PRA-PROPOSAL
PENGKAJIAN SENI
2022
BAB 1
LATAR BELAKANG
1
Gen-Y atau Generasi Milenial adalah sekelompok orang yang lahir pada tahun 1981-1996 dan
berusia antara 25-40 tahun pada 2021
2
Praise and worship adalah ibadah pujian dan penyembahan di mana jemaat bernyanyi memuji
dan menyembah Tuhan. Praise and Worship tidak memiliki liturgi yang kaku seperti ibadah
umum, dan biasanya hanya berisi menyanyi bersama yang dipimpin oleh Worship Leader.
Umumnya lagu yang dinyanyikan adalah lagu Kristen Kontemporer yang diiringi dengan band.
Berkaitan dengan alat musik modern, Pdt. Dr. Andreas A. Yewangoe, Ketua
Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) menyatakan bahwa alat musik ada
Dari latar belakang ini, penulis melihat adanya sebuah permasalahan, yaitu
adanya persaingan untuk mempertahankan dan menarik perhatian anak muda untuk
ibadah di gereja yang dilakukan oleh Gereja Karismatik, GKI, dan GPIB dengan
preferensi musik. Permasalahan berikutnya adalah kecenderungan anak muda untuk
melayani di gereja yang menggunakan musik pop, dan adanya pandangan yang
berbeda terkait apakah gereja perlu menggunakan preferensi musik anak muda di
dalam ibadah atau tidak. Ketiga hal ini merupakan permasalahan yang akan dibahas
di dalam penelitian ini.
KAJIAN PUSTAKA
Tinjauan Pustaka
10 | P a s c a s a r j a n a I S I Y o g y a k a r t a
Dari kelompok CCM, sebagian besar kesulitan yang mereka alami adalah
masa transisi, di mana mereka mengalami transisi berpindah dari satu tempat ke
yang lain, adanya perubahan status finansial, dan juga hubungan keluarga dan
teman yang buruk. Sebagian lagi mengalami kesulitan dalam transisi ketika orang
tua mereka bercerai dan mereka terpaksa hidup dengan orang tua tunggal.
Sementara itu, kelompok gospel cenderung menceritakan beban hidup yang mereka
alami akibat kondisi tertentu. Seperti seorang mahasiswa yang menceritakan
kondisi keuangan ibunya yang bermasalah dan sangat ingin membantu ibunya,
namun tidak diperbolehkan oleh ibunya dan harus fokus kuliah.
11 | P a s c a s a r j a n a I S I Y o g y a k a r t a
teologi Kristen masih sangat kurang. Perlu adanya pendekatan pengajaran teologi
yang dikombinasikan dengan musik kontemporer Kristen agar pemuda Kristen
dapat mendalami iman Kristen tidak hanya sebatas lirik dan lagu, tapi juga lewat
pengetahuan teologis.
Hal ini juga termasuk dalam musik Rock. Megachurch modern tidak secara
total mengubah bentuk musik Rock, namun hanya melemahkan budaya referensi
Rock saja sembari menguatkan unsur keagamaan. Mereka tetap memakai semangat
masa muda dan pemberontakan yang ada di dalam musik Rock, namun unsur lain
seperti lirik, pakaian, dan cara menyanyikannya disesuaikan dengan kodrat gereja.
Johnson (2018) mencaritahu bagaimana gaya penyembahan musik di dua
gereja Megachurh di Afrika. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh hasil penelitian
yang dilakukan Johnson pada tahun 2003 dan 2009 terhadap gereja-gereja
megachurch Afrika-Amerika di Los Angeles. Johnson melakukan penelitian
tersebut melalui observasi terhadap beberapa gereja Megacrhuch, yaitu ‘First
African Methodist Episcopal’ (FAME) dan ‘The West Angeles Church of God In
12 | P a s c a s a r j a n a I S I Y o g y a k a r t a
Christ’ (COGIC). Dalam hasil observasinya, Johnson melihat bahwa gereja FAME,
masih mempertahankan liturgi-liturgi tradisional yang ada. Selama ibadah minggu,
mereka masih menggunakan paduan suara yang diiringi oleh band kecil atau 1 alat
musik, umumnya piano dan organ. Sedangkan gereja COGIC, yang dianggap
sebagai gereja Protestan di Amerika yang memiliki pertumbuhan jemaat tercepat
sejak akhir tahun 1980, musik dan penyembahannya sangat kuat dan dinamis. Hal
ini terlihat di mana gereja tersebut memiliki 10 paduan suara, 4 tim penyembahan,
4 vocal group kecil, dan juga kelompok penyembahan lain bebrasis seni, seperti tim
penari bendera, tim penari liturgis, dan tim drama.
13 | P a s c a s a r j a n a I S I Y o g y a k a r t a
pendengar. Hal ini termasuk dalam musik himne Kristen. Musik memberikan emosi
tertentu karena adanya pengaruh eksternal, seperti kata dan nada, dan juga pengaruh
internal, seperti memori. PenelitianTonsing memberikan kontribusi baru terkait
dengan permasalahan emosi ketika beribadah, yaitu terkait gaya beribadah dan
preferensi musikal tiap jemaat individu.
Dari hasil penelitian tersebut, Tepera menemukan bahwa hal yang membuat
mereka menyukai lagu CCM adalah, selain karena sering didengarkan ketika
ibadah, mereka juga sering mendengarkannya di luar lingkup gereja, seperti radio
dan playlist YouTube. Mereka mendengarkannya di mobil, di kantor, dan rumah
mereka. Hal ini membuat musik CCM menjadi seolah-olah menyatu dalam
kehidupan mereka, dan membantu mengatur emosi mereka dalam kehidupan
sehari-hari melalui musik. Selain itu, mereka juga sering mendengar musik CCM
bersama orang tederkat, untuk meningkatkan hubungan sosial mereka lewat
menyanyi dan mendengarkan lagu bersama. Di saat yang bersamaan, praktik
mendengarkan musik CCM juga memiliki konsekuensi. Bourdieu mengatakan
bahwa selera merupakan pemicu terjadinya distinction yang juga menjadi senjata
antar kelas untuk melakukan kekerasan simbolik. Industri musik mengkonstruksi
gereja-gereja lokal untuk membuat kelas-kelas yang memarginalkan dan
mengekslkusikan diri berdasarkan musik mereka.
14 | P a s c a s a r j a n a I S I Y o g y a k a r t a
Keith (2013) meninjau peran musik di dalam pengalaman beribadah di gerja
pantekosta dan karismatik. Keith dalam disertasinya melakukan penelitian
eksploratori terhadap peran musik di gereja-gereja pantekosta dan karismatik di
daerah rural dan kota-kota kecil di Amerika Serikat. Dia melihat, dalam ibadah
pantekosta dan karismatik, ada sebuah kekuatan dalam musik ibadah ini yang jelas
terlihat. Sebagaian karena ciri khas gereja itu sendiri yang menekankan musik di
dalam ibadahnya, atau bisa juga karena musik di dalam ibadah tersebut terasa lebih
keras, dan lebih terlihat sebagai konser musik rock ketimbang ibadah gereja pada
umumnya yang non-karismatik. Dari kondisi ini, Keith ingin mencari tahu
darimana asalnya kekuatan musik di dalam kondisi ini? Apakah musik sebenarnya
mampu membangkitkan kekuatan tersebut, atau cara manusia mengaitkan diri
dengan musik tersebut yang menimbulkan sebuah kekuatan?
Keith berfokus pada persepsi peran musik dalam pengalaman religious dan
perannya dalam penyembahan dan pujian. Keith melihat bahwa adanya ekspektasi
budaya, atau keyakinan yang kuat, menjadi pemicu dan penjaga kebiasaan
beribadah seperti ini. Mereka setuju bahwa Tuhan berada di dalam puji-pujian,
ketika jemaat sedang melakukan penyembahan, Tuhan akan berada ditengah-
tengah mereka, dan momen itu ditandai dengan kemunculan trance atau yang
mereka sebut dengan ‘hadirnya’ roh kudus, yang bisa membuat jemaat merasa ingin
menari dan melompat-lompat. Mereka mengatakan bahwa musik adalah hal kedua
setelah Firman Tuhan, namun Keith melihat bahwa hal yang terjadi adalah
sebaliknya. Mereka cenderung mengutamakan musik, dan bahkan musik sering
menggantikan posisi ritual lainnya di dalam ibadah.
15 | P a s c a s a r j a n a I S I Y o g y a k a r t a
Penelitian ini menemukan bahwa strategi dan usaha keras gereja di dalam
pelayanan dan penginjilan terhadap anak muda masa kini mempengaruhi Gen-Z
terkait dalam karakteristik gerejawi mereka. Karakteristik ini mempengaruhi
bagaimana Gen-Z berkegiatan, mengahadapi tantangan, dan bagaimana tindakan
mereka mempengaruhi kehidupan sekitarnya. Pranoto juga menemukan adanya
faktor-faktor menonjol yang mempengaruhi keterlibatan Gen-Z dalam beribadah,
yaitu interaksi dalam komunitas, menguatkan rasa tanggung jawab, dan bagaimana
Gereja mengangkat spiritualias anak muda, terutama dalam konteks ini, Gen-Z
dengan latar belakang keturunan Tionghoa.
Teori
1. Teori Distinction
Teori distinction adalah teori yang dicetuskan oleh Pierre Bourdieu. Dalam
bukunya Distinction: A Social Critique of the Judgment of Taste (1984), Bourdieu
menjelaskan bagaimana hubungan antara kelas, budaya, karya seni, dan selera di
dalam masyarakat Prancis. Dia menggunakan data-data sosiologis dan menemukan
gagasan bahwa selera bukanlah sesuatu yang muncul begitu saja, melainkan hasil
dari produk pendidikan dan sosialisasi. Selama ini, selera dianggap sebagai sesuatu
yang alami, karena selera adalah bagian dari ilussio, sesuatu yang ‘terlibat di dalam
permainan sosial dan menghasilkan permainan itu sendiri’ (hal.86).
16 | P a s c a s a r j a n a I S I Y o g y a k a r t a
Menurut perspektif Bourdieu, selera memiliki fungsi sosial sebagai
disposisi yang dimiliki untuk bisa membedakan dan mengapresiasi sesuatu. Selera
merupakan praktik yang diorientasikan oleh habitus kelas dan cenderung mengikuti
operasi praktis habitus kelas itu sendiri. Karena itu di dalam teori Distinction,
Bourdieu mendefinisikan selera secara spesifik sebagai keahlian praktis (practical
mastery) yang dihasilkan dari distribusi yang membuat seseorang merasakan ( to
sense ) dan mengintuisi ( intuit ) apa yang membuat seseorang bisa menempati
posisi tertentu di ruang sosial atau tidak.
17 | P a s c a s a r j a n a I S I Y o g y a k a r t a
Perbedaan ini terjadi karena adanya selera tentang kebutuhan seseorang.
Setiap kelas sosial memiliki kebutuhan yang berbeda-beda. Sebagai contoh, rumah
yang besar adalah sesuatu yang mewah bagi anggota kelas bawah, namun
merupakan kebutuhan mendasar bagi mereka yang kelas atas. Kondisi ini membuat
seseorang, yang merupakan anggota kelompok sosial tertentu, memiliki keinginan
untuk memenuhi kebutuhan dasar berdasarkan latar belakangnya, dan cenderung
tidak menyukai selera dari kelompok sosial yang bukan bagian dia. Seperti
bagaimana kelas bawah lebih menghargai makanan yang terlihat sederhana
ketimbang makanan yang terlalu mewah, dan kelas bawah yang menolak makanan
sederhana dan lebih menghargai makanan kelas atas (hal.372-381).
Oleh karena itu, selera adalah bentuk praktik dan hasil dari perbedaan kelas
antara kelas sosial yang ada dan habitus. Selera dapat berfungsi sebagai modal di
arena budaya dan sosial, karena dapat menunjukkan habitus yang dibentuk sejak
lama. Tindakan sosial yang kita lakukan sehari-hari, seperti makanan apa yang akan
kita makan, restoran mana yang kita datangi, buku apa yang menarik untuk dibaca,
dan musik apa yang enak didengar, secara sosial dipandu oleh selera individu dan
berfungsi untuk menguatkan posisi sosial seseorang.
Klasifikasi seni ‘high brow’ dan ‘low brow’ yang dicetuskan oleh Bourdieu
mengundang kritik dan kontroversi. Kondisi ini membuat munculnya penelitian-
penelitian yang berusaha untuk menyingkirkan istilah seni pop sebagai produk
sosial. Dalam penelitiannya tentang musik sakral (sacred music) di Amerika,
Stephen Marini (2003) berusaha mendiskusikan musik pop sebagai budaya industri
berdasarkan pemikiran Adorno dan Horkheimer tentang Dialectic of Enlightment.
Adorno dan Horkheimer menyatakan bahwa budaya industri merupakan
standarisasi dari budaya yang muncul di abad ke-19 dan 20. Menurut mereka
berdua, musik, dan karya seni lainnya, sebenarnya sangat kurang dalam
menghasilkan profit. Namun, munculnya kapitalisme di dalam abad ke-19 dan 20
memaksa seni agar diciptakan untuk pasar. Hal ini membuat perubahan fungsi seni,
yang tadinya mengekspresikan kebenaran dan keindahan, menjadi pasar untuk
menghasilkan uang. Berkaitan dengan industri musik gospel, musik tersebut hanya
dianggap sebagai ‘aksesoris mahal’ di dalam kehidupan sosial beragama (hal.313).
18 | P a s c a s a r j a n a I S I Y o g y a k a r t a
Penelitian tersebut mendukung sudut pandang Bourdieu tentang fungsi seni,
yang di dalam distinction menyatakan bahwa karya seni yang diproduksi secara
massal akan berkurang makna estetiknya, dan lebih dirancang agar bisa difungsikan
oleh banyak orang (Bourdieu, 1984:442). Meski begitu, Marini menolak pandangan
tersebut karena dia ingin meletakan musik di dalam jantung agama sebagai sesuatu
yang tidak bisa dipisahkan ketimbang hanya jadi objek kapitalisme (Marini, 2003).
Distinction di dalam seni dan agama biasanya dikaitkan dengan Alkitab dan
aksesoris identitas agama. Dalam Material Christianity: Religion and Popular
Culture in America, McDanell (1995) menjelaskan bahwa di dalam Gereja terjadi
pembiasan antara Firman dan Khotbah, dan materialitas. Di dalam kehidupan gereja
Katolik, Alkitab, air suci, diekspresikan sebagai benda yang memiliki hubungna
langsung dengan Tuhan. Namun, mereka cenderung mengabaikan barang religious
yang diproduksi secara massal, seperti pembatas buku dengan ayat, kalung dan
gelang berlambang Salib yang dijual di toko buku Kristen, dan melabelinya dengan
sebutan karya seni inferior (hal.165).
Di dalam hal ini, terjadi distinction tentang karya seni yang diproduksi
massal dan yang eksklusif di dalam gereja. Di mana para kaum intelektual gereja
menganggap bahwa karya seni yang diproduksi massal tidak memiliki makna
religious. Meski begitu, hal tersebut disangkal oleh McDanell, karena pengalaman
agama setiap orang berbeda-beda, di mana ada beberapa orang yang mengalami
pengalaman spiritual tertentu karena menemukan pembatas buku dengan ayat
Alkitab, atau tidak sengaja mendengar musik pop rohani yang sesuai dengan
permasalahan dia saat ini, dan membuat produk massal tersebut memiliki makna
yang jauh lebih mendalam dari yang para produser tersebut bayangkan (hal.222).
19 | P a s c a s a r j a n a I S I Y o g y a k a r t a
BAB 3
METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
20 | P a s c a s a r j a n a I S I Y o g y a k a r t a
atau 2 lagu. Gaya ibadah mereka juga lebih modern, di mana pemusik tidak hanya
piano atau organ saja, namun bisa dalam bentuk band atau chamber music. Gaya
aransemennya juga lebih modern, tergantung jenis lagu ibadahnya.
Penelitian akan dilakukan sejak Juni 2022 hingga April 2023, di mana di
dalam kurun waktu Juni hingga Desember 2022, peneliti akan berusaha
membangun rapport terhadap calon narasumber dengan mengikuti kegiatan
peribadahan dan kegiatan gereja yang berkaitan dengan musik di sana. Kemudian
pada Januari hingga April 2023, peneliti akan mulai mengumpulkan data primer
berupa hasil wawancara, dan data sekunder berupa hasil deskriptif dari kuesioner
yang disebarkan kepada remaja dan pemuda yang beribadah di JPCC, dan
kumpulan dokumentasi serta statistik kehadiran pemuda di ketiga gereja tersebut.
21 | P a s c a s a r j a n a I S I Y o g y a k a r t a
b) Analisis Dokumen
c) Wawancara
Sebelum melakukan wawancara, peneliti akan membangun rapport
dengan ke-9 narasumber tersebut, untuk membantu kelancaran proses
penelitian ini. Peneliti juga mengajukan izin kepada tiap-tiap gereja agar lebih
lancar dalam melakukan wawancara dan pengumpulan data sekunder.
Wawancara akan direkam dengan menggunakan alat perekam dalam bentuk
suara melalui HP, dan alat tulis untuk menulis hal-hal yang penting. Hasil dari
rekaman tersebut nantinya akan ditulis menjadi sebuah verbatim.Peneliti juga
akan menggunakan HP untuk mengambil dokumentasi kegiatan wawancara dan
foto para narasumber, yang nantinya akan ditaruh di dalam lampiran.
22 | P a s c a s a r j a n a I S I Y o g y a k a r t a
Pnt. Mamangkey dipilih menjadi narasumber adalah karena beliau
adalah salah seorang salah satu Pelaksana Harian Majelis Jemaat
(PHMJ) yang menjabat sebagai ketua 3, yaitu PHMJ yang berfokus
membina SDM Gereja, dan Pelayanan Kategorial (PELKAT) Anak,
Teruna, Gerakan Pemuda, Kaum Perempuan, Kaum Bapak, dan
Lansia.
c. Nadia Priskilla Wekes, jemaat GPIB Gideon sekaligus anggota
Gerakan Pemuda GPIB Gideon. Nadia dipilih karena beliau adalah
jemaat tetap di GPIB Gideon yang juga aktif ikut beribadah di
gereja-gereja Karismatik.
d. Pdt. Ratna Indah Widhiastuty, Pdt. Ratna merupakan salah satu
pendeta di GKI Gejayan. Beliau dipilih karena sering menjadi
pendeta pembina di dalam kegiatan-kegiatan pemuda GKI Gejayan,
dan juga pada April 2022 kemarin menjadi pendeta pembina di acara
Etnik GKI Gejayan, yang mengawasi rencana peribadahan dan
pemilihan musik di GKI Gejayan.
e. Ribka, S.Si-Teol, jemaat, pegawai gereja, dan juga salah satu
pengurus Komisi Musik Gereja di GKI Gejayan. Beliau dipilih
karena selain latar belakangnya yang seorang sarjana Teologi, Ribka
juga merupakan pengurus Komisi Musik Gereja yang bertugas
membantu jadwal petugas pemusik, dan membantu pemilihan lagu
ibadah yang akan dinyanyikan.
f. Risto Luturmas, SKp, simpatisan, song leader, worship leader di
GKI Gejayan. Risto dipilih menjadi narasumber karena meskipun
beliau aktif di GKI Gejayan, namun dia juga aktif mengikuti ibadah
di gereja Karismatik, seperti GBI Keluarga Allah, Jogja.
g. Ps. Jeffrey Rahmat, Pendeta dan pendiri JPCC. Beliau dipilih karena
saat ini beliau menjabat sebagai Gembala Sidang yang memimpin
semua komunitas dan kegiatan di JPCC.
h. Oryza Adhisurya, salah satu pemimpin Komsel (Komunitas Sel) di
JPCC. Beliau dipilih karena beliau adalah pempimpin di komsel,
yang berfungsi tidak hanya memimpin sharing di dalam komunitas,
23 | P a s c a s a r j a n a I S I Y o g y a k a r t a
namun juga menjadi pembina anggota komsel yang ingin menjadi
pelayan di JPCC.
i. Ruth Lidya, simpatisan dan anggota komsel di JPCC. Beliau dipilih
karena beliau adalah simpatisan, atau non jemaat yang sebenarnya
berasal dari gereja koncensional, namun aktif beribadah dan komsel
di JPCC. Ruth juga aktif melayani sebagai penyambut tamu di dalam
ibadah di JPCC.
24 | P a s c a s a r j a n a I S I Y o g y a k a r t a
5. Menurut anda, mengapa anak muda lebih banyak beribadah di gereja
ini? (Khusus untuk JPCC)
4. Analisis Data
Untuk hasil data dari kuesioner dan analisis dokumen, peneliti akan
menggunakan analisis deskriptif. yaitu mengambil hasil kuesioner berdasarkan data
yang didapat dari partisipan, dan menjelaskannya secara naratif. Hasil dari data
tersebut akan disesuaikan dengan konsep yang digunakan.
25 | P a s c a s a r j a n a I S I Y o g y a k a r t a
LAMPIRAN
Rancangan Kuesioner
Data Demografis
1. Inisial :
2. Usia :
3. Gender :
4. Jemaat di Gereja :
5. Status di Gereja tersebut :
a. Simpatisan (non aktivis)
b. Simpatisan (aktivis)
c. Jemaat (non aktivis)
d. Jemaat (aktivis)
e. Majelis
f. Pendeta
Pertanyaan Kuesioner
26 | P a s c a s a r j a n a I S I Y o g y a k a r t a
4. Menurut saya, piano lebih pantas digunakan dalam beribadah ketimbang
menggunakan full band
a. Ya
b. Tidak
c. Mungkin
5. Saya menyukai musik pop
a. Ya
b. Tidak
c. Mungkin
6. Saya suka mendengarkan lagu himne yang diaransemen dengan genre pop
a. Ya
b. Tidak
c. Mungkin
7. Menurut saya, boleh saja apabila menggunakan musik pop selama lagu yang
digunakan adalah lagu himne gereja
a. Ya
b. Tidak
c. Mungkin
8. Gereja saya seharusnya bisa mengikuti perkembangan zaman, terutama dalam
bermusik
a. Ya
b. Tidak
c. Mungkin
9. Gereja yang baik adalah gereja yang terbuka dengan perkembangan masyarakat
yang terjadi
a. Ya
b. Tidak
c. Mungkin
10. Saya menyukai musik pop karena ingin terlihat berbeda dari orang tua saya
a. Ya
b. Tidak
c. Mungkin
27 | P a s c a s a r j a n a I S I Y o g y a k a r t a
11. Saya menyukai musik pop lebih dari musik klasik
a. Ya
b. Tidak
c. Mungkin
12. Saya lebih menyukai musik himne dengan gaya pop ketimbang himne yang
dimainkan dengan cara klasik
a. Ya
b. Tidak
c. Mungkin
13. Musik Gereja harus berbeda dengan musik pop masa kini
a. Ya
b. Tidak
c. Mungkin
14. Saya lebih suka ibadah dengan gaya ibadah di Gereja Karismatik ketimbang di
Gereja Tradisional
a. Ya
b. Tidak
c. Mungkin
28 | P a s c a s a r j a n a I S I Y o g y a k a r t a
Daftar Pustaka
29 | P a s c a s a r j a n a I S I Y o g y a k a r t a
Pranoto, I. (2021). Understanding the church involvement of generation Z adults
within megachurches in indonesia (Order No. 28412506). Available from
ProQuest Dissertations & Theses Global: The Humanities and Social
Sciences Collection. (2512336665). Retrieved from
https://www.proquest.com/dissertations-theses/understanding-church-
involvement-generation-z/docview/2512336665/se-2?accountid=25704
Shaker, Reza & Halsall, Jamie. (2016). ‘Tracing musical tastes in Tehran: How
urbanism selects its sound’ Cogent Social Sciences. 2. 1132093.
10.1080/23311886.2015.1132093.
Tepera, C. S. (2017). "Faith comes by hearing": A sociological analysis of christian
contemporary music and aural piety (Order No. 10287166). Available from
ProQuest Dissertations & Theses Global: The Humanities and Social
Sciences Collection. (1950524737). Retrieved from
https://www.proquest.com/dissertations-theses/faith-comes-hearing-
sociological-analysis/docview/1950524737/se-2?accountid=25704
Tönsing, J.G., (2020), ‘“That song moves me to tears” – Emotion, memory and
identity in encountering Christian songs’, HTS Teologiese
Studies/Theological Studies 76(3),a5618.
https://doi.org/10.4102/hts.v76i3.5618
William, R. (2013): “Anyone who Calls Muse a Twilight Band will be Shot on
Sight”: Music, Distinction, and the “Interloping Fan” in the Twilight
Franchise, Popular Music and Society, 36:3, 327-342
Williams, K.M. & Banjo,O. O, (2013) ‘From Where We Stand:Exploring Christian
Listeners’ Social Location and Christian Music Listening’, Journal of
Media and Religion, 12:4, 196-216, DOI: 10.1080/15348423.2013.845027
Yoon, S. (2016). ‘Tuning in Sacred: Youth Culture and Contemporary Christian
Music’. International Review of the Aesthetics and Sociology of Music,
47(2), 315–342. http://www.jstor.org/stable/44234974
Berita Online
Barna.com,2020. ‘Christian Millennials Are Most Likely Generation to Lean
Toward Charismatic Worship’, https://www.barna.com/research/worship-
preferences/
Gereja Tiberias Indonesia.’Ibadah Metaverse’.
https://www.tiberias.or.id/metaverse
Irawan D, Handi, A. Putra, Cemara. ‘Gereja Sudah Tidak Menarik bagi Kaum
Muda’.https://bilanganresearch.com/gereja-sudah-tidak-menarik-bagi-
kaum-muda.html
30 | P a s c a s a r j a n a I S I Y o g y a k a r t a
Jppn.com,2019.’Hillsong dan Gereja Pantekosta di Australia Menarik Lebih
Banyak Anak Muda, https://www.jpnn.com/news/hillsong-dan-gereja-
pantekosta-di-australia-menarik-lebih-banyak-anak-muda
Kresna, Mawa,2019. ‘Ke Mega Church demi Dahaga Iman yang Ekspresif’,
https://tirto.id/ee12
Merdekawan, Guntur. 2015. ‘Apresiasi Tinggi, Konser JPCC Disaksikan Ribuan
Penonton’. https://musik.kapanlagi.com/berita/apresiasi-tinggi-konser-
jpcc-disaksikan-ribuan-penonton-960681.html
Meyer, Holly, 2019. ‘What new LifeWay Research survey says about why young
adults are dropping out of church’.
https://www.tennessean.com/story/news/religion/2019/01/15/lifeway-
research-survey-says-young-adults-dropping-out-church/2550997002/
Nugraha,Steven A, 2015, ‘Musik Gereja dengan Pendekatan Masa Kini’,
https://gkipi.org/musik-gereja-dengan-pendekatan-masa-kini/
PGI, 2014. ‘Pokok-pokok Rekomendasi Konas Muger 2014’,
https://pgi.or.id/pokok-pokok-rekomendasi-konas-muger-2014/
Virgianti, Kartika, 2014. ‘Musik Modern di Gereja Akibat Ada Ketidakpuasan
Kaum Muda’, https://www.satuharapan.com/read-detail/read/musik-
modern-di-gereja-akibat-ada-ketidakpuasan-kaum-muda
Virgianti, Kartika, 2014. ‘Yewangoe: Nyanyian Gereja Buat Umat Lebih Hayati
Ibadah’, https://www.satuharapan.com/read-detail/read/yewangoe-
nyanyian-gereja-buat-umat-lebih-hayati-ibadah
31 | P a s c a s a r j a n a I S I Y o g y a k a r t a