Anda di halaman 1dari 8

PERILAKU AKADEMIK DENGAN SISTEM PENDEKATAN

ETIKA TELEOLOGIS

Oleh :

Ajianuri Wahyudha Nugraha (220910201065)

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS JEMBER
2022
SISTEM PENDEKATAN ETIKA TELEOLOGIS

Teleologi adalah mengukur baik buruknya suatu tindakan berdasarkan tujuan


yang mau dicapai dengan tindakan itu, atau berdasarkan
Menurut Liu Zhenmin seorang Sekertaris Jenderal Departemen Ekonomi dan
Sosial PBB, tren transformasi digital tengah menjadi sorotan sebab dibarengi
dengan pesatnya kemajuan teknologi informasi yang dapat menjembatani
kemajuan ekonomi antar negara. Tentu saja hal ini tidak terlepas dengan
penggunaan internet yang menjadi indikator paling dominan dalam menghadapi
perubahan zaman. Internet memiliki peranan dalam keberlangsungan tren
transformasi digital terutama pada sektor ekonomi.
Pengembangan mode bisnis berbasis industri teknologi-informasi dengan
kolaborasi akses internet dapat dipahami dalam kompetisi ekonomi di beberapa
kawasan seperti Amerika, Eropa, dan Asia. Kawasan-kawasan tersebut memiliki
pengaruh besar dalam ekonomi digital secara global. Permisalan terjadinya
persaingan industri-industri digital dapat dilihat di Amerika seperti pada insudtri
Facebook, Microsoft, dan Apple yang bersaing ketat dengan industri di Asia
seperti Grab, Gojek, dan Samsung.
Berdasarkan penelitian Google dan Tamasek, SEA Internet Economy (GMV, $B)
di kawasan Asia Tenggara seperti Indonesia, Filiphina, Malaysia, Singapura,
Thailand dan Vietnam sudah memberikan sumbangan 350 juta pengguna internet.
Angka ini diprediksi akan terus mengalami kenaikan pada tahun 2025 mendatang.
Sumber : SEA Internet Economy
Pengguna internet di ASEAN yang memiliki populasi kenaikan tinggi menjadi
bukti bahwa tren transformasi digital terus mengalami perkembangan. ASEAN
berhasil memprakarsai potensinya dalam penggunaan sosial media dan internet
dalam jumlah yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi (Kwakwa, 2018).
Riset yang dilakukan oleh Google Report menyatakan bahwa tren transformasi
digital mendorong munculnya online retail (e-commerce), transportasi online
(ride hailing), serta e-payments apps yang berguna dalam kehidupan manusia.

Sumber : Russel (2018, dalam techcrunch)

Tren transformasi digital memberikan potensi besar terhadap pertumbuhan


ekonomi. Namun, ini tidak sejalan dengan dukungan infrastruktur dan edukasi
pada masyarakat yang masih minim. Hal inilah yang menjadi sebab terjadinya
ketidaksiapan dalam mentransformasikan teknologi informasi sehingga disrupsi
digital tidak dapat terhindarkan. Disrupsi digital menjadi istilah untuk
menggambarkan aktor baru yang berkompetisi dengan aktor lama. Inovasi bisnis
yang lebih efisien dengan branding yang perlahan menguasai pasar serta biaya
proses produksi yang murah perlahan menggeser pasar konvensional.

Dari premis tersebut dapat diketahui bahwa setiap kawasan negara memiliki
kesempatan yang sama dalam merespon potensi digital yang ada diwilayahnya
dengan pemanfaatan digitalisasi semaksimal mungkin. Akan tetapi, perlu disadari
bahwa situasi dan kondisi domestik tiap kawasan negara berbeda, khususnya di
ASEAN yang masih menunjukkan adanya gap terhadap kesiapan dalam
mentransformasikan potensi digital, terutama pada sektor ekonomi digital.

Dengan demikian, diperlukan adanya manifestasi konsep ECSR (Economy


Development, Connenctivity, Skills, and Regional Policy) dalam menghadapi
transformasi digital yang berpengaruh pada keberlangsungan ekonomi digital di
kawasan ASEAN khusunya Indonesia.

Economy Development (Pengembangan Ekonomi)

Konsep pengembangan sektor ekonomi digital mulai dikenal pasca abad 20 an


seiring dengan pesatnya tren transformasi digital berbasis teknologi komunikasi.
Ekonomi digital dikenal sebagai promotor cross border transaction secara global
melalui platform digital hasil dari inovasi, ide dan adopsi teknologi-informasi
(Yahya, 2018). Konsep ini menjadikan keberadaan teknologi-informasi khususnya
internet di masyarakat bisa digunakan untuk memperoleh apapun yang diinginkan
tanpa perlu bepergian ke luar negeri ataupun mengurusi dokumen-dokumen
pembelian (G20 China, 2016).

Peranan ekonomi digital juga dianggap sebagai key driver sekaligus tools baru
dalam pertumbuhan dan perkembangan ekonomi nasional maupun global.
Otomasi dan digitalisasi yang mendukung operasi produksi secara lebih efisien,
cepat, dan hemat dalam pengeluaran, khususnya control distribusi (Lydia, 2019).
Hal ini disepakati pada pertemuan negara-negara G20 di Tiongkok tahun 2016
yang menyatakan bahwa konsep ekonomi digital menjadi alat utama untuk
meningkatkan pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Selain itu, ekonomi
digital dipersepsikan dapat menjadi akselerasi inklusivitas ekonomi berkelanjutan
pada semua lini sektor (G20 China, 2016). Indikator berlangsungnya kegiatan
ekonomi digital dapat dilihat dari adopsi teknologi digital, infrastruktur dan
kenktivitasnya. Selain itu, tingginya penetrasi internet, penggunaan sosial media,
dan penggunaan jasa layanan digital juga turut berpengaruh dalam kegiatan
ekonomi digital.

Connectivity (Konektivitas)

Konektivitas dalam konsep ekonomi digital sangat dibutuhkan untuk memulai dan
melakukan percepatan pembangunan ekonomi. Menurut Global Infrastructure
Connectifity Alliance (GICA), seiring dengan terjadinya peningkatan permintaan
terhadap sumber daya alam dan manusia untuk memenuhi kebutuhan sehingga
dibutuhkan sesuatu untuk menghubungkan antara masyarakat, ekonomi, dan
negara secara menyeluruh.

Tren transformasi digital merupakan salah satu bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari upaya konetivitas kawasan. Dalam hal ini, proses transformasi
digital termasuk dalam upaya konektivitas digital dalam negara maupun kawasan.
Tentu saj adalm lingkup yang memiliki program kerja dalan availabilitas
ketersediaan informasi terhadap proses digitalisasi ekonomi. Konektivitas
memegang peranan dalan mendorong proses kerjasama berbagai pihak untuk
meningkatkan pertumbuhan produk domestik dan ekonomi regional melalui
digitalisasi ekonomi. Bentuk nyata dari konektifitas digital dapat dilihat dari
penggunaan internet dan komunikasi seluler yang mengubah cara dan moda bisnis
bergerak hingga bagaimana orang berinteraksi.

Digital Skills (Kemampuan Digital)

Di era globalisasi yang serba digital saat ini diperlukan adanya kulitas Sumber
Daya Manusia (SDM) yang melek terhadap teknologi khususnya dalam
kemampuan olah digital. Kemampuan ini menjadi skill yang sangat dibutuhkan
ditengah maraknya ekonomi digital. namun, hal ini tidak akan mudah dilakukan di
negara-negara miskin yang minim SDM terlatih (skilled labor) maupun terdidik
(educated). Wei-Hsein dalam tulisanyya “Human Resource as The Ket Factor of
Economic Development” bahwa minimnya tenaga kerja terampil dapat menjadi
hambatan pertumbuhan ekonomi. Begitupun dengan minimnya kulaitas SDM
terdidik sebagai pekerja (ilmuwan) akan turut memberikan pengaruh terhadap
kontribusi pekerja terlatih yang profersional dalam pengelolaan teknologi.

Theories of Information Society menjelaskan mengenai adanya pergantian yang


mulanya “pekerja manual” menjadi “pekerja kerah putih”. Franks Weber (1955)
menyebutkan bahwa kebutuhan produksi di era industry kini lebih membutuhkan
tenaga kerja non-manual yang terampil dalam mengelola data informasi dan
teknologi. Secara otomatis SDM diharuskan untuk bisa beradaptasi dan memiliki
kemampuan olah digital agar bisa bersaing dalam tuntutan pasar. Bagaimanapun,
transformasi digital di sektor ekonomi akan mmeberikan ruang baru dan
menghasilkan pertumbuhan pada pembangunan ekonomi melalui pelatihan
kompetensi digital skills SDM (The World Bank, 2019).

Untuk merealisasikan SDM melek digitalisasi dapat dilakukan dengan


pendidikan, pelatihan/workshop, program-program pelatihan kerja olah data
digital, kesempatan magang bagi mahasiswa teknologi maupun non-teknologi.

Region Policy (Kebijakan Kawasan)

Kebijakan kawasan berfungsi untuk menegaskan tindakan dan melindungi segala


perilaku berdasarkan hukum dalam melakukan pembangunan ekonomi. Tujuan
dibentuknya kebijakan kawasan tidak lain untuk mengurangi kesenjangan
ekonomi, sosial dan territorial. Selain itu, kebijakan kawasan juga digunakan
sebagai kendaraan untuk meningkatkan distribusi kawasan.

Pada praktiknya, konsep kebijakan kawasan tidak terlepas dari regulasi-regulasi


yang menjaga eksistensi perkumpulan negara anggota didalamnya. Adanya
kebijakan kawasan yang adaptif di era globalisasi akan membantu dalam
mengatasi risiko dan mengatur standar efektif keberlangsungan transaksi
elektronik, aliran data lintas batas (data flow), keamanan siber, privasi data dan
perlindungan konsumen yang memanfaatkan ekonomi digital. kebijakan kawasan
pun dipersepsikam sebagai langkah tepat guna membantu dan membangun
kepercayaan pada platform online ekonomi digital yang aman dan berkelanjutan
(The World Bank, 2019).

Antara kebijakan kawasan dan digitalisasi di era masyarakat informasi ini sangat
penting untuk menciptakan harmonisasi dan efektifitas kebijakan yang berkaitan
dengan mobilitas lintas batas yang meliputi arus barang, informasi , dan manusia.
Sebagai contoh, di Asia Tenggara dibentuk perjanjian dan perencanaan seperti
ASEAN Economic Community (AEC) Blueprint 2025, Masteplan on ASEAN
Connectivity 2025, dan The e-ASEAN Framworks Agreement (World Economy
Forum).

Maraknya tren transformasi digital di sektor ekonomi Indonesia berkaitan erat


dengan Group of Twenty atau G20 yang merupakan forum utama kerja sama
ekonomi internasional dengan beranggotakan negara-negara yang memiliki
perekonomian besar. Indonesia berkesempatan untuk memegang prrsidensi G20,
yang berlangsung sejak 1 Desember 2021 hingga 30 November 2022. Adapun
tema besar penyelenggaraan G20 kali ini adalah “recover together, recover
stronger” yang dimaksudkan untuk mendorong pemulihan ekonomi dunia pasca
pandemic covid-19. Sejalan dengan tema tersebut manifestasi konsep ECSR
(Economy development, Connectivity, Skills, and Regional Policy) menjadi salah
satu upaya yang dapat diterapkan guna menyongsong ekonomi digital Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Anon., 2022. Transformasi Ekonomi Digital sebagai Isu Prioritas Presidensi G20
Indonesia Tahun 2022. [Online]
Available at: https://setkab.go.id/transformasi-ekonomi-digital-sebagai-isu-prioritas-
presidensi-g20-indonesia-tahun-2022/
[Accessed 20 Oktober 2022].

Indah, R. N., 2022. Apa itu G20 dan Manfaatnya untuk Indonesia. [Online]
Available at: https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kpknl-singkawang/baca-artikel/14747/
Apa-itu-G20-dan-Manfaatnya-untuk-Indonesia.html#:~:text=Dikutip%20dari%20situs
%20Kementerian%20Keuangan,dan%201%20lembaga%20Uni%20Eropa
[Accessed 20 Oktober 2022].

Sholeh, N. I. N. &. A. N., 2021. Peran Ekonomi Digital Terhadap Ketahanan dan
Pertumbuhan Ekonomi Selama Pandemi COVID-19. J. Madani., Vol. 4, No. 1, Maret
2021, Volume 4, pp. 89-101.

Anda mungkin juga menyukai