JAMBU METE
I. Syarat tumbuh
1. Iklim
Curah hujan 500 mm dan maksimal masih dapat tumbuh baik pada curah
hujan 400 mm setahun. Di Indonesia dengan daerah-daerah rata-rata hujan 1200-
2600 mm setahun baik untuk pertumbuhan jambu mete
2. Tanah
II. Pembibitan
Bibit yang berasal dari benih yang langsung di semai. Benih yang telah di
semai biasanya telah mengalami penyimpanan sedikitnya 2-3 bulan dan paling
lama 7-12 bulan tergantung tempat penyimpanan. Penyimpang dalam kaleng lebih
baik dari pada dalam karung.
III. Penanaman
1. Persiapan Lahan
Untuk menandai letak tanaman, maka dibuatkan ajir-ajir dengan ukuran
lubang 50 x 50x 50 cm.
2. Penanaman
Saat penanaman bibit adalah pada awal musim hujan. Bibit di tanam
pada umur bulan. Bibit yang telah berumur 8-12 bulan masih baik ditanam
asal dalam bentuk stump.
3. Penyiangan
Pemeliharaan dilakukan intensif terutama dilakukan pada tanaman
umur 2-3 tahun. Penyiangan dilakukan dengan membersihkan semua
tumbuhan penyangga,dilakukan pada tanaman muda ataupun tanaman
dewasa.
4. Pemupukan
Walaupun tanaman jambu mete dapat tumbuh pada tanah
miskin,namaun agar memperoleh hasil yang optimum harus diberi pupuk.
Untuk tanah-tanah yang relatif miskin, dosis pemupukan yang dianjurkan
adalah 33,6 kg N : 50,5 kg P2O5 : 28 kg K untuk 1 hektar atau .... kg urea
… kg TSP …. Kg KCL.
- Cara Lelesan
Yaitu memungut buah yang telah jatuh ketanah karena telah lewat
masak. Cara ini kurang menguntungka karna buah semu tidak dapat
dimanfaatkan.
- Cara Selektif
V. Hama.
Ada dua macam yaitu ulat bombotelia jacosatris Gn. Dan ulat kenari
cricula arifenestrata Helf. Ulat kenari berwarna kelabu ungu dengan bulu
putih,berkaki thoracal kepala berwarna merah. Panjang dapat mencapai 6
cm.
- Cara Mekanis
Pada tanaman jambu mete,cara mekanis dapat dilakukan pada ulat
kipas,karena ulat ini suka berkelompok sehingga mudah dimusnakan
langsung.
- Cara Hayati
Yaitu dengan menggunakan musuh alamya dari hama-hama yang ada
dipelihara dalam laboratorium, kemudian dilepas dipertanaman jambu
mete.
- Cara Kimiawi
Yang perlu diperhatikan dalam usaha pengendalian ini adalah pemilihan
pestisida yang tepat dosis yang sesuai dengan tingkat tumbuh hama dan
saat yang tepat untuk memberantas perlu diperhitungkan.
Hama yang diluar jaringan tanaman dapat dikendalikan dengan
pestisida yang bersifat kontak. Hama yang ada dalam jaringan tanaman,
dengan pestisida yang bersifat sistemik. Penggunaan pestisida sebaiknya
dilakuakan pada saat krisis bagi hama. Misalnya pada fase larva muda.
- Cara Terpadu
Maksudnya adalah pengendalian hama dengan berbagai cara dalam tata
laksana yang harmonis sehingga tidak merusak lingkungan. Penggunaan
pestisida hanya pada saat sangat diperlukan dan digunakan secara tepat.
VII. Pengolahan.
a. Pengeringan
b. Penyimpanan
c. Pengupasan
Pengupasan dapat dilakukan dengan kacip belah maupun kacip
ceklok,dengan kacip belah biji mete dapat dikeluarkan dari glondongan
dalam bentuk pecah-pecah. Suatu modifikasi dari kacip belah agar diperoleh
biji mete yang utuh ialah membuat mata pisau tersebut cocok dengan bentuk
alami mete glondong dengan demikian mata pisau hanya memebela kulitnya
saja setebal kulit yang dibelah. Kacip ini di sebut kacip ceklok.
d. Pengeringan Biji Mete
Setelah dikupas,biji mete dikeringkan dengan maksud
- Untuk menurunkan kadar air sampai ± 3%
- Untuk memperendah pengupasan kulit ari.
Pengeringan tersebut ,di lakukan dengan rigen dan dijemur pada
sinar matahari. Penjemuran ini memerlukan waktu 5-7 hari setelah kering
dibersihkan kulit arinya dan selanjutnya di pak dengan mengguankan
kaleng.
2. Hasil Ranjung Dan Pengolahan Biji Mete
Sebagai hasil samping dari pengolůahan biji mete adalah proses
pengolahan CNSL. Hasil ini dapat di peroleh dari pengolahan kulit biji mete.