IFFAH Digabungkan
IFFAH Digabungkan
Disusun Oleh:
202214053
2023
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Timbang terima adalah suatu cara dalam menyampaikan sesuatu (laporan) yang
berkaitan dengan keadaan klien. Handover adalah waktu dimana terjadi perpindahan
atau transfer tanggungjawab tentang pasien dari perawat yang satu ke perawat yang
lain. Tujuan dari handover adalah menyediakan waktu, informasi yang akurat tentang
rencana perawatan pasien, terapi, kondisi terbaru, dan perubahan yang akan terjadi dan
antisipasinyaTimbang terima merupakan teknik yang digunakan untukmenyampaikan
dan menerima laporan sehubungan dengan keadaan klien dilakukan antar perawat
dengan perawat maupun antara perawat dengan klien secara akurat serta lebih nyata,
dilakukan harus bersifat jelas, singkat dan lengkap (Kundre, 2018)
Timbang terima adalah suatu tehnik untuk menyampaikan dan menrima suatu
informasi yang berkaitan dengan keadaan pasien. Timbang terima harus dilakukan
seefektif mungkin dengan menjelaskan secara singkat, jelas dan lengkap tentang
tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah atau belum dilakukan serta
perkembangan pasien pada saat itu. Informasi yang disampaikan harus akurat sehingga
9 kesinambungan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan sempurna (Kundre, 2018)
B. Tujuan Timbang Terima
Menurut Erita (2019) tujuan dilakukan timbang terima ialah sebagai berikut :
1. Menyampaikan masalah, kondisi, dan keadaan klien (data fokus)
2. Menyampaikan hal-hal yang sudah atau belum dilakukan dalam asuhan
keperawatan kepada klien
3. Menyampaikan hal-hal penting yang perlu segera ditindak lanjuti oleh dinas
berikutnya
4. Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya
Timbang terima (handover) memiliki tujuan untuk mengakurasi, mereliabilisasi
komunikasi tentang tugas perpindahan informasi yang relevan yang digunakan untuk
kesinambungan dalam keselamatan dan keefektifan dalam bekerja.
Timbang terima (handover) memiliki 2 fungsi utama yaitu:
1. Sebagai forum diskusi untuk bertukar pendapat dan mengekspresikan perasaan
perawat.
2. Sebagai sumber informasi yang akan menjadi dasar dalam penetapan keputusan
dan tindakan keperawatan.
C. Langkah-langkah dalam Timbang Terima
Menurut Erita (2019) langkah-langkah dalam melakukan timbang terima ialah
sebagai berikut :
1. Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap
2. Shift yang akan menyerahkan perlu menyiapkan hal-hal yang akan disampaikan
3. Perawat primer menyampaikan kepada perawat penanggung jawab shift
selanjutnya meliputi:
a) Kondisi atau keadaan pasien secara umum
b) Tindak lanjut untuk dinas menerima operan
c) Rencana kerja untuk dinas yang menerima laporan
4. Penyampaian timbang terima diatas harus dilakukan secara jelas dan tidak
terburu-buru
5. Perawat primer dan kedua anggota shift bersama-sama secara langsung melihat
keadaan pasien.
D. Prosedur dalam Timbang Terima
Menurut Erita (2019) prosedur dalam melakukan timbang terima ialah sebagai
berikut :
1. Persiapan
2. Pelaksanaan dalam penerapannya, dilakukan timbang terima kepada masing-
masing penanggung jawab:
a) Timbang terima dilaksanakan setiap pergantian shift atau operan.
b) Dari nurse station perawat berdiskusi untuk melaksanakan timbang terima
dengan mengkaji secara komprehensif yang berkaitan tentang masalah
keperawatan klien, rencana tindakan yang sudah dan belum dilaksanakan serta
hal-hal penting lainnya yang perlu dilimpahkan.
c) Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang lengkap
sebaiknya dicatat secara khusus untuk kemudian diserahterimakan kepada
perawat yang berikutnya.
d) Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat timbang terima adalah :
1) Identitas klien dan diagnosa medis.
2) Masalah keperawatan yang kemungkinan masih muncul.
3) Tindakan keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan.
4) Intervensi kolaborasi dan dependen.
5) Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan
selanjutnya, misalnya operasi, pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan
penunjang lainnya, persiapan untuk konsultasi atau prosedur lainnya yangtidak
dilaksanakan secara rutin.
e) Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan klarifikasi, tanya
jawab dan melakukan validasi terhadap hal-hal yang kurang jelas, penyampaian
pada saat timbang terima secara singkat dan jelas
f) Lama timbang terima untuk setiap klien tidak lebih dari 5 menit kecuali pada
kondisi khusus dan memerlukan penjelasan yang lengkap dan rinci.
g) Pelaporan untuk timbang terima dituliskan secara langsung pada buku laporan
ruangan oleh perawat
E. Metode dalam Timbang Terima
Menurut Safrina dan Rahmah (2020) terdapat beberapa metode dalam timbang
terima, antara lain ialah sebagai berikut :
1. Timbang terima dengan metode tradisional
a) Dilakukan hanya di meja perawat.
b) Menggunakan satu arah komunikasi sehingga tidak memungkinkan munculnya
pertanyaan atau diskusi.
c) Jika ada pengecekan ke pasien hanya sekedar memastikan kondisi secara
umum.
d) Tidak ada kontribusi atau feedback dari pasien dan keluarga, sehingga proses
informasi dibutuhkan oleh pasien terkait status kesehatannya tidak up to date.
2. Timbang terima dengan metode bedside handover
Handover yang dilakukan sekarang sudah menggunakan model bedside
handover yaitu handover yang dilakukan di samping tempat tidur pasien dengan
melibatkan pasien atau keluarga pasien secara langsung untuk mendapatkan
feedback. Secara umum materi yang disampaikan dalam proses operan jaga baik
secara tradisional maupun bedside handover tidak jauh berbeda, hanya pada
handover memiliki beberapa kelebihan diantaranya:
a) Meningkatkan keterlibatan pasien dalam mengambil keputusan terkait kondisi
penyakitnya secara up to date.
b) Meningkatkan hubungan caring dan komunikasi antara pasien dengan perawat.
c) Mengurangi waktu untuk melakukan klarifikasi ulang pada kondisi pasien secara
khusus.
Bedside handover juga tetap memperhatikan aspek tentang kerahasiaan pasien
jika ada informasi yang harus ditunda terkait adanya komplikasi penyakit atau
persepsi medis yang lain. Timbang terima memiliki beberapa metode pelaksanaan
diantaranya:
a) Menggunakan Tape recorder
Melakukan perekaman data tentang pasien kemudian diperdengarkan kembali
saat perawat jaga selanjutnya telah datang. Metode itu berupa one way
communication.
b) Menggunakan komunikasi Oral atau spoken
Melakukan pertukaran informasi dengan berdiskusi.
c) Menggunakan komunikasi tertulis –written
Melakukan pertukaran informasi dengan melihat pada medical record saja atau
media tertulis lain. (Erita, 2019).
3. Timbang terima dengan metode tim
Menurut Astuti (2019) metode ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota
yang berbedabeda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok
pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2-3 tim/grup yang terdiri atas tenaga
profesional, teknikal, dan pembantu dalam satu kelompok kecil yang saling
membantu. Metode tim merupakan pengorganisasian pelayanan keperawatan oleh
sekelompok perawat memberikan asuhan keperawatan pada sekelompok klien
Tujuan metode tim dalam asuhan keperawatan adalah untuk memberikan
asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan objektif pasien sehingga pasien
merasa puas dan selain itu juga metode tim dapat meningkatkan kerjasama dan
koordinasi perawat dalam melaksanakan tugas, memungkinkan adanya transfer of
knowledge dan transfer of experience diantara perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan dan meningkatkan pengetahuan serta keterampilan dan motivasi
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan.
F. Faktor-Faktor dalam Timbang Terima
Menurut Safrina dan Rahmah (2020) faktor-faktor dalam timbang terima antara
lain sebagai berikut :
1. Komunikasi yang objective antar sesama petugas kesehatan.
2. Pemahaman dalam penggunaan terminology keperawatan.
3. Kemampuan menginterpretasi medical record.
4. Kemampuan mengobservasi dan menganalisa pasien.
5. Pemahaman tentang prosedur klinik.
G. Efek Timbang Terima dalam Shift Jaga
Menurut Safrina dan Rahmah (2020) timbang terima atau operan jaga memiliki
efek-efek yang sangat mempengaruhi diri seorang perawat sebagai pemberi layanan
kepada pasien. Efek-efek dari shift kerja atau operan adalah sebagai berikut :
1) Efek Fisiologi
Kualitas tidur termasuk tidur siang tidak seefektif tidur malam, banyak gangguan
dan biasanya diperlukan waktu istirahat untuk menebus kurang tidur selama kerja
malam. Menurunnya kapasitas fisik kerja akibat 13 timbulnya perasaan mengantuk
dan lelah. Menurunnya nafsu makan dan gangguan pencernaan.
2) Efek Psikososial
Efek ini berpengeruh adanya gangguan kehidupan keluarga, efek fisiologis
hilangnya waktu luang, kecil kesempatan untuk berinteraksi dengan teman, dan
mengganggu aktivitas kelompok dalam masyarakat.
3) Efek Kinerja
Kinerja menurun selama kerja shift malam yang diakibatkan oleh efek fisiologis
dan efek psikososial. Menurunnya kinerja dapat mengakibatkan kemampuan
mental menurun yang berpengaruh terhadap perilaku kewaspadaan pekerjaan
seperti kualitas kendali dan pemantauan.
4) Efek Terhadap Kesehatan
Shift kerja menyebabkan gangguan gastrointestinal, masalah ini cenderung terjadi
pada usia 40-50 tahun. Shift kerja juga dapat menjadi masalah terhadap
keseimbangan kadar gula dalam darah bagi penderita diabetes.
5) Efek Terhadap Keselamatan
Kerja Survei pengaruh shift kerja terhadap kesehatan dan keselamatan kerja
melaporkan bahwa frekuensi kecelakaan paling tinggi terjadi pada akhir rotasi shift
kerja (malam) dengan rata-rata jumlah kecelakaan 0,69 % per tenaga kerja.
Tetapi tidak semua penelitian menyebutkan bahwa kenaikan tingkat kecelakaan
industri terjadi pada shift malam. Terdapat suatu kenyataan bahwa kecelakaan
cenderung banyak terjadi selama shift pagi dan lebih banyak terjadi pada shift
malam.
H. Dokumentasi dalam Timbang Terima
Menurut Erita (2019) dokumentasi adalah salah satu alat yang sering digunakan
dalam komunikasi keperawatan. Hal ini digunakan untuk memvalidasi asuhan
keperawatan, sarana komunikasi antar tim kesehatan, dan merupakan dokumen pasien
dalam pemberian asuhan keperawatan. Ketrampilan dokumentasi yang efektif
memungkinkan perawat untuk mengkomunikasikan kepada tenaga kesehatan lainnya
dan menjelaskan apa yang sudah, sedang, dan akan dikerjakan oleh perawat. Yang perlu
di dokumentasikan dalam timbang terima antara lain:
1. Identitas pasien.
2. Diagnosa medis pesien.
3. Dokter yang menangani.
4. Kondisi umum pasien saat ini.
5. Masalah keperawatan.
6. Intervensi yang sudah dilakukan.
7. Intervensi yang belum dilakukan.
8. Tindakan kolaborasi.
9. Rencana umum dan persiapan lain.
10. Tanda tangan dan nama terang
I. Hal- Hal yang Perlu Diperhatikan
Menurut Safrina dan Rahmah (2020) hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
pelaksanaan timbang terima ialah :
1. Dilaksanakan tepat pada saat pergantian shift.
2. Dipimpin oleh kepala ruangan atau penanggung jawab atau penanggung
3. Diikuti oleh semua perawat yang telah dan yang akan dinas
4. Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat, sistematis, dan
menggambarkan kondisi pasien saat ini serta menjaga kerahasiaan pasien.
5. Timbang terima harus berorientasi pada permasalahan pasien.
6. Pada saat timbang terima di kamar pasien, menggunakan volume yang cukup
sehingga pasien di sebelahnya tidak mendengar sesuatu yang rahasia bagi klien.
Sesuatu yang dianggap rahasia sebaiknya tidak dibicarakan secara langsung di
dekat klien.
7. Sesuatu yang mungkin membuat pasien terkejut dan shock sebaiknya dibicarakan
di nurse station
J. Evaluasi dalam Timbang Terima
Menurut Erita (2019) evaluasi dalam timbang terima ialah sebagai berikut :
1. Evaluasi Struktur
Pada timbang terima, sarana dan prasarana yang menunjang telah tersedia antara
lain : Catatan timbang terima, status klien dan kelompok shift timbang terima.
Kepala ruangan memimpin kegiatan timbang terima yang dilaksanakan pada
pergantian shift yaitu pagi ke sore. Sedangkan kegiatan timbang terima pada shift
sore ke malam dipimpin oleh perawat primer.
2. Evaluasi Proses
Proses timbang terima dipimpin oleh kepala ruangan dan dilaksanakan oleh seluruh
perawat yang bertugas maupun yang akan mengganti shift. Perawat primer malam
menyerahkan ke perawat primer berikutnya yang akan mengganti shift. Timbang
terima pertama dilakukan di nurse stationkemudian ke bed pasien dan kembali lagi
ke nurse station. Isi timbang terima mencakup jumlah klien, masalah keperawatan,
intervensi yang sudah dilakukan dan yang belum dilakukan serta pesan khusus bila
ada. Setiap klien dilakukan timbang terima tidak lebih dari 5 menit saat klarifikasi
ke klien.
3. Evaluasi Hasil
Timbang terima dapat dilaksanakan setiap pergantian shift. Setiap perawat dapat
mengetahui perkembangan klien. Komunikasi antar perawat berjalan dengan baik
BAB III
PERENCANAAN
A. Sasaran
Kepala Ruangan
Ketua Tim
Perawat pelaksana
Pembagian peran :
a. Dinas Pagi
Kepala ruang : Resti
Ketua tim : Santi
Perawat pelaksana : Ivan, Ifah
b. Dinas Siang
Ketua tim : Elma
Perawat pelaksana : Isna, Iiq
E. Proses Pelaksanaan
Proses pelaksanaan timbang terima antara lain sebagai berikut :
1. Karu membuka acara dengan salam
2. Karu mempersilahkan katim untuk menjelaskan jumlah pasien kelolaan termasuk
pasien baru
3. Katim mempersilahkan PP menjelaskan secara lebih detail identitas pasien,
diagnosa medis dan maslaah keperawatan yang muncul pada setiap kelolaan
4. PP menjelaskan tindakan keperawatan yang sudah dan belum dilakukan
5. PP menjelaskan hasil asuhan keperawatan
6. PP menjelaskan tindak lanjut yang harus dilakukan
7. Katim mengklarifikasi yang telah disampaikan oleh PP
8. Karu memimpin ronde/keliling ke pasien
9. Karu memimpin doa dan menutup acara
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Timbang terima adalah suatu tehnik untuk menyampaikan dan menrima suatu
informasi yang berkaitan dengan keadaan pasien. Timbang terima harus dilakukan
seefektif mungkin dengan menjelaskan secara singkat, jelas dan lengkap tentang
tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah atau belum dilakukan serta
perkembangan pasien pada saat itu.
Tujuannya menyampaikan masalah, kondisi, dan keadaan klien (data fokus),
menyampaikan hal-hal yang sudah atau belum dilakukan dalam asuhan keperawatan
kepada klien, menyampaikan hal-hal penting yang perlu segera ditindak lanjuti oleh
dinas berikutnya, menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya
Langkah-Langkah dalam timbang terima
1. Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap
2. Shift yang akan menyerahkan perlu menyiapkan hal-hal yang akan disampaikan
3. Perawat primer menyampaikan kepada perawat penanggung jawab shift
selanjutnya meliputi:
a) Kondisi atau keadaan pasien secara umum
b) Tindak lanjut untuk dinas menerima operan
c) Rencana kerja untuk dinas yang menerima laporan
4. Penyampaian timbang terima diatas harus dilakukan secara jelas dan tidak
terburu-buru
5. Perawat primer dan kedua anggota shift bersama-sama secara langsung
melihat keadaan pasien.
B. Saran
Semoga kedepannya dalam melakukan timbang terima dapat berjalan dengan lebih
maksimal dan lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, N. & N. (2019). Hubungan Penerapan Metode Tim Keperawatan Terhadap Kualitas
Dokumentasi Asuhan Keperawatan Di Ruang Asoka RSUD Ulin Banjarmasin. Borneo
Nursing Journal, 1(1), 61–75
Erita.2019.Buku Materi Pembelajaran Managemen Keperawatan. Jakarta. Universitas Kristen
Indonesia (diakses pada 26 April 2023 pukul 17.00
http://repository.uki.ac.id/2715/1/BUKUMATERIPEMBELAJARANMANAJEMEN
KEPERAWATAN.pdf )
Kundre, R. (2018). Hubungan Timbang Terima (Operan Shift) Dengan Kinerja Perawat
Pelaksana Di Ruang Rawat Inap Bangsal Rsu Gmim Pancaran Kasih Manado. Jurnal
Keperawatan, 6(1)
Nursalam. 2021. Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional.
Jakarta: Salemba Medika
Rostandi. 2020. Jurnal Gaya Kepemimpinan dan Manajemen Koflik Kepala Ruangan di
Instalasi Rindu A RSUP H. adam Malik Medan
Safrina, N., & Rahmah, S. (2020). 00Optimalisasi Pelaksanaan Serah Terima Pasien Antar
Shift Keperawatan Di Ruang Rawat Inap Dewasa Rumah Sakit: Pilot Study. Idea
Nursing Journal, 10(1), 37–43.
LAPORAN KEGIATAN HARIAN
OLEH :
Pembimbing Klinik
LEMBAR KEGIATAN HARIAN PERAWAT PELAKSANA
Pembimbing Klinik
LEMBAR KEGIATAN HARIAN PERAWAT PELAKSANA
Pembimbing Klinik
LEMBAR KEGIATAN HARIAN KEPALA RUANGAN
Pembimbing Klinik
LEMBAR KEGIATAN HARIAN KETUA TIM/PJ
Pembimbing Klinik
LEMBAR KEGIATAN HARIAN KETUA TIM/PJ
Pembimbing Klinik
LAPORAN BED SIDE TEACHING
Disusun Oleh :
202214053
Sasaran Keselamatan Pasien atau biasa disebut SKP merupakan sistem pelayanan yang
wajib diberikan kepada pasien. Tujuannya, agar pasien aman dan nyaman selama menggunakan
jasa layanan kesehatan di rumah sakit. Dijelaskan, penerapan SKP ini dilakukan dengan
landasan Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Selain itu, juga
berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 11 Tahun 2017 tentang
Keselamatan Pasien.
Dalam ketentuan yang diatur dalam Permenkes tersebut, terdapat klausul yang
mengharuskan setiap rumah sakit menerapkan standar keselamatan pasien. Poin inilah yang
kemudian menjadi dasar bagi manajemen rumah sakit dalam menentukan sasaran keselamatan
pasien. Detail dan definisi sasaran ini penting guna mendorong peningkatan spesifik keselamatan
pasien.
Sasaran keselamatan pasien dimaksud mencakup 6 kriteria SKP, yaitu:
1. Kepatuhan Identifikasi Pasien.
Elemen penilaian SKP 1 meliputi :
• Pasien diidentifikasi menggunakan empat identitas yang mencakup nama lengkap,
tanggal lahir, nomor rekam medis dan nomor induk kependudukan (NIK).
• Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah atau produk darah.
• Pasien diidentifikasi sebelum pengambilan darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan
klinis.
• Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan tindakan.
• Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan identifikasi yang konsisten pada
semua situasi dan lokasi.
2. Peningkatan Komunikasi Efektif.
Dikatakan efektif, apabila pesan tersampaikan dan dipahami serta tidak terdapat
miskomunikasi pada saat melakukan perintah/tindakan.
Untuk mencapai SKP 2 ini, dibutuhkan tiga sasaran yang harus dipenuhi/lalui, yakni:
• Adanya konsultasi antara perawat dengan dokter.
• Bila nilai kritis keluar segera dilakukan tindakan.
• Timbang terima atau pertukaran shift.
3. Kewaspadaan Terhadap Obat High-Alert.
Ada 3 jenis obat berisiko tinggi yang pemberiannya tidak boleh terjadi kesalahan, karena
bisa berakibat fatal. Obat kategori high alert tersebut adalah:
• Obat untuk pasien jantung, anastesi, insulin dan obat berisiko tinggi lainnya.
• Obat dengan penamaan hampir sama dan rupa obat hampir sama, namun memiliki
kegunaan medis berbeda. Obat identik dengan manfaat medis berbeda ini jika salah
penggunaan pada pasien bisa berbahaya.
• Ketiga, elektrolit konsentrat pekat atau obat konsentrasi tinggi, maka pemberian obat
ini harus tepat dan benar untuk menghindari kejadian fatal ke pasien.
Bentuk pelaksanaan SKP 3 di antaranya, melakukan double check di lapangan yang
melibatkan beberapa orang untuk menghindari kesalahan. Double check ini meliputi 5
benar, yakni benar obat, benar pasien, benar dosis, benar cara dan benar waktu pemberian.
4. Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur dan tepat pasien operasi.
Maksudnya, setiap pasien yang akan mengalami tindakan pembedahan dipastikan
harus sesuai dengan hal-hal diatas. Dan untuk mencapai hal tersebut, praktik yang
dilakukan di lapangan mencakup pemberian tanda yang telah disepakati saat praoperasi
dan semua dokumen serta peralatan yang digunakan tersedia, tepat dan fungsional.
Cara lain yang dilakukan, tim operasi lengkap menerapkan dan mencatat prosedur
sebelum insisi/time out tepat sebelum dilakukan tindakan. Pada saat tindakan
pembedahan dilakukan ceklist ulang, biasanya dilakukan oleh dokter operator, dokter
anastesi, perawat sekuler dan pihak yang terlibat pembedahan saling bekerja sama untuk
menghindari kesalahan.
5. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan.
Penerapannya adalah dengan melakukan hand hygiene yang efektif dengan enam langkah
cuci tangan yang baik dan benar.
6. Pengurangan Risiko Pasien Jatuh.
Hal yang dilakukan meliputi skrining dan kajian awal seperti melihat risiko jatuh kategori
sedang atau tinggi.
Dalam pengukuran hal ini juga menggunakan skala yang telah ditetapkan. Kemudian,
petugas medis akan memberikan tanda sesuai yang telah disepakati untuk kemudian dilakukan
Komunikasi Informasi Efektif (KIE).
Dengan adanya enam sasaran keselamatan pasien ini tentu harus melibatkan tenaga
profesional asuhan di rumah sakit agar aman untuk pasien. “Jadi, selain rumah sakit harus
menerapkan enam SKP maka pasien juga harus tahu hal dan kewajibannya agar
tercapai goal standar pelayanan yang aman untuk pasien,” pungkasnya. (HUMAS/KAR)