Anda di halaman 1dari 35

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA


KELAUTAN DAN PERIKANAN

PERATURAN
KEPALA BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
KELAUTAN DAN PERIKANAN
NOMOR 28/PER-BPSDMKP/2015

TENTANG

PETUNJUK TEKNIS
PENGGUNAAN DANA DEKONSENTRASI
KEGIATAN PENYULUHAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
TAHUN ANGGARAN 2015

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA


KELAUTAN DAN PERIKANAN,
Menimbang : a. bahwa dalam rangka menindaklanjuti ketentuan Pasal 6
ayat (2) Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
6/PERMEN-KP/2015 tentang Pedoman Pelaksanaan
Program dan Kegiatan Dekonsentrasi dan Tugas
Pembantuan Bidang Kelautan dan Perikanan serta
kelancaran pelaksanaan penggunaan dana dekonsentrasi
kegiatan penyuluhan kelautan dan perikanan tahun
anggaran 2015, perlu adanya petunjuk teknis penggunaan
dana dekonsentrasi kegiatan penyuluhan kelautan dan
perikanan tahun anggaran 2015;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Kepala Badan
Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan
Perikanan tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana
Dekonsentrasi Kegiatan Penyuluhan Kelautan dan
Perikanan Tahun Anggaran 2015;
Mengingat : 1. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang
Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan;
2. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2009 tentang
Pembiayaan, Pembinaan, dan Pengawasan Penyuluhan
Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan
3. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang
Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kementerian Negara serta
Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Eselon I
Kementerian Negara, sebagaimana telah beberapa kali
diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 135
Tahun 2014;
4. Keputusan Presiden Nomor15/M Tahun 2013;

5. Peraturan ...
-2-

5. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor


PER.15/MEN/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Kelautan dan Perikanan;
6. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
PER.25/MEN/2012 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan di Lingkungan Kementerian Kelautan
dan Perikanan;
7. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
6/PERMEN-KP/2015 tentang Pedoman Pelaksanaan
Program dan Kegiatan Dekonsentrasi dan Tugas
Pembantuan Bidang Kelautan dan Perikanan;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN PENGEMBANGAN SUMBER


DAYA MANUSIA KELAUTAN DAN PERIKANAN TENTANG
PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA DEKONSENTRASI
KEGIATAN PENYULUHAN KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN
ANGGARAN 2015.

Pasal 1

Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Dekonsentrasi Kegiatan Penyuluhan


Kelautan dan Perikanan Tahun Anggaran 2015 sebagaimana dimaksud diktum
KESATU merupakan panduan dalam perencanaan, pelaksanaan dan
pengendalian kegiatan dekonsentrasi penyuluhan kelautan dan perikanan
serta meningkatkan koordinasi dan keterpaduan pelaksanaan kegiatan
penyelenggaraan penyuluhan Tahun 2015.

Pasal 2

Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Dekonsentrasi Kegiatan Penyuluhan


Kelautan dan Perikanan Tahun Anggaran 2015 sebagaimana tersebut dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Kepala
Badan ini.

Pasal 3

Pelaksanaan dekonsentrasi kegiatan penyuluhan kelautan dan perikanan


dilaksanakan dan dibiayai secara fungsional melalui Satuan Kerja Badan
Koordinasi Penyuluhan dan/atau lembaga yang menyelenggarakan koordinasi
penyuluhan yang disahkan dengan peraturan daerah, apabila tidak ada
Satuan Kerja tersebut atau karena sesuatu hal yang belum memungkinkan
untuk bisa melaksanakan, maka dapat dilaksanakan oleh Satuan Kerja Dinas
Kelautan dan Perikanan Provinsi Tahun Anggaran 2015, atau dilaksanakan
oleh Satuan Kerja Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan Tahun Anggaran
2015.

Pasal 4 ...
-3-

Pasal 4

Peraturan Kepala Badan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 20 April 2015
KEPALA BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA
MANUSIA KELAUTAN DAN PERIKANAN,

ttd

SUSENO
-4-

LAMPIRAN
PERATURAN KEPALA BADAN PENGEMBANGAN
SUMBER DAYA MANUSIA KELAUTAN DAN
PERIKANAN
NOMOR 28/PER-BPSDMKP/2015
TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA
DEKONSENTRASI KEGIATAN PENYULUHAN
KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN ANGGARAN
2015

PETUNJUK TEKNIS
PENGGUNAAN DANA DEKONSENTRASI
KEGIATAN PENYULUHAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
TAHUN ANGGARAN 2015

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kementerian Kelautan dan Perikanan memiliki visi “Terwujudnya negara


kepulauan yang berdaulat dan mandiri melalui pengelolaan sumber daya
kelautan dan perikanan yang berkelanjutan" dan misi 1) Mewujudkan
pembangunan KP yang mampu menjaga kedaulatan wilayah, menopang
kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya kelautan dan
perikanan, dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara
kepulauan: 2) Memperkuat jati diri sebagai negara kepulauan; 3)
Mewujudkan kualitas hidup masyarakat KP yang tinggi, maju dan
sejahtera; 4) Mewujudkan bangsa yang berdaya saing: 5) Mewujudkan
Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat dan
berbasiskan kepentingan nasional.
Guna mendorong hal tersebut, maka pembangunan sektor kelautan dan
perikanan dilakukan dengan Tujuan “Meningkatkan kesejahteraan
masyarakat kelautan dan perikanan dan kelestarian sumber daya kelautan
dan perikanan".
Dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009, mengamanatkan bahwa
pengembangan sumber daya manusia perikanan dilakukan melalui
pendidikan, pelatihan dan penyuluhan perikanan.
Sejalan dengan itu, merujuk pada Undang Undang Nomor 16 Tahun 2006
tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan,
menyatakan bahwa penyelenggaraan penyuluhan menjadi wewenang dan
tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam mewujudkan
fungsi sistem penyuluhan. Kegiatan penyuluhan kelautan dan perikanan
diperlukan untuk mendorong percepatan pembangunan kelautan dan
perikanan di daerah. Dalam kaitan tersebut, Pusat Penyuluhan Kelautan
dan Perikanan mendelegasikan sebagian kewenangannya kepada
Pemerintah Daerah guna mendukung pelaksanaan kegiatan penyuluhan
perikanan di daerah.

Langkah ...
-5-

Langkah ini diambil sejalan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun


2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan menyatakan bahwa
Pemerintah menyelenggarakan sebagian urusan yang menjadi
kewenangannya di daerah berdasarkan asas dekonsentrasi dan asas tugas
pembantuan. Penyelenggaraan dekonsentrasi dilakukan melalui pelimpahan
sebagian urusan pemerintah yang menjadi kewenangan Kementerian/
Lembaga, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 156/PMK.07/2008 tentang
Pedoman Pengelolaan Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
248/PMK.07/2010, serta Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
6/PERMEN-KP/2015 tentang Pedoman Pelaksanaan Program dan Kegiatan
Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan Bidang Kelautan dan Perikanan,
maka perlu disusun Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Dekonsentrasi dan
Tugas Pembantuan Kegiatan Penyuluhan Kelautan dan Perikanan Tahun
Anggaran 2015.
Berpijak pada kondisi tersebut, maka Badan Pengembangan SDM Kelautan
dan Perikanan pada tahun 2015 mengalokasikan anggaran dekonsentrasi di
34 Satuan Kerja (34 provinsi) terkait kegiatan penyuluhan kelautan dan
perikanan. Tahapan pelaksanaan kegiatan Dekonsentrasi Penyuluhan
Kelautan dan Perikanan hendaknya dilakukan secara efisien dan efektif,
serta terencana dalam meningkatkan pelaksanaan penyuluhan kelautan
dan perikanan di daerah dalam mendukung pemenuhan target penyuluhan
yang telah disepakati bersama.

B. Tujuan dan Sasaran

Tujuan dekonsentrasi penyuluhan kelautan dan perikanan tahun 2015,


yaitu:
1. mendukung pelaksanaan kebijakan penyuluhan partisipatif;
2. meningkatkan sinergitas kapasitas kelembagaan penyuluhan pemerintah
dan kelembagaan pelaku utama perikanan/pelaku usaha perikanan;
3. meningkatkan daya saing dan profesionalisme tenaga penyuluh
perikanan dalam penyelenggaraan penyuluhan kelautan dan perikanan;
dan
4. meningkatkan koordinasi, integrasi dan sinkronisasi penyuluhan melalui
kegiatan monitoring dan evaluasi penyuluhan kelautan dan perikanan
berbasis pada sistem informasi manajemen penyuluhan.

Sasaran pelaksanaan dekonsentrasi kegiatan penyuluhan kelautan dan


perikanan Tahun 2015 meliputi:
1. Kelembagaan penyuluhan pemerintah di 34 provinsi;
2. Kelembagaan pelaku utama perikanan sebanyak 5.000 kelompok melalui
peningkatan kelas kemampuan kelompok; dan
3. Penyuluh perikanan PNS sebanyak 3.117 orang, Penyuluh Perikanan
Bantu sebanyak 1.300 orang, dan Penyuluh Perikanan Swadaya
sebanyak 7.583 orang.

C. Ruang ...
-6-

C. Ruang Lingkup

Program Badan Pengembangan SDM Kelautan dan Perikanan yang


disalurkan melalui penggunaan dana dekonsentrasi tahun 2015 merupakan
bagian dari program dan kegiatan ”Pengembangan Sumber Daya Manusia
Kelautan dan Perikanan” melalui pendekatan ”Penyelenggaraan Penyuluhan
Kelautan dan Perikanan”. Adapun jenis kegiatannya tersaji dalam tabel.

Tabel 1. Output dan komponen kegiatan penyuluhan kelautan dan


perikanan yang didekonsentrasikan tahun 2015.
No. Output Komponen Kegiatan
1 Kelompok Perikanan Penguatan dan Pembinaan Kelembagaan
Yang Disuluh Pelaku Utama Perikanan
2 Penyuluh Perikanan a. Penyelenggaraan Penyuluhan KP oleh
Penyuluh PNS melalui Optimalisasi
Biaya Operasional Penyuluh (BOP)
b. Penguatan Kegiatan Penyuluh Perikanan
Swadaya
c. Penilaian Penyuluh Perikanan Teladan
Provinsi
d. Percontohan Penyuluhan Bisnis
Perikanan
3 Dokumen a. Operasionalisasi Database Sistem
Kesekretariatan Informasi Manajemen Penyuluhan
Kegiatan Penyuluhan Perikanan (SIMLUH-KP)
KP b. Penyusunan Renstra, Penetapan Kinerja
dan Rencana Aksi Kegiatan
c. Penyusunan Laporan Tahunan dan
LAKIP
d. Monitoring dan Evaluasi
4 Layanan Perkantoran Administrasi Kegiatan dan Operasional
Kantor

D. Pengertian

Dalam Petunjuk Teknis ini, yang dimaksud dengan:


1. Kelembagaan pelaku utama perikanan adalah kumpulan para pelaku
utama yang terdiri dari nelayan, pembudidaya ikan, dan pengolah ikan
yang terikat secara informal atas dasar keserasian dan kebutuhan
bersama serta di dalam lingkungan pengaruh dan pimpinan seorang
ketua kelompok pelaku utama kelautan dan perikanan.
2. Penguatan Kelembagaan Pelaku Utama Perikanan adalah kegiatan
untuk fasilitasi pengembangan kelembagaan pelaku utama dan
peningkatan kelas kemampuan kelompok pelaku utama/usaha
perikanan. Kelompok difasilitasi dan diberdayakan oleh pemerintah
dan/atau pemerintah daerah agar tumbuh dan berkembang menjadi
organisasi yang kuat dan mandiri sehingga mampu mencapai tujuan
yang diharapkan para anggotanya.
3. Pengembangan kelembagaan pelaku utama adalah upaya mewujudkan
kelembagaan pelaku utama yang dinamis, dimana para pelaku utama
mempunyai disiplin, tanggung jawab dan terampil dalam kerja sama
mengelola kegiatan usahanya, serta dalam upaya meningkatkan skala

usaha ...
-7-

usaha dan peningkatan usaha kearah yang lebih besar dan bersifat
komersial, kelompok pelaku utama dikembangkan melalui kerja sama
antar kelompok dengan membentuk gabungan kelompok perikanan
(Gapokkan), Asosiasi dan Korporasi.
4. Peningkatan kelas kemampuan kelompok pelaku utama adalah
serangkaian kegiatan dalam rangka pengembangan kelembagaan
pelaku utama perikanan melalui kegiatan penilaian dan pengukuhan
kelas kelompok pelaku utama, yang diukur berdasarkan lima jenis
kemampuan dan empat puluh dua indikator dengan bobot penilaian
maksimal sama dengan 1.000 nilai skoring, yang terdiri dari tiga kelas
kelompok yaitu kelas pemula, kelas madya, dan kelas utama.
5. Kelas Pemula adalah kelas kelompok pelaku utama perikanan dengan
nilai terbawah dan terendah pada batas skoring penilaian dari 0 sampai
dengan 350 dari segi kemampuannya dalam penguasaan teknologi,
pengorganisasian, skala usaha, kemampuan permodalan, kemitraan/
kerja sama, dan akses informasi pasar, serta diberikan piagam
pengukuhan yang ditandatangani oleh Kepala Desa/Lurah.
6. Kelompok Madya adalah kelas kelompok pelaku utama perikanan
dengan nilai menengah pada batas skoring penilaian dari 351 sampai
dengan 650 dari segi kemampuannya dalam penguasaan teknologi,
pengorganisasian, skala usaha, kemampuan permodalan, kemitraan/
kerjasama, dan akses informasi pasar, serta sudah melakukan kegiatan
perencanaan meskipun masih terbatas, dan diberikan piagam
pengukuhan yang ditandatangani oleh Camat.
7. Kelas Utama adalah kelas kelompok pelaku utama perikanan dengan
nilai tertinggi pada batas skoring penilaian dari 651 sampai dengan
1.000 dari segi kemampuannya dalam penguasaan teknologi,
pengorganisasian, skala usaha, kemampuan permodalan, kemitraan/
kerjasama, dan akses informasi pasar, serta sudah melakukan kegiatan
dalam perencanaan sampai pelaksanaan meskipun masih terbatas, dan
diberikan piagam pengukuhan yang ditandatangani oleh Bupati.
8. Penguatan Kegiatan Penyuluh Perikanan Swadaya adalah kegiatan
penyuluhan oleh Penyuluh Perikanan Swadaya dengan fasilitasi
dukungan untuk kegiatan penyuluhan. Dukungan kegiatan tersebut
dalam rangka meningkatkan kapasitas dan kompetensi Penyuluh
Perikanan Swadaya melalui pelatihan teknis perikanan
9. Fasilitasi adalah upaya memberikan kemudahan dalam bentuk
intervensi atau dukungan yang diperlukan untuk meningkatkan
kapasitas individu, kelompok atau kelembagaan dalam masyarakat,
agar mereka mampu mengerahkan potensi dan sumberdaya untuk
memecahkan masalah yang dihadapinya.
10. Pemberdayaan adalah memberikan daya kepada yang tidak berdaya
dan atau mengembangkan daya yang sudah dimiliki menjadi sesuatu
yang lebih bermanfaat bagi masyarakat yang bersangkutan yang
diarahkan terwujudnya masyarakat madani (yang beradab) dan mandiri
dalam pengertian dapat mengambil keputusan (yang terbaik) bagi
kesejahteraannya sendiri, serta dapat berpartisipasi secara aktif dalam
keseluruhan proses pembangunan.

11. Pelaku ...


-8-

11. Pelaku utama perikanan adalah nelayan, pembudidaya ikan, pengolah


ikan, dan masyarakat yang melakukan usaha dibidang kelautan dan
perikanan beserta keluarga intinya.
12. Nelayan adalah perorangan warga negara Indonesia atau korporasi yang
mata pencahariannya atau kegiatan usahanya melakukan penangkapan
ikan.
13. Pembudidaya ikan adalah perorangan warga negara Indonesia atau
korporasi yang melakukan usaha pembudidayaan ikan.
14. Pengolah ikan adalah perorangan warga negara Indonesia atau
korporasi yang melakukan usaha pengolahan ikan.
15. Pemasar adalah orang yang melakukan kegiatan memasarkan hasil
perikanan termasuk olahannya.
16. Petambak Garam Rakyat adalah orang yang mata pencahariannya
melakukan kegiatan usaha produksi garam sebagai penggarap penyewa
lahan, penggarap bagi hasil (mantong) dan/atau pemilik lahan tambak
garam dengan luasan tertentu yang mengerjakan lahan tambaknya
sendiri.
17. Gabungan Kelompok Perikanan yang selanjutnya disebut GAPOKKAN
adalah kumpulan atau gabungan dari kelompok-kelompok perikanan
yang mempunyai tujuan bersama.
18. Asosiasi Perikanan adalah kumpulan dari gabungan kelompok
perikanan yang mempunyai tujuan bersama dengan jenis usaha yang
sama.
19. Kelompok Pembudidaya Perikanan yang selanjutnya disebut
POKDAKAN adalah kumpulan para pelaku utama yang berusaha dalam
pembudidayaan ikan yang terikat secara informal atas dasar keserasian
dan kebutuhan bersama serta di dalam lingkungan pengaruh dan
pimpinan seorang ketua.
20. Kelompok Usaha Bersama Perikanan Tangkap yang selanjutnya disebut
KUB Perikanan tangkap adalah badan usaha non badan hukum
ataupun sudah berbadan hukum yang berupa kelompok yang dibentuk
oleh nelayan berdasarkan hasil kesepakatan/musyawarah seluruh
anggota yang dilandasi oleh keinginan bersama untuk berusaha
bersama dan dipertanggungjawabkan secara bersama guna
meningkatkan pendapatan anggota.
21. Kelompok Pengolah dan Pemasar yang selanjutnya disebut POKLAHSAR
adalah kelompok pengolah dan/atau pemasaran hasil perikanan yang
melakukan kegiatan ekonomi bersama dalam wadah kelompok usaha
bersama.
22. Kelompok Usaha Garam Rakyat yang selanjutnya disebut KUGAR
adalah kumpulan petambak garam rakyat yang terorganisir.
23. Kelompok masyarakat pengawas yang selanjutnya disebut
POKMASWAS adalah kelompok masyarakat yang ikut membantu dalam
hal pengawasan dan pembinaan terhadap keamanan dan juga
pengelolaan dan pemanfaatan potensi alam yang ada di kawasan pesisir
dan laut.

24. Kelompok ...


-9-

24. Kelompok Pelaku Utama/Usaha Perikanan Mandiri adalah Kelompok


Pelaku Utama/Usaha yang sudah memiliki kemampuan dalam
menjalankan kegiatan organisasi kelompoknya, serta sudah
mendapatkan pengukuhan sebagai kelas kelompok Madya atau kelas
Kelompok Utama.
25. Penyuluh Perikanan Swadaya yang selanjutnya disebut PPS adalah
pelaku utama yang berhasil dalam usahanya dan warga masyarakat
lainnya yang dengan kesadaran sendiri mau dan mampu menjadi
penyuluh.
26. Pengawasan intern adalah seluruh proses kegiatan audit, reviu,
evaluasi, pemantauan dan kegiatan pengawasan lain terhadap
penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi dalam rangka
memberikan keyakinan yang memadai bahwa kegiatan telah
dilaksanakan sesuai dengan tolak ukur yang telah ditetapkan secara
efektif dan efisien untuk kepentingan pimpinan dalam mewujudkan tata
pemerintah yang baik.
27. Biaya Operasional Penyuluh yang selanjutnya disebut BOP adalah
dukungan biaya yang diberikan kepada penyuluh PNS untuk
melaksanakan kegiatan kunjungan, pendampingan, dan bimbingan
kepada pelaku utama dan pelaku usaha perikanan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
28. Operasional SIMLUH-KP adalah kegiatan entry dan/atau updating data
dan informasi terkini berkenaan dengan sistem penyuluhan KP di
daerah, baik mengenai data ketenagaan penyuluh (PNS/CPNS,
swadaya, dan swasta), kelembagaan penyuluhan (pemerintah, swasta
dan swadaya), kelembagaan pelaku utama/kelompok, materi
penyuluhan dan, sarana dan prasarana penyuluhan. Data dan
informasi bersifat kuantitatif dan kualitatif sehingga bisa menjadi dasar
untuk melakukan kebijakan, program dan kegiatan tahun berikutnya.
29. Perjanjian Kinerja adalah lembar/dokumen yang berisikan penugasan
dari pimpinan instansi yang lebih tinggi kepada pimpinan instansi yang
lebih rendah untuk melaksanakan Program/Kegiatan yang disertai
dengan Indikator Kinerja.
30. Indikator Kinerja adalah ukuran keberhasilan yang akan dicapai dari
kinerja program dan kegiatan yang telah direncanakan.
31. Indikator Kinerja Utama adalah ukuran keberhasilan organisasi dalam
mencapai tujuan dan merupakan ikhtiar berbagai Program dan
Kegiatan sebagai penjabaran tugas dan fungsi organisasi.
32. Indikator Kinerja Kegiatan adalah ukuran atas keluaran (output) dari
suatu Kegiatan yang terkait secara logis dengan Indikator Kinerja
Program.
33. Perencanaan Strategis yang selanjutnya disebut Strategic Planning
adalah sebuah alat manajemen yang digunakan untuk mengelola
kondisi saat ini untuk melakukan proyeksi kondisi pada masa depan,
sehingga rencana strategis adalah sebuah petunjuk yang dapat
digunakan organisasi dari kondisi saat ini untuk mereka bekerja
menuju 5 sampai 10 tahun ke depan.

34. Laporan ...


- 10 -

34. Laporan Kinerja adalah ikhtisar yang menjelaskan secara ringkas dan
lengkap tentang capaian kinerja yang disusun berdasarkan rencana
kerja yang ditetapkan dalam rangka pelaksanaan anggaran pendapatan
dan belanja negara/anggaran pendapatan dan belanja daerah
(APBN/APBD).
35. Akuntabilitas Kinerja adalah perwujudan kewajiban suatu instansi
pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan/kegagalan
pelaksanaan Program dan Kegiatan yang telah diamanatkan para
pemangku kepentingan dalam rangka mencapai misi organisasi secara
terukur dengan sasaran/target kinerja yang telah ditetapkan melalui
laporan kinerja instansi pemerintah yang disusun secara periodik.
36. Unit Percontohan Inovasi Teknologi Penyuluhan, dan/atau percontohan
Bisnis Perikanan adalah pengembangan metode penyuluhan dalam
bentuk demonstrasi cara/hasil, gelar teknologi perikanan, termasuk
Teknologi Kearifan lokal dalam rangka diseminasi atau penyebarluasan
inovasi teknologi kelautan dan perikanan.

BAB II ...
- 11 -

BAB II
ORGANISASI DAN MEKANISME KERJA
SATKER PENGELOLAAN DANA DEKONSENTRASI

A. Organisasi Pengelola Dana Dekonsentrasi meliputi:

1. Kementerian Kelautan dan Perikanan;


2. Badan Pengembangan SDM Kelautan dan Perikanan;
3. Pusat Penyuluhan Kelautan Perikanan;
4. Badan Koordinasi Penyuluhan (Bakorluh)/dinas kelautan dan
perikanan provinsi; dan
5. badan pelaksana penyuluhan (bapeluh)/dinas kelautan dan perikanan
kabupaten/kota.

B. Mekanisme Pengelola Dana Dekonsentrasi

Mekanisme pengelolaan dana dekonsentrasi melekat pada tupoksi


kelembagaan sesuai dengan tingkatan birokrasi pemerintahan Satker
Kementerian dan Lembaga (Satker KL) yakni:
1. Pusat
a. Menteri Kelautan dan Perikanan selaku Pengguna Anggaran (PA)
memberikan kuasa kepada Kepala Badan Pengembangan SDM
Kelautan dan Perikanan sebagai Penanggung jawab Program;
b. Kepala Badan Pengembangan SDM Kelautan dan Perikanan
merupakan penanggung jawab Program Penyelenggaraan
Penyuluhan dan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA). Dalam
pelaksanaan sehari-hari Kepala Badan Pengembangan SDM
Kelautan dan Perikanan menunjuk Kepala Pusat Penyuluhan
Kelautan dan Perikanan selaku penanggung jawab teknis kegiatan
dan Pejabat Pembuat Komitmen (P2K) selaku penanggung jawab
keuangan.
2. Provinsi
a. Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
6/PERMEN-KP/2015 tentang Pedoman Pelaksanaan Program dan
Kegiatan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan Bidang Kelautan
dan Perikanan, tentang kepada gubernur sebagai wakil Pemerintah
Pusat yang mencakup semua penerimaan dan pengeluaran dalam
rangka pelaksanaan dekonsentrasi tahun anggaran 2015, gubernur
menetapkan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Satker
pelaksana kegiatan dekonsentrasi Kementerian Kelautan dan
Perikanan di tingkat provinsi kepada kepala sekretariat Bakorluh/
kepala dinas kelautan dan perikanan provinsi untuk bertindak
sebagai pejabat KPA, sekaligus menunjuk pejabat struktural di
Bakorluh/dinas kelautan dan perikanan sebagai P2K; Bendahara
Pengeluaran; dan pejabat penguji Surat Perintah Membayar (SPM)
berdasarkan usulan kepala sekretariat Bakorluh/dinas kelautan
dan perikanan provinsi;
b. Untuk membantu pelaksanaan kegiatan dana dekonsentrasi di
kabupaten/kota, gubernur meminta bupati untuk menetapkan

badan ...
- 12 -

badan pelaksana penyuluhan/dinas kelautan dan perikanan


sebagai pelaksana kegiatan di kabupaten/kota.
3. Kabupaten/Kota
a. Kepala badan pelaksana penyuluhan/dinas kelautan dan perikanan
sebagai pelaksana kegiatan di kabupaten/kota yang bertindak
selaku penanggung jawab kegiatan penyuluhan di kabupaten/kota;
b. Dalam pengelolaan dana dekonsentrasi, penanggung jawab kegiatan
di kabupaten/kota dibantu oleh pelaksana teknis kegiatan (pejabat
struktural) dan penyuluh perikanan sebagai pelaksana langsung
kegiatan di lapangan.
Tabel 2. Target Dukungan Ketenagaan Penyuluh Melalui
Dekonsentrasi T.A 2015

PENYULUH
NO PROPINSI
PNS SWADAYA

1 NANGGROE ACEH DARUSSALAM 103 250

2 SUMATERA UTARA 49 320

3 SUMATERA BARAT 95 290

4 RIAU 45 160

5 JAMBI 63 300

6 SUMATERA SELATAN 116 300

7 BENGKULU 83 160

8 LAMPUNG 61 272

9 KEPULAUAN BANGKA BELITUNG 31 100

10 KEPULAUAN RIAU 1 150

11 DKI JAKARTA - 100

12 JAWA BARAT 189 385

13 JAWA TENGAH 290 550

14 D I YOGYAKARTA 50 225

15 JAWA TIMUR 230 530

16 BANTEN 31 150

17 BALI 98 230

18 NUSA TENGGARA BARAT 102 290

19 NUSA TENGGARA TIMUR 93 250

20 KALIMANTAN BARAT 93 225

21 KALIMANTAN ...
- 13 -

PENYULUH
NO PROPINSI
PNS SWADAYA

21 KALIMANTAN TENGAH 81 150

22 KALIMANTAN SELATAN 140 270

23 KALIMANTAN TIMUR 35 60

24 KALIMANTAN UTARA 59 30

25 SULAWESI UTARA 113 185

26 SULAWESI TENGAH 80 156

27 SULAWESI SELATAN 240 390

28 SULAWESI TENGGARA 107 250

29 GORONTALO 49 200

30 SULAWESI BARAT 27 125

31 MALUKU 106 150

32 MALUKU UTARA 73 200

33 PAPUA BARAT 65 80

34 PAPUA 119 100

TOTAL 3,117 7,583

Tabel 3. Target Jumlah Sasaran Peningkatan Kelas Kelompok Pelaku Utama


Perikanan (Kelompok Mandiri) Melalui Dekonsentrasi Penyuluhan 2015

JUMLAH
NO PROPINSI
KELOMPOK MANDIRI

1 NANGGROE ACEH DARUSSALAM 180

2 SUMATERA UTARA 100

3 SUMATERA BARAT 140

4 RIAU 130

5 JAMBI 110

6 SUMATERA SELATAN 140

7 BENGKULU 105

8 LAMPUNG 127

9 KEPULAUAN ...
- 14 -

JUMLAH
NO PROPINSI
KELOMPOK MANDIRI

9 KEPULAUAN BANGKA BELITUNG 55

10 KEPULAUAN RIAU 40

11 DKI JAKARTA 40

12 JAWA BARAT 330

13 JAWA TENGAH 312

14 D I YOGYAKARTA 115

15 JAWA TIMUR 282

16 BANTEN 140

17 BALI 180

18 NUSA TENGGARA BARAT 210

19 NUSA TENGGARA TIMUR 135

20 KALIMANTAN BARAT 100

21 KALIMANTAN TENGAH 135

22 KALIMANTAN SELATAN 230

23 KALIMANTAN TIMUR 48

24 KALIMANTAN UTARA 50

25 SULAWESI UTARA 150

26 SULAWESI TENGAH 175

27 SULAWESI SELATAN 350

28 SULAWESI TENGGARA 130

29 GORONTALO 100

30 SULAWESI BARAT 150

31 MALUKU 200

32 MALUKU UTARA 100

33 PAPUA BARAT 100

34 PAPUA 111

TOTAL 5000

BAB III ...


- 15 -

BAB III
PENGELOLAAN KEGIATAN

Pelaksanaan dekonsentrasi kegiatan penyuluhan kelautan dan perikanan


tahun anggaran 2015, meliputi:

A. Penguatan dan Pembinaan Kelembagaan Pelaku Utama Perikanan

1. Tujuan
Kegiatan ini bertujuan untuk:
a. memperkuat kapasitas kelompok pelaku utama melalui penilaian
kelas kelompok oleh Penyuluh Perikanan PNS.
b. meningkatkan kelas kemampuan kelompok (kelas kelompok pemula
ditingkatkan menjadi kelas kelompok madya, dan kelas kelompok
madya menjadi kelas kelompok utama).
c. menyesuaikan kelas kelompok melalui validasi penilaian, khusus
bagi kelas kelompok perikanan yang masih merujuk kepada kelas
kelompok pertanian (Kelompok Lanjut) maka harus divalidasi
melalui penilaian kelas kelompok perikanan.
2. Sasaran
Kelembagaan pelaku utama perikanan sebanyak 5.000 kelompok
melalui peningkatan kelas kemampuan kelompok.
3. Syarat dan Tahapan Pelaksanaan:
a. Syarat:
1) Penguatan dan Pembinaan Kelembagaan Pelaku Utama
a) Pembinaan penyuluhan yang dilakukan terhadap kelompok
pelaku utama Kelas Pemula, tetapi setelah dilakukan
penilaian mencapai minimal 300 sehingga pada tahun
berikutnya dapat meningkat kelasnya mejadi Kelas Madya;
b) Pembinaan penyuluhan yang dilakukan terhadap kelompok
pelaku utama Kelas Madya, tetapi setelah dilakukan
penilaian mencapai minimal 600 sehingga pada tahun
berikutnya dapat meningkat kelasnya mejadi Kelas Utama;
c) Data kelompok yang telah dilakukan penilaian harus
dimasukkan dan diupdate ke dalam aplikasi SIMLUH-KP
melalui operator yang telah ditetapkan;
d) Jumlah kelompok yang mendapatkan dana penguatan dan
pembinaan kelembagaan pelaku utama perikanan adalah
sebagaimana tabel 3, dimana masing-masing kelompok
mendapatkan dana sebesar Rp 1.500.000,-; dan
e) Kelompok tersebut didasarkan atas usulan dari
kabupaten/kota.
2) Peningkatan Kelas Kemampuan Kelompok Pelaku Utama
Perikanan
a) Kelompok Pelaku Utama Perikanan yang diberikan
dukungan kegiatan yaitu kelompok pelaku utama Kelas

Pemula ...
- 16 -

Pemula dan Kelas Madya yang akan ditingkatkan kelas


kelompoknya.
b) Data dan Profil kelompok perikanan ditargetkan pada Tahun
2015 harus dimasukkan ke dalam aplikasi SIMLUH-KP
melalui operator yang sudah ditetapkan.
b. Tahapan pelaksanaan kegiatan sebagai berikut :
1) Identifikasi kelompok pelaku utama di daerah dilaksanakan oleh
Penyuluh Perikanan PNS dan/atau Penyuluh Perikanan
Swadaya;
2) Identifikasi kebutuhan kelompok pelaku utama perikanan
dilaksanakan oleh Penyuluh Perikanan PNS dan/atau Penyuluh
Perikanan Swadaya;
3) Penetapan kelompok pelaku utama di kabupaten/kota
dilaksanakan oleh badan atau instansi teknis yang menangani
penyuluhan kelautan dan perikanan;
4) SK penetapan kelompok diserahkan ke Pusat Penyuluhan KP
melalui Badan Koordinasi Penyuluhan/dinas kelautan dan
perikanan provinsi paling lambat bulan Maret 2015.
5) Dukungan kegiatan penguatan dan pembinaan kelembagaan
pelaku utama perikanan dilaksanakan oleh Badan Koordinasi
Penyuluhan berkoordinasi dengan badan/instasi teknis yang
menangani penyuluhan di kabupaten/kota;
6) Pembinaan peningkatan kelas kelompok pelaku utama
perikanan dilaksanakan oleh Penyuluh Perikanan PNS dan/atau
Penyuluh Perikanan Swadaya sesuai wilayah kerja di desa/
kecamatan pada kabupaten/kota;
7) Penilaian kelas kelompok pelaku utama perikanan dilaksanakan
oleh Penyuluh Perikanan PNS sesuai wilayah kerja di
desa/kecamatan pada kabupaten/kota;
8) Badan Koordinasi Penyuluhan/dinas kelautan dan perikanan
provinsi berkoordinasi dengan badan atau instansi teknis yang
menangani penyuluhan di kabupaten/kota untuk menetapkan
lokasi dan Penyuluh Perikanan sebagai pelaksana serta
melaksanakan monitoring dan pengawasan;
9) Rincian kegiatan kelompok dalam penggunaan dukungan dana
kegiatan meliputi penilaian dan pengukuhan kenaikan kelas
kemampuan kelompok dan pembinaan kelompok;
10) Laporan kegiatan penguatan dan pembinaan kelembagaan
pelaku utama dan peningkatan kelas kemampuan kelompok
(piagam pengukuhan kelas kelompok sebagaimana Kepmen KP
Nomor: KEP.14/MEN/2012 sebagai lampiran) disampaikan
kepada Pusat Penyuluhan KP paling lambat tanggal 15
Desember 2015.

4. Waktu pelaksanaan
Waktu pelaksanaan kegiatan ini adalah 1 (satu) tahun (Januari s/d
Desember 2015).

Jadwal ...
- 17 -

Jadwal Kegiatan :
No 2015 Bulan Ke
Tahapan Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Identifikasi Kelompok
2 Identifikasi Kebutuhan
Kelompok.
3 Penetapan Kelompok (SK
KPA)
4 Pengiriman copy SK Ke
Pusluh KP.
5 Penguatan dan Pembinaan
Kelembagaan Pelaku Utama
Perikanan dan Peningkatan
Kelas Kelompok.
6 Monitoring Evaluasi
7 Pelaporan

B. Penilaian Penyuluh Perikanan PNS Teladan Provinsi

1. Tujuan
Mengapresiasi kinerja dan meningkatkan motivasi Penyuluh Perikanan
PNS dalam mendukung pembangunan kelautan dan perikanan.
2. Sasaran,
Penyuluh Perikanan PNS yang diusulkan oleh kabupaten/kota sebagai
calon Penyuluh Perikanan Teladan tingkat provinsi.
3. Syarat–Syarat dan Prosedur Pelaksanaan
Persyaratan dan Prosedur Pelaksanaan Penilaian Penyuluh Perikanan
PNS Teladan mengacu pada Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
Republik Indonesia Nomor PER.17/MEN/2012 tentang Penilaian
Penyuluh Perikanan Pegawai Negeri Sipil Teladan.
4. Tahapan Kegiatan
a. Persiapan terdiri dari rapat persiapan, penetapan kepanitiaan dan
Tim penilai, persuratan, dan lainnya;
b. Pelaksanaan Penilaian Penyuluh Perikanan PNS Teladan Tingkat
Provinsi sesuai usulan dari kabupaten/kota;
c. Penetapan Penyuluh Perikanan PNS Teladan Tingkat Provinsi;
d. Hasil penetapan Penilaian Penyuluh Perikanan PNS Teladan Tingkat
Provinsi, diusulkan ke Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan
untuk dinilai menjadi Penyuluh Perikanan Teladan Nasional.

5. Waktu Pelaksanaan
Pelaksanaan Kegiatan untuk Penilaian Penyuluh Perikanan PNS
Teladan Tingkat Provinsi mulai dari Maret sampai dengan Mei 2015.
Berita Acara Penetapan Penyuluh Perikanan PNS Teladan Tingkat
Provinsi paling lambat diterima Pusat Penyuluhan KP pada bulan Mei
2015 untuk dinilai di Tingkat Nasional.

Jadwal ...
- 18 -

Jadwal Kegiatan:
No 2015 Bulan Ke
Tahapan Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Persiapan dan Identifikasi
Penyuluh
2 Proses Penilaian
3 Penetapan (SK)
4 Pengiriman copy SK Ke
Pusluh KP.
5 Penilaian di Tingkat
Nasional/Pusat

C. Penyelenggaraan Penyuluhan KP oleh Penyuluh PNS melalui Optimalisasi


BOP

BOP terdiri atas perjalanan pembinaan, penyusunan rencana kerja,


penyusunan materi dan perlengkapan penunjang. BOP diberikan senilai Rp
320.000,- per orang per bulan penyuluh perikanan PNS untuk wilayah
Indonesia Barat, Rp 400.000,- per orang penyuluh perikanan PNS untuk
wilayah Indonesia Tengah dan Rp 480.000 per orang penyuluh perikanan
PNS untuk wilayah Indonesia Timur. BOP dibayarkan setiap bulan atau
triwulan selama 1 tahun.

1. Tujuan
Meningkatkan efektivitas penyelenggaraan penyuluhan dengan bantuan
BOP untuk Penyuluh Perikanan PNS guna mendukung kegiatan:
a. Pelaksanaan kunjungan, pendampingan, dan bimbingan kepada
pelaku utama dan pelaku usaha perikanan di lapangan (desa,
kecamatan) di wilayah kerjanya;
b. Penyusunan materi penyuluhan perikanan; dan
c. Penyusunan rencana kerja dan pelaporan penyuluh perikanan.

2. Sasaran
Penyuluh Perikanan PNS sebanyak 3,117 orang.

3. Persyaratan penerima BOP adalah sebagai berikut:


a. Penyuluh Perikanan PNS yang telah diangkat menjadi pejabat
fungsional penyuluh perikanan sesuai dengan Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/19/M.PAN/10/2008
(dibuktikan dengan SK pengangkatan jabatan fungsional penyuluh
perikanan);
b. Bertugas dan melakukan pembinaan penyuluhan perikanan di
wilayah kerjanya; dan
c. Data dan profil Penyuluh Perikanan PNS penerima BOP harus
masuk didalam aplikasi SIMLUH-KP.

4. Tahapan Pelaksanaan
Pelaksanaan pencairan dan pendistribusian BOP bagi penyuluh
perikanan adalah sebagai berikut:

a. Usulan ...
- 19 -

a. Usulan data penyuluh PNS Penerima BOP dari kabupaten/kota


berupa rekap nama penyuluh PNS (SK Fungsional) dan Profil;
b. Melakukan verifikasi ulang terhadap penyuluh calon penerima BOP
baik di provinsi maupun kabupaten/kota sebelum pencairan BOP
triwulan I tahun 2015, oleh Bakorluh/dinas kelautan dan perikanan
(bentuk verifikasi berupa blanko):
c. Berdasarkan hasil verifikasi Kuasa Pengguna Anggaran di satker
provinsi menerbitkan SK Penyuluh Perikanan PNS penerima BOP di
provinsi dan kabupaten/kota berdasarkan usulan dari
Bakorluh/dinas kelautan dan perikanan provinsi dan dari BP4K/
Kantor Penyuluhan kabupaten/kota/dinas yang membidangi
kelautan dan perikanan;
d. SK penyuluh perikanan penerima BOP diserahkan ke Pusat
Penyuluhan KP melalui Badan Koordinasi Penyuluhan/dinas
kelautan dan perikanan provinsi paling lambat bulan Maret 2015.
e. BOP bagi penyuluh perikanan yang bertugas di tingkat provinsi dan
kabupaten/kota (termasuk kecamatan dan desa) dialokasikan
melalui Satker provinsi;
f. Pencairan dana BOP dilakukan oleh Bendahara Pengeluaran Satker
Provinsi yang selanjutnya ditransfer langsung oleh KPPN, dan/atau
dapat juga oleh bendahara pengeluaran satker provinsi, ke rekening
penyuluh penerima BOP atas dasar persetujuan/rekomendasi dari
atasan langsung penyuluh;
g. Persetujuan/rekomendasi tersebut dikeluarkan setelah penyuluh
yang bersangkutan terlebih dahulu menyerahkan programa
penyuluhan/ Rencana Kerja Tahunan Penyuluh pada setiap awal
tahun berjalan dan laporan bulanan kegiatan penyuluh perikanan
bulan sebelumnya selama satu tahun;
h. Bakorluh menyusun rekap laporan bulanan kegiatan penyuluh
penerima BOP sekurang-kurangnya 3 bulan sekali kemudian dikirim
ke Pusat Penyuluhan KP atau ke Sekretariat BPSDM KP;
i. Kinerja setiap penyuluh perikanan akan dievaluasi berdasarkan
indikator keberhasilan penyuluh perikanan oleh Pusat Penyuluhan
KP dan Bakorluh;
j. BOP dibayarkan kepada Penyuluh Perikanan setiap bulan atau
triwulan;
k. Koordinator penyuluh atau atasan langsung penyuluh segera
melaporkan kepada Satker provinsi, apabila terjadi alih tugas
menjadi struktural, pensiun, wafat, dan tindak indisipliner lainnya
sesuai dengan ketentuan yang berlaku, untuk dilakukan
pemberhentian penyaluran BOP;
l. BOP tidak dikenakan pemotongan, termasuk pemotongan pajak; dan
m. Kekurangan alokasi/anggaran BOP di satker provinsi, dapat
dibayarkan langsung oleh Pusat Penyuluhan KP ke rekening
Penyuluh PNS yang diusulkan oleh Bakorluh/dinas kelautan dan
perikanan dengan melampirkan SK Fungsional Penyuluh Perikanan,
Laporan Bulanan dan Nomor Rekening Penyuluh tersebut.

5. Waktu ...
- 20 -

5. Waktu Pelaksanaan
Waktu pelaksanaan selama 1 (satu) tahun yang dibayarkan triwulan
atau bulanan yaitu bulan Januari s/d Desember 2015.
Jadwal Kegiatan;
No 2015 Bulan Ke
Tahapan Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Verifikasi Penyuluh PNS
Calon Penerima BOP.
2 Penetapan Penerima BOP
(SK KPA)
3 Pengiriman copy SK Ke
Pusluh KP.
4 Kegiatan Penyuluhan dan
Laporan Kegiatan
Penyuluhan dari Penyuluh
Penerima BOP
5 Monitoring Evaluasi
6 Pelaporan Rekap Laporan
dari Bakorluh Ke Pusluh

D. Penguatan Kegiatan PPS

1. Tujuan
Meningkatkan kapasitas dan kompetensi PPS melalui
pelatihan/bimbingan teknis perikanan.

2. Sasaran
PPS sebanyak 7.583 orang yang telah dikukuhkan melalui anggaran
Pusat Penyuluhan KP maupun anggaran daerah.

3. Tahapan Pelaksanaan
Tahapan pelaksanaan kegiatan sebagai berikut:
a. Bakorluh/dinas kelautan dan perikanan provinsi melakukan
verifikasi terhadap PPS yang telah dikukuhkan oleh bapeluh/dinas
kelautan dan perikanan kabupaten/kota;
b. bapeluh/dinas kelautan dan perikanan kabupaten/kota
mengusulkan ke Bakorluh kebutuhan pelatihan perikanan sesuai
dengan komoditas unggulan daerah masing-masing;
c. Bakorluh mendata kebutuhan pelatihan perikanan dari masing-
masing Kab/Kota dan melakukan koordinasi dengan Balai/UPT
KKP/P2MKP;
d. Bakorluh menetapkan calon, lokasi pelatihan dan tanggal
pelaksanaan; dan
e. PPS yang telah melaksanakan kegiatan penyuluhannya wajib
menyampaikan laporan kegiatannya kepada dinas atau badan yang
menangani penyuluhan di kabupaten/kota, provinsi dan dilanjutkan
direkap ditingkat provinsi untuk dilanjutkan dikirim ke Pusat
Penyuluhan Kelautan dan Perikanan-BPSDM KP.

4. Waktu ...
- 21 -

4. Waktu Pelaksanaan
Pelaksanaan penguatan kegiatan PPS dilakukan satu atau lebih dalam
satu tahun disesuaikan dengan kondisi di lapangan.
Jadwal Kegiatan:
No 2015 Bulan Ke
Tahapan Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Identifikasi dan Verifikasi
PPS
2 Identifikasi kebutuhan
pelatihan perikanan
3 Penetapan (SK KPA)
4 Pengiriman copy SK Ke
Pusluh KP.
5 Peningkatan kapasitas PPS
6 Kegiatan Penyuluhan oleh
PPS
7 Monitoring Evaluasi
8 Rekap Pelaporan dari
Bakorluh Disampaikan ke
Pusluh

E. Percontohan Penyuluhan Bisnis Perikanan di Pos Pelayanan Penyuluhan


atau di Balai Penyuluhan Kecamatan

1. Maksud dan Tujuan


Maksud pelaksanaan kegiatan Unit Percontohan Penyuluhan Perikanan
yaitu mendukung program prioritas Kementerian Kelautan dan
Perikanan dalam upaya untuk meningkatkan produksi perikanan.
Tujuan Unit Percontohan Penyuluhan Perikanan, yaitu:
a. menerapkan teknologi perikanan yang terekomendasi bagi pelaku
utama perikanan.
b. mendukung upaya peningkatan produksi perikanan.
c. meyakinkan pelaku utama perikanan akan suatu cara yang lebih
baik dan menguntungkan dalam usaha perikanan.
d. terbukanya kesempatan bagi pelaku utama perikanan untuk
meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap secara lebih
nyata.
e. sebagai media penyuluhan perikanan bagi pelaku utama dan pelaku
usaha di wilayah kerja Penyuluh Perikanan.
f. mengembangkan jejaring kerja dan jejaring usaha perikanan.

2. Sasaran
Sasaran Percontohan Penyuluhan Bisnis Perikanan terdiri dari sasaran
utama dan sasaran antara. Sasaran utama adalah Pelaku Utama dan
Pelaku Usaha Kelautan dan Perikanan. Sedangkan sasaran antara
adalah Penyuluh Perikanan.

3. Tim ...
- 22 -

3. Tim Pelaksana
Tim pelaksana kegiatan Percontohan Penyuluhan Bisnis Perikanan
terdiri dari:

Pengarah : Kepala Sekretariat Bakorluh/lembaga


yang menangani penyuluhan di provinsi
Penanggung Jawab di : Kabid. Yang menangani penyuluhan
Provinsi perikanan atau Pejabat Pembuat
Komitmen (PPK)
Penanggung Jawab di : Kepala dinas/badan kabupaten/kota
kabupaten/kota
Pelaksana
1) Ketua : Koordinator Penyuluh Perikanan
kabupaten/kota
2) Anggota/Demonstrator : Penyuluh Perikanan (PNS,
Swadaya/pelaku utama perikanan)
kabupaten/kota setempat dengan
jumlah minimal 3 orang atau sesuai
kebutuhan

4. Mekanisme pencairan anggaran:


a. Pencairan anggaran agar dilakukan secara bertahap sesuai
kebutuhan tahapan pelaksanaan kegiatan, maka dapat dilakukan
antara 3 sampai 4 tahapan pencairan;
b. Koordinator Penyuluh Perikanan Kabupaten/Kota mengajukan
proposal Percontohan Penyuluhan Bisnis Perikanan kepada Kepala
Sekretariat Badan Koordinasi Penyuluhan Pertanian Perikanan dan
Kehutanan/lembaga yang menangani penyuluhan di provinsi
melalui badan pelaksana penyuluhan pertanian perikanan dan
kehutanan/lembaga yang menangani penyuluhan di kabupaten/
kota;
c. Kepala Sekretariat Badan Koordinasi Penyuluhan Pertanian
Perikanan dan Kehutanan/lembaga yang menangani penyuluhan di
provinsi menetapkan lokasi dan pelaksana Percontohan Penyuluhan
Bisnis Perikanan melalui Surat Keputusan Kepala Sekretariat Badan
Koordinasi Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan/
lembaga yang menangani penyuluhan di provinsi selaku Kuasa
Pengguna Anggaran (KPA);
d. Pejabat Pembuat Komitmen sebagai penanggung jawab administrasi
kegiatan memproses administrasi pelaksanaan kegiatan dimaksud;
e. Koordinator Penyuluh Perikanan kabupaten/kota sebagai pelaksana
kegiatan wajib melaksanakan kegiatan Percontohan Penyuluhan
Bisnis Perikanan sesuai dengan proposal yang telah disetujui;
f. Koordinator Penyuluh Perikanan kabupaten/kota sebagai pelaksana
kegiatan wajib menyelesaikan administrasi pertanggungjawaban
keuangan dan membuat laporan pelaksanaan kegiatan; dan
g. Proses Pengadaan penyediaan bahan percontohan dilakukan secara
bertahap sesuai kebutuhan disetiap tahapan kegiatan. Serta
mengacu pada Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010 beserta
peraturan perubahannya.

5. Tahapan ...
- 23 -

5. Tahapan Pelaksanaan
a. Persiapan dan Penetapan Tim Pelaksana (SK KPA);
b. Pengiriman SK ke Pusluh;
c. Penetapan Materi (Teknologi Inovasi yang akan didiseminasikan
melalui percontohan penyuluhan bisnis perikanan);
d. Aksi/Pelaksanaan kegiatan percontohan penyuluhan bisnis
perikanan;
e. Monitoring & Evaluasi; dan
f. Pelaporan.
6. Lokasi
Lokasi Percontohan Penyuluhan Bisnis Perikanan yang dibiayai dana
Dekonsentrasi Tahun 2015, yaitu:
a. Provinsi Jawa Tengah;
b. Provinsi Jawa Barat;
c. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta;
d. Provinsi Jawa Timur;
e. Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam;
f. Provinsi Lampung;
g. Provinsi Kalimantan Selatan;
h. Provinsi Sulawesi Selatan;
i. Provinsi Maluku; dan
j. Provinsi Nusa Tenggara Barat.
7. Waktu
Waktu Pelaksanaan mulai Januari sampai dengan Desember 2015.
Jadwal Kegiatan :
No 2015 Bulan Ke
Tahapan Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Persiapan/Koordinasi
2 Penetapan Materi Inovasi
Teknologi.
3 Penetapan Tim Pelaksana
(SK KPA)
4 Pengiriman copy SK Ke
Pusluh KP.
5 Verifikasi Materi dan Lokasi
Kegiatan
6 Aksi Kegiatan Percontohan
dilapangan
7 Monitoring Evaluasi
8 Temu Lapang
9 Pelaporan hasil
pelaksanaan percontohan
inovasi teknologi.

F. Operasionalisasi ...
- 24 -

F. Operasionalisasi Sistem Informasi Manajemen Penyuluhan KP (SIMLUH-KP)

1. Tujuan
Mendapatkan data dan informasi sistem penyuluhan KP yang akurat
dan terkini untuk bahan penyusunan kebijakan penyuluhan KP di
pusat dan daerah.
2. Sasaran
Pengelola SIMLUH-KP provinsi/kabupaten/kota.
3. Tahapan Pelaksanaan
Tahapan pelaksanaan kegiatan sebagai berikut:
a. Persiapan meliputi penetapan operator melalui SK penetapan
Bakorluh/bapeluh/dinas kelautan dan perikanan provinsi/
kabupaten/kota;
b. Koordinasi Penghimpunan Data SIMLUH-KP antara Bakorluh/dinas
kelautan dan perikanan provinsi dan bapeluh/dinas kelautan dan
perikanan kabupaten/kota;
c. Sosialisasi SIMLUH-KP oleh Pusat Penyuluhan KP dan Bakorluh/
dinas kelautan dan perikanan provinsi;
d. Entry data dan informasi sistem penyuluhan KP provinsi/
kabupaten/kota melalui aplikasi SIMLUH-KP.
e. Petugas entry data yang ditunjuk agar melakukan update data
minimal 1(satu) bulan sekali.
f. Pelaporan SIMLUH-KP berupa hardcopy disampaikan kepada Pusat
Penyuluhan KP setiap semester yang sudah divalidasi dan
ditandatangani oleh pimpinan.
4. Waktu Pelaksanaan
Waktu pelaksanaan 1 (satu) tahun (Januari s/d Desember 2015).
Jadwal Kegiatan;
No 2015 Bulan Ke
Tahapan Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Penetapan petugas Entri
Data (SK KPA)
2 Pengiriman copy SK Ke
Pusluh KP.
3 Koordinasi dan
penghimpunan data
4 Entri Data
5 Monitoring Evaluasi
6 Pelaporan

G. Administrasi Kegiatan dan Operasional Kantor

1. Batasan
Administrasi kegiatan dan operasional kantor dimaksudkan untuk
memfasilitasi operasional Satker dekonsentrasi dalam penyelenggaraan
penyuluhan di tingkat provinsi.

2. Tujuan ...
- 25 -

2. Tujuan
Memfasilitasi operasional pengelolaan anggaran Satker dekonsentrasi di
Bakorluh atau dinas kelautan dan perikanan provinsi.

3. Sasaran
Operasional Satker Bakorluh/yang menangani dekonsentrasi
penyuluhan di provinsi.

4. Rincian Komponen
Rincian komponen meliputi :
a. Honorarium petugas yang terkait dengan operasional Satker;
b. Pengadaan bahan dan alat tulis kantor, penggandaan, surat
menyurat, konsumsi rapat-rapat serta penyusunan dan pengiriman
laporan provinsi ke pusat dalam berbagai bentuk formulir pelaporan
yang disusun oleh Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan; dan
c. Perjalanan dalam rangka koordinasi dan perencanaan dari provinsi
ke kabupaten/kota dan perjalanan konsultasi dan koordinasi dari
provinsi ke pusat.

5. Waktu Pelaksanaan
Waktu pelaksanaan1 (satu) tahun (Januari s/d Desember 2015).

H. Penyusunan Renstra, Penetapan Kinerja/Perjanjian Kinerja dan Rencana


Aksi Kegiatan

Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) merupakan


rangkaian sistematik dari berbagai aktivitas, alat dan prosedur yang
dirancang untuk tujuan penetapan dan pengukuran, pengumpulan data,
pengklasifikasian, pengikhtisaran, dan pelaporan kinerja pada instansi
pemerintah dalam rangka pertanggungjawaban dan peningkatan kinerja
instansi pemerintah.
Penyelenggaraan SAKIP meliputi :
1. Rencana Strategis;
2. Perjanjian Kinerja;
3. Pengukuran Kinerja;
4. Pengelolaan Data Kinerja;
5. Pelaporan Kinerja; dan
6. Reviu dan Evaluasi Kinerja.
Rencana Srategis menjadi landasan penyelenggaraan SAKIP. Untuk
mencapai sebuah strategi yang telah ditetapkan dalam rangka mempunyai
keunggulan kompetitif, maka para pemangku kepentingan haruslah bekerja
dalam sebuah sistem yang ada pada proses perencanaan strategis/strategic
planning.
Penetapan Kinerja/Perjanjian Kinerja merupakan lembar/dokumen yang
berisikan penugasan dari pimpinan instansi yang lebih tinggi kepada
pimpinan instansi yang lebih rendah untuk melaksanakan
program/kegiatan yang disertai dengan indikator kinerja. Melalui perjanjian
kinerja, terwujudlah komitmen penerima amanah dan kesepakatan antara

penerima ...
- 26 -

penerima dan pemberi amanah atas kinerja terukur tertentu berdasarkan


tugas, fungsi dan wewenang serta sumber daya yang tersedia.
Tujuan Penyusunan Perjanjian Kinerja :
1. sebagai wujud nyata komitmen antara penerima dan pemberi amanah
untuk meningkatkan integritas, akuntabilitas, transparansi, dan kinerja
aparatur;
2. menciptakan tolak ukur kinerja sebagai dasar evaluasi kinerja
aparatur;
3. sebagai dasar penilaian keberhasilan/kegagalan pencapaian tujuan dan
sasaran organisasi dan sebagai dasar pemberian penghargaan dan
sanksi; dan
4. sebagai dasar bagi pemberi amanah untuk melakukan monitoring,
evaluasi dan supervisi atas perkembangan/kemajuan kinerja pemberi
amanah.
Perjanjian kinerja harus disusun setelah satker menerima dokumen
pelaksanaan anggaran, paling lambat satu bulan setelah dokumen
anggaran disahkan. Perjanjian Kinerja menyajikan Indikator Kinerja Utama
yang menggambarkan hasil-hasil yang utama dan kondisi yang sebenarnya,
tanpa mengesampingkan indikator lain yang relevan. Perjanjian Kinerja
yang dibuat harus dilengkapi dengan Rencana Aksi setiap bulannya, yang
menggambarkan target per bulan dari Indikator Kinerja Kegiatan yang telah
ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja.

I. Penyusunan Laporan Tahunan dan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi


Pemerintah (LAKIP)

Laporan Tahunan merupakan laporan yang menyeluruh mengenai


perkembangan dan pencapaian suatu program dan kegiatan dalam satu
tahun. Laporan Tahunan berisikan tentang laporan hasil kegiatan selama
satu tahun yang disampaikan kepada seluruh pemangku kepentingan.
LAKIP merupakan sebuah laporan yang berisikan akuntabilitas dan kinerja
dari suatu instansi pemerintah. Penyusunan LAKIP berdasarkan siklus
anggaran yang berjalan yaitu 1 tahun. Secara lengkap memuat laporan
yang membandingkan perencanaan dan hasil. Dalam penyusunan suatu
kegiatan belanja, dibuat suatu masukan yaitu besaran dana yang
dibutuhkan, hasil yaitu sesuatu hasil atau bentuk nyata yang didapat dari
dana yang dikeluarkan. Manfaat yaitu manfaat yang didapat karena
kegiatan belanja tersebut dilaksanakan serta Dampak yaitu dampak yang
dihasilkan karena pelaksanaan suatu kegiatan belanja.
Dalam pembuatan LAKIP suatu instansi pemerintah harus dapat
menentukan besaran kinerja yang dihasilkan secara kuantitatif yaitu
besaran dalam satuan jumlah atau persentase. Misalkan dalam satu
kegiatan target yang akan dihasilkan adalah 100 orang yang akan disuluh,
kemudian setelah kegiatan tersebut dilaksanakan berapa jumlah yang
tersuluh, apakah masih tetap 100 orang, kurang dari 100 orang atau
mungkin lebih dari 100 orang.
Manfaat yang didapat dari penyusunan suatu LAKIP yaitu evaluasi yang
dilakukan oleh instansi pemerintah terhadap instansinya sendiri sehingga
pimpinan instansi tersebut dapat mengevaluasi kinerja dari instansi yang
dipimpinnya selama 1 tahun anggaran.

Tujuan ...
- 27 -

Tujuan penyusunan laporan tahunan dan LAKIP yaitu untuk mendapatkan


informasi tentang pelaksanaan kegiatan dekonsentrasi tahun 2015 serta
pemantauan sejauh mana kinerja penyuluhan baik keberhasilan maupun
kegagalan dengan pendekatan secara sistematis dan terstruktur terhadap
rencana dan program kerja penyuluhan kelautan dan perikanan.

J. Pembuatan Laporan Keuangan

1. Batasan
Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 156/PMK.07/2008
tentang Pedoman Pengelolaan Dana Dekonsentrasi dan Tugas
Pembantuan, menyatakan bahwa setiap Satker/UAKPA Dekonsentrasi
dan Tugas Pembantuan diwajibkan menyampaikan laporan keuangan
meliputi ADK, LRA, dan neraca UAKPA R1 setiap bulannya. Sehingga
perlu memfasilitasi pembuatan laporan bulanan/triwulan/tahunan
agar dapat mengetahui perkembangan kegiatan penyelenggaraan
penyuluhan yang didekonsentrasikan.

2. Tujuan
Meningkatkan kelancaran adminstrasi pelaporan keuangan dan
memberikan informasi tentang pelaksanaan kegiatan dekonsentrasi,
mengevaluasi kegiatan-kegiatan dekonsentrasi dan menindaklanjutinya
dengan menjadikannya acuan dalam penyusunan program/kegiatan
dekonsentrasi selanjutnya.

3. Sasaran
Satker pelaksana dekonsentrasi menyampaikan laporan tepat waktu.

4. Tahapan Pelaksanaan
Tahapan pelaksanaan kegiatan, sebagai berikut :
a. Kegiatan Evaluasi dan pembinaan terhadap sinkronisasi data antara
petugas Bendahara, operator SIMAK BMN, operator SAK pada Satker
Dekonsentrasi Provinsi yang dilakukan oleh petugas Sekretariat
BPSDM KP.
b. Rekonsiliasi Sistem Akuntansi Instansi (SAK-SIMAK BMN) oleh
Satker dekonsentrasi ke Kanwil KPPN maupun ke eselon I
BPSDMKP.
c. Pengelolaan data sistem akuntansi keuangan Satker dekonsentrasi.
d. Laporan keuangan dan bulanan kegiatan dekonsentrasi provinsi
paling lambat diterima tanggal 5 pada bulan berikutnya dengan
alamat : Badan Pengembangan SDM Kelautan dan Perikanan Jl.
Medan Merdeka Timur No.16 Jakarta Pusat, Gedung Mina Bahari III,
Lantai 7 Jakarta, Telp/Fax. 021-3513287/3513289. Atau Pusluh KP
Fax. 021.3513328.
e. Badan Pengembangan SDM Kelautan dan Perikanan akan
menginformasikan keragaan penerimaan laporan
bulanan/triwulan/tahunan kepada Satker Provinsi.

5. Mekanisme ...
- 28 -

5. Mekanisme dan Waktu Pelaporan


a. Satker Provinsi wajib membuat dan mengirim laporan-laporan
kepada Satker Badan Pengembangan SDM Kelautan dan Perikanan cq.
Pusat Penyuluhan KP yang ditembuskan ke Gubernur dengan
ketentuan sebagai berikut:
1) Laporan Kegiatan Bulanan (Fisik dan Keuangan) kegiatan bulan
berjalan di provinsi, dikirimkan paling lambat setiap tanggal 10
bulan berikutnya;
2) Laporan Kegiatan Triwulanan, dalam bentuk Hardcopy dan
Softcopy Triwulanan I dikirimkan paling lambat tanggal 10 April
2015, Triwulanan II 10 Juli 2015, Triwulanan III 10 Oktober
2015, dan Triwulan IV pada tanggal 28 Desember 2015;
3) Laporan Tahunan yang merupakan laporan seluruh kegiatan
aktifitas penyelenggaraan penyuluhan kelautan dan perikanan
termasuk capaian masalah dan upaya pemecahan masalah,
paling lambat minggu ke IV bulan Desember 2015.
b. Bila dalam bulan atau triwulan yang bersangkutan tidak ada
kemajuan pelaksanaan kegiatan, laporan bulanan dan triwulan
dari provinsi tetap wajib dikirimkan sesuai dengan waktu pelaporan,
berikut penjelasan tentang permasalahan yang dihadapi dan upaya
pemecahan masalahnya;
c. Guna memperlancar arus pelaporan, selain dikirim melalui pos,
hendaknya juga dikirim melalui e-mail Pusat Penyuluhan Kelautan
dan Perikanan dengan alamat: program_monevluh@yahoo.com FAX;
021-3513328 atau dengan memanfaatkan forum/pertemuan untuk
mewajibkan para pengelola/pelaksana membawa serta laporan
realisasi fisik dan keuangan serta kemajuan kegiatan di daerahnya.
6. Jenis-jenis Laporan
Jenis laporan yang harus disampaikan ke BPSDM KP melalui Pusat
Penyuluhan Kelautan dan Perikanan terdiri dari laporan bulanan,
triwulanan dan tahunan. Laporan bulanan disajikan dalam Form 1-3
dengan penjelasan sebagai berikut:
Form 1 : Data Umum dan Data Keuangan TA 2015
Form 2 : Perkembangan Pelaksanaan Keuangan Per Bulan Menurut
Kegiatan dan Sub Kegiatan TA. 2015
Form 3 : Perkembangan Pelaksanaan dan Kegiatan (Keuangan dan
Fisik) Menurut Kegiatan dan Sub Kegiatan TA. 2015
Sedangkan laporan triwulanan disajikan dalam Form 4-7 dengan
penjelasan sebagai berikut:
Form 4 : Penguatan dan Pembinaan Kelembagaan Pelaku Utama
Perikanan
Form 5 : Penyelenggaraan Penyuluhan KP oleh Penyuluh PNS
melalui optimalisasi Biaya Operasional Penyuluh (BOP)
Form 6 : Penguatan Kegiatan Penyuluh Perikanan Swadaya
Form 7 : Administrasi Kegiatan dan Operasional Kantor

7. Waktu Pelaksanaan
Waktu pelaksanaan selama 1 (satu) tahun (Januari s/d Desember2015).

BAB IV ...
- 29 -

BAB IV
MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN

Monitoring, evaluasi dan pelaporan merupakan salah satu bagian dari unsur
pengendalian yang dalam pelaksanaannya sangat diperlukan dan berfungsi
sebagai kontrol dan tolok ukur setiap program/kegiatan yang dilaksanakan.

Monitoring, evaluasi dan pelaporan merupakan suatu cara, sistem dan pola
penyajian informasi formal yang obyektif dan teratur dengan dukungan fakta
yang tersusun dalam bentuk yang tertata dan terstruktur. Dengan ini
diharapkan monitoring, evaluasi dan pelaporan mampu menyajikan informasi
yang berkaitan dengan perkembangan pelaksanaan kegiatan secara obyektif
sehingga dapat dilakukan tindakan koreksi secara cepat dan tepat apabila
dalam pelaksanannya ditemui permasalahan yang diperkirakan dapat
mempengaruhi pencapaian tujuan dan sasaran program/kegiatan yang telah
ditetapkan.

A. Monitoring
Monitoring merupakan suatu kegiatan observasi yang berlangsung terus
menerus untuk memastikan dan mengendalikan keserasian pelaksanaan
program dengan perencanaan yang telah ditetapkan dalam jangka waktu
tertentu.
B. Evaluasi
Evaluasi merupakan suatu teknik penilaian kualitas program yang
dilakukan secara berkala melalui metode yang tepat. Evaluasi komponen
kegiatan dilakukan terhadap seluruh atau sebagian unsur-unsur
komponen kegiatan dan terhadap pelaksanaan komponen kegiatan.
Evaluasi dapat diselenggarakan secara terus menerus, berkala, dan atau
sewaktu-waktu.
C. Indikator Monitoring dan Evaluasi
Indikator kinerja merupakan produk atau layanan yang dihasilkan untuk
mencapai hasil-hasil yang diharapkan, atau merupakan uraian ringkas
dengan menggunakan ukuran kuantitatif/kualitatif yang mengindikasikan
pencapaian suatu sasaran/tujuan yang telah dicapai dan ditetapkan.
Indikator ini memiliki kegunaan sebagai berikut:
1. dasar penilaian kinerja baik dalam tahap perencanaan (ex-ante),
pelaksanaan (on going), maupun setelah kegiatan (ex-post);
2. petunjuk kemajuan dalam rangka mencapai tujuan/sasaran.
Dalam pelaksanaan dekonsentrasi penyuluhan kelautan dan perikanan,
indikator bertujuan untuk mengetahui:
1. tingkat kemajuan kegiatan penyelenggaraan penyuluhan tahun 2015,
baik yang sedang berjalan maupun telah selesai;
2. permasalahan-permasalahan yang dihadapi di lapangan dan tindak
pemecahan masalah;
3. penyediaan laporan berkala;
4. pencegahan secara dini akan kemungkinan terjadinya penyimpangan
lebih lanjut berdasarkan indikasi permasalahan yang ada; dan

5. penyediaan ...
- 30 -

5. penyediaan umpan balik sebagai bahan untuk pengambilan


kebijakan/tindakan yang diperlukan dalam rangka penyempurnaan
penyelenggaraan penyuluhan kelautan dan perikanan di masa
mendatang.

D. Penentuan Indikator
Indikator kinerja kegiatan merupakan penentu dalam keberhasilan
monitoring dan evaluasi. Penentuan indikator dilakukan berdasarkan
kesepakatan bersama pihak yang terkait di dalamnya. Prinsip-prinsip dasar
yang harus dipenuhi dalam indikator adalah spesifik, terukur dan jelas,
dapat dicapai dan sensitif, relevan dan mudah, serta mengandung batas
waktu.
Indikator Monitoring dan Evaluasi dalam pelaksanaan dekonsentrasi
penyelenggaraan penyuluhan 2015 ini lebih difokuskan pada INPUT,
PROSES, OUTPUT, dan OUTCOMES (Tabel 4).
Indikator kinerja adalah sebagai berikut :
1. Indikator Kinerja Input/indikator proses : Indikator yang mengukur
jumlah sumberdaya seperti anggaran (dana), SDM, peralatan, material,
dan masukan lainnya yang dipergunakan untuk melaksanakan
kegiatan. Dengan meninjau distribusi sumber daya dapat dianalisis
apakah alokasi sumberdaya yang dimiliki telah sesuai dengan renstra
yang ditetapkan. Contoh : jumlah dana yang dibutuhkan, tenaga yang
dibutuhkan, peralatan yang digunakan, dan bahan yang digunakan.
2. Indikator Kinerja Output : dijadikan landasan untuk menilai kemajuan
suatu kegiatan. Apabila tolok ukur dikaitkan dengan sasaran kegiatan
yang terdefinisi dengan baik dan terukur. Dengan membandingkan
keluaran dapat dianalisis apakah kegiatan yang terlaksana sesuai
rencana atau tidak.
3. Indikator Kinerja Outcome : Indikator tentang tingkat pencapaian hasil
kegiatan lebih tinggi yang mungkin menyangkut kepentingan banyak
pihak. Indikator outcome lebih utama dari sekedar output, dimana
kualitas kegiatan mulai diukur.

Tabel 4. Indikator Monitoring dan Evaluasi Penyelenggaraan Penyuluhan KP

Berkas Berkas
Komponen Indikator
No Indikator Output Pembuktian Pembuktian
Kegiatan Outcome
Output Outcome
1. Penguatan Terselenggaranya a. SK KPA Meningkatnya Laporan
dan fasilitasi tentang fungsi Hasil
Pembinaan pengembangan Penguatan kelembagaan Monitoring
Kelembagaan kelembagaan dan dan pelaku utama dan Evaluasi
Pelaku peningkatan Pembinaan perikanan
Utama kelas dan sebagai wadah
Perikanan kemampuan Sertifikat proses
Kelompok Pelaku Peningkatan pembelajaran,
Utama Perikanan Kelas wahana kerja
Kemampuan sama, unit
Kelompok penyedia
Pelaku sarana dan
Utama prasarana
Perikanan produksi, unit
produksi, unit

b. Penetapan ...
- 31 -

Berkas Berkas
Komponen Indikator
No Indikator Output Pembuktian Pembuktian
Kegiatan Outcome
Output Outcome
b. Penetapan pengolahan
kelompok dan
pelaku pemasaran,
utama serta unit jasa
perikanan penunjang
c. Panduan
Kegiatan
d. Laporan
Pertanggung
jawaban
keuangan
dan kegiatan
2. Penilaian Terselenggarakan Berita acara : Memberikan SK
Penyuluh nya proses a. Penetapan motivasi Gubernur/
Perikanan Penilaian penyuluh kepada Bakorluh/
PNS Teladan Penyuluh teladan oleh penyuluh Dinas
Tingkat Perikanan PNS tim penilai perikanan kelautan dan
Provinsi Teladan provinsi untuk lebih perikanan
b. Pelaporan meningkatkan Provinsi
pertanggung kinerjanya tentang
jawaban dalam penyuluh
keuangan penyelenggara perikanan
dan kegiatan an teladan
penyuluhan tingkat
perikanan provinsi
3. Penyelengga
raan
Penyuluhan
KP oleh
Penyuluh
PNS dengan
optimalisasi
BOP
a. Pengelola Terbayarnya BOP a. SK KPA Terpenuhinya a. Tanda
an BOP bagi Penyuluh tentang kebutuhan Penerima
Perikanan PNS Penetapan operasional an BOP
secara tepat Penyuluh penyuluhan b. Laporan
jumlah, waktu, Perikanan Hasil
wilayah dan PNS Monev
sasaran Penerima
BOP sesuai
dengan
usulan dari
bapeluh/
dinas
kab/kota
b. Panduan
Pengelolaan
BOP
c. Lembaran
pengajuan
pembayaran
BOP

d. Slip ...
- 32 -

Berkas Berkas
Komponen Indikator
No Indikator Output Pembuktian Pembuktian
Kegiatan Outcome
Output Outcome
d. Slip Bukti
pengiriman/
bukti
transfer
e. Laporan Tri
Wulan
Penyuluh
Perikanan
PNS
penerima
BOP
f. Laporan
Hasil Monev
b. Pemanfaat Terlaksananya a. RKPP Terbinanya a. Jumlah
an BOP tugas/ b. Wilayah dan kelompok Kelompok
operasional Kelompok sasaran binaan
penyuluhan Binaan b. Frekuensi
Penyuluh pertemu
Penerima an/kunju
BOP ngan
c. Laporan Tri c. Materi
Wulan penyuluh
Penyuluh an yang
Perikanan disampai
PNS kan
penerima d. Laporan
BOP Hasil
d. Laporan Monev
Hasil Monev
4. Penguatan Terselenggaranya a. SK Meningkatnya Laporan
Kegiatan penyelenggaraan pengukuhan dukungan Hasil
Penyuluh penyuluhan oleh penyuluh penyelenggara Monitoring
Perikanan Penyuluh perikanan an dan Evaluasi
Swadaya Perikanan b. Laporan penyuluhan
Swadaya kegiatan kelautan dan
c. Pertanggung perikanan di
jawaban lapangan oleh
keuangan penyuluh
swadaya
5. Penyusunan Tersusunnya a. SK Petugas Tersedianya Laporan
Database database sistem penyusunan data dan Hasil
Sistem penyuluhan KP database informasi Monitoring
Penyuluhan akurat dan sistem sistem dan Evaluasi
Kelautan dan terkini di prov. penyuluhan penyuluhan
Perikanan dan kab./kota KP KP yang
b. SK kegiatan akurat dan
penyusunan terkini
database
sistem
penyuluhan
KP
c. Data dan
informasi
sistem
penyuluhan

d. Laporan ...
- 33 -

Berkas Berkas
Komponen Indikator
No Indikator Output Pembuktian Pembuktian
Kegiatan Outcome
Output Outcome
d. Laporan
Pertanggung
jawaban
keuangan
dan kegiatan
e. Laporan
Hasil
Monitoring
6. Penyusunan Tersusunnya Dokumen Tercapainya Laporan
Renstra dan Renstra dan Renstra serta target Hasil
Penetapan Penetapan Penetapan indikator Monitoring
Kinerja Kinerja Kinerja yang kinerja dan Evaluasi
sudah di tanda
tangan oleh
KPA
7. Penyusunan Tersusunnya Dokumen Tersedianya Laporan hasil
Laptah dan Laporan Laptah dan bahan evaluasi
LAKIP Tahunan dan LAKIP kebijakan
LAKIP
8. Pembuatan Tersusunnya Laporan Laporan Laporan
Laporan laporan yang Pertanggung optimal Hasil
Keuangan akurat dan tepat jawaban dipergunakan Monitoring
dan Kegiatan waktu keuangan dan untuk dan Evaluasi
kegiatan perumusan
kebijakan
9. Administrasi Terselenggaranya Laporan Kelancaraan Laporan
Kegiatan dan dukungan Pertanggung dukungan Hasil
pelayanan adminstrasi jawaban operasional Monitoring
perkantoran kegiatan dan keuangan dan Satker dan Evaluasi
pelayanan kegiatan dekonsentrasi
perkantoran

E. Metode Monitoring dan Evaluasi


Pendekatan/metode yang dipergunakan dalam monitoring dan evaluasi
dekonsentrasi penyelenggaraan penyuluhan kelautan dan perikanan
berdasarkan pada pelaksana monitoring dan evaluasi:
1. Selfreporting. Satker dekonsentrasi memberikan laporan secara tetap
mengenai kegiatan yang telah dilakukan, output yang dihasilkan
ataupun data lain yang diperlukan.
2. Pengauditan. Pada kegiatan monitoring dan evaluasi jenis ini satu pihak
tertentu, yaitu auditor ditunjuk untuk melaksanakan monitoring dan
evaluasi. Auditor akan menetapkan standar untuk monitoring dan
evaluasi dan mereka akan berkeliling di bagian-bagian yang dimonitor
dan dievaluasi dengan membawa daftar acuan (checklist) yang terdiri
dari seperangkat kriteria dan indikator.
3. Penilaian partisipatif. memberikan penekanan pada partisipasi semua
pihak dalam melaksanakan monitoring dan evaluasi dan juga
memerlukan fasilitator. Fasilitator akan bekerja sama dengan semua
pihak untuk menetapkan patokan-patokan apa saja yang ditetapkan
untuk mencapi tujuan kegiatan. Pada waktu evaluasi secara regular
ataupun pada waktu-waktu yang sudah disepakati, fasilitator akan

melakukan ...
- 34 -

melakukan pertemuan dengan para-pihak untuk mengevaluasi kinerja


dari setiap pihak serta acuanyang telah ditetapkan secara bersama di
awal kegiatan.
F. Mekanisme Supervisi, Monitoring dan Evaluasi
1. Kepala Badan Pengembangan SDM Kelautan dan Perikanan dan/atau
Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan melakukan supervisi
secara berjenjang terhadap kegiatan di tingkat provinsi dan
kabupaten/kota, penerima dukungan dana dekonsentrasi sesuai
kebutuhan. Dalam pelaksanaan supervisi dan tersebut Kepala Badan
Pengembangan SDM Kelautan dan Perikanan, dapat mendelegasikan
kepada pejabat struktural di bawahnya. Sedangkan monitoring dan
evaluasi dapat dilakukan oleh petugas yang ditunjuk;
2. Setiap ada perubahan anggaran atau revisi anggaran baik revisi KPA
atau revisi DIPA harus sepengetahuan Badan Pengembangan SDM
Kelautan dan Perikanan dan/atau Pusat Penyuluhan Kelautan dan
Perikanan;
3. Kepala Sekretariat Bakorluh/Lembaga yang menangani penyuluhan,
selaku Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) pada Satker Perangkat Daerah
(SKPD) Pelaksana Dana Dekonsentrasi di provinsi, dibantu oleh
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) berwenang melakukan supervisi
terhadap kegiatan di tingkat kabupaten/kota. Dalam
pelaksanaannya yang bersangkutan dapat mendelegasikan kepada
pejabat struktural di bawahnya. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi
dapat dilakukan oleh petugas yang ditunjuk.

BAB V ...
- 35 -

BAB V
PENUTUP

Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan


Kegiatan Penyuluhan Kelautan dan Perikanan Tahun Anggaran 2015 disusun
untuk dapat digunakan sebagai petunjuk/acuan bagi semua pihak yang
terkait dengan pelaksanaan kegiatan dan anggaran dekonsentrasi.
Dengan adanya petunjuk teknis ini, diharapkan dapat meningkatkan efektifitas
pencapaian tujuan dan sasaran program dan kegiatan dalam pengembangan
sumber daya manusia di daerah sesuai dengan target yang telah ditetapkan.

KEPALA BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA


MANUSIA KELAUTAN DAN PERIKANAN,

ttd

SUSENO

Anda mungkin juga menyukai