Anda di halaman 1dari 38

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL .......................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................................. ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................................ vi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2 Tujuan Percobaan ......................................................................................... 1
1.3 Batasan Masalah ........................................................................................... 1
BAB I TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 3
2.1 Pengolahan Mineral ...................................................................................... 3
2.2 Ball Mill ........................................................................................................ 5
2.3 Rancangan Ball Mill ..................................................................................... 7
BAB III METODE PERCOBAAN ................................................................................ 10
3.1 Diagram Alir ............................................................................................... 10
3.2 Alat dan Bahan ........................................................................................... 11
3.2.1 Alat-Alat Yang Digunakan ............................................................ 11
3.2.2 Bahan-Bahan Yang Digunakan...................................................... 11
3.3 Prosedur Percobaan .................................................................................... 11
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................ 13
4.1 Hasil Percobaan .......................................................................................... 13
4.2 Pembahasan ................................................................................................ 14
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................................... 20
5.1 Kesimpulan ................................................................................................. 20
5.2 Saran ........................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
LAMPIRAN A CONTOH PERHITUNGAN ................................................................... 22

ii
LAMPIRAN B JAWAN PERTANYAAN DAN TUGAS KHUSUS .............................. 25
LAMPIRAN C BLANGKO PERCOBAAN .................................................................... 31

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
Gambar 2.1 Penampang Ball Mill ............................................................................6
Gambar 2.2 Design Alat ...........................................................................................8
Gambar 3.1 Diagram Alir Percobaan Ball Mill .....................................................11
Gambar 4.1 Grafik hubungan antara fraksi ukuran terhadap jumlah
media penggerus pada percobaan kedua .......................................... 17
Gambar 4.2 Grafik hubungan antara fraksi ukuran terhadap jumlah
media penggerus pada percobaan ketiga ......................................... 18

iv
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
Tabel 4.1 Data Percobaan ball mill ........................................................................13
Tabel 4.2 Data Hasil Pengayakan Proses Grinding Ball Mill ................................13
Tabel 4.3 Data Hasil Pengayakan Proses Kedua Grinding Ball Mill.....................13

v
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
Lampiran A. Contoh Perhitungan ........................................................................ 23
Lampiran B. Jawaban Pertanyaan dan Tugas Khusus .......................................... 25
B.1 Jawaban Pertanyaan ................................................................. 25
B.2 Tugas Khusus ........................................................................... 29
Lampiran C. Blanko Percobaan ........................................................................... 32

vi
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bermula dari pertambangan akan dihasilkan bijih tambang yang
ukurannya beraneka ragam atau sering kita sebut run of mine (ROM). tentu kita
tidak bisa mengolah secara langsung dikarnakan ukurannya masih terlalu besar
untuk diolah, harus ada upaya yang tujuannya mereduksi ukuran dari bijih oleh
karna itu proses kominusi ada untuk menjawab permasalahan diatas. dengan
proses kominusi kita dapat memperkecil bijih yang kita inginkan, dengan kita
mereduksi ukuran bijih kita juga telah meningkatkan derajat kebebasan dari
mineral berharga. sehingga akan mudah untuk kita memisahkan mineral berharga
dari maneral pengotor, dalam proses kominusi mineral ROM akan melewati
beberapa tahap untuk menghasilkan ukuran mineral yang kita inginkan.
Dalam proses kominusi berjalan beberapa tahap, tahap yang dimaksud
adalah crushing (peremukan) dan grinding (penggerusan), tahap crushing adalah
tahapan awal kominusi dimana bongkahan mineral ROM akan dipecah menjadi
bongkahan kecil oleh alat-alat crushing, selanjutnya mineral masuk ketahap
berikutnya yaitu grinding yaitu bongkahan kecil hasil crushing akan dgerus
hingga ukuran mineral menyerupai pasir, salah satu alat grinding adalah Ball Mill
yaitu alat yang menyerupai silinder yang menfaatkan gaya sentifugal, dan gaya
gravitasi untuk mengerus mineral hingga ukuran mineral menjadi halus.

1.2 Tujuan Percobaan


Memahami mekanisme penggerusan, mengetahui pengaruh parameter
waktu dan jumlah media gerus pada produk grinding mengunakan Ball Mill, serta
dapat memahami sieving test pada produk hasil grinding.

1.3 Batasan Masalah


Batasan Masalah pada percobaan terdapat dua variabel yang terdiri dari
2

variabel bebas yaitu : RPM Ball Mill, jumlah media pengerus, jumlah batu
bara, dan lamanya waktu grinding dan variabel terikat yaitu : ukuran hasil
grinding, berat hasil grinding.
3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengolahan Mineral


Bijih yang baru ditambang run of mine terdiri atas mineral berharga dan
pengotor gangue. Pengolahan mineral atau yang biasa disebut mineral processing,
mineral dressing, atau milling, yang merupakan proses setelah dilakukannya
penambangan dan menyiapkan bijih untuk dilakukan proses ekstraksi logam
berharga untuk bijih-bijih logam, dan menghasilkan produk seperti bijih besi dan
batubara. Selain dari regulasi terhadap ukuran bijih, pengolaham mineral
merupakan proses pemisahan butiran-butiran mineral berharga dari mineral
pengotor secara fisik, untuk menghasilkan bagian yang diperkaya, atau konsentrat
yang mengandung sebagian besar mineral berharga dan tailing, yang mengandung
pengotor atau gangue. Apabila bijih mengandung lebih dari satu mineral berharga,
biasanya merupakan objek dari pengolahan mineral seperti halnya mineral yang
tidak diinginkan yang dapat mempengaruhi proses refining yang ada pada bijih
merupakan suatu keharusan untuk memisahkan mineral-mineral tersebut pada
tahapan pemisahan.[1]
Ada dua proses utama pada pengolahan mineral antara lain pembebasan
atau liberation dari mineral berharga dari mineral pengotornya dengan kominusi
dan pemisahan antara mineral berharga dengan pengotor yang disebut konsentrasi.
Pembebasan atau liberation dari mineral berharga dilakukan dengan kominusi
yang melibatkan crushing dan jika diperlukan grinding, untuk mencapai ukuran
partikel yang dibutuhkan untuk proses selanjutnya. Grinding atau penggerusan
biasanya merupakan proses yang memakai konsumsi energi terbesar, terhitung
hingga 50% dari konsumsi energi pada suatu concentrator, karena grinding
merupakan proses pembebasan mineral dari pengotor dan juga proses yang
penting yang berpengaruh terhadap efisiensi proses pemisahan mineral dan
seringkali disebut sebagai kunci utama dalam pengolahan mineral. Pengetahuan
4

yang cukup mengenai mineral dari bijih sangatlah penting untuk melakukan
proses pengolahan mineral dengan efisien. Pengetahuan disini merujuk tidak
hanya pada sifat dari mineral berharga dan pengotornya tetapi juga ukuran tertentu
dari bijih. Pengolahan mineral memiliki beberapa tahapan sebelum bijih siap
diolah melalui tahapan ekstraksi. Tahapan ini dibagi menjadi 3 bagian, yaitu :[2]
1. Kominusi
Kominusi atau pereduksian ukuran. Dilakukan agar bahan
galian yang akan diproses memiliki ukuran yang tidak terlalu besar,
sehingga dapat dilakukan untuk proses selanjutnya. Kominusi
merupakan proses dimana partikulat dari material-material dikecilkan
ukurannya dengan blasting, crushing, dan grinding menjadi ukuran
produk yang dibutuhkan untuk diolah lebih lanjut atau digunakan.
Pada pengolahan mineral, operasi kominusi digunakan untuk
memastikan komponen berharga terbebaskan secara fisik dari
komponen pengotor sebelum pemisahan fisik ataupun kimia
dilakukan.
Di alam, mineral terbentuk dengan kombinasi dari sifat fisika
dan kimia masing-masing. Untuk memisahkan mineral dari
bongkahan digunakan metode pemisahan secara fisik dan kimia.
Kebanyakan mineral ditambang dalam bentuk bongkahan besar.
Mineral-mineral seperti ilmenite, rutile, zircon, leucoxene, dan
mineral berat ditemukan hancur dalam pasir pada pantai ataupun
palung. Untuk mengambil mineral dari bongkahan bijihnya, harus
dilakukan peremukkan hingga penggerusan. Ketika jumlah maksimal
dari mineral berharga dipisahkan dengan kominusi dari bongkahan
bijihnya, ukuran tersebut biasanya disebut liberation size atau ukuran
kebebasan. Tujuan dari kominusi adalah untuk memaksimalkan
liberasi mineral dari bijihnya. Umumnya konsentrasi dari mineral
berharga dalam bijih sangat rendah, sehingga bijih dalam jumlah yang
sangat besar harus ditambang untuk mengambil kuantitas mineral
yang cukup untuk proses olahan selanjutnya. Tahap pertama dari
5

proses recovery adalah dengan crushing dan grinding. Kominusi


dibagi menjadi dua :[2]
a. Crushing atau peremukan, yaitu proses penghancuran
bongkahan mineral hasil dari tambang dari ukuran bijih
yang didapat, namun reduksi ukurannya termasuk kasar
sekitar lebih dari 10 mesh dan harus diproses lebih lanjut
lanjut. Contoh alat yaitu jaw crusher atau gyratory
crusher.
b. Grinding atau penggerusan, yaitu kelanjutan dari proses
peremukkan, hanya saja ukuran yang dihasilkan lebih
kecil dibandingkan dengan crushing yaitu kurang dari 10
mesh. Contoh alat yaitu rod mill dan ball mill.
2. Sizing
Classification adalah operasi mekanik yang bertujuan untuk
memisahkan partikel dalam bentuk padat berdasarkan ukuran butir
dengan memanfaatkan perbedaan kerapatan pengendapan partikel
didalam fluida. Media fluida yang biasa digunakan diantaranya air,
udara, suspensi, dan cairan kimia. Contoh alat yaitu vibrator screen
dan spiral classifier.[2]
3. Konsentrasi
Konsentrasi adalah pengelompokan dengan mineral berat dan
mineral ringan. Umumnya mineral berat adalah mineral berharga
(konsentrat) dan mineral ringan adalah mineral tak berharga (tailing).
Konsentrasi adalah tahap akhir dalam preparasi bijih secara fisik. Hasil
dari proses inilah yang akan digunakan dalam proses ekstraksi.

2.2 Ball Mill


Ball mill merupakan alat industri yang sangat berperan penting dalam
bidang produksi terutama pada industri semen yang merupakan bahan utama
konstruksi sipil. Ball mill merupakan bola penggiling yang digunakan dalam
proses pembuatan semen yang mempunyai karakteristik keras sehingga dapat
6

menghancurkan dan menggiling bahan baku semen, seperti kapur, silica, alumina,
dan besi oksida yang masih berbentuk bongkahan batu, sedangkan Screneer
sebagai klasifikasi ukuran material yang di reduksi menjadi mesh, penampang ball
mill dpat dilihat pada gambar 2.1.[3]

Gambar 2.1 Penampang Ball Mil [3]


Pada skala industri, ball mill bekerja secara sinambung, bijih dimasukan
pada salah satu sisi dan keluaran pada sisi yang lainnya. Tahap terakhir pada
proses tersebut adalah Screener, dimana material akan dipisahkan dengan bola-
bola baja. Ball mill berkualitas tinggi dapat menggiling partikel campuran
menjadi ukuran partikel, meningkatkan luas permukaan dan laju kering. Terdapat
dua macam ball mill berdasarkan cara pelepasan material, yaitu tipe overflow mill
dan tipe grate discharge mill.[3]
Ball mill memiliki kinerja yang sangat stabil serta dalam instalasi
sangatlah mudah dan dalam perancangan yang dilakukan tingkat kehalusan yang
dapat dicapai dari penggilingan material berdiameter 15 mm hingga mencapai 20
mikron. Untuk mencapai suatu produk berupa material serbuk yang halus tersebut,
dibutuhkan suatu bola baja untuk menumbuk material yang ada didalam tabung
yang mana nantinya akan menggilas material secara berulang – ulang hinga
menjadi material yang sangat halus
Ball mill dengan tipe grate discharge yang sedang dirancang berbeda
dengan yang lain seperti tipe overflow discharge. Ball mill dengan grate discharge
memiliki penyaringan yang dipasang pada ujung pengeluaran sehingga hasil
produk akan seragam serta produk dapat keluar dengan bebas , juga permukaan
7

penggilingan material lebih rendah dari overflow. Hal ini dapat menghindari
terjadinya overgrinding dan dalam proses penggilingannya dapat dilakukan
dengan cara basah atau kering. Dalam pemilihan kapasitas 30 ton perjam
dimaksudkan untuk kebutuhan [3]
Prinsip kerja mesin ball mill dimulai dari perputaran tubuh barel yang
kemudian menghasilkan gaya sentrifugal, steel ball akan terbawa pada ketinggian
tertentu dan jatuh untuk membuat material tergiling. Waktu yang digunakan
dalam proses penggilingan tergantung dari jumlah material dan jenis material,
sehinggal hal tersebut yang dapat menentukan kehalusan material. Setelah proses
penggilingan maka tahap selanjutnya serbuk dipisahkan dengan bola baja dengan
menggunakan sebuah screening, dimana setiap tingkatan memiliki kerenggangan
saringan tergantung pada diameter bola baja yang digunakan.[3]
Apabila mesin ball mill beroperasi di atas putaran kritis yang berarti
bahwa gaya sentrifugal lebih besar dari gaya gravitasi, bola-bola penggiling akan
menempel pada dinding dan tidak menjatuhi bahan yang digiling dan bola-bola
tersebut berputar bersama mesin ball mill. Dalam hal ini tumbukan yang terjadi
kecil sekali dan penggilingan tentu saja tidak efisien.Apabila mesin ball mill
berputar jauh di bawah putaran kritisnya maka gerakan bola sangat terbatas dan
frekuensi tumbukan hanya sedikit dan penggilingan juga tidak efisien. Hasil yang
baik akan didapat bila mesin beroperasi pada putaran sekitar 80 – 100% dari
putaran kritis.Rumus untuk putaran kritis yaitu:[3]


Keterangan : Nkr : putaran krisis (rpm)
D : diameter dalam mesin (m)
d : diameter media pengerus (m)

2.3 Rancangan Ball Mill


Perancangan awal untuk membuat ball mill antara lain menentukan
kapasitas ball mill, dimensi alat, pemilihan motor penggerak dan pemilihan
material Data awal spesifikasi dengan ukuran diameter tabung 20 cm dan panjang
8

tabung 30 cm, diameter terkecil ball mill adalah 182 cm jadi skala prototipe yang
dibuat adalah 1: 10. Sedangkan untuk ukuran screen 40 mesh ditentukan dari
standar pengolahan bahan galian nuklir pada proses resin in pulp adalah 25-35
mesh [4].

Gambar 2.2 Desain Alat{4]

1. Kecepatan kritis
Merupakan kecepatan putar cell pada operasi milling dimana pada saat itu
grinding media menempel pada dinding cell sehingga tidak terjadi proses
abrasi maupun impak.
2. Cataracting
Merupakan kecepatan putar dari cell mill dimana grinding media akan
menimbulkan impak yang lebih besar dibandingkan abrasi.
3. Cascading
Merupakan kecepatan putar pada cell mill pada operasi milling yang
mengakibatkan grinding media lebih dominan bekerja secara abrasi maupun
impak. Diamater media gerus bervariasi mulai dari 25 sampai dengan 150 cm.
Berdasarkan cara pengeluaran produknya ball mill dibedakan menjadi dua
bagian yaitu :
a. Overflow Mill Dimana produk hasil pengeluaran akan keluar
dengan sendirinya disalah satu ujung pengeluaran.
9

b. Grate Discharge Mill Dimana produk hasil pengeluaran akan keluar


melalui saringan yang dipasang pada salah satu ujung pengeluaran. Produk
dapat keluar dengan bebas sehingga dapat menghindari terjadinya
overgrinding.[5]
10

BAB III
METODE PERCOBAAN

2.1 Diagram Alir


Diagram alir yang digunakan pada percobaan sluice box pada dilihat pada
gambar 3.1

Batu bara dan penayak disiapkan dengan ukuran


yang ditentukan

Massa setiap fraksi ukuran ditimbang

Batu bara dimasukan kedalam Ball Mill dan


melakukan proses pengerusan dengan waktu dan
media pengerusan yang ditentukan

hasil pengerusan dikeluarkan

Hasil dari proses pengerusan dipisahkan


berdasarkan fraksi ukuran dengan
mengunakan sreening dan menimbang massa
tiap-tiap fraksi ukuran

Data Pengamatan

x
11

Pembahasan Literatur

Kesimpulan

Gambar 3.1 Diagram Alir Percobaan Ball Mill

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat-alat yang Digunakan
Adapun alat-alat yang digunakan pada praktikum sluice box adalah
1. Ball Mill
2. Media pengerus
3. Neraca digital
4. Screening
5. Spatula
6. stopwatch
3.2.2 Bahan-bahan yang Digunakan
Adapun bahan-bahan yang digunakan pada praktikum sluice box adalah
1. Batu bara

3.3 Prosedur Percobaan


Prosedur percobaan pada praktikum sluice box adalah.
1. Disiapkan batu bara dan pengayak dengan ukuran yang ditentukan
oleh asisten menjadi homogen.
2. Massa setiap fraksi ukuran ditimbang.
3. Batu bara dimasukan kedalam ball mill dan melakukan proses
pengerusan dengan waktu dan jumlah media pengerus yang
ditentukan oleh asisten.
4. Dikeluarkan hasil pengerusan.
12

5. Dipisahkan hasil dari proses pengerusan berdasarkan fraksi ukuran


mengunakan screening dan menimbang massa tiap-tiap fraksi ukuran
13

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Percobaan


Hasil yang didapatkan dari percobaan mineral Sluice Box yang telah
dilakukan dapat dilihat pada Tabel 4.1, 4.2, dan 4.3
Tabel 4.1 Data Percobaan ball mill

Percobaan Massa Awal (gram) Waktu (menit) Jumlah Penggerus

1 30 3 10
2 30 6 10
3 30 6 5

Tabel 4.2 Data Hasil Pengayakan Proses Grinding Ball Mill

Massa (gr)
Fraksi Ukuran
I II III

+18# 10,20 10,29 10,22

-18# + 40# 9,97 9,41 10,48

-40# +60# 0,72 5,28 3,06

-60# 10,72 4,49 6,31

Tabel 4.3 Data Hasil Pengayakan Proses kedua Grinding Ball Mill

% Berat % Berat
Fraksi Ukuran
Berat (gr) % Berat Kumulatif Kumulatif
Ukuran (#) Ayakan (#)
Tertampung Lolos

+18# 18 10,29 34,98 34,92 65,08


14

-18# + 40# 40 9,41 66,85 66,85 33,15

-40# +60# 60 5,28 84,77 84,77 15,23

-60# 4,49 100 100 0

Total 29,47

4.2 Pembahasan
Bijih logam yang berasal dari tambang, tentu ukurannya beraneka ragam
sehingga tidak mungkin bijih tersebut kita ekstraksikan karna mengingat
ukurannya terlalu besar, jika dipaksakna kita mengektraksikan mineral tersebut
pada suatu alat maka alat tersebut akan langsung rusak, sehingga setiap alat
memiliki spesifikasi ukuran maksimal feed yang masih dapat diolah, selain itupun
kita kesulitan untuk memisahkan mineral berharga karna bijih tersebut masih lah
satu kesatuan. Jadi haruslah usaha dari kita untuk mereduksi ukuran yang mana
proses itu memperkecil ukuran bijih dari tambang yang sering di sebut run of
mine menjadi ukuran yang kita inginkan sehingga bijih tersebut dapat melanjutkan
proses selanjutnya.
Oleh karna itulah proses kominusi ada untuk menjawab permasalahan
diatas. Kominusi adalah proses yang konsepnya adalah memperkecil ukuran dari
bijih yang ukurannya besar karna didatangkan dari tambang langsung menjadi
ukuran yang dapat diterima oleh proses berikutnya. Bijih yang akan melewati
proses kominusi akan melewati dua tahapan yaitu crushing, dan grinding kedua
tahapan ini gunanya adalah sama yaitu memperkecil ukuran dari bijih, akan tetapi
yang membedakan dari tahapan ini adah alat yang di gunakan berbeda, dan pada
tahapan crushing pun dibagi sampai tiga tahapan yang mana tahapan itu adalah
primary crushing, secondary crushing, dan tertiary crushing. Primary crushing
adalah gerbang pertama bagi bijih pada proses kominusi, di tahap inilah
bongkahan besar yang didatangkan dari pertambangan akan di pecahkan dengan
alat yaitu jaw crusher, alat ini dapat memmecahkan bongkahan besar dengan
mengunakan rahang yang super kuat selain jaw chusher ada alat juga yang sering
digunakan pada tahapan primary crushing yaitu gyratory crusher yang mana alat
15

inipun memiliki rahang super keras sehingga mampu memecahkan bijih hasil dari
primary chruhing adalah bijih yang ukurannya lebih kecil. Selanjutnya adalah
secondary crushing di tahap inilah bijih hasil dari primary crashing akan kembali
di remukan kembali di alat secondary crashing yang nama dari alatnya adalah roll
crusher dan impact crusher dengan alat ini lah bijih akan di hancurkan kembali
guna menghasilkan bijih yang lebih kecil lagi, selanjutnya bijih akan masuk pada
proses crushing terakhir yaitu tertiary crushing. Tahap ketiga dari crushing
sebenarnya jarang dilakukan, kabanyakan pabrik hanya melakukan dua tahapan
saja yaitu primary crusher, dan secondary crusher, akan tetapi beberapa
pabrikada yang menerapkan sampai sampai tertiary crushing, nama alat yang
digunakan pada proses ketiga ini sama seperti pada tahapan kedua, yang
membedakan adalah output dari tahapan ketiga adalah butiran yang lebih halus
lagi. Hingga bijih telah melewati dari tiga tahapan akan tetapi itu belum selasai
karna ukuran biji masihlah besar dan kasar untuk di olah sehingga setelah di
crushing, bijih akan memasuki tahapan berikutnya yaitu proses grinding atau
penggerusan, pada tahap ini lah bijih yang ukurannya telah di reduksi oleh proses
crushing akan dihaluskan kembali sampai bijih benar-benar halus dan siap untuk
memasuki proses berikutnya, pada proses ini sama seperti proses sebelumnya
yaitu diperlukan alat untuk menggerus bijih, alat yang di gunakan aadalah mill
dan terdapat banyak mill, diantara lain Autogenous Mil, semi Autogenous Mill,
Rod Mill, Ball Mill, dan Pebble Mill.
Dan dari banyaknya alat Mill yang akan dibahas adalah Mill jenis Ball
Mill, Ball Mill adalah alat yang ruoanya seperti tabung yang di buat super keras,
tahan aus, dan korosi hal ini dikarnakan mengingat pengoperasiannya yang saat
keras, selain tabung ball mill juga yang mnwjadikan ciri khas dari ball mill adalah
media pengerus media pengerus yang berbentuk bola memiliki peran pada alat
ball mill yaitu untuk mengerus bijih yang akan dimasukan kedalam ball mill
sehingga diharuskna untuk media pengerus memiliki sifat keras, tahan aus, dan
korosi. Ball mill memiliki fungsi untuk mengerus bijih dengan cara biji masuk
kedalam silinder yang mana di dalam silinder ada bola baja sebagai media
pengerus dan setelah di isi bijih, alat ball mill akan diputar dengan mengunakan
16

mesin, pada saat diputar akan mengelurakan bebagai gaya, dan dari gaya itulah
bijih akan tergerus, dan gaya yang di maksud adalah gaya sentifugal yang mana
gaya ini memiliki arah yang menjauhi dari pusat lingkaran dari tabung ball mill,
gaya inilah yang membuat media pengerus dan bijih akan menempel di dinding
tabung, selanjutnya akan terangkat karna perputaran dari tabung ball mill,
selanjutnya setelah terangkat akan ada suatu titik kesetimbangan dimana besar
dari gaya sentrifugal dan gaya gravitasi akan bernilai sama. Setelah titik itulah
besar gaya gravitasi akan mengalahkan gaya gravitasi, dikarnakan gaya gravitasi
memiliki arah menuju pusat bumi sehingga bola pengerus dan bijih akan jatuh
dari ketinggian tertentu dengan menyimpan energi potensial, energi potensial ini
akan berubah menjadi energi impact atau tumbukan yang dapat menghancurkan
bijih.
Dalam pengoperasiannya ball mill dapat dilakukan pada dua kondisi yaitu
pada kondisi basah dan kering, akan tetapi kebanyakan ball mill beroperasi di
kondisi basah, dan sedikit yang mengoperasikan pada kondisi kering. Hal ini
dikarnakan banyak kelebihan dan keuntungan yang dapat diraih pada kondisi
basah ketimbang pada kondisi kering. Salah satu keuntungan dari kondisi basah
adalah efisiensi energi ketimbang proses kering, hali ini dapat terjadi karna energi
potensial yang berubah menjadi energi bunyi yang tidak diharapkan dapat kita
redam pada kondisi basah, sehingga perubahan energi potensial akan lebih
terfokus menjadi energi impact atau energi tumbukan yang mana energi tersebut
yang dapat mengancurkan bijih. Selain lebih efisien energi kelebihan
pengoperasian ball mill pada kondisi basah lebih minim residu, berbeda pada
kondisi kering akan dihasilkan residu atau debu yang dapat menganggu pada
pernapasan. Kelebihan selanjutnya adalah pada kondisi basah akan lebih mudah
untuk di olah, berbeda dengan kondisi kering yang mengharuskan bijih yang akan
dimasukan dalam kondisi kering sehingga sebelum masuk kedalam tabung ball
mill harus ada proses pengeringan terlebih dahulu, dari situ pun sudah terlihat
bahwa proses basah dapat menghemat energi. Akan tetapi dibalik kelebihan
terdapat kekurangan pada kondisi basah yaitu adanya erosi yang terjadi pada
17

dinding tabung dan media penggerus sehingga pada pengoperasiannya akan


memakan operasi servise..
Pada percobaan ball mill dilalukan dengan mengunakan alat ball mill
berskala laboratorium dengan bijih yang akan dihancurkan adalah batubara
sebanyak 30 gram. Langkah pertama yang dilakukan adalah menyiapkan batubara
yang di saring mengunakan saringan bertingkat mulai bari +18#, -18#+40#, -
40#+60#, dan -60# lalu dicatat massa tiap ukuran fraksinya, selanjutnya batubara
tersebut di masukan kedalam tabung degan ditambah media penggerus yang
terbuat dari baja yang jumlahnya adalah 5 sampai 10 buah, dan setelah bijih dan
media penggerus dimasukan kadelam tabung langkah berikutnya dalah menyalakn
mesin ball mill dan atur kecepatannya, untuk lamanya pengerusan dari ball mill
muali dari 3-6 menit. Setelah dilakukan penggerusan dilakukan kembali
penyaringan terhadap bijih dengan alat saring yang sama seperti yang dipakai
pertama kali sebelum penggerusan. Lalu dicatat fraksi tiap ukuran. Pada
percobaan kali ini dilakukan tiga kali pengerusan yang membedakan antara satu
sama lain adalah lama waktu penggerusan dan jumlah media penggerus yang
dibutuhkan. Pada percobaan pertama dilakukan penggerusan selama tiga menit
dengan menggunakan sepuluh media penggerus, yang kedua dilakukan
penggerusan selama enam menit dengan menggunakan sepuluh media penggerus,
dan yang terakhir yaitu percobaan ketiga dilakukan penggerusan selama 6 menit
dengan menggunakan lima media penggerusan.
12

10

0
+18% -18+40# -40#+60# -60#

Gambar 4.1 Grafik hubungan antara fraksi ukuran terhadap jumlah media
penggerus pada percobaan kedua
18

12

10

0
+18% -18+40# -40#+60# -60#

Gambar 4.2 Grafik hubungan antara fraksi ukuran terhadap jumlah media
penggerus pada percobaan ketiga

Pada percobaan kedua yaitu percobaan untuk meng-grinding bijih


batubara seberat 30 gram dengan durasi operasian enam menit, dan dipakai bola
baja sebagai media penggerusnya sebanyak 10 buah yang hasilnya dapat dilihat
pada Gambar 4.1 sebesar 10,29 gram ukuran +18#, 9,41 gram ukuran -18+40#,
9,41 gram ukuran -40#+60#, dan terakhir 5,28 gram ukuran -60#, sementara itu
pada percobaan tiga dengan jenis bijih, berat, dan durasi yang sama seperti yang
dilakukan pada percobaan pertama yang membedakan adalah jumlah
penggerusnya yang digunakan hanyalah setengah dari percobaan pertama
didapatkan hasil yang dapat dilihat pada gambar 4.2 sebesar 10,22 gram ukuran
+18#, 10,48 gram ukuran -18+40#, 3,06 gram ukuran -40#+60#, dan terakhir
6,31 gram ukuran -60#.
timbul sehingga ball mill yang mengunakan media penggerus yang banyak
akan dihasilkan bijih yang ukurannya halus Hasil pada percobaan kedua, dan
ketiga dapat dilihat bahwa durasi penggerusan dan jumlah dari media penggerus
sangatlah berpengaruh, semakin lama bijih tersebut ditumbuk akan berbanding
lurus jumlah perolehan mineral yang halus yang maka kita inginkan hal
disebabkan bijih akan menerima enerfi tumbukan yang lebih sering jika waktu
grinding lama, selanjutnya yang menjadikan faktor dari hasil adalah jumlah dari
media penggerusan semakin banyak media penggerusan maka akan semakin besar
energi tumbukan yang akan. Berbeda ketika suatu ball mill yang menggunkan
19

media pengerus yang kurang banyak. Diluar dari percobaan yang menjadi faktor
dari alat ball mill adalah kecepatan perputaran dari tabung harus di atur dengan
kecepatan pas jika terlalu besar gaya sentrifugal akan bernilai besar sehingga gaya
gravitasi tidak dapat mengalahknnya, sehingga meida penggerus dan bijih akan
selalu menempel di dinding tabung, dan juga terlalu lambat media penggerusan
dan bijih hanya bergesekan saja dengan dinding ball mill.
20

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5,1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan ball mill yang telah dilaksanakan, mak dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut
1. Ball mill adalah alat kominusi tahap grinding, ball mill berbentuk
tabung super kecar dan dapat berputar, dan didalamnya terdapat media
penggerus yang terbuat dari baja
2. Durasi dari penggerusan sdan jumlah bola baja media penggerus
sangatlah berpengaruh terhadap hasil ukuran bijih yang halus

5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan untuk praktikum selanjutnya ialah :
1. Memberikan data awal massa tiap fraksi ukuran sebelum dilakukan
percobaan, sehingga para prwaktikan mempunyai wawasan yang kuas
lagi terhadap ball mill
21

DAFTAR PUSTAKA

[1] Setawan, Wawan. “Pengolahan Mineral.Cilegon: FT UNTIRTA. 2012.


[2] Kelly, E. G., Spottiswood, D. J. Introduction to Mineral Processing. New
York: John Wiley & Sons Inc. 1982.
[3] Tata Surdia & Saito, S., “Pengetahuan Bahan Teknik”, Cetakan Kelima, PT.
Pradnya Paramita, Jakarta, 2000.

[4] Chusnul Azhari, Bayu Priyanto, “Pengaruh Putaran Mesin Terhadap Hasil
Serbuk Lempung Pada Mesin Penggiling Bahan Keramik”, Vol.12 No.2,
DESEMBER. 2017

[5] Dendi Arman Hidayat, “Analisa Kinerja Hasil Perancangan Alat Reduksi
Dan Klasifikasi Ukuran Penggerusan Tipe Screener Ball Mill”, hal 97-103,
Surabaya
22

LAMPIRAN A
CONTOH PERHITUNGAN
23

Lampiran A. Contoh Perhitungan


1. Persen berat pada percobaan kedua

a. Fraksi ukuran +18#

b. Fraksi ukuran -18# + 40#

c. Fraksi ukuran -40# + 60#

d. Fraksi ukuran -60#

2. Menghitung persen kumulatif massa tertampung

a. Fraksi ukuran +18# kumulatif

b. Fraksi ukuran -18# + 40# kumulatif

c. Fraksi ukuran -40# + 60# kumulatif

d. Fraksi ukuran -60# kumulatif

2. Menghitung persen kumulatif yang lolos


24

a. Fraksi ukuran +18# kumulatif

b. Fraksi ukuran -18# + 40# kumulatif

c. Fraksi ukuran -40# + 60# kumulatif

d. Fraksi ukuran -60# kumulatif


25

LAMPIRAN B
JAWABAN PERTANYAAN DAN TUGAS KHUSUS
26

Lampiran B. Jawaban Pertanyaan dan Tugas Khusus


B.1 Jawaban Pertanyaan
1. Sebutkan dan jelaskan kriteria yang digunakan untuk penentuan
grinding dapat dilakukan secara kering atau basah!
Jawaban :1. Pengolahan mineral/bijih dilakukan secara basah,
pada umumnya operasi konsentrasi atau
pemisahan mineral dilakukan dengan cara
basah. Namun pengerusan klinger untuk
menghasilkan semen selalu memakai cara
kering
2. pengerusan cara basah memerlukan energi yang
lebih kecil dibandingkan cara kering
3. klasifikasi/sizing lebih mudah dan memerlukan
ruang yang lebih kecil didandingkan cara
kering
4. lingkungan pada pengerusan cara basah relatife
lebih bersih dan tidak memerlukan operasi
pengeringan terlebih dahulu
5. pengerusan cara kering menyaratkan bijih
betul-betul kering, sehingga memerlukan
operasi pengeringan terlebih dahulu
6. pada pengerusan cara basah, komsumsi media
gerus dan bahan pelapis relativelebih banyak,
karna terjadi korosi
2 . Gambarkan secara skematika, perilaku muatan saat mill berputar!
Jawaban : Di saat ball mill beroperasi, bagian silinder pada
alat akan berputar dan grinding media beserta
bijih yang kita masukan akan terbawa naik
dikarnakan perputaran silinder, terbawa naik
oleh dinding mill ke arah yang lebih tinggi
sampai dapa titik kesetimbangan dinamik, yaitu
27

titik dimana besarnya gaya gravitasi akan sama


besarnya dengan gaya sentrifugal. Setelah titik
kesetimbangan terlampaui maka media pengerus
dan bibih akan jatuh menimpa media pengerus
dan bijih sehingga akan muncul gaya impak
yang dapat menhancurkan bijih tersebut.
3 . Sebutkan dan jelaskan macam-macam bentuk cell pada milling!
Jawaban :1. Cylinder (produk yang ada masih kasar)
Contoh mill berbentuk silender tube mill, pada
tube mill produk masih agak kasar dan dalam
proses penghancurannya perlu ditambah air
sehingga bercampunya air mineral akan menjadi
pulp.
2. Conical (produk halus)
Contoh mill berbentuk silender tube mill, pada
tube mill produk masih agak kasar dan dalam
proses penghancurannya perlu ditambah air
sehingga bercampunya air mineral akan menjadi
pulp
3. Cylindro Conical
Mill jenis ini ada yang halus dan ada yang kasar
bentuk cell ini merupakan gabungan antara
cylinder dan conical
4. Sebutkan dan jelaskan faktor penting yang menentukan besarnya
diameter dan panjang mill tube!
Jawaban : Diameter dan panjang mill tube bergantung pada
berbagai faktor. Faktor yang paling penting adalah
1. Kapasitas
Kapasitas adalahfaktor dalam besarnya
diameter mill tube yang akan dibuat, semakin
28

besar kapasitas yang akan di perlukan maka


semakin besr juga alat dari ball mill
2. kekerasan material
Kekerasan Mineral menjadi faktor karna
semakin keras suatu mineral maka semakin
sukar untuk di hancurkan ketika penggilingan,
tentu untuk mengahncurkannya di perlukan
energi yang di atas rata-rata sehingga
diperlukan diameter mill tube untuk
menghasilkan energi yang bsearuntuk
menghancurkan mineral keras tersebut
3. Ukuran Bijih
Ukuran biji menjadi faktor dalam menentukan
besarnya diameter, jadi semakin besar bijih
maka diperlukan ball mill juga yang besar
5. Apa yang dimaksud dengan kecepatan kritis relatif dan kecepatan
gaya sentrifugal dan sebutkan nilai optimum pada masing-masing
kecepatan tersebut!
Jawaban : Diameter dan panjang mill tube bergantung pada
berbagai faktor. Faktor yang paling penting
adalah
6. Sebutkan dan jelaskan faktor-faktor yang berpengaruh pada kerja
ball mill!
Jawaban : Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja ball mill
1. Besar Bijih
Besar biji sangatlah berpengaruh terhadap
kinerja ball mill, hal ini dikarnakan semakin
besar bijih yang di masukan kedalam ball mill
akan semakin sukar bijih tersebut untuk di
dihancurkan
2. Tingkat Kekerasan Bijih
29

Semakin keras bijih tersebut, maka akan


diperlukan waktu dan energi yang harus di
keluarkan oleh alat ball mill
3. Kecepatan Putar Ball Mill
Untuk kecepatan haruskan di perhitungkan,
karna untuk membuat alat bekerja secara
optimal haruslah di buat pas, tidak terlalu
lambat dan tidak terlalu kencang
7. Sebutkan dan jelaskan komposisi bola grinding yang digunakan
dalam ball mill!
Jawaban : bola grinding harys terbuat dari logam yang
disyaratkan mempunyai karakteristik keras
(tahan aus) sekaligus tangguh (tidak mudah
pecah) dan tahan korosi, dan dari syarat-syarat
tersebut besi bajaah yang sangat cocok

B.1 Tugas Khusus


1. Apa itu mineral ?
Jawaban : Mineral adalah senyawa yang memiliki strukur
kristal dengan rumusan kimia yang tertentu,
bersifat anorganik, terbentuk secara alami
2. Sebutkan jenis – jenis alat granding
Jawaban : Mesin grinding etrdiri dari empat macam
1. Ball Mill adalah mesin grinding berbentuk
tabung, dan bola baja adalah media gerusnya
2. Rod Mill adalah mesin grinding bentuknya
sama seperti ball mill yang membuat berbeda
adalah media gerus yang dipakai adalah
batangan baja
3. Pebble Mill adalah mesin grinding yang
mengunakan bajuan super keras untuk
30

menhaluskan bijih
4. Autogenous mill adalah alat grinding yang
mana diameter dari tabung itu lebih besar aan
tetapi panjang tabungnya lebih kecil
ketimbang ball mill media penggerus dari alat
ini adalah bijih itu sendiri
31

LAMPIRAN C
BLANGKO PERCOBAAN
32
33

Anda mungkin juga menyukai