ABSTRAK
1. PENDAHULUAN
“Cita-cita kemakmuran yang mulai hidup dalam kalangan rakyat jelata harus
senantiasa kita hidupkan, kita kuatkan. … Hidupkan kembali semangat self-help
(gotong royong) dalam membangun dan mengokohkan perumahan nasional.”
Pernyataan ini dikutip dari Bung Hatta pada kongres Perumahan Rakyat Kedua
(1952). Kutipan singkat dalam pidato Bung Hatta ini disampaikan pada pendahuluan
dari paper ini untuk menyadarkan kita bahwa setiap masyarakat Indonesia tanpa
terkecuali berhak atas hidup yang makmur dan sejahtera termasuk rakyat jelata yang
tinggal pada permukiman informal dalam area perkotaan.
Permukiman informal atau yang disebut ‘Kampung kota’ di Indonesia
memiliki berbagai pengertian. Berdasarkan tinjauan proses pembentukannya:
Kampung kotas are informal, unplanned, and recently unserviced housing area
which from a large part of most Indonesian cities. (Devas, 1980:4)
Kampung kota dapat diartikan suatu desa yang masih asli dan bersifat tradisional
yang akan berkembang dan melebur menjadi bagian kota tetapi masih
mempertahankan ciri-ciri desa. (Ever, 1985)
Berdasarkan tinjauan kualitas lingkungan fisiknya:
Kampung kota merupakan kawasan permukiman kumuh dengan penyediaan
sarana umum yang sangat buruk atau tidak ada sama sekali. Seringkali disebut
sebagai slum / squater (Abrams, 1966)
Kampung kota merupakan suatu lingkungan tempat tinggal yang berkepadatan
tinggi, terdiri atas kumpulan rumah dengan konstruksi bangunan temporer atau
semi permanen, tanpa halaman cukup, serta prasarana fisik lingkungan yang
kurang memadai. Lingkungan biasanya dikelilingi oleh deretan bangunan-
bangunan permanen.(Sujarto, 1980)
Berdasarkan tinjauan kondisi umum masyarakatnya:
Kampung kota merupakan lingkungan perumahan tradisional yang spesifik
Indonesia, ditandai oleh ciri kehidupan yang terjalin dalam ikatan kekeluargaan
yang erat (Herbasuki, 1984)
Kampung kota merupakan kawasan hunian masyarakat berpendapatan rendah
yang kondisi fisiknya kurang baik. (Rutz, 1987)
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maka dapat disimpulkan
‘Kampung Kota’ merupakan hunian informal masyarakat berpenghasilan rendah yang
berkepadatan tinggi, tidak terencana, dan memiliki sarana dan prasarana yang kurang
baik, yang di mana lingkungan hunian bersifat tradisional dan memegang erat sifat
kekeluargaan yang tinggi.
Sarana Penghasilan
Hunian Informal
Prasarana rendah
kurang baik
Berkepadatan
Kampung Kota Tradisional
tinggi
Kekeluargaan
Tidak Terencana Semi Permanen
Erat
Kampung kota dapat muncul dalam area perkotaan bermula dari adanya derap
pembangunan kawasan perkotaan yang begitu cepat, lapangan pekerjaan yang banyak
dan infrastruktur yang lengkap menjadi magnet bagi masyarakat pedesaan untuk
datang mengadu nasib berharap dapat mencari rejeki di perkotaan. Hal ini
menyebabkan terjadinya urbanisasi secara besar-besaran menuju kawasan perkotaan.
Data dari World Bank (2013), menunjukan laju urbanisasi di Indonesia sekitar
4,1 persen per tahun, tumbuh lebih cepat daripada negara Asia lainnya. Kawasan
perkotaan ini tidak siap menghadapi urbanisasi masyarakat desa secara besar-besaran.
Tuntutan ilmu dan kemampuan yang tinggi untuk mendapatkan pekerjaan formal
menyebabkan munculnya pekerjaan informal seperti pemulung, tukang parkir,
pedagang kaki lima, dsb. Ketidakmampuan masyarakat untuk mendapatkan pekerjaan
formal dengan upah yang lebih layak menyebabkan masyarakat pedesaan ini tidak
mampu membayar / menyewa tempat untuk tinggal, sehingga munculah permukiman
informal / kampung kota yang dibangun pada lahan kosong perkotaan dengan
material seadanya yang bersifat semi permanen.
untuk bekerja di Jakarta cukup tinggi dengan dibutuhkannya skill dan juga ilmu yang
cukup, itulah mengapa akhirnya muncul sektor informal. Berdasarkan data dari BPS ,
sektor informal mendominasi dengan persentase 57,27% di Februari 2019, apalagi
sekarang yang sedang pandemi covid 19, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat
persentase pekerja informal meningkat menjadi 60,47 persen pada Agustus 2020 dari
57,27 persen akibat pandemi Covid-19.
Persentase pekerja formal dan informal Jakarta
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2020
Kawasan Kota Tua Jakarta, yang tentunya akan memberi nilai tambah bagi turis
mancanegara dan memperbaiki citra kota dalam kawasan ini.
Identitas Kampung Akuarium yang dulunya merupakan tempat laboratorium
penelitian fauna laut dan terdapat kolam ikan raksasa tempat wisata fauna laut
perlu dijadikan potensi dalam revitalisasi kampung ini. Strategi ini dapat
dilakukan dengan menghadirkan kembali
wisata yang berhubungan dengan fauna laut,
dapat berupa patung anyaman fauna laut,
lukisan mural fauna laut yang menjadi lokasi
instagrammable bagi turis, pengadaan kembali
kolam fauna laut bagi wisata maupun pentas
seni yang berhubungan dengan fauna laut
yang dapat menjadi suatu potensi wisata yang
nantinya akan berdampak langsung pada
perekonomian masyarakat Kampung
5. REFERENSI
Widjaja, G. P. (2013). Kampung-Kota Bandung. Graha Ilmu.
Afiat, M., & Wahyudi, A. (2020). " Resettlement" Kampung Akuarium Jakarta Utara
dengan Metode Kampung Berlapis dan Innovative Self-Sustaining Living. Prosiding
(SIAR) Seminar Ilmiah Arsitektur 2020.
Iqbal, M., & Vonika, N. (2019). DINAMIKA PROSES RELOKASI DI DKI
JAKARTA Studi Kasus: Kampung Akuarium Di Penjaringan, Jakarta Utara. Jurnal
Ilmiah Perlindungan & Pemberdayaan Sosial,, 1(1).
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20190806143356-20-418880/kemiskinan-
kampung-kumuh-ibu-kota-dan-gelombang-urbanisasi
https://megapolitan.kompas.com/read/2020/08/19/09321161/beda-nasib-kampung-
akuarium-di-tangan-dua-gubernur?page=all
https://sejarahjakarta.com/2020/08/18/bung-karno-di-kampung-akuarium/
https://kampungpasarmodal.com/article/detail/467/gdp-indonesia-2020-207-apakah-
bisa-pulih-di-2021-
https://wartakota.tribunnews.com/2020/09/09/pembangunan-kampung-susun-shelter-
warga-kampung-akuarium-dipindah-sementara
https://www.ugm.ac.id/id/berita/1756-peran-sektor-informal-di-indonesia
https://ekonomi.bisnis.com/read/20180824/9/831131/lapsus-mengangkat-derajat-
sektor-informal
https://www.hestanto.web.id/ciri-dan-peran-sektor-informal/
https://rujak.org/kampung-akuarium-dan-masa-depan-perumahan-rakyat/
https://kabar24.bisnis.com/read/20200822/15/1281889/indonesia-punya-laboratorium-
kelautan-sejak-zaman-hindia-belanda