Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

TEMA : KEARIFAN LOKAL


OBJEK KAJIAN : BUDAYA KHAS DAERAH JAMBI (TENGKULUK)

JUDUL:
MENGENAL KEARIFAN BUDAYA LOKAL TENGKULUK JAMBI

KELOMPOK 4
KELAS X-5

ANGGOTA: 1. SITI RAHMAH


2. DHEA PUTRI ZALMI
3. HERVALIZA SETYANINGSIH
4. M. ABBYAN SIREGAR

SMAN 4 KOTA JAMBI


TAHUN PELAJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan nikmat
dan kasih sayangnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas kelompok, yaitu
makalah yang berjudul ”Mengenal Kearifan Budaya Lokal Tengkuluk Jambi”.
Shalawat beriring salam juga tidak lupa kami haturkan kepada junjungan Nabi
Muhammad SAW, Nurnya dunia & ilmu pengetahuan.
Terimakasih kami ucapkan kepada Ibu Ratnawati, S.H., Dra.Hj. Mesrawati,
Sugiyarti, S.Pd., Efriana Wulandari, S.Pd. dan Bapak Ari Mursyid, S.Pd. selaku guru
kami, yang telah mengajarkan serta membimbing kami sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah ini. Semoga dengan adanya makalah ini dapat
bermanfaat dan menambah ilmu serta wawasan baik bagi penulis maupun pembaca
khususnya tentang budaya local tengkuluk Jambi.
Makalah ini mungkin masih terdapat kekurangan dan kekhilafan didalamnya,
oleh karena itu penulis meminta maaf dan penulis mengharapkan kritik dan saran
yang sifatnya membangun untuk kedepannya.

Jambi, 7 September 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................ 1
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................... 3
BAB III PENUTUP.......................................................................................... 14
3.1 Kesimpulan.................................................................................... 14
3.2 Saran............................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kita menyadari bahwa banyak pengaruh globalisasi yang semakin deras masuk
ke daerah di Indonesia, khususnya daerah Provinsi Jambi. Hal ini dikhawatirkan
dapat menenggelamkan nilai-nilai budaya tradisional daerah Jambi. Selain itu para
pendatang dari luar Jambi juga akan membawa kebiasaan dan tradisinya yang akan
berpengaruh terhadap kebudayaan tradisional Jambi. Masuknya unsur-unsur
kebudayaan asing dan tumbuh suburnya kebudayaan pendatang, mengakibatkan
terjadi pergeseran dan akulturasi kebudayaan. Walaupun pergeseran dan akulturasi
tidak berlangsung secara cepat, tapi dapat merubah nilai-nilai budaya tradisional
yang tidak begitu kuat mengakar pada masyarakat lokal.
Budaya pemakaian tengkuluk sudah semakin berkurang peminatnya di
masyarakat Jambi, bahkan banyak yang tidak mengetahui bahwa tengkuluk Jambi
mempunyai beraneka ragam jenis. Setiap daerah memiliki jenis tengkuluk dan model
pemakaian yang berbeda-beda serta ciri khasnya masing-masing. Selain itu setiap
jenis tengkuluk tersebut juga mempunyai filosofi yang terkandung didalamnya. Agar
budaya tradisional tengkuluk Jambi ini tidak punah, maka kita perlu mempelajari dan
melestarikan budaya tersebut. Untuk itu pada makalah ini kami akan menyajikan
serta memperkenalkan tentang budaya tradisional tengkuluk Jambi serta beberapa
jenis tengkuluk yang ada di Provinsi Jambi.

1.2 Rumusan Masalah


Upaya dalam mempertahankan serta melestarikan budaya tradisional
tengkuluk Jambi salah satunya adalah dengan cara menggali informasi, mempelajari
serta mensosialisasikan budaya tengkuluk tersebut. Dengan banyaknya sumber
informasi yang ada diharapkan dapat meningkatkan respon positif masyarakat dalam
melestarikan budaya tengkuluk Jambi. Permasalahan tersebut setelah dirangkum
maka dirumuskanlah sebagai berikut:
1. Bagaimana kebudayaan dan sejarah tengkuluk Jambi?
2. Bagaimana pemakaian dan filosofi tengkuluk?
3. Apa saja jenis-jenis tengkuluk?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggali informasi tentang budaya
tengkuluk Jambi. Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat menambah ilmu
dan wawasan bagi penulis maupun pembaca serta bermanfaat dalam kehidupan
sehari-hari.
BAB II PEMBAHASAN

 
A. Kebudayaan Jambi dan Sejarah Tengkuluk
Tengkuluk tradisional kini sudah hampir tidak dikenal oleh masyarakat
Indonesia sebagai budaya. Begitu banyak budaya yang dimiliki Indonesia, begitu
banyak pula budaya yang hampir tidak dikenali oleh masyarakatnya sendiri. Salah
satunya adalah budaya melayu yang ada di Provinsi Jambi. Provinsi yang terletak di
pesisir timur di bagian tengah Pulau Sumatera ini berbatasan langsung dengan
Provinsi Riau dan Sumatra Selatan. Secara tradisional seluko adat Jambi
menetapkan wilayah Jambi yang sekaligus menyebutkan secara tersirat suku
bangsa yang menghuninya yang berbunyi: ”Dari durian ditakuk rajo, mengilir ke
Batanghari terus ke Ujung Jabung, mudik ke Tembesi, lepeh ke Limun Batang Asai
melentik ke Nibung Pangkalan Jambi melilit Alam Kerinci”. Secara tradisional
penduduk Jambi menetap secara mengelompok dalam suatu dusun atau kota kecil
di sepanjang tepian sungai. Sungai sangat berarti bagi penduduk dan memegang
peranan penting dalam kehidupan orang Jambi.Penduduk daerah Jambi terdiri dari
beberapa suku atau etnis dan mereka menetap secaraturun-menurun di tempat yang
telah menjadi daerah mereka. Kelompok yang datang kemudian dianggap sebagai
suku pendatang atau suku pindah. Persebaran penduduk Jambi menurut etnis yang
mendiami Provinsi Jambi serta karakter wilayah tempat kediaman mereka, keadaan
alam, iklim, dan seni budaya yang mereka miliki. Keadaan tersebut mempengaruhi
tata cara mereka menata transportasi, ekonomi, pertanian dan adat istiadat. Provinsi
Jambi juga, merupakan wilayah yang sejak dulu telah menjadi pusat kebudayaan
Melayu di Pulau Sumatera. Salah satu bukti adat budaya Bangsa Melayu di Jambi
ialah warisan tradisi penutup kepala yang disebut Tengkuluk/Kuluk bagi kaum
wanita. Menurut sejarah tengkuluk sudah ada sejak abad ke 7 sejak zaman kerajaan
Melayu. Berkembang pada suku Melayu Tua seperti suku Bathin dan Suku Kerinci
hingga pada suku Melayu Muda seperti di Kota Jambi dan Pantai Timur Sumatera
Jambi. Tengkuluk ini digunakan pada busana tradisional baik yang dipakai pada saat
menghadiri acara kegiatan adat, pernikahan atau pesta maupun dalam kehidupan
sehari-hari; seperti hendak keladang dan mengurus rumah. Bukan hanya sekedar
sebagai penutup kepala, sejatinya kain tengkuluk memiliki makna yang lebih
mendalam. Kain tengkuluk yang berarti sebagai lambang kesahajaan dan budi
pekerti luhur perempuan Jambi.
Kebudayaan menggunakan tengkuluk yang berada di daerah Jambi tidak
terlepas dari kebudayaan Dongson. Kebudayaan Dongson merupakan kebudayaan
yang berasal dari Vietnam yang ada pada masa dinasti Han yaitu di zaman perunggu
memberikan pengaruhnya ke Asia Tenggara sampai ke Indonesia. Kebudayaaan
Dongson dapat terlihat dalam kegiatan bertani, menangkap ikan di laut, berlayar dan
memancing. Tradisi mereka berpakaian sangat mempengaruhi tradisi suku-suku di
Provinsi Jambi. Pengaruh ini tampak dari seratus macam tradisi penutup kepala atau
tengkuluk yang tersebar di seluruh Jambi. Bentuk dan cara pemakaian yang
beraneka ragam dari tengkuluk disesuaikan dengan penggunaannya dalam kegiatan
sehari-hari.
Pada tahun 1452 mulai tampak pengaruh Islam yang di bawa oleh Datuk
Paduko Berhalo seorang Ulama Asia, bekas Panglima Tentara Turki yang menetap
di Muara Sabak, menikah dengan Putri Selaras Pinang Masak, Raja Jambi.
Memegang teguh pada ”Tiga Tungku Sajarangan” yaitu Adat Bersendi Syara’, Syara’
Bersendi pada Kitabullah. Makna yang terkandung di dalamnya adalah Syara’ (ayat)
mengatakan Habluminallah. Adat memakai Habluminannas. Prinsip dalam falsafah
kehidupan ini memperlihatkan dan menjelaskan, tidak adanya pertentangan antara
agama dengan adat sejak saat agama Islam masuk (Aswar, Sativa Sutan, 2010:7).
Tradisi penutup kepala atau tengkuluk sudah ada sebelum masyarakat Jambi
mengenal agama Islam. Kebiasaan menggunakan baju kurung dan penutup kepala
dapat diartikan sebagai bentuk ketaatan dalam menjalankan agama Islam. Adat dan
agama bersatu padu membentuk suatu keharmonisan dalam kehidupan
masyarakat.Keunikan Tengkuluk di daerah Jambi terletak pada cara pemakaiannya
yaitu tidak menggunakan peniti sebagai pengguat dalam penggunaannya tetapi
hanya menggunakan keterampilan dalam mengikat dan menyisipkan kain.

B. Pemakaian dan Filosofi Tengkuluk


Pemakaian tengkuluk Jambi tidak perlu dijahit ataupun dengan alat bantu
peniti. Melainkan, cara memakainya hanya memakai sistem dililit dan diikat. Salah
satu makna filosofinya terletak di kerapiannya, karena dari tengkuluk itu
menunjukkan kerapaian seorang perempuan. Makna filosofi lain dari tengkuluk itu
juga terletak pada posisi juntaian tengkuluk yang dikenakan. Aturan pemakaian
tengkuluk harus benar-benar dicermati. Jika seorang mengenakan tengkuluk dengan
juntai yang jatuh pada posisi kanan, maka menandakan perempuan itu sudah
memiliki pendamping atau menikah. Kemudian jika posisi juntai tengkuluk dijatuhkan
pada posisi sebelah kiri, maka menandakan perempuan itu masih gadis atau belum
menikah. Bahan yang digunkan untuk membuat tengkuluk bisa menggunakan kain
batik atau songket.
Dahulu pemakaian kuluk bagi wanita Jambi dengan baju kebaya songket,
sarung songket, kalung tapak kudo bungo matahari, gelang pilin dan kerabu bungo
matohari. Penggunaan itu bukan sebatas mempercantik tapi juga memiliki simbol
dan artis tersendiri. Seperti, penggunaan kalung tapak kudo bungo matahari
bermakna wanita yang telah terikat dan harus menjaga sikap dari aturan dan agama.
Sementara, selendang songket warna merah berlambang keberanian dalam
berbicara. Selendang ini terbuat dari benang katun warna merah atau hitam. Tutup
kepala Kuluk Beselang Mertuo beserta perlengkapan pakaiannya mencerminkan
sebuah demokrasi yang luas namun tetap berada dalam ranah nilai-nilai luhur
budaya tradisional.
Tengkuluk merupakan simbol kecantikan seorang wanita di Jambi. Setiap
bentuknya memiliki arti dan filosofi yang berbeda. Salah satu kuluk yang sering
digunakan adalah Kuluk Kembang Duren, yang biasanya dipakai oleh gadis Jambi
sebagai simbol kecantikan. Setiap jumlah lipatan tengkuluk atau kuluk memiliki arti
yang berbeda.
Beberapa macam tengkuluk dan waktu penggunaannya adalah sebagai
berikut: Kuluk Kuncup Melati, Kuluk Lilit Tungkai, dan Kuluk Berdzikir, sangat sering
digunakan oleh perempuan Jambi dan di luar Jambi. Sedangkan untuk upacara
adat seperti adat perkawinan, pemberian gelar, turun sko, kuluk yang sering
digunakan antara lain, Kuluk Mahkota, Kuluk Kerinci Mudik, Kuluk Sapik Udang,
Kuluk Kuncup Melati, Kuluk Kipas Terlilit, Kuluk Kenduri Sko Lempur, Kuluk
Pengajian, Kuluk Harian, Kuluk Berumbai Jatuh, dan Kuluk Ketelang Petang. Kuluk
yang khusus untuk kebutuhan religi adalah Kuluk Pengajian. Kuluk ini dipakai kaum
wanita yang sudah berumur untuk pergi ke masjid atau ke pasar. Ia mencerminkan
ketaatan wanita pada ajaran agama Islam yang sesuai Al Quran dan hadis.
Sedangkan Kuluk Kuncup Melati, digunakan untuk perempuan yang belum menikah
ketika menari dan menyambut tamu saat upacara adat. Kuluk Ketelang Petang atau
Kuluk Ke Umo ini biasa dikenakan oleh kaum wanita di daerah pegunungan maupun
yang tinggal di daerah pantai. Biasanya mereka menyangkutkan keranjang rotan
atau bambu di kepalanya untuk membawa makanan pergi ke umo dan sekembalinya
mereka membawa kayu dan hasil kebun.
Kuluk yang melambangkan kekayaan bumi Jambi dengan keanekaragaman
hayati yang dimiliki juga tergambar dalam Tengkuluk Daun Manggis yang dipakai
para penari dari Muaro Bulian Kabupaten Batanghari. Dinamakan daun manggis
karena di sekitar daerah ini dulunya merupakan penghasil manggis dan daun ini
sering digunakan untuk obat bagi masyarakat. Ia juga mencerminkan ketulusan hati
seseorang dalam mengayomi masyarakat sesuai aturan adat istiadat berlaku.
Tengkuluk yang digunakan oleh isteri atau anak dari pemangku adat ketika
menghadiri acara adat adalah Tengkuluk Mayang Terurai. Kata mayang berasal dari
rumput panjang yang terurai karena saat pemasangan di belakang kepala ada yang
terjuntai menyerupai rambut panjang kita. Selain itu ada juga Tengkuluk Daun
Pandan Berlipat yang digunakan isteri pemangku adat untuk menghadiri upacara
adat di desa Tabir Kabupaten Bungo. Penggambaran daun pandan terlihat pada saat
pemasangan tengkuluk dilipat menyerupai daun pandan. Tengkuluk ini
menggambarkan kekuatan tanpa kesombongan bagi seorang pemimpin cerdas dan
dipercaya masyarakat. 
Seiring dengan perkembangan waktu, tengkuluk kini memiliki fungsi yang
lebih kompleks dari sekedar penutup kepala saja, tetapi juga sebagai identitas
agama dan status sosial. Dahulu kain tengkuluk hanya dipakai oleh para ibu-ibu,
namun dengan upaya pelestarian budaya kini banyak anak-anak muda yang senang
dan bahkan bangga memakai kain tradisional tengkuluk. Bahkan sekarang banyak
tekuluk yang telah dimodifikasi dengan hijab. Sehingga dengan modifikasi hijab ini
membuat orang melirik pakaian tradisional tengkuluk dan menjadi trend fashion.

C. Macam-macam Tengkuluk dan Daerah Asalnya


Provinsi Jambi terbagi dalam sebelas daerah pemerintahan tingkat kabupaten
dan kota yang dikenal dengan sebutan Sepucuk Jambi Sembilan Lurah yaitu Kota
Madya Jambi,Kabupaten Batanghari, Kabupaten Muaro Jambi, Kabupaten Tanjung
Jabung Barat, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Kabupaten Tebo, Kabupaten
Bungo, Kabupaten Merangin, KabupatenKerinci, Kota Sungai Penuh dan Kabupaten
Sarolangun. Adapun jenis-jenis tengkuluk sesuai dengan daerah asalnya adalah
sebagai berikut:
 Kota Jambi
1. Kuluk Duo Kain
2. Kuluk Bungo Jeruk 
 Kabupaten Batanghari
1. Kuluk Daun Srih Muaro Jambi
2. Kuluk Dan Pakis
 Kabupaten Muaro Jambi
1. Kuluk Satu
2. Kuluk Muaro Jambi
 Kabupaten Tanjung Jabung Barat
1. Kuluk Daun Putat
 Kabupaten Tanjung Jabung Timur
1. Kuluk Daun Pedada
 Kabupaten Tebo
1. Kuluk Bambu
2. Kuluk Rambut Terurai
3. Kuluk Kuncup
4. Kuluk Rebung
 Kabupaaten Bungo
1. Kuluk Mayang Mengurai
2. Kuluk Rambut Panjang
3. Kuluk Melati Terurai
 Kabupaten Merangin
1. Kuluk Keseharian Rantau Panjang Berlipat Tiga
2. Kuluk Bai-bai samping
3. Kuluk Tegedeng Rencong Telang
4. Kuluk Tegedeng Bangko
5. Kuluk Tegedeng
6. Kuluk Tegedeng Kembang Duren
7. Kuluk Tegedeng Kembang Duren Terjuntai
8. Kuluk Kembang Bungo Tanjung
9. Kuluk Kipas
10. Kuluk Kungkai Dipilin dikening
11. Kuluk Kungkai Berpilin Tiga
12. Kuluk Pulau Rengas
13. Kuluk Bungo Duren Bangko
14. Kuluk Lilit Kungkai
15. Kuluk Tudung
16. Kuluk Sumbang
17. Kuluk ke Umo Kungkai
18. Kuluk Kungkai Kembali dari Ladang
19. Kuluk Berzikir
20. Kuluk ke Umo Kungkai
21. Kuluk Cincini.
 Kabupaten Kerinci/ Kota Sungai Penuh
1. Kuluk Berumbai Jatuh
2. Kuluk Kuncup Malati 
 Kabupaten Sarolangun
1. Tutup Kepala Simpul Cempaka

D. Pemakaian Tengkuluk Menurut Usia Pemakai


Penutup Kepala atau Tengkuluk wanita suku Melayu Jambi memiliki
keragaman dalam memakainya. Salah satunya dapat dilihat dari posisi ujung kain
dalam memakainya. Tengkuluk yang ujung kainnya tergantung di sebelah kanan
berarti wanita yang memakainya sudah menikah. Sedangkan, jika ujung kainnya di
sebelah kiri berarti wanita masih dapat di lamar. Tengkuluk wanita Jambi dapat di
bagi menurut usia pemakainya.
 Tengkuluk Dewasa
1. Tutup Kepala Daun
2. Kuluk Pengajian
3. Kuluk Harian
4. Kuluk ke Umo Kungkai
5. Kuluk Ba-i bai Samping
6. Kuluk Bungo Duren Bangko
7. Kuluk Lilit Kungkai
8. Kuluk Tudung
9. Kuluk Cincin
10. Kuluk Melati Terurai
11. Kuluk Berumbai Jatuh
12. Kuluk Daun Pakis Bungo
13. Tutup Kepala Bungo Cempaka
14. Kuluk Sumbang
 Tengkuluk Remaja
1. Kuluk ke Umo Kungkai
2. Kuluk Kungkai Kembali dari Ladang
3. Kuluk Kembang Bungo Tanjung
4. Tutup Kepala Simpul
5. Kuluk Kuncup Melati
 Tengkuluk yang dapat dipakai Dewasa atau Remaja
1. Kuluk Daun Sirih Muaro Jambi
2. Kuluk Duo Kain
3. Kuluk Berzikir
4. Kuluk Keseharian Rantau Panjang-Berlipat Tiga
5. Kuluk Tegedeng Rencong Telang
6. Kuluk Tegedeng Bangko
7. Kuluk Tegedeng
8. Kuluk Tegedeng Kembang Duren
9. Kuluk Tegedeng Kembang Duren Terjuntai
10. Kuluk Kipas
11. Kuluk Kungkai Dipilin di Kening
12. Kuluk Kungkai Berpilin Tiga
13. Kuluk Pulau Rengas
14. Kuluk Daun Pinang
15. Kuluk Satu
16. Kuluk Daun Pedada
17. Tutup Kepala Berselang Suku Melayu Jambi
18. Kuluk Sapik Udang
19. Kuluk Muaro Jambi
20. Kuluk Bungo Jeluk
21. Kuluk Bungo Pinang

E. Gambaran Beberapa Bentuk Tengkuluk


Setiap wilayah di Jambi memiliki ragam model Tengkuluk yang berbeda, ada
98 jenis tengkuluk yang tersebar di wilayah Provinsi Jambi. Tiap tengkuluk memiliki
makna dan nilai filosofi kehidupan. Adapun beberapa gambaran pemakaian
tengkuluk adalah sebagai berikut:
1. Tengkuluk Simpul Cempaka
Tutup Kepala ini dipakai oleh wanita yang belum menikah di Kabupaten
Sarolangun dan Merangin dalam upacara adat, pesta, tari, dan acara resmi.
2. Tengkuluk Melati
Tengkuluk ini dikenakan oleh isteri pemangku adat di acara desa Pauh, Pulau
sigeris, Kabupaten Sarolangun, mencerminkan seorang wanita yang mampu
menyatukan suara agar mendapat kesepakatan dalam pandangan hidup
masyarakat.

3. Tengkuluk Melati Terurai


Kuluk Melati Terutai biasa dikenakan oleh seorang istri pemangku adat dalam
upacara adat, yang melambangkan ketauladanan seorang istri pemangku adat
dalam hidup bermasyarakat dan juga berperan sebagai pengayom.
4. Tengkuluk Daun Sirih Muaro Jambi
Kuluk yang digunakan dalam kegiatan sehari-hari di rumah, bertamu, maupun
ke pasar. Kuluk ini mencerminkan kecantikan budi bahasa wanita pemakainya.

5. Tengkuluk Pulau Rengas


Para wanita desa di pulau Rengas dalam setiap upacara adat menggunakan
kuluk yang juntaiannya tergantung di bagian sisinya. Apabila juntaiannya di sisi kiri
menandakan bahwa wanita tersebut masih gadis. Sebaliknya, jika juntaian berada di
sisi kanan menandakan bahwa wanita tersebut sudah menikah.
6. Tengkuluk Bungo Jeruk
Kuluk ini selalu dipakai dalam acara pesta pernikahan di kota Jambi.
Mencerminkan kecantikan dan terjalin persatuan dan kesatuan dalam kaum dan
masyarakat.

7. Tengkuluk Tudung
Kuluk model ini berasal dari Kungkai, Kabupaten Merangin. Kuluk ini
dikenakan dalam upacara adat yang dipakai oleh istri pemuka masyarakatnya.
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Nilai-nilai budaya yang terdapat pada masyarakat merupakan kegiatan yang
dilakukan secara turun-temurun. Budaya yang memiliki karakteristik dan ciri khas
tersendiri merupakan potensi budaya daerah yang dapat dijadikan sebagai identitas
dan jati diri daerah. Tengkuluk Jambi merupakan warisan budaya yang harus
dilestarikan. Karena memiliki nilai-nilai yang terkandung didalamnya, seperti jika
ujung kainnya di sebelah kiri maka perempuan itu belum menikah dan sebaliknya
jika ujung kain terdapat di sebelah kanan maka perempuan itu sudah menikah. Nilai-
nilai luhur yang terdapat pada Tengkuluk adalah menjaga aurat seorang wanita,serta
terdapat nilai kesehatan dalam memasang Tengkuluk. Inilah sedikit dari
manfaatyang dapat di rasakan jika Tengkuluk menjadi suatu budaya yang diterapkan
dalam kehidupan . Selain terdapatnya suatu ciri khas dalam berias.

3.2 Saran
Setelah mengetahui dan mempelajari nilai-nilai luhur yang terkandung di
dalam Tengkuluk, maka di harapkan adanya partisipasi dari berbagai pihak agar
nilai-nilai Tengkuluk dapat menjadi warisan budaya dan digunakan oleh wanita serta
dapat meningkatkan perekonomian masyarakat Jambi pada umumya.
DAFTAR PUSTAKA

Aswar, Sativa Sutan. 2010. Kuluk Penutup Kepala Warisan Luhur dari
Jambi. Jakarta:Dian Rakyat.

Anonim. http://www.duniabaca.com/definisi-budaya-pengetuan. Tanggal Akses 6


September 2021

Elmira, Putu. 2018. Mengenal Tekuluk, Penutup Kepala Khas Perempuan Jambi.
https://www.liputan6.com/lifestyle/read/3656552/mengenal-tekuluk-penutup-
kepala-khas-perempuan-jambi. Tanggal Akses 6 September 2021

Herman. http://www.tamanbudayajambi.com/ver1/ . Tanggal Akses 6 September


2021

Ismail, Zurhatmi. 2002. Pendidikan Kepariwisataan Daerah Jambi Jilid II. Jambi;


Lazuardi Indah

Ningtias, Rini. 2021. Kain Tengkuluk Lambang Kesahajaan Perempuan Jambi.


https://kumparan.com/rini-ningtias/kain-tengkuluk-lambang-kesahajaan-
perempuan-jambi-1uuNCl7tSgV/full. Tanggal Akses 6 September 2021

Plasmanto, Gresi. 2020. Mengenal Sejarah dan Filosofi Tengkuluk, Penutup Kepala
Khas Perempuan Jambi.
https://www.liputan6.com/regional/read/4333066/mengenal-sejarah-dan-
filosofi-tengkuluk-penutup-kepala-khas-perempuan-jambi. Tanggal Akses 6
September 2021

Anda mungkin juga menyukai