Anda di halaman 1dari 10

Jurnal

Manajemen Kesehatan Indonesia

Volume 03 No. 01 April 2015

Evaluasi Pelaksanaan Pencatatan dan Pelaporan Pelayanan Kia oleh Bidan di


Puskesmas Kabupaten Nabire, Provinsi Papua (Studi Kasus di Puskesmas
Distrik Nabire)

Evaluation on the Implementation of Maternal and Child Health Service


Reporting by Coordinator Midwives at Primary Healthcare Centers in Nabire
District, Papua Province

Yokbeth Kareth*, Cahya Tri Purnami**, Ayun Sriatmi**


*Alumni Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro, ** Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Universitas Diponegoro, Semarang

ABSTRAK
Pencatatan data pelayanan KIA di Dinas Kesehatan Kabupaten nabire tidak lengkap karena data
dari pusu tidak masuk tepat waktu. Disisi lain, hasil PWS digunakan untuk perencanaan program
KIA dalam rangkan penurunan AKI. Tujuan penelitian adalah menjelaskan pelaksanaan
pencatatan data pelayanan KIA dan pelaporannya oleh Bidan Koordinator di puskesmas Distrik
Nabire. Penelitian menggunakan metode kualitatif. Informan utama bidan koordinator dan
informan triangulasi bidan desa, kepala puskesmas dan Kasie KIA DKK. Pengumpulan data
dengan wawancara mendalam dan dianalisis dengan content analysis. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa puskesmas yang pencatatan & pelaporan KIA baik, bidan koordinatornya
melakukan pencatatan lengkap dan mengumpulkan tepat waktu setiap tanggal 10 ke DKK. Bidan
telah mendapat pelatihan khusus tentang pencatatan & pelaporan KIA. Pada puskesmas yang
pencatatan & pelaporan KIA kurang baik, bikor tidak mengisi kolom-kolom isian format secara
lengkap dan tidak mengerti cara mengisi format isian yang sering berubah. Bidan belum
mendapat pelatihan khusus. Keberhasilan dalam kelengkapan pencatatan & ketepatan pelaporan
dipengaruhi oleh kelengkapan dan ketepatan pelaporan bidan pustu ke puskesmas.
Keterlambatan disebabkan oleh jarak dan akses geografis yang sulit terjangkau serta beban kerja
yang berat. Semua bikor mempunyai sikap dan motivasi baik. Supervisi Kepala Puskesmas yang
pencatatan & pelaporan KIAnya baik dilakukan sebulan sekali dan yang kurang baik 3 bulan
sekali. Supervisi DKK ke puskesmas yang baik 3 bulan sekali dan puskesmas yang kurang baik
6 bulan sekali. Disarankan agar DKK mengalokasikan anggaran untuk pelatihan khusus
pencatatan & pelaporan KIA bagi bikor yang belum dilatih serta mengusahakan melengkapi
sarana prasarana terutama di puskesmas dengan akses yang sulit.
Kata kunci : Pencatatan dan Pelaporan, Kesehatan Ibu dan Anak, Bidan Koordinator,
Puskesmas. (1980 ± 2011)

ABSTRACT
Recording of KIA (maternal and children health) data in Nabire district health office (DKK) was
not complete because data from primary healthcare centers (puskesmas) did not arrive at DKK
Nabire on time. On the other side, results of PWS (local monitoring area) were used for KIA
program planning in order to reduce AKI (maternal mortality rate). Objective of this study was
to explain the implementation of recording and reporting KIA service data by coordinator
midwives in puskesmas of Nabire district. This was a qualitative study. Main informant was
coordinator midwives, and triangulation informants were village midwives, heads of puskesmas,
34
and heads of KIA section of DKK. Data were collected through in depth interview. Content
analysis method was applied in the data analysis.Results of the study showed that in the
puskesmas with good KIA recording and reporting, coordinator midwives did complete
recording and reporting and submit them on time, every 10th day of the month, to the district
health office; midwives had received special training regarding KIA recording and reporting. In
the puskesmas with inadequate KIA reporting and recording, coordinator midwives did not fill
the provided coulombs in the forms completely, and they did not know how to fill the forms that
were changed frequently; midwives had not received special training. Successfulness in
completion of recording and reporting punctuality was influenced by completeness and
punctuality of reporting by midwives in the subsidiary primary healthcare center to the main
primary healthcare center. The delay was caused by distance and difficult geographical
accessibility, and heavy workload. All coordinator midwives had good attitude and motivation.
Supervision by head of puskesmas with good KIA recording and reporting was done every
month, and for the puskesmas with inadequate KIA recording and reporting was done every 3
months. Supervision by DKK to puskesmas with good KIA recording and reporting was done
every 3 months, and to puskesmas with inadequate KIA recording and reporting was done every
6 months.Suggestions for DKK are to allocate budget for special training in KIA recording and
reporting for coordinator midwives who have not received training, and to complete facilities
especially in puskesmas with difficult accessibility.
Keywords : Recording and reporting, maternal and child health, coordinator midwives,
puskesmas (1980-2011)

PENDAHULUAN Puskesmas yang dilakukan oleh para bidan


Pencapaian program KIA dapat dilihat yang memberikan pelayanan di bawah
dari Laporan Pemantauan Wilayah Setempat koordinasi Bidan Koordinator. Hal ini sesuai
(PWS) KIA yang pencatatannya dilakukan dengan salah satu kualifikasi Bidan
perbulan. Laporan pencatatan bulanan ini Koordinator adalah mampu dan terampil
merupakan hal yang sangat penting, karena dalam pelaksanaan pelayanan klinis profesi
hasil laporan ini dapat dijadikan tolok ukur bidan dan manajemen kegiatan pelayanan
dalam menilai pengendalian masalah KIA.5
kesehatan di seluruh wilayah kabupaten atau Pengumpulan dan pengolahan data
kota.2 merupakan kegiatan pokok dari PWS-KIA.
Berdasarkan laporan PWS - KIA Data yang dicatat oleh bidan per desa atau
diketahui bahwa sejak tahun 2008 sampai kelurahan kemudian dilaporkan sesuai dengan
tahun 2010, cakupan 6 indikator PWS KIA di jenjang administrasi ke Puskesmas untuk
Kabupaten Nabire hampir secara keseluruhan diolah oleh Bidan Koordinator Puskesmas.
belum mencapai target provinsi Papua. Hanya Sumber data tersebut meliputi data sasaran dan
ada beberapa Puskesmas saja yang dapat data pelayanan. Data sasaran meliputi data ibu
memenuhi indikator cakupan KIA, itupun hamil, ibu bersalin, ibu nifas, bayi, anak balita
tidak semua indikator dapat terpenuhi. Data dan KB pasca salin, sedangkan data pelayanan
pada tahun 2008 menunjukkan ada 2 diperoleh dari kohort Ibu, kohort bayi, kohort
Puskesmas telah berhasil mencapai 3 target anak balita, kohort KB, dan buku KIA. Selain
indikator dari 6 indikator cakupan PWS-KIA, itu data sasaran juga dapat diperoleh dari
namun pada tahun 2009 hanya tersisa 1 fasilitas pelayanan lainnya yang berada di
Puskesmas saja yang berhasil mencapai 3 dari wilayah kerja bidan.8.
6 indikator tersebut. Sementara itu pada tahun Berdasarkan hasil studi pendahuluan,
2010, hanya 2 puskesmas saja yang mampu pelaksanaan pencatatan data pelayanan KIA
mencapai 4 indikator target KIA yang ada. dan ketepatan waktu pelaporan oleh Bidan
Angka-angka cakupan indikator tersebut dapat Koordinator selama ini masih kurang. Bidan
diketahui berdasarkan hasil pencatatan dan belum memiliki komitmen terhadap tugas dan
pelaporan pelayanan KIA di tiap-tiap fungsinya, yaitu mampu dan terampil dalam

35
melaksanakan manajemen pelayanan KIA. bahwa Bikor yang menyatakan ungkapan
Bidan juga mengalami keterbatasan fasilitas tersebut, semuanya berasal dari puskesmas
dan sarana prasarana KIA, seperti register, yang pelaksanaan kegiatan pencatatan dan
format laporan, Buku KIA, komputer, pelaporan KIA sudah baik. Sedangkan pada
kalkulator, alat tulis kantor (ATK) serta biaya Bikor dari puskesmas yang pelaksanaan
pengiriman laporan. kegiatan pencatatan & pelaporan KIA
Tujuan penelitian menjelaskan kurang baik, semua Bikornya (2 orang)
pelaksanaan kelengkapan pencatatan data menyatakan pengisian dan pencatatannya
pelayanan KIA sesuai format isian dalam tidak lengkap. Alasan ketidaklengkapan ini
laporan kohort ibu-anak dan ketepatan waktu karena format laporan yang seringkali
pelaporan oleh Bidan Koordinator di berubah sehingga mereka tidak memahami
Puskesmas Kabupaten Nabire yang dilihat dengan baik. Beberapa ungkapan yang
berdasarkan pengetahuan, sikap dan motivasi disampaikan terlihat pada Kotak 1.
Bidan Koordinator dalam pencatatan /
pelaporan KIA serta supervisi yang dilakukan Kotak 1
Kepala Puskesmas dan Dinas Kesehatan ³6XGDK GLFDWDW OHQJNDS GDODP UHJLVWHU
Kabupaten Nabire. kohort ibu dan anak, serta mengisi format
laporan serta ada cap dan tanda tangan
METODE PENELITIAN NHSDOD SXVNHVPDV ³ ,8
³%HOXP GLFDWDW VHFDUD OHQJNDS GDODP
Penelitian menggunakan rancangan
register kohort ibu dan anak serta format
kualitatif yang disajikan secara deskriptif laporan sebab masih ada yang belum
melalui wawancara mendalam dan telaah dipaham karena format laporan mengalami
pustaka. Penelitian dilaksanakan pada 5 SHUXEDKDQ ODJL«´ ,8
Puskesmas di Distrik Nabire, yaitu Pusk
Nabire Kota, Pusk Karang Mulia, Pusk Karang Kelengkapan pengisian data dalam
Tumaritis, Pusk Siriwini & Pusk Bumi laporan kohort ibu dan anak yang dilakukan
Wonorejo. Informan utama semua Bidan oleh Bikor dipengaruhi oleh proses
Koordinator (5 orang) dengan ketentuan 3 pencatatan dan pelaporan yang dilakukan
orang dari puskesmas yang pencatatan & oleh bidan pustu, karena pada dasarnya
pelaporan KIA baik dan 2 orang dari tugas dan fungsi bikor hanyalah menyusun
puskesmas dengan pencatatan & pelaporan rangkuman, validasi dan rekapitulasi
KIA kurang baik. Informan triangulasi adalah laporan dari seluruh bidan pustu yang ada
Bidan Pustu, Kepala Puskesmas, Kasi Kesga di bawah koordinasinya. Bila pencatatan
DKK Nabire. Selanjutnya data diolah, dan pelaporan telah dilakukan dengan baik
kemudian dianalisa menggunakan analisa oleh bidan pustu, maka proses pencatatan
kualitatif yaitu menggunakan content analysis. dan pelaporan yang dilakukan oleh bikor
juga baik.
HASIL PENELITIAN Ketika ditanyakan tentang ketersediaan
1. Pelaksanaan Pencatatan dan Pelaporan register kohort ibu-anak dan ketersediaan
Pelayanan KIA Puskesmas format laporan pengisian selama ini, semua
Dalam proses pelaksanaan pencatatan bikor (3 orang) dari 3 puskesmas yang
data pelayanan KIA dalam register dan termasuk kriteria baik dalam pencatatan dan
format laporan yang telah ditentukan, pelaporan KIA menjawab bahwa format
ternyata sebanyak 3 informan utama Bidan sudah disediakan di puskesmas dan bidan
Koordinator (Bikor) menyatakan sudah dapat mengambil langsung di bagian umum
mencatat dengan lengkap. Pencatatan puskesmas. Sedangkan bikor dari
dilakukan dalam Register Kohort Ibu dan puskesmas yang kurang baik pencatatan
Anak. Format diisi sesuai ketentuan dan dan pelaporan KIA menyatakan bahwa
sudah disetujui oleh puskesmas dengan format jarang disediakan di puskesmas dan
bukti adanya tanda tangan kepala harus mengambil di Dinas Kesehatan,
puskesmas dan cap puskesmas. Diketahui bahkan seorang diantaranya menyatakan
36
harus memperbanyak sendiri bilamana terkait pencatatan dan pelaporan KIA,
format kurang cukup. antara lain keterbatasan akses puskesmas
Tentang ketepatan waktu pelaporan maupun pustu yang relatif jauh dari pusat
format isian data kohort ibu hamil dan kota. Lebih lanjut disampaikan oleh salah
anak, diketahui pada puskesmas yang satu bikor yang ada bahwa kondisi tersebut
pencatatan dan pelaporan KIA baik, semua menyulitkan proses pengiriman laporan
bikornya (3 orang) menyatakan bahwa mengingat akses lokasi yang jauh dan
selama ini pelaporan dilakukan secara tepat keterbatasan sarana transportasi yang
waktu sesuai jadwal DKK, yaitu rutin tersedia. Selain itu juga adanya item-item
tanggal 10 setiap bulan. Sedangkan pada dalam format laporan yang belum dipahami
puskesmas dengan pencatatan pelaporan dengan baik karena seringnya terjadi
kurang baik, semua bikornya (2 orang) perubahan format, ketersediaan format yang
menyatakan bahwa laporan sering sangat terbatas di puskesmas. Kendala
terlambat. Alasan keterlambatan karena lainnya yaitu kurangnya fasilitas
harus menunggu laporan dari bidan pustu transportasi antar pustu dan puskesmas
yang juga sering terlambat. Alasan lainnya serta para bidan pustu yang belum dilatih
karena tidak memiliki waktu untuk khusus tentang pencatatan dan pelaporan
membuat laporan tepat waktu karena lebih KIA.
banyak bertugas di pelayanan umum. Pada
umumnya para bikor ini melaporkan hasil Kotak 3
pencatatan dan pelaporan KIA ke DKK ³7LGDN DGD NHQGDOD WHUNDLW NHOHQJNDSDQ
sekitar tanggal 10-15 setiap bulan dan tidak pencatatan dan..dan ketepatan waktu
sesuai ketentuan yaitu paling lambat pelaporan ke puskesmas, sebab semua
tanggal 10 setiap bulannya, seperti pustu terletak tidak jauh dari kota, fasilitas
sudah lengkap, bidan-bidan tersebut juga
ungkapan pada Kotak 2.
sudah pernah mengikuti pelatihan teknis
dan khusus terkait pencatatan dan
Kotak 2 SHODSRUDQ \DQJ GLEHULNDQ ROHK '.. ´ ,8
³6HODOX ODSRUDQ PDVXN SDGD WDQJJDO \DQJ 1)
GLWHQWXNDQ ROHK '..«WDQJJDO VHWLDS ³³$GD NHQGDOD DNVHV EDQ\DN LWHP GDODP
EXODQQ\D PHVWL VHUDKNDQ ODSRUDQ ´ ,8 format laporan belum dipahami dengan
³/DSRUDQ VHULQJ WHUODPEDW NDUHQD SDVWL baik karena format laporan yang ada
menunggu dulu laporan, bidan pustU VHULQJNDOL PHQJDODPL SHUXEDKDQ«IRUPDW
melaporkan ke puskesmas sehingga laporanpun masih kurang dan laporanpun
NHPXGLDQ SXVNHVPDV PHODSRUNDQ NH '.. ´ kadang tidak tepat waktu dimasukkan ke
(IU 4) puskesmas. Selain itu fasilitas seperti
³7LGDN VHVXDL MDGZDO NDUHQD WLGDN DGD transportasipun belum ada seperti sped dan
waktu buat laporan karena lebih banyak di mobil. Meski semua bidan pustu kami
SHOD\DQDQ XPXP« WDQJJDO -15 setiap pernah mengikuti pelatihan teknis seperti
EXODQ NLWD ODSRUDQQ\D ³ ,8 APN, sedangkan untuk pelatihan khusus
pencatatan dan pelaporan belum pernah
Kendala dalam kelengkapan dan PHQGDSDW«´ ,8
ketepatan waktu pencatatan dan pelaporan
KIA sesuai format laporan baku, sebanyak Gambaran pelaksanaan pencatatan dan
3 bikor dari 3 puskesmas yang pencatatan pelaporan KIA oleh bikor selama ini
pelaporan KIA baik menyatakan selama ini menunjukkan bahwa kinerja bikor terkait
tidak ada kendala. Semua pustu yang ada di dengan berbagai faktor, dimana perilaku
wilayahnya terletak tidak jauh dari pusat dan prestasi kerja bikor yang membedakan
kota, puskesmas mempunyai fasilitas dan antara pencatatan dan pelaporan KIA baik
sarana prasarana lengkap dan bidan sudah dan kurang baik dipengaruhi oleh
dilatih khusus. Puskesmas yang pencatatan keikutsertaan bikor dalam pelatihan khusus
dan pelaporan KIA kurang baik, semua tentang pencatatan KIA, ketersediaan dan
bikornya (2 orang) menyatakan ada kendala kemudahan mendapatkan format laporan di
37
puskesmas, adanya kontrol dan pengawasan kadang saya bingung isi karena ada
ketat dari Kepala Puskesmas serta perubahan format yang baru lagi.. (IU.4)
dukungan dan peran serta bidan pustu
dalam pengiriman laporan ke puskesmas. Jawaban yang disampaikan oleh
Hal tersebut sesuai dengan pendapat Gibson bidan koordinator (bikor) sesuai dengan
bahwa kinerja seseorang dipengaruhi oleh prinsip pencatatan data KIA dalam
variabel individual yaitu kemampuan dan Pedoman PWS-KIA bahwa pencatatan
ketrampilan, variabel organisasi yang harus dilakukan secara rutin agar dapat
meliputi ketersediaan sumberdaya dan dilakukan pemantauan dan tindak lanjut
kepemimpinan (supervisi) serta variabel yang tepat dan cepat. Pencatatan harus diisi
psikologis yaitu persepsi dan sikap yang sesuai format yang ada karena melalui
positif.10,11 pengisian secara benar, data dapat diolah
2. Pengetahuan Bidan dalam Pencatatan dan dianalisis secara benar untuk menjadi
dan Pelaporan KIA Puskesmas laporan dan informasi yang bermutu /
Ketika ditanyakan tentang tujuan dan berkualitas. Laporan yang baik adalah
manfaat penting pencatatan dan pelaporan laporan yang bermutu dan laporan bermutu
KIA, sebanyak 4 dari 5 orang bidan akan memberikan manfaat yang besar
koordinator dapat menjelaskan pentingnya dalam kegiatan manajerial, khususnya
dilakukan pencatatan dan pengisian data dalam proses pengambilan keputusan yang
serta pelaporan secara benar. Manfaatnya rasional dan obyektif sesuai akar masalah.
terutama untuk memantau status kesehatan Bidan Koordinator dari puskesmas
ibu dan anak secara baik, meski diakui pula yang pencatatan dan pelaporan KIA baik
oleh informan utama tersebut bahwa belum sudah mengerti dan mampu menjelaskan
semua bikor melakukannya secara pentingnya pencatatan dan pelaporan KIA
maksimal, terutama karena ketidakpahaman secara lengkap, namun Bidan Koordinator
akibat seringnya terjadi perubahan- puskesmas yang pencatatan dan pelaporan
perubahan format isian baku, seperti terlihat KIA kurang baik belum memahami dan
pada Kotak 4. belum mampu menjelaskan pentingnya
pencatatan & pelaporan pelayanan KIA.
Terkait dengan perubahan format baru
Kotak 4 laporan yang menyulitkan Bikor dalam
³3HODNVDQDDQ SHQFDWDWDQ GDQ SHODSRUD1 pengisiannya, terutama pada bikor
KIA adalah hasil kegiatan pelayanan KIA puskesmas yang pencatatan pelaporan KIA
yang harus dicatat lengkap dalam register kurang baik, diketahui karena mereka
kohort ibu dan anak, Buku KIA dan format belum pernah mendapat pelatihan khusus
laporan, lalu dilaporkan setiap bulan tepat tentang pencatatan KIA.
waktu ke DKK agar kesehatan ibu dan anak
Pengetahuan atau kognitif merupakan
dapat terpantau dengan baik, namun pada
kenyataan masih ada bidan koordinator domain yang sangat penting dalam
yang belum mampu menjelaskan terkait membentuk tindakan seseorang termasuk
pelaksanaan pencatatan dan pelaporan Bidan Koordinator (over behavior). Dari
pelayanan KIA dengan maksimal karena pengalaman dan penelitian terbukti bahwa
adanya perubahan format laporan yang perilaku yang didasari oleh pengetahuan
EDUX ODJL ´ ,8 akan lebih langgeng daripada perilaku yang
³6D\D WDX SHODNVDQDDQ SHQFDWDWDQ GDQ tidak didasari oleh pengetahuan.31,32
pelaporan pelayanan KIA itu sangat Pengetahuan Bidan koordinator biasanya
penting untuk memantau kesehatan ibu dan diperoleh dari pengalaman yang berasal dari
DQDN GL ZLOD\DKQ\D NHUMD NLWD ´ ,8 berbagai macam sumber, misalnya buku
³3HODNVDQDDQ SHQFDWDWDQ GDQ SHODSRUDQ
petunjuk pengisian, rekan sejawat dan
pelayanan KIA itu sangat penting untuk
memantau kesehatan ibu dan anak.....tetapi sebagainya, seperti yang diungkapkan oleh
untuk mencatat dalam register kohor ibu informan triangulasi (Kepala Puskesmas
dan anak, Buku KIA dan format laporan, dan Kasie Kesga) yang menyatakan bahwa

38
bidan koordinator sebagai sebaiknya tetap harus diusahakan
penanggungjawab laporan KIA di memenuhi ketentuan.
puskesmas bisa mendapatkan informasi Sesuai Pedoman PWS-KIA,
terkait pencatatan dan pelaporan KIA, baik pengumpulan dan pengelolaan data
dari Kepala Puskesmas, Kasie Kesga DKK, merupakan kegiatan pokok dari PWS-KIA.
Buku Petunjuk Pengisian, sesama sejawat Tujuannya mendapatkan gambaran dan
penanggungjawab laporan dan juga informasi yang akurat tentang kondisi dan
informasi berupa bimbingan teknis yang status kesehatan wilayah. Pencatatan data
dilakukan oleh DKK. dilakukan berjenjang dari tingkat
3. Sikap Bidan Koordinator dalam desa/kelurahan dan kemudian dikumpulkan
Pencatatan dan Pelaporan Pelayanan di tingkat puskesmas dan secara
KIA Puskesmas administrative dilaporkan ke tingkat
Tentang persepsi dan sikap bidan kabupaten, provinsi dan nasional. Dengan
koordinator serta dukungannya terkait demikian ketepatan waktu pengumpulan
upaya pelaporan yang tepat waktu, menjadi sangat penting karena adanya
diketahui bahwa semua bidan koordinator keterlambatan pada salah satu level akan
merasa selalu berusaha mengikuti aturan berdampak pada keterlambatan pada level
yang berlaku. Meski dalam prakteknya dan tingkatan berikutnya.
diakui oleh bikor dari puskesmas dengan Sikap merupakan kecenderungan
pencatatan dan pelaporan KIA kurang, yang penilaian positif maupun negatif,
semuanya menyatakan dan mengakui sering menyangkut perasaan emosional dan
mengalami keterlambatan. Menurutnya, kecenderungan pro dan kontra terhadap
mereka tetap berusaha mengumpulkan tepat suatu obyek sosial tertentu, sehingga sikap
waktu, kalaupun terlambat tetap berusaha akan mencerminkan tingkah laku sosial
dikumpulkan, karena lebih baik terlambat individu.14 Dalam konteks pencatatan dan
daripada tidak mengumpulkan sama sekali, pelaporan KIA, secara umum dapat
sehingga dirasa sebagai tidak disimpulkan bahwa bidan koordinator
bertanggungjawab, seperti ungkapan pada sebagai penanggungjawab program dan
Kotak 5. pelayanan KIA di puskesmas telah
Kotak 5 mempunyai sikap yang baik terkait kegiatan
³<D PHVNL WHUODPEDW NDPL EHUXVDKD pencatatan dan pelaporan KIA di
mengumpulkan tepat waktu, kalau puskesmasnya masing-masing, meski
terlambat tetap mengumpulkan, kalau tidak diakui dalam prakteknya masih sering
mengumpulkan itu sepertinya kita tidak ditemui kendala keterlambatan pelaporan ke
bertanggungjawab sebagai bidan
DKK, namun mereka tetap berusaha untuk
penanggungjawab program pelayanan
.,$« ´ ,8 memperbaiki dan meningkatkan kinerjanya.
Gibson mendefinisikan sikap adalah
Ungkapan tersebut didukung oleh kesiapsiagaan mental yang dipelajari dan
pernyataan informan triangulasi bidan diorganisir melalui pengalaman dan
pustu, kepala puskesmas maupun Kasie mempunyai pengaruh tertentu atas cara
Kesga DKK Nabire. Semua kepala tanggap seseorang terhadap orang lain,
puskesmas menyatakan bahwa bidan obyek dan situasi yang berhubungan
koordinator dan bidan pustu harus tetap dengannya.
selalu berusaha mengumpulkan laporan 4. Motivasi Bidan Koordinator dalam
secara lengkap dan tepat waktu sesuai Pencatatan & Pelaporan KIA Puskesmas
jadwal dan aturan DKK. Sementara itu Hasil wawancara mendalam yang
Kasie Kesga menyatakan walaupun terlihat dilakukan terhadap bidan koordinator
adanya kekurangpedulian sebagian bidan tentang aspek yang mendorong mereka
koordinator dalam pengumpulan dan untuk melaksanakan pencatatan dan
pelaporan data KIA secara tepat waktu, pelaporan data KIA , terlihat bahwa
sebanyak 3 orang yang menjawab karena

39
tanggung jawabnya sebagai bidan, karena bidan koordinator mau melakukan dan
memang tugasnya sebagai pembuat laporan melengkapi catatan dan pelaporan KIA
dan karena kemauan dan keinginan untuk karena adanya rasa tanggung jawab dalam
bekerja dan belajar bekerja, sebagaimana pekerjaannya serta karena mereka sudah
ungkapan pada Kotak 6. lama bekerja di puskesmas sehingga sudah
Kotak 6 memahami benar apa yang menjadi tugas
³7HUGRURQJ NDUHQD WDQJJXQJ MDZDE pekerjaannya. Lebih lanjut diakui pula oleh
saya supaya mencatat lengkap data empat orang kepala puskesmas bahwa
pelayanan KIA dalam format laporan selama ini mereka tidak pernah memberikan
\DQJ DGD ´ ,8 dorongan tertentu pada bikor, khususnya
³.DUHQD LWX VXGDK PHQMDGL WXJDV dalam hal pelaksanaan pencatatan data
sebagai pembuat laporan untuk mengisi pelayanan KIA dalam format dan register
secara lengkap, sehingga harus baku. Mereka juga merasa selama ini tidak
PHODNXNDQQ\D GHQJDQ EDLN ´ ,8 pernah memberikan pujian tertentu atas
³.HPDXDQ GDQ NHLQJLQDQ XQWXN EHODMDU keberhasilan tersebut, karena berharap bikor
dan bekerja dan berusaha untuk menyadari tugas tersebut walau tanpa
mencatat data pelayanan KIA serta pujian. Namun demikian, menurut
meOHQJNDSL IRUPDW ODSRUDQQ\D ³ IU 4) puskesmas yang pencatatan pelaporan KIA
baik, selama ini puskesmasnya
Lebih lanjut disampaikan pula oleh menyediakan alokasi dana berupa insentif
bikor bahwa yang memberikan dorongan pengiriman laporan ke DKK sebesar Rp
agar melaku kan pengisian format laporan 100.000,- . Sementara itu pada puskesmas
secara lengkap terutama adalah dari diri yang pencatatan dan pelaporan KIA kurang
sendiri. Salah satu diantaranya mengatakan baik, dan insentif yang disediakan
inisiatif diri sendiri dan teman-teman puskesmas hanya sebesar Rp 50.000,-, Dana
kerjanya, karena beranggapan bahwa tersebut juga dipergunakan sebagai biaya
dorongan dari Kepala Puskesmas dirasakan transportasi pengiriman laporan KIA ke
kurang karena diakui bahwa Kepala Dinas Kesehatan.
Puskesmas juga harus mengurusi program- Motivasi merupakan kondisi yang
program lainnya. Namun demikian atau dapat mempengaruhi dan membangkitkan
informan utama lainnya bahkan semangat, mengarahkan dan memelihara
menyatakan bahwa inisiatif datang dari diri perilaku yang berhubungan dengan
sendiri dan tidak ada dorongan dari lingkungan kerja. Oleh karena itu, motivasi
lingkungannya, yaitu teman-temannya dan juga akan mempengaruhi pelaksanaan suatu
kepala puskesmasnya (lihat Kotak 7). pekerjaan.31 Sikap dan praktek kerja bidan
Kotak 7 koordinator dalam pencatatan, pengisian,
³6HQGLUL VDMD NDUHQD .DSXV NDQ WLGDN pengumpulan dan pelaporan KIA juga
hanya banyak mengurusi KIA saja dipengaruhi oleh motivasi atau dorongan
padahal ada program lain juga yang kerja yang ada di dalam dirinya. Menurut
KDUXV GLODNXNDQ ´ ,8 teori Frederick Herzberg, motivasi
³'LUL VD\D VHQGLUL WHPDQ-teman juga dipengaruhi oleh dua (2) faktor yaitu faktor
sudah selalu mendorong semuanya, ³satisfier´ DWDX ³motivators´ GDQ IDNWRU
sedangkan dari Kapus kurang dan tidak ³hygiene´ )DNWRU SHPXDV satisfier) adalah
DGD PHQGRURQJ ´ ,8 faktor-faktor pekerjaan yang bisa
³+DQ\D GDUL GLUL VHQGLUL VDMD...tidak memuaskan pekerja, sedangkan faktor
ada dari teman maupun lainnya.´(IU 1) hygiene (dissastisfaction) merupakan faktor
pekerjaan yang bisa menimbulkan
Pernyataan di atas sesuai dengan ketidakpuasan kerja atau ketidaknyamanan
pernyataan informan triangulasi kepala dalam bekerja bilamana faktor tersebut
puskesmas yang keseluruhannya (5 orang) tidak ada. Berdasarkan teori Herzberg
menyatakan bahwa hal yang mendorong tersebut maka upaya untuk lebih

40
meningkatkan motivasi kerja Bidan Kotak 8
Koordinator perlu dilakukan, antara lain ³<D DGD VXSHUYLVL .DSXV
dengan pemberian insentif, supervisi yang melakukannya supervisi 1 kali setiap
terjadwal dan umpan baliknya, serta akhir bulan , sedangkan dari DKK tiap
komunikasi dan hubungan interpersonal 3 bulan sekali.
yang berlangsung baik antara semua Kapus dan Kasie Kesga melakukan
petugas KIA yang ada baik di tingkat Pustu, supervisi terkait juga dengan ketepatan
Puskesmas maupun DKK. waktu pelaporannya, tidak hanya
PHOLKDW NHOHQJNDSDQQ\D ´ ,8
³<D .DSXV DGD PHODNXNDQ VXSHUYLVL
5. Supervisi Kepala Puskesmas dan Dinas setiap 6 bulan sekali, sedangkan DKK
Kesehatan ya ada jarang, sekitar tiap 1 tahun
Kepala puskesmas dan DKK sudah sekali. Kapus dan Kasie Kesga selalu
melakukan supervisi terkait pelaksanaan turun melakukan supervisi, mereka
pencatatan dan pengisian format data dalam datang langsung NH SXVNHVPDV ´ ,8
kohort ibu-anak serta kelengkapannya.
Namun tentang frekuensi supervisi tersebut, Mekanisme pengawasan dan supervisi
semua informan memberikan jawaban yang yang dilakukan kepala puskesmas maupun
berbeda-beda. Pada puskesmas yang DKK dalam pelayanan KIA harus khas atau
pencatatan dan pelaporan KIA baik, semua khusus, sehingga dapat diperoleh intensitas
bidan koordinator (3 orang) menyatakan dan kedalaman pemahaman yang tinggi.
bahwa kepala puskesmas melakukan Bila supervisi dilaksanakan dalam bentuk
supervisi 1 kali pada setiap akhir bulan, gabungan atau semua program, maka
sedangkan supervisi dari DKK dilakukan intensitas supervisi juga akan berkurang.
setiap 3 bulan sekali. Sementara itu pada Melalui pengawasan yang intensif dan
puskesmas yang pencatatan dan pelaporan terjadwal, dapat diketahui permasalahan
KIA kurang baik, semua bidan dan kendala yang terjadi untuk dicarikan
koordinatornya menyatakan bahwa solusi terbaik. Terkait proses pencatatan dan
supervisi kepala puskesmas hanya pelaporan KIA puskesmas, supervisor dari
berlangsung setiap 6 bulan sekali dan puskesmas maupun DKK harus mampu
supervisi DKK juga hanya berlangsung memberikan penjelasan dan umpan balik
setahun sekali. Dari hasil tersebut terlihat sesuai kebutuhan puskesmas, sehingga
adanya perbedaan frekuensi supervisi yang diharapkan pihak yang disupervisi dapat
memberikan dampak pada kinerja mengerti dan melaksanakan dengan baik.
pencatatan dan pelaporan KIA puskesmas. Dalam Buku PWS-KIA, pengumpulan
Ketika supervisi dilakukan rutin dan lebih dan pengelolaan data merupakan kegiatan
sering, kinerja puskesmas dalam pencatatan pokok dari PWS-KIA. Oleh karena itu
dan pelaporan KIA juga baik, demikian semua data yang dibutuhkan harus dicatat
pula sebaliknya. dan dilaporkan secara berjenjang, mulai dari
Semua informan utama bidan tingkat pelayanan dasar di Pustu,
koordinator juga menyatakan bahwa Puskesmas, Dinas Kabupaten, Dinas
supervisi yang dilakukan kepala puskesmas Provinsi dan Nasional. Pendataan dan
maupun DKK (Kasie Kesga) tidak hanya pencatatan dilakukan oleh petugas
terkait pada aspek kelengkapan kesehatan yang berhubungan langsung
pengumpulan dan pencatatan datanya saja, dengan program KIA, yaitu Bidan, baik
melainkan juga terkait ketepatan waktu Bidan Pustu, Bidan Desa maupun Bidan
pelaporannya. Supervisi dilakukan melalui Puskesmas dan Bidan Koordinator. Oleh
kegiatan terjun langsung dan kunjungan ke karena itu, supervisi yang terarah dan
puskesmas. Beberapa ungkapan yang berkelanjutan dalam PWS-KIA merupakan
menunjukkan penjelasan tersebut terlihat suatu sistem pembinaan yang efektif,
pada Kotak 8. khususnya bagi pelembagaan PWS-KIA.
41
Dalam pelaksanaannya, supervisi data dari puskesmas ke DKK juga terlambat,
dilaksanakan dengan instrumen pengisian karena Bidan Koordinator sebagai
berupa checklist yang digunakan untuk penanggungjawab program KIA terlebih
supervisi di tingkat puskesmas dan dahulu harus melakukan validasi, evaluasi dan
kabupaten, yang selanjutnya akan dianalisis analisis data dan laporan yang masuk dari
dan ditindaklanjuti. Bidan Pustu.
Menurut Wibowo, pelaksanaan kinerja Pengetahuan sebagian besar Bidan
dalam proses pencapaian tujuan organisasi Koordinator sudah baik tentang tujuan dan
perlu dimonitor dan dikendalikan, dengan manfaat dilakukannya pencatatan data KIA
tujuan supaya dapat diketahui secara lebih secara lengkap dan tepat waktu. Semua juga
dini apabila terjadi penyimpangan. Oleh mengetahui ketentuan dan batas waktu laporan
karena itu, dalam setiap mekanisme dari puskesmas harus dikumpulkan dan
monitoring dan pengawasan perlu adanya diserahkan ke DKK yaitu tanggal 10 setiap
umpan balik yang dapat dipakai sebagai bulan. Namun demikian ternyata mereka
pertimbangan dan langkah yang diperlukan kurang mengetahui dan memahami item-item
untuk mengoreksi penyimpangan yang apa saja yang harus diisi secara lengkap dalam
terjadi.36 Berdasarkan pemahaman di atas, kohort ibu hamil dan anak, terutama Bikor dari
maka dalam setiap proses supervisi puskesmas yang pencatatan dan pelaporan
pencatatan dan pelaporan KIA juga harus KIA kurang baik. Hal itu disebabkan karena
ada umpan balik yang nantinya akan adanya perubahan format laporan dan mereka
dipakai sebagai dasar dan langkah belum mendapat pemberitahuan tentang
perbaikan, khususnya dalam prinsip mekanisme pengisiannya. Bidan Koordinator
kesesuaian pencatatan yang benar dan tepat yang belum mengetahui dan memahami secara
serta lengkap sesuai kolom-kolom format benar serta belum mampu melaksanakan
laporan KIA serta upaya pelaporannya pencatatan dan pelaporan kegiatan pelayanan
secara tepat waktu. Bila tidak ada umpan KIA dengan baik dikarenakan panduan PWS
balik, maka tidak diketahui secar jelas pada KIA terbaru (khususnya tentang pencatatan
item mana saja yang membutuhkan dan pelaporan) yang sudah diberikan oleh
perbaikan. DKK belum pernah disosialisasikan
sebelumnya kepada masing-masing bidan
KESIMPULAN koordinator sebagai penanggungjawab laporan
Pada puskesmas yang pencatatan dan kegiatan program KIA puskesmas. Selain itu
pelaporan KIA baik mampu melaksanakan mereka juga belum pernah mendapatkan
kegiatan tersebut, terbukti dari kelengkapan pelatihan teknis dan khusus tentang pencatatan
data yang dikumpulkan dan dicatat dalam dan pelaporan data KIA.
kohort ibu-anak sesuai format yang berlaku. Semua Bidan Koordinator mempunyai
Puskesmas rutin melaporkan hasilnya pada sikap positif dan menyatakan setuju bahwa
DKK tepat waktu tanggal 10 setiap bulannya. pencatatan data KIA harus dilakukan secara
Sementara puskesmas yang pencatatan- lengkap dan harus dilaporkan sesuai batas
pelaporan KIA kurang baik seringkali tidak waktu yang telah ditentukan dan disepakati
mengisi format kohort secara lengkap dengan bersama, karena sudah merupakan tugas pokok
alasan tidak mengerti dan tidak memahami dan tanggungjawab Bidan Koordinator selaku
format isian yang selalu berubah. Seringkali pemegang program KIA di puskesmas. Pada
juga tidak tepat waktu pelaporannya ke DKK, puskesmas yang pencatatan dan pelaporan
berkisar tanggal 10-15 setiap bulan. KIA kurang baik, semua Bidan
Keberhasilan tersebut sangat didukung oleh Koordinatornya menyatakan tetap selalu
Bidan Pustu dalam proses pencatatan dan berusaha memperbaiki dan melengkapi isian
pelaporan KIA yang dilakukannya. Ketika data secara lengkap dan berusaha
pengumpulan data dan pelaporan data yang melaporkannya tepat waktu, meski diakui
dilakukan Bidan Pustu ke puskesmas sering terlambat. Keterlambatan tersebut lebih
terlambat, maka pengumpulan dan pelaporan dikarenakan akses lokasi puskesmas yang sulit

42
dijangkau dan letak geografis di kepulauan dan DAFTAR PUSTAKA
pegunungan. 1. Abdi, T. 2008. Determinan Pemanfaatan
Sebagian besar Bidan Koordinator Dukun Bayi Oleh Masyarakat Dalam
mempunyai motivasi dan dorongan yang baik Pilihan Pertolongan di Desa Anak Talang
untuk melaksanakan pencatatan dan pelaporan Kecamatan Batang Cenak Kabupaten
data KIA secara lengkap dan tepat waktu. Indragiri Hulu. USU, Jakarta.
Dorongan terutama bersumber dari diri sendiri 2. Alwi, Q. 2007. Tema Budaya Yang
karena merasa bertanggungjawab untuk Melatarbelakangi Perilaku Ibu-Ibu
keberhasilan tugas pokoknya. Pada puskesmas Penduduk Asli Dalam Pemeliharaan
yang pencatatan dan pelaporan KIA dengan Kehamilan dan Persalinan di Kabupaten
kriteria baik, ada dorongan semangat dari Mimika. Buletin Penelitian kesehatan. 35:
Kepala Puskesmas namun untuk puskesmas 135-148.
yang pencatatan dan pelaporan KIA kurang 3. Depkes RI. 2007. Pedoman Pengawasan
baik, dorongan semangat dari Kepala Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).
Puskesmasnya dirasakan masih kurang. Inspektorat Jenderal Depkes RI, Jakarta.
Tersedia insentif bagi pencatatan dan 4. Depkes RI. 2007. Penilaian Peran Serta
pelaporan KIA yang diberikan rutin kepada Masyarakat dalam Akselerasi Penurunan
Bikor meski jumlahnya bervariasi antara Rp AKI dan AKB. Jakarta.
50.000,- sampai dengan Rp. 100.000,- Tidak 5. Depkes RI. 2008. Pedoman Kemitraan
tersedia fasilitas dan dukungan sarana Bidan dan Dukun. Jakarta.
transportasi karena keterbatasan anggaran 6. Dinas Kesehatan Kabupaten Buton. 2009.
yang ada. Profil Kesehatan Kabupaten Buton.
Kepala puskesmas dan DKK sudah Pasarwajo.
melakukan supervisi terkait pelaksanaan 7. Kepmenkes RI. No. 81/Menkes/SK/I/2004
pencatatan dan pengisian format data dalam tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan
kohort ibu dan anak serta kelengkapan dan Sumber Daya Manusia Kesehatan di
ketepatan waktu pelaporannya. Namun Tingkat Propinsi/Kabupaten/Kota serta
frekuensi supervisi yang dilakukan berbeda. Rumah Sakit.
Pada puskesmas yang pencatatan dan 8. Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan
pelaporan KIA baik, kepala puskesmas dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta, Jakarta.
melakukan supervisi 1 kali pada setiap akhir 9. Puskesmas Wakaokili, 2011. Profil
bulan dan supervisi dari DKK dilakukan setiap Puskesmas Wakaokili, Pasarwajo.
3 bulan sekali. Sementara itu pada puskesmas 10. Subarsono, AG. 2008. Analisis
yang pencatatan dan pelaporan KIA kurang Kebijakan Publik. Pustaka Pelajar,
baik, supervisi kepala puskesmas hanya Yogyakarta.
berlangsung setiap 6 bulan sekali dan supervisi 11. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian
DKK hanya berlangsung setahun sekali. Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta,
Supervisi yang dilakukan rutin dan lebih Bandung.
sering, menunjukkan kinerja puskesmas dalam 12. Winarno, B. 2012. Kebijakan Publik
pencatatan dan pelaporan KIA juga baik, (Teori, Proses, dan Studi Kasus) edisi &
demikian pula sebaliknya. Supervisi revisi terbaru. Caps, Yogyakarta.
dilakukan untuk semua program dan kegiatan 13. Wiyono, Djoko. 1997. Manajemen
dan tidak hanya khusus untuk kegiatan Kepemimpinan dan Organisasi Kesehatan.
pencatatan dan pelaporan KIA saja. Penerbit Airlangga University Press.
Surabaya.

43

Anda mungkin juga menyukai