang.


Contoh: 3.425 = 3 ribuan + 4 ratusan + 2 puluhan + 5 satuan
3. Cara mengerjakan penjumlahan dan pengurangan dengan cara bersusun adalah:

 nilai satuan dengan satuan,

 puluhan dengan puluhan,

 ratusan dengan ratusan,

 ribuan dengan ribuan.

Hasil akhirnya disatukan, dimulai dengan penulisan bilangan ribuan, ratusan, puluhan, kemudian satuan.

4. Bentuk operasi penjumlahan ada dua macam, yaitu tanpa menyimpan dan dengan menyimpan.
Contoh:

 tanpa menyimpan, misalnya 2.435 + 1.462 = 3.897

 satu kali menyimpan, misalnya 3.287 + 1.205 = 4.492

 dua kali menyimpan, misalnya 1.579 + 1.263 = 2.842

5. Bentuk operasi pengurangan juga ada dua macam, yaitu tanpa meminjam dan dengan
meminjam.
Contoh:

 tanpa meminjam, misalnya 5.675 – 3.252 = 2.423

 satu kali meminjam, misalnya 3.287 – 1.209 = 2.078

 dua kali meminjam 4.212 – 3.174 = 1.038

Bab 3 Operasi Hitung Perkalian dan Pembagian

1. Perkalian merupakan bentuk penjumlahan berulang.


Contoh:
3 x 50 = ….
dinyatakan dengan penjumlahan 50 + 50 + 50 = 150
Jadi, 3 x 50 = 150

2. Pembagian merupakan bentuk pengurangan berulang.


45 : 15 = ….
dinyatakan dengan pengurangan 45 – 15 – 15 – 15 = 0
Ada 3 kali pengurangan dengan 15.
Maka 45 : 15 = 3

3. Pada perkalian berlaku:

a. Sifat pertukaran, a x b = b x a
Contoh :
12 x 5 = 60
5 x 12 = 60
Maka 12 x 5 = 5 x 12 (sifat pertukaran)
b. Sifat pengelompokkan, (a x b) x c = a x (b x c)
Contoh:
8 x 7 x 5 = ….
(8 x 7) x 5 = 56 x 5 = 280
8 x (7 x 5) = 8 x 35 = 280

4. Perkalian dengan dua hasilnya sama dengan menjumlah dua bilangan itu sendiri.
Contoh :
36 x 2 = 36 + 36 = 72

5. Pembagian dengan dua hasilnya sama dengan setengah dari bilangan yang dibagi.
40 : 2 = ….. setengah dari 40 adalah 20
Maka 40 : 2 = 20.

6. Bilangan genap selalu habis dibagi bilangan 2. Sedangkan bilangan ganjil bila dibagi dengan 2
selalu ada sisa.
Contoh:
36 (genap) karena 36 : 2 = 18 (habis dibagi)
39 (ganjil) karena 39 : 2 = 19, sisa 1.

7. Pada operasi hitung campuran perkalian dan pembagian lebih kuat daripada penjumlahan dan
pengurangan. Maka pembagian dan perkalian didahulukan.

Bab 4 Uang

1. Nama mata uang Indonesia adalah rupiah. Rupiah disingkat Rp.

2. Jenis mata uang ada uang kertas dan uang logam.


Nilai pecahannya antara lain:

3. Cara menulis mata uang contohnya:

 seribu rupiah ditulis Rp 1.000,00

 lima ribu rupiah ditulis Rp 5.000,00

 sepuluh ribu rupiah Rp 10.000,00

4. Cara membaca nilai mata uang, contohnya:

 Rp 20.000,00 dibaca dua puluh ribu rupiah,

 Rp 10.000,00 dibaca sepuluh ribu rupiah.


5. Satu nilai mata uang mempunyai nilai kesetaraan dengan mata uang yang lain.
Contoh:
1 lembar lima ribu rupiah senilai dengan 5 lembar seribu rupiah.
Selembar uang seribu rupiah senilai dengan 2 keping uang lima ratus rupiah.

6. Cara menaksir dengan pembulatan ke ratusan terdekat:

a. Apabila puluhan dan satuan kurang dari 50, maka ratusannya dibulatkan ke bawah.
Contoh: 3.285 dibulatkan jadi 3.300

b. Apabila puluhan dan satuannya lebih dari atau sama dengan 50, maka ratusannya
dibulatkan ke atas.
Contoh: 5.645 dibulatkan jadi 5.600.

Bab 5 Pengukuran

1. Beberapa satuan alat ukur, misalnya: meteran, timbangan, dan jam.

2. Meteran berguna untuk mengukur panjang.


Meteran ada beberapa macam, misalnya meteran pita, meteran rol, dan meteran saku.

3. Timbangan digunakan untuk mengukur berat benda.


Timbangan terdiri dari timbangan dacin, timbangan badan, timbangan kue, timbangan gantung,
timbangan warung, dan neraca

4. Jam digunakan untuk mengukur waktu


Jam terdiri dari jam digital dan jam analog

5. Menaksir panjang ke cm terdekat menggunakan aturan berikut:

 kelebihan panjang kurang dari 5 mm dibulatkan menjadi 0 cm.

 kelebihan panjang sama dengan atau lebih dari 5 mm dibulakan 1 cm.

6. Menaksir berat ke kg terdekat menggunakan aturan berikut:

 kelebihan berat kurang dari 5 ons dibulatkan menjadi 0 kg.

 kelebihan berat sama dengan atau lebih dari 5 ons dibulakan 1 kg.

7. Menaksir waktu ke jam terdekat menggunakan aturan berikut:

 kelebihan waktu kurang dari 30 menit, dibulatkan menjadi 0 jam

 kelebihan waktu sama dengan atau lebih dari 30 menit, dibulatkan menjadi 1 jam.

8. Jam analog mempunyai tiga buah jarum, yaitu: jarum pendek penunjuk jam, jarum panjang
penunjuk menit, dan jarum tipis penunjuk detik.
9. Lama waktu perpindahan jarum panjang pada setiap angka adalah 5 menit.
Contoh :

 jarum panjang menunjuk agka 1, artinya lebih 5 menit.

 jarum panjang menunjuk agka 3, artinya lebih 15 menit.

10. Suatu satuan dapat diturunkan dalam satuan yang lain. Misalnya:

 satuan berat: 1 kg = 10 ons

 satuan panjang: 1 m = 100 cm, 1 cm = 10 mm.

 satuan waktu: 1 jam = 60 menit, 1 menit = 60 detik.

Bab 6 Pecahan

1. Pecahan merupakan bilangan untuk menyatakan suatu bagian dari bagian ke seluruhan.
Contoh:

1 potong semangka dari 4 potong semangka dinyatakan sebagai pecahan

2. Bilangan pecahan dituliskan , dengan a sebagai pembilang dan b sebagai penyebut.

3. Cara membaca pecahan, contoh:

dibaca satu perempat

dibaca dua perlima

4. Nilai pecahan dapat disajikan dalam bentuk gambar yang diarsir.

Contoh:

5. Pada garis bilangan, pecahan yang letaknya di sebelah kanan nilainya lebih besar. Sebaliknya
pecahan yang letaknya di sebelah kiri nilainya lebih besar. Pecahan yang berada pada satu garis
tegak nilainya sama besar.

Contoh:
Bab 7 Bangun Datar

1. Macam-macam segitiga adalah:

2. Ciri-ciri segitiga sama sisi, yaitu:

 ketiga sisinya sama panjang

 ketiga sudutnya sama besar

3. Ciri-ciri segitiga siku-siku, adalah: salah satu sudutnya siku-siku

4. Ciri-ciri segitiga sama kaki, yaitu:

 2 buah sisi (kakinya) sama panjang

 mempunyai 2 buah sudut yang sama besar

5. Ciri-ciri persegi, yaitu:

 mempunyai 4 sisi yang sama panjang

 mempunyai 4 sudut yang sama besar

 kedua diagonal sama panjang

6. Garis diagonal adalah garis yang menghubungkan dua titik yang berhadapan dalam suatu
bangun

7. Ciri-ciri persegi panjang, yaitu:

 mempunyai 2 pasang sisi yang sama panjang dan sejajar

 keempat sudutnya sama besar

 kedua diagonalnya sama panjang

8. Sudut adalah daerah yang dibentuk oleh dua garis yang saling berpotongan. Lambang sudut
adalah ∠

9. Untuk mengukur sudut digunakan busur derajat

10. Jenis-jenis sudut, yaitu:

a. Sudut siku-siku, besar sudutnya 900

b. Sudut lancip, besar sudutnya kurang dari 900


c. Sudut tumpul, besar sudutnya lebih dari 900

d. Sudut lurus, besar sudutnya 1800

11. Besar sudut putar, misalnya:

Sudut putaran = 90°, sudut = sudut lurus besarnya = 180°, 1 putaran = 360°

Bab 8 Keliling dan Luas Persegi serta Persegi Panjang

1. Persegi merupakan bangun datar yang keempat sisinya sama panjang.

 Keliling persegi = sisi + sisi + sisi + sisi = 4 x sisi

 Luas persegi = sisi x sisi

2. Persegi panjang merupakan bangun datar yang mempunyai 2 pasang sisi sejajar, yaitu sisi

panjang dan sisi lebar.

 Keliling persegi panjang = panjang + lebar + panjang + lebar = (2 x panjang) + (2 x lebar)

 Luas persegi panjang = panjang x lebar

3. Satuan baku dari luas adalah km2, m2, dm2, dan cm2
MATERI MATEMATIKA SD KELAS 4

Bab 1 Bilangan Cacah

1. Sifat-sifat operasi hitung

a. Sifat komutatif, yaitu sifat pertukaran tempat.


a + b = b + a
a × b = b × a

b. Sifat asosiatif, yaitu sifat pengelompokan.


(a + b) + c = a + (b + c)
(a × b) × c = a × (b × c)

c. Sifat distributif, yaitu sifat penyebaran.


a × (b + c) = (a × b) + (a × c)
a × (b – c) = (a × b) – (a × c)

d. Identitas pada penjumlahan, yaitu 0.


a + 0 = 0 + a = a

e. Identitas pada perkalian, yaitu 1.


a × 1 = 1 × a = a

2. Dalam mengurutkan bilangan harus diperhatikan nilai tempat terbesar dari bilangan-bilangan
tersebut.

3. Aturan untuk menyelesaikan operasi hitung campuran adalah sebagai berikut.

4. Dalam memecahkan masalah yang melibatkan uang kita harus mengetahui nilai mata uang.

Bab 2 Faktor dan Kelipatan

1. Kelipatan suatu bilangan merupakan bilangan-bilangan hasil penjumlahan dengan bilangan yang
sama secara terus menerus atau hasil perkalian bilangan tersebut dengan bilangan asli.

2. Faktor suatu bilangan adalah semua bilangan yang dapat membagi bilangan tersebut.

3. Kelipatan persekutuan dari beberapa bilangan adalah kelipatan yang sama dari bilangan-
bilangan tersebut.

4. Faktor persekutuan dari beberapa bilangan adalah faktor yang sama dari bilangan-bilangan
tersebut.

5. Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK) dari dua bilangan adalah kelipatan bersama terkecil dari
bilangan-bilangan tersebut.

6. Faktor persekutuan terbesar (FPB) dari beberapa bilangan merupakan faktor bersama yang
terbesar dari bilangan-bilangan tersebut.
Bab 3 Pengukuran

1. Sebuah sudut terbentuk dari dua buah sinar garis yang saling bertemu pada suatu titik. Lambang

sudut adalah ”∠”.

2. Mengukur sudut dengan satuan baku, yaitu dengan busur derajat. Satuan yang digunakan
adalah satuan derajat.

3. Hubungan antarsatuan waktu:


1 milenium = 1.000 tahun 1 bulan = 30 hari
1 abad = 100 tahun 1 minggu = 7 hari
1 dasawarsa = 10 tahun 1 hari = 24 jam
1 windu = 8 tahun 1 jam = 60 menit = 3.600 detik
1 lustrum = 5 tahun 1 menit = 60 detik
1 tahun = 12 bulan = 52 minggu = 365 hari

4. Hubungan antarsatuan panjang


1 km = 10 hm = 100 dam = 1.000 m = 10.000 dm = 100.000 cm = 1.000.000 mm

1 mm = cm = dm = m= dam = hm = km

5. Hubungan antarsatuan berat


1 kg = 10 hg = 100 dag = 1.000 g = 10.000 dg = 100.000 cg = 1.000.000 mg

1 mg = cg = dg = g= dag = hg = kg
Selain hubungan antarsatuan berat tersebut, masih terdapat satuan berat yang
lain, yaitu:
1 ton = 1.000 kg 1 kg = 2 pon
1 ton = 10 kuintal 1 kg = 10 ons
1 kuintal = 100 kg 1 pon = 5 ons

6. Hubungan antarsatuan kuantitas


1 lusin = 12 buah
1 kodi = 20 buah
1 gros = 12 lusin = 144 buah

Bab 4 Bangun Datar Jajargenjang dan Segitiga

1. Jajargenjang merupakan bangun datar segi empat. Jajargenjang memiliki sisi yang berhadapan
sejajar dan sama panjang. Sudut yang berhadapan pada jajargenjang sama besar.

2. Keliling dan luas jajargenjang


Keliling jajargenjang = 2 × (jumlah dua sisi)
Luas = alas × tinggi

3. Segitiga merupakan bangun datar yang memiliki tiga buah sisi dan tiga buah titik sudut.
4. Penamaan segitiga

a. Segitiga dapat digolongkan berdasar panjang sisinya, yaitu segitiga samakaki, samasisi
dan sembarang.

b. Segitiga dapat digolongkan berdasar besar sudutnya, yaitu segitiga lancip, tumpul, dan
siku-siku.

5. Keliling dan luas segitiga


Keliling segitiga = sisi 1 + sisi 2 + sisi 3 = jumlah ketiga sisi segitiga

Luas =

Bab 5 Bilangan Bulat

1. Bilangan bulat terdiri atas tiga jenis.

a. Bilangan bulat positif.

b. Bilangan bulat nol.

c. Bilangan bulat negatif.

2. Mengurutkan bilangan bulat pada garis bilangan bulat.

a. Sebelah kanan nol (0) adalah bilangan bulat positif.

b. Sebelah kiri nol (0) adalah bilangan bulat negatif.

3. Kita lakukan penjumlahan bilangan bulat dengan menggunakan bantuan garis bilangan.

a. Penjumlahan dengan bilangan positif menggunakan arah panah ke kanan.

b. Penjumlahan dengan bilangan negatif menggunakan arah panah ke kiri.

c. Bilangan pertama ditunjukkan oleh arah panah satuan dari nol (0).

d. Bilangan penjumlah dimulai dari ujung panah bilangan pertama (bilangan satuan).

e. Ujung panah terakhir menunjukkan hasil penjumlahan.

4. Bilangan bulat dan lawannya.


Lawan dari 2 adalah –2.
Lawan dari –12 adalah 12.

5. Operasi campuran pada bilangan bulat dimulai dari operasi sebelah kiri.

Bab 6 Pecahan
1. Bilangan pecahan adalah bilangan yang berbentuk

dibaca a per b
a dan b bilangan bulat
a disebut pembilang
b disebut penyebut. Nilai b tidak sama dengan 0

2. Untuk pecahan berpenyebut sama, semakin besar pembilang semakin besar nilainya.

3. Penyederhanaan pecahan dilakukan dengan membagi pembilang dan penyebut FPB dari
pembilang dan penyebut tersebut.

4. Penjumlahan pecahan berpenyebut sama dilakukan dengan menjumlahkan pembilang.

5. Pengurangan pecahan berpenyebut sama dilakukan dengan mengurangkan pembilangnya.

6. Penjumlahan dan pengurangan pecahan berpenyebut berbeda disamakah penyebutnya.


Penyamaan penyebut dilakukan dengan menggunakan KPK kedua penyebutnya.

Bab 7 Bilangan Romawi

1. Angka bilangan Romawi


I=1 C = 100
V=5 D = 500
X = 10 M = 1.000
L = 50

2. Penjumlahan bilangan Romawi disimpan di sebelah kanan.

3. Pengurangan bilangan Romawi disimpan di sebelah kiri.

4. Penggunaan bilangan Romawi pada suatu kalimat berarti menyatakan urutan.

Bab 8 Bangun Ruang dan Datar

1. Berikut sifat-sifat kubus:

a. Mempunyai 12 rusuk yang sama panjang.

b. Mempunyai 6 sisi yang berbentuk persegi.

c. Mempunyai 8 titik sudut.

2. Berikut sifat-sifat balok

a. Mempunyai 12 rusuk.

b. Rusuk yang sejajar sama panjang.

c. Mempunyai 6 sisi yang berbentuk persegi panjang.

d. Mempunyai 8 titik sudut.


3. Gambar jaring-jaring kubus dan balok

4. Sifat-sifat pencerminan adalah sebagai berikut.

a. Jarak benda terhadap cermin sama panjang dengan jarak cermin ke bayangan.

b. Tinggi benda sama dengan tinggi bayangan.

c. Besar benda sama dengan besar bayangan.

d. Posisi benda berlawanan dengan bayangannya


MATERI MATEMATIKA KELAS 5 SD

Bab 1 Bilangan Bulat

1. Penggunaan sifat-sifat operasi hitung.

a. Penggunaan sifat komutatif (sifat pertukaran).

b. Penggunaan sifat asosiatif (sifat pengelompokan).

c. Penggunaan sifat distributif (sifat penyebaran).

2. Urutan pengerjaan operasi hitung campuran

a. Kerjakan terlebih dahulu operasi dalam tanda kurung.

b. Perkalian dan pembagian dikerjakan dahulu daripada penjumlahan dan pengurangan.

c. Penjumlahan dan pengurangan dikerjakan secara urut dari sebelah kiri.

d. Perkalian dan pembagian dikerjakan secara urut dari sebelah kiri.

3. Bilangan prima adalah bilangan yang hanya memiliki dua fakor, yaitu 1 dan bilangan itu sendiri.

4. Faktor prima adalah faktor-faktor suatu bilangan yang berupa bilangan prima.

5. KPK dari beberapa bilangan merupakan kelipatan bersama terkecil dari bilangan-bilangan
tersebut.

6. FPB dari beberapa bilangan merupakan faktor bersama yang terbesar dari bilangan-bilangan
tersebut.

Bab 2 Pangkat dan Akar Bilangan Bulat

1. Bilangan kuadrat merupakan perkalian suatu bilangan dengan bilangan yang sama sebanyak dua
kali. Bentuk 22 dibaca dua pangkat dua atau dua kuadrat.

2. Pengakaran adalah kebalikan dari perpangkatan.

3. Pengerjaan operasi hitung yang melibatkan pangkat dan akar.

a. Kerjakan operasi dalam tanda kurung.

b. Kerjakan operasi pangkat dan akar pangkat.

c. Kerjakan operasi perkalian dan pembagian.

d. Kerjakan operasi penjumlahan dan pengurangan.

Bab 3 Pengukuran Waktu, Sudut, Jarak, dan Kecepatan

1. Notasi waktu 24 jam


a. 00.00 – 12.00 menunjukkan waktu dini hari sampai siang hari.

b. 12.00 – 24.00 menunjukkan waktu siang sampai malam hari.

2. Pada operasi hitung satuan waktu, harus mengetahui hubungan:

a. 1 milenium = 10 abad = 100 dasawarsa = 1.000 tahun

b. 1 abad = 10 dasawarsa = 100 tahun

c. 1 dasawarsa = 10 tahun

d. 1 windu = 8 tahun

e. 1 lustrum = 5 tahun

f. 1 tahun = 12 bulan = 52 minggu = 365 hari

g. 1 bulan = 4 minggu = 30 hari

h. 1 minggu = 7 hari

i. 1 jam = 60 menit = 3.600 detik

j. 1 menit = 60 detik

3. Pengukuran sudut dilakukan dengan busur derajat.


a. Besar sudut satu putaran penuh adalah 360
b. Satu putaran pada jarum jam adalah 12 jam.

4. Hubungan jarak dan kecepatan dirumuskan.

Bab 4 Trapesium dan Layang-Layang

1. Berikut jenis-jenis trapesium.

a. Trapesium sama kaki memiliki sepasang sisi sama panjang.

b. Trapesium siku-siku memiliki sudut siku-siku.

c. Trapesium sembarang memiliki sisi tidak sama panjang dan sudutnya tidak siku-siku.

2. Bagian-bagian trapesium.

a. Trapesium terdiri atas empat sisi. Dua sisi alas sejajar.

b. Trapesium memiliki tinggi.

3. Luas trapesium dirumuskan:


L = ½ x (jumlah dua sisi yang sejajar) x t
L = ½ x (a + b) x t

4. Layang-layang merupakan segi empat yang dua pasang sisi berdekatan samapanjang.
5. Layang-layang terdiri atas empat sisi dan dua diagonal.

6. Luas layang-layang dirumuskan:

L=

Bab 5 Kubus dan Balok

1. Kubus adalah bangun ruang yang semua sisinya sama panjang.

2. Berikut bagian-bagian kubus.


a. Titik sudut kubus ada 8 buah.
b. Rusuk kubus ada 12 buah.
c. Sisi kubus ada 6 buah

3. Volum kubus dirumuskan


V = s x s x s

4. Balok adalah bangun ruang yang dua sisi berhadapan sama panjang.

5. Berikut bagian-bagian balok.

a. Titik sudut balok ada 8 buah

b. Rusuk balok ada 12 buah.

c. Sisi balok ada 6 buah

6. Volum balok dirumuskan


V = p x l x t

Bab 6 Pecahan

1. Bentuk persen ditulis ”%”. Bentuk persen adalah bentuk perseratus.

2. Mengubah pecahan ke bentuk persen adalah mengalikan pecahan dengan 100%.

3. Mengubah persen ke pecahan dilakukan dengan mengganti bentuk a % dengan .

4. Mengubah pecahan ke desimal, yaitu dengan membagi pembilang dengan penyebut.

5. Mengubah desimal ke pecahan, yaitu dengan disederhanakan.

6. a. Penjumlahan pecahan:

b. Pengurangan pecahan:
c. Penjumlahan dan pengurangan pecahan dengan penyebut berbeda dilakukan dengan
menyamakan penyebutnya.
d. Penjumlahan dan pengurangan bilangan campuran, yaitu dengan mengubahnya menjadi
pecahan.
e. Penjumlahan dan pengurangan bilangan desimal , yaitu dengan menyamakan angka di
belakang koma.

7. a. Perkalian pecahan:

b. Pembagian pecahan:

8. Skala merupakan perbandingan jarak pada peta dengan jarak sebenarnya.

Bab 7 Bangun Datar dan Bangun Ruang

1. Sifat-sifat persegi panjang.

a. Panjang sisi yang berhadapan sama


AB = DC dan BC = AD

b. Keempat titik sudutnya sama besar, yaitu 90°


–A = –B = –C = –D

c. Persegi panjang mempunyai 2 buah diagonal yang berpotongan di satu titik


(O). Titik O membagi dua diagonal yang sama.
AO = OC dan BO = OD

d. Persegi panjang mempunyai 2 sumbu simetri, 2 simetri lipat, dan 2 simetri putar.

2. Sifat-sifat persegi.

a. Panjang semua sisinya sama


AB = BC = CD = AD

b. Keempat titik sudutnya sama besar, yaitu 90°


∠A = ∠B = ∠C = ∠D

c. Diagonal persegi membagi sudut-sudutnya menjadi 2 sama besar.

d. Persegi mempunyai 4 sumbu simetri.


3. Jenis-jenis segitiga.

a. Segitiga sama sisi adalah segitiga yang ketiga sisinya sama panjang. Sisi-sisi yang sama
panjang adalah AB = BC = AC.

b. Segitiga sama kaki adalah segitiga yang dua sisinya sama panjang. Sisi-sisi yang sama
panjang adalah RP = RQ.

c. Segitiga sembarang adalah segitiga yang ketiga sisinya berbeda.

d. Segitiga lancip adalah segitiga yang ketiga sudutnya kurang dari 90°.

e. Segitiga siku-siku adalah segitiga yang salah satu sudutnya 90°.

f. Segitiga tumpul adalah segitiga yang salah satu sudutnya lebih dari 90°.

4. Sifat-sifat jajargenjang.

a. Panjang sisi yang sejajar


AB = DC dan BC = AD

b. Sudut yang berhadapan sama besar


∠A = ∠C dan ∠B = ∠D

c. Mempunyai dua diagonal yang berpotongan di satu titik. Diagonal tersebut saling
membagi dua sama panjang. AP = PC dan BP = PD.

d. Mempunyai dua simetri putar dan tidak memiliki simetri lipat.

5. Sifat-sifat belah ketupat.

a. Panjang semua sisi sama


AB = BC = CD = AD

b. Sudut yang berhadapan sama besar


∠A = ∠C = ∠B = ∠D

c. Belah ketupat mempunyai dua sumbu simetri.

d. Diagonalnya merupakan sumbu simetri. Diagonal tersebut saling membagi dua sama
panjang dan saling tegak lurus.

6. Sifat-sifat layang-layang.

a. Panjang sisi yang berdekatan sama


AB = CB dan AD = DC

b. Memiliki sepasang sudut yang sama besar


∠A = ∠C dan ∠B = ∠D
7. Sifat-sifat trapesium

a. Memiliki sepasang sisi yang sejajar. Sisi AB sejajar dengan CD.

b. Memiliki empat buah sudut.

8. Sifat-sifat kubus adalah sebagai berikut.

a. Semua rusuk kubus sama panjang


AB = BC = CD = AD = AE = BF = CG = DH = EF = FG = GH = EH

b. Semua titik sudut kubus sama besar


∠A = ∠B = ∠C = ∠D = ∠E = ∠F = ∠G = ∠H = 90°

c. Semua sisi kubus berbentuk persegi yang sama


ABCD = EFGH = ADHE = BCGF = ABFE = DCGH

9. Sifat-sifat balok adalah sebagai berikut.

a. Rusuk-rusuk balok yang berhadapan sama panjang.


AB = DC = EF = HG
BC = AD = FG = EH
AE = BF = CG = DH

b. Semua titik sudut balok sama besar


∠A = ∠B = ∠C = ∠D = ∠E = ∠F = ∠G = ∠H = 90°

c. Sisi balok yang berhadapan sama dan berbentuk persegi panjang


ABCD = EFGH
ADHE = BCGF
ABEF = DCGH

10. Sifat-sifat prisma segi empat adalah sebagai berikut.

a. Rusuk-rusuk prisma segi empat yang berhadapan sama panjang.


AB = DC = EF = HG
BC = AD = FG = EH
AE = BF = CG = DH

b. Semua titik sudut prisma segi empat sama besar.


∠A = ∠B = ∠C = ∠D = ∠E = ∠F = ∠G = ∠H = 90°

c. Sisi prisma segi empat yang berhadapan sama.


ABCD = EFGH
ADHE = BCGF
ABFE = DCGH

11. Sifat-sifat prisma segitiga adalah memiliki sisi berhadapan yang sama, yaitu
ABC = DEF dan BEFC = ADFC. Prisma memiliki 9 rusuk, 6 sudut, dan 5 sisi.
12. Sifat-sifat limas segi empat adalah sebagai berikut.

a. Sisi alas limas segi empat berbentuk segi empat (ABCD).

b. Sisi tegak limas segi empat berbentuk segitiga sama kaki (DABT, DBCT, DCDT,
DADT).

c. Limas memiliki 8 buah rusuk, 5 sudut, dan 5 sisi.

13. Benda dikatakan sebangun, jika:

a. memiliki sudut seletak sama besar, dan

b. perbandingan sisi seletaknya sama.

14. Bangun dikatakan simetris apabila dilipat atau diputar sisi dan sudut-sudutnya saling berimpit.

15. Untuk menentukan bangun itu simetri atau tidak yang dilakukan adalah

a. menentukan sumbu simetri,

b. melipat bangun, dan

c. memutar bangun.

16. Simetri lipat tidak bisa lepas dengan sumbu simetri. Sumbu simetri adalah garis di tengah-
tengah bangun yang apabila dilipat saling berimpit.

17. Simetri putar adalah keadaan bangun datar apabila:

a. diputar sisi-sisi dan sudutnya saling berimpit, dan

b. dapat menempati bingkainya kembali.


MATERI MATEMATIKA KELAS 6 SD
Bab 1 Bilangan Bulat

1. Operasi hitung bilangan bulat

a. Operasi hitung campuran


Aturan pengerjaannya adalah perkalian atau pembagian dikerjakan terlebih dahulu,
kemudian mengerjakan penjumlahan atau pengurangan. Misalnya:
(-50) + (-5) × 25 – (-75) : 25 = (-50) + (-125) – (-3)
= (-175) – (-3)
= (-172)

b. Menentukan FPB dan KPK dengan faktorisasi prima


Misalnya: FPB dan KPK dari 360, 180, dan 450 = . . . .
Faktorisasi prima dari 360 = 23 × 32 × 5
Faktorisasi prima dari 180 = 22 × 33 × 5
Faktorisasi prima dari 450 = 2 × 32 x 52
FPB dari 360, 180, dan 450 = 22 × 32 × 5 = 180
KPK dari 360, 180, dan 450 = 23 × 33 × 52 = 5.400

2. Bilangan pangkat tiga dan akar pangkat tiga

a. Bilangan pangkat tiga


Bilangan pangkat tiga adalah bilangan hasil pemangkatan tiga, misalnya 8, 27, dan 64.

b. Penarikan akar pangkat tiga

Misalnya: =...
c. Operasi hitung bilangan pangkat tiga
Misalnya:
1) 103 +253 =1000 + 15625 =16625
2) 453 – 53 =91125 – 125 = 91000
3) 203 x 83 = 8000 x 512 = 4096000
1603 =4096000
4) 803 : 203 = 512000 : 8000 = 64
43 = 64

d. Operasi hitung bilangan akar pangkat tiga


Misalnya:

1)

2)

3)

4)

Bab 2 Debit

1. Debit adalah volume zat cair yang mengalir tiap satu satuan waktu.

2. Debit dapat ditentukan dengan persamaan berikut.

Bab 3 Luas dan Volume

1. Luas bangun datar


2. Volume bangun ruang

Bab 4 Data

1. Membaca data dan diagram

a. Data adalah keterangan yang benar dan nyata yang dapat dijadikan dasar suatu
kesimpulan.

b. Membaca diagram
Misalnya:
Dari diagram berikut, dapat diketahui bahwa mata pelajaran yang banyak disukai siswa
kelas VI adalah pelajaran Matematika dan Olahraga.

2. Mengolah dan menyajikan data dalam bentuk tabel Misalnya, data nilai ulangan Matematika
kelas VI adalah sebagai berikut.
8 9 9 5 1 6 7
5 9 7 8 10 5 5 8
Data di atas diurutkan dari terkecil menjadi:
5 5 5 5 6
7 7 8 8 8
9 9 9 10 10
Data yang telah diurutkan disajikan dalam bentuk tabel frekuensi berikut.

3. Menafsirkan data
Pemilik sebuah taman bermain akan menutup taman bermainnya sekali seminggu. Berikut ini
merupakan data jumlah pengunjung sebuah taman bermain.

Berdasarkan data di atas, pemilik taman bermain memutuskan menutup taman bermainnya
pada hari Senin. Karena jumlah pengunjung pada hari Senin paling sedikit.

Bab 5 Pecahan

1. Menyederhanakan pecahan
Bentuk paling sederhana dari suatu pecahan adalah pecahan yang senilai dengan pecahan
tersebut tetapi sudah tidak dapat lagi dibagi oleh bilangan bulat kecuali 1.
Misalnya, bentuk paling sederhana dari adalah

2. Mengurutkan pecahan
Misalnya:

a.

Diurutkan dari yang paling kecil:

b. 0,2; 0,13; 0,215; 0,07


Diurutkan dari yang paling kecil: 0,07; 0,13; 0,2; 0,215.
3. Mengubah bentuk pecahan ke bentuk desimal
Misalnya:

50 % = 0,5

4. Nilai pecahan suatu bilangan


Misalnya:

dari 20 = x 20 = 15
35% dari 170 = 59,5

5. Operasi hitung pecahan


Cara mengerjakan operasi hitung campuran pada pecahan sama dengan cara mengerjakan
operasi hitung campuran pada bilangan cacah dan bilangan bulat. Perkalian dan pembagian
dikerjakan terlebih dahulu, kemudian penjumlahan atau pengurangan. Misalnya:

6. Perbandingan
Perbandingan selalu ditulis dalam bentuk pecahan paling sederhana.

7. Skala

Bab 6 Bidang Koordinat


1. Membuat denah
Gambar-gambar yang dicantumkan pada denah tempat adalah tempat-tempat yang penting
saja.
Hal-hal yang perlu dicantumkan pada denah antara lain:
a. arah mata angin dan
b. keterangan gambar

2. Menentukan letak tempat pada denah atau peta


Misalnya, letak kota Surakarta pada peta Jawa Tengah adalah 110o BT – 111o BT, 7o LS – 8o LS.

3. Letak titik pada koordinat kartesius


Koordinat kartesius digunakan untuk menentukan letak titik pada bidang datar. Letak titik pada
bidang datar ditentukan berdasarkan sumbu X dan Y dan ditulis (x, y).

Bab 7 Penyajian dan Pengolahan Data

1. Menyajikan data
Suatu data dapat ditampilkan dalam berbagai bentuk. Misalnya, data tentang warna kesukaan
siswa kelas VI dapat disajikan dalam bentukbentuk berikut.

a. Tabel frekuensi

Tabel Warna Kesukaan Murid Kelas VI

b. Diagram gambar

c. Diagram batang
d. Diagram lingkaran

2. Pengolahan data
Misalnya, nilai ulangan Larasati adalah sebagai berikut.
8 9 7 1 0 9 9 1 0 8 9 1 0

a. Nilai tertinggi = 10
Nilai terendah = 5

b. Modus = 9, karena nilai 9 yang paling sering muncul.

c. Rata-rata hitung =

3. Menafsirkan pengolahan data


Misalnya, terdapat dua kelompok belajar. Untuk mengetahui kelompok mana yang lebih pintar,
kita gunakan hasil pengolahan data. Berikut ini merupakan data nilai kedua kelompok.

Berdasarkan tabel di atas, dapat kita ketahui bahwa kelompok A memiliki nilai yang lebih
beragam. Sedangkan kelompok B memiliki nilai yang hampir sama. Meskipun demikian, nilai
rata-rata kedua kelompok adalah sama, yaitu 7. Dengan demikian, dapat kita katakan bahwa
kedua kelompok sama-sama pintar.

Anda mungkin juga menyukai