Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sleman merupakan salah satu kabupaten di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Kabupaten Sleman memiliki keindahan alam yang beragam dan eksotik. Luas Wilayah
Kabupaten Sleman adalah 57.482 Ha atau 574,82 Km2 atau sekitar 18% dari luas Propinsi
Daerah Istimewa Jogjakarta 3.185,80 Km2,dengan jarak terjauh Utara – Selatan 32 Km,Timur
– Barat 35 Km. Secara administratif terdiri 17 wilayah Kecamatan, 86 Desa, dan 1.212 Dusun
(http://www.slemankab.go.id).
Untuk merealisasikan pembangunan pariwisata yang berkelanjutan diperlukan
adanya peran serta dari masyarakat lokal. Menurut pendapat Achmad Charris Zubair dalam
(Arida, 2009: 31) menyatakan masyarakat setempat harus terlibat secara aktif dalam
pembangunan yang pada hakekatnya membangun dirinya sendiri. Aktif disini berarti ikut
terlibat dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan,dan paling penting adalah menikmati
hasilnya pertama kali. Menurut Waimbo (2012) pada dasarnya masyarakat lokal mengetahui
tentang fenomena alam dan budaya di sekitarnya. Namun mereka tidak memiliki keahlian
secara finansial dan keahlian yang berkualitas untuk mengelolanya atau terlibat langsung di
dalam kegiatan pariwisata. Maka dari itu secara aktif masyarakat harus meningkatkan
kapasitasnya di dalam bidang pariwisata atau sering kita sebut dengan pemberdayaan
masyarakat.
Akhir-akhir ini sangat banyak media masa yang memberitakan bahwa pariwisata itu
merusak. Selain merusak budaya lokal pariwisata juga dikatakan memberikan dampak
negatif pada lingkungan. Berbagai akomodasi dibangun untuk membuat para wisatawan
menjadi nyaman. Lokasi yang tak seharusnya difungsikan untuk membangun sebuah
akomodasi dipaksakan demi memenuhi kebutuhan wisata, maka yang pertama kali
mendapatkan dampaknya adalah lingkungan. Ketidakseimbangan ini tentunya perlu dicari
solusinya agar keberlanjutan lingkungan tetap berjalan.
Berorientasi pada lingkungan alam atau ekowisata menjadi sebuah solusi agar
wisatawan dapat menghargai alam serta secara tidak langsung wisatawanjuga
memperhatikan keberlanjutan lingkungan. Ekowisata adalah kegiatan wisata yang bersifat
khas. Dalam hal ini, kegiatan yang berisi unsur “eko” saja yang dapat dimasukan dalam
ekowisata, yaitu memperhatiakan aspek ekologis, ekonomis dan persepsi masyarakat,
bahkan secara khusus ada ahli yang mengatakan bahwa kegiatan ekowisata ini melibatkan
unsur pendidikan (Arida, 2009:23).
Kabupaten Sleman sendiri memang terkenal dengan desa-desa wisata yang
menawarkan wisata alam serta keramahan budaya lokal sebagai daya tarik utamanya.
Bahkan beberapa desa wisata di Sleman menjadi pelopor desa wisata di Yogyakarta. Salah
satunya yaitu desa wisata kelor. Desa Wisata Kelor berada di Dusun Kelor, Desa
Bangunkerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Desa wisata kelor termasuk
salah satu objek wisata di Sleman yang dikelola sendiri oleh warga setempat. Desa Kelor
memiliki penduduk yang mayoritas pencahariannya adalah dengan bertani, beternak, dan
membudidayakan jamur. Sebagian besar penduduk desa ini memiliki kebun salak yang
tentunya pengunjung dapat memborong salak tersebut.Objek wisata Selain mengutamakan
keindahan alamnya yang notabene menjadi salah satu potensi untuk menjadi ekowisata,
Desa Wisata Kelor juga menyediakan berbagai fasilitas seperti area perkemahan bagi yang
ingin menikmati alam secara langsung, arena outbond yang dilengkapi berbagai fasilitas yang
menantang, dan flying fox. Lokasi desa kelor sendiri mudah untuk dijangkau sehingga karena
aksesbilitasnya yang mudah.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana potensi wisata yang dimiliki objek wisata Kelor?
2. Bagaimana partisipasi masyarakat lokal Kesa Kelor dalam pengembangan ekowisata?
3. Bagaimana kontribusi pemerintah dari kegiatan pariwisata terhadap masyarakat lokal?
4. Bagaimana tingkat kelayakan Desa Wisata Kelor dalam pengembangan ekowisata?

C. Tujuan
1. Mengetahui potensi wisata yang dimiliki objek wisata Kelor?
2. Mengetahui partisipasi masyarakat lokal Kesa Kelor dalam pengembangan ekowisata?
3. Bagaimana kontribusi pemerintah dari kegiatan pariwisata terhadap masyarakat lokal?
4. Mengetahui tingkat kelayakan Desa Wisata Kelor dalam pengembangan ekowisata?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Potensi Wisata
Desa Wisata Kelor berada di Dusun Kelor, Desa Bangunkerto, Kecamatan Turi,
Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Desa Wisata Kelor biasa menamakan diri sebagai Dewi
Kadjar (Desa Wisata Kampoeng Sedjarah) karena latar belakang sejarah mereka sebagai
markas tentara pelajar di masa lalu. Tetapi, saat ini banyak juga yang mengunjungi Dewi
Kadjar karena keberadaan sungai Bedhog di sebelah timur dusun. Desa Kelor memiliki joglo
bersejarah yang dibangun pada tahun 1835. Joglo tersebut pernah menjadi markas Tentara
Pelajar Jogja. Hingga saat ini bangunan joglo masih asli dan lengkap karena belum pernah
mengalami perubahan berarti.
Potensi wisata yang dimiliki desa wisata Kelor ini Sangat berpotensi karena melihat
dari kondisi wisata yang memiliki daya tarik wisata alam yang berbeda dengan daerah tujuan
wisata lainnya. Selain memiliki sebuah bangunan bersejarah, Salah satu objek wisata di
daerah ini yaitu dengan adanya Sungai Gendol. Sungai indah dan alami dengan lebar 5
meter dan kedalaman maksimal 1,5 meter. Menyusuri sungai dengan air jernih nan mengalir
tenang di Desa Wisata Kelor seolah menjadi menu wajib yang terlalu sayang untuk
dilewatkan. Disini pengunjng bisa puas menikmati keindahan Sungai Gendhol yang bersih
serta airnya yang jernih dan menyegarkan sembari ditemani kicauan burung. Ini menjanjikan
pengalaman berwisata trekking yang menantang dan mengesankan sehingga banyak
digandrungi orang. Tentu saja ini bisa jadi kesempatan langka mengingat bagaimana kondisi
suangi di perkotaan yang sudah tercemar limbah. Disini pengunjung bebas bermain air atau
sekedar membasuh muka dan berkecipuk ria di sungai. Pengunjung juga bisa melakukan
river tracking atau menyusuri sungai
Selain merasakan kehidupan di desa dan berbaur langsung dengan penduduk
sekitar, pengunjung juga bisa melakukan berbagai aktivitas alam. Desa Kelor menyediakan
berbagai fasilitas seperti area perkemahan bagi yang ingin menikmati alam secara langsung,
arena outbond yang dilengkapi berbagai fasilitas yang menantang, dan flying fox. Aktivitas
lain yang dapat dilakukan di Desa Wisata Kelor adalah belajar tentang budidaya salak sejak
dari penanaman, pemeliharaan, panen, hingga pengolahan. Jika ingin menikmati kesenian
tradisional, warga bisa menyajikan kesenian kuda lumping, salawatan, dan barzanji.
B. Partisipasi Masyarakat
Dari segi partisipasi masyarakat tergolong cukup berpotensi. Dengan kata lain
masyarakat sudah cukup berpartisipasi dalam pengembangan pariwisata Desa Kelor. Desa
wisata kelor seluruhnya dikelola oleh pendeduk desa kelor sendiri. Mulai dari menediakan
tempat penginapan, pemandu outbond, petugas dan lahan parkir, konsumsi, sampai
pembuatan halau rintangan trekking.
Pastinya pihak pengelola juga membuat daftar paket outbond agar memudahkan
pengunjung dapat dengan bebas memilih fasilitas apa saja yang akan digunakan dan sesuai
kebutuhan pengunjung. Dan dari pihak pengelola juga dimudahkan dalam memandu para
pengunjung yang dating. Hal ini menunjukan adanya aktifitas ekonomi hasil dari proses
wisata tersebut.
Jika dilihat dari nilai ekowisatanya yakni ekologi atau hubungan timbal Balik antar
lingkungan dengan masyarakat sudah terlihat dengan pengembangan masyarakat
lokal sebagai daya dukung wisata, contohnya terdapat kelompok warga khusus
menyediakan penginapan, menyediakan konsumsi, menyediakan pemandu, dan lain-lain di
kawasan desa wisata kelor. Sehingga secara tidak langsung penduduk desa ikut
berpartisipasi dalam mempromosikan wisata kawasan Desa Kelor.

C. Kontribusi Pemerintah
Peningkatan dan pemerataan perekonomian di desa merupakan cita – cita seluruh
masyarakat Indonesia. Saat ini desa tidak lagi menjadi penonton dalam pembangunan tetapi
telah menjadi pelaku dalam kegiatan pembangunan itu sendiri . Begitu banyak potensi di
desa yang bisa di kelola dan dikembangkan bersama oleh pemerintah desa dan masyarakat
desa itu sendiri . Tinggal bagaimana membuat sebuah perencanaan yang strategis dalam
menentukan sektor usaha apa yang akan di fokuskan untuk di jalankan.
Pemerintah desa juga berperan aktif dalam memberikan pengetahuan serta
pendampingan kepada masyarakat dalam menjaga dan melayani para wisatawan selama
berkunjung agar kesan yang baik serta ingin kembali lagi setelah berwisata dan bisa
menceritakan pengalaman yang menarik selama berada di desa. Salah satu hal yang sangat
penting adalah menjaga lingkungan desa agar tetap selalu bersih dan indah sehingga
suasana nyaman selama liburan bisa dirasakan oleh wisatawan.
Perhatian pemerintah juga telah menyediakan prasarana hingga meningkatkan
motivasi masyarakat Desa Kelor dalam meningkatkan pendapatan masyarakat. Selain itu
dengan adanya Desa Wisata Kelor, pemerintah memberikan fasilitas terhadap masyarakat
berupa prasarana yang disediakan seperti perbaikan kualitas jalan menuju danau,
pembangunan balai, hingga pembangunan kios-kios yang sengaja disediakan untuk
meningkatkan pendapatan masyarakat melalui daya dukung wisata itu sendiri.

D. Tingkat Kelayakan Tempat Wisata


Desa Wisata Kelor tergolong layak sebagai pengembangan ekowisata. Dalam hal
ini dilihat dari nilai ekowisatanya yakni, ekologis dimana kegiatan ekowisata agar ramah
lingkungan, ekonomis bermakna bahwa mampu menguntukan bagi masyarakat, serta
sesuai dengan pertimbangan persepsi masyarakat, sehingga dapat dipahami bahwa Wisata
Alam Danau Buyan tergolong layak. Desa Kelor memiliki nilai ekologis dimana Desa Kelor
memiliki lingkungan yang masih asri dan bersih tidak ada sampah yang berserakan. Dengan
keadaan desa yang masih alami, Desa Kelor memiliki potensi sebagai daerah ekowisata.
Manfaat yang dapat dirasakan adalah dalam bidang ekonomi yang merupakan salah satu
kelebihan pengembangan ekowisata dimana peran serta masyarakat lokal sangat
dibutuhkan dalam pengembangannya.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Potensi wisata yang dimiliki desa wisata Kelor ini Sangat berpotensi karena melihat
dari kondisi wisata yang memiliki daya tarik wisata alam yang berbeda dengan daerah tujuan
wisata lainnya.
Masyarakat lokal dikategorikan berpartisipasi dalam pengembangan ekowisata
hal ini ditunjukan dengan peran serta masyarakat dalam mengelola kawasan wisata
Desa Kelor. Dari segi partisipasi masyarakat tergolong cukup berpotensi. Dengan kata lain
masyarakat sudah cukup berpartisipasi dalam pengembangan pariwisata Desa Kelor
Kontribusi pemerintah yang diperoleh terhadap masyarakat lokal dikategorikan
cukup baik. Perhatian pemerintah juga telah menyediakan prasarana hingga meningkatkan
motivasi masyarakat Desa Kelor dalam meningkatkan pendapatan masyarakat.
Berdasarkan jumlah keseluruhan yang diperoleh, Desa Kelor dapat dinyatakan layak
sebagai tempat pengembangan ekowisata yang dilihat dari nilai ekowisatanya.

B. Saran
Jika dilihat dari potensi wisatanya, masih banyak saingan dari desa wisata lainnya
yang tentunya memiliki konsep yang berbeda. Hal tersebut diharapkan agar pengelola
wisata selalu memberikan yang yang unik dan menarik dan akan lebih bagus lagi juka
memiliki ciri atau khas sendiri. Atau bisa juga penyajiannya disesuaikan dengan tema
kekinian. Agar pengunjung merasakan hal yang berkesan. Ketika sudah bisa mengambil hati
pengunjung lalu pengunjung tersebut menceritakan ke orang baik melalui pesan lisan
maupun tulisan maka akan lebih mudah juga untuk mempromosikan tempat wisata.
DAFTAR PUSTAKA

Arida, Nyoman Kusuma. 2009. Meretas Jalan Ekowisata Bali Proses Pengembangan, Partisipasi
Lokal dan Tantangan Ekowisata di Tiga Desa Kuno Bali. Denpasar: Udayana University
Press.

Waimbo Erlis, Danny. 2012. Dinamika Masyarakat Papua pada Era Otonomi Khusus vol XXI no 1.
Jakarta.

http://www.slemankab.go.id/profil-kabupaten-sleman/geografi/letak-dan-luas-wilayah (diakses
20 Mei 2018).
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai