POPULER
Komunikasi dan Penyiaran Islam, Universitas Agama Islam Al-Qolam Malang (email:
vinalailatulmaskuro20@alqolam.ac.id)
Abstrak
Musik tidak hanya dijadikan sebagai media hiburan, namun seiring berkembangnya
zaman musik juga dijadikan sebagai media dakwah oleh para dai. Ada banyak musik yang
liriknya mengandung pesan dakwah, di antara musik populer yang mengandung pesan
dakwah adalah lagu “Dekengane Pusat”. Artikel ini bertujuan untuk mengkaji dan
memahami dua hal yaitu gambaran umum dari lagu “Dekengane Pusat” dan pesan dakwah
sufistik dalam lagu “Dekengane Pusat”. Lagu ini pertama kali dinyanyikan oleh seorang
penyanyi dangdut bernama Elsa Safira. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif
dengan metode analisis semiotika Ferdinand de Saussure. Dalam lirik lagu karya Lek
Dahlan ini terdapat 4 bait, dimana lagu ini memiliki pesan dakwah sufistik berupa ajakan
untuk bertawakal dan bertaubat kepada Allah, tidak menyia-nyiakan hidup dengan
melakukan hal-hal yang unfaedah, cara menghadapi dan menyikapi masalah yang datang
yaitu dengan tidak berlarut-larut dalam kesedihan, mengobati hati dengan kembali dan
selalu mengingat Allah, dan bersabar karena setiap apa yang hilang dalam hidup manusia
nanti akan diganti dengan yang lebih baik lagi.
Pendahuluan
Di zaman sekarang musik semakin digemari, hal ini bisa dilihat dari semakin
eksisnya dunia musik serta banyaknya berbagai platform yang menyediakan berbagai
1
genre musik agar bisa dinikmati publik seperti Spotify, Apple Music, Google Play Music dan
Youtube music. Dilansir dari berita Kumparan, berdasarkan hasil survei AS yang
dilaporkan Buzz Angel Music bahwa kuantitas on-demand streaming pada tahun2019
mencapai peningkatan hingga mencapai 1 triliun, dengan presentase 25% lebih meningkat
dari pada tahun sebelumnya, data ini membuktikan jika minat pendengar musik
mengalami peningkatan.
Seiring berkembangnya zaman musik tidak hanya dijadikan sebagai media untuk
menghibur diri atau untuk mengembalikan suasana hati, melainkan juga sebagai pengiring
ritual keagamaan, tradisi dan media berdakwah. Musik merupakan fasilitas bagi musisi
untuk memberikan hiburan, penerangan serta sarana untuk berkomunikasi dengan orang
lain(Neng, 2021: 225). Oleh karena itu, musik tidak hanya berfungsi sebatas untuk
menghibur diri tetapi media untuk berkomunikasi dan mengekspresikan sesuatu.
Berdakwah melalui musik adalah boleh dan sangat efektif terutama di zaman
sekarang, karena sifatnya yang ringan dan mudah dipahami oleh komunikan, sehingga
pesan dakwah yang ingin disampaikan komunikator lebih mudah untuk diserap dan
dipahami oleh komunikan. Hal ini tentu tidak bisa lepas dari tujuan awal berdakwah, yaitu
untuk mencapai keselamatan baik di dunia maupun di akhirat (Asror, 2018: 15) di antara
musik yang mengandung pesan dakwah adalah lagu “Dekengane Pusat”.
Sufi (pengamal ilmu tasawuf) adalah orang yang sering berkecimpung dalam
berbagai aktivitas Islam. Sufistik atau tasawuf merupakan salah satu dari tiga pilar agama
yaitu ihsan. Setidaknya ada tiga definisi sufistik menurut para ahli sufi. Pertama, sufistik
adalah mengekspresikan ilmu yang seseorang miliki. Jadi semisal ada seorang ahli dalam
suatu bidang ilmu tertentu yang mengekspresikan pengetahuannya dalam aktivitas sehari-
hari maka ia sudah bisa disebut sebagai sufi(ahli tasawuf). Kedua, diartikan sebagai usaha
untuk menghilangkan perilaku buruk dan menanamkan kepribadian baik. Ketiga, sufistik
merupakan bagian dari etika itu sendiri, dalam artian siapa saja yang memperbaiki
perilakunya sama halnya ia sedang meningkatkan kualitas kepribadiannya. Dalam hal ini
baik moral secara lahir maupun batin, etika secara vertikal atau horizontal(A. Fatih, 2022:
46).
Ada beberapa penelitian sebelumnya yang mengkaji mengenai pesan dakwah dalam
lirik lagu. Pertama, Nalisi Wacana Pesan Dakwah dalam Lirik Lagu “Judi” Karya Rhoma
Irama(K. Khotimah, 2022). Penelitian ini menggunakan anilisis kualitatif Teun Van Dijk.
Hasil yang didapatkan dalam penelitian ini adalah bahwa lagu judi mengandung dua pesan
keagamaan yaitu mengenai aqidah dan moral. Kedua, Pesan Dakwah dan Gaya Bahasa pada
Lirik Lagu “Sebujur Bangkai” Rhoma Irama (M. Chintya, 2020), penelitian ini menggunakan
pendekatan analisis teks. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini adalah jika dalam lirik
lagu “Sebujur Bangkai” terdapat banyak gaya bahasa dan pesan yang terkandung dalam
lirik lagu tersebut adalah mengenai tadzkir dan tanbih, tarbiyah dan ta’lim, indzar dan
tarhib. Ketiga, Pesan Dakwah dalam Lirik Lagu Menyambut Lebaran Karya Pendhoza
(Achsani & Laila, 2020). Penelitian ini menarik kesimpulan jika lagu “Menyambut Lebaran”
mengandung dua pesan dakwah yaitu mengenai syariat dan etika. Pada artikel ini peneliti
menggunakan metode penelitian kualitatif dengan tekni catat dan baca. Keempat,
3
Aktualisasi Pesan Dakwah dalam Syair: Pesan Dakwah Lirik Lagu “Sebelum Cahaya” Karya
Band Letto (A. N. Sansidar, 2020). Penilitian ini menggunakan metode pendekatan
Semiotika Chales S. Pierce, hasil yang didapatkan adalah jika dalam lirik lagu tersebut
musisi menyelipkan nilai-nilai ketuhanan, yang tidak lain merupakan pokok dari agama.
Metode
Sementara itu analisis yang digunakan peneliti adalah Analisis Semiotika Ferdinand
de Saussure. Saussure adalah seorang ahli bahasa sekaligus seorang filsuf, ia berasal dari
Swiss. Pemkiran-pemikirannya awalnya ia sampaikan ketika menjadi Dosen di Unifersity of
Ganeva sekitar tahun 1906-1911.
4
Semiotika sendiri adalah bentuk analisis teks media yang mengasumsikan jika
media itu sendiri dikomunikasikan melalui seperangkat tanda(Sobur, 2016:95). Teori
Ferdinand de Saussure adalah prinsip yang menjelaskan bahwa bahasa adalah suatu sistem
tanda. Menurutnya bahasa adalah bunyi atau suara yang dapat mengekspresikan dan
menyampaikan ide-ide atau pengertian tertentu. Sedangkan Sussure sendiri membagi
tanda dalam konteks komunikasi menjadi dua bagian yaitu signifier (penanda) dan
signified (petanda). Signifer adalah sesuatu yang menunjuk pada aspek fisik dari
sign(tanda) seperti visual, ucapan dan teks. Sedangkan signified adalah sesuatu yang
merujuk pada mental dari tanda yaitu pemikiran yang bersifat asosiatif mengenai
tanda(Ria, 2020: 39). Oleh karena itu antara penanda dan petanda bagaikan dua sisi kertas
yang tidak dapat dipisahkan, penanda tanpa adanya petanda tidak akan ada artinya dan
demikian juga sebaliknya. Oleh sebab itu dalam penelitian yang menggunakan analisis
semiotika Ferdinand de Saussure, harus bisa membedah antara penanda dan petanda, agar
dapat mengetahui makna yang ada dalam sebuah tanda. Dalam penelitian ini tanda yang
digunakan adalah lirik teks dari lagu “Dekengane Pusat”.
Teknik analisis data dalam penelitian ini melalui beberapa tahapan yaitu:(1)
mencari video lagu “Dekengane Pusat”; (2) mencari lirik lagu “Dekengane Pusat”; (3)
menterjemah lagu “Dekengane Pusat” ke dalam Bahasa Indonesia; (4) membagi objek
penelitian secara perbait; (5) menganalisis dan membedah signifier dan signified yang ada
dalam lirik lagu.
Hasil
Lagu “Dekengane Pusat” adalah lagu karangan seorang musisi dengan nama
panggung Lek Dahlan, nama asli Lek Dahlan sendiri adalah Dahlan Efendi. Awalnya Istilah
Dekengane Pusat pertama kali dikenalkan oleh seorang dai muda dari Blitar yang biasa
dipanggil dengan sapaan Gus Iqdam. Hingga pada akhirnya kalimat itu menjadi jargon
Majelis Sabilut Taubah, yang tidak lain adalah majelis pimpinan Gus Iqdam sendiri,
kemudian kalimat itu populer di kalangan masyarakat, baik anak muda, remaja atau pun
orang tua. Hal ini menarik perhatian Lek Dahlan, hingga kemudian ia bernisiatif untuk
menciptakan lagu yang berjudul “Dekengane Pusat”. Lagu ini resmi dirilis pada tanggal 30
Juli 2023 di akun YouTube Gus Iqdam Official. Lagu “Dekengane Pusat” pertama kali
dinyanyikan oleh seorang pedangdut asal Kediri bernama Elsa Safira. Hingga pada tanggal
21 Februari 2024 lagu ini sudah tayang sebanyak 691.275 kali dengan 38 ribu suka dan 2,2
ribu komentar. Berikut manajemen sekaligus orang yang terlibat dalam pembuatan lagu
dan video klip lagu “Dekengane Pusat” dalam akun YouTube Gus Iqdam Official.
Tabel 1
Managemant dan orang yang terlibat dalam pembuatan lagu dan video klip lagu
“Dekengane Pusat”
Nama Posisi
Credit Title:
Song Writer: Lek Dahlan
5
Vocal : Elsa Safira
Senggak : Bayu Lingga, Vioan GA
Arranger: DP Production
Video Credit:
Produser: Lek Dahlan
Director: Lek Dahlan
Script Director: Lek Dahlan
Asisten Direcor: Imam Tahtowi
Cameramen: Arief Syaifuddin
Editor: Arief Syaifuddin
Keluarga ST: Gus Iqdam, Hendrik Ketua ST, Ja’far
Baehaqi, Yoga Faryski, Ta’In, Ilham,
Burhanuddin, Subur, David, Syahrul Badol
Dari tabel di atas kita dapat mengetahui siapa saja yang terlibat dalam penyusunan
dan pembuatan video klip lagu “Dekengane Pusat”. Adanya pembagian tugas dan
manajemen dalam pembuatan lagu ini tidak lain bertujuan agar proses pembuatannya
dapat berjalan dengan lancar dengan cara setiap orang yang terlibat di dalamnya mampu
melakukan tugas masing-masing secara profesional. Karena menurut widiasanty dan
Irwansyah(2018: 79) dalam mengatur sebuah kegiatan perlu adanya pengorganisasian
guna untuk memanajemen hak dan kewajiban setiap orang yang terlibat di dalamnya
sehingga dapat bekerja sama dengan baik dan mendapatkan hasil yang maksimal.
Secara ringkas lirik lagu “Dekengane Pusat” mempunyai empat bait dengan satu bait
lagu merupakan reff dan bait pengulangan dari bait pertama lagu berdurasi 4.53 detik
tersebut, berikut lirik lagu “Dekengane Pusat” beserta makna bahasa Indonesianya agar
peneliti dan pembaca lebih mudah untuk memahaminya.
Tabel 2
6
Tinggal udud sinambi ngopi Tinggal merokok sambil mengopi
Bengi digawe ngaji Malam dibuat mengaji
Ra sah nangis po nelongso Tidak perlu menangis apa lagi bersedih
Mendingan kowe teko Lebih baik kamu datang
Sopo ngerti bonus entuk rondo Siapa tahu nanti dapat janda
Dari tabel tersebut kita dapat melihat jika lirik lagu tersebut mempunyai empat bait
utama dengan bait ke empat sebagai reff dari lirik lagu “Dekengane Pusat” yang merupakan
pengulangan dari bait pertama. Walau terdapat beberapa pengulangan dalam musik ini,
namun lagu ini tetap nyaman untuk didengarkan dan sarat akan pesan dakwah.
Sebagaimana yang telah disinggung sebelumnya, jika dalam lirik lagu ini terdapat
pengulangan bait, yaitu antara bait ke-1 dan ke-4. Maka dari itu, dalam pembahasan ini
peneliti hanya akan menggali nilai pesan dakwah dalam lirik 1, 2 dan 3 saja, menggunakan
analisis semiotika Ferdinand de Saussure dengan mendeskripsikan dan
menginterpretasikan hasil analisis secara perbait karena mengingat pesan liriknya yang
saling berkaitan.
Pada bait pertama terdapat tanda atau simbol “Dekengane Pusat” yang artinya yang
dilindungi atau biasa dikenal dengan term backingan oleh pusat. Kalimat “Dekengane
Pusat” pada bait ini merupakan signifier pada bait pertama. Signified “Dekengane Pusat”
adalah orang yang selalu dilindungi dan dijaga oleh Pusat(Allah) dari segala hal yang
berpotensi tidak baik. Signifikasi kata “Dekengane Pusat” yang merupakan relasai antara
penanda dan petanda dalam lirik pertama yaitu sebagai berikut:
Tabel 3
Kata “dekengane pusat” yang merupakan induk dari pesan dakwah yang terkandung
dalam lirik ini bisa bermakna dua hal yaitu taubat dan tawakal. Pertama, jika dimaknai
taubat. Setiap orang tentu tidak akan bisa terlepas dari melakukan perbuatan dosa, baik
berupa dosa kecil seperti berbicara kotor maupun dosa yang bersifat distori agama seperti
zina, miras, syirik atau yang lainnya. Karena memang pada esensinya manusia adalah
tempatnya salah dan lupa, kadang kala manusia lupa, keliru, lalai dan salah dalam
bertingkah. Oleh karena itu seorang individu hendaknya selalu bertaubat dan memohon
ampun kepada Tuhan ketika ia telah melakukan hal yang dilarang oleh agama.
Imam Ghozali dalam karyanya yang berjudul Ihya’ Ulumuddin mengatakan jika
ulama sepakat bahwa bertaubat hukumnya adalah wajib. Yusuf Qordlowi mendeskrisikan
jika sikap menunda taubat dapat berpengaruh bagi hati dan keimanan orang yang
beragama, sehingga efek dari perbuatan menunda taubat secara lama kelamaan dapat
membesar dan berpotensi untuk mengikis keimanan dalam hati manusia. Oleh karena itu
hendaknya setiap manusia selalu menyegerakan taubat, ketika dia sadar telah melakukan
perbuatan yang dilarang oleh syariat. Karena taubat merupakan gerbang utama bagi
seorang hamba agar bisa kembali mendekat dan mengenal Tuhannya.
Bait ini menyampaikan pesan peringatan kepada khalayak, jika seseorang yang
mengambil jalan taubat(kembali) kepada Allah SWT ia tidak perlu merasa takut, pesimis
dan mengeluh. Karena pada saat manusia sudah memutuskan dan mengambil langkah
bertaubat untuk kembali mendekat menuju Tuhannya, maka Allah SWT sendiri yang akan
memberikan perlindungan padanya. Karena Allah sangat menyukai terhadap manusia yang
bertaubat sebagaimana yang tertera dalam Al-Qur’an Surah Al-Baqoroh ayat 222. Tidak
hanya disukai Allah, Imam Ghazali berpendapat bahwa diantara kemuliaan orang orang
yang bertaubat adalah mendapatkan title sebagai kekasih Allah SWT baik saat ini ketika di
dunia maupun nanti di akhirat. Dari sini dapat kita lihat jika korelasi antara tanda
“Dekengane Pusat” dan taubat adalah sebagai bentuk apresiasi Allah kepada manusia yang
bertaubat dengan cara selalu memberikan perlindungan kepada para pelaku taubat.
Kedua, jika dimaknai sebagai tawakal. Kata “Dekengane pusat” jika diartikan
sebagai tawakal berarti orang yang sudah berserah diri kepada Allah SWT secara totalitas.
Imam Ghazali mendefinisikan tawakal sebagai pengendalian hati kepada Tuhan yang Maha
Melindungi karena segala sesuatu yang ada di muka bumi ini tidak akan terlepas dari
pengetahuan dan kekuasaan-Nya, sedangkan selain Allah tidak akan mampu memberi
manfaat atau kerugian apa pun terhadap makhluk(I. Ghozali, 2014:507). Tidak berbeda
jauh dengan Imam Ghazali Muhammad bin Hasan Asy-Syarif juga mendefisinikan tawakal
sebagai seseorang yang mengetahui jika hanya Allah SWT yang mampu menjamin,
8
mengatur rezeki dan kehidupan manusia. Oleh sebab itu orang tersebut hanya akan
berserah diri kepada Allah SWT semata dan sama sekali tidak bergantung pada
makhlukNya. Pada prinsipnya tawakal adalah sifat penghambaan manusia kepada
Tuhannya dengan selalu menanamkan rasa percaya terhadap Tuhan yang Maha Esa secara
total, mengingat Allah sebagai pemagang otoritas tertinggi di semesta ini.
Ada banyak kelebihan bagi orang yang mau bertawakal kepada Allah SWT,
diantaranya mendapat jaminan kemudahan dari Allah SWT baik di dunia atau di akhirat,
optimis, memiliki mental yang kuat, mempunyai hati yang lapang dan mudah beradaptasi
dengan problem yang sedang dihadapi, memperkuat iman, menjadi pribadi yang mandiri,
masuk surga tanpa melewati tahap perhitungan amal dan dicukupkan rezekinya.
Maka bukanlah sesuatu yang mengherankan jika orang yang bertawakal kepada
Allah SWT dapat memiliki mental yang kuat dalam menghadapi segala warna kehidupan,
karena keteguhan iman yang dimilikinya serta mudahnya dia dalam berdaptasi dan
menerima segala kenyataan hidup yang sedang dialami karena dia meyakini segala yang
baik dan buruk yang datang dalam kehidupannya berasal dari Allah SWT. Hal ini sejalan
dengan ayat Al-Qur’an surah Ali Imron ayat 173 “ Mereka yang taat kepada Allah dan Rasul
itu, ketika diprovokasi orang yang mengatakan kepada mereka: Sesungguhnya orang-orang
kafir telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, maka takutlah kamu pada
mereka. Maka perkataan provokasi ini bahkan menambah keteguhan iman mereka sehingga
mereka berkata: Cukup untuk kami pertolongan Allah, maka Dia sebaik-baik yang menjamin
dan melindungi". Ayat ini mengajarkan, ketika seseorang sedang mengalami musibah atau
dihadapkan dengan kenyataan yang tidak sesuai dengan ekspektasi maka sebaiknya dia
kembali pada Allah SWT. Hal ini ditegaskan dalam lafadz “hasbunallah wani’mal wakil”
(cukuplah Allah menjadi penolong dan ia sebaik-baik wakil). Karena Allah sebagai pusat
dan pemegang otoritas tertinggi di muka bumi.
Bait pertama ini mengkomunikasikan bahwa orang yang sudah bertawakal kepada
Allah SWT, ketika ia dihadapkan dengan masalah yang ringan maupun rumit tidak akan
pesimis dan mudah berkeluh kesah, karena ia meyakini jika Allah akan ikut mengintervensi
dalam menyelesaikan segala urusan dan masalah yang dihadapinya, sekalipun itu
merupakan perkara yang mustahil secara nalar manusia. Hal ini sejalan dengan asbabun
nuzul surah Al-Anfal ayat 49 yang artinya“Ingatlah; ketika orang-orang munafik dan orang-
orang yang ragu-ragu di dalam hati mereka berkata: Orang-orang mukmin itu tertipu oleh
agamanya. Allah berfirman; “Barang siapa yang tawakal kepada Allah SWT, ketahuilah
bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana"
Ayat ini berkaitan erat dengan peristiwa Perang Badar, ketika pasukan umat Islam
kalah jumlah dari pada pasukan musuh. Namun karena sikap tawakal para sahabat yang
ikut berperang pada waktu itu, mereka sama sekali tidak gentar dan bergeser posisi
sedikitpun saat mengetahui pasukan musuh jauh lebih besar secara kuantitas. Final dari
sifat tawakal para sahabat tersebut adalah mereka berhasil pulang dengan membawa
kemenangan. Padahal waktu itu pasukan muslim hanya berjumlah 314 orang sedangkan
pasukan kafir berjumlah lebih dari 1000 orang, sungguh ini merupakan kemenangan yang
jauh dari prediksi nalar manusia dan pertempuran yang tidak sebanding. Tetapi dengan
9
bantuan Allah SWT pasukan kaum muslimin mampu memenangkan pertempuran sengit
tersebut, kurang lebih beginilah contoh konkret konsep “kalah neng ragat, menange jelas,
mergo nekat”. Konon katanya pasukan Islam pada saat Perang Badar dibantu oleh para
malaikat yang dikirim langsung oleh Allah SWT.
Cerita ini menjadi contoh dan gambaran bagi siapa saja yang mampu meneguhkan
hatinya dengan bertawakal kepada Allah, maka ia akan mendapatkan pertolongan dan
perlindungan dari Allah sekali pun hal itu menurut manusia adalah sesuatu yang mustahil.
Karena sejatinya Allah mampu melakukan hal yang mustahil menjadi nyata atau yang nyata
menjadi mustahil hanya dengan mengatakan “kun”. Sebagaimana yang tertera dalam Al-
Qur’an "Allah Pencipta langit serta bumi apabila menghendaki sesuatu Dia memerintahkan:
Jadilah, maka langsung jadi"(QS Al-Baqarah:117).
Pada bait kedua terdapat dua signifier yaitu pertama, tanda “ra digowo mati” artinya
tidak dibawa mati. Signifiednya adalah sesuatu yang tidak bisa dibawa dan dijadikan bekal
dalam menuju dan menemani kehidupan selanjutnya yaitu mati. Kedua, signifier atau
penanda dengan simbol “sik enak mangan” artinya masih enak makan. Signified simbol ini
adalah nikmat kesehatan, kesembuhan yang masih melekat pada badan, sehingga masih
bisa merasakan nikmatnya makan, bisa merasakan makanan yang rasanya asin, sedap dan
manis. Karena pada umumnya orang yang sakit tidak akan bisa merasakan nikmatnya
makanan yang dia santap karena terasa pahit dan hambar walaupun dia dihidangkan
dengan berbagai macam menu makanan mewah sekalipun. Signifikasi dari bait ini adalah:
Tabel 4
Hidup adalah bagian dari anugrah dan nikmat yang Allah berikan pada setiap
hambanya, setiap detik waktu yang berjalan adalah kesempatan-kesempatan emas yang
harus dimanfaatkan dengan sebaik mungkin dengan cara melakukan amal saleh dan tidak
menyia-nyiakan waktu dengan melakukan aktivitas yang unfaedah. Dalam islam semua
kehidupan manusia diatur dengan sebegitu detail mulai dari bangun tidur hingga tidur
kembali. Di antara hal yang diatur dalam Al-quran adalah memanajemen waktu yaitu
mengatur waktu agar bisa bermanfaat dengan sebaik dan semaksimal mungkin agar tidak
terbuang sia-sia. Nabi Muhammad pernah berpesan jika waktu adalah pedang, dalam artian
jika seseorang mampu menggunakan dan memanfaatkan waktu dengan baik dan maksimal,
maka pedang(waktu) akan memberikan manfaat yang sangat besar bagi kehidupannya.
Namun kalau sebaliknya, jika manusia tidak pandai dalam menggunakan, memanfaatkan
dan tidak tahu apa kegunaan dan seberapa pentingnya pedang yang dia miliki, maka
pedang itu akan berpotensi untuk melukai diri si pemilik.
Bait ini memberikan peringatan pada khlayak bahwa orang yang menyia-nyiakan
hidupnya dengan melakukan hal yang unfaedah, maka dia akan menyesal di kemudian hari
terlebih ketika nanti di akhirat karena pada hakikatnya apapun yang kita lakukan di dunia
ini akan dipertanggung jawabkan dan berkonsekuensi. Seperti contoh orang yang menyia-
nyiakan waktu mudanya dengan tidak mau belajar dan menyibukkan diri dengan aktivitas-
aktivitas yang sia-sia, maka dia harus siap untuk sengsara di hari tuanya, karena di masa
mudanya dia tidak mempersiapkan diri untuk bekal di hari tua. Ini sama halnya dengan
manusia yang menyia-nyiakan masa hidupnya dengan hal yang tidak bermanfaat atau
perbuatan yang tidak bisa dijadikan bekal saat kelak menghadap Tuhan. Dia akan
menyesal karena telah menyia-nyiakan waktu semasa hidupnya dengan berbuat maksiat
kepada Allah atau dengan bersantai ria tanpa mempersiapkan diri untuk kehidupan di
akhirat kelak. Dia akan terheran-heran mengapa dia selama hidupnya tidak beramal saleh,
sibuk beribadah dan melakukan hal-hal yang lebih bermanfaat sehingga bisa menikmati
kehidupan abadi yang indah. Namun penyesalan itu tidak dapat mengubah kenyataan yang
ada, karena waktu sifatnya tidak bisa diputar kembali.
Dalam bait ini orang yang menyia-nyiakan waktu dicontohkan dengan orang yang
menyibukkan hidupnya dengan masalah hubungan percintaan, masalah ini biasa
diidentikkan dengan kalangan remaja. Setiap langkah yang diambil memiliki konsekuansi
masing-masing yang harus ditanggung si pelaku, sebagaimana adagium populer jika setiap
apa yang kita tanam, maka maka itulah yang akan kita tuai. Begitulah kehidupan di dunia
ini, Allah memberikan manusia kesempatan hidup di dunia agar manusia dapat menanam
sesuatu yang bisa dia panen saat di akhirat kelak.
Kemudian bait ini, mengajak para penikmat lagu “Dekengane Pusat”, agar senantiasa
bersyukur kepada Allah SWT. Bersyukur tidak harus melihat nikmat yang besar, karena
11
ada banyak nikmat yang Allah berikan padamanusia, mulai dari nikmat hidup, nikmat sehat,
bisa melihat, bisa berbicara dan lain sebagainya. Mensyukuri nikmat merupakan bentuk
berterimakasih kepada yang memberi nimat, dalam konteks kali ini adalah Allah sebagai
subjek pemberi nikmat. Bersyukur tentu tidak hanya sebatas dalam mengucapkan kata
“Alahmdulillah”, namun juga tentang bagaimana kita bisa mengekspresikan nikmat itu
dengan cara memanfaatkan nikmat itu dengan baik, tidak mengkufuri nikmat dengan
menjadikan nikmat itu sendiri sebagai media untuk bermaksiat. Jika dikorelasikan dengan
lirik sebelumnya maka makna syukur disini adalah mensyukuri nikmat waktu atau
kesempatan yang diberikan dengan memanfaatkan waktu hanya untuk beribadah dan
mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Bait ketiga mengandung tanda “digawe ngaji” yang artinya dibuat mengaji. Kode
signifier dalam bait ini adalah mengaji, membaca, memahami, mempelajari dan mendalami.
Signifiednya bisa bermakna membaca Al-Qur’an atau mempelajari, memahami dan
mendalami kitab-kitab keagamaan dengan berguru kepada Kiyai atau Ustadz.
Tabel 5
12
Sumber: Hasil analisi data
Bait ini mengandung nasihat yang ditujukan pada publik terutama kalangan remaja,
pada bait ini komunikator menyampaikan nasihat yang berbau seputar masalah asmara,
bait ini mengajarakan jika komunikan sedang berada dalam kenyataan yang tidak sejalan
dengan ekspektasi mereka seperti ditinggal selingkuh oleh pasangan atau yang diluar
konteks asmara, seperti sedang kehilangan uang atau kehilangan orang tua dan lain
sebagainya. Hendaknya jangan berlarut-larut dalam kesedihan, bait ini mengajak khalayak
agar kembali melakukan aktivitas positif lainnya yang bisa mengembalikan suasana hati
yang kurang baik. Tidak perlu menangis, bersedih hati atau memendam kekecewaan
terlalu lama, karena esensi dunia adalah tempatnya ujian, maka dari itu tidak akan ada
manusia yang luput dari diuji oleh Allah SWT di dunia ini sebagaimana yang telah
dideskripsikan dalam Al-Qur’an “Dan Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan
kebaikan semata-mata sebagai cobaan. Dan kepada Kami kamu akan dikembalikan” (Surah
Al-Anbiya: 35).
Bait ini mengajarkan komunikan tentang bagaimana cara menyikapi masalah yang
datang silih berganti, dengan cara tidak meratapinya, bersabar, berlapang dada dan
melakukan hal-hal positif yang mampu mengembalikan hati agar bisa kembali tenang dan
senang, walaupun dengan kegiatan yang sederhana. Seperti hanya sekadar merokok dan
minum teh atau kopi, yang terpenting di sini adalah melakukan aktivitas atau kegiatan yang
tidak mengandung unsur maksiat, sikap ini sebagai manifestasi seorang hamba yang
senantiasa rela dan mensyukuri terhadap apapun yang Tuhannya berikan.
Di bagian lirik “Bengi digawe ngaji” jika dikorelasikan dengan lirik sebelumnya,
maka mengandung pesan jika sedang mengalami kegelisahan dan sedih karena tengah
dilanda musibah hendaknya manusia mengobatinya dengan cara kembali pada Allah SWT
(mengingat Allah). Dalam lirik ini diisyaratkan dengan kata “mengaji”, yang merupakan
simbol atau tanda pada bait ketiga. Konsep ini ada bukan tanpa berdasarkan argumentasi
yang kuat, karena Allah SWT pernah mendeskripsikan hal ini dalam Al-Qur’an Surah Ar-
Ra’du:28 “Yaitu orang-orang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan berzikir
kepada Allah (dengan mengingat Allah). Ingatlah: Hanya dengan berdzikir kepada Allah
akan tenang semua hati”.
Ada banyak cara yang bisa ditempuh oleh seorang muslim agar bisa kembali
mengingat Allah di antaranya seperti solat, mengaji, berfikir atau merenungkan tentang
agama dan masih banyak lagi. Ada banyak sekali keutamaan dari mengingat Allah SWT,
selain dapat mengobati hati yang bersedih yaitu mendapatkan ampunan dari Allah,
dikabulkan doa dan keinginannya, perbuatan yang mulia dan yang terpenting adalah
mendapatkan rida dari Allah SWT.
Pada bagian lirik “sopo ngerti bonus entuk rondo” sebenarnya mengandung unsur
humor dengan memasukkan istilah “janda” di dalamnya. Wanita dalam humor kebahasaan
acap kali dijadikan sebagai objek humor, yang berhubungan dengan hal-hal berbau
pornografi(Vidiasari, 2017:84). Dalam persoalan ini seringkali humor wanita digunakan
untuk membahas hal-hal yang bersinggungan dengan sesuatu yang dapat menghadirkan
13
hasrat seksual dan erotis. Dalam bait ini nampaknya Lek Dahlan memasukkan kata ‘janda’
untuk menghadirkan humor tersebut. Menurut Vidiadari umumnya pelabelan janda selalu
dikonotasikan pada hal-hal yang negatif seperti sebagai wanita penggoda, manja dan suka
merayu. Namun pada lirik ini lebih mengarah pada term ‘janda kembang’ karena sebelum
kata ‘janda’ Lek Dahlan menyelipkan kata ‘bonus’. Bonus adalah nilai plus atau nilai tambah
dalam sesuatu. Sedangkan definisi janda kembang menurut KBBI adalah seorang janda
cantik yang masih muda dan tidak mempunyai anak. Yang dimaksud bonus dengan
mengaitkan janda disini adalah dalam masalah bentuk fisik si janda, hal ini tentu tidak
lepas dari stereotip bahwa janda kembang selalu memiliki paras yang cantik dan bentuk
tubuh yang ideal bagi kaum laki-laki. Dalam penggunaan kata ‘janda’ pada lirik ini sangat
terlihat jika musisi menjadikan janda sebagai nilai plus atau bonus yang didasarkan pada
bentuk fisik.
Terlepas dari pembahasan janda, dalam bait ini komunikator mengajarkan kepada
khalayak agar mengikhlaskan apa yang hilang atau pergi dari hidup mereka, karena pada
esensinya semua yang dimiliki adalah titipan dari Allah SWT semata, maka dari itu ketika
seorang hamba bisa bersabar, ikhlas dan rida akan ujian kehilangan yang sedang
dialaminya maka nanti Allah akan menggantinya dengan bentuk lain yang jauh lebih baik
lagi. Dalam bait ini diisyaratkan melalui lirik “sopo ngerti bonus entuk rondo”. Ibnu Abbas
seorang sahabat Nabi pernah memberikan nasihat“kemenangan bersama kesabaran dan
kemudahan datang bersama kesusahan”. Nasihat dari Ibnu Abbas ini ternyata juga
disinggung oleh Allah dalam Al-Qur’an Surah Al-insyirah ayat 5: “Maka sesungguhnya di
samping kesulitan pasti ada kemudahan”. Dalam ayat tersebut Allah ingin menenangkan
hati hambanya dan ingin mengajarkan jika ketika manusia sedang mengalami kesusahan,
kesedehihan dan nestapa hendaknya mereka selalu bersabar dan tidak berputus asa dalam
mengharap pertolongan Allah karena dibalik musibah dan kesusahan hidup yang sedang
dialami ternyata Allah juga menyertakan kebahagiaan dan jalan keluar disampingnya.
Kesimpulan
Berdasarkan analisis yang peneliti lakukan, peneliti menarik duaa kesimpulan yaitu:
pertama, lagu “Dekengane Pusat” dikarang oleh Lek Dahlan seorang musisi asal ngawi, lagu
ini pertama kali dinyanyikan oleh Elsa Safira. Lagu “Dekengane Pusat” terinspirasi dari
jargon Majelis Sabilut Taubah yang dipimpin oleh seorang da’I muda yang biasa dipanggil
Gus Iqdam.
Kedua, lirik lagu “Dekengane Pusat” mengandung banyak pesan dakwah sufistik
yang sarat akan makna religius yaitu: pada bait ke-1 mengandung pesan berupa ajakan
untuk bertawakal dan bertaubat kepada Allah. Pada bait ke-2 mengandung pesan agar
tidak menyia-nyiakan hidup dengan melakukan hal-hal yang unfaedah. Pada baik ke-3
mengandung pesan bagaimana cara menghadapi dan menyikapi masalah yang datang yaitu
dengan tidak berlarut-larut dalam kesedihan, mengobati hati dengan kembali dan selalu
mengingat Allah, dan bersabar karena setiap apa yang hilang dalam hidup manusia nanti
akan diganti dengan yang lebih baik lagi.
14
Referensi
Achsani, Ferdian dan Laila, Siti Aminah Nur(2019) “Pesan Dakwah Dalam Lirik Lagu
Menyambut Lebaran Karya Pendhoza.” Nalar: Jurnal Peradaban dan Pemikiran
Islam vol. 3, no. 2, 1.
Al-Ghazali, Imam Abu Hamid (2014), Al-Mursyid Al-Amin Fii Mukhtashar Ihya’ Ulumudin,
Terj. Achmad Sunarto, Daarul Abidin, Surabaya, 376-507.
An-Nawawi, Syaik Islammuhyiddin Abi Zakariya Yahya Bin Syaraf, Riyadhush Sholihin,
Darul Jauhar, Surabaya, 224.
Cynthia, Mega (2020), Pesan Dakwah Dan Gaya Bahasa Pada Lirik Lagu “Sebujur Bangkai”
Rhoma Irama, Jurnal Pengembangan Ilmu Dakwah, vol 2, no 1, 1.
Fikri, M & Najib, A (2023). Dakwah Islam di Era Millenial(Studi Pengajian Gus Iqdam Pada
Majelis Ta’Lim Sabilut Taubah), Vol 4, 2, 5.
Harnia, Ning Tika (2021), Analisis Semiotika Makna Cinta Pada Lirik Lagu “Tak Sekedar
Cinta” Karya Ndanda, Jurnal Metamorfosa, vol 9, no 2, 225.
Islami, Syifa Hayati(2016) Pesan Dakwah dalam Lirik Lagu Ebiet G. Ade, Jurnal Komunikasi
dan Penyiaran Islam, vol 1, no 1, 107.
Khotimah, Khusnul(2022). Nalisis Wacana Pesan Dakwah Dalam Lirik Lagu“Judi” Karya
Rhoma Irama.
Naurah, Nada(2023). Melihat Preferensi Musik Orang Indonesia: Genre Apa yang Paling
Digemari?. Melihat Preferensi Musik Orang Indonesia: Genre Apa yang Paling
Digemari? - GoodStats
Nurhuda, Muhammad & Al-Farisi, Lukman (2020), Pesan Dakwah Dalam Lirik Lagu
“Kebaikan Tanpa Sekat”, ANIDA (Aktualisasi Nuansa Ilu Dakwah), 20(2), 128.
Rohmanan, Mohammad (2021). Konsep Tasawuf Al-Ghazali dan Kritiknya Terhadap Para
Sufi (Telaah Deskriptif Analitis), JASNA : Journal for Aswaja Studies,Vol 1, No 2, 7.
Rusnianto, Angki Chandra(2016). Musik Sebagai Media Kritik Sosial(Analisis Lagu Karya
Grup Band Simponi, hal 2.
15
Sansidar, Afifah Nur(2020). Aktualisasi Tuhan dalam Syair: Pesan Dakwah Lirik Lagu
“Sebelum Cahaya” Karya Band Letto. Kalijaga Journal of Comunication, vol 2, no 1.
Sumja, Pradita. (2020) Representasi Makna Kesendirian pada Lirik Lagu “Ruang Sendiri”
Karya Tulus. Jurnal Humaniora, vol 25, no 2, 51.
Syuhud, A. Fatih (2022) Ahlussunnah Wal Jamaah Islam Wasathiyah Tasamuh Cinta Damai,
Pustaka Al-Khoirot, 46.
Zulfian & Saputra, Happy (2021). Mengenal Konsep Tawakal Ibnu ‘Athoillah Al-Sakandari,
Jurnal Pemikiran Islam, 125.
16