Anda di halaman 1dari 8

TUGAS KELOMPOK

Unsur Budaya Suku Palembang dan


Pelaksanaan Konseling Lintas Budaya
(Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Konseling Lintas Budaya)

Dosen pengampu :
Bela Janare Putra, Mpd

Disusun oleh :
Nada Nawa Syarifah (20181930432007)
Dian Dina Faradina (20181930432004)
Zulfatus Solikha (20181930432000)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM SUNAN KALIJOGO MALANG
APRIL 2021

KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
rahmat dan karunia-Nya, sedemikian proses yang tak pernah berpikir untuk berhenti. Sehingga
kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini yang berjudul “Konseling Realita”.
Adapun tujuan kami menyusun makalah ini yang utama adalah untuk memenuhi tugas dari
dosen yang membimbing kami dalam mata kuliah Materi-Materi BK.
Kami harap semoga penyusunan makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua terutama
bagi mahasiswa-mahasiswa yang mengikuti mata kuliah Materi-Materi BK.

Penyusun

DAFTAR ISI

BAB I

PENDAHULUAN

• Latar Belakang

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang
merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan
dengan budi dan akal manusia. Maka, Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan
dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Dengan
demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk mengorganisasikan
aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku orang lain.
Kota Palembang adalah salah satu kota besar di Indonesia yang juga merupakan ibu kota
provinsi Sumatera Selatan. Palembang merupakan kota terbesar kedua di Sumatera setelah
Medan. Budaya terbentuk dari banyak unsur termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat,
bahasa, perkakas (pakaian, bangunan, dan karya seni). Didasarkan dari prasasti Kedukan Bukit
yang diketemukan di Bukit Siguntang sebelah barat Kota Palembang, yang menyatakan
pembentukan sebuah wanua yang ditafsirkan sebagai kota yang merupakan ibukota Kerajaan
Sriwijaya pada tanggal 16 Juni 682 Masehi. Maka tanggal tersebut dijadikan patokan hari lahir
Kota Palembang.
• Rumusan Masalah
• Bagaimana kebudayaan masyarakat palembang (sistem bahasa,kepercayaan,mata
pencaharian, makanan khas, perkawinan,seni dan pengethuan serta teknologi)?

• Bagaimana Pelaksanaan Konseling Lintas Budaya nya

• Tujuan

• Mengetahui kebudayaan masyarakat palembang dari sistem bahasa,kepercayaan,mata


pencaharian, makanan khas, perkawinan,seni dan pengethuan serta teknologi

• Mengetahui bagaimana proses pelaksanaan konseling lintas budaya palembang

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Bahasa Suku palembang


Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian yang tak terpisahkan dari diri
manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika
seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan
perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari. Bahasa Palembang
mempunyai dua tingkatan, yaitu Baso Pelembang Alus atau Bebaso dan Baso Pelembang Sari-
sari. Baso Pelembang Alus dipergunakan dalam percakapan dengan pemuka masyarakat, orang-
orang tua, atau orang-orang yang dihormati, terutama dalam upacara-upacara adat. Bahasa ini
berakar pada bahasa Jawa karena raja-raja Palembang berasal dari Kerajaan Majapahit, Kerajaan
Demak, dan Kerajaan Pajang. Itulah sebabnya perbendaharaan kata Baso Pelembang Alus
banyak persamaannya dengan perbendaharaan kata dalam bahasa Jawa.
Sementara itu, Baso sehari-hari dipergunakan oleh wong Palembang dan berakar pada
bahasa Melayu. Dalam praktiknya sehari-hari, orang Palembang biasanya mencampurkan bahasa
ini dan Bahasa Indonesia (pemilihan kata berdasarkan kondisi dan koherensi) sehingga
penggunaan bahasa Palembang menjadi suatu seni tersendiri. Bahasa Palembang memiliki
kemiripan dengan bahasa daerah provinsi di sekitarnya, seperti Jambi, Bengkulu bahkan Jawa
(dengan intonasi berbeda). Di Jambi dan Bengkulu, akhiran 'a' pada kosakata bahasa Indonesia
yang diubah menjadi 'o' banyak ditemukan.
2.2 Sistem Religi (Kepercayaan)
Walaupun Sumatera Selatan adalah tempat berdirinya kerajaan sriwijaya yang menganut
kepercayaan dan agama budha tetapi mayoritas masyarakatnya beragama Islam, karena
masyarakat Palembang yang pada umum nya memiliki darah dan keturunanan bangsa melayu
yang juga mayoritas beragama Islam.
2.3 Sistem Mata Pencaharian
Masyarakat Palembang pada umumnya mempunyai mata pencaharian berdagang. Dalam
cakupan kepulauan, kepulauan sumatera sangat kaya dengan hasil buminya seperti kelapa sawit,
tembaga, batubara,timah, bauksit dll. Maka dari itu sumber mata pencahariaan masyarakat
palembang juga menjadi pekerja tambang.Dalam berbagai definisi kota Palembang tercakup
unsur keluasan wilayah, kepadatan penduduk yang bersifat heterogen dan bermata pencaharian
non pertanian.
2.4 Sistem Pengetahuan dan Teknologi
Masyarakat Palembang dikenal dengan sifat suka berterus terang dan suka berkawan.
Mereka memiliki keahlian dalam menciptakan karya seni yang indah dengan kesabaran dan
kemampuannya.
Salah satu contoh dari hasil kreasi masyarakat Palembang yang paling terkenal adalah
kain songket yang terbuat dari sutra dikombinasikan dengan benang emas yang mampu memikat
kolektor pakaian tradisional karena desainnya yang kaya dan elegan. Songket juga dapat menjadi
oleh-oleh yang bagus, meskipun harga songket cukup mahal terutama yang dibuat langsung
secara tradisional.
Selain itu Palembang juga terkenal dengan ukiran kayu bermotifnya yang dipengaruhi
oleh desain Cina dan Budha. Ukiran-ukiran kayu yang terdapat di mebel tersebut didominasi
oleh dekorasi berbentuk bunga melati dan teratai.
2.5 Makanan Khas
Palembang juga menawarkan makanan yang unik, lezat yang kebanyakan terbuat dari ikan.
Diantaranya ialah:
• Pempek Palembang : Ini adalah salah satu makanan yang paling terkenal dari
Palembang dan dapat Anda temukan di seluruh Indonesia dan telah menjadi favorit
banyak orang Indonesia. Pempek terbuat dari ikan yang telah digiling dicampur tepung
terigu dan bumbu-bumbu lain. Jenis-jenis pempek palembang di antaranya adalah:
pempek lenjer, kapal selam, pempek kulit, pempek adaan dan pempek lenggang, pempek
keriting serta pempek panggang.
• Kerupuk Palembang : salah satu makanan kecil dari Palembang yang terkenal, kerupuk
ini terbuat dari campuran terigu dan ikan tertentu. Biasanya terbuat dari ikan tenggiri,
ikan gabus dan ikan belida.
• Martabak Har : terbuat dari telur dicampur dengan bumbu-bumbu tertentu dan daging,
lalu dibungkus adonan terigu, dicampurkan lalu digoreng. Martabak Har biasanya
disajikan dengan saus yang lezat terbuat dari kentang, air dan bumbu-bumbu lainnya.
Tempat terbaik untuk mencicipi martabak ini adalah di Martabak Kaji Abdul Rosak di
Jalan. Jendral Sudirman.
• Lempok Duren : terbuat dari durian dan gula. Rasanya manis dan kenyal.
• Tekwan : sup tradisional yang terbuat dari bola-bola ikan, pasta ikan, soun, jamur dan
bengkoang kemudian disajikan hangat-hangat.
• Bekasem : yaitu Ikan yang diasinkan.
• Makanan khas khas lainnya dari provinsi ini seperti pindang patin, pindang tulang,
sambal jokjok, berengkes, dan tempoyak.
2.6 Kesenian
Sejarah tua Palembang serta masuknya para pendatang dari wilayah lain, telah menjadikan
kota ini sebagai kota multi-budaya. Sempat kehilangan fungsi sebagai pelabuhan besar,
penduduk kota ini lalu mengadopsi budaya Melayu pesisir, kemudian Jawa. Sampai sekarang
pun hal ini bisa dilihat dalam budayanya. Salah satunya adalah bahasa. Kata-kata seperti "lawang
(pintu)", "gedang (pisang)", adalah salah satu contohnya. Gelar kebangsawanan pun bernuansa
Jawa, seperti Raden Mas/Ayu. Makam-makam peninggalan masa Islam pun tidak berbeda bentuk
dan coraknya dengan makam-makam Islam di Jawa. Kesenian yang terdapat di Palembang
antara lain:
• Kesenian Dul Muluk (pentas drama tradisional khas Palembang)
• Tari-tarian seperti Gending Sriwijaya yang diadakan sebagai penyambutan kepada tamu-
tamu dan tari Tanggai yang diperagakan dalam resepsi pernikahan
• Lagu Daerah seperti Melati Karangan, Dek Sangke, Cuk Mak Ilang, Dirut dan Ribang
Kemambang
• Rumah Adat Palembang adalah Rumah Limas dan Rumah Rakit
Selain itu Kota Palembang menyimpan salah satu jenis tekstil terbaik di dunia yaitu kain
songket. Kain songket Palembang merupakan salah satu peninggalan Kerajaan Sriwijaya dan di
antara keluarga kain tenun tangan kain ini sering disebut sebagai Ratunya Kain. Hingga saat ini
kain songket masih dibuat dengan cara ditenun secara manual dan menggunakan alat tenun
tradisional. Sejak zaman dahulu kain songket telah digunakan sebagai pakaian adat kerajaan.
Warna yang lazim digunakan kain songket adalah warna emas dan merah. Kedua warna ini
melambangkan zaman keemasan Kerajaan Sriwijaya dan pengaruh China di masa lampau.
Material yang dipakai untuk menghasilkan warna emas ini adalah benang emas yang
didatangkan langsung dari China, Jepang dan Thailand. Benang emas inilah yang membuat harga
kain songket melambung tinggi dan menjadikannya sebagai salah satu tekstil terbaik di dunia.
Selain kain songket, saat ini masyarakat Palembang tengah giat mengembangkan jenis tekstil
baru yang disebut batik Palembang. Berbeda dengan batik Jawa, batik Palembang nampak lebih
ceria karena menggunakan warna - warna terang dan masih mempertahankan motif - motif
tradisional setempat.
Kota Palembang juga selalu mengadakan berbagai festival setiap tahunnya antara lain
"Festival Sriwijaya" setiap bulan Juni dalam rangka memperingati Hari Jadi Kota Palembang,
Festival Bidar dan Perahu Hias merayakan Hari Kemerdekaan, serta berbagai festival
memperingati Tahun Baru Hijriah, Bulan Ramadhan dan Tahun Baru Masehi.
2.7 Perkawinan
Melihat adat perkawinan Palembang, jelas terlihat bahwa busana dan ritual adatnya
mewariskan keagungan serta kejayaan raja-raja dinasti Sriwijaya yang mengalaimi keemasan
berpengaruh di Semananjung Melayu berabad silam. Pada zaman kesultanan Palembang berdiri
sekitar abad 16 lama berselang setelah runtuhnya dinasti Sriwijaya, dan pasca Kesultanan pada
dasarnya perkawinan ditentukan oleh keluarga besar dengan pertimbangan bobot, bibit dan
bebet.
Pada masa sekarang ini perkawinan banyak ditentukan oleh kedua pasang calon
mempelai pengantin itu sendiri. Tata cara perkawinan :
• Calon dapat diajukan oleh si anak yang akan dikawinkan, dapat juga diajukan oleh orang
tuannya. Bila dicalonkan oleh orang tua, maka mereka akan menginventariskan dulu
siapa-siapa yang akan dicalonkan, anak siapa dan keturunan dari keluarga siapa
• Madik : adalah suatu proses penyelidikan atas seorang gadis yang dilakukan oleh utusan
pihak keluarga pria.Tujuannya untuk perkenalan, mengetahui asal usul serta silsilah
keluarga masing-masing serta melihat apakah gadis tersebut belum ada yang meminang.
• Menyengguk atau sengguk berasal dari bahasa Jawa kuno yang artinya memasang
“pagar” agar gadis yang dituju tidak diganggu oleh sengguk (sebangsa musang, sebagai
kiasan tidak diganggu perjaka lain).
• Ngebet : Bila proses sengguk telah mencapai sasaran, maka kembali keluarga dari pihak
pria berkunjung dengan membawa tenong sebanyak 3 buah, masing-masing berisi terigu,
gula pasir dan telur itik. Pertemuan ini sebagai tanda bahwa kedua belah pihak keluarga
telah “nemuke kato” serta sepakat bahwa gadis telah ‘diikat’ oleh pihak pria.
• Berasan : Berasal dari bahasa Melayu artinya bermusyawarah, yaitu bermusyawarah
untuk menyatukan dua keluarga menjadi satu keluarga besar.
• MutuskeKato : Acara ini bertujuan kedua pihak keluarga membuat keputusan dalam hal
yang berkaitan dengan:”hari ngantarke belanjo” hari pernikahan, saat Munggah,
Nyemputi dan Nganter Penganten, Ngalie Turon, Becacap atau Mandi Simburan dan
Beratib
• Nganterke Belanjo : Prosesi nganterke belanjo biasanya dilakukan sebulan atau setengah
bulan bahkan beberapa hari sebelum acara Munggah. Prosesi ini lebih banyak dilakukan
oleh kaum wanita, sedangkan kaum pria hanya mengiringi saja. Uang belanja (duit
belanjo) dimasukan dalam ponjen warna kuning dengan atribut pengiringnya berbentuk
manggis. Hantaran dari pihak calon mempelai pria ini juga dilengkapi dengan nampan-
nampan paling sedikit 12 buah berisi aneka keperluan pesta, antara lain berupa terigu,
gula, buah-buahan kaleng, hingga kue-kue dan jajanan. Lebih dari itu diantar
pula’enjukan’ atau permintaan yang telah ditetapkan saat mutuske kato, yakni berupa
salah satu syarat adat pelaksanaan perkawinan sesuai kesepakatan
2.8 Pelaksanaan Konseling Lintas Budaya
Dalam praktik sehari-hari, konselor pasti akan berhadapan dengan klien yang berbeda
latar belakang sosial budayanya. Dengan demikian, tidak akan mungkin disamakan dalam
penanganannya (Prayitno, 1994). Perbedaan perbedaan ini memungkinkan terjadinya
pertentangan, saling mencurigai, atau perasaan perasaan negatif lainnya. Pertentangan, saling
mencurigai atau perasaan yang negatif terhadap mereka yang berlainan budaya sifatnya adalah
alamiah atau manusiawi. Sebab, individu akan selalu berusaha untuk bisa mempertahankan atau
melestarikan nilai nilai yang selama ini dipegangnya. Jika hal ini muncul dalam pelaksanaan
konseling, maka memungkinkan untuk timbul hambatan dalam konseling.
Jika kita memakai pengertian tersebut di atas, maka semua proses konseling akan
dikatagorikan sebagai konseling lintas budaya (Speight et all, 1991; Atkinson, dalam Herr,
1939). Hal ini disebabkan setiap konselor dan klien adalah pribadi yang unik. Unik dalam hal ini
mempunyai pengertian adanya perbedaan perbedaan tertentu yang sangat prinsip. Setiap manusia
adalah berbeda (indivi¬dual deferences). Hal lain yang berhubungan dengan definisi konseling
lintas budaya adalah bagaimana konselor dapat bekerja sama dengan klien? Dalam melakukan
hubungan konseling dengan klien, maka konselor sebaiknya bisa memahami klien seutuhnya.
Memahami klien seutuhnya ini berarti konselor harus dapat memahami budaya spesifik yang
mempengaruhi klien, memahami keunikan klien dan memahami manusia secara umum/universal
(Speight, 1991).
Memahami budaya spesifik mengandung pengertian bahwa konselor sebaiknya mengerti
dan memahami budaya yang dibawa oleh klien sebagai hasil dari sosialisasi dan adaptasi klien
dari lingkungannya. Hal ini sangat penting karena setiap klien akan membawa budayanya
sendiri-sendiri. Klien yang berasal dari budaya barat, tentu akan berbeda dengan klien yang
berbudaya timur. Klien yang berbudaya timur jauh akan berbeda dengan klien yang berasal dari
asia tenggara dan lain lain.
Pemahaman mengenai budaya spesifik yang dimiliki oleh klien tidak akan terjadi dengan
mudah. Untuk hal ini, konselor perlu mempelajarinya dari berbagai Sumber yang menunjang
seperti literatur atau pengamatan langsung terhadap budaya klien. Konselor dituntut untuk dapat
bertindak secara proaktif didalam usahanya memahami budaya klien. Dengan demikian, sebagai
individu yang bersosialisasi, selayaknyalah konselor sering “turun” untuk mengetahui budaya di
sekitar klien. Kemampuan konselor untuk dapat memahami kebudayaan di sekitarnya, secara
tidak langsung akan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuannya yang pada akhirnya akan
mempermudah konselor di dalam memahami klien (Hunt, 1975; Herr, 1989 Lonner &
ibrahim,1991).
Memahami keunikan klien mengandung pengertian bahwa klien sebagai individu yang
selalu berkembang akan membawa nilai nilai sendiri sesuai dengan tugas perkembangan-nya.
Klien selain membawa budaya yang berasal dari lingkungannya, pada akhirnya klien juga
membawa seperangkat nilai nilai yang sesuai dengan tugas perkembangan. Sebagai individu
yang unik, maka klien akan menentukan sendiri nilai nilai yang akan dipergunakannya. Bahkan
bisa terjadi nilai nilai yang diyakini oleh klien ini. bertolak belakang dengan nilai nilai atau
budaya yang selama ini dikembangkan di lingkungannya. Hal ini perlu juga dipahami oleh
konselor. Karena apapun yang dibicarakan dalam konseling, tidak bisa dilepaskan dari individu
itu sendiri.
Dalam pelaksanaan konseling, terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi
lancarnya proses konseling. Kita ketahui bersama bahwa antara konselor dan klien sudah pasti
akan membawa budayanya sendiri sendiri.
Konselor akan membawa seperangkat budaya yang dibawa dari lingkup dimana dia
berasal, dan klien akan membawa seperangkat budaya yang dibawa dari, lingkungan dimana dia
berasal. Selain lingkup (tempat) di mana konselor dan klien berasal, ada satu hal yang penting
dan tidak boleh dilupakan bahwa antara konselor dan klien membawa tugas
perkembanganmasing masing masing

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Setelah menganalisis kebudayaan universal yang ada pada masyarakat Sumatera Selatan
di atas dapat disimpulkan bahwa etos kebudayaan atau unsur yang paling menonjol dari
masyarakat Sumsel adalah dari segi “Sistem Pengetahuan dan Teknologi” khususnya pada
makanan-makanan khasnya dan dari segi “Kesenian”-nya baik seni tari, rumah adat, maupun
kerajinannya. Mereka memiliki keahlian dalam menciptakan karya seni yang indah dengan
kesabaran dan kemampuannya. Hal ini menunjukan bahwa Sumatera Selatan adalah provinsi
yang kaya akan kebudayaannya.

3.2 Saran

Sumatera Selatan dikenal dengan kesenian dan kerajinannya, maka dari itu marilah
bersama-sama kita menjaga dan melestarikan kebudayaan yang ada walaupun zaman semakin
hari semakin maju. Jika bukan kita sendiri yang menjaganya siapa lagi? Apakah harus menunggu
kebudayaan dan hasil karya kita di akui oleh negara lain terlebih dahulu baru kita mau
melestarikan dan mempertahankannya?

Daftar Pustaka

http://nurainimeraihmimpi.blogspot.com/2014/12/makalah-kebudayaan-palembang.html
http://ardi-putra09.blogspot.com/2015/07/konseling-lintas-budaya-minang-dan-sunda.html

Anda mungkin juga menyukai