Anda di halaman 1dari 17

Pemetaan

Kawasan
Bersejarah
Muhammad AnggitoAbimanyu / 20200410600032
Cindy Novita / 20200410600008
Fathy Aulia Zahra / 20200410600011​

Arsitektur Konservasi
Pendahuluan
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki
berbagai macam bentuk peninggalan bersejarah, hal tersebut
tidak lepas dari masuknya berbagai macam kebudayaan maupun
bekas dari peninggalan penjajahan. Salah satu bentuk
peninggalan bersejarah yaitu, adanya bentuk bangunan yang
khas dengan gaya arsitektur yang tergabung dari beberapa etnis
yang tersebar di beberapa kawasan yang memiliki nilai dan
pengaruh sejarah yang kuat.
Kawasan bersejarah tersebut merupakan salah satu potensi
yang dapat dikembangkan menjadi objek wisata yang
mengandung unsur pendidikan dan sejarah melalui bangunan-
bangunan peninggalan yang ada.
Konservasi
Konservasi itu sendiri dapat dimaknai sebagai sebuah
penghembusan nafas ke dalam sebuah bangunan tua atau
Kawasan tua, terutama yang memiliki karakter sejarah dan
arti bagi sebuah kota. Kata konservasi itu sendiri merupakan
kata yang berasal dari “conservation” yaitu “con” (together)
dan “servare” (keep/ save) yang memiliki pengertian
mengenai upaya memelihara apa yang kita punya (keep/save
what you have), namun secara bijaksana (wise use)
(Purwantiasning, 2013).
Konservasi
Konservasi memiliki tujuan untuk mengelola sebuah
“tempat” atau “Kawasan bersejarah” dengan menerapkan
sebuah perlakuan khusus, dimana nilai-nilai di dalamnya dapat
dilestarikan dan diperhatikan sesuai kaidah-kaidah konservasi
(Budihardjo, 1997). Budihardjo (1997) juga menjelaskan bahwa
“tempat” di sini dapat dimaknai sebagai lahan, Kawasan,
bangunan, kelompok bangunan dan lingkungan di sekitarnya.
Pernyataan ini menggarisbawahi bahwa konservasi biasanya
ditetapkan dalam suatu Kawasan yang memiliki karakter unik
dan khusus dan menjadi identitas sebuah kota atau bahkan
negara. (Purwantiasning, 2021).
Analisis Bangunan Kuno
Kriteria Konservasi
Berdasarkan Catanese & Snyder (1979) dalam Tungka
(2015), disebutkan bahwa sebuah bangunan kuno atau
suatu lingkungan bersejarah yang layak dikonservasi
terdapat tolak ukur antara lain kriteria yang dipakai
untuk menilai, yaitu
Estetika,
Kejamakan,
Kelangkaan,
Peranan Sejarah,
Memperkuat Citra Kawasan, dan
Superlativitas (Keistimewaan).
Analisis Bangunan Kuno
Teknik Pemberian Nilai Bobot Kriteria (K)

Bobot
Kritera Penjelasan
Nilai

0 Tidak memiliki nilai estetika


Estetika 1 Memiliki nilai estetika tapi kurang baik
2 Memiliki nilai estetika yang baik
3 Memiliki nilai estetika yang sangat baik, memiliki detail yang layak dilestarikan
0 Tidak memiliki nilai kejamakan
Kejamakan 1 Memiliki kejamakan, namun tidak jelas, hanya sebagian kecil bangunan

2 Memiliki kejamakan, dan sangat jelas di keseluruhan bangunan


0 Tidak langka, sangat rendah dan banyak ditemukan di tempat lain / lokasi lain

1 Kurang langka, mudah ditemukan di tempat lain


Kelangkaan
2 Langka, sulit ditemukan di tempat lain
3 Sangat langka, satu-satunya yang ada di Indonesia, bahkan dunia
Analisis Bangunan Kuno
Teknik Pemberian Nilai Bobot Kriteria (K)

Bobot
Kritera Penjelasan
Nilai

0 Tidak memiliki nilai sejarah

1 Memiliki nilai sejarah tapi tidak penting


Peran Sejarah
2 Memiliki nilai sejarah jelas dan penting
3 Memiliki nilai sejarah, sangat jelas dan sangat penting
0 Tidak memiliki keistimewaan sama sekali

Keistimewaan 1 Memiliki keistimewaan, ditinjau dari skalanya, misal terbesar, terkecil

2 Memiliki keistimewaan yang paling baik, misal hanya satu di dunia


0 Tidak memperkuat kawasan sama sekali

Memperkuat 1 memperkuat kawasan, namun tidak berlaku jelas


Citra kawasan 2 memperkuat kawasan dengan baik
3 Sangat memperkuat kawasan, memperkuat kawasan dengan baik
Analisis Bangunan Kuno
Teknik Pemberian Nilai Bobot Konservasi (A)

Nilai
Kritera Penjelasan
Max

Estetika diberi nilai (max 5) karena estetika merupakan hal yang terpenting
Estetika 5 dari antar kriteria-kriteria tersebut. pada umumnya yang pertama dapat
dinikmati oleh manusia secara visual adalah estetika bangunan tersebut.

kejamakan diberi nilai (max 1) karena estetika adanya tipologi bangunan yang
sama dalam jummlah banyak. kita dapat mengetahui kebudayaan apa yang
Kejamakan 1 berpengaruh terhadap suatu bangunan, dan kadangkala mungkin dapat
diperkirakan pada waktu/zaman suatu bangunan didirikan.

Kelangkaan 3 Kelangkaan di beri nilai (max 3) karena dengan kelangkaan sebuah bangunan
dapat dengan mudah menjadi sebuah monumental peringatan.
Analisis Bangunan Kuno
Teknik Pemberian Nilai Bobot Konservasi (A)

Nilai
Kritera Penjelasan
Max

sejarah diberi nilai (max 4) karena bangunan bersejarah dapat memberikan


Peran Sejarah 4
suatu informasi tentang masa lalu.

Keistimewaan diberi nilai (max 2) karena dengan adanya keistimewaan dapat


Keistimewaan 2
menjadikan suatu bangunan memiliki keunikan sendiri.

Memperkuat kawasan diberi nilai (max 2) karena dengan pengaruh suatu


Memperkuat 2 bangunan terhadap lingkungannya akan memberi nilai tambah bagi bangunan
Citra kawasan
untuk dikonservasi, juga berfungsi sebagai generator pertembuhan kawasan.
Analisis Bangunan Kuno
Penentuan Kelayakan Konservasi Suatu Bangunan

X = £K x A
Nilai Total
£K

Maka bangunan yang dikaji kurang layak dilestarikan


0 < x < 1,5

Maka bangunan yang dikaji layak dilestarikan / dikonservasi


1,5 < x < 3
Analisis Bangunan Kuno
1 Bobot Gereja GMIM Sentrum
Kritera umum nilai
Bobot nilai KXA
konservasi kriteria
konservasi
(K)
(A)

kejamakan 2 1 2
Keistimewaan 1 1 1
Memperkuat 2
3 6
Citra kawasan
Kelangkaan 1 1 1
Peran Sejarah 3 4 12
Estetika 2 2,5 5
12 27
Nilai Total
Gereja GMIM Sentrum Manado 2,25
travel.okezone.com Kesimpulan Layak
Analisis Bangunan Kuno
2 Bobot Gereja Katolik St Ignatius
Kritera umum nilai
Bobot nilai KXA
konservasi kriteria
konservasi
(K)
(A)

kejamakan 2 1 2
Keistimewaan 2 2 4
Memperkuat 2
1 2
Citra kawasan
Kelangkaan 1 1 1
Peran Sejarah 2 3 6
Estetika 3 4 12
Gereja Katolik St Ignatius Manado, 11 27
TribunManado.co.id/Fernando_Lumowa Nilai Total
2,45
Kesimpulan Layak
Analisis Bangunan Kuno
3 Bobot Minahasa Raad
Kritera umum nilai
Bobot nilai KXA
konservasi kriteria
konservasi
(K)
(A)

kejamakan 2 1 2
Keistimewaan 2 2 4
Memperkuat 2
1 2
Citra kawasan
Kelangkaan 2 3 6
Peran Sejarah 3 4 12
Estetika 2 1.75 3,5
Minahasa Raad Manado, 12 29,5
http://architectureheritage.or.id/ Nilai Total
2,46
Kesimpulan Layak
Analisis Bangunan Kuno
3 Bobot Bioskop Star Jaya
Kritera umum nilai
Bobot nilai KXA
konservasi kriteria
konservasi
(K)
(A)

kejamakan 1 1 1
Keistimewaan 0 1 0
Memperkuat 2
1 2
Citra kawasan
Kelangkaan 1 2 2
Peran Sejarah 2 2 4
Estetika 1 1 1
6 10
Nilai Total
1,6
Kesimpulan Tidak Layak
Bioskop Star Jaya Manado,
Tonapa,2015
Analisis Bangunan Kuno
4 Bobot Bioskop Benteng
Kritera umum nilai
Bobot nilai KXA
konservasi kriteria
konservasi
(K)
(A)

kejamakan 2 1 2
Keistimewaan 0 1 0
Memperkuat 2
3 6
Citra kawasan
Kelangkaan 2 2 4
Peran Sejarah 3 3 9
Estetika 2 2,5 5
12 26
Bioskop Benteng Manado, Nilai Total
2,2
fdokumen.com
Kesimpulan Layak
Analisis Bangunan Kuno
Hasil Identifikasi dan Analisis Bangunan Kuno di Kawasan Kota Lama Manado :

Objek angunan Bersejarah Kriteria Konservasi

No Bangunan Kuno Layak Tidak Layak


1 Gereja GMIM Sentrum v
2 Gereja Khatolik Ignatius v
3 Minahasa Raad v
4 Bioskop Star Jaya v
5 Bioskop Benteng v
Kesimpulan
1. Bangunan Kuno yang ada di pusat Kota Lama Manado yaitu gedung Minahasa
Raad, Bioskop Star Jaya, Bioskop Benteng, gereja GMIM Sentrum gereja Khatolik
Ignatius.
2. Bangunan Kuno dan Kawasan Bersejarah di pusat Kota Lama Manado yang dapat
dikonservasi berdasarkan kriteria konservasi bangunan kuno yaitu, edung Minahasa
Raad, Bioskop Benteng, gereja GMIM Sentrum gereja Khatolik Ignatius.
Sedangkan menurut analisis bangunan Bioskop Star Jaya dikarenakan struktur
fisik bangunan secara garis besar sudah rusak dan tidak layak lagi digunakan
apalagi sebagai bagian dari aset wisata kota Manado.

Anda mungkin juga menyukai