Anda di halaman 1dari 6

Pengaruh Musik Dangdut Terhadap Jemaat di Gereja Isa Almasih Jemaat Weleri

Oleh

MILA KURNIA PUSPITA ARUM

NIM: 22320041MG

SEKOLAH TINGGI TEOLOGIA ABDIEL

UNGARAN

2023
A. Latar Belakang

Musik dangdut merupakan salah satu musik genre populer tradisional di Indonesia,
yang khususnya memiliki ciri khas Hindustan atau India Utara, Melayu serta Arab. Masuknya
musik dangdut di negara Indonesia musik dangdut berawal dengan pengaruh musik India
lewat sebuah film Bollywood oleh Ellya Khadam dengan lagu “Boneka India” yang populer
di tahun 1950-an. Dari sana, menyusul pada tahun 1968, muncul Bang Haji Rhoma Irama
sebagai tokoh utama yang mengusung jenis musik yang sama. Istilah ‘dangdut’ baru secara
luas dikenal pada tahun 70-an. Mulai 1970-an, dangdut bisa dibilang telah matang dalam
bentuknya yang modern. Sebagai musik populer, dangdut bersifat sangat terbuka terhadap
pengaruh jenis musik lain, mulai dari langgam, keroncong, gambus, rock, pop, bahkan house
music.  Dari era tersebut hingga sekarang pun, musik dangdut terus mengalami perkembangan
mengikuti perkembangan zaman dan selera pasar.

Musik dangdut juga memiliki relasi terhadap keagamaan seperti Kristen. Musik
dangdut juga dibawakan di dalam ibadah orang Kristen atau musik dangdut juga dinyanyikan
di dalam gereja.Bahkan tidak sedikit juga musisi-musisi Rohani juga membuat music
beraliran dangdut. Mereka membuat musik ini karena musik dangdut sudah cukup terkenal di
kalangan peragamaan, terutama para lansia yang sangat menyukai musik ini. Musik dangdut
memilik musik yang sangat khas dan memiliki ritme yang khas juga. Sehingga beberapa
orang menyukai musik ini dan bahkan musisi-musisi mengaransemen lagu pop menjadi
musik dangdut modern, dan beberapa anak muda juga menyukainya. Beberapa orang juga
menganggap musik dangdut adalah musik yang kurang menarik, karena musik ini hanya
didengar dari kalangan orang-orang yang awam tentang musik. Namun seiring berjalannya
waktu, tekonologi semakin canggih termasuk di dunia musik itu sendiri. Dan musik dangdut
di zaman sekarang juga sudah banyak yang menikmati dari semua kalangan, termasuk di
dalam peribadahan gereja.

Di Gereja Isa Almasih Jemaat Weleri beberapakali membawakan musik ini dan saat
acara-acara tertentu seperti ibadah tutup tahun dan ibadah tahun baru pasti banyak
menggunakan musik dangdut. Masuknya musik dangdut di gereja Isa Almasih Jemaat Weleri,
pada saat itu jemaat di tempat ini beribadah dari rumah ke rumah, dan sering kali
menyanyikan lagu-lagu Rohani dengan menggunakan music tradisional seperti kendang, dan
diiringi dengan musik modern yaitu gitar. Jemaat pada saat itu sangat menikmati musik
tersebut. Dan seringkali digunakan pada saat ibadah di rumah-rumah. Dari situ lah jemaat
menyukai musik tersebut hingga kemudian saat gereja ini memiliki Gedung sendiri, jemaat-
jemaat juga sering menyanyikan music ini. Pada akhirnya menurun hingga ke jemaat
sekarang. Bahkan sekarang juga masih sering menggunakan music dangdut saat peribadahan
berlangsung. Musik dangdut di gereja ini dimainkan menggunakan alat-alat musik modern,
seperti keyboard, gitar, bass dan drum. Hampir setiap minggu Gereja Isa Almasih Weleri ini
menggunakan musik dangdut. Di setiap ibadah raya ada lima lagu yang dinyanyikan, dua
lagu worship atau penyembahan, dua lagu praise atau pujian dan satu lagu penutup. Dua lagu
praise itu salah satunya menggunakan music dangdut. Lagu-lagu yang digunakan dalam
ibadah tersebut merupakan lagu-lagu populer rohani Indonesia yang diarraansemen menjadi
musik dangdut. Terkadang juga menggunakan lagu dangdut Indonesia yang lirik atau
syairnya diubah menjadi kalimat untuk mengajak memuji Tuhan, seperti lagu dangdut yang
saat ini sedang terkenal yaitu Ojo Dibanding-bandingke.

Hal yang menarik di sini menurut peneliti adalah, walaupun di zaman modern ini
jemaat yang ada di Gereja Isa Almasih Weleri tidak malu menggunakan musik ini dan tidak
menganggap music ini adalah music yang rendahan seperti apa yang dikatakan beberapa
orang. Dan gereja ini dapat menggabungkan ibadah kontekstual dengan adanya musik
dangdut ini, pada saat acara-acara besar seperti natal, paskah dan acara-acara lainnya.
Terkadang juga menggunakan congdut atau keroncong dangdut, dengan menggunakan music
ketipung.

Di sisi lain juga ada hal yang kurang menarik yaitu, tidak adanya pengkaderan musik
ini dan membuat lebih menarik lagi, karena anak-anak muda di Gereja Isa Almasih Jemaat
Weleri beberapa tidak menyukai musik ini, yang ditakutkan adalah jika musik dangdut tidak
akan digunakan lagi di gereja ini.

B. Pertanyaan Penelitian
1. Mengapa musik dangdut digunakan di GIA Weleri?
2. Bagaimana respon jemaat terhadap musik dangdut tersebut?

C. Hipotesis
Hipotesis berasal dari dua penggalan kata, yaitu “hypo” yang artinya “di
bawah” dan “Thesa” yang artinya “kebenaran”.1 Jadi hipotesis berarti di bawah
kebenaran (bersifat sementara). Hipotesis ialah suatu jawaban yang bersifat sementara

1
Andra Tersiana, “Metode Penelitian”, Yogyakarta: Penerbit Yogyakarta,2018.
terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul. 2

Hipotesis adalah pernyataan tentatif yang merupakan dugaan atau terkaan tentang apa
saja yang diamati dalam usaha untuk memahami.3 Dan apabila dengan pengolahan
data dapat disimpulkan bahwa hipotesis itu benar, maka kesimpulan tersebut terbukti,
maka hipotesis berubah menjadi tesa.4

D. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengapa Gereja Isa Almasih
Jemaat Weleri menggunakan music dangdut dan bagaimana respon jemaat di sana.
Selain itudapat mengetahui bagaimana penggunaan music dangdut di Gereja Isa
Almasih Weleri
Berdasarkan apa yang telah dipaparkan dalam latar belakang berikut adalah tujuan
dari penelitian ini:

1. Mendeskripsikan mengapa GIA Weleri menggunakan musik dangdut di dalam


peribadahan?
2. Mendeskripsikan bagaimana respons jemaat terhadap musik dangdut yang
digunakan.

E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi pribadi, untuk memenuhi tugas akhir dari mata kuliah metodologi penelitian
lapangan.
2. Bagi gereja, untuk memberi pemasukan dan pengembangan dalam penggunaan
musik dangdut di dalam peribadahan.

F. Landasan Teori
2
Suharsimi, Arikuto, “Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek”, Jakarta: Rineka Cipta, 1998, hal 62.
3
S. Nasution, “Metode Research”, Bandung: Jemars, 2006, hal 39.
4
Winarno, Surachmad, “Pengantar Penelitian Ilmiah: Dasar, Metode dan Teknik”, Bandung: CV Tarsito, 2001,
hal 99.
Peneliti menggunakan landasan teori sosiologi muasik. Sosiologi musik
merupakan studi tentang bagaimana manusia dan musik saling memberi dampak satu
sama lain. Ini mencakup berbagai gagasan tentang bagaimana perubahan nilai-nilai
social dapat tercermin dalam musik popoler dan budaya tertentu mengidentifikasi kuat
dengan genre musik tertentu. Para sosiolog yang fokus pada Upaya ini mencoba
mencari jawaban yang pasti tentang mendengarkan jenis musik favorit mereka itu.
Sosiologi musik telah menjadi bidang yang sebagian besar diserahkan kepada
sosiolog Eropa. Dalam upaya untuk menghasilkan minat domestik yang lebih besar di
lapangan, pemeriksaan metodologi Max Weber dan pembaruan studi musiknya
diusulkan.
Sosiologi Musik Weber, yang menggabungkan teori urban, teori kelas / kerja, teori
rasionalisasi, dan bahkan perubahan iklim, adalah tempat yang bagus untuk memulai
diskusi menyeluruh tentang komponen sosial musik.

G. Metode Penelitian
Metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah metode Kualitatif.
Metode kualitatif adalah metode yang yang menghasilkan prosedur analisis yang tidak
menggunakan prosedur analisis statistik atau cara kuantifikasi lainnya. Penelitian
kualitatif ini juga didasarkan pada upaya membangun pandangan mereka yang diteliti
yang rinci, dibentuk dengan kata-kata, gambaran holistik dan rumit.
Penelitian kualitatif memiliki sejumlah ciri-ciri yang membedakannya dengan
penelitian jenis lainnya. Ciri-ciri yang membedakan adalah latar ilmiah, manusia
sebagai alat, analisis data secara induktif, deskriptif, lebih mementingkan proses
daripada hasil, adanya Batasan yang ditentukan oleh fokus, adanya kriteria khusus
untuk kebebasan data, desain yang bersifat sementara dan hasil penelitian
dirundingkan serta disepakati bersama
Setiap ahli teori memberikan pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana
makna diciptakan pembaca yang berpengetahuan dan kompeten dengan keterampilan
analitis yang ringkas. Dalam hal ini, makna adalah sebuah ilusi kecuali ia memperoleh
keterampilan analitis yang memungkinkannya untuk menafsirkan sebuah teks dan
latarbelakang sosial pembaca dalam hal ini juga sangat penting bagi setiap pembaca
untuk menciptakan makna karena pikiran pembaca adalah mikrokosmos.
H. Gambaran Penelitian
Peneliti akan melakukan peneltian dangan cara mewawancari beberapa jemaat di
Gereja Isa Almasih Jemaat Weleri dan melihat respon jemaat ketika ibadah
berlangsung menggunakan pujian musik yang beraliran dangdut. Kemudian data
tersebut akan dikumpulkan dan dijadikan bahan laporan.

I. Penutup
Dalam bab ini penulis akan memaparkan beberapa poin atau kesimpulan dan saran
dari penulis.

Anda mungkin juga menyukai