Anda di halaman 1dari 17

TUGAS UTS

LAPORAN PENELITIAN PERMUKIMAN NELAYAN GAMPONG LAMPULO

Disusun Oleh :

NAMA : Alya Ananda Syafira


NIM : 2104104010082
MATA KULIAH : Perancangan Permukiman
DOSEN PENGAMPU : Dr. Ir. Dyah Erti Idawati, M.T.

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
2023
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Lampulo merupakan suatu gampong yang berada pada pinggiran Krueng
Aceh yang langsung terhubung dengan laut. Berdasarkan cerita yang turun-
temurun, dari penuturan mantan Keuchik Lampulo, Abdullah Husen mengatakan
bahwa dahulu air sungai di Krueng Aceh sering mengalami kenaikan atau meluap
ke daerah permukiman sehingga terjadi banjir. Hal itu menjadi dasar dalam
penyebutan Lam yang dalam Bahasa Indonesia artinya tenggelam . Kemudian
Gampong Lampulo dulunya merupakan Kawasan hutan pinggiran laut sehingga
disebut dengan istilah pulo yang berarti pulau.
Gampong Lampulo merupakan permekaran dari sebelah Utara Gampong
Lampulo Ujong Peunayong pada tahun 1963. Pada tahun 1985 Gampong
Lampulo mengalami perubahan pada status tata kota. Gampong ini menjadi salah
satu gampong yang berada di kecamatan Kuta Alam.
Potensi Gampong Lampulo ini terdapat pada wilayah yang tepat berada
bersebalahan dengan Krueng Aceh sehingga potensi swadaya ikan sangat tinggi.
Selain itu, di gampong ini juga terdapat situs cagar budaya yaitu kapal diatas
rumah. Strategi yang diterapkan pada objek ini adalah menjadikan kawasan
sebagai asset wisata, juga berfungsi sebagai melindungi dan melestarikan aset
budaya.
Wisata pelestarian dan perlindungan ini bertujuan untuk pembelajaran
sejarah dan melibatkan masyarakat dalam hal mengembangkan swadaya desa.
Banyak masyarakat yang antusias dalam mengikuti program pengembangan desa
salah satunya dengan berkontrubusi dalam kegiatan UMKM (Usaha Mikro, Kecil,
dan Menengah). Namun masyarakat yang menjalankan kegiatan ini mengalami
tidak sedikit kendala dalam upaya melestarikan dan ikut andil dalam
pengembangan kawasa cagar budaya.
KAJIAN TEORI
Pengertian Ekistics
Istilah “permukiman” menurut Doxiadis (1967) dalam buku “Ekistics : An
Introduction to The Science of Human Settlements. Science,” diartikan sebagai
“Human Settlements” yaitu hunian untuk manusia. Sehingga permukiman
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia sebagai tempat manusia
hidup dan berkehidupan. Secara etimologis, ekistics mempunyai arti yang lebih
luas dari sekedar permukiman. Di dalamnya termasuk pengertian mengenai
hubungan manusia dengan manusia, manusia dengan masyarakat dan manusia
dengan alam. Ekistics adalah ilmu mengenai permukiman, bukan hanya mengenai
manusia, alam, jaringan, lindungan ataupun masyarakat. Kekuatan pembentuk
suatu permukiman antara lain oleh adanya kekuatan sosial, kekuatan ekonomi,
kekuatan politik, ideology dan lainnya (Doxiadis, 1967).
Tujuan Ekistics adalah adanya keseimbangan antara elemen-elemen
permukiman, agar terpenuhinya kenyamanan dan keamanan bagi manusia.
Menurut Doxiadis (1967), pemukiman mempunyai lima elemen yang saling
terkait dan bekerja bersama dalam suatu permukiman yaitu manusia, alam,
jaringan, lindungan dan masyarakat seperti pada gambar.

Elemen Elemen Ekistics


Permukiman adalah tempat manusia hidup dan berkehidupan. Oleh
karenanya, suatu permukiman terdiri atas the content (isi) yaitu manusia dan the
container (tempat fisik manusia tinggal yang meliputi elemen alam dan buatan
manusia). Dua Unsur Permukiman yaitu Isi (manusia) dan Tempat (wadah) dapat
dibagi menjadi lima elemen utama yang disebut lima elemen ekistics.
Permukiman merupakan totalitas lingkungan yang terbentuk oleh lima elemen
utama yaitu alam (nature), manusia (man), masyarakat (society), lindungan
(shells) dan jaringan (network).
Konsep lima elemen yang dikemukakan oleh Doxiadis (1974) merupakan
indikator dari keberlanjutan suatu permukiman. Natural Container (alam dengan
sistemnya) dan Manmade Container merupakan wadah bagi manusia (Man and
Society) dengan segala aktivitasnya yang kompleks. Oleh karena itu untuk
mencapai keberlanjutan baik pada dimensi rumah hingga permukiman besar skala
perkotaan, maka kelima elemen tersebut harus mencapai titik keseimbangan.
Manusia memanfaatkan sesuatu dari alam dan sudah seharusnya manusia menjaga
alam. Dengan demikian maka terciptalah kualitas hidup masyarakat itu sendiri.
Desa wisata adalah asset dari program pariwisata yang berbasis pada
potensi pedesaan dengan segala keunikan dan daya tariknya kemudian akan
diberdayakan dan dikembangkan sebagai produk wisata untuk menarik kunjungan
wisatawan ke desa tersebut. Desa wisata harus memiliki objek-objek menarik
berupa alam, seni budaya, legenda, makanan lokal, dan sebagainya untuk
dikembangkan sebagai objek wisata. Tidak hanya itu, masyarakat sekitar dan
aparat desanya juga harus menerima dan memberikan dukungan kepada desa
mereka. Sementara itu, fasilitas wisata adalah semua fasilitas berfungsi untuk
memenuhi kebutuhan wisatawan dan membantu kelancaran suksesnya kawasan
wisata.

METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif. Pengumpulan
data dalam penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder. Data primer
diperoleh dari observasi dan wawancara. Penelitian ini menggunakan pendekatan
dengan metode observasi, survey, dan wawancara. Peneliti melakukan observasi
langsung terhadap kondisi gampong dan melakukan pengumpulan data eksisting
berupa foto dari objek objek yang menjadi fenomena untuk diteliti. Selanjutnya
peneliti melakukan survey langusng ke lokasi yang dijadikan objek dengan
merasaka langsung dan berbaur dengan masyarakat sekitar. Kemudian peneliti
melakukan wawancara kepada beberapa masyarakat sekitar yang menjalankan
kegiatan UMKM terkait dengan fenomena yang akan diteliti.
Sedangkan data sekunder diperoleh dari studi literatur terhadap hasil-hasil
penelitian, laporan, peta, undang-undang, data yang diperoleh dari instansi
pemerintah.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum
Wilayah studi penelitian ini merupakan kawasan dari cagar budaya yang
terletak di Gampong Lampulo, kecamatan Kuta Alam, Kota Banda Aceh, Aceh,
Indonesia. Gampong Lampulo memiliki luas wilayah 154,5 Ha. Dengan topografi
wilayah sebelah laut atau pesisir. Batas administrasi dari wilayah Gampong
Lampulo adalah sebagai berikut;
• Batas Utara : Berbatasan dengan Gampong Lamdingin dan Syiah Kuala
• Batas Timur : Berbatasan dengan Gampong Lamdingin
• Batas Selatan : Berbatasan dengan Kelurahan Mulia
• Batas Barat : Berbatasan dengan Krueng Aceh

Gambar 1 Peta Gampong Lampulo


Kependudukan
Menurut data tahun 2022, jumlah persebaran penduduk Gampong
Lampulo sebanyak 5423 jiwa. Meskipun gampong ini mempunyai objek cagar
budaya dan swadaya hasil laut, namun mata pencaharian masyarakat yang tinggal
di sekitar Gampong Lampulo tidak didominasi dengan pekerjaan pada sektor
pariwisata, ataupun nelayan. Mata Pencaharian pada gampong ini didominasi oleh
PNS (Pegawai Negeri Sipil) yaitu berjumlah 985 jiwa. Dan kategori mata
pencaharian lain dapat dilihat pada diagram berikut

Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian


1200
985
1000 867
800 696

600

400 338
176 222
200 105
18 7
0

Objek cagar budaya di Gampong Lampulo


Pemerintah Kota Banda Aceh telah menetapkan Gampong Lampulo
sebagai desa wisata guna mendukung program tahun kunjungan Banda Aceh
2011. Salah satu objek wisata yang paling terkenal di Gampong Lampulo ini
adalah kapal di atas rumah. Objek ini merupakan kapal yang terbawa arus tsnami
dan terdampar di atas rumah salah satu warga pada 26 Desember 2004.
Gambar 2 objek wisata Monumen ‘Kapal di Atas Rumah’
(Sumber : Pribadi)

Karakteristik dan Masalah Fasilitas Pariwisata


Fasilitas yang terdapat di Kawasan Monumen Kapal di Atas Rumah ini
adalah warung dan toko untuk kegiatan UMKM setempat, musholla, toilet, tempat
parkir, pos jaga. Beberapa fasilitas memang telah disediakan oleh dinas pariwisata
setempat, dan berada di dalam komplek dari cagar budaya. Fasilitas-fasilitas
tersebut yaitu; 1 warung, musholla, toilet, dan pos jaga. Untuk fasilitas yang
berada di luar komplek cagar budaya adalah beberapa warung, dan area parkir.
1. Warung
Pada kawasan Monumen Kapal ini terdapat 2 tipe warung, yang
pertama adalah warung permanen dan warung tidak permanen.

Gambar 3 zoning warung


a) Warung Permanen
Warung ini merupakan bangunan permanen yang
merupakan milik pemerintah. Bangunan permanen adalah
bangunan yang bersifat tetap, tidak bisa dipindahkan. Pengguna
warung merupakan masyarakat yang berniaga cenderamata dan
juga kuliner khas daerah setempat. Pengguna warung atau biasa
disebut pedagang akan membayar uang sewa pajak akan
bangunan warung yang ia gunakan untuk kegiatan berniaga
kepada pemerintah daerah.

Gambar 4 tampak warung dengan bangunan permanen


(sumber : pribadi)
Masalah yang dihadapi oleh pedagang di warung jenis ini
adalah bangunan yang panas, kemudian kayu yang mudah lapuk
sehingga memakan biaya untuk renovasinya, biaya tersebut
ditanggung sendiri oleh pedagang. Bangunan ini juga tidak
menciptakan harmoni dengan bangunan di sekitarnya
dikarenakan pemilihan warna yang tidak tepat.
b) Warung tidak permanen
Warung ini adalah bangunan tidak permanen. Bangunan
tidak permanen adalah bangunan yang bersifat sementara, dapat
dipindah-pindah sesuai keinginan. Warung ini hanya berupa
tenda-tenda kerucut yang biasa digunakan untuk kegiatan
komersil seperti halnya kegiatan bazar. Tenda ini milik pribadi
dari pemilik warung. Pedagang pedagang warung ini berjualan di
area pinggir jalan.

Gambar 5 warung tidak permanen


(Sumber: Pribadi)
Masalah yang dihadapi oleh pedagang dengan warung jenis
ini adalah apabila hujan datang, maka pedagang harus menutup
warung walaupun sedang banyak pengunjung cagar budaya
dikarenakan dagangan akan basah terkena air hujan.
2. Area Parkir
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan, area parkir di
kawasan cagar budaya ini ada 2 dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 6 zoning area parkir


Kedua area parkir ini merupakan milik pribadi dari masyarakat
setempat. Masyarakat yang memiliki lahan mendapatkan keuntungan
dari hasil menyediakan lahan parkir dan menjaga kendaraan para
pengunjung. Beberapa dari pengunjung juga memarkirkan kendaraannya
di bahu jalan apabila area parkir tidak mencukupi.
3. Pos Jaga
Pos jaga berada di dalam area komplek kawasan Monumen Kapal
di Atas Rumah. Pos jaga ini tepat berada dibawah ramp yang menuju
keatas kapal. Hal ini memanfaatkan ruang bawah ramp. Bangunan yang
ditandai adalah pos jaga.

Gambar 7 pos jaga


4. Musholla
Musholla pada kawasan ini berukuran cukup untuk menampung
beberapa pengjunjung yang datang.

Gambar 8 Mushalla
Usulan Perbaikan
Ada beberapa usulan perbaikan mengenai beberapa objek, yaitu pada
kesediaan lahan untuk parkir, dan area komersil. Beberapa usulan saran
perbaikan tersebut adalah;
1. Perencanaan Area Komersil yang Lebih Efektif
Perencanaan dan penataan ulang diperlukan dalam mengatasi
masalah-masalah yang telah diuraikan sebelumnya. Area komersil
sebaiknya direlokasi ke area yang sebelumnya menjadi area parkir. Hal
ini dikarenakan tempat tempat tersebut sangat strategis untuk area
komersil.

Gambar 9 zoning relokasi area komersil


Untuk bagian masalah pada bangunan, dapat diberikan saran
berupa pemerintah setempat menyediakan warung-warung permanen
bersifat unik yang dapat menarik perhatian pengunjung untuk
membeli cendramata dan kuliner khas daerah setempat. Perlu
diketahui bahwa desain bangunan ini harus cukup di lahan yang telah
diuraikan diatas dan harus memenuhi standart kenyaman pengguna.
Seperti halnya pada warung harus mengadakan vegetasi untuk
meminimalisir tingkat panasnya pantulan terik matahari dari
banyaknya perkerasan di sekitar bangunan. Menerapkan bukaan
bukaan seperti ventilasi silang untuk melepaskan dan memasukkan
angin kedalam bangunan, sehingga thermal di dalam bangunan tetap
terasa nyaman. Memperhatikan orientasi bangunan, sebaiknya
bangunan berorientasi utara selatan untuk menghindari radiasi sinar
matahari dari arah barat.

Gambar 10 orientasi bangunan usulan


Beberapa contoh dari desain bangunan yang dapat diterapkan
adalah sebagai berikut;

Gambar 11 desain bangunan tetap yang diusulkan.


Beberapa warung juga menyediakan kuliner khas seperti kopi
dan dapat disajikan secara langsung sehingga beberapa warung
sebaiknya menyediakan sedikit tempat duduk untuk pelanggan yang
ingin menikmati kopi secara cepat. Interior yang dapat menjadi
pertimbangan usulan bagi warung ini dapat menambahkan rak rak
yang lebih tertata dengan rapi seperti pada gambar;
Gambar 12 usulan interior
Penggunaan rak di satu sisi agar dapat memberi kesan luas pada
bangunan.

2. Relokasi Area Parkir


Area parkir yang lama dipindahkan ke area yang lebih luas yaitu
bergeser sekitar 100m ke sebelah timur dari kawasan cagar budaya.
Pengunjung harus berjalan sedikit dari area parkir menuju kawasan ini.

Gambar 13 zoning relokasi area parkir


Usulan desain yang dapat diterapkan termasuk memberi naungan
terhadap area parkir dan pemberian pos jaga. Material bahan untuk
naungan yang dapat digunakan adalah material kanopi membran
dengan bahan AGTex membrane tipe 651P1 warna putih. Keuntungan
dari kanopi ini adalah biaya pemasangan yang minim dan bahan yang
tahan lama.
Gambar 14 contoh desain usulan area parkir

KESIMPULAN
Perancangan dan penataan ulang pada fasilitas pariwisata dilakukan dengan
cara mengindentifikasi aspek aspek apa saja yang menjadi potensi bagi swadaya
masyarakat. Hasil dari analisis potensi fasilitas berupa terdapat beberapa masalah
yang menjadi fokus dalam fenomena penelitian ini. Mulai dari area komersil, dan
area untuk lahan parkir.
Salah satu arahan yang menjadi titik fokus pertimbangan adalah
merelokasikan beberapa area. Selanjutnya ada penambahan desain bangunan yang
menjadi tempat atau retail bagi pedagang yang menjual cenderamata juga kuliner.
Desain bangunan ini sangat memperhatikan aspek kenyaman thermal dan potensi
lingkungan.
Kepemilikan fasilitas sebaiknya diberikan kepada masyarakat apabila
masyarakat setempat menyatakan mau dan mampu untuk berpartisipasi pada
pengembangan pariwisata, dan pelestarian cagar budaya. Sementara pemerintah
dapat ikut andil mengawasi jalannya usaha yang dibangun oleh masyarakat itu
sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Safira Millania Azzahra, W. I. (2023). KONSEP PENATAAN
FASILITAS PARIWISATA DI KAWASAN CAGAR
BUDAYA SINGOSARI. Planning for Urban Region and
Environment , Vol 12, No 1, Januari 2023, 109-120.
Sudibya, B. (2018). WISATA DESA DAN DESA WISATA. JURNAL
BAPPEDA LITBANG, Vol. 1, No. 1, April 2018, 21-25.
Syavana Fairuzahira, W. I. (2020). ELEMEN PEMBENTUK
PERMUKIMAN TRADISIONAL KAMPUNG NAGA. Jurnal
Tata Kota dan Daerah, Vol 12, No 1,Juli 2020, 29-37.

Anda mungkin juga menyukai