Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN

KEPERAWATAN KELUARGA DALAM TAHAP


PERKEMBANGAN KELUARGA ANAK SEKOLAH
DENGANMASALAH HIPERTENSI

Disusun Oleh :

1. Sukma Wanda C 202214140


2. Suprapti 202214141
3. Iffah Nur F 202214053
4. Isnayni Wahyu S 202214063
5. Elmatiana 202214032
6. Dimas Ivan S 202214027
7. Ragil Lutfiana N 202214111
8. Resti Pratiwi 202214122
9. Putro Muhsin A P 202214110

PROGAM PENDIDIKAN PROFESI


NERS FAKULTAS ILMU
KESEHATAN UNIVERSITAS
‘AISYIYAH SURAKARTA
2022/2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. KELURAGA
1. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang mempunyai hubungan darah
yang sama atau tidak , yang terlebih dalam kehidupan terus – menerus , yang
tinggal dalam satu tap, mempunyai ikatan emosional dan mempunyai kewajiban
antara satu orang dengan lainnya (Setyowati dan Murwani, 2018)
2. Fungsi Keluarga
Keluarga mempunyai 5 fungsi yaitu :
a. Fungsi Afektif
Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga yang
merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan
kebutuhan psikososial. Keberhasilan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan
dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Komponen yang perlu
dipenuhi oleh keluarga dalam melaksanakan fungsi afektif adalah :
1) Saling mengasuh yaitu memberikan cinta kasih, kehangatan, saling
menerima, saling mendukung antar anggota keluarga.
2) Saling menghargai, bila anggota keluarga saling menghargai dan mengakui
keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu mempertahankan
iklim positif maka fungsi afektif akan tercapai.
3) Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga di mulai sejak pasangan sepakat
memulai hidup baru.
b. Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi di mulai sejak manusia lahir. Keluarga merupakan tempat individu
untuk belajar bersosialisasi, misalnya anak yang baru lahir dia akan menatap
ayah, ibu dan orang-orang yang ada disekitarnya. Dalam hal ini keluarga
dapat Membina hubungan sosial pada anak, Membentuk norma-norma
tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak, dan Menaruh nilai-
nilai budaya keluarga.
c. Fungsi Reproduksi
Fungsi reproduksi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya
manusia. Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang sah, selain untuk
memenuhi kebutuhan biologis pada pasangan tujuan untuk membentuk
keluarga adalah meneruskan keturunan.
d. Fungsi Ekonomi
Merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota
keluarga seperti memenuhi kebutuhan makan, pakaian, dan tempat tinggal.
e. Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga juga berperan untuk melaksanakan praktik asuhan keperawatan,
yaitu untuk mencegah gangguan kesehatan atau merawat anggota keluarga
yang sakit. Keluarga yang dapat melaksanakan tugas kesehatan berarti
sanggup menyelesaikan masalah kesehatan (Setyowati dan Murwani .2018)
3. Tipe Keluarga
Dalam Setyowati dan Murwani (2018) Keluarga membutuhkan layanan kesehatan
untuk berbagai gaya hidup. Dengan perkembangan masyarakat, jenis keluarga
juga akan berkembang. Untuk melibatkan keluarga dalam meningkatkan
kesehatan, maka kita perlu memahami semua tipe dalam keluarga.
a. Tradisional
1) Keluarga inti/ nuclear family mengacu pada keluarga (biologis atau adopsi)
yang terdiri dari suami, istri dan anak
2) Keluarga besa/extendet family mengacu pada keluarga inti dan keluarga lain
yang berhubungan dengan kerabat sedarah, seperti kakek nenek, keponakan,
paman dan bibi.
3) Keluarga Dyad adalah keluarga yang terdiri dari sepasang suami istri tanpa
anak.
4) Single Parent “Orang tua tunggal" adalah keluarga yang terdiri dari orang tua
(ayah / ibu) dan anak (dikandung / diadopsi). Perceraian atau kematian dapat
menyebabkan situasi ini
5) Single Adult "Orang dewasa lajang" mengacu pada sebuah keluarga yang
hanya terdiri dari satu orang dewasa (misalnya, seorang dewasa yang kemudian
tinggal di kantor asrama untuk bekerja atau belajar).
b. Non Tradisional
1) The unmariedteenege mather (Remaja yang belum menikah) merupakan

keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dan anak-anak dari
hubungan tanpa nikah
2) The stepparent family merupakan keluarga dengan orang tua tiri.
3) Commune family (Keluarga komunal)
4) Beberapa pasangan keluarga yang tidak terkait (dan anak-anak mereka)
tinggal

bersama di rumah yang sama, sumber daya dan fasilitas yang sama, dan
pengalaman yang sama: mensosialisasikan anak melalui kegiatan kelompok
atau membesarkan anak bersama.
5) The nonmarital heterosexual cohabiting family merupakan keluarga yang
tinggal bersama namun bisa saja berganti pasangan tanpa adanya menikah
6) Gay and lesbian families merupakan orang dengan jenis kelamin yang sama
hidup dengan "pasangan nikah"
7) Cohabitating family merupakan keluarga dengan beberapa alasan yang
memungkinkan dimana orang dewasa tinggal dalam satu rumah tanpa
adanya suatu pernikahan.
8) Group marriage-family merupakan keluarga dalam pernikahan di mana orang
dewasa menggunakan peralatan keluarga bersama-sama, mereka merasa
bahwa hubungan romantis yang mereka jalani adalah pernikahan dan
berbagi beberapa hal, termasuk seks dan pengasuhan anak selanjutnya.
9) Group network family merupakan kelompok jaringan keluarga dimana
keluarga inti memiliki ikatan atau aturan yang sama dan mereka hidup
bersama untuk berbagi kebutuhan sehari-hari dan memberikan layanan dan
tanggung jawab untuk mengasuh anak.
10) Foster family Keluarga merupakan ketika orang tua anak membutuhkan
bantuan untuk menyatukan kembali keluarga aslinya, keluarga akan
menerima sementara anak yang tidak ada hubungannya dengan keluarga /
saudara kandung.
11) Homeless family Keluarga merupakan keluarga tunawisma karena krisis
pribadi yang berkaitan dengan kondisi ekonomi dan atau masalah kesehatan
mental, keluarga yang terbentuk tanpa adanya perlindungan yang tetap
diberikan.
12) Gang merupakan bentuk keluarga yang merusak, dalam arti mereka
mencari
ikatan emosional dan merawat keluarga, tetapi tumbuh dalam lingkungan
yang penuh kekerasan dan kejahatan dalam hidup mereka.
4. Tugas Perkembangan Keluarga
Berdasarkan konsep Duvall dan Miller, tahapan perkembangan keluarga dibagi
menjadi 8 :
a. Keluarga Baru (Berganning Family)
Pasangan baru nikah yang belum mempunyai anak. Tugas perkembangan
keluarga dalam tahap ini antara lain yaitu membina hubungan intim yang
memuaskan, menetapkan tujuan bersama, membina hubungan dengan
keluarga lain, mendiskusikan rencana memiliki anak atau KB, persiapan
menjadi orangtua dan memahami prenatal care (pengertian kehamilan,
persalinan dan menjadi orangtua).
b. Keluarga dengan anak pertama < 30bln (child bearing)
Masa ini merupakan transisi menjadi orangtua yang akan menimbulkan krisis
keluarga. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain yaitu
adaptasi perubahan anggota keluarga, mempertahankan hubungan yang
memuaskan dengan pasangan, membagi peran dan tanggung jawab,
bimbingan orangtua tentang pertumbuhan dan perkembangan anak, serta
konseling KB post partum 6 minggu.
c. Keluarga dengan anak pra sekolah
Tugas perkembangan dalam tahap ini adalah menyesuaikan kebutuhan pada
anak pra sekolah (sesuai dengan tumbuh kembang,proses belajar dan kontak
sosial) dan merencanakan kelahiran berikutnya.
d. Keluarga dengan anak sekolah (6-13 tahun)
Keluarga dengan anak sekolah mempunyai tugas perkembangan keluarga
seperti membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah,
mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya intelektual, dan
menyediakan aktifitas anak.
e. Keluarga dengan anak remaja (13-20 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah pengembangan
terhadap remaja, memelihara komunikasi terbuka, mempersiapkan
perubahan sistem peran dan peraturan anggota keluarga untuk memenuhi
kebutuhan tumbuh kembang anggota keluarga.
f. Keluarga dengan anak dewasa
Tugas perkembangan keluarga mempersiapkan anak untuk hidup mandiri
dan menerima kepergian anaknya, menata kembali fasilitas dan sumber
yang ada dalam keluarganya.
g. Keluarga usia pertengahan (middle age family)
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini yaitu mempunyai lebih
banyak waktu dan kebebasan dalam mengolah minat sosial, dan waktu
santai, memulihkan hubungan antara generasi muda-tua, serta persiapan
masa tua.
h. Keluarga lanjut usia
Dalam perkembangan ini keluarga memiliki tugas seperti penyesuaian
tahap masa pensiun dengan cara merubah cara hidup, menerima kematian
pasangan, dan mempersiapkan kematian, serta melakukan life review
masa lalu di lingkungan setempat.(Esti Amira & Johan, Ritra
Trimon.2020)

B.HIPERTENSI
1. Definisi Hipertensi
Pengertian hipertensi menurut Chobanian di dalam Kurnia (2021)
adalah kondisi peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140
mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg berdasarkan
dua atau lebih pengukuran tekanan darah.
2. Etiologi
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik.
Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan curah jantung atau
peningkatan tekanan perifer. Hipertensi diklasifikasikan menjadi dua
golongan yaitu :
a. Hipertensi primer (esensial)
Hipertensi primer adalah hipertensi yang belum diketahui
penyebabnya, diderita oleh sekitar 95% orang. Oleh karena
itu,penelitian dan pengobatan lebih ditunukan bagi penderita
esensial. Hipertensi primer disebabkan oleh faktor berikut ini :
1) Faktor keturunan
Dari data statistic terbukti bahwa seseorang akan memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika
orang tuanya adalah penderita hipertensi.
2) Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi
adalah umur (jika umur bertambah maka tekanan darah
meningkat), jenis kelamin (pria lebih tinggi dari perempuan),
dan ras (ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih).
3) Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya
hipertensi adalah konsumsi garam yang tinggi (lebih dari 30g),
kegemukan atau makan berlebih,stress, merokok, minum
alcohol,minum obat- obatan (efedrin, prednisone, epinefrin).
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder terjadi akibat penyebab yang jelas salah
satu contoh hipertensi sekunder adalah hipertensi vascular renal,
yang terjadi akibat stenosis arteri renalis. Kelainan ini dapat
bersifat kongenital atau akibat aterosklerosis stenosis arteri
renalis menurunkan aliran darah ke ginjal sehingga terjadi
pengaktifan baroreseptor ginjal, perangsangan pelepasan renin,
dan pembentukan angiotensin II. Angiotensin II secara langsung
meningkatkan tekanan darah tekanan darah, dan secara tidak
langsung meningkatkan sintesis andosteron dan reabsorpsi
natrium. Apabila dapat dilakukan perbaikan pada stenosis, atau
apabila ginjal yang terkena di angkat,tekanan darah akan
kembali ke normal.
Penyebab lain dari hipertensi sekunder, antara lain
ferokromositoma, yaitu tumor penghasil epinefrin di kelenjar
adrenal, yang menyebabkan peningkatan kecepatan denyut
jantung dan volume sekuncup, dan penyakit cushing, yang
menyebabkan peningkatan volume sekuncup akibat retensi garam
dan peningkatan CTR karena hipersensitivitassystem saraf
simpatis aldosteronisme primer (peningkatan aldosteron tanpa
diketahui penyebabnya) dan hipertensi yang berkaitan dengan
kontrasepsi oral juga dianggap sebagai kontrasepsi sekunder
(Aspiani, 2019).

Klasifikasi Pengukuran Tekanan Darah Dewasa (>18 tahun)

Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)


Normal <120 <80
Prahipertensi 120-139 80-89
Stadium I Hipertensi 140-159 90-99
Stadium II Hipertensi ≥ 160 ≥ 100
Sumber : Kayce Bell et al., 2015
3. Manifestasi Klinis
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan
gejala, meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi
bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi
(padahal sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit
kepala, perdarahan dari hidung, pusing wajah kemerahan; yang bisa
saja terjadi pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan
tekanan darah yang normal.
Rokhaeni menyebutkan manifestasi klinis hipertensi secara umum
dibedakan menjadi dua yaitu :
1. Tidak ada gejala Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat
dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah.
2. Gejala yang lazim Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang
menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam
kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai
kebanyak pasien yang mencari pertolongan medis (Manuntung,
2018).
4. Pathway

5. Komplikasi
Corwin dalam Manuntung (2018) menyebutkan ada beberapa
komplikasi yang dapat terjadi pada penderita hipertensi yaitu :
a). Stroke
Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak, atau
akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang
terpajan tekanan tinggi.
b). Infark miokard
Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang aterosklerosis
tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila
terbentuk thrombus yang menghambat aliran darah melalui pembuluh
darah tersebut.
c). Gagal ginjal
Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan
tinggi pada kapiler-kapiler ginjal dan glomerolus. Rusaknya
glomerolus mengakibatkan darah akan mengalir ke unit-unit
fungsional ginjal, nefronakan terganggu dan dapat berlanjut menjadi
hipoksia dan kematian.
d). Gagal jantung
Gagal jantung atau ketidakmampuan jantung dalam memompa darah
kembalinya ke jantung dengan cepat mengakibatkan cairan
terkumpul di paru, kaki, dan jaringan lain sering disebut edema.
Cairan di dalam paru- paru menyebabkan sesak nafas, timbunan
cairan ditungkai menyebabkan kaki bengkak.
6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan
mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan
pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah di atas 140/90 mmHg. Prinsip
pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
a) Penatalaksanaan non farmakologis
Menjalani pola hidup sehat telah banyak terbukti dapat menurunkan
tekanan darah. Beberapa pola hidup sehat yang dianjurkan oleh banyak
guidelines adalah :
1) Penurunan berat badan
Mengganti makanan tidak sehat dengan memperbanyak asupan
sayuran dan buah-buahan dapat memberikan manfaat yang lebih
selain penurunan tekanan darah, seperti menghindari diabetes dan
dislipidemia.
2) Mengurangi asupan garam
Makanan tinggi garam dan lemak merupakan makanan tradisionalpada
kebanyakan daerah. Tidak jarang pula pasien tidak menyadari
kandungan garam pada makanan cepat saji, makanan kaleng, daging
olahan dan sebagainya. Tidak jarang, diet rendah garam ini juga
bermanfaat untuk mengurangi dosis obat antihipertensi pada pasien
hipertensi derajat ≥ 2. Dianjurkan untuk asupan garam tidak melebihi
2 gr/ hari.
3) Olahraga
Olahraga ang dilakukan secara teratur sebanyak 30 sampai 60 menit/
hari, minimal 3 hari/ minggu, dapat menolong penurunan tekanan
darah. Terhadap pasien yang tidak memiliki waktu untuk berolahraga
secara khusus, sebaiknya harus tetap dianjurkan untuk berjalan kaki,
mengendarai sepeda atau menaiki tanggadalam aktifitas rutin mereka
di tempat kerjanya.
4) Mengurangi konsumsi alcohol
Konsumsi alkohol walaupun belum menjadi pola hidup yang umum di
negara kita, namun konsumsi alkohol semakin hari semakin
meningkat seiring dengan perkembangan pergaulan dan gaya hidup,
terutama di kota besar. Konsumsi alkohol lebih dari 2 gelas per hari
pada pria atau
1 gelas per hari pada wanita, dapat meningkatkan tekanan darah.
Dengan demikian membatasi atau menghentikan konsumsi alkohol
sangat membantu dalam penurunan tekanan darah.
5) Berhenti merokok
Merokok sampai saat ini belum terbukti berefek langsung dapat
menurunkan tekanan darah, tetapi merokok merupakan salah satu faktor
risiko utama penyakit kardiovaskular, dan pasien sebaiknyadianjurkan
untuk berhenti merokok (PERKI, 2015).
b) Penatalaksanaan farmakologis
Tujuan pengobatan hipertensi adalah untuk mencegah terjadinya
morbiditas dan mortalitas akibat tekanan darah tinggi. Berikut
penggunaan obat-obatan sebagai penatalaksanaan farmakologis untuk
hipertensi
1) Diuretik
Obat-obatan jenis diuretic bekerja dengan mengeluarkan cairan
tubuh, sehingga volume cairan tubuh berkurang, tekanan darah
turun dan beban jantung lebih ringan.
2) Penyekat beta (beta-blockers)
Mekanis kerja obat antihipertensi ini adalah melalui penurunan laju
nadi dan daya pompa jantung. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan pada penggunaan obat ini yaitu tidak dianjurkanpada
penderita asma bronchial, dan pengunaan pada penderita diabetes
harus hati-hati karena dapat menutupi gejala hipoglikemia.
3)Golongan penghambat Angiotensin Converting Enzyme (ACE) dan
Angiotensin Receptor Blocker (ARB)
Penghambat Angiotensin Converting Enzyme (ACE
inhibitor/ACEi) menghambat kerja ACE sehingga perubahan
angiotensin I menjadi angiotensin II (vosokontriktor) terganggu.
Sedangkan Angiotensin Receptor Blocker (ARB) menghalangi
ikatan angiotensin II pada reseptornya. ACEI maupun ARB
mempunyai efek vasodilatasi, sehingga meringankan beban
jantung.
4) Golongan Calcium Channel Blockers (CCB)
Calcium Channel Blockers (CCB) menghambat masuknya
kalsium ke dalam sel pembuluh darah arteri, sehingga
menyebabkan dilatasi arteri koroner dan juga arteri perifer
(Kemenkes RI, 2013)
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan
laboratorium (darah rutin, ureum, kreatinin, glukosa darah dan elektrolit),
elektrokardiografi (EKG) dan foto dada. Bila terdapat indikasi dapat
dilakukan juga pemeriksaan ekokardiografi dan CT scan kepala (Dwi
Pramana, 2020).
DAFTAR PUSTAKA

Ansar J, Dwinata I, M. A. (2019). Determinan Kejadian Hipertensi Pada


Pengunjung Posbindu Di Wilayah Kerja Puskesmas Ballaparang
Kota Makassar. Jurnal Nasional Ilmu Kesehatan, 1, 28–35.

Aspiani, R. Y. (2019). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan


Kardiovaskuler Aplikasi NIC & NOC.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. (2018). Laporan


Nasional Riset Kesehatan Daerah 2018. In Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan (p. 198)

Dinas Kesehatan Kota Balikpapan. (2020). Profil Kesehatan Kota


Balikpapan 2019. Dwi Pramana, K. (2020). Penatalaksanaan Krisis
Hipertensi. Jurnal Kedokteran, 5(2), 91–96.

Dwi Sapta Aryantiningsih, & Silaen, J. B. (2018). Profil Kesehatan Kota


Pekanbaru Tahun 2015. Hipertensi Pada Masyarakat Di Wilayah
Kerja Puskesmas Harapan Raya Pekanbaru, 1, 14.
Esti Amira & Johan, Ritra Trimona.2020. Asuhan Keperawatan Keluarga Askep
Stroke.Padang: Pustaka Galeri Mandiri.

Fadilah, I. L. (2018). Asuhan Keperawatan Keluarga Tn. A Dan Tn. J


Yang Mengalami Hipertensi Dengan Masalah Keperawatan
Ketidakefektifan Manajemen Regimen Terapeutik Keluarga Di
Wilayah Kerja Puskesmas Rogotrunan Lumajang Tahun 2018.
Sri Setyowati, S.Kep & Arita Murwani, S. K. (2018). Asuhan keperawatan
keluarga konsep dan aplikasi kasus.
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. G
DI DESA JOYOTAKAN RT 01/RW 04 JOYOTAKAN
SERENGAN SURAKARTA

A. PENGKAJIAN
I. DATA UMUM
1. Nama KK : Tn. G
2. Umur : 35 Tahun
3. Alamat : Joyotakan, RT 001/004, Serengan,
Surakarta
4. Pekerjaan KK : Karyawan Swasta
5. Pendidikan KK : SLTA
6. Komposisi keluarga :

No Nama Jenis Hub dgn Umur Pekerjaan Pendidikan


Kelamin KK
1 Ny. S Perempuan Istri 32 Karyawan SLTA
Tahun Swasta
2 An. A Laki-laki Anak 9 Tahun - SD
3 Ny. S Perempuan Ibu 64 Karyawan SD
Tahun Swasta

7. Genogram :

Pasien

8. Tipe keluarga :
Tipe extended family yaitu terdiri dari bapak, ibu, anak dan nenek
9. Suku Bangsa :
Keluarga klien berasal dari suku Jawa atau Indonesia kebudayaan yang dianut
tidak bertentangan dengan masalah kesehatan, bahasa sehari-hari yang
digunakan yaitu bahasa Jawa.
10. Agama :
Tn. G beragama Islam serta anak, istri, dan ibu beragama yang sama, setiap hari
Tn. G dan keluarga melaksanakan ibadah di rumah dan masjid.
11. Status sosial ekonomi :
Sumber pendapatan keluarga diperoleh dari jasa ojek online dan istrinya
membuka jasa laundry.
Penghasilan :
Ojek online : ± Rp. 150.000/ hari
Laundry : ± Rp. 600.000/ minggu
Kebutuhan yang dibutuhkan keluarga :
Makan : 350.000,00
Listrik : 150.000,00
Lain : 300.000,00+
800.000,00
Barang-barang yang dimiliki : Televisi, kipas angin, sepeda, 2 almari, 1 set
kursi tamu.
12. Aktivitas rekreasi keluarga :
Rekreasi yang dilakukan oleh keluarga ini digunakan untuk mengisi waktu
kosong dengan menonton televisi bersama dirumah, rekreasi di luar rumah
kadang-kadang tidak pernah dilakukan.

II.RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA


a. Tahap perkembangan keluarga saat ini :
Keluarga dengan anak sekolah (6-13 tahun) tahap IV
Keluarga dengan anak sekolah mempunyai tugas perkembangan keluarga seperti
membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah, mendorong anak
untuk mencapai pengembangan daya intelektual, dan menyediakan aktifitas anak.
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi :
Keluarga Tn G belum bisa menyediakan waktu untuk beraktifitas dengan anak, karena Tn
G bekerja dan Ny S membantu dengan usaha loundry dirumah. Aktifitas anak lebih
banyak dilakukan bersama nenek dan bermain dengan teman-teman setelah pulang
sekolah.
c. Riwayat keluarga inti :
a) Tn. G sebagai Kepala Keluarga jarang sakit, tidak mempunyai masalah dengan
istirahat, makan maupun kebutuhan dasar lainnya, tidak mempunyai penyakit
hipertensi.
b) Ny. S sebagai Istri jarang sakit, tidak mempunyai masalah dengan istirahat, makan
maupun kebutuhan dasar lainnya, tidak mempunyai penyakit hipertensi, DM, TBC
maupun penyakit jantung
c) An. A sebagai Anak jarang sakit, jika sakit biasanya hanya flu dan batuk ketika
konsumsi obat sudah sembuh
d) Ny. S sebagai ibu dari Tn. G mempunyai riwayat penyakit hipertensi sejak 15 tahun
yang lalu, tidak pernah kontrol ke puskesmas dan tidak ada obat yang dikonsumsi,
tidak mempunyai masalah dengan istirahat, makan makanan sama seperti anggota
keluarga yang lain (tidak melakukan diet rendah garam), suka makan gorengan serta
makan makanan bersantan. Ny S jarang mengikuti program senam lansia dan
dirumah tidak pernah berolahraga, hanya melakukan aktifitas sehari-hari membantu
anaknya membersihkan rumah dan memasak
d. Riwayat Keluarga sebelumnya (suami istri) :
Keluarga Tn G tidak memiliki riwayat penyakit keturunan dalam keluarganya
seperti hipertensi yang diderita Ny S (ibu). Tidak ada riwayat penyakit keturunan
lainnya seperti penyakit jantung atau diabetes. Orangtua Tn G meninggal tanpa
ada sakit apapun sebelumnya dan begitu pula dengan ayah Ny S.

III.LINGKUNGAN
a. Karakteristik rumah :
Memiliki sirkulasi udara yang baik ditandai dengan adanya fentilasi rumah serta
banyak memiliki jendela dibagian samping kanan kiri rumah, memiliki sistem
sanitasi yang yang baik, dan memiliki sistem penerangan ruang yang baik. Rumah
tampak asri dengan adanya pepohonan didepan rumah.
b. Karakteristik tetangga dan komunitas :
Hubungan antar tetangga saling membantu, bila ada tetangga yang membangun
rumah dikerjakan saling gotong royong.
c. Mobilitas geografi keluarga :
Sebagai penduduk Kota Surakarta, tidak pernah transmigrasi maupun imigrasi.
d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat :
Tn. G mengatakan mulai bekerja kira-kira pukul 08.00-20.00 WIB. Tn G
mengikuti pengajian rutin bapak-bapak setiap malam jum’at di masjid riyadlul
falah rw 4.
e. Sistem pendukung keluarga :
Jika ada anggota keluarga Tn G yang sakit maka Tn G yang mengantar ke
puskesmas dibantu dengan keluarga serta tetangga yang lain.

IV. STRUKTUR KOMUNIKASI KELUARGA


a. Pola komunikasi keluarga :
Anggota keluarga menggunakan bahasa jawa dalam berkomunikasi sehari-
harinya dan mendapatkan informasi kesehatan dari petugas kesehatan dan
televisi.
b. Struktur kekuatan keluarga :
Tn.R menderita penyakit hipertensi, anggota keluarga lainnya dalam keadaan
sehat.
c. Struktur peran :
Formal : Tn. G sebagai Kepala Keluarga, Ny. S sebagai Istri, An. A sebagai
Anak, Ny. S sebagai Ibu Tn. G
Informal : Tn. G dibantu istrinya juga membantu mencari nafkah.
d. Nilai dan Norma budaya :
Keluarga percaya bahwa hidup sudah ada yang mengatur, demikian pula dengan
sehat dan sakit keluarga juga percaya bahwa tiap sakit ada obatnya, bila ada
keluarga yang sakit dibawa ke RS atau petugas kesehatan yang terdekat.

V. FUNGSI KELUARGA
a. Fungsi Afektif :
Hubungan antara keluarga baik, mendukung bila ada yang sakit langsung dibawa
ke petugas kesehatan atau rumah sakit.
b. Fungsi Sosialisasi :
Setiap hari keluarga selalu berkumpul di rumah, hubungan dalam keluarga baik
dan selalu mentaati norma yang baik.
c. Fungsi Perawatan Kesehatan :
Penyediaan makanan selalu dimasak terdiri komposisi, nasi, lauk pauk, dan sayur
dengan frekuensi 3 kali sehari dan bila ada anggota keluarga yang sakit keluarga
merawat dan mengantarkan ke puskesmas. Dalam merawat Ny. S (ibu), keluarga
masih memberikan makanan yang sama dengan anggota keluarga yang lain.

Hal-hal yang dikaji sejauh mana keluarga melakukan pemenuhan tugas


perawatan keluarga adalah:
1. Mengenal masalah :
Keluarga Tn. G belum dapat mengenali masalah kesehatan yang terjadi
di dalam keluarganya.
Keluarga Tn.G mengatakan tidak mengetahui ambang batas normal
tekanan darah. Keluarga Tn.G tampak kebingungan dan tidak bisa
menjawab saat ditanya.
2. Mengambil keputusan :
Tn G tidak tau bagaimana cara menangani masalah kesehatan pada anggota
keluarganya
3. Merawat anggota keluarga yang sakit : Bila ada anggota keluarga yang
sakit, keluarga merawat dan mengantarkan ke puskesmas
4. Memelihara / memodifikasi lingkungan : Keluarga menjaga kesehatan
lingkungan salah satunya dengan menanam pohon didepan rumah, memiliki
halaman yang luas sebagai sarana bermain anak
5. Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada : Keluarga dapat
menggunakan fasilitas kesehatan yang ada seperti pelayanan di puskesmas
Kratonan dan mengikuti beberapa program seperti posyandu lansia.
d. Fungsi Reproduksi : Tn. G dan Ny. S mengikuti program KB karena ingin
menunda kehamilan berikutnya dan cukup merawat satu anak
e. Fungsi Ekonomi : Keluarga dapat memenuhi kebutuhan makan yang cukup,
pakaian untuk anak dan biaya untuk berobat.

VI. STRESS DAN KOPING KELUARGA


a. Stressor jangka pendek dan jangka panjang :
Stresor jangka pendek : Ny. S (ibu) sering mengeluh pusing
Stresor jangka panjang : Ny. S (ibu) khawatir karena tekanan darahnya
tinggi
b. Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor dan situasi : Keluarga selalu
memeriksakan anggota keluarga yang sakit ke puskesmas dengan petugas
kesehatan
c. Strategi koping yang digunakan : Ny. S (ibu) bila sedang sakit pusing maka
dibuat tidur atau istirahat.

VII. HARAPAN KELUARGA


a. Persepsi Keluarga terhadap Perawat : Keluarga meyakini bahwa seorang perawat
merupakan salah satu petugas kesehatan yang berperan penting untuk membantu proses
pengobatan keluarga.
b. Harapan Keluarga terhadap Perawat : Keluarga berharap pada petugas kesehatan agar
meningkatkan mutu pelayanan dan membantu masalah kesehatan Ny. S (ibu) dalam
mengatasi hipertensi

VIII. PEMERIKSAAN FISIK


Dilakukan pada semua anggota Keluarga
Pemeriksaan Nama anggota keluarga
Fisik Tn. G Ny. S An. A Ny. S (ibu)
TD: TD : 110/85 TD : 115/90 TD : 100/70 TD : 160/90
mmHg, mmHg, mmHg, mmHg,
N: N : 84 x/m, N : 60 x/m, N : 80 x/m, N : 90 x/m,
RR: RR : 20 x/m, RR : 21 x/m, RR : 24 x/m, RR : 21 x/m,
BB/TB: BB : 60 Kg/ BB : 50 Kg/ BB : 30 Kg/ BB : 60 Kg/
TB : 160 cm TB : 155 cm TB : 134 cm TB : 153 cm

Rambut Rambut ber- Rambut ber- Rambut Rambut


uban, lurus gelombang hitam, bersih beruban,
dan terlihat dan terlihat dan lurus sedikit ber-
bersih bersih gelombang
dan rambut
bersih.

Konjugtiva Berwarna Berwarna Berwarna Berwarna


merah muda merah muda merah muda merah muda
(ananemis) (ananemis) (ananemis) (ananemis)

Bentuk Bentuk Bentuk Bentuk


Hidung simetris, simetris, simetris, simetris,
tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada
kotoran dan kotoran dan kotoran dan kotoran dan
tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada
benjolan benjolan benjolan benjolan

Pendengaran Pendengaran Pendengaran Pendengaran


Telinga normal, tidak normal, tidak normal, tidak normal, tidak
ada cairan ada cairan ada cairan ada cairan
yang keluar yang keluar yang keluar yang keluar
dari telinga. dari telinga. dari telinga. dari telinga.

Bibir tidak Bibir tidak Bibir tidak Bibir tidak


Mulut kering, tidak kering, tidak kering, tidak kering, tidak
ada stomatitis ada stomatitis ada stomatitis ada stomatitis
Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Leher pembesaran pembesaran pembesaran pembesaran
kelenjar kelenjar kelenjar kelenjar
tyroid, dan tyroid tyroid tyroid
vena dan vena dan vena dan vena
jugularis jugularis jugularis jugularis

Terdengar Terdengar Terdengar Terdengar


Paru sonor pada sonor pada sonor pada sonor pada
semua lapang semua lapang semua lapang semua lapang
paru. Suara paru. Suara paru. Suara paru. Suara
nafas nafas nafas nafas
vesikuler vesikuler vesikuler vesikuler

Suara jantung Suara jantung Suara jantung Suara jantung


Jantung pekak pekak pekak pekak

Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada


Abdomen nyeri tekan, nyeri tekan, nyeri tekan, nyeri tekan,
simetris, simetris, simetris, simetris,
terdengar terdengar terdengar terdengar
suara suara suara suara
tympani. tympani. tympani. tympani.

Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada


Ekstremitas oedema, oedema, oedema, oedema,
dapat dapat dapat dapat
bergerak aktif bergerak aktif bergerak aktif bergerak aktif

Tidak Tidak Tidak Tidak


Kulit terdapat terdapat terdapat terdapat
benjolan, benjolan, benjolan, benjolan,
tidak terdapat tidak terdapat tidak terdapat tidak terdapat
kemerahan kemerahan kemerahan kemerahan
dan luka, dan luka, dan luka, dan luka,
turgor kulit turgor kulit turgor kulit turgor kulit
kembali ≤ 3 kembali ≤ 3 kembali ≤ 3 kembali ≤ 3
detik. detik. detik. detik.

IX. DIAGNOSIS KEPERAWATAN KELUARGA


1. Analisa Data
NO. DATA DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1 Data Subjektif:
- Keluarga Tn. G mengatakan Ketidakmampuan koping keluarga dalam
belum dapat mengenali masalah merawat dan mengenal masalah anggota
kesehatan yang terjadi di dalam keluarga dengan hipertensi
keluarganya
- Dalam merawat Ny. S, keluarga
mengatakan masih memberikan
makanan yang sama dengan
anggota keluarga yang lain
- Ny. S (ibu) mengatakan khawatir
karena tekanan darahnya tinggi
- Keluarga mengatakan kurang
memahami cara mengenal
masalah pada Ny. S (Ibu)
khawatir tekanan darahnya
bertambah tinggi
Data Objektif :
- TD : 160/90 mmHg, N : 90
x/m, RR : 21 x/m, BB : 60
Kg/TB : 153 cm
- Ny. S tampak khawatir
karena tekanan darahnya
tinggi

Data Subjektif:

2 - Tn G tidak tau bagaimana


cara menangani masalah
kesehatan pada anggota Kurangnya pengetahuan tentang penyakit
keluarganya hipertensi
- Keluarga Tn.G mengatakan
tidak mengetahui ambang
batas normal tekanan darah.
- Dalam merawat Ny. S, keluarga
masih memberikan makanan
yang sama dengan anggota
keluarga yang lain

Data Objektif :
- Keluarga Tn.G tampak
kebingungan dan tidak bisa
menjawab saat ditanya.
Skoring
Skoring Prioritas masalah Asuhan Keperawatan Keluarga

Diagnosa : Ketidakmampuan koping keluarga dalam merawat dan


mengenal masalah anggota keluarga dengan hipertensi
Kriteria Skor Bobot Total
1. Sifat Masalah :
a. Aktual 3
b.Resiko/Ancaman Kesehatan 2 1 1
c. Keadaan sejahtera/ diagnosis sehat 1
2. Kemungkinan masalah dapat diubah :
a. Mudah 2
b. Sebagian 1 2 2
c. Tidak dapat 0
3. Kemungkinan Masalah dapat dicegah :
a.Tinggi 3
b.Cukup 2 1 1
c.Rendah 1
4. Menonjolnya Masalah :
a.Masalah dirasakan dan harus segera 2
ditangani 1 1
b. Ada masalah tetapi tidak perlu ditangani 1
c.Masalah tidak dirasakan 0
Jumlah Total 5
Diagnosa : Kurangnya pengetahuan tentang penyakit hipertensi
Kriteria Skor Bobot Total
1. Sifat Masalah :
a. Aktual 3
b.Resiko/Ancaman Kesehatan 2 1 1
c. Keadaan sejahtera/diagnosis sehat 1
2. Kemungkinan masalah dapat diubah :
a. Mudah 2
b. Sebagian 1 2 1
c. Tidak dapat 0
3. Kemungkinan Masalah dapat dicegah :
a.Tinggi 3
b.Cukup 2 1 1
c.Rendah 1
4. Menonjolnya Masalah :
a. Masalah dirasakan dan harus segera 2
ditangani 1 1 1
b.Ada masalah tetapi tidakmperlu ditangani 0
c. Masalah tidak dirasakan
Jumlah Total 4

PENENTUAN PRIORITAS MASALAH BERDASARKAN SKORING


1. Ketidakmampuan koping keluarga dalam merawat dan mengenal masalah
anggota keluarga dengan hipertensi
2. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit hipertensi

X. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

No Tanggal Diagnosa Tujuan Intervensi


Umum Khusus
1. 17-11- Ketidakmampuan Setelah Setelah dilakukan O: Observasi
2022 koping keluarga dilakukan kunjungan TTV
dalam merawat kunjungan keluarga sebanyak
dan mengenal keluarga 1x60 menit N: Lakukan
masalah anggota sebanyak keluarga mampu dan ajarkan
keluarga dengan 3x60 menit mengenal masalah rendam kaki
hipertensi keluarga hipertensi dengan air hangat
mengetahui kriteria hasil:
manajemen 1. Perilaku E: berikan
hipertensi sehat pendidikan
membaik kesehatan
mengenai
makanan yang
sesuai dengan
diet hipertensi

K:
Kolaborasikan
dengan
petugas
puskesmas
terkait
masalah
anggota
keluarga
dengan
hipertensi
2. 17-11- Kurangnya Setelah Setelah dilakukan O:
2022 pengetahuan dilakukan kunjungan Identifikasi
tentang penyakit kunjungan keluarga sebanyak kesiapan dan
hipertensi keluarga 1x60 menit kemampuan
sebanyak keluarga mampu menerima
3x60 menit mengenal masalah informasi
keluarga hipertensi dengan
mengetahui kriteria hasil: N : Sediakan
tentang - Perilaku materi dan
sesuai
penyakit anjuran media
hipertensi meningkat pendidikan
dengan skala kesehatan
5
- Perilaku
E : Jelaskan
sesuai
faktor risiko
dengan
yang dapat
pengetahuan
meningkat
mempengaruhi

dengan skala kesehatan


5 (hipertensi)
- Persepsi
yang keliru K : -
masalah
yang
dihadapi
menurun
dengan skala
5

XI. IMPLEMENTASI
Tanggal No. Implementasi Respon TTD
Dx
17-11- 1 Mengobservasi tanda – tanda S:
2022 vital - Ny S mengatakan
08.00 bersedia dilakukan
pengukuran tensi
O:
- TD : 160/90 mmHg

S:
08.10 1 Melakukan dan ajarkan
- Ny. S mengatakan
rendam kaki air hangat
sudah paham cara
melakukan rendam
kaki air hangat
O:
- Ny. S tampak
melakukan rendam
kaki air hangat
S:
08.25 1 Memberikan pendidikan - Keluarga Tn.G
kesehatan mengenai mengatakan sudah

makanan yang sesuai dengan memahami terkait diet


hipertensi
diet hipertensi
O:
- Keluarga Tn.G tampak
memperhatikan
penjelasan dengan baik
S:
- Keluarga Tn.G
mengatakan bersedia
untuk diberikan
informasi
08.50 2 Mengidentifikasi kesiapan O:-
dan kemampuan menerima
informasi
18-11- 1 Mengobservasi tanda – tanda S:
2022 vital - Ny S mengatakan
08.00 bersedia dilakukan
pengukuran tensi
O:
- TD : 150/90 mmHg

S:
08.10 2 Menyediakan materi dan
- Keluarga Tn. G
media pendidikan kesehatan
mengatakan bersedia
diberikan pendidikan
kesehatan
O:-

S:
08.40 2 Menjelaskan faktor risiko - Keluarga Tn.G
yang dapat mempengaruhi mengatakan
kesehatan (hipertensi) memahami penjelasan
yang telah diberikan
O:
- Keluarga Tn.G tampak
bisa menjawab
pertanyaan terkait
materi
19-11- 1 Mengobservasi tanda – tanda S:
2022 vital - Ny S mengatakan
08.00 bersedia dilakukan
pengukuran tensi
O:
- TD : 140/90 mmHg

S:
08.15 1 Melakukan dan ajarkan
- Ny S mengatakan
rendam kaki air hangat
bersedia melakukan
rendam kaki air hangat
O:
- Ny S tampak
melakukan rendam
kaki air hangat dengan
benar
XII. EVALUASI
No Tangga No Evaluasi TTD
l Diagnosa
1 19-11- 1&2 S:
2022 - Ny S mengatakan bersedia dilakukan
08.30 pengukuran tensi
- Keluarga Tn.G mengatakan sudah
memahami terkait diet hipertensi
- Ny. S mengatakan sudah paham cara
melakukan rendam kaki air hangat
O:
- TD : 140/90 mmHg
- Ny S tampak melakukan rendam kaki air
hangat dengan benar
- Keluarga Tn.G bisa menjelaskan faktor
risiko yang dapat mempengaruhi
kesehatan (hipertensi)
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi

Anda mungkin juga menyukai