Anda di halaman 1dari 4

Identifikasi Hubungan Kedalaman Laut Dengan Sebaran

Klorofil Yang Berasal Dari Fitoplankton Sebagai Makanan


Ikan

Stani Nugroho Soffa Benladen *


Program Studi Teknik Geomatika Jurusan Teknologi Infrastrktur dan Kewilayahan Institut Teknologi Sumatera

*Stani.119230082@student.itera.ac.id

Abstract: he depth of the sea (bathymetry) provides important information about an area of the sea. In addition to shipping, the depth of
the sea is also useful in the use of natural resources, early warning systems and simulation of the impact of disasters. Measuring the depth of
the sea can be done manually by using a ship, but it takes a very long time. The need for faster information regarding bathymetric
information requires the development of manual measurement systems by utilizing other technologies such as remote sensing via satellite.
The color of the sea surface when viewed on satellite images has color gradations as a result of light at different sea depths. By knowing the
actual depth in an area of the sea and knowing the color of the surface at that position, a system can be made that can determine the depth
of the sea at a certain position from the color of the sea surface. This system is built using sea depth data from manual measurements and
combined with satellite image data at the same position. One of the parameters that really determines the depth of water is chlorophyll-a.
Oceanographic conditions of a waters are closely related to the distribution and high and low concentrations of chlorophyll-a .

Keywords: Sea Depth, Light, Color, Chlorophyll,


Abstrak: Kedalaman laut (bathymetry) memberikan berbagai informasi penting mengenai suatu area laut. Selain untuk
navigasi pelayaran, kedalaman laut juga berguna dalam pemanfaatan sumberdaya alam, sistem peringatan dini dan simulasi
dampak dari bencana. Pengukuran kedalaman laut bisa dilakukan manual dengan menggunakan kapal, namun dibutuhkan
waktu yang sangat lama. Kebutuhan informasi yang semakin cepat mengenai informasi bathymetry menuntut pengembangan
sistem pengukuran manual dengan memanfaatkan teknologi lain seperti penginderaan jarak jauh melalui satelit. Warna
permukaan laut apabila dilihat pada gambar satelit memiliki gradasi warna sebagai akibat dari pantulan cahaya pada
kedalaman laut yang berbeda-beda. Dengan mengetahui kedalaman sebenarnya pada sebuah area laut dan mengetahui
warna permukaan pada posisi tersebut dapat dibuat sebuah sistem yang bisa mengidentifikasi kedalaman laut pada posisi
tertentu dari warna pada permukaan laut tersebut. Sistem yang dibangun ini menggunakan data kedalaman laut hasil
pengukuran manual dan dipadukan dengan data gambar satelit pada posisi yang sama. salah satu parameter yang sangat
menentukan tingkat kesuburan perairan adalah klorofil-a. Kondisi oseanografi suatu perairan sangat terkait dengan sebaran
dan tinggi rendahnya konsentrasi klorofil-a

Kata Kunci : Kedalaman Laut,Cahaya,Warna,Klorofil,

Pendahuluan peta citra satelit,informasi posisi yang disajikan lebih


Perkembangan teknologi yang sangat cepat diiringi real jika dibanding peta buatan karena memberikan
dengan berbagai penemuan baru di berbagai bidang gambaran mengenai kondisi asli dari permukaan bumi
mendorong manusia untuk selalu mengaplikasikan dalam peta tersebut.
teknologi kedalam setiap aspek kehidupan.Dalam
keperluan navigasi misalnya, dengan menggunakan
Teknologi gambar satelit menyajikan bentuk morfologi Metode
permukaan bumi yang bisa dilihat secara langsung. Bathymetry adalah studi tentang kedalaman air, baik
Berbeda untuk lautan, gambar satelit jika dilihat dasar sungai danau maupun laut. Bathymetry
secara langsung tidak menampilkan bagaimana bentuk digunakan untuk mendukung keselamatan navigasi
morfologi dasar laut, namun cukup memberikan pelayaran baik permukaan maupun sub-permukaan.
informasi bagaimana bentuk dasar laut dibawahnya. Pada awalnya pengukuran bathymetry dilakukan
Bila diperhatikan, permukaan laut pada gambar satelit pengukuran secara manual dengan menggunakan tali
memiliki warna yang berbeda-beda. Perbedaan warna dan beban.Teknik ini tidak akurat dan efisien karena
ini muncul sebagai akibat dari pantulan cahaya pada hanya bisa mengukur satu titik pada satu satuan
permukaan laut dengan kedalaman yang berbeda waktu dan posisi titik beban terhadap kapal
beda. dipengaruhi oleh pergerakan kapal. Saat ini
Kedalaman laut memberikan berbagai informasi pembuatan data bathymetry menggunakan
penting mengenai apa yang bisa dimanfaatkan dari echosounder (sonar) yang dipasang pada kapal
laut tersebut. Selain untuk navigasi pelayaran yang dilakukan berdasarkan jumlah waktu yang diperlukan
berkaitan dengan keselamatan pelayaran, kedalaman suara atau cahaya untuk melakukan perjalanan
bisa memberi informasi sebaran makhluk hidup yang melalui air, memantul kembali di dasar laut, dan
tinggal didalamnya. Menurut Mineart dan Gottshll melakukan perjalanan kembali ke permukaan.
(Gottshall, 2005) Klorofil-a merupakan salah satu Menurut Thurman (Thurman, 1997) satelit bisa
parameter yang sangat menentukan produktifitas digunakan untuk pengukuran bathymetry, satelit radar
primer di laut. Penelitian ini bertujuan untuk memetakan topografi dasar lautan dengan mendeteksi
menganlisa konsetrasi dan memetakan klorofil-a di variasi halus dipermukaan laut yang disebabkan oleh
Teluk Lampung menggunakan data citra satelit tarikan grafitasi dari pegunungan bawah laut maupun
Landsat berdasarkan algoritma yang sesuai yang energy endogen lainya
dikolerasikan dengan data lapangan setiap musim Penelitian ini menggunakan metode
Menurut Nontji (2005), bahwa dalam tubuh pembandingan antara kedalaman laut dengan
fitoplankton terkandung zat hijau daun yaitu klorofil-a, persebaran fitoplankton sebagai makanan ikan yang
zat tersebut berperan sebagai pigmen terpenting mana dibutuhkan data kedalaman laut yang
karena klorofil-a memiliki fungsi untuk melakukan didapatkan dengan pengolahan pada ArcGIS dan peta
proses fotosintesis. Fitoplankton disebut sebagai persebaran plankton yang didapatkan dari melihat
produsen primer yang memiliki kemampuan sebaran klorofil yang disebabkan oleh fotosintesis
membentuk suatu zat anorganik menjadi organik. fitoplankton
(Nontiji, 2005)

Penginderaan jauh adalah ilmu untuk memperoleh Penginderaan jauh


informasi mengenai objek dari pengukuran yang
dilakukan dari jarak tertentu yaitu tanpa benar-benar Pengideraan jauh merupakan ilmu dan teknik untuk
bersinggungan dengan objek tersebut. Kuantitas yang memperoleh informasi tentang suatu obyek, daerah
paling sering diukur dalam sistem penginderaan jauh atau fenomena, melalui analisis data yang diperoleh
adalah energi elektromagnetik yang berasal dari dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan
objekobjek tersebut (Indarto, 2014) obyek yang dikaji. Citra satelit merupakan citra hasil
perekaman gambar jarak jauh yang diperoleh melalui
satelit.Hasil dari perekaman sangat dipengaruhi oleh
kemampuan satelit sebagai alat pengambil gambar.
Berdasarkan Lillesand et al (Thomas Lillesand, 1994),
gambar yang dihasilkan dari perekaman satelit juga
berbeda-beda, sesuai dengan jenis sensor yang dimiliki
oleh satelit perekam.

Sistem Informasi Geografis

Sistem informasi geografis merupakan penyajian


informasi geografis ke dalam bentuk media yang
mudah dimengerti oleh manusia. Salah satu
penyajianya adalah bentuk penyajian data dalam
digital elevation model. Digital Elevation Model (DEM)
merupakan suatu representasi digital dari topografi
permukaan tanah. Menurut Prahasta (Prahasta, 2002),
DEM berisi data ketinggian maupun kedalaman hasil Peta kedalaman laut digabungkan dengan sebaran klorofil

pengukuran langsung maupun perkiraan. Sistem


koordinat dinyatakan juga sebagai posisi spatial,
memiliki makna posisi blok-blok pada suatu bidang Pembahasan
dengan satuan tertentu. Sistem koordinat membagi
sebuah bidang kedalam bagian kecil dengan bentuk Klorofil pada laut dihasilkan oleh fitoplankton yang
tertentu. Kemudian diberikan nama pada setiap merupakan makanan ikan ikan kecil, sehingga jika
bagian untuk memudahkan mengetahui posisi letak suatu lokasi memiliki itensitas fitoplankton yang tinggi
pada bidang tersebut maka ikan yang ada pada lokasi tersebut banyak
dikarenakan sumber makanan ikan ikan kecil tersebut
berkumpul pada lokasi tersebut
Hasil dan Diskusi

Conclusions / Kesimpulan
Dari penelitian yang dilakukan mendapatkan 2 hasil
yaitu peta bathymetry dan peta persebaran klorofil
yang mana kedua peta tersebut digabungkan sehingga
menjadi satu peta. Peta gabungan tersebut dapat
disimpulkan semakin dalam suatu lokasi semakin
banyak potensi ikan yang berada disana karena
persebaran klorofil yang berasal dari fitoplankton yang
merupakan makanan utama ikan ikan kecil dan ikan
herbivora beekumpul pada lokasi tersebut

Peta kedalaman laut .

References

Arief, M. (2004). Ap
likasi Data Satelit Resolusi Rendah dan SIG untuk Analisa Distribusi Spatial Zona Potensi Penangkapan Ikan (ZPPI) Di
Selat Makassar. Peniliti Bidang Aplikasi Penginderaan Jauh, LAPAN , 2018-232.

Gottshall, C. E. (2005). Bathymetry from space. Technologies and Applications, 69.

Harsanugraha, W. K., & Manopo , A. K. (2021). Kajian Informasi Zona Potensi Penangkapan Ikan (ZPPI) di Wilayah
Pesisir Indramayu. Repositori LAPAN , 109-118.

Indarto. (2014). Teori dan praktek penginderaan jauh. Yogyakarta: Andi.

Nontiji, A. (2005). Laut Nusantara. Jakarta: Laut Nusantara.

Prahasta, E. (2002). Sistem Informasi Geografis Konsep-Konsep Dasar (Prespektif Geodesi dan Geomatika). Bandung:
Penerbit Informatika.

Purwanto, A. D., & Ramadhani , D. P. (2020). ANALISIS ZONA POTENSI PENANGKAPAN IKAN (ZPPI) BERDASARKAN
CITRA SATELIT SUOMI NPP-VIIRS . Jurnal, 13(3), 249-259.

Thomas Lillesand, R. W. (1994). Remote Sensing and Image Interpretation. New York: John Wiley & Sons.

Thurman, H. V. (1997). Introductory Oceanography. New Jersey: Prentice Hall College.

Wagiyo, K., Tirtadanu, & Ernawati, T. (2019 ). PERIKANAN DAN DINAMIKA POPULASI RAJUNGAN (Portunus pelagicus
Linnaeus, 1758) DI TELUK JAKARTA. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia , 25(2), 79-92.

Anda mungkin juga menyukai