Anda di halaman 1dari 8

CONTOH-CONTOH FEATURE

Struktur Penulisan Feature

1. Judul

Judul tidak melulu harus mewakili apa yang tersirat seluruhnya dari isi feature kita yang
terpenting memuat inti dari tulisan kita. Buatlah judul semenarik dan sebombastis mungkin

2. Paragraf pembuka (Lead)

Lead adalah paragraf pembuka sebelum masuk pada inti apa yang kita tuliskan di dalam
feature. Buatlah paragraf  dengan bahasa yang sangat menarik perhatian pembaca.

Gunakan bahasa yang bisa menggugah emosi pembaca, membuat pembaca penasaran dan
bertanya-tanya, mengungkapkan fakta yang sensasional atau sebagainya.

Biasanya jika paragraf pembuka kita sudah menraik, maka pembaca akan semakin tertarik
dan penasaran dengan tulisan kita.

3. Badan Tulisan atau Isi

Jika sudah masuk ke inti tulisan, kita harus menuliskan alur yang sistemastis, jangan berbelit-
belit! Usahakan tulisan kita bukan hanya berisi informasi belaka, tapi juga diselingi deskripsi
suasana, karakter sosok yang kita sampaikan atau hal-hal ringan lainnya.

4. Penutup

Penutup adalah paragraf yang memberi kesan terakhir maupun kesimpulan dari apa yang kita
tulis. Sebagus apapun judul atau tulisan kita, jika kita tidak bisa menutup tulisan kita dengan
semenarik mungkin, maka akan terasa hambar di belakangnya.

Video 1: Mbah Anesmawati https://www.youtube.com/watch?


v=xjeLKs1URJo

Video 2: Abah Uci https://www.youtube.com/watch?v=Owfxj5VoJFo

Video 3: Keindahan Alam dan Budaya dari Jailolo


https://www.youtube.com/watch?v=A2dAnqB1Eck

Video 4: Wisata Ranugumbolo https://www.youtube.com/watch?


v=1aBtTLbxfkg

Video 5: Gunung Kawi https://www.youtube.com/watch?v=992ochLG03M


1. Contoh Feature tentang tradisi "Suku Sasak"

Sumber: http://muhammadanwar844.blogspot.com/2016/06/feature-tradisi.html

DI BALIK KEMISKINAN ADAT

Budaya memiliki nilai yang tidak ternilai. Etnis, Budaya, Tradisi kata yang hampir
lumrah di sebut di kalangan masyarakat. Lain adat, lain pula rumah adatnya. Seperti yang
telah diketahui sebelumnya, Rumah tradisional atau rumah adat di Nusantara sangat beragam.
Rumah tradisional Nusantara memiliki nilai estetikdan bentuk, serta nilai filosofi yang
berbeda-beda, tergantung dari adat dan tradisi serta kondisi lingkunganmasing-masing
daerah. Dan siapapun tahu, Rumah Adat atau Rumah tradisional merupakan bagaian tak
terpisah dari keanekaragaman budaya Nusantara.
Keragaman yang memunculkan perbedaan, yang pasti bukan untuk memilah-milah
mana yang lebih indah, mana yang lebih hebat. Perbedaan yang ada, justru lebih tepat
dipandang sebagai kekayaan Nusantara. Itulah keelokan Nusantara, Berbeda-beda namun
satu dalam nama Indonesia. Oleh karena itu, masyarakat Indonesia pun semestinya
menghargai dan membanggakannya sebagai identitas Bangsa.
Membicarakan rumah tradisional atau rumah adat memang menarik. Di kala rumah-
rumah tradisional itu dibanggakan sebagai indentitas dan kekayaan budaya bangsa, dengan
segala kandungan filosofi dan estetikanya, Di saat ini juga keberadaannya justru telah
semakin berkurang. Hal ini disebabkan oleh berbagai macam faktor, Seperti telah
berubahnya pola pikir dan gaya hidup masyarakat yang menjadi lebih modern dan praktis,
serta semakin meningkatnya perekonomian dan kesejahteraan masyarakat.
Di zaman sekarang ini, yang tampak berkembang adalah rumah-rumah bergaya
modern. Rumah berarsitektur modern mengadopsi nilai-nilai praktis dan sering kali justru
mengacu pada budaya luar. Namun demikian, Gairah untuk mencintai dan melestarikannya
pun muncul kembali pada masyarakat.

Rumah Adat Lombok juga kerap menjadi perpindahan arsitektur menjadi model yang
lebih modern,terkadang pola arsitektur lumbung lombok menjadi arsitektur bangunan
modern. Menyelipkan gaya-gaya arsitektur Rumah tradisional atau Rumah adat pada
bangunan modern bahkan telah menjadi sebuah gaya hidup. Meski hanya mengadopsi
sebagian corak-corak dan ciri khas rumah tradisional Lombok, itu merupakan wujud
penghargaan atas kekayaan budaya Lombok, tradisi dan adat bangsa ini. Modernitas memang
tak terelakkan yang menyebabkan adanya perubahan pola pikir masyarakat Nusantara.
Dampaknya pun terealisasi salah satunya dalam hal arsitektur rumah.

Wujud penghargaan dan kecintaan yang besar, selain itu, juga diwujudkan masyarakat
Indonesia dengan merawat dan menjaga rumah-rumah tradisional warisan, yang sampai
sekarang masih ada. Bahkan untuk alasan dan kebutuhan tertentu, rumah baru dengan gaya
arsitektur rumah tradisional atau adat, juga kerap dilakukan, terdapat di berbagai daerah
khusus di Lombok memiliki rumah adat yang di lindungi dan menjadi tempat wisata seperti
di Sembalun Lawang, Kecamatan Sembalun, Lombok Timur.

Ungkapan penghargaan dan kecintaan yang besar terhadap rumah tradisional, warisan
budaya nenek moyang, tercermin dan terungkap pula salah satunya dari keberadaan Wisata
rumah adat di Desa Sembalun Lawang. Di sanalah kehebatan pola pikir leluhur masyarakat
lokal dalam membangun rumah adat Lombok diwujudkan. Keberadaan rumah-rumah
tradisional di tempat tersebut tentu juga sebuah upaya menjaga keberadaannya di zaman
sekarang agar tradisi tetap dikenali generasi-generasi baru zaman sekarang.

Tak jauh berbeda dengan semangat pembangunan rumah-rumah tradisional di Desa


Akar-Akar, Kecamatan Bayan, Lombok Utara, pun telah dibangun tempat wisata Rumah
Adat. Memang ada bermacam bentuk ungkapan penghargaan dari anak bangsa dalam
melestarikannya. Kecintaan serta semangat pelestarian rumah-rumah tradisional itu, adalah
api yang memicu dibangunnya wisata rumah adat.

Rumah Adat Bayan merupakan sebuah wisata budaya yang dibangun oleh pemerintah
setempat untuk merunutkan perjalanan sejarah Nusantara dalam hal bangunan atau seni
arsitektur dari masa nenek moyang. Menempati lokasi 1 hektare di pinggir bukit dan
pegunungan, di sebagian besar lahan wisata rumah adat berdiri Kampung Budaya. Di sana
terdapat puluhan bangunan rumah tradisional, khas seluruh daerah di Nusantara. Beberapa di
antaranya bahkan merupakan rumah asli yang sengaja dibawa dari daerahnya yang telah
berusia ratusan tahun.

Pendirian wisata rumah adat bayan memang untuk memberikan pengetahuan


menyeluruh kepada anak negeri khususnya, dan bangsa lain tentang budaya dari berbagai
etnis Nusantara. Misinya adalah sebagai sarana pelestarian dan untuk lebih memahami
budaya Indonesia khususnya budaya sasak.

Di sana, pengenalan budaya bahkan tidak hanya dari representasi bangunan fisik
rumah-rumah tradisional tersebut, tetapi juga dari kegiatan sehari-hari para penghuninya
menyangkut adat dan tradisi masyarakat Lokal. Selain untuk tujuan-tujuan itu, Wisata Rumah
Adat juga dijadikan sebagai tempat rekreasi, berwisata sambil mengenali budaya Nusantara,
khususnya dari rumah-rumah adat atau tradisional secara lebih menarik dan interaktif.

Wisata Rumah Adat Bayan dan Wisata Rumah Adat Sembalun Lawang merupakan
satu contoh bagaimana budaya Nusantara ini disadari sebagai kekayaan. Dengan contoh-
contoh pelestarian tersebut, bangsa Indonesia sebenarnya diajak untuk kembali ke akar
Budaya. Diajak untuk percaya pada jati diri bahwa bangsa Indonesia punya sesuatu yang bisa
dibanggakan. Setiap wilayah Indonesia memiliki Adat dan Budaya, itulah bentuk kekayaan
Indonesia yang harus di lestarikan , termasuk Adat Budaya Lombok , Khususnya di tempat-
tempat yang memiliki objek wisata adat,maka itu akan menjadi kebanggaan untuk negeri ini
terlebih-lebih untuk masyarakat Lokal.
2. “Bekerja untuk Membantu Bukan untuk Melanggar”
Sumber: http://berbagiinfokehidupan.blogspot.com/2016/11/contoh-feature-human-interest.html

Di tengah-tengah gemericik hujan yang turun di kawansan Wisata Puncak Bogor, 


seorang pria paruh baya dengan berseragam celana coklat, topi abu-abu, kemeja putih dengan
dibalut rompi petugas polisi justru sibuk dengan tugasnya mengatur parkiran di pinggir Jalan
Raya Puncak KM 77 Cisarua Bogor. Nampak wajah yang begitu bersahaja menyapa para
pengendara kendaraan bermotor baik itu mobil maupun motor yang hendak parkir di lahan
parkirnya.
Pria kelahiran 40 tahun silam itu bernama lengkap Jamaludin, merupakan ayah dari
tiga orang anak hasil penikahan dengan istrinya bernama Handayani. Menurutnya, ia telah
bertugas sebagai tukang parkir di Jalan Raya Puncak sejak 15 tahun yang lalu. “Saya bekerja
sebagai tukang parkir di sini sekitar 15 tahun yang lalu, setelah memiliki satu anak. Tugas
saya di sini sih bukan hanya memarkirkan kendaraan, kadang saya juga membantu warga
untuk menyebrang jalan”ucapnya sambil tersenyum.
Di kawasan wisata Puncak sendiri area parkir di pinggir jalan raya sangat mudah
ditemui, dari mulai keluar Tol Jagorawi hingga ke daerah Cipanas. Hal tersebut sangat berarti
bagi warga sekitar, karena memunculkan ‘lahan kerja’ bagi mereka yang tidak memiliki
pekerjaan tetap seperti halnya Pak Jamaludin.  Keramaian lalu-lintas kawasan wisata Puncak
memang tak terbantahkan lagi, dengan panorama alam yang menakjubkan, menjadikan
Puncak sebagai tempat tujuan wisata yang dapat menghilangkan penat rutinitas kegiatan
sehari-hari. Menurut Pak Jamal, per harinya beliau dapat penghasilan sekitar 20 hingga 40
ribu rupiah, cukup tidaknya penghasilan tersebut ia terima dengan lapang dada. “Setiap hari
paling saya dapat 20 rebu kalau lagi sepi, kalau lagi rame saya bisa mendapatkan uang sekitar
50 rebu. Penghasilan berapa pun saya    mah terima-terima aja, yang penting masih bisa
makan” ujarnya dengan logat bahasa sunda yang kental.
Profesi Pak Jamal sebagai tukang parkir jalanan justru kontradiktif dengan kebijakan
pemerintah tentang ketersedian ruang parkir dalam Undang-undang No. 22 tahun 2009 Pasal
34 ayat 3. Undang-undang tersebut menyatakan bahwa fasilitas parkir di dalam Ruang Milik
Jalan hanya dapat diselenggarakan di tempat tertentu yaitu pada jalan kabupaten, jalan desa,
atau jalan kota yang harus dinyatakan dengan rambu lalu lintas dan atau Marka Jalan.
Tentang peraturan tersebut Pak Jamal tidak mengetahuinya sama sekali, ia selama ini
nyaman-nyaman saja sebagai tukang parkir di Jalur Puncak. Tidak pernah ada petugas
keamanan atau polisi yang menegurnya. “Selama saya bertugas, saya tidak tahu dan tidak ada
yang memberi tahu sama sekali tentang peraturan-peraturan lalu lintas, malahan saya dikasih
rompi sama petugas polisi karena dianggap pekerjaan saya telah membantu tugas beliau. Ini
rompinya yang saya pakai” ujarnya sambil menunjukkan rompi yang sedang ia pakai.
Dengan rompi yang ia pakai, pak Jamaludin mengaku semakin bersemangat dalam
menjalankan tugasnya. Baginya itu sebuah tanda bahwa pekerjaan yang digelutinya selama
ini telah berjasa bagi orang lain dan telah diakui oleh instansi kepolisian.
Di era sekarang dengan daya persaingan yang tinggi, Pak jamal tidak memiliki pilihan
pekerjaan lain. Pendidikan terakhirnya yang tidak sampai tamat sekolah dasar membuatnya
sulit mencari pekerjaan. Walau dengan penghasilan yang sangat pas-pasan ia tetap bertahan
dalam pekerjaannya. Tak terbayangkan olehnya jika harus kehilangan pekerjaan yang telah
bertahun-tahun ia geluti. Karena pekerjaannya ini, Pak Jamal begitu dikenal oleh warga
sekitar bahkan ia dikenal oleh para petugas Polantas.
Meskipun di sisi lain, keberadaan lahan parkir di sepanjang Jalan Raya Puncak
sedikit-banyak berkontribusi terhadap kemacetan lalu lintas yang sering terjadi di Kawasan
Wisata Puncak, namun menurut Pak Jamal, infrastruktur jalan yang sudah tidak sebanding
dengan kendaraan masuk dan melintaslah yang menjadi masalah utama kemacetan di
kawasan Puncak selama ini. “Sebenarnya di sini bukan kita yang bikin macet. Jalannya
seukuran begini, kendaraan yang lewatnya banyak banget mas, wajar aja macet. Polisinya
yang ngatur juga kewalahan. Kita malah sering bantu mereka ngatur jalanan”.
Penduduk sekitar pun sangat menghargai tugas Pak Jamal, karena membantu mereka
dalam menyeberang jalan serta mengatur lalu lintas seperti halnya yang diutarakan oleh Pak
Andi, tukang ojek di dekat lahan parkir Pak Jamal. “Ya, beliau sangat berjasa buat kita. Dia
sering membantu orang-orang sini menyeberang jalan. Tahu sendiri Jalanan Puncak padet
banget, dan turunannya curam. Jadi kita kadang takut untuk menyeberang apalagi kalau hari
libur”.  Hal tersebut memang benar adanya, sekitar 40 ribu kendaraan tercatat melintas
Gerbang Tol Ciawi seperti dikutip di akun twitter @TMCPolresBogor. Antrean
kendaraannya hingga 10 KM.
Pak Jamal, seringkali membantu Polantas yang bertugas di dekat lahan parkirnya
dalam mengatur lalu lintas jika ada kemacetan. Tidak ada harapan untuk mendapat imbalan
apapun dari petugas polantas tersebut. Baginya itu juga merupakan tugasnya sebagai orang
yang mendapat uang di jalanan.
Selain peduli akan kondisi jalanan, Pak Jamal juga begitu peduli terhadap
keluarganya. Setiap ia pulang dari tugasnya, Pak Jamal langsung memberikan penghasilannya
kepada istrinya.  Selanjutnya ia menghampiri anaknya yang semuanya masih duduk di
bangku sekolah. Pak Jamal membagi-bagi pula penghasilannya kepada seluruh anaknya
secara merata. Jasa seorang tukang parkir sepertinya mungkin memang tidak akan pernah
dianggap besar oleh orang lain. Namun baginya, semua yang dilakukan atas dasar ikhlas akan
memiliki manfaat bagi orang lain. Tak mengenal hujan, atau bahkan di saat sakit pun ia akan
berusaha bekerja semaksimal mungkin selama ia bisa melakukannya.
Istrinya yang setiap hari begitu mengandalkan penghasilan suaminya tersebut selalu
memberikan dukungan yang maksimal baginya. “Istri dan anak saya adalah segalanya bagi
saya. Mereka lah yang selama ini mendukukung saya dan menjadi tonggak semangat saya. Di
jalanan orang tidak peduli akan kondisi saya. Saya bekerja untuk orang lain dan untuk
membantu bukan untuk melanggar”.
Harapan Pak Jamal, jika memang ada kebijakan dari pemerintah yang berkaitan
dengan pekerjaannya sebagai tukang parkir hendaknya disosialisasikan kepada beliau. Dan ia
pun mengharapkan adanya pelatihan atau pengarahan tentang aturan-aturan lalu lintas yang
ada.
“Peraturan lalu-lintas tentu harus kami taati, namun kami harus tahu dan mengerti
tentang peraturan tersebut” ujarnya.
3. Kehidupan Seorang PetanI

FOTO PETANI

foto

oleh : Haryati 51113085 jurnalistik 1


Wanita itu memiliki muka yang kecil, mata yang sayu, hidung mancung, rambut yang
keriting, memiliki postur badan yang pendek dan kurus. ia bernama maemunah, usianya sekitar 43
tahun. Wanita yang berkerja serabutan ini terkadang bekerja sebagai petani dan tukang cuci
pakaian. Tapi ia lebih sering bekerja sebagai petani. Dia bekerja disawah oranglain. Karena ia tidak
memiliki sawah sendiri. Pekerjaan sebagai petani dilakukan jika ada tetangga yang meminta bantuan
tenaganya disawah. Jika tidak ada pekerjaan disawah ia berusaha menawarkan tenaga nya untuk
mencuci pakaian. Upah yang didapatkan dari bertani dan mencuci pakaian tidaklah seberapa. Belum
bisa mencukupi kebutuhan keluarganya.

Diwajahnya sudah terlihat sekali keritan-kerutan dan terlihat rasa lelah sedang
menghampirinya. Wajahnya berwarna hitam, mungkin akibat dari terkena sinar matahari saat
sedang bekerja disawah. Sekilas wajahnya nampak lebih tua padahal umur dia jauh lebih muda dari
wajahnya. Kehidupan yang dilihat dari jauh terlihat baik-baik saja, namun jika dilihat dari dekat dan
makin dekat mulai terlihat kesedihan serta kepedihan hidup yang ia alami selama ini.

Untuk makan saja mengalami kesulitan. Jika tidak mempunyai uang, terkadang dirinya harus
berhutang pada pedagang sayuran dulu. Tapi dia lebih sering memilih untuk tidak membeli sayuran.
Karena ia malu jika harus berhutang terus menerus. Apalagi hutang yang kemarin kemaren belum
dapat dilunasi. Jika keadaan tidak memungkinkan untuk berbelanja ia lebih sering memasak nasi,
sambal,dan jengkol goreng. Makanan itu tidak mengeluarkan biaya. Karena dibelakang rumah
dirinya menamam pohon cabe dan menanam jengkol untuk kebutuhuhan mendesak ketika tidak
mampu membeli sayur-sayuran maupun lauk pauk untuk disantap bersama keluarga. Hal itu
dilakukan untuk menyambung hidup. Ia meminjam uang juga diBank keliling, dan setiap hari bank
keliling tersebut datang kerumahnya untuk menagih uang yang telah dipinjam. Semua itu dilakukan
untuk menyambung hidup keluarganya.
Ada sesuatu hal yang membuat hal yang membuat dirinya sangat sedih, saat anaknya
terjatuh sakit , terdapat darah yang keluar dari hidung dan mulut anaknya. Anaknya sakit saat ia
tidak mempunyai uang. Malang sekali nasipnya, betapa sedih dan rapuh hatinya saat itu. Ia terus
berfikir bagaimana cara mendapatkan uang untuk mengobati anaknya yang membutuhkan
pertolongan dari seorang dokter. Pada saat hujan ia memutuskan untuk meminjam uang kepada
tetangga yang dapat memberikannya bantuan untuk meringkankan beban pikirannya.

Anaknya berumur sekitar 19 tahun, tamatan SMA. Anaknya mumpunyai postur tubuh yang
yang cukup gemuk, pendek dan berhidung mancung. Dirumah maupun disekolah terkadang selalu
diremehkan oleh orang-orang yang derajatnya lebih tinggi. Terkadang tidak ada orang yang mau
bermain bersamanya karena dia orang tak mampu. Terkadang omongan teman-temanhya itu secara
tidak langsung melukai perasaannya. Dan akhirnya dia merasa tidak pantas untuk bermain dengan
teman-temannya itu. Dia lebih senang menyendiri dan tertutup dengan oranglain. Saat masih
menuntut ilmu, jarak rumahnya menuju sekolah itu jauh. Ia tidak memiliki kendaraan pribadi seperti
motor, bahkan sepeda pun tidak punya. Jika mempunyai uang lebih ia akan pergi dan pulang sekolah
menggunakan kendaraan umum, tetapi disekolah dia tidak bisa jajan karena uangnya telah
digunakan untuk ongkos kendaraan umum tersebut. Ia mendapatkan uang tidak meminta pada
orangtuanya. Tapi uang yang dimilikinya dari menunggui konter sodaranya yang terkadang
memberikan upah padanya. Tentu hal itu tidak dilakukan setiap hari. Bahkan terkadang ia tidak
memegang uang sepeserpun. Saat berangkat sekolah ia hanya menunggu teman 1 sekolah
menawarkan tumpangan padanya. Karena banyak yang 1 sekolah yang melewati rumahnya itu. Tapi,
jarang sekali yang menawarkan tumpangan padanya. Angkutan umum juga tidak ada yang lewat
karena sudah lewat ham 7 pagi. Akhirnya ia tidak berangkat kesekolah. Bayaran uang sekolah saja
masih menunggak selama berbulan-bulan. Untuk membeli sepatu dan tas yang baru saja,
keluarganya tidak mampu membelikannya. Hal itu sungguh membuat hati anaknya begitu sedih.

Kondisi rumah yang ditempatinya sangat memperihatinkan .rumah yang sudah tidak layak
untuk dihuni. Lantainya hanya disemen saja tanpa keramik, dan sebagian lantainya tidak dilapisi oleh
semen hanya beralaskan tanah merah saja. Temboknya tidak dilapisi oleh batu bata dan semen.
Rumah itu seperti gubuk, dan gubuk itu terdapat bagian-bagian yang sudah sobek-sobek tak
sempurna lagi. Jika malam hari tiba, membuat penghuni rumah merasa kedingan. Belum lagi atap
yang rumah terdapat kerusakan yang mengakibatkan kebocoran saat hujan. Rumah itu sangat
sempit dan terlihat sangat kumuh. Udara dirumah itu tidaklah bersih karena didalam terasa amat
sesak oleh debu-debu. Tempat kasurnya terbuat dari bambu yang dibikin sendiri.

Anda mungkin juga menyukai