Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS

TENTANG PWS (PEMANTAUAN WILAYAH SETEMPAT) KIA/KB

Disusun Oleh:
Renti : 181015401015

Dosen pengampuh:
Yulia Netri S.SR, M.Keb

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


KELUARGA BUNDA JAMBI
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga saya
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “PWS (Pemantauan wilayah setempat) KIA/KB” ini
tepat pada waktunya.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu “Yulia Netri S.SR, M.Keb” selaku dosen
pembimbing mata kuliah “Asuhan Kebidanan Komunitas”. Yang telah memberi tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.
Saya menyadari makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, saya
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca, demi kesempurnaan makalah ini.

Jambi, 4 mei 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………i
DAFTAR ISI………………………………………………………………………..ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………..1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………1
1.3 Tujuan………………………………………………………………………...1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengumpulan data………………………………………….………………..2
2.2 Perencanaan ……………………………………………….………………...4
2.3 Pelaksanaan ..………………………………………………………………...4
2.4 Pemantauan hasil kegiatan ………………………………….……………….7
BAB III PENUTUP
3.1 Latar Belakang………………………………………………………………..8
3.2 Saran…………………………………………………………………………..8
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) telah dilaksanakan di Indonesia sejak tahun 1985. Pada
saat itu pimpinan puskesmas maupun pemegang program di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota belum
mempunyai alat pantau yang dapat memberikan data yang cepat sehingga pimpinan dapat
memberikan respon atau tindakan yang cepat dalam wilayah kerjanya. PWS dimulai dengan program
Imunisasi yang dalam perjalanannya, berkembang menjadi PWS-PWS lain seperti PWS-Kesehatan
Ibu dan Anak (PWS KIA) dan PWS Gizi.
Pelaksanaan PWS imunisasi berhasil baik, dibuktikan dengan tercapainya Universal Child
Immunization (UCI) di Indonesia pada tahun 1990. Dengan dicapainya cakupan program imunisasi,
terjadi penurunan AKB yang signifikan. Namun pelaksanaan PWS dengan indikator Kesehatan Ibu
dan Anak (KIA) tidak secara cepat dapat menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) secara bermakna
walaupun cakupan pelayanan KIA meningkat, karena adanya faktor-faktor lain sebagai penyebab
kematian ibu (ekonomi, pendidikan, sosial budaya, dsb). Dengan demikian maka PWS KIA perlu
dikembangkan dengan memperbaiki mutu data, analisis dan penelusuran data.

Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Neonatus (AKN), Angka Kematian Bayi (AKB),
dan Angka Kematian Balita (AKABA) merupakan beberapa indikator status kesehatan masyarakat.
Penduduk Indonesia pada tahun 2007 adalah 225.642.000 jiwa dengan CBR 19,1 maka terdapat
4.287.198 bayi lahir hidup. Dengan AKI 228/100.000 KH berarti ada 9.774 ibu meninggal per tahun
atau 1 ibu meninggal tiap jam oleh sebab yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan dan nifas.
Penyebab langsung kematian Ibu sebesar 90% terjadi pada saat persalinan dan segera setelah
persalinan (SKRT 2001). Penyebab langsung kematian Ibu adalah perdarahan (28%), eklampsia
(24%) dan infeksi (11%). Penyebab tidak langsung kematian Ibu antara lain Kurang Energi
Kronis/KEK pada kehamilan (37%) dan anemia pada kehamilan (40%). Kejadian anemia pada ibu
hamil ini akan meningkatkan risiko terjadinya kematian ibu dibandingkan dengan ibu yang tidak
anemia. Sedangkan berdasarkan laporan rutin PWS tahun 2007, penyebab langsung kematian ibu
adalah perdarahan (39%), eklampsia (20%), infeksi (7%) dan lain-lain (33%).

1.2 Rumusan Masalah


1. Jelaskan pengertian PWS (Pemantauan wilayah setempat)
2. Bagaimana cara pengumpulan data PWS pada KIA/KB
3. Apa perencanaan PWS pada KIA/KB
4. Bagaimana pelaksanaan PWS pada KIA/KB
5. Bagaimana hasil kegiatan PWS pada KIA/KB

1.3 Tujuan
Meningkatkan jangkauan dan mutu pelayanan KIA di wilayah kerja puskesmas, melalui
pemantauan cakupan pelayanan KIA di tiap desa secara terus menerus
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi PWS (Pemantauan Wilayah Setempat) KIA
Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS KIA) adalah alat manajemen
untuk melakukan pemantauan program KIA disuatu wilayah kerja secara terus menerus, agar dapat
dilakukan tindak lanjut yang cepat dan tepat. Program KIA yang dimaksud meliputi pelayanan ibu
hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu dengan komplikasi kebidanan, keluarga berencana, bayi baru lahir,
bayi baru lahir dengan komplikasi, bayi, dan balita.
Dengan manajemen PWS KIA diharapkan cakupan pelayanan dapat menjangkau seluruh sasaran
di suatu wilayah kerja sehingga kasus dengan risiko/komplikasi kebidanan dapat ditemukan sedini
mungkin untuk dapat memperoleh penanganan yang memadai.
Penyajian PWS KIA juga dapat dipakai sebagai alat motivasi, informasi dan komunikasi kepada
sektor terkait, khususnya aparat setempat yang berperan dalam pendataan dan penggerakan sasaran
maupun membantu dalam memecahkan masalah non teknis misalnya: bumil KEK, rujukan kasus
dengan risiko.
Pelaksanaan PWS KIA baru berarti bila dilengkapi dengan tindak lanjut berupa perbaikan dalam
pelaksanaan pelayanan KIA. PWS KIA dikembangkan untuk intensifikasi manajemen program.
Walaupun demikian, hasil rekapitulasinya di tingkat puskesmas dan kabupaten dapat dipakai untuk
menentukan puskesmas dan desa/kelurahan yang rawan. Demikian pula rekapitulasi PWS KIA di
tingkat propinsi dapat dipakai untuk menentukan kabupaten yang rawan.
Definisi dan kegiatan PWS tersebut sama dengan definisi Surveilens. Menurut WHO, Surveilens
adalah suatu kegiatan sistematis berkesinambungan, mulai dari kegiatan mengumpulkan,
menganalisis dan menginterpretasikan data yang untuk selanjutnya dijadikan landasan dalam
membuat rencana, implementasi dan evaluasi suatu kebijakan kesehatan masyarakat. Oleh karena itu,
pelaksanaan surveilens dalam kesehatan ibu dan anak adalah dengan melaksanakan PWS KIA.
2.2 Pengumpulan Data
a. Pengumpulan Data
Pengumpulan dan pengelolaan data merupakan kegiatan pokok dari PWS KIA. Data yang
dicatat per desa/kelurahan dan kemudian dikumpulkan di tingkat puskesmas akan dilaporkan
sesuai jenjang administrasi. Data yang diperlukan dalam PWS KIA adalah Data Sasaran dan Data
Pelayanan.
Data sasaran berasal dari perkiraan jumlah sasaran (proyeksi) yang dihitung berdasarkan
rumus yang diuraikan diatas. Berdasarkan data tersebut, Bidan di Desa bersama dukun
bersalin/bayi dan kader melakukan pendataan dan pencatatan sasaran di wilayah kerjanya. Data
pelayanan pada umumnya berasal dari :
1) Register kohort ibu
2) Register kohort bayi
3) Register kohort anak balita
4) Register kohort KB
b. Pencatatan Data
1) Data Sasaran
Data sasaran diperoleh sejak saat Bidan memulai pekerjaan di desa/kelurahan. Data
sasaran dari para kader dan dukun bayi yang melakukan pendataan ibu hamil, bersalin, nifas,
bayi baru lahir, bayi dan anak balita dimana sasaran tersebut diberikan buku KIA dan bagi
ibu hamil dipasang stiker P4K di depan rumahnya.
2) Data Pelayanan
Bidan di desa/kelurahan mencatat semua detail pelayanan KIA di dalam kartu ibu,
kohort Ibu, kartu bayi, kohort bayi, kohort anak balita, kohort KB, dan buku KIA. Pencatatan
tersebut diperlukan untuk memantau secara intensif dan terus menerus kondisi dan
permasalahan yang ditemukan pada para ibu, bayi dan anak di desa/kelurahan tersebut.
c. Pengolahan Data
Setiap bulan Bidan di desa mengolah data yang tercantum dalam buku kohort dan
dijadikan sebagai bahan laporan bulanan KIA. Bidan Koordinator di Puskesmas menerima
laporan bulanan tersebut dari semua laporan dan informasi kemajuan pelayanan KIA bulanan
yang disebut PWS KIA.
d. Pembuatan Grafik PWS KIA
PWS KIA disajikan dalam bentuk grafik dari tiap indikator yang dipakai, yang juga
menggambarkan pencapaian tiap desa/kelurahan dalam tiap bulan.

2.3 Perencanaan

Dalam perencanaan PWS (pemantauan wilayah setempat) akan diadakan seperti berikut:

a. Pertemuan ini merupakan pertemuan persiapan, dan dapat berupa rangkaian pertemuan dengan

tujuan yang saling melengkapi, yaitu untuk :

1. Menyamakan persepsi mengenai PWS KIA

2. Menentukan kebijaksanaan propinsi dalam pelaksanaan PWS KIA

3. Merencanakan Fasilitasi tingkat kabupaten /kota dan Puskesmas

4. Menyusun mekanisme pemantauan kegiataru dll

Pihak yang terlibat meliputi:

1) Subdinas/bidang yangmenangani KIA.

2) Subdinas/bidang yang menangani puskesmas dan rumah sakit.

3) Subdinas/bidang yangmenangani pengendalian penyakit.

Pertemuan ini dilaksanakan satu kali untuk memfasilitasi kabupaten/kota untuk memberikan bantuan

teknis, bentuknya adalah kunjungan ke lapangan atau pertemuan di propinsi. Pelaksanaan 2x setiap

tahunnya. Evaluasi/ tindak lanjut untuk menilai kemajuan cakupan program KIA, merencanakan kegiatan

hasil dari analisa. Pelaksanaan pertemuan 1x pertahun.


b. Pertemuan di tingkat Kabupaten/kota

Pertemuan sosialisasi/orientasi untuk memfasilitasi puskesmas dan analisis tindak lanjut

c. Pertemuan di puskesmas

Minilokakarya puskesmas untuk mengatur alur data KIA memfasilitasi bidan desa,

implementasi PWS KIA. Bidan bekerjasama dengan kader, dukun dan masyarakat dan tindak

lanjut.

d. Fasilitasi petugas kabupaten /kota

Petugas kabupaten dibekali untuk dapat memfasilitasi petugas puskesmas. Peserta terdiri

dari unsur-unsur lain dari Dinas kesehatan kabupaten/kota seperti: yankes, pengendalian

penyakit. Setiap kali fasilitasi, sebaiknya peserta tidak lebih dari 30 orang. Materi fasilitasi:

1) Pedoman PWS (Pemantauan wilayah setempat) KIA

2) Pedoman pelayanan kebidanan dasar.

3) Kebilaksanaan program KlA.

4) Perencanaan pelaksanaan dan pemantauan kegiatan.

e. Pelatihan petugas puskesmas

Pelatihan petugas kesehatan mengenai PWS KIA ini diikuti oleh :

1) Kepala puskesmas.

2) Pengelola Program KIA.

3) Petugas SP2TP.

4) Pelatihnya adalah petugas dari kabupaten dan propinsi yang dilatih.

f. Pertemuan dengan unit kesehatan swasta dan RSU

Pertemuan ini penting karena PWS KIA mempunyai pendekatan wilayah. Dengan

demikian semua pelayanan KIA dari fasilitas pelayanan di luar puskesmas punperlu dilibatkan

agar dapat diketahui cakupan pelayanan KIA oleh tenaga kesehatan.

2.4 Pelaksanaan

Pelakasaan PWS KIA dimulai di kabupaten, yaitu melalui :

a. Pertemuan di kabupaten/kota, Pertemuan yang diperlukan adalah :


1) Pertemuan intern kesehatan, yang dihadiri oleh para kepala seksi terkait di lingkungan

Dinas kesehatan kabupaten/kota, serta Puskesmas.

2) Pemantauan lintas sektor, yang dihadiri oleh sektor terkait di tingkat kabupaten dan

kecamatan.

Pertemuan ini bertujuan memberikan informasi mengenai PWS KIA, rencana yang akan

dilakukan dan peran masing-masing y arrg diharapkan.

b. Pertemuan di puskesmas

Pertemuan ini dapat disatukan dengan mini lokakarya, yang merupakan pertemuan rutin

bulanan di puskesmas. Semua staf yang memberikan pelayanan KIA dilatih PWS KIA, dan

disusun rencana tindak lanjut.

c. Pertemuan di tingkat kecamatan

Pertemuan bulanan berupa rapat koordinasi dapat dipakai untuk menginformasikan

mengenai PWS KIA non-teknis. Hadir dalam pertemuan tersebut biasanya adalah kepala

desa/kelurahan, tim penggerak PKK desa/kelurahan, puskesmas dan lintas sektor.

2.5 Pemantauan Hasil Kegiatan

Kegiatan PWS KIA dapat dilakukan melalui terlampir:

a. Tingkat kabupaten /kota :

1) Laporan puskesmas.

2) Laporan rumah sakit.

3) Laporan pelayanan kesehatan swasta.

b. Tingkat puskesmas :

1) Sarana pencatatan PWS KIA (kohort ibu, kohort bayi dll)

2) Laporan yankes swasta.

3) Kunjungan ke desa/kelurahan yang statusnya jelek

Indikator Pemantauan PWS (pemantauan wilayah setempat) KIA/KB


Indikator pemantauan program KIA yang dipakai untuk PWS-KIA meliputi indikator yang dapat

menggambarkan keadaan kegiatan pokok dalam program KIA.Ditetapkan 6 indikator PWS-KIA yaitu :

1. Akses pelayanan antenatal ( cakupan K1 )

Indikator akses ini digunakan untuk mengetahui jangkauan pelayanan antenatal serta,kemampuan

program dalam menggerakan masyarakat RUMUS:

Jumlah kunjungan baru (K1) ibu hamil x 100%

Jumlah sasaran ibu hamil dalam satu tahun


2. Cakupan ibu hamil ( Cakupan K4 )
Dengan indikator ini dapat diketahui cakupan pelayanan antenatal secara lengkap
RUMUS:
Jumlah kunjungan ibu hamil (K4) x 100%
Jumlah sasaran ibu hamil dalam satu tahun
3. Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan
Dengan indikator ini dapat diperkirakan proporsi persalinan yang ditangani oleh tenaga
kesehatan, dan ini menggambarkan kemampuan manajemen program KIA dalam pertolongan
persalinan secara professional
RUMUS:
Jumlah persalinan oleh tenakes x 100%
Jumlah seluruh sasaran persalinan dalam satu tahun
4. Deteksi ibu hamil beresiko oleh masyarakat
Dengan indikator ini dapat diukur tingkat kemampuan dan peran serta masyarakat dalam
melakukan deteksi ibu hamil yang beresiko dalam satu wilayah
RUMUS:
Bayi /kader ke tenakes x 100%
Jumlah seluruh sasaran ibu hamil dalam satu tahun
5. Deteksi ibu hamil beresiko oleh tenaga kesehatan
Dengan indikator ini dapat diperkirakan besarnya masalah yang dihadapi oleh program KIA dan
harus ditindak lanjuti dengan intervensi secara intensif
RUMUS:
Jumlah Ibu hamil beresiko yang ditemukan oleh tenakes
dan atau dirujuk oleh dukun bayi dan kader x 100%
Jumlah seluruh sasaran ibu hamil dalam satu tahun
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS KIA) adalah alat manajemen
untuk melakukan pemantauan program KIA disuatu wilayah kerja secara terus menerus, agar dapat
dilakukan tindak lanjut yang cepat dan tepat. Program KIA yang dimaksud meliputi pelayanan ibu hamil,
ibu bersalin, ibu nifas, ibu dengan komplikasi kebidanan, keluarga berencana, bayi baru lahir, bayi baru
lahir dengan komplikasi, bayi, dan balita.
Tujuan PWS-KIA adalah Meningkatkan jangkauan dan mutu pelayanan KIA di wilayah kerja
puskesmas, melalui pemantauan cakupan pelayanan KIA di tiap desa secara terus menerus.
Indikator pemantauan program KIA yang dipakai untuk PWS-KIA meliputi indikator yang dapat
menggambarkan keadaan kegiatan pokok dalam program KIA.Ditetapkan 6 indikator PWS-KIA yaitu;
1. Akses pelayanan antenatal ( cakupan K1 )
2. Cakupan ibu hamil ( Cakupan K4 )
3. Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan
4. Deteksi ibu hamil beresiko oleh masyarakat
5. Deteksi ibu hamil beresiko oleh tenaga kesehatan
6. Cakupan pelayanan neonatal oleh tenaga kesehatan

3.2 Saran
Untuk tenaga kesehatan khususnya seorang bidan, alangkah baiknya untuk melakukan pemantaan
pelayanan kebidanan didaerah kerjanya baik dengan menggunakan PWS KIA maupun Pendataan Sasaran,
agar dapat mengetahui keadaan wilayah kerja baik yang berkaitan dengan ibu hamil, ibu bersalin, ibu
nifas, ibu dengan komplikasi kebidanan, keluarga berencana, bayi baru lahir, bayi baru lahir dengan
komplikasi, bayi, dan balita.
Untuk masyarakat sendiri bisa melakukan pendataan dengan adanya pemantauan dari tenaga
kesehatan terutama bagi masyarakat yang ditunjuk menjadi kader begitu juga dukun bayi.

Anda mungkin juga menyukai