Anda di halaman 1dari 14

TUGAS MAKALAH

MATA KULIAH TEORI PEMBANGUNAN

PEMBANGUNAN DIGITALISASI
“SEBAGAI UPAYA PEMULIHAN EKONOMI NASIONAL”

Dosen Pengajar :
Shahril Budiman, S.Sos., MPM.

Disusun oleh :

Nama : Heri Syafrizal


NIM : 21102067
Prodi : Ilmu Pemerintahan (Karyawan)

SEKOLAH TINGGI ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


RAJA HAJI TANJUNGPINANG
T.A. 2021/2022
Pendahuluan

Kemajuan tekhnologi yang sangat pesat seperti saat ini menjadi


salah satu kebiasaan dan tren yang berpotensi untuk mengubah sistem
dan pola pekerjaan. Revolusi digital yang sedang berlangsung
didefinisikan sebagai percepatan laju perubahan teknis dalam
perekonomian (Eurofound, 2018). Memasuki era transformasi modern 4.0
atau biasa juga kita kenal dengan sebutan era revolusi industri 4.0,
peningkatan inovasi pembangunan teknologi informasi dan komunikasi
menjadi sangat vital. Digitalisasi dianggap sebagai cara untuk
memenangkan persaingan di seluruh dunia. Pandemi virus corona telah
berdampak pada cara individu berperilaku dan berpandangan serta
memiliki kekuatan untuk menyelesaikan perubahan yang terkomputerisasi
di setiap lini kehidupan. Pembatasan kerja sama sosial dipandang sebagai
upaya pencegahan terbaik dalam menghambat penyebaran virus corona.
Setiap individu masyarakat didorong untuk belajar, bekerja dari rumah
bahkan dalam hal beribadah sekalipun. Coronavirus telah
memperkenalkan realitas lain, khususnya dunia digitalisasi atau
komputerisasi yang tak terbantahkan. Hubungan komunikasi yang
awalnya dilakukan secara tatap muka kini telah mengalami perubahan
cara pandang. Pandemi virus corona telah mempengaruhi cara bekerja,
cara berakiftas, cara belajar hingga proses transaksi semua dikerjakan
serba online. Ini mempengaruhi peningkatan populasi internet atau dunia
maya sebagai sebuah konsekuensi yang logis dari adanya penggunaan
akses internet yang sangat besar dan masif. Pandemi virus corona
menunjukkan kepada kita bahwa kapasitas dan aksesibilitas infrastruktur
digitalisasi menjadi hal yang sangat penting. Tidak dapat disangkal bahwa
kemajuan besar digitalisasi di Indonesia juga harus dibarengi dengan
aksesibilitas infrastruktur nasional yang berhubungan dengan digitaliasi
harus tersedia dan memadai.

1
Pertimbangan dan Tantangan Pemerintah Dalam Pembangunan
Digitalisasi

Di masa pandemi Covid-19 atau virus corona seperti saat ini,


pembangunan infrastruktur digitalisasi menjadi sebuah kebutuhan.
Beberapa anggapan mendasar bahwa pengembangan sistem digitalisasi
adalah kebutuhan untuk mempercepat pemulihan keuangan publik atau
ekonomi nasional. Kurniawan (2020) Menyampaikan bahwa
ketertinggalan dalam kemajuan digital tidak hanya membuat pola baru
dalam produksi, penyebaran dan pemanfaatan, Namun juga berimplikasi
terhadap kekuasaan. Pemerintahan, terutama di negara-negara
berkembang seperti Indonesia, bahkan sempat memiliki kegagapan dalam
melihat kemajuan digitalisasi di dunia. Biasanya, Pemerintah tidak
menerima kemajuan yang terjadi, misalnya, kurangnya pedoman yang
jelas dalam mengelola perkembangan digital, shock industri manufaktur
juga tidak memberikan reaksi yang jelas. Berbagai isu dan persoalan
belum sepenuhnya ditangani oleh pemerintahan, termasuk perubahan
sosial terkait dengan sumber daya, modal, dan kekuasaan dalam model
kerja baru dan implementasi penerapan teknologi digital.
Tantangan pertama yang dihadapi, digitalisasi adalah sebuah awal
baru dari para pelaku bisnis, dunia bisnis adalah salah satu bidang
didalam kehidupan manusia yang perubahannya sangat cepat dan
dinamis khususnya pada usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dan
industri kreatif yang sangat terkena dampak dari Coronavirus atau Covid-
19 yang dipaksa untuk menyesuaikan dengan promosi dan penjualan
berbasis digital untuk mempercepat pemulihan dan lebih mengembangkan
kemajuan bisnisnya. Kondisi UMKM saat ini sedang mengalami jeda
bahkan penutupan karena berkurangnya interaksi masyarakat dan
kerjasama antar wilayah yang berdampak pada berkurangnya perputaran
aktifitas ekonomi. Inovasi tekhnologi digital merupakan jawaban terbaik
bagi UMKM untuk memiliki opsi untuk segera keluar dari keadaan darurat,
yang pada akhirnya akan mempercepat peningkatan kecepatan
pemulihan keuangan masyarakat dan ekonomi nasional. Seperti diketahui,

2
upaya penyelamatan dan kebangkitan UMKM cukup signifikan mengingat
hampir 99,99% substansi keuangan Indonesia berada di area UMKM dan
membuat sebuah komitmen yang sangat penting karena mereka
mempertahankan hampir 97% tenaga kerja atau sekitar 116 juta individu.
Adapun tantangan selanjutnya ialah, digitalisasi pada dasarnya akan
memberikan ruang yang lebih besar kepada masyarakat umum untuk
terlibat dengan strategi perumusan kebijakan-kebijakan yang berorientasi
publik. Media digital akan digunakan oleh masyarakat umum untuk
menyampaikan tujuan ataupun aspirasi dalam merumuskan kebijakan
publik.
Tantangan ketiga, ketergantungan dalam semua lini kehidupan individu
masyarakat pada kebutuhan cara hidup yang digital seperti yang sudah
mulai kita rasakan seperti saat ini. Menurut Worldwide Web Record, ada
lebih dari 76% pengakses internet berusia 16-64 tahun yang
menginvestasikan energi dan waktu mereka untuk mengakses internet.
Sementara itu, berdasarkan informasi Bank Indonesia, jumlah transaksi
digital selama PSBB pada April 2020 mencapai 64,48%, dan volume
transaksi digital juga tumbuh 37,35% pertahun. Orang-orang telah beralih
ke tahap digitalisasi yang memungkinkan mereka untuk tetap
berkomunikasi dan bergaul di tengah pandemi. Strategi memperoleh
internet dari rumah maupun sekolah (mulai dari pendidikan dasar,
menengah, hingga lanjutan), serta pengaturan work from home (WFH)
seperti yang dilakukan di banyak perusahaan maupun instansi
pemerintahan, yang pada awalnya dianggap sulit untuk dilakukan, kini
telah berubah menjadi sebuah kebutuhan dan keharusan. Pertemuan
yang awalnya dilakukan secara dekat dan personal, akhirnya bisa
dilakukan secara online melalui zoom meeting atau google meet yang bisa
menghemat waktu dan biaya. Pandemi Coronavirus atau Covid-19 telah
membuat manusia di seluruh dunia menyadari pentingnya menggunakan
dan memanfaatkan inovasi teknologi digital didalam kehidupan sehari-
hari. Digitalisasi memperhitungkan kegunaan yang diperluas dan
produktivitas sumber daya yang lebih tinggi melalui istilah "kapanpun dan

3
dimanapun". Berdasarkan hasil penelitian Kominfo, secara total kecepatan
internet normal di Indonesia umumnya masih rendah. Di sisi lain
pengguna seluler sekarang lebih dari 80% dari populasi. Dari 265,4 juta
penduduk, terdapat 130 juta atau 59% pengguna aktif media sosial.
Sebagian dari banyaknya pekerjaan rumah pemerintahan kita yang harus
diselesaikan segera, mencakup penyebaran yang merata dan
peningkatan lapangan broadband, percepatan analog swiched off,
pemberian insentif dan kemudahan usaha untuk industri telekomunikasi,
serta menyatukan visi pembangunan infrastruktur digital antara
pemerintah pusat dengan pemerintah daerah.

Perencanaan Yang Bisa Diambil Pemerintah Terkait Pembangunan


Digitalisasi.

Sebelumnya kegiatan bisnis dilakukan dari rumah ke rumah, orang-


orang berjualan di lapak-lapak, membuka toko, menawarkan secara
langsung ataupun cara konvensional lainnya. Meskipun teknik-teknik
seperti ini masih digunakan oleh masyarakat secara umum, namun
keadaan zaman sekarang sudah berbeda seiring dengan hadirnya era
industri 4.0, sehingga semua bagian kehidupan juga harus mengikutinya
tanpa terkecuali dalam hal dunia bisnis. Di tengah ketidakpastian ekonomi
di seluruh dunia dan bahaya yang tampak karena Coronavirus atau Covid-
19, ada peluang luar biasa yang dapat digali untuk mempercepat
pemulihan ekonomi nasional melalui pengembangan dan pembangunan
infrastruktur digital, diantaranya;

1. Digitalisasi Ekonomi merupakan peluang pemerintah untuk


melaksanakan program wajib pajak, mengurangi shadow
economy, dan mempermudah pemungutan pajak.

Perubahan cara pemanfaatan melalui digitalisasi perdagangan


serta strategi perdagangan dunia kemungkinan dapat mempengaruhi
perkembangan dan pertumbuhan exspor Indonesia yang akan
mempengaruhi pencapaian penerimaan negara, khususnya dari ketetapan
pajak dan PNBP. Perkembangan ekonomi digital, baik secara global

4
maupun nasional menjadi risiko tersendiri bagi pendapatan negara.
Kemajuan ekonomi digital telah membuka peluang bagi pemerintah untuk
menjalankan program kepatuhan wajib pajak, mengurangi shadow
economy, serta mempermudah pemungutan pajak. Perdagangan secara
elektronik (e-commerce), serta pemanfaatan uang elektronik (e-cash dan
koin digital, misalnya bit coin), menurut perspektif perpajakan hal ini dapat
dikategorikan sebagai bidang yang sulit diberikan pajak atau (hard to tax
sectors atau shadow economy). Perubahan dari ekonomi reguler ke
ekonomi digital adalah peluang potensial untuk pemberlakuan pajak atas
perdagangan melalui sistem elektronik, yang ditujukan untuk membuat
medan pertempuran atau persaingan yang seimbang antara pelaku bisnis
biasa dan pelaku bisnis digital didalam negeri maupun luar negeri. Hingga
saat ini, potensi pendapatan penerimaan pajak dari ekonomi digital masih
belum ideal dan optimal, oleh karena itu diperlukan kemajuan-kemajuan
yang inovatif dan strategis, misalnya pengembangan sistem administrasi
bagi pelaku ekonomi digital dan penguatan kerjasama pemerintah dengan
penyedia platform digital untuk lebih mengembangkan peningkatan
pelayan perpajakan berbasis digital yang fokus pada pengalaman atau
experience dan mudah dimengerrti atau user friendly.

2. Melalui rencana keuangan daerah dan dana desa pemerintah


memberdayakan pengembangan ekonomi digital di daerah
pedesaan.

Pemanfaatan dana desa dapat menjadi masukan atau dapat


menjadi sebuah solusi untuk kemajuan ekosistem digital desa untuk
mendukung pengembangan ekonomi digitalisasi yang solid, kuat dan
dapat berkontribusi untuk mensejahterakan rakyat, serta menjadikan
desa-desa sebagai subjek pelaku ekonomi melalui pengaturan sumber
daya alam (SDA) dan sumber daya manusia (SDM) serta hasil bumi yang
dapat ditingkatkan sebagai jaringan produksi alat angkut distribusi
nasional melalui pemanfaatan infrastruktur digital. Pada tahun 2021,
pemerintahan yang dikendalikan oleh kementrian keuangan dan informasi
telah menetapkan batasan-batasan strategi pengembangan teknologi

5
informasi untuk membantu peningkatan kualitas layanan kepada
masyarakat didaerah antara lain melalui:
1) Tersedianya BTS 4G di daerah-daerah terdepan terluar dan
tertinggal (3T) di 5053 wilayah;
2) Memperluas kapasitas jaringan satelit untuk memberikan akses
internet di 12.377 lokasi pelayanan publik, misalnya di sekolah,
puskesmas, dan kantor-kantor desa;
3) Peningkatan pusat data nasional dengan target sebesar 20%
pembangunan konstruksi fisik.
3. Digitalisasi sebagai upaya mewujdukan public service yang lebih
efektif, produktif dan efesien sebagai upaya mendorong
percepatan peningkatan pemulihan ekonomi nasional.

Optimalisasi inovasi teknologi informasi dan komunikasi melalui


digitalisasi secara total harus segera dilakukan oleh seluruh organisasi
instansi pemerintahan untuk menyelesaikan kewajiban dan kapasitasnya
sebagai pelayanan publik sesuai dengan apa yang telah menjadi tangung
jawabnya. Upaya percepatan digitalisasi dapat dibantu melalui percepatan
perubahan akselerasi transformasi digital untuk organisasi pemerintah,
sehingga dapat mewujudkan public service yang produktif dan cepat
menuju smart government, misalnya di bidang pendidikan dan kesehatan.
Upaya terbaik untuk menyokong digitalisasi pemerintah mencakup
pelaksanaan Kerangka Kerja Pemerintah Berbasis Elektronik (SPBE).
Pembangunan SPBE melalui kerja sama antara Kementrian/Lembaga dan
Pemerintah Daerah dapat diwujudkan melalui penyelenggaraan pusat
data nasional dan penyedia layanan cloud untuk semua
Kementrian/Lembaga dan Pemerintah Daerah, penyedia pelayanan
aplikasi perizinan serta administrasi terpadu dan otorisasi yang terintegrasi
secara konsisten dilakukan untuk semua Kementrian/Lembaga dan
Pemerintah Daerah, memperluas kemampuan dan kapasitas ASN di
bidang komunikasi dan informatika melalui pelatihan dan sertifikasi,
pembangunan satu data nasional sehingga ada sinkronisasi informasi
untuk semua Kementrian/Lembaga dan Pemerintah Daerah melalui big

6
data atau data base dan aplikasi kecerdasan buatan untuk lebih
meningkatkan dan mengembangkan efesiensi, efektifitas dan informasi
keamanan data di seluruh Indonesia dan pengambilan real-time strategic
decision, terutama strategi penting di bidang pemulihan ekonomi nasional.

4. Digitalisasi akan mewujudkan ekonomi Indonesia yang lebih


Inklusif.

Keuangan inklusif itu sendiri dapat kita artikan keadaan ketika


setiap anggota masyarakat telah mendapatkan akses atau layanan
keuangan formal yang berkualitas secara tepat waktu, bersih, lancar dan
aman dengan biaya lebih murah dan terjangkau sesuai dengan keinginan
dan kemampuan mereka untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Peningkatan dan pertumbuhan ekonomi yang stabil dan terbilang


tinggi diperlukan untuk menjaga dan terus meningkatkan kinerja
perekonomian dan kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh. Salah
satu usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan
ekonomi, peningkatan kesejahteraan dan penurunan ketimpangan dan
kemiskinan dapat ditempuh melalui upaya mendorong inklusi ekonomi.
Selain menghadirkan dan memberikan public service yang efektif dan
cepat, hal ini dapat menyatukan dan meningkatkan infrastruktur dan
layanan bersama, mempercepat perubahan dan kemajuan infrastruktur
digital juga akan mewujudkan inklusi masyarakat di wilayah prioritas
pembangunan dan mendorong pemerataan, misalnya membuka lowongan
dan lapangan pekerjaan untuk wanita dan disabilitas untuk mengambil
bagian dalam mata rantai bisnis perdagangan elektronik/e-commerce.

5. Digitalisasi diperlukan untuk mewujudkan program jaminan sosial


yang lebih layak dan efektif.

Di bidang penjaminan sosial diperlukan digitalisasi dalam rangka


digitalisasi dan pengembangan lebih lanjut pada data terpadu
kesejahteraan sosial (DTKS) dan pendistribusian bantuan sosial melalui
penggunaan platform digital yang mana hal ini dapat dimanfaatkan untuk
mewujudkan keberhasilan pelaksanaan program jaminan sosial. DTKS itu

7
sendiri dapat digunakan untuk memperbaiki kualitas penetapan sasaran
program-program perlindungan sosial. DTKS sendiri dapat dimanfaatkan
untuk memperbaiki program jaminan sosial. DTKS dapat membantu
penyusunan program, bekerja pada pemanfaatan rencana keuangan dan
membantu program jaminan sosial. Dengan memanfaatkan data dari
DTKS, jumlah dan sasaran penerima program dapat dirinci sejak awal
penyusunan program. Hal ini akan membantu mengurangi kesalahan
dalam fokus pada program perlindungan sosial, sehingga pendistribusian
bantuan sosial dapat terlaksana sesuai dengan standar seperti tepat
sasaran, tepat jumlah, tepat waktu, tepat kualitas, dan tepat administrasi.

6. Melibatkan sektor swasta melalui kerjasama Public Private


Partnership (PPP) dan program Corporate Social Responsibility
(CSR) atau program Pengembangan dan Pemberdayaan
Masyarakat (PPM) dalam penyediaan fasilitas infrastruktur digital.

Pembangunan infrastruktur digital telah menjadi pilar pemerintah


dalam memajukan pemulihan keuangan publik atau ekonomi nasional.
Namun yang menjadi kendala adalah terbatasnya anggaran yang
membuat pemerintah harus kembali memutar otak untuk memikirkan dan
menemukan alternatif pembiayaan, misalnya dengan memasukkan dan
melibatkan pihak non-pemerintahan atau swasta dalam Publik Private
Partnership (PPP). Misalnya sebagai aturan yang umum, perusahaan
pertambangan migas dan perkebunan telah secara mandiri
mengembangkan infrastruktur digital dan internet yang cepat dan tidak
terbatas untuk kegiatan operasional mereka dan biasanya merupakan
kebebasan selektif perusahaan tersebut. Dalam situasi pandemi seperti
saat ini, pemerintah dapat melakukan kerjasama dengan perusahaan
yang memiliki hak selektif tersebut untuk dapat membantu dan
mengembangkan jaringan internet kepada masyarakat dan desa-desa di
sekitar wilayah pertambangan untuk membantu pengembangan
infrastruktur digital (shered-use). Dengan melaksanakan rencana ini,
otoritas publik atau pemeritahan dapat memperoleh opsi berbeda dengan
memberikan penyediaan infrastruktur digital tambahan di daerah-daerah

8
yang kaya akan aset sumber daya namun pada saat yang sama tertinggal
secara infrastruktur. Secara eksplisit untuk program Corporate Social
Responsibility (CSR), kita ambil permisalan seperti ini, berdasakan
informasi pada tahun 2019, belanja sosial perusahaan di bidang minerba
mencapai Rp. 3 triliun. Jumlah ini dapat digunakan untuk kemajuan
pengembangan infrastruktur digital di wilayah pertambangan untuk
memberikan pengaruh sosial dan finansial terhadap ekonomi masyarakat
lokal. Menurut perspektif perusahaan atau organisasi, program ini
sebenarnya ingin memperkuat brand perusahaan, meningkatkan citra
perusahaan, dan menawarkan lebih banyak manfaat dari pada pesaing
atau kompetitor lainnya.

9
Kesimpulan dan saran
Pemerintahan atau otoritas publik dan pelaku bisnis harus segera
menyesuaikan diri dengan cepat agar dapat melakukan penyesuaian pada
keadaan yang ada di daerah setempat di tengah pandemi Covid-19 ini.
pemerintahan dan pelaku bisnis harus terus berusaha untuk menawarkan
jenis bantuan dan pelayanan secara digital dan sebisa mungkin untuk
mengurangi tatap muka, sebagai upaya mendukung program
penanggulangan Covid-19 atau Coronavirus secara nasional. Infrastruktur
digitalisasi dalam rangka perluasan jaringan sangat penting di tengah
pandemi Covid-19 yang membutuhkan dan mengharuskan pembatasan
aktifitas yang sangat besar, sehingga penyediaan infrastruktur digital dan
jangkauan konektivitas internet harus segera dilakukan ke seluruh pelosok
Indonesia. Hal ini sesuai dengan prioritas nasional dalam RPJMN 2020-
2024 dan rancangan RKP 2021, dimana salah satu pengaturan belanja
negara dalam RAPBN 2021 antara lain dioptimalkan untuk memajukan
pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam rangka
percepatan perubahan digital melalui peningkatan terhadap pelayanan
kepada masyarakat, penyelenggara pemerintahan, shared service dan
inklusi masyarakat dalam e-commerce.
Dalam RAPBN 2021, otoritas publik atau pemerintahan akan
menetapkan alokasi anggaran sebesar Rp. 414 triliun untuk
pengembangan dan pembangunan infrastruktur, yang pada dasarnya
untuk pemulihan ekonomi nasional, penyediaan layanan dasar, penguatan
infrastruktur digital dan perluasan jaringan digital. Nilai sebesar itu dapat
mendukung dan menciptakan perkembangan ekonomi nasional.
Penyempurnaan dalam pembangunan infrastruktur digital dapat
memberikan multiplier efect pada bidang ekonomi lainnya.
Menurut Kominfo, ada 12 keuntungan yang dicatat dari
peningkatan pembangunan infrastruktur digital, khususnya pemberdayaan
ekonomi digital, menuju industri 4.0, mendorong investasi baru,
membangun kembali dan menumbuhkan ekonomi nasional, pemerataan
pendidikan, mendorong daya saing, mendukung lingkungan hidup,

10
melakukan inovasi dan implementasi teknologi baru, lapangan pekerjaan
baru, industri start up, menyatukan negara dan menaikkan kualitas hidup.
Oleh karenanya, Pemerintah harus mengawasi, mengawal dan menjamin
pembangunan infrastruktur digital. Peningkatan pembangunan
infrastruktur digital juga merupakan akselerator bagi perkembangan dan
pertumbuhan ekonomi, terutama di bidang infomasi dan komunikasi, jasa
keuangan, serta jasa perdagangan dan industri ritel atau eceran sehingga
dapat berkembang di rata-rata nasional. Dengan prosedur yang tepat, kita
semua harus berharap bahwa ekonomi Indonesia benar-benar ingin pulih
dan kembali, lebih mandiri dan siap menghadapi potensi ancaman dari
keadaan darurat yang tidak terduga di masa depan sehingga negara kita
Indonesia mampu untuk berubah menjadi negara yang maju pada tahun
2045 dalam hal dan sektor apapun segalanya dapat tercapai.

11
DAFTAR PUSTAKA
Arrizal, N. Z., & Sofyantoro, S. (2020). Pemberdayaan Ekonomi
Kreatif dan UMKM di Masa Pandemi Melalui Digitalisasi. Birokrasi
Pancasila: Jurnal Pemerintahan, Pembangunan dan Inovasi Daerah, 2(1),
49-48.
Astuti, R. P., Kartono, K., & Rahmadi, R. (2020). Pengembangan
UMKM melalui Digitalisasi Tekonolgi dan Integrasi Akses Permodalan.
ETHOS: Jurnal Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, 8(2), 248-
256.
Bahtiar, R. A. (2020). Potensi, Peran Pemerintah, dan Tantangan
dalam Pengembangan E-Commerce di Indonesia [Potency, Government
Role, and Challenges of E-Commerce Development in Indonesia]. Jurnal
Ekonomi & Kebijakan Publik, 11(1), 13-25.
Fonna, N. (2019). Pengembangan Revolusi Industri 4.0 dalam
Berbagai Bidang. Guepedia.
Fuat, E. K., & Norman, L. A. (2021). Digitalisasi Dan Pola Kerja
Baru: Dampak Bagi Industrialisasi Dan Respons Kebijakan
Ketenagakerjaan, 20(3), 395-406
Hanoatubun, S. (2020). Dampak Covid–19 terhadap Prekonomian
Indonesia. EduPsyCouns: Journal of Education, Psychology and
Counseling, 2(1), 146-153.
Indahsari, K., & Listiana, Y. Model Transformasi Digital untuk
Perencanaan Pembangunan Ekonomi Lokal Partisipatif.
Laut, L. T., & Hutajulu, D. M. (2019). Kontribusi Financial
Technology Dalam Meningkatkan Inklusi Keuangan di Indonesia. In
Prosiding Seminar Nasional Fakultas Ekonomi Untidar 2019.
Mirzaq, A. M. M. (2021). Peran pemerintah dalam meningkatkan
literasi ekonomi digital bagi pelaku umkm di kota malang/ANNISA
MUNTAVIDA MIRZAQ (Doctoral dissertation, Universitas Negeri Malang).
Nasution, E. Y., & Indria, T. (2021, November). Digitalisasi Umkm
Di Masa Pandemi. In Prosiding Seminar Nasional Kewirausahaan (Vol. 2,
No. 1).

12
Prasetyo, H., & Sutopo, W. (2017). Perkembangan keilmuan teknik
industri menuju era industri 4.0. In Seminar dan Konferensi Nasional IDEC
(Vol. 2017).
Purwana, D., Rahmi, R., & Aditya, S. (2017). Pemanfaatan digital
marketing bagi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Kelurahan
Malaka Sari, Duren Sawit. Jurnal Pemberdayaan Masyarakat Madani
(JPMM), 1(1), 1-17.
Rohadatul„Aisy, H., Nurdiansyah, T., & Nasution, R. D. (2022).
IMPLEMENTASI PELAYANAN PUBLIK DALAM BIDANG KESEHATAN DI
ERA NEW NORMAL. Prosiding Ilmu Pemerintahan, 1(1), 90-102.
Tritularsih, Y., & Sutopo, W. (2017). Peran keilmuan teknik industri
dalam perkembangan rantai pasokan menuju era industri 4.0. In Seminar
dan Konferensi Nasional IDEC (Vol. 1, No. 2017, pp. 8-9).
Ulya, H. N. M. (2020). Alternatif strategi penanganan dampak
ekonomi covid-19 pemerintah daerah Jawa Timur pada kawasan
agropolitan. El-Barka: Journal of Islamic Economics and Business, 3(1),
80-109.
Winarto, W. W. A. (2020). Peran Fintech dalam Usaha Mikro Kecil
dan Menengah (UMKM). Jesya (Jurnal Ekonomi Dan Ekonomi Syariah),
3(1), 61-73.

13

Anda mungkin juga menyukai