Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN MINI-CX

MANAJEMEN KEPERAWATAN DI RUANG DAUN SIRIH


RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

Disusun Oleh:

Iffah Nur Fadzillah

202214053

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ‘AISYIYAH SURAKARTA

2023
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Manajemen keperawatan adalah proses bekerja melalui anggota staf


keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara profesional. Profesional
dalam pelayanan keperawatan dapat dicapai dengan mengoptimalkan peran dan fungsi
perawat, terutama peran dan fungsi mandiri perawat. Hal ini dapat diwujudkan dengan
baik melalui komunikasi yang efektif antar perawat maupun dengan timkesehatan yang
lain. Kegiatan asuhan keperawatan dibutuhkan adanya kemahiran dalam
berkomunikasi. Komunikasi juga sangat perlu saat melakukan segala hal dalamkegiatan
sehari-hari perawat dalam tindakan keperawatan maupun dalam bentuk operan.
Komunikasi yang efektif dalam lingkungan perawatan membutuhkan pengetahuan,
keterampilan dan empati. Ini mencakup mengetahui kapan harus berbicara, apa yang
harus dikatakan dan bagaimana mengatakannya serta memiliki kepercayaan diri dan
kemampuan untuk memeriksa bahwa pesan telah diterima dengan benar. Meskipun
digunakan setiap hari dalam situasi klinis, keterampilankomunikasi perlu di pelajari,
dipraktikkan serta disempurnakan oleh semua perawat sehingga mereka dapat
berkomunikasi dengan jelas, singkat dan tepat dalam lingkungan yang serba cepat dan
menegangkan (Nursalam, 2021).
Dalam timbang terima ini sering terjadi kekeliruan atau kesalahpahaman
informasi, maka disinilah perawat sangat dibutuhkan dalam kemahiran berkomunikasi.
Pada saat timbang terima antar perawat, diperlukan suatu komunikasi yang jelas tentang
kebutuhan pasien, intervensi yang sudah dan yang belum dilaksanakan serta respons
yang terjadi pada pasien. Perawat melakukan timbang terima bersama dengan perawat
lainnya dengan cara berkeliling ke setiap pasien dan menyampaikan kondisi pasien
secara akurat didekat pasien, cara ini akan lebih efektif daripada hanya membaca
dokumentasi yang telah dibuat, selain juga akan membantu perawat dalam menerima
operan secara nyata. Berbagai macam model timbang terimayaitu model tradisional dan
operan di sisi tempat tidur (bedside) yang penerapannya disesuaikan dengan kondisi
masing-masing ruangan. Sedangkan untuk yang timbang terima tradisional hanya
cukup dimeja perawat tanpa mengkonfirmasi keadaan pasien secara langsung. Hal ini
menyebabkan ketidakpuasan dari pasien dan perawat karena tidak ada komunikasi
antara perawat dengan pasien yang nantinya bermanfaat bagi pelayanan yang dilakukan
(Rostandi, 2020).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari penulisan proposal ini adalah untuk mendapatkan
pengetahuan tentang timbang terima dalam melakukan asuhan keperawatan
2. Tujuan Khusus
a) Untuk mengetahui pengertian dari timbang terima
b) Untuk mengetahui tujuan timbang terima
c) Untuk mengetahui langkah-langkah dalam timbang terima
d) Untuk mengetahui prosedur dari timbang terima
e) Untuk mengetahui metode dalam timbang terima
f) Untuk mengetahui faktor-faktor timbang terima
g) Untuk mengetahui efek timbang terima dalam shift jaga
h) Untuk mengetahui dokumentasi dalam timbang terima
i) Untuk mengetahui hal-hal yang perlu dilakukan dalam timbang terima
j) Untuk mengetahui evaluasi dalam timbang terima
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian

Timbang terima adalah suatu cara dalam menyampaikan sesuatu (laporan) yang
berkaitan dengan keadaan klien. Handover adalah waktu dimana terjadi perpindahan
atau transfer tanggungjawab tentang pasien dari perawat yang satu ke perawat yang
lain. Tujuan dari handover adalah menyediakan waktu, informasi yang akurat tentang
rencana perawatan pasien, terapi, kondisi terbaru, dan perubahan yang akan terjadi dan
antisipasinyaTimbang terima merupakan teknik yang digunakan untukmenyampaikan
dan menerima laporan sehubungan dengan keadaan klien dilakukan antar perawat
dengan perawat maupun antara perawat dengan klien secara akurat serta lebih nyata,
dilakukan harus bersifat jelas, singkat dan lengkap (Kundre, 2018)
Timbang terima adalah suatu tehnik untuk menyampaikan dan menrima suatu
informasi yang berkaitan dengan keadaan pasien. Timbang terima harus dilakukan
seefektif mungkin dengan menjelaskan secara singkat, jelas dan lengkap tentang
tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah atau belum dilakukan serta
perkembangan pasien pada saat itu. Informasi yang disampaikan harus akurat sehingga
9 kesinambungan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan sempurna (Kundre, 2018)
B. Tujuan Timbang Terima
Menurut Erita (2019) tujuan dilakukan timbang terima ialah sebagai berikut :
1. Menyampaikan masalah, kondisi, dan keadaan klien (data fokus)
2. Menyampaikan hal-hal yang sudah atau belum dilakukan dalam asuhan
keperawatan kepada klien
3. Menyampaikan hal-hal penting yang perlu segera ditindak lanjuti oleh dinas
berikutnya
4. Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya
Timbang terima (handover) memiliki tujuan untuk mengakurasi, mereliabilisasi
komunikasi tentang tugas perpindahan informasi yang relevan yang digunakan untuk
kesinambungan dalam keselamatan dan keefektifan dalam bekerja.
Timbang terima (handover) memiliki 2 fungsi utama yaitu:
1. Sebagai forum diskusi untuk bertukar pendapat dan mengekspresikan perasaan
perawat.
2. Sebagai sumber informasi yang akan menjadi dasar dalam penetapan keputusan
dan tindakan keperawatan.
C. Langkah-langkah dalam Timbang Terima
Menurut Erita (2019) langkah-langkah dalam melakukan timbang terima ialah
sebagai berikut :
1. Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap
2. Shift yang akan menyerahkan perlu menyiapkan hal-hal yang akan disampaikan
3. Perawat primer menyampaikan kepada perawat penanggung jawab shift
selanjutnya meliputi:
a) Kondisi atau keadaan pasien secara umum
b) Tindak lanjut untuk dinas menerima operan
c) Rencana kerja untuk dinas yang menerima laporan
4. Penyampaian timbang terima diatas harus dilakukan secara jelas dan tidak
terburu-buru
5. Perawat primer dan kedua anggota shift bersama-sama secara langsung melihat
keadaan pasien.
D. Prosedur dalam Timbang Terima
Menurut Erita (2019) prosedur dalam melakukan timbang terima ialah sebagai
berikut :
1. Persiapan
2. Pelaksanaan dalam penerapannya, dilakukan timbang terima kepada masing-
masing penanggung jawab:
a) Timbang terima dilaksanakan setiap pergantian shift atau operan.
b) Dari nurse station perawat berdiskusi untuk melaksanakan timbang terima
dengan mengkaji secara komprehensif yang berkaitan tentang masalah
keperawatan klien, rencana tindakan yang sudah dan belum dilaksanakan serta
hal-hal penting lainnya yang perlu dilimpahkan.
c) Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang lengkap
sebaiknya dicatat secara khusus untuk kemudian diserahterimakan kepada
perawat yang berikutnya.
d) Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat timbang terima adalah :
1) Identitas klien dan diagnosa medis.
2) Masalah keperawatan yang kemungkinan masih muncul.
3) Tindakan keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan.
4) Intervensi kolaborasi dan dependen.
5) Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan
selanjutnya, misalnya operasi, pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan
penunjang lainnya, persiapan untuk konsultasi atau prosedur lainnya yangtidak
dilaksanakan secara rutin.
e) Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan klarifikasi, tanya
jawab dan melakukan validasi terhadap hal-hal yang kurang jelas, penyampaian
pada saat timbang terima secara singkat dan jelas
f) Lama timbang terima untuk setiap klien tidak lebih dari 5 menit kecuali pada
kondisi khusus dan memerlukan penjelasan yang lengkap dan rinci.
g) Pelaporan untuk timbang terima dituliskan secara langsung pada buku laporan
ruangan oleh perawat
E. Metode dalam Timbang Terima
Menurut Safrina dan Rahmah (2020) terdapat beberapa metode dalam timbang
terima, antara lain ialah sebagai berikut :
1. Timbang terima dengan metode tradisional
a) Dilakukan hanya di meja perawat.
b) Menggunakan satu arah komunikasi sehingga tidak memungkinkan munculnya
pertanyaan atau diskusi.
c) Jika ada pengecekan ke pasien hanya sekedar memastikan kondisi secara
umum.
d) Tidak ada kontribusi atau feedback dari pasien dan keluarga, sehingga proses
informasi dibutuhkan oleh pasien terkait status kesehatannya tidak up to date.
2. Timbang terima dengan metode bedside handover
Handover yang dilakukan sekarang sudah menggunakan model bedside
handover yaitu handover yang dilakukan di samping tempat tidur pasien dengan
melibatkan pasien atau keluarga pasien secara langsung untuk mendapatkan
feedback. Secara umum materi yang disampaikan dalam proses operan jaga baik
secara tradisional maupun bedside handover tidak jauh berbeda, hanya pada
handover memiliki beberapa kelebihan diantaranya:
a) Meningkatkan keterlibatan pasien dalam mengambil keputusan terkait kondisi
penyakitnya secara up to date.
b) Meningkatkan hubungan caring dan komunikasi antara pasien dengan perawat.
c) Mengurangi waktu untuk melakukan klarifikasi ulang pada kondisi pasien secara
khusus.
Bedside handover juga tetap memperhatikan aspek tentang kerahasiaan pasien
jika ada informasi yang harus ditunda terkait adanya komplikasi penyakit atau
persepsi medis yang lain. Timbang terima memiliki beberapa metode pelaksanaan
diantaranya:
a) Menggunakan Tape recorder
Melakukan perekaman data tentang pasien kemudian diperdengarkan kembali
saat perawat jaga selanjutnya telah datang. Metode itu berupa one way
communication.
b) Menggunakan komunikasi Oral atau spoken
Melakukan pertukaran informasi dengan berdiskusi.
c) Menggunakan komunikasi tertulis –written
Melakukan pertukaran informasi dengan melihat pada medical record saja atau
media tertulis lain. (Erita, 2019).
3. Timbang terima dengan metode tim
Menurut Astuti (2019) metode ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota
yang berbedabeda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok
pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2-3 tim/grup yang terdiri atas tenaga
profesional, teknikal, dan pembantu dalam satu kelompok kecil yang saling
membantu. Metode tim merupakan pengorganisasian pelayanan keperawatan oleh
sekelompok perawat memberikan asuhan keperawatan pada sekelompok klien
Tujuan metode tim dalam asuhan keperawatan adalah untuk memberikan
asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan objektif pasien sehingga pasien
merasa puas dan selain itu juga metode tim dapat meningkatkan kerjasama dan
koordinasi perawat dalam melaksanakan tugas, memungkinkan adanya transfer of
knowledge dan transfer of experience diantara perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan dan meningkatkan pengetahuan serta keterampilan dan motivasi
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan.
F. Faktor-Faktor dalam Timbang Terima
Menurut Safrina dan Rahmah (2020) faktor-faktor dalam timbang terima antara
lain sebagai berikut :
1. Komunikasi yang objective antar sesama petugas kesehatan.
2. Pemahaman dalam penggunaan terminology keperawatan.
3. Kemampuan menginterpretasi medical record.
4. Kemampuan mengobservasi dan menganalisa pasien.
5. Pemahaman tentang prosedur klinik.
G. Efek Timbang Terima dalam Shift Jaga
Menurut Safrina dan Rahmah (2020) timbang terima atau operan jaga memiliki
efek-efek yang sangat mempengaruhi diri seorang perawat sebagai pemberi layanan
kepada pasien. Efek-efek dari shift kerja atau operan adalah sebagai berikut :
1) Efek Fisiologi
Kualitas tidur termasuk tidur siang tidak seefektif tidur malam, banyak gangguan
dan biasanya diperlukan waktu istirahat untuk menebus kurang tidur selama kerja
malam. Menurunnya kapasitas fisik kerja akibat 13 timbulnya perasaan mengantuk
dan lelah. Menurunnya nafsu makan dan gangguan pencernaan.
2) Efek Psikososial
Efek ini berpengeruh adanya gangguan kehidupan keluarga, efek fisiologis
hilangnya waktu luang, kecil kesempatan untuk berinteraksi dengan teman, dan
mengganggu aktivitas kelompok dalam masyarakat.
3) Efek Kinerja
Kinerja menurun selama kerja shift malam yang diakibatkan oleh efek fisiologis
dan efek psikososial. Menurunnya kinerja dapat mengakibatkan kemampuan
mental menurun yang berpengaruh terhadap perilaku kewaspadaan pekerjaan
seperti kualitas kendali dan pemantauan.
4) Efek Terhadap Kesehatan
Shift kerja menyebabkan gangguan gastrointestinal, masalah ini cenderung terjadi
pada usia 40-50 tahun. Shift kerja juga dapat menjadi masalah terhadap
keseimbangan kadar gula dalam darah bagi penderita diabetes.
5) Efek Terhadap Keselamatan
Kerja Survei pengaruh shift kerja terhadap kesehatan dan keselamatan kerja
melaporkan bahwa frekuensi kecelakaan paling tinggi terjadi pada akhir rotasi shift
kerja (malam) dengan rata-rata jumlah kecelakaan 0,69 % per tenaga kerja.
Tetapi tidak semua penelitian menyebutkan bahwa kenaikan tingkat kecelakaan
industri terjadi pada shift malam. Terdapat suatu kenyataan bahwa kecelakaan
cenderung banyak terjadi selama shift pagi dan lebih banyak terjadi pada shift
malam.
H. Dokumentasi dalam Timbang Terima
Menurut Erita (2019) dokumentasi adalah salah satu alat yang sering digunakan
dalam komunikasi keperawatan. Hal ini digunakan untuk memvalidasi asuhan
keperawatan, sarana komunikasi antar tim kesehatan, dan merupakan dokumen pasien
dalam pemberian asuhan keperawatan. Ketrampilan dokumentasi yang efektif
memungkinkan perawat untuk mengkomunikasikan kepada tenaga kesehatan lainnya
dan menjelaskan apa yang sudah, sedang, dan akan dikerjakan oleh perawat. Yang perlu
di dokumentasikan dalam timbang terima antara lain:
1. Identitas pasien.
2. Diagnosa medis pesien.
3. Dokter yang menangani.
4. Kondisi umum pasien saat ini.
5. Masalah keperawatan.
6. Intervensi yang sudah dilakukan.
7. Intervensi yang belum dilakukan.
8. Tindakan kolaborasi.
9. Rencana umum dan persiapan lain.
10. Tanda tangan dan nama terang
I. Hal- Hal yang Perlu Diperhatikan
Menurut Safrina dan Rahmah (2020) hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
pelaksanaan timbang terima ialah :
1. Dilaksanakan tepat pada saat pergantian shift.
2. Dipimpin oleh kepala ruangan atau penanggung jawab atau penanggung
3. Diikuti oleh semua perawat yang telah dan yang akan dinas
4. Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat, sistematis, dan
menggambarkan kondisi pasien saat ini serta menjaga kerahasiaan pasien.
5. Timbang terima harus berorientasi pada permasalahan pasien.
6. Pada saat timbang terima di kamar pasien, menggunakan volume yang cukup
sehingga pasien di sebelahnya tidak mendengar sesuatu yang rahasia bagi klien.
Sesuatu yang dianggap rahasia sebaiknya tidak dibicarakan secara langsung di
dekat klien.
7. Sesuatu yang mungkin membuat pasien terkejut dan shock sebaiknya dibicarakan
di nurse station
J. Evaluasi dalam Timbang Terima
Menurut Erita (2019) evaluasi dalam timbang terima ialah sebagai berikut :
1. Evaluasi Struktur
Pada timbang terima, sarana dan prasarana yang menunjang telah tersedia antara
lain : Catatan timbang terima, status klien dan kelompok shift timbang terima.
Kepala ruangan memimpin kegiatan timbang terima yang dilaksanakan pada
pergantian shift yaitu pagi ke sore. Sedangkan kegiatan timbang terima pada shift
sore ke malam dipimpin oleh perawat primer.
2. Evaluasi Proses
Proses timbang terima dipimpin oleh kepala ruangan dan dilaksanakan oleh seluruh
perawat yang bertugas maupun yang akan mengganti shift. Perawat primer malam
menyerahkan ke perawat primer berikutnya yang akan mengganti shift. Timbang
terima pertama dilakukan di nurse stationkemudian ke bed pasien dan kembali lagi
ke nurse station. Isi timbang terima mencakup jumlah klien, masalah keperawatan,
intervensi yang sudah dilakukan dan yang belum dilakukan serta pesan khusus bila
ada. Setiap klien dilakukan timbang terima tidak lebih dari 5 menit saat klarifikasi
ke klien.
3. Evaluasi Hasil
Timbang terima dapat dilaksanakan setiap pergantian shift. Setiap perawat dapat
mengetahui perkembangan klien. Komunikasi antar perawat berjalan dengan baik
BAB III
PERENCANAAN
A. Sasaran

Sasaran pada pelaksanaan timbang terima yaitu perawat dan pasien


B. Metode
Metode ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang berbeda-beda dalam
memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi
menjadi 2-3 tim/grup yang terdiri atas tenaga profesional, teknikal, dan pembantu
dalam satu kelompok kecil yang saling membantu. Metode ini memungkinkan
pemberian pelayanan keperawatan yang menyeluruh, mendukung pelaksanaan proses
keperawatan, dan memungkinkan komunikasi antartim, sehingga konflik mudah diatasi
dan memberi kepuasan kepada anggota tim. Namun, komunikasi antaranggota tim
terbentuk terutama dalam bentuk konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu,
yang sulit untuk dilaksanakan pada waktu-waktu sibuk. Hal pokok dalam metode
tim adalah ketua tim sebagai perawat profesonal harus mampu menggunakan
berbagai teknik kepemimpinan, pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas
rencana keperawatan terjamin, anggota tim harus menghargaiKepemimpinan ketua tim,
model tim akan berhasil bila didukung oleh kepala ruang.
Tujuan metode keperawatan tim adalah untuk memberikan perawatan yang
berpusat pada klien. Perawatan ini memberikan pengawasan efektif dari
memperkenalkan semua personel adalah media untuk memenuhi upaya kooperatif
antara pemimpin dan anggota tim. Melalui pengawasan ketua tim nantinya dapat
mengidentifikasi tujuan asuhan keperawatan, mengindentifikasi kebutuhan anggota
tim, memfokuskan pada pemenuhan tujuan dan kebutuhan, membimbing anggota tim
untuk membantu menyusun dan memenuhi standard asuhan keperawatan.
C. Media
Media yang diperlukan saat dilakukan timbang terima yaitu :
1. Buku laporan
2. Alat tulis
D. Pengorganisasian (Pembagian Peran)
Tabel 3.1 Pengorganisasian

Kepala Ruangan

Ketua Tim

Perawat pelaksana

Pembagian peran :
a. Dinas Pagi
Kepala ruang : Resti
Ketua tim : Santi
Perawat pelaksana : Ivan, Ifah
b. Dinas Siang
Ketua tim : Elma
Perawat pelaksana : Isna, Iiq
E. Proses Pelaksanaan
Proses pelaksanaan timbang terima antara lain sebagai berikut :
1. Karu membuka acara dengan salam
2. Karu mempersilahkan katim untuk menjelaskan jumlah pasien kelolaan termasuk
pasien baru
3. Katim mempersilahkan PP menjelaskan secara lebih detail identitas pasien,
diagnosa medis dan maslaah keperawatan yang muncul pada setiap kelolaan
4. PP menjelaskan tindakan keperawatan yang sudah dan belum dilakukan
5. PP menjelaskan hasil asuhan keperawatan
6. PP menjelaskan tindak lanjut yang harus dilakukan
7. Katim mengklarifikasi yang telah disampaikan oleh PP
8. Karu memimpin ronde/keliling ke pasien
9. Karu memimpin doa dan menutup acara
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan

Timbang terima adalah suatu tehnik untuk menyampaikan dan menrima suatu
informasi yang berkaitan dengan keadaan pasien. Timbang terima harus dilakukan
seefektif mungkin dengan menjelaskan secara singkat, jelas dan lengkap tentang
tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah atau belum dilakukan serta
perkembangan pasien pada saat itu.
Tujuannya menyampaikan masalah, kondisi, dan keadaan klien (data fokus),
menyampaikan hal-hal yang sudah atau belum dilakukan dalam asuhan keperawatan
kepada klien, menyampaikan hal-hal penting yang perlu segera ditindak lanjuti oleh
dinas berikutnya, menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya
Langkah-Langkah dalam timbang terima
1. Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap
2. Shift yang akan menyerahkan perlu menyiapkan hal-hal yang akan disampaikan
3. Perawat primer menyampaikan kepada perawat penanggung jawab shift
selanjutnya meliputi:
a) Kondisi atau keadaan pasien secara umum
b) Tindak lanjut untuk dinas menerima operan
c) Rencana kerja untuk dinas yang menerima laporan
4. Penyampaian timbang terima diatas harus dilakukan secara jelas dan tidak
terburu-buru
5. Perawat primer dan kedua anggota shift bersama-sama secara langsung
melihat keadaan pasien.
B. Saran
Semoga kedepannya dalam melakukan timbang terima dapat berjalan dengan lebih
maksimal dan lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Astuti, N. & N. (2019). Hubungan Penerapan Metode Tim Keperawatan Terhadap Kualitas
Dokumentasi Asuhan Keperawatan Di Ruang Asoka RSUD Ulin Banjarmasin. Borneo
Nursing Journal, 1(1), 61–75
Erita.2019.Buku Materi Pembelajaran Managemen Keperawatan. Jakarta. Universitas Kristen
Indonesia (diakses pada 26 April 2023 pukul 17.00
http://repository.uki.ac.id/2715/1/BUKUMATERIPEMBELAJARANMANAJEMEN
KEPERAWATAN.pdf )
Kundre, R. (2018). Hubungan Timbang Terima (Operan Shift) Dengan Kinerja Perawat
Pelaksana Di Ruang Rawat Inap Bangsal Rsu Gmim Pancaran Kasih Manado. Jurnal
Keperawatan, 6(1)
Nursalam. 2021. Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional.
Jakarta: Salemba Medika
Rostandi. 2020. Jurnal Gaya Kepemimpinan dan Manajemen Koflik Kepala Ruangan di
Instalasi Rindu A RSUP H. adam Malik Medan
Safrina, N., & Rahmah, S. (2020). 00Optimalisasi Pelaksanaan Serah Terima Pasien Antar
Shift Keperawatan Di Ruang Rawat Inap Dewasa Rumah Sakit: Pilot Study. Idea
Nursing Journal, 10(1), 37–43.
LAPORAN KEGIATAN HARIAN

STASE MANAJEMEN KEPERAWATAN


DI BANGSAL DAUN SIRIH RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

OLEH :

IFFAH NUR FADZILLAH


202214053

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH SURAKARTA
2023
LEMBAR KEGIATAN HARIAN PERAWAT PELAKSANA

NAMA : Iffah Nur Fadzillah Jumlah Perawat :4


RUANGAN : Bangsal Daun Sirih Jumlah Pasien. :7
TANGGAL : 15 Mei 2023

No. Jam Kegiatan Keterangan


1. 07.00 Melakukan operan jaga/timbang terima Dilakukan oleh perawat
shift malam dan pagi
2. 07.30 Melakukan operan keliling Dilakukan oleh perawat
shift malam dan pagi
3. 08.00 Mengikuti kegiatan pre-conference Dilakukan oleh Karu,
Katim, dan 2 perawat
pelaksana shift pagi
4. 08.25 Melakukan pengukuran EKG Dilakukan sesuai SOP
5. 08.30 Melakukan medikasi Dilakukan sesuai SOP
6. 09.30 Mengikuti. visite dokter Dilakukan oleh DPJP dan
Perawat
7. 10.15 Pengukuran gula darah sewaktu Dilakukan sesuai SOP
8. 10.25 Menerima pasien baru Dilakukan sesuai SOP
9. 12.00 Menulis laporan jaga Dilakukan oleh perawat
shift pagi
10 12.30 Melakukan pengukuran Tanda - Tanda Vital Dilakukan sesuai SOP
11. 13.00 Memberikan obat oral dan injeksi Dilakukan sesuai SOP
12. 13.06 Memberikan nebulizer Dilakukan sesuai SOP
13. 13.30 Mengikuti kegiatan post-conference Dilakukan oleh Karu,
Katim, dan 2 perawat
pelaksana shift pagi
14. 13.45 Melakukan operan jaga/timbang terima Dilakukan oleh perawat
shift pagi
15. 14.00 Operan keliling Dilakukan oleh perawat
shift pagi

Senin, 15 Mei 2023

Pembimbing Klinik
LEMBAR KEGIATAN HARIAN PERAWAT PELAKSANA

NAMA : Iffah Nur Fadzillah Jumlah Perawat :4


RUANGAN : Bangsal Daun Sirih Jumlah Pasien. :9
TANGGAL : 16 Mei 2023

No. Jam Kegiatan Keterangan


1. 07.00 Melakukan operan jaga/timbang terima Dilakukan oleh perawat
shift malam dan pagi
2. 07.30 Melakukan operan keliling Dilakukan oleh perawat
shift malam dan pagi
3. 08.00 Mengikuti kegiatan pre-conference Dilakukan oleh Karu,
Katim, dan 2 perawat
pelaksana shift pagi
4. 08.40 Verbeden Dilakukan sesuai SOP
5. 09.00 Mengantar pasien USG Dilakukan oleh perawat
pelaksana
6. 09.30 Mengikuti visite dokter Dilakukan oleh DPJP dan
Perawat
7. 10.30 Pemasangan O2 dengan nasal kanul Dilakukan sesuai SOP
8. 12.00 Menulis laporan jaga Dilakukan oleh perawat
shift pagi
9. 12.30 Melakukan pengukuran Tanda - Tanda Vital Dilakukan sesuai SOP
10. 13.00 Memberikan obat oral dan injeksi Dilakukan sesuai SOP
11. 13.10 Memberikan nebulizer Dilakukan sesuai SOP
12. 13.30 Mengikuti kegiatan post-conference Dilakukan oleh Karu,
Katim, dan 2 perawat
pelaksana shift pagi
13. 13.45 Melakukan operan jaga/timbang terima Dilakukan oleh perawat
shift pagi
14. 14.00 Operan keliling Dilakukan oleh perawat
shift pagi

Selasa, 16 Mei 2023

Pembimbing Klinik
LEMBAR KEGIATAN HARIAN PERAWAT PELAKSANA

NAMA : Iffah Nur Fadzillah Jumlah Perawat :3


RUANGAN : Bangsal Daun Sirih Jumlah Pasien. :8
TANGGAL : 17 Mei 2023

No. Jam Kegiatan Keterangan


1. 07.00 Melakukan operan jaga/timbang terima Dilakukan oleh perawat
shift malam dan pagi
2. 07.30 Melakukan operan keliling Dilakukan oleh perawat
shift malam dan pagi
3. 07.45 Memberikan injeksi obat Dilakukan oleh perawat
shift pagi
4. 08.00 Mengikuti kegiatan pre-conference Dilakukan oleh Karu,
Katim, dan 2 perawat
pelaksana shift pagi
5. 08.25 Melakukan pengukuran EKG Dilakukan sesuai SOP
6. 08.40 Verbedent Dilakukan sesuai SOP
7. 09.30 Mengikuti visite dokter Dilakukan oleh DPJP dan
Perawat
8. 10.15 Melakukan pengukuran gula darah sewaktu Dilakukan sesuai SOP
9. 10.25 Menerima pasien baru Dilakukan sesuai SOP
10 10.30 Melakukan pengukuran Tanda -Tanda Vital Dilakukan sesuai SOP
11. 12.00 Menulis laporan jaga Dilakukan oleh perawat
shift pagi
12. 13.30 Mengikuti kegiatan post-conference Dilakukan oleh Karu,
Katim, dan 2 perawat
pelaksana shift pagi
13. 13.45 Melakukan operan jaga/timbang terima Dilakukan oleh perawat
shift pagi
14. 14.00 Operan keliling Dilakukan oleh perawat
shift pagi

Rabu, 17 Mei 2023

Pembimbing Klinik
LEMBAR KEGIATAN HARIAN KEPALA RUANGAN

NAMA : Iffah Nur Fadzillah Jumlah Perawat :3


RUANGAN : Bangsal Daun Sirih Jumlah Pasien :3
TANGGAL : 18 Mei 2023

No. Jam Kegiatan Keterangan


1. 07.00 Melakukan operan keperawatan/timbang Dilakukan oleh perawat
terima shift malam dan pagi
2. 07.30 Melakukan operan keliling Dilakukan oleh perawat
shift malam dan pagi
3. 08.00 Melakukan pre-conference Dilakukan oleh Karu,
Katim, dan 2 perawat
pelaksana shift pagi
4. 08.15 Memberikan arahan terkait program/rencana Dilakukan oleh Karu,
kegiatan shift pagi Katim, dan 2 perawat
pelaksana shift pagi
5. 08.30 Memberikan arahan terkait dengan Dilakukan oleh Karu,
kepatuhan perawat terhadap SOP yang Katim, dan 2 perawat
berlaku pelaksana shift pagi
6. 08.45 Mereview kegiatan terkait dengan kejadian Dilakukan oleh Karu,
yang mengalami penurunan, misalnya Katim, dan 2 perawat
kepatuhan cuci tangan dan penggunaan pelaksana shift pagi
handscoon
7. 09.00 Melakukan pengawasan terhadap kinerja Dilakukan oleh Karu
perawat yang bertugas di shift pagi
8. 13.00 Mengecek kelengkapan pengisiaan less/RM Dilakukan oleh Karu
9. 13.30 Mengisi kekurangan less/RM Dilakukan oleh Karu
10. 13.45 Melakukan post-conference Dilakukan oleh perawat
shift pagi dan siang

Kamis, 18 Mei 2023

Pembimbing Klinik
LEMBAR KEGIATAN HARIAN KETUA TIM/PJ

NAMA : Iffah Nur Fadzillah Jumlah Perawat :3


RUANGAN : Bangsal Daun Sirih Jumlah Pasien. :5
TANGGAL : 19 Mei 2023

No. Jam Kegiatan Keterangan


1. 20.00 Mengikuti kegiatan operan/timbang terima Dilakukan oleh perawat
jaga malam dan pagi
2. 20.15 Mengikuti kegiatan pre-conference Dilakukan dengan karu,
katim, serta 2 perawat
pelaksana
3. 20.20 Memimpin rencana kegiatan yang akan dilakukan Dilakukan sesuai
dengan agenda kegiatan
yang akan dilakukan
4. 20.30 Membuat penugasan, supervise dan evaluasi Dilakukan sesuai
terhadap rencana kegiatan dan perawat pelaksana dengan pembagian
tugas masing-masing
5. 06.46 Melakukan pelaporan kepada karu terkait dengan Dilakukan pelaporan
kegiatan yang sudah terlaksana kegiatan yang sudah
terlaksana dan
menyampaikan kendala
apa saja yang dialami
6. 06.50 Melakukan kegiatan post-conference Dilakukan dengan karu,
katim, serta 2 perawat
pelaksana
7. 07.00 Melakukan operan/timbang terima Dilakukan oleh perawat
jaga pagi dan siang

Jum'at, 19 Mei 2023

Pembimbing Klinik
LEMBAR KEGIATAN HARIAN KETUA TIM/PJ

NAMA : Iffah Nur Fadzillah Jumlah Perawat :3


RUANGAN : Bangsal Daun Sirih Jumlah Pasien. :5
TANGGAL : 21 Mei 2023

No. Jam Kegiatan Keterangan


1. 07.00 Mengikuti kegiatan operan/timbang terima Dilakukan oleh perawat
jaga malam dan pagi
2. 07.30 Mengikuti kegiatan pre-conference Dilakukan dengan karu,
katim, serta 2 perawat
pelaksana
3. 08.00 Memimpin rencana kegiatan yang akan dilakukan Dilakukan sesuai
dengan agenda kegiatan
yang akan dilakukan
4. 08.30 Membuat penugasan, supervise dan evaluasi Dilakukan sesuai
terhadap rencana kegiatan dan perawat pelaksana dengan pembagian
tugas masing-masing
5. 12.30 Melakukan pelaporan kepada karu terkait dengan Dilakukan pelaporan
kegiatan yang sudah terlaksana kegiatan yang sudah
terlaksana dan
menyampaikan kendala
apa saja yang dialami
6. 13.45 Melakukan kegiatan post-conference Dilakukan dengan karu,
katim, serta 2 perawat
pelaksana
7. 14.00 Melakukan operan/timbang terima Dilakukan oleh perawat
jaga pagi dan siang

Jum'at, 19 Mei 2023

Pembimbing Klinik
LAPORAN BED SIDE TEACHING

DI BANGSAL DAUN SIRIH RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

STASE MANAJEMEN KEPERAWATAN

Disusun Oleh :

Iffah Nur Fadzillah

202214053

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH SURAKARTA
2022/2023
6 SASARAN KESELAMATAN PASIEN DI RUMAH SAKIT YANG PERLU DIKETAHUI

Sasaran Keselamatan Pasien atau biasa disebut SKP merupakan sistem pelayanan yang
wajib diberikan kepada pasien. Tujuannya, agar pasien aman dan nyaman selama menggunakan
jasa layanan kesehatan di rumah sakit. Dijelaskan, penerapan SKP ini dilakukan dengan
landasan Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Selain itu, juga
berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 11 Tahun 2017 tentang
Keselamatan Pasien.
Dalam ketentuan yang diatur dalam Permenkes tersebut, terdapat klausul yang
mengharuskan setiap rumah sakit menerapkan standar keselamatan pasien. Poin inilah yang
kemudian menjadi dasar bagi manajemen rumah sakit dalam menentukan sasaran keselamatan
pasien. Detail dan definisi sasaran ini penting guna mendorong peningkatan spesifik keselamatan
pasien.
Sasaran keselamatan pasien dimaksud mencakup 6 kriteria SKP, yaitu:
1. Kepatuhan Identifikasi Pasien.
Elemen penilaian SKP 1 meliputi :
• Pasien diidentifikasi menggunakan empat identitas yang mencakup nama lengkap,
tanggal lahir, nomor rekam medis dan nomor induk kependudukan (NIK).
• Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah atau produk darah.
• Pasien diidentifikasi sebelum pengambilan darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan
klinis.
• Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan tindakan.
• Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan identifikasi yang konsisten pada
semua situasi dan lokasi.
2. Peningkatan Komunikasi Efektif.
Dikatakan efektif, apabila pesan tersampaikan dan dipahami serta tidak terdapat
miskomunikasi pada saat melakukan perintah/tindakan.
Untuk mencapai SKP 2 ini, dibutuhkan tiga sasaran yang harus dipenuhi/lalui, yakni:
• Adanya konsultasi antara perawat dengan dokter.
• Bila nilai kritis keluar segera dilakukan tindakan.
• Timbang terima atau pertukaran shift.
3. Kewaspadaan Terhadap Obat High-Alert.
Ada 3 jenis obat berisiko tinggi yang pemberiannya tidak boleh terjadi kesalahan, karena
bisa berakibat fatal. Obat kategori high alert tersebut adalah:
• Obat untuk pasien jantung, anastesi, insulin dan obat berisiko tinggi lainnya.
• Obat dengan penamaan hampir sama dan rupa obat hampir sama, namun memiliki
kegunaan medis berbeda. Obat identik dengan manfaat medis berbeda ini jika salah
penggunaan pada pasien bisa berbahaya.
• Ketiga, elektrolit konsentrat pekat atau obat konsentrasi tinggi, maka pemberian obat
ini harus tepat dan benar untuk menghindari kejadian fatal ke pasien.
Bentuk pelaksanaan SKP 3 di antaranya, melakukan double check di lapangan yang
melibatkan beberapa orang untuk menghindari kesalahan. Double check ini meliputi 5
benar, yakni benar obat, benar pasien, benar dosis, benar cara dan benar waktu pemberian.
4. Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur dan tepat pasien operasi.
Maksudnya, setiap pasien yang akan mengalami tindakan pembedahan dipastikan
harus sesuai dengan hal-hal diatas. Dan untuk mencapai hal tersebut, praktik yang
dilakukan di lapangan mencakup pemberian tanda yang telah disepakati saat praoperasi
dan semua dokumen serta peralatan yang digunakan tersedia, tepat dan fungsional.
Cara lain yang dilakukan, tim operasi lengkap menerapkan dan mencatat prosedur
sebelum insisi/time out tepat sebelum dilakukan tindakan. Pada saat tindakan
pembedahan dilakukan ceklist ulang, biasanya dilakukan oleh dokter operator, dokter
anastesi, perawat sekuler dan pihak yang terlibat pembedahan saling bekerja sama untuk
menghindari kesalahan.
5. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan.
Penerapannya adalah dengan melakukan hand hygiene yang efektif dengan enam langkah
cuci tangan yang baik dan benar.
6. Pengurangan Risiko Pasien Jatuh.
Hal yang dilakukan meliputi skrining dan kajian awal seperti melihat risiko jatuh kategori
sedang atau tinggi.

Dalam pengukuran hal ini juga menggunakan skala yang telah ditetapkan. Kemudian,
petugas medis akan memberikan tanda sesuai yang telah disepakati untuk kemudian dilakukan
Komunikasi Informasi Efektif (KIE).
Dengan adanya enam sasaran keselamatan pasien ini tentu harus melibatkan tenaga
profesional asuhan di rumah sakit agar aman untuk pasien. “Jadi, selain rumah sakit harus
menerapkan enam SKP maka pasien juga harus tahu hal dan kewajibannya agar
tercapai goal standar pelayanan yang aman untuk pasien,” pungkasnya. (HUMAS/KAR)

Anda mungkin juga menyukai