Halaman
HALAMAN JUDUL .......................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................................. ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................................ vi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2 Tujuan Percobaan ......................................................................................... 1
1.3 Batasan Masalah ........................................................................................... 1
BAB I TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 3
2.1 Pengolahan Mineral ...................................................................................... 3
2.2 Ball Mill ........................................................................................................ 5
2.3 Rancangan Ball Mill ..................................................................................... 7
BAB III METODE PERCOBAAN ................................................................................ 10
3.1 Diagram Alir ............................................................................................... 10
3.2 Alat dan Bahan ........................................................................................... 11
3.2.1 Alat-Alat Yang Digunakan ............................................................ 11
3.2.2 Bahan-Bahan Yang Digunakan...................................................... 11
3.3 Prosedur Percobaan .................................................................................... 11
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................ 13
4.1 Hasil Percobaan .......................................................................................... 13
4.2 Pembahasan ................................................................................................ 14
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................................... 20
5.1 Kesimpulan ................................................................................................. 20
5.2 Saran ........................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
LAMPIRAN A CONTOH PERHITUNGAN ................................................................... 22
ii
LAMPIRAN B JAWAN PERTANYAAN DAN TUGAS KHUSUS .............................. 25
LAMPIRAN C BLANGKO PERCOBAAN .................................................................... 31
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 2.1 Penampang Ball Mill ............................................................................6
Gambar 2.2 Design Alat ...........................................................................................8
Gambar 3.1 Diagram Alir Percobaan Ball Mill .....................................................11
Gambar 4.1 Grafik hubungan antara fraksi ukuran terhadap jumlah
media penggerus pada percobaan kedua .......................................... 17
Gambar 4.2 Grafik hubungan antara fraksi ukuran terhadap jumlah
media penggerus pada percobaan ketiga ......................................... 18
iv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 4.1 Data Percobaan ball mill ........................................................................13
Tabel 4.2 Data Hasil Pengayakan Proses Grinding Ball Mill ................................13
Tabel 4.3 Data Hasil Pengayakan Proses Kedua Grinding Ball Mill.....................13
v
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
Lampiran A. Contoh Perhitungan ........................................................................ 23
Lampiran B. Jawaban Pertanyaan dan Tugas Khusus .......................................... 25
B.1 Jawaban Pertanyaan ................................................................. 25
B.2 Tugas Khusus ........................................................................... 29
Lampiran C. Blanko Percobaan ........................................................................... 32
vi
1
BAB I
PENDAHULUAN
variabel bebas yaitu : RPM Ball Mill, jumlah media pengerus, jumlah batu
bara, dan lamanya waktu grinding dan variabel terikat yaitu : ukuran hasil
grinding, berat hasil grinding.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
yang cukup mengenai mineral dari bijih sangatlah penting untuk melakukan
proses pengolahan mineral dengan efisien. Pengetahuan disini merujuk tidak
hanya pada sifat dari mineral berharga dan pengotornya tetapi juga ukuran tertentu
dari bijih. Pengolahan mineral memiliki beberapa tahapan sebelum bijih siap
diolah melalui tahapan ekstraksi. Tahapan ini dibagi menjadi 3 bagian, yaitu :[2]
1. Kominusi
Kominusi atau pereduksian ukuran. Dilakukan agar bahan
galian yang akan diproses memiliki ukuran yang tidak terlalu besar,
sehingga dapat dilakukan untuk proses selanjutnya. Kominusi
merupakan proses dimana partikulat dari material-material dikecilkan
ukurannya dengan blasting, crushing, dan grinding menjadi ukuran
produk yang dibutuhkan untuk diolah lebih lanjut atau digunakan.
Pada pengolahan mineral, operasi kominusi digunakan untuk
memastikan komponen berharga terbebaskan secara fisik dari
komponen pengotor sebelum pemisahan fisik ataupun kimia
dilakukan.
Di alam, mineral terbentuk dengan kombinasi dari sifat fisika
dan kimia masing-masing. Untuk memisahkan mineral dari
bongkahan digunakan metode pemisahan secara fisik dan kimia.
Kebanyakan mineral ditambang dalam bentuk bongkahan besar.
Mineral-mineral seperti ilmenite, rutile, zircon, leucoxene, dan
mineral berat ditemukan hancur dalam pasir pada pantai ataupun
palung. Untuk mengambil mineral dari bongkahan bijihnya, harus
dilakukan peremukkan hingga penggerusan. Ketika jumlah maksimal
dari mineral berharga dipisahkan dengan kominusi dari bongkahan
bijihnya, ukuran tersebut biasanya disebut liberation size atau ukuran
kebebasan. Tujuan dari kominusi adalah untuk memaksimalkan
liberasi mineral dari bijihnya. Umumnya konsentrasi dari mineral
berharga dalam bijih sangat rendah, sehingga bijih dalam jumlah yang
sangat besar harus ditambang untuk mengambil kuantitas mineral
yang cukup untuk proses olahan selanjutnya. Tahap pertama dari
5
menghancurkan dan menggiling bahan baku semen, seperti kapur, silica, alumina,
dan besi oksida yang masih berbentuk bongkahan batu, sedangkan Screneer
sebagai klasifikasi ukuran material yang di reduksi menjadi mesh, penampang ball
mill dpat dilihat pada gambar 2.1.[3]
penggilingan material lebih rendah dari overflow. Hal ini dapat menghindari
terjadinya overgrinding dan dalam proses penggilingannya dapat dilakukan
dengan cara basah atau kering. Dalam pemilihan kapasitas 30 ton perjam
dimaksudkan untuk kebutuhan [3]
Prinsip kerja mesin ball mill dimulai dari perputaran tubuh barel yang
kemudian menghasilkan gaya sentrifugal, steel ball akan terbawa pada ketinggian
tertentu dan jatuh untuk membuat material tergiling. Waktu yang digunakan
dalam proses penggilingan tergantung dari jumlah material dan jenis material,
sehinggal hal tersebut yang dapat menentukan kehalusan material. Setelah proses
penggilingan maka tahap selanjutnya serbuk dipisahkan dengan bola baja dengan
menggunakan sebuah screening, dimana setiap tingkatan memiliki kerenggangan
saringan tergantung pada diameter bola baja yang digunakan.[3]
Apabila mesin ball mill beroperasi di atas putaran kritis yang berarti
bahwa gaya sentrifugal lebih besar dari gaya gravitasi, bola-bola penggiling akan
menempel pada dinding dan tidak menjatuhi bahan yang digiling dan bola-bola
tersebut berputar bersama mesin ball mill. Dalam hal ini tumbukan yang terjadi
kecil sekali dan penggilingan tentu saja tidak efisien.Apabila mesin ball mill
berputar jauh di bawah putaran kritisnya maka gerakan bola sangat terbatas dan
frekuensi tumbukan hanya sedikit dan penggilingan juga tidak efisien. Hasil yang
baik akan didapat bila mesin beroperasi pada putaran sekitar 80 – 100% dari
putaran kritis.Rumus untuk putaran kritis yaitu:[3]
√
Keterangan : Nkr : putaran krisis (rpm)
D : diameter dalam mesin (m)
d : diameter media pengerus (m)
tabung 30 cm, diameter terkecil ball mill adalah 182 cm jadi skala prototipe yang
dibuat adalah 1: 10. Sedangkan untuk ukuran screen 40 mesh ditentukan dari
standar pengolahan bahan galian nuklir pada proses resin in pulp adalah 25-35
mesh [4].
1. Kecepatan kritis
Merupakan kecepatan putar cell pada operasi milling dimana pada saat itu
grinding media menempel pada dinding cell sehingga tidak terjadi proses
abrasi maupun impak.
2. Cataracting
Merupakan kecepatan putar dari cell mill dimana grinding media akan
menimbulkan impak yang lebih besar dibandingkan abrasi.
3. Cascading
Merupakan kecepatan putar pada cell mill pada operasi milling yang
mengakibatkan grinding media lebih dominan bekerja secara abrasi maupun
impak. Diamater media gerus bervariasi mulai dari 25 sampai dengan 150 cm.
Berdasarkan cara pengeluaran produknya ball mill dibedakan menjadi dua
bagian yaitu :
a. Overflow Mill Dimana produk hasil pengeluaran akan keluar
dengan sendirinya disalah satu ujung pengeluaran.
9
BAB III
METODE PERCOBAAN
Data Pengamatan
x
11
Pembahasan Literatur
Kesimpulan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1 30 3 10
2 30 6 10
3 30 6 5
Massa (gr)
Fraksi Ukuran
I II III
Tabel 4.3 Data Hasil Pengayakan Proses kedua Grinding Ball Mill
% Berat % Berat
Fraksi Ukuran
Berat (gr) % Berat Kumulatif Kumulatif
Ukuran (#) Ayakan (#)
Tertampung Lolos
Total 29,47
4.2 Pembahasan
Bijih logam yang berasal dari tambang, tentu ukurannya beraneka ragam
sehingga tidak mungkin bijih tersebut kita ekstraksikan karna mengingat
ukurannya terlalu besar, jika dipaksakna kita mengektraksikan mineral tersebut
pada suatu alat maka alat tersebut akan langsung rusak, sehingga setiap alat
memiliki spesifikasi ukuran maksimal feed yang masih dapat diolah, selain itupun
kita kesulitan untuk memisahkan mineral berharga karna bijih tersebut masih lah
satu kesatuan. Jadi haruslah usaha dari kita untuk mereduksi ukuran yang mana
proses itu memperkecil ukuran bijih dari tambang yang sering di sebut run of
mine menjadi ukuran yang kita inginkan sehingga bijih tersebut dapat melanjutkan
proses selanjutnya.
Oleh karna itulah proses kominusi ada untuk menjawab permasalahan
diatas. Kominusi adalah proses yang konsepnya adalah memperkecil ukuran dari
bijih yang ukurannya besar karna didatangkan dari tambang langsung menjadi
ukuran yang dapat diterima oleh proses berikutnya. Bijih yang akan melewati
proses kominusi akan melewati dua tahapan yaitu crushing, dan grinding kedua
tahapan ini gunanya adalah sama yaitu memperkecil ukuran dari bijih, akan tetapi
yang membedakan dari tahapan ini adah alat yang di gunakan berbeda, dan pada
tahapan crushing pun dibagi sampai tiga tahapan yang mana tahapan itu adalah
primary crushing, secondary crushing, dan tertiary crushing. Primary crushing
adalah gerbang pertama bagi bijih pada proses kominusi, di tahap inilah
bongkahan besar yang didatangkan dari pertambangan akan di pecahkan dengan
alat yaitu jaw crusher, alat ini dapat memmecahkan bongkahan besar dengan
mengunakan rahang yang super kuat selain jaw chusher ada alat juga yang sering
digunakan pada tahapan primary crushing yaitu gyratory crusher yang mana alat
15
inipun memiliki rahang super keras sehingga mampu memecahkan bijih hasil dari
primary chruhing adalah bijih yang ukurannya lebih kecil. Selanjutnya adalah
secondary crushing di tahap inilah bijih hasil dari primary crashing akan kembali
di remukan kembali di alat secondary crashing yang nama dari alatnya adalah roll
crusher dan impact crusher dengan alat ini lah bijih akan di hancurkan kembali
guna menghasilkan bijih yang lebih kecil lagi, selanjutnya bijih akan masuk pada
proses crushing terakhir yaitu tertiary crushing. Tahap ketiga dari crushing
sebenarnya jarang dilakukan, kabanyakan pabrik hanya melakukan dua tahapan
saja yaitu primary crusher, dan secondary crusher, akan tetapi beberapa
pabrikada yang menerapkan sampai sampai tertiary crushing, nama alat yang
digunakan pada proses ketiga ini sama seperti pada tahapan kedua, yang
membedakan adalah output dari tahapan ketiga adalah butiran yang lebih halus
lagi. Hingga bijih telah melewati dari tiga tahapan akan tetapi itu belum selasai
karna ukuran biji masihlah besar dan kasar untuk di olah sehingga setelah di
crushing, bijih akan memasuki tahapan berikutnya yaitu proses grinding atau
penggerusan, pada tahap ini lah bijih yang ukurannya telah di reduksi oleh proses
crushing akan dihaluskan kembali sampai bijih benar-benar halus dan siap untuk
memasuki proses berikutnya, pada proses ini sama seperti proses sebelumnya
yaitu diperlukan alat untuk menggerus bijih, alat yang di gunakan aadalah mill
dan terdapat banyak mill, diantara lain Autogenous Mil, semi Autogenous Mill,
Rod Mill, Ball Mill, dan Pebble Mill.
Dan dari banyaknya alat Mill yang akan dibahas adalah Mill jenis Ball
Mill, Ball Mill adalah alat yang ruoanya seperti tabung yang di buat super keras,
tahan aus, dan korosi hal ini dikarnakan mengingat pengoperasiannya yang saat
keras, selain tabung ball mill juga yang mnwjadikan ciri khas dari ball mill adalah
media pengerus media pengerus yang berbentuk bola memiliki peran pada alat
ball mill yaitu untuk mengerus bijih yang akan dimasukan kedalam ball mill
sehingga diharuskna untuk media pengerus memiliki sifat keras, tahan aus, dan
korosi. Ball mill memiliki fungsi untuk mengerus bijih dengan cara biji masuk
kedalam silinder yang mana di dalam silinder ada bola baja sebagai media
pengerus dan setelah di isi bijih, alat ball mill akan diputar dengan mengunakan
16
mesin, pada saat diputar akan mengelurakan bebagai gaya, dan dari gaya itulah
bijih akan tergerus, dan gaya yang di maksud adalah gaya sentifugal yang mana
gaya ini memiliki arah yang menjauhi dari pusat lingkaran dari tabung ball mill,
gaya inilah yang membuat media pengerus dan bijih akan menempel di dinding
tabung, selanjutnya akan terangkat karna perputaran dari tabung ball mill,
selanjutnya setelah terangkat akan ada suatu titik kesetimbangan dimana besar
dari gaya sentrifugal dan gaya gravitasi akan bernilai sama. Setelah titik itulah
besar gaya gravitasi akan mengalahkan gaya gravitasi, dikarnakan gaya gravitasi
memiliki arah menuju pusat bumi sehingga bola pengerus dan bijih akan jatuh
dari ketinggian tertentu dengan menyimpan energi potensial, energi potensial ini
akan berubah menjadi energi impact atau tumbukan yang dapat menghancurkan
bijih.
Dalam pengoperasiannya ball mill dapat dilakukan pada dua kondisi yaitu
pada kondisi basah dan kering, akan tetapi kebanyakan ball mill beroperasi di
kondisi basah, dan sedikit yang mengoperasikan pada kondisi kering. Hal ini
dikarnakan banyak kelebihan dan keuntungan yang dapat diraih pada kondisi
basah ketimbang pada kondisi kering. Salah satu keuntungan dari kondisi basah
adalah efisiensi energi ketimbang proses kering, hali ini dapat terjadi karna energi
potensial yang berubah menjadi energi bunyi yang tidak diharapkan dapat kita
redam pada kondisi basah, sehingga perubahan energi potensial akan lebih
terfokus menjadi energi impact atau energi tumbukan yang mana energi tersebut
yang dapat mengancurkan bijih. Selain lebih efisien energi kelebihan
pengoperasian ball mill pada kondisi basah lebih minim residu, berbeda pada
kondisi kering akan dihasilkan residu atau debu yang dapat menganggu pada
pernapasan. Kelebihan selanjutnya adalah pada kondisi basah akan lebih mudah
untuk di olah, berbeda dengan kondisi kering yang mengharuskan bijih yang akan
dimasukan dalam kondisi kering sehingga sebelum masuk kedalam tabung ball
mill harus ada proses pengeringan terlebih dahulu, dari situ pun sudah terlihat
bahwa proses basah dapat menghemat energi. Akan tetapi dibalik kelebihan
terdapat kekurangan pada kondisi basah yaitu adanya erosi yang terjadi pada
17
10
0
+18% -18+40# -40#+60# -60#
Gambar 4.1 Grafik hubungan antara fraksi ukuran terhadap jumlah media
penggerus pada percobaan kedua
18
12
10
0
+18% -18+40# -40#+60# -60#
Gambar 4.2 Grafik hubungan antara fraksi ukuran terhadap jumlah media
penggerus pada percobaan ketiga
media pengerus yang kurang banyak. Diluar dari percobaan yang menjadi faktor
dari alat ball mill adalah kecepatan perputaran dari tabung harus di atur dengan
kecepatan pas jika terlalu besar gaya sentrifugal akan bernilai besar sehingga gaya
gravitasi tidak dapat mengalahknnya, sehingga meida penggerus dan bijih akan
selalu menempel di dinding tabung, dan juga terlalu lambat media penggerusan
dan bijih hanya bergesekan saja dengan dinding ball mill.
20
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5,1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan ball mill yang telah dilaksanakan, mak dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut
1. Ball mill adalah alat kominusi tahap grinding, ball mill berbentuk
tabung super kecar dan dapat berputar, dan didalamnya terdapat media
penggerus yang terbuat dari baja
2. Durasi dari penggerusan sdan jumlah bola baja media penggerus
sangatlah berpengaruh terhadap hasil ukuran bijih yang halus
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan untuk praktikum selanjutnya ialah :
1. Memberikan data awal massa tiap fraksi ukuran sebelum dilakukan
percobaan, sehingga para prwaktikan mempunyai wawasan yang kuas
lagi terhadap ball mill
21
DAFTAR PUSTAKA
[4] Chusnul Azhari, Bayu Priyanto, “Pengaruh Putaran Mesin Terhadap Hasil
Serbuk Lempung Pada Mesin Penggiling Bahan Keramik”, Vol.12 No.2,
DESEMBER. 2017
[5] Dendi Arman Hidayat, “Analisa Kinerja Hasil Perancangan Alat Reduksi
Dan Klasifikasi Ukuran Penggerusan Tipe Screener Ball Mill”, hal 97-103,
Surabaya
22
LAMPIRAN A
CONTOH PERHITUNGAN
23
LAMPIRAN B
JAWABAN PERTANYAAN DAN TUGAS KHUSUS
26
menhaluskan bijih
4. Autogenous mill adalah alat grinding yang
mana diameter dari tabung itu lebih besar aan
tetapi panjang tabungnya lebih kecil
ketimbang ball mill media penggerus dari alat
ini adalah bijih itu sendiri
31
LAMPIRAN C
BLANGKO PERCOBAAN
32
33