55-Article Text-77-1-10-20191214
55-Article Text-77-1-10-20191214
55
Abstrak
Omah adalah rumah tradisional Jawa yang didirikan dengan konsep penciptaan sesuai dengan
lingkungan dan karakter hidup penghuninya. Seiring perubahan zaman, masyarakat di lingkungan
budaya Jawa mulai meninggalkan Omah dengan bangunan yang lebih baru, murah dan efisien.
Di saat yang bersamaan, manusia urban setiap hari hidup di dalam suasana modern yang
serba cepat efektif, dan praktis, berbeda dengan kehidupan di Jawa. Beberapa manusia urban
yang mempunyai keterkaitan dan ketertarikanku dengan identitas Jawa, menginginkan untuk
memiliki Omah di lingkungan hidupnya sebagaimana di kota yang serba seragam. Terjadilah
proses negosiasi yang mengakibatkan perpindahan Omah, dari daerah Jawa ke kota besar
seperti Jakarta. Pembahasan mengenai asal muasal Omah, bagaimana proses perpindahannya
ke Jakarta, bagaimana relasi antara gaya hidup, perubahan makna Omah, kepentingan modal
serta kebutuhan ruang komersial yang mampu menarik pengunjung, menjadi bahasan yang
penting dalam penelitian ini.
Kata Kunci: Omah, Jawa, gaya hidup, komersial, Jakarta, urban
Jakarta sebagai sebuah kota yang yang memanfaatkan sebagai rumah tinggal,
kompleks dengan budaya yang dibentuk namun lebih banyak yang memanfaatkan
dari komponen lingkungan budaya yang sebagai ruang komersial yang bisa diakses
berasal dari berbagai wilayah dan suku- publik. Rumah tradisional dari Jawa ini
suku yang ada di Indonesia. Wilayah urban dibawa dari daerah asalnya di lingkungan
yang mempunyai berbagai wajah dan budaya Jawa ke Jakarta, mulai dari dinding
nuansa ini menjadi tujuan perantauan bagi hingga atapnya. Tentu ada yang menjadi
masyarakat dari seluruh penjuru tanah daya tarik sampai sebuah rumah tradisional
air. Perkembangan modern yang dinamis, dibawa ke kota, sehingga orang yang tinggal
kota yang padat, ruang yang sempit, waktu di Jakarta susah payah membawanya.
yang sangat berharga, mewarnai kehidupan
manusia urban setiap harinya. Bangunan- Rumah Tradisional Jawa yang disebut
bangunan modern, megah dan praktis yang juga dengan Omah adalah rumah adat suku
hampir seragam di seluruh kota besar di Jawa yang saat ini secara demografi berada
dunia mencari ciri utama yang kita temui di di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur.
kota ini. Uniknya, di rimba gedung-gedung Bangunan dari dinding kayu dengan sistem
di Jakarta, kita bisa menemukan bangunan knock-down yang bisa dibongkar pasang
tradisional Jawa berwujud rumah dan mempunyai ciri khas yang kuat sehingga
segala ornamennya dan ciri khasnya. Ada kita dengan mudah mengenalinya sebagai
56 Jurnal Seni Nasional CIKINI Volume 2, Des’2017 - Mei 2018
bangunan tradisional. Omah adalah istilah lingkungan budaya Jawa, oleh pemilik modal,
untuk menunjukkkan acuan sebuah tempat diubah menjadi sebuah ruang komersial
tinggal, tempat sebagian besar praktek- yang masih membawa identitas lokal. Tujuan
praktek domestik dilakukan dan keberadaan penunjukkan identitas dan pemanfaatan
diri terekspresikan, dalam kehidupan Jawa. sebagai ruang komersial tersebut didukung
(Santosa, 2000: 3). Bentuk Omah ada beragam pula munculnya gaya hidup masyarakat
sesuai dengan strata sosial yang berlaku di urban yang setiap hari berada pada sistem
masyarakat Jawa yang banyak dipengaruhi sosial metropolis di Jakarta, sehingga
oleh konvensi kraton. Bahasa Jawa memiliki menginginkan suatu tempat yang mampu
beberapa kata untuk rumah tempat tinggal membawa mereka pada memori kolektif,
yang mengindikasikan status sosial dari para sebagaimana contoh kasus yang terjadi
penghuninya. Dengan adanya perbedaan pada Warung Solo di Kemang, Jakarta
strata sosial ini, kita akan menyebut istilah Selatan. Omah yang dibentuk dari ranah
yang berbeda untuk memaknai objek yang domestik kemudian dipindah dan diubah
sama. Perbedaan penyebutan istilah griya, untuk dimanfaatkan sebagai ruang komersial
dalem dan Omah dibedakan karena tingkat dengan identitas Jawa, secara otomatis akan
penggunaan bahasa yang dipengaruhi strata mengalami perubahan makna. Seberapa
sosial masyarakat Jawa. Kata Omah dipilih besar efek perubahan makna yang terjadi
pada pembahasan ini, karena istilah ini dan seberapa besar penerimaan Omah di
merupakan yang paling jamak dipergunakan Jakarta oleh masyarakat urban, merupakan
dan diterima semua kalangan. hal yang perlu dikaji. Sebagai ruang
komersial, Omah harus bisa diakses publik
Penulisan ini bertujuan untuk dan memenuhi kebutuhan pengunjung
mengetahui bagaimana sebuah Omah, dalam hal ini masyarakat urban di Jakarta,
yang merupakan rumah tradisi Jawa bisa sehingga mampu menguntungkan secara
dimanfaatkan menjadi ruang komersial ekonomi bagi pemodalnya. Pemanfaatan
di Jakarta. Sasaran penulisan ini adalah Omah mencakup kepentingan bisnis yang
untuk: Menentukan faktor-faktor yang melibatkan bangunan Omah, dana dan
membuat Omah bisa dimanfaatkan sumber daya manusianya yang kemudian
sebagai ruang komersial, sumbang saran saling bertemu, sehingga terjadi negosiasi
kepada masyarakat urban Jakarta bahwa dan muncul kesepakatan yang kemudian
muatan lokal bisa menjadi bagian dari diharapkan bisa menguntungkan semua
gaya hidup, sumbang saran bagi pecinta pihak.
muatan lokal untuk melestarikan dalam
bentuk memanfaatkan secara komersial, Dalam memfokuskan masalah,
membandingkan persepsi pengunjung dan akan dibahas bagaimana relasi antara
pemilik Omah dalam sikap dan pengalaman identitas, kepentingan modal dan gaya
mengenai nilai-nilai muatan lokal di ruang hidup masyarakat urban kaitannya dengan
komersial dan menentukan faktor-faktor pemanfaatan Omah yang dipindah dan
yang membatasi akses pemanfaatan Omah diubah sebagai ruang komersial di Jakarta.
sebagai ruang komersial. Untuk menjawabnya, maka kita akan melihat
bagaimana mekanisme sebuah Omah
Perpindahan dan Pemanfaatan Omah dipindah dan dibawa ke Jakarta, meliputi
tujuan dan modal yang berperan, perubahan
Omah yang di lingkungan budaya
makna Omah yang terjadi serta bagaimana
Jawa mulai ditinggalkan pemiliknya, di sisi
Omah ini diubah untuk memenuhi
lain manusia urban di Jakarta bersusah
kebutuhan gaya hidup masyarakat urban
payah membawa Omah ini ke habitatnya.
namun tetap membawa identitas lokal
Pemanfaatan Omah yang dibawa dari daerah
Fajarwati Sari Ariyani Ade, Pemindahan dan pemanfaatan omah sebagai... 57
sebagai budaya Jawa. Teori identitas, Sirkuit manusia Jawa yang merasa bagian dari
Budaya Stuart Hall, dan Culture Studies alam. Omah bukan hanya tempat berteduh,
dipergunakan untuk mempertajam masalah. tetapi lebih dalam lagi adalah sebagai
Teori yang digunakan untuk penelitian ini tempat berlindung. Keyakinan masyarakat
adalah mengenai rumah tradisional Jawa Jawa terhadap kekuatan alam semesta
dan pemaknaannya, teori culture studies (kosmos), memengaruhi perilaku sehari-
yang bertujuan membongkar wacana dan hari. Landasan yang dikenal sebagai konsep
praktik sosial, budaya, politik dan ekonomi kosmologi tersebut nampaknya menjadi
yang dominan. Teori Sirkuit budaya Hall juga suatu tolok ukur yang telah dibakukan.
menjadi acuan dalam pengkajian ini, juga (Sunarmi,2007:21)
teori kajian budaya meliputi teori tentang
identitas dan gaya hidup. Arsitektur rumah Jawa, secara
konsep ruangan, lebih banyak menaruh
Pengertian Omah perhatian pada kepentingan orang lain
daripada diri sendiri. Omah dibuat dengan
Penempatan penggunaan istilah suasana yang bisa memberikan rasa nyaman,
menjadi pranata atau kesepakatan yang aman dan secara estetis menarik. Kita bisa
berlaku di masyarakat Jawa, banyak melihat dari keluasan pendhapa yang lebih
dipengaruhi oleh keraton atau kerajaan besar daripada kamar pribadi/senthong.
(Sunarmi, 2007:6). Begitu pula dengan Ruang-ruang pada Omah cenderung terbuka,
bentuk Omah. Semakin tinggi strata sosial sebagai penanda keterbukaan pemilik kepada
seseorang, maka ruang yang ada pada tamu atau orang lain. Dinding yang terdapat
Omah mereka menjadi semakin kompleks. di dalam Omah bukan merupakan dinding
Omah yang lengkap memiliki pendhapa, masif, tetapi didesain secara knockdown,
paringgitan, dalem lengkap dengan senthong sehingga mudah dibuka atau diubah, saat
tengah, senthong tengen dan senthong membutuhkan ruang yang lebih luas.
kiwa, gandhok kiwa dan gandhok tengen, Keluasan ini ditujukan pada kenyamanan
pawon dan lain-lain. Tetapi masyarakat Jawa orang lain sebagai bentuk penghormatan
kebanyakan sudah bisa disebut memiliki manusia Jawa terhadap sesamanya.
Omah, saat dia mempunyai bagian utama
dari Omah yaitu dalem atau Omah. Demikian Omah didirikan dengan pemaknaan
juga kepemilikan ragam bentuk atapnya. yang berbeda dengan rumah yang kita kenal
Atap Joglo hanya dimiliki dari kalangan di wilayah urban. Omah bagi manusia Jawa
priyayi dan kaum ningrat. Sedangkan rakyat harus mengakomodir empat makna yang
kebanyakan menempati rumah kampung. bisa disarikan dari pengertian yang ada
Dengan pranata yang meskipun tidak tertulis di dalamnya, yaitu sebagai ruang tinggal
tetapi dipatuhi, tidak mungkin seseorang (longkangan), habitat (panggenan), ruang
mempunyai rumah memakai atap berbentuk interaksi (palenggahan), ruang merenung
tajug, karena tajug hanya dipergunakan pada (panepen). (Ronald, 2005:90) Dengan
tempat ibadah dan makam. Namun dalam pengertian yang dalam mengenai asal-usul
perbedaan bentuk atap, ada satu ciri khas sebuah Omah, maka bisa dimengerti bahwa
yang menjadi tanda arsitektur rumah Jawa, hasil akhirnya adlah sebuah karya arsitektural
yaitu adanya tritisan yang lebar. yang unik, konstruktif, nyaman, sarat makna,
yang kemudian menarik untuk diekploitasi
Di tempat asalnya, untuk mendirikan atau dimiliki.
Omah, manusia Jawa melakukan berbagai
kegiatan yang berhubungan dengan
kosmologi seperti doa, upacara ritual, dan
petungan. Hal ini didasari atas kesadaran
58 Jurnal Seni Nasional CIKINI Volume 2, Des’2017 - Mei 2018
Omah yang berpindah ke kota merupakan ucapan selamat datang Sugeng Rawuh untuk
suatu ruang yang bisa digunakan sebagai menyambut tamu, serta busana yang dipakai
escapisme bagi penikmatnya. Mereka datang oleh pramusajinya.
untuk mencari suasana yang membuat
mereka melupakan sejenak kepadatan kota Ratusan orang yang bertempat
Jakarta dengan mendatangi suatu tempat tinggal di Jakarta berkunjung ke tempat ini
yang mengingatkan mereka akan kampung setiap harinya, bukan hanya untuk mengisi
halaman yang tradisional, nyaman, lega, perut saja, melainkan sebagian besar hadir
khas Jawa, asal identitas mereka. untuk merasakan kenyamanan sebuah Omah
yang lega, tenang dan nyaman, selain juga
Omah yang dibawa ke Jakarta dan untuk mengingat identitas asal mereka yaitu
menjadi tempat yang mewakili memori sebagai orang Jawa. Dominasi pengunjung
kebudayaan manusia Jawa. Tempat ini adalah manusia urban Jakarta yang
membentuk gaya hidup yang menghantar mempunyai latar belakang sebagai manusia
kerinduan akan kehidupan masyarakat Jawa. Ada yang merupakan komunitas
Jawa maupun sebagian non Jawa. Pemilik orang Jawa yang mencari nafkah di Jakarta,
Omah di Jakarta memanfaatkan bangunan dimana mereka masih mempunyai rumah
tradisi ini sebagai ruang komersial, misalnya tinggal di Jawa, ada pula yang pernah hidup
dimanfaatkan untuk restoran, penginapan di lingkungan Jawa, dan sudah tidak punya
atau galeri. Pada prinsipnya, Omah yang tempat “pulang” di Jawa, dan ada juga
sebelumnya merupakan ranah domestik yang sama sekali belum pernah merasakan
yang hanya bisa diakses oleh orang-orang lingkungan Jawa, tetapi mempunyai garis
yang sudah memperoleh izin teritorial generatif orang Jawa, yang ingin mengetahui
dari pemiliknya, tetapi dengan perubahan seperti apa lingkungan hidup moyangnya.
pemanfaatan sebagai ranah publik, maka Keinginan untuk menikmati memori kolektif
setiap orang bisa merasakan suasana yang pernah dirasakan, menjadikan tempat
bangunan Omah. Tentu saja ada harga yang ini selalu didatangi konsumen.
harus dibayarkan untuk bisa menikmatinya,
karena terjadinya perubahan makna Omah Di samping itu, dari konsep
yang sudah menjadi ruang komersial. Bagi arsitektural Omah yang memang dari awalnya
sebagian manusia urban, dimana setiap hal merupakan bentuk yang “welcome” untuk
harus dibeli, maka menikmati memori yang orang lain, memberi penghormatan untuk
harus dibayar saat berada di Omah, menjadi orang lain, lebih memikirkan kepentingan
kondisi bisa dimaklumi. orang lain dari pada pemiliknya, maka
bukan mustahil jika kemudian bangunan ini
Omah sebagai Ruang Komersial menjadi daya tarik untuk mengundang orang
yang tidak mempunyai hubungan sama
Pemanfaatan Omah sebagai ruang sekali dengan kultur Jawa. Kenyamanan
komersial di Jakarta bisa kita lihat contohnya bangunan yang mengadaptasi kondisi alam
pada rumah makan Warung Solo di Kemang, tropis, membuat Omah yang ada di Jakarta
Jakarta Selatan. Ruangan pada Warung bisa diterima publik yang heterogen. Oleh
Solo didesain dengan elemen interior dan karena itulah, tempat-tempat komersial
ornamen yang mengingatkan orang yang yang menonjolkan kebudayaan Jawa
memasuki Omah ini seperti berada di mampu menjadi kekuatan yang bisa menarik
wilayah kebudayaan Jawa. Pengunjung yang masyarakat urban untuk menikmati.
hadir di tempat ini digiring menuju dimensi Bagi pemodal, ini berarti keuntungan
kehidupan Jawa yang terlihat pada bangunan secara ekonomi di samping sebagai usaha
eksterior, interior, halamannya, masakan, mempertahankan identitas lokal.
alat makan, musik, ornamen ruang, hingga
Fajarwati Sari Ariyani Ade, Pemindahan dan pemanfaatan omah sebagai... 61
ruang tamu yang terdapat di rumah-rumah keluasan halaman Omah yang berada di
perkotaan semakin jarang dimanfaatkan Jawa. Selain nyaman melalui fisik interiornya,
sebagai ruang berkumpul mengingat suasana yang terbentuk pada restoran ini
kehidupan manusia urban sebagian besar seakan-akan tidak berada di ruang publik
dihabiskan di tempat bekerja. Masing-masing sebagaimana yang banyak mereka jumpai
orang mempunyai tempat tinggal yang di mall atau restoran modern lainnya. Di
berjauhan atau harus menembus kemacetan tempat ini ada suasana keramahan sebuah
yang luar biasa untuk bisa berkunjung ke rumah yang diwakili oleh Omah.
rumah orang lain, sehingga lebih memilih
ruang publik untuk bertemu. Sebagai sebuah ruang komersial,
restoran Warung Solo tetap berusaha
Merupakan ironi di sebuah kota mendapatkan keuntungan dari menjual
modern bila saat ini bisa dilihat betapa makanan. Dalam persaingan bisnis kuliner
beragam dan berbagai macam desain ruang di Jakarta, pemodal harus bersaing ketat
tamu dibuat dan dijual di banyak tempat, dengan banyaknya restoran, kafe maupun
namun pada kenyataannya ruangan ini tidak warung-warung makan yang tersebar
bisa dimanfaatkan sebagaimana fungsinya hampir di setiap sudut di Jakarta. Meskipun
karena pemiliknya terlalu sibuk bahkan untuk dinyatakan sebagai restoran masakan Jawa,
bisa menerima tamu di ruang tamunya. masakan di tempat ini dominan merupakan
Keterwakilan ruang tamu pada Omah ini menu masakan dari Solo yang jarang
memang sangat tepat. Suasana akrab dijumpai di Jakarta. Slogan “The Real Java
dengan situasi yang tercipta dari arsitektur Ambience” mengarahkan pengunjung untuk
tradisional yang ramah membentuk manusia memilih menu-menu makanan Jawa yang
yang berada di sini untuk berinteraksi sosial jarang dijumpai di tempat lain di Jakarta.
dengan lingkungannya. Meskipun ada,
jarang didapati pengunjung datang sendirian
dan menikmati makanan sendirian pula di
Kesimpulan
tempat ini. Kebanyakan pengunjung tempat
ini minimal berdua atau lebih. Suasana yang Pemanfaatan Omah yang
diciptakan dari Omah memang awalnya dipindahkan dari Jawa ke Jakarta, merupakan
didesain untuk dinikmati bersama-sama. suatu proses budaya yang melibatkan
Bila sekadar ingin mencari makanan yang produksi, konsumsi, regulasi, representasi
enak saja, mereka tidak perlu datang ke dan identitas, sebagaimana yang terdapat
Warung Solo. Sekitar Jeruk Purut banyak pada teori sirkuit budaya Hall. Pada kasus
terdapat restoran atau kafe yang menyajikan restoran Warung Solo, proses produksinya
suasana privasi atau yang khusus menyajikan adalah gagasan Omah yang dimanfaatkan
makanan yang enak dan murah. Namun, sebagai tempat pulang dan berkumpul
kedua hal tersebut bukan menjadi tujuan sebagaimana fungsi Omah di Jawa. Konsumsi
utama dalam mendesain restoran ini. Di dihasilkan ketika restoran ini menjual
restoran Warung Solo, pengunjung akan suasana kebudayaan Jawa. Manusia urban
kesusahan untuk mencari tempat yang yang datang ke tempat ini bukan sekadar
sangat privat. Ruang terbuka yang kemudian ingin makan melainkan juga ‘membeli’
terbagi-bagi dalam kelompok menjadikan suasana. Dari produksi dan konsumsi ini
suasana makan seperti berada di sebuah menghasilkan identitas kejawaan urban yang
rumah. Tempat ini cukup nyaman meskipun berbeda dengan identitas kejawaan terdapat
tidak ber-AC karena kebetulan ditempatkan di wilayah kebudayaan Jawa. Ketika Omah
di halaman yang cukup luas, yang digunakan dimanfaatkan di Jakarta, muncul identitas
sebagai tempat parkir, sebagaimana kejawaan yang lebih global dan lebih
Fajarwati Sari Ariyani Ade, Pemindahan dan pemanfaatan omah sebagai... 63
kosmopolitan, berbeda dengan identitas Hoed, Benny. 2011. Semiotik & Dinamika
lokal di lingkungan kebudayaan Jawa. Sosial Budaya, Jakarta: Komunitas Bambu.
Daftar Pustaka