Oleh :
Agus Salam
4160401-006
JAKARTA
2009
LEMBAR PERNYATAAN
NIM : 4160401-006
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir ini adalah hasil karya saya sendiri
kecuali pada bagian yang telah saya sebutkan sumbernya. Apabila ternyata di kemudian
hari penulisan Skripsi ini merupakan hasil plagiat atau penjiplakan terhadap karya orang
( Agus Salam )
LEMBAR PERSETUJUAN
TUGAS AKHIR
NIM : 4160401-006
Telah diperiksa dan disetujui sebagai salah satu syarat mencapai gelar sarjana Strata
Mengetahui :
TUGAS AKHIR
NIM : 4160401-006
Telah diperiksa dan disahkan sebagai salah satu syarat mencapai gelar sarjana Strata
Mengetahui :
ABSTRAK
ABSTRATK
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan Alhamdulillah puji serta rasa syukur kepada Allah SWT,
yang tak henti memberikan segala rahmat dan ridha-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini yang berjudul PERENCANAAN
KEBUTUHAN BAHAN BAKU (MRP) SEPATU NIKE MELALUI
PERBANDINGAN TEKNIK LOT SIZING GUNA MEMINIMASI BIAYA
PERSEDIAAN, sebagai suatu persyaratan dalam menempuh jenjang pendidikan strata-
1 (S-1). Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Mercu
Buana, Jakarta.
Dalam penyusunan laporan Tugas Akhir ini penulis telah banyak mendapat
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan Tugas Akhir. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Ir. Muhammad Kholil, MT, selaku Kepala Program Studi Teknik
Industri dan Dosen pembimbing yang telah memberikan saran dan masukan
2. Dosen-dosen Program Studi Teknik Industri yang telah memberikan ilmu baik
3. Kepada PT. Pratama Abadi Industri yang telah memberikan penulis kesempatan
5. Pak Eko bagian material yang telah memberikan data-data dalam penelitian
6. Kedua orang tua yang tercinta, yang tak henti-hentinya memberikan do’a, moril
dan materil.
banyak yah.
9. The Smuts (Solihin, Padank, Yogi) semoga kita bisa gapai rencana besar kita
bantuannya.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan penulis berharap walupun
penulisan masih jauh dari sempurna, tetapi dapat bermanfaat serta dipergunakan
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK ...............................................………………………………………...... i
BAB I PENDAHULUAN
5.3 Analisa Perbandingan Biaya Total Persediaan Antara Metode FOQ, EOQ,
POQ, L4L, FPR Dengan Metode PT. Pratama Abadi Industri ……………. 82
LAMPIRAN ........................................................................................................... 86
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.6 Perhitungan MRP dengan metode Fixed Order Quantity (FOQ) …….. 62
Tabel 4.7 Perhitungan MRP dengan metode Economic Order Quantity (EOQ) …. 65
Tabel 4.8 Perhitungan MRP dengan metode Period Order Quantity (POQ) ……. 70
Tabel 4.9 Perhitungan MRP Dengan Metode Lot For Lot (L4L) ………………. 72
Tabel 4.10 Perhitungan MRP dengan metode Fixed Periode Requirement (FPR) .. 74
Tabel 4.11 Perhitungan Dengan Metode PT. Pratama Abadi Industri …………… 76
Tabel 5.1 Total Biaya Pemesanan dan Penyimpanan Dengan Metode FOQ ……. 78
Tabel 5.2 Total Biaya Pemesanan dan Penyimpanan Dengan Metode EOQ ……. 79
Tabel 5.3 Total Biaya Pemesanan dan Penyimpanan Dengan Metode POQ ……... 79
Tabel 5.4 Total Biaya Pemesanan dan Penyimpanan Dengan Metode L4L ……… 80
Tabel 5.5 Total Biaya Pemesanan dan Penyimpanan Dengan Metode FPR ……… 80
Tabel 5.6 Total Biaya Pemesanan dan Penyimpanan Dengan Metode Pratama ….. 81
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Struktur Produk Kaleng Kemasan …………………………………… 12
BAB I
PENDAHULUAN
Dampak yang mungkin terjadi, karena tidak setiap saat produk atau jasa tersebut
dapat diperolehnya.
diproses. Akan tetapi, jumlah persediaan yang terlalu besarpun akan dapat
berakibat memperbesar modal yang tertanam dan terlalu tingginya beban biaya
seharusnya dapat digunakan oleh perusahaan untuk berbagai hal lain dalam bisnis
usahanya dan keuntungan yang diterima pun menjadi kurang maksimal akibat
melalui penurunan tingkat persediaan di tangan, serta sebagai usaha untuk dapat
lebih bersaing. Dengan kata lain, jumlah persediaan bahan akan mempengaruhi
NIKE ROUBAIX V dalam kurun waktu tertentu secara tepat dengan biaya yang
penerapan sistem Perencanaan Kebutuhan Material pada teknik lot sizing yang
Agar pembahasan masalah yang dilakukan dapat lebih terarah dalam arti
1. Jadwal Induk Produksi diperoleh dari daftar pesanan pihak NIKE sehingga
2. Yang dianalisa dalam penelitian ini adalah Bahan Baku sepatu dengan model
4. Biaya total yang akan dihitung adalah biaya pemesanan dan biaya
penyimpanan
membandingkan teknik mana yang menghasilkan biaya total lebih rendah dari
langsung dari sumber yang seharusnya diamati dan dicatat untuk pertama
kalinya, dimana untuk memperoleh data primer terdapat dua cara yaitu:
a. Survey ( interview)
b. Observasi
a. Laporan Perusahaan
b. Literatur
c. Kajian dokumen
produk harus lebih dari sekedar daftar item yang diperlukan, tetapi
sebagainya.
BAB I PENDAHULUAN
BAB II
LANDASAN TEORI
Sistem MRP sudah dikenal secara luas dan menjadi metode yang paling
menemukan pengetahuan yang luas bahwa sistem MRP dapat menjadi cara yang
efektif dan kompetitif untuk dapat berhasil dalam ekonomi global sekarang ini.
Sistem MRP adalah suatu prosedur logis berupa aturan keputusan dan
induk produksi menjadi “kebutuhan bersih” untuk semua item (Teguh Baroto.
pada item-item tingkat (level) yang lebih tinggi secara lebih baik dan efisien.
dan pembelian untuk mengatur aliran bahan baku dan persedian dalam proses
sehingga sesuai dengan jadwal produksi untuk produk akhir. Hal ini
produksi untuk produk akhirnya. System MRP juga dikenal sebagai perencanaan
terjadi bila hubungan antar produk dapat ditentukan. Misalnya, bagi produsen
mobil permintaan ban mobil dan radiator tergantung produksi mobil itu sendiri.
barang jadi, maka jumlah yang diperlukan akan setiap komponen dapat dihitung,
konsep EOQ (Economic Order Quantity), POQ (Production Order Quantity) dan
Ada 4 kemampuan yang menjadi ciri utama dari sitem MRP yaitu :
atas produk akhir yang sudah direncanakan pada jadwal induk produksi.
terhadap pesanan harus dilakukan, baik pemesanan yang diperoleh dari luar
sudah direncanakan.
pada waktu yang diinginkan, maka MRP dapat memberikan indikasi untuk
realistis.
pada waktu yang diinginkan, maka MRP dapat memberikan indikasi untuk
Sistem Regeneratif
Sistem ini terjadi bila perencanaan ulang prosedur MRP untuk semua item
dilakukan secara periodik (seminggu atau sebulan sekali). Perencanaan ulang ini
didasarkan keadaan jadwal induk produksi terakhir, mulai dari produk akhir
sampai bahan mentah yang dibeli, ini semua dilakukan secara periodik. Sistem ini
dipakai untuk situasi dimana frekuensi yang tidak terlalu besar dan pabrik bertipe
batch.
Kerugian : tidak terlalu peka jika terjadi ketidak seimbangan antar kebutuhan
Konsep dasar sistem ini adalah proses explosion hanya dilakukan setiap
terjadi perubahan dalam jadual induk produksi atau keadaan persediaan atau
perubahan pemesanan.
Kerugian : lebih mahal karena pemrosesan data bias lebih sering sangat (yaitu
setiap terjadi perubahan). Sistem ini menjadi sngat peka sehingga dapat
menimbulkan stress pada pekerja. System ini cocok dipakai untuk situasi dimana
diperoleh dari daftar pesanan atau peramalan) terhadap semua produk jadi
Periode
Produk
1 2 3 4 5 6 7 8
A 50 40 75 66 84 50 78 50
B 45 70 - 35 60 - 30 -
C - 60 45 50 - - 70 80
D 80 60 - - 90 65 50 65
item, seperti nomor item, jumlah kebutuhan dalam setiap perakitan, dan
berapa jumlah akhir yang harus dibuat. Gambar 2.1 berikut merupakan
contoh Struktur produk dari kaleng kemasan (Rosani Ginting. 2007. Hal,
171).
Bottom (1) Body (1) Seal Ring (1) Cap (1) Level 1
Plat Polos (1) Plat Print (1) Plat Polos (1) Plat Polos (1) Level 2
pada suatu saat dapat dilakukan dengan sebaik-baiknya. Untuk itu tingkat
yang ada dalam persediaan. Catatan keadaan persediaan berisi data tentang
lead time, teknik ukuran lot yang digunakan, persediaan pengaman, dan
Output MRP adalah berupa rencana pemesanan atau rencana produksi yang
Output MRP :
Gambar 2.2 berikut adalah input dan out MRP (Rosani Ginting. 2007. Hal,
174).
Sistem MRP memiliki suatu prosedur tertentu. Agar prosedur ini dapat
diterapkan dengan hasil yang tepat, maka ada beberapa prinsip dan persyaratan
yang harus disertakan dalam penerapan system MRP. Berikut ini prinsip dan
persyaratan tersebut.
Time phasing adalah fase waktu yang berarti adanya dimensi waktu
informasi pada tanggal yang spesifik dari periode perancanaan, yang dikaitkan
dengan jumlahnya. Dalam sistem MRP terdapat dua jenis persediaan yaitu
sediaan yang ada di tangan dan jadwal terima dari pesanan yang telah dilakukan.
Jumlah dari keduanya inilah yang dianggap sebagai persediaan yang dimiliki.
Praktik dari prinsip time phasing adalah pembuatan suatu hubungan yang
a. Pendekatan tanggal/jumlah
yang dituliskan.
dituliskan bersama-sama.
A+B-C=X
Dimana :
Jumlah kebutuhan kotor dapat diperoleh dari daftar pesanan atau dari
peramalan untuk beberapa item level diatasnya, maka kebutuhan kotor adalah
bernilai positif maka tidak perlu dilakukan pemesanan karena terjadi kelebihan
persediaan untuk memenuhi kebutuhan dan akan ada sisa ( yang dapat
Semua pertanyaan mengenai apa, kapan dan berapa jumlah harus dipesan
sudah terjawab lewat prinsip time phasing dan prinsip catatan persediaan.
akan dilakukan
item lainnya
langkah ini harus diterapkan satu per satu pada periode perencanaan dan pada
setiap item. Prosedur ini dapat dilakukan secara manual bila jumlah item yang
terlibat dalam produksi relatif sedikit. Suatu program (software) diperlukan jika
2.7.1 Netting
bersih, yang besarnya merupakan selisih antara kebutuhan kotor dengan keadaan
persediaan ( yang ada dalam persediaan dan yang sedang dipesan). Data yang
Pengertian kebutuhan kotor adalah jumlah dari produk akhir yang akan
dependent, kebutuhan kotor dihitung berdasarkan item induk yang berada pada
merupakan gabungan dari rencana produksi item pada level diatasnya. Tabel 2.1
berikut ini menunjukan contoh format tabel MRP (Zulian Yamit. 2003. Hal,
277).
Periode 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
GR
SR
OH
NR
POP
POR
2.7.2 Lotting
kebutuhan bersih yang telah dilakukan. Ada banyak alternative metode untuk
ongkos set-up dan ongkos simpan. Teknik-teknik tersebut adalah teknik lot-4-
lot, economic order quantity, fix order quantity, dan fix periode review, dan lain-
lain.
2.7.3 Offseting
2.7.4 Explosion
tingkat item atau komponen yang lebih bawah. Perhitungan kebutuhan kotor ini
didasarkan pada rencana pemesanan item-item produk pada level yang lebih
atas. Untuk perhitungan kotor ini, diperlukan struktur produk dan informasi
mengenai berapa jumlah kebutuhan tiap item untuk item yang akan dihitung.
1. Struktur produk
2. Ukuran lot
Struktur Produk merupakan sesuatu yang mutlak harus ada untuk dapat
diterapkan sistem MRP. Struktur produk yang rumit dan banyak levelnya akan
kebutuhan kotor dalam tingkat yang lebih bawah setelah dilakukan proses
Struktur produk dengan jumlah level yang besar akan membuat proses
netting, lotting, offseting, dan explosion yang berulang-ulang dilakukan satu per
satu dari atas ke bawah level demi level dan periode demi periode.
Didalam Sistem MRP dikenal berbagai macam teknik penentuan lot, ada
digunakan contoh data kebutuhan bersih (Rt), data ongkos dan waktu ancang-
ancang yang sama seperti dibawah ini. Selain itu akan dihitung pula ongkos
Periode (t) 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Keb. Bersih
20 40 30 10 40 30 35 20 40
(Rt)
b. Data Ongkos
Waktu ancang-ancang = 0
Tidak ada teknik yang dapat dikemukakan untuk menentukan berapa ukuran
lot ini. Kapasitas produksi selama lead time produksi dalam hal ini dapat
digunakan sebagai dasar untuk menentukan besarnya lot. sekali ukuran lot
ditetapkan, maka lot ini akan digunakan untuk seluruh periode selanjutnya
sebesar lot yang telah ditentukan tersebut. Metode ini dapat ditempuh untuk
seperti peristiwa atau kejadian yang tidak dapat dihitung dengan teknik-teknik
penentuan ukuran lot. Beberapa keterbatasan kapasitas atau proses yang harus
lain sebagainya. Bila teknik ini diterapkan pada sistem MRP, maka besarnya
jumlah pesanan dapat menjadi sama atau lebih besar dari kebutuhan bersih,
100.
= Rp. 300,-
= Rp. 425,-
= Rp. 725,-
Penetapan ukuran lot dengan teknik ini sangat popular sekali dalam
sistem persediaan tradisional. Dalam teknik ini besarnya ukuran lot adalah
tetap. Penentuan lot berdasar biaya pesan dan biaya simpan, dengan formula
2 AD
EOQ =
H
D = Demand
H = Holding Cost
Metode EOQ ini biasa dipakai untuk horizon perencanaan selama satu
tahun sebanyak 12 bulan. Metode EOQ baik digunakan bila semua data
konstan dan perbandingan biaya pesan dengan biaya simpan sangat besar.
Hal,192)
A = 100, D = 265, c = 50
H = (It x 9) x c
H = (0,02 x 9) x 50 = 9
= Rp. 400,-
= Rp. 342,-
= Rp. 742,-
- Interval Pemesanan =
berlaku lagi. Kasus ini dapat terjadi jika pada periode-periode yang bertepatan
dengan saat pemesanan besarnya kebutuhan bersih adalah nol. Sebagai contoh,
berikut ini adalah penerapan teknik POQ pada contoh data yang telah
Q = 77
Interval pemesanan yang diperoleh adalah 2,6 periode yang berarti dapat
= Rp. 400,-
= Rp.180,-
= Rp. 580,-
pesanan diskrit ( rencana ) teknik ini cara paling sederhana dari semua teknik
ukuran lot yang ada. Teknik ini selalu melakukan perhitungan kembali (
sehingga dengan teknik ini ongkos simpan menjadi nol. Oleh karena itu, sering
sekali digunakan untuk item-item yang mempunyai biaya simpan per unit
sangat mahal. Apabila dilihat dari pola kebutuhan yang mempinyai sifat
diskontinu atau tidak teratur, maka teknik L-4-L ini memiliki kemampuan
yang baik. Disamping itu, teknik ini sering digunakan pada sistem produksi
Sebagi contoh, berikut ini merupakan penerapan teknik LFL pada data
= Rp. 900,-
Ongkos Simpan = 0
tetapi dengan cara menjumlahkan kebutuhan bersih pada periode yang akan
datang.
Bila dalam metode FOQ besarnya ukuran lot adalah tetap sementara
selang waktu antar pemesanan tidak tetap. Dalam metode FPR ini selang
waktu antar pemesanan dibuat tetap dengan ukuran lot sesuai pada kebutuhan
bersih. Sebagai contoh, Berikut ini merupakan pemakaian teknik FPR dengan
= Rp. 300,-
= Rp.300,-
= Rp. 600,-
Salah satu data yang erat kaitannya dengan waktu adalah lead time,
dimana lead time akan mempengaruhi offsetting. Suatu perakitan tidak dapat
Kompleksnya masalah akan dirasakan pada tahap penentuan ukuran lot disetiap
tingkat produksi. Dalam kaitannya dengan hal ini, persoalannya bukan hanya
ketergantungan tersebut. Lead time produksi juga akan tergantung pada berapa
banyak jumlah yang akan diproduksi. Pada metode FOQ dan EOQ lead time
setiap pesanan sama. Pada metode L-4-L dan FPR lead time setiap pesanan bisa
berbeda, misalnya rencana pesan 20 unit akan memiliki lead time lebih singkat
satu induk itemnya. Komponen umum ini akan menimbulkan kesulitan pada
proses netting dan lotting ( khusunya untuk lotting dalam kasus multi level ).
Proses lotting untuk komponen ini diperoleh dari semua induknya dengan terlbih
kesulitan akan bertambah apabila komponen komponen umum tersebut ada pada
level yang berbeda, baik dalam satu struktur produk yang sama maupun struktur
yang berbeda.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
permasalahan yang diambil secara sistematis dan logis, dan memberikan arah yang jelas
terhadap perediaan bahan baku sepatu NIKE merupakan suatu usaha untuk
Agar penelitian dapat berjalan secara terarah dan teratur, maka diperlukan
pendahuluan untuk mengetahui gambaran umum tentang tema yang akan diangkat
dan juga kondisi umum perusahaan. Tema yang diangkat dalam penelitian
mengenai usaha membandingkan metode lot sizing pada MRP untuk mengetahui
metode mana yang cocok untuk PT. Pratama Abadi Industri sehingga biaya
yang ada pada bagian material. Dalam langkah ini pula dicari permasalahan
yang sedang dialami oleh perusahaan, khususnya bagian material dan PPIC
serta mencari data dan fakta-fakta secara visual tentang akar penyebab dan yang
diidentifikasi, disertai dengan landasan teori yang kuat yang didukung referensi
dan literatur untuk mendapat prioritas penyelesaian yang tepat bagi perusahaan.
yang akan dibandingkan untuk pemecahan masalah yang paling tepat dan
masalah yang digunakan yaitu Fixed Order Quantity ( FOQ ), Economic Order
bertahan dan berhasil dalam persaingan yang sangat tajam tersebut, perusahaan
perusahaan.
biaya produksi merupakan salah satu tujuan utama yang ingin dicapai perusahaan.
Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh PT. Pratama Abadi Industri adalah
dengan melakukan manajemen sediaan yang tepat terhadap bahan baku utamanya
persediaan bahan baku dengan tepat waktu dan biaya persediaan yang
minimum.
akhir ini. Persedian adalah sangat penting artinya bagi suatu perusahaan
dalam pembuatan suatu barang dan menyampaikannya kepada konsumen. Hal ini
karena faktor waktu antara operasi itu dapat diminimumkan atau dihilangkan sama
sekali.
datang tepat waktu sehingga dapat menjamin kelancaran proses produksi dan
akan jauh lebih baik dan efisien. Disamping itu, sistem MRP dirancang untuk
baku dan persedian dalam proses sehingga sesuai dengan jadwal produksi untuk
terpenuhinya jadwal produksi untuk produk akhirnya. Agar semua tujuan itu
tercapai penulis akan membanding metode lotsizing dalam MRP agar dapat
mengetahui metode apa yang cocok untuk PT. Pratama Abadi Industri. Dengan
Dalam melakukan penelitian, data yang digunakan terdiri dari dua jenis,
3. Data Primer
sumber yang seharusnya diamati dan dicatat untuk pertama kalinya, dimana
a. Survey ( interview)
b. Observasi
4. Data Sekunder
Merupakan data dan informasi yang didapat secara tidak langsung, antara
lain :
a. Laporan Perusahaan
b. Literatur
c. Kajian dokumen
Data sekunder diperoleh dengan studi pustaka dan studi perusahaan yang
merupakan studi dari data, laporan atau dokumen perusahaan yang terdapat
diperusahaan.
yaitu Fixed Order Quantity ( FOQ ), Economic Order Quantity ( EOQ ), Period
Melalui data primer dan Sekunder yang diperoleh, maka sudah dapat
perusahaan bukan itu saja tetapi juga penganalisaan perhitungan yang penulis
pengolahan data, sedangkan saran dibuat atas dasar analisa dari rencana perbaikan
yang diusulkan.
Mulai
Studi Pendahuluan
Identifikasi Masalah
Tujuan Penelitian
Pokok Permasalahan
Pengumpulan Data
Data Yang Diperlukan ;
Jadwal induk produksi (JIP), Struktur produk dan Bill Of Material (BOM),
Struktur Biaya, Inventory Status
Pengolahan Data
Perhitungan Menggunakan Teknik ;
Fixed Order Quantity ( FOQ ), Economic Order Quantity ( EOQ ), Period Order
Quantity ( POQ ), Lot-For-Lot ( L-4-L ), Fixed Periode Requirement (FPR)
Selesai
BAB IV
A. Sejarah Perusahaan
PT. Pratama Abadi Industri merupakan sebuah industri padat karya yang
bergerak dibidang industri sepatu olahraga. Perusahaan ini mulai beroperasi pada
tahun 1989 tepatnya pada tanggal 12 juni 1989. PT. Pratama Abadi Industri
bukanlah pemegang lisensi dari merek sepatu yang diproduksi, karena hubungan
sebanyak 10.610 karyawan, dengan 8.638 karyawan wanita (81,41%) dan 1.972
penanaman modal asing ( PMA ), dimana sahamnya gabungan antara Korea dan
Indonesia. Produk yang dihasilkan berupa sepatu olahraga (atletik) yang berjenis
running shoes dengan merk NIKE yang merupakan hasil lisensi dari perusahaan
yang berpusat di Amerika Serikat dimana produk yang dihasilkan di PT. Pratama
Abadi Industri di ekspor ke luar negeri dan tidak membuat produk untuk
Sampai saat ini telah lebih dari 80 negara tujuan ekspor PT. Pratama Abadi
Nilai ekspor sepatu olahraga PT. Pratama Abadi Industri dari tahun ketahun terus
maupun luar negeri manajemen PT. Pratama Abadi Industri secara terus menerus
Community).
NOS production system (NIKE Lean System based on Toyota Production System)
The other system that will be developed in the next term to deal with competition
issues.
C. Jenis Produk
Perusahaan ini memproduksi sepatu untuk dua kategori usia yaitu untuk
a. Dewasa
- Kennedy XC
- Xcellerator
- dan lainya.
b. Anak-anak
- A Max Iconic
- NIKE Sharksin
- dan lainnya.
Berdasarkan data pada bulan Agustus tahun 2007 perusahaan ini memiliki
1. Produksi
- 10 Direct Line, yang setiap linenya memproduksi 2500 produk per hari
- 10 NOS Line, yang setiap linenya memproduksi 1200 produk per hari
D. Lokasi Perusahaan
bentuk fungsional (lini dan staff), dimana struktur dibagi menjadi bagian-bagian
orang tersebut, karena semakin banyak yang terlibat dan semakin banyak aktivitas
yang dilakukan maka akan semakin kompleks pula hubungan yang terjadi. Untuk
mengatasi itu semua maka diperlukan suatu bagan yang mengatur dan
dan efisien. Untuk lebih jelasnya struktur organisasi dapat dilihat pada gambar
1. Managing Director
sebagai berikut:
dan informasi.
pengembangan perusahaan.
2. General manager
produksi.
operasi perusahaan.
perusahaan.
berlaku.
3. Manager
dengan produksi.
tenaga kerja.
4. Supervisor
berlangsung.
kegiatan produksi.
lain-lain.
departemennya.
proses produksinya. Secara garis besar, proses produksi sepatu olahraga yang
dilakukan di PT. Pratama Abadi Industri terbagi dalam 7 (tujuh) tahap proses
produksi yaitu: Rubber Mill, Hot Press, Trimming dan Skyving, Stock Fit, Cutting,
Bottom sepatu. Bahan baku pembuatan Bottom tersebut dapat berupa karet
alam atau karet sintetis sesuai dengan model sepatunya. Pada proses ini
baku masih dilakukan dengan cara manual. Untuk pembuatan Spons, karet
proses kimia yang diinginkan. Untuk pembuatan Bottom karet yang telah
bahan baku Bottom. Bahan baku Bottom ini kemudian diproses lebih lanjut
panas dan tekanan. Pada bagian ini bahan baku Bottom berupa adonan
karet alam atau karet sintetis yang telah ditambah zat pewarna dan zat
model dan ukuran sepatu untuk kemudian di press dengan mesin press
yang memiliki suhu tertentu. Mold dapat berasal dari vendor atau dari PT.
Triming adalah proses kelanjutan dari Hot Press dan Rubber mill.
Hasil dari proses Hot Press dan Rubber Mill yang berupa spons dan sol
5. Proses Cutting
komputer. Dari gambar mold ini selanjutnya dibuat mold atau disebut
dengan cutting dies sebagai alat bantu proses cutting agar saat melakukan
pihak luar karena masih terbatasnya tenaga dan mesin yang ada pada PT.
6. Proses Stitching
sesuai dengan pola yang telah dibuat dan menggunakan benang sesuai
dengan spond untuk bagian dalam dilakukan dengan cara manual juga
7. Proses Assembling
upper dan gudang Bottom untuk dirakit menjadi sebuah sepatu. Pada
bagian ini proses perakitan sepatu bagian kiri dan bagian kanan dilakukan
pemasangan bagian atas sepatu sesuai dengan nomor sepatu pada mold.
celcius. Proses ini bertujuan agar bagian atas sepatu benar-benar pas
upper sepatu yang akan direkatkan dengan bagian bottom. Proses ini
dilakukan dengan mesin dan bertujuan agar lem dapat merekat dengan
kuat.
terhadap bagian-bagian sepatu yang kotor terkena sisa lem. Selain itu juga
didalam kotak atau yang disebut dengan inner box. Sepatu-sepatu yang
telah selesai diproduksi harus dicek terlebih dahulu oleh bagian Quality
Control apakah warna yang ada pada sepatu tersebut berubah karena
diakibatkan oleh suhu pada oven yang terlalu panas, selain itu juga sepatu-
sepatu yang siap dikemas tersebut juga di cek apakah ada bagian yang
Sistem pengadaan bahan baku di PT. Pratama Abadi Industri biasanya diawali
dengan kegiatan melihat persediaan yang ada di bagian material, setelah jenis dan
jumlah bahan baku yang dibutuhkan diketahui, bagian keuangan akan menghitung
besarnya alokasi dana yang diperlukan untuk pengadaan bahan baku tersebut dan
dikelola oleh bagian material tersebut. Pengadaan bahan baku yang dipakai oleh
perusahaan khususnya dibagian material yaitu menerima dan mengelola bahan baku
Bahan baku yang dipakai didatangkan dari luar negeri dan dalam negeri, yaitu
dalam tiap bulan dalam setiap kali datang sesuai dengan pesanan. Bahan baku ini
langsung masuk ke purchase order (PO), kemudian dikirim ke bagian material yaitu
sebagai pengelola untuk di chek berapa banyak bahan baku datang setiap kali pesan.
membuat suatu lempengan kain untuk bahan baku sepatu NIKE dengan
menggunakan mesin lempeng, berupa mesin listrik dan mesin uap yang selanjutnya
produksi ( MPS ), struktur produk, daftar kebutuhan bahan, dan status inventori.
Data diatur berdasarkan RELEASE waktu mingguan, setiap release diberi simbol
dengan tanggal dan bulan, di tahun 2009, waktu periode release digambarkan
Periode Release
1 10-Jan
2 17-Jan
3 24-Jan
4 31-Jan
5 7-Feb
6 14-Feb
7 21-Feb
8 28-Feb
9 7-Mar
10 14-Mar
11 21-Mar
12 28-Mar
Sumber : PT. Pratama Abadi Industri
To Order ” oleh karena itu tidak dilakukan peramalan untuk pembuatan jadwal
induk produksi. Untuk pembuatan jadwal induk produksi di peroleh dari pesanan
yang diterima dari pelanggan. Table 4.2 berikut ini merupakan daftar pesanan
RELEASE
Factory Model SN Total
10-Jan 17-Jan 24-Jan 31-Jan 7-Feb 14-Feb 21-Feb 28-Feb 7-Mar 14-Mar 21-Mar 28-Mar
SPRINT SISTR 311853-005 2040 984 3024
311853-006 3504 3504
SPRINT SISTR LEA 311919-001 2160 2160
311919-014 7872 2160 10032
311919-067 6966 10002 8374 8342 8406 7280 408 49778
SPRINT BRTHR 314261-062 3200 4740 4026 4264 3634 2566 22430
314261-073 4750 6340 11090
314261-108 4518 4755 9273
314261-142 14734 3093 4350 3516 25693
NIKE AMP RUN 324795-011 3510 3942 3654 4520 15626
324795-061 4272 3018 7290
1 NIKE FIXED SPEED
324850-062 4158 8430 8494 8738 3102 2396 4194 2978 3000 4194 49684
V
324850-161 4200 1500 3618 9318
325181-002 3078 4200 4216 4200 4196 3630 4230 3600 3026 4202 38578
NIKE ROBAIX V 316262-021 4208 1332 3600 3604 4214 16958
316261-041 12192 10278 6634 8478 8480 8406 7750 3618 4178 3634 3000 4200 80848
316261-104 432 8112 8392 8400 8408 8398 8400 6710 7252 5986 4366 74856
NIKE ALEXI 318053-003 1716 3700 8402 7759 4296 2976 28849
318053-102 1098 4562 5432 5394 4936 3234 8397 33053
ALEXANDER 334228-001 11724 5322 4200 4062 3800 3530 7240 6574 3600 3000 53052
Total Release Fct 1 61620 47401 59958 49145 51058 64066 55857 39802 37370 20440 25500 32879 545096
Sumber : PT. Pratama Abadi Industr
BOM. Sruktur produk ditunjukan pada gambar 4.1. gambar ini menunjukan
Upper Bottom
(80848 Prs) (80848 Prs)
Mudguard (80848Prs)
BOM juga menjelaskan jumlah material diperlukan untuk tiap kelompok barang
MCS
Componen Description Colour Unit Yield Level
Number
Lanjutan
Lanjutan
Tabel 4.5 Struktur Biaya Pemesanan dan Biaya Simpan Material Sepatu
Keterangan :
*) Biaya Simpan Per Periode = (Harga material per unit x 0.05%)
0.05 % di dapatkan dari persentase penyimpanan per bulan dibagi 4 minggu
(periode) dalam 1 bulan yaitu (Sumber: PT. Pratama Abadi Industri)
.
dan kuantitas dari tiap item dalam persediaan, dalam pemesanan dan merasa
Pratama Abadi Industri setiap kebutuhan bahan dipesan sesuai dengan kebutuhan
produksi sehingga tidak ada bahan baku berlebih yang bisa digunakan untuk
produksi berikutnya. Untuk lead time pemesanan bahan baku yaitu 2 minggu dan
Setelah data yang dikumpulkan telah mencukupi maka proses selanjutnya adalah
Dalam metode FOQ ukuran lot ditentukan secara subjectif. Berapa besarnya
dapat ditentukan berdasarkan pengalaman produksi atau intuisi. Tidak ada teknik yang
dapat dikemukakan untuk menentukan berapa ukuran lot ini. Kapasitas produksi
selama lead time produksi dalam hal ini dapat digunakan sebagai dasar untuk
menentukan besarnya lot. sekali ukuran lot ditetapkan, maka lot ini akan digunakan
bersihnya, rencana pesan akan tetap sebesar lot yang telah ditentukan tersebut. Metode
ini dapat ditempuh untuk item-item yang biasa pemesanannya sangat mahal.
Penyimpanan )
Perhitungan MRP dengan metode FOQ pada level 0 dapat dilihat pada tabel
Tabel 4.6 Perhitungan MRP dengan metode Fixed Order Quantity (FOQ)
Gross Requirements (Keb. Kotor) 12192 10278 6634 8478 8480 8406 7750 3618 4178 3634 3000 4200 80848
Net Requirement ( kebutuhan bersih ) 12192 10278 4720 1006 8480 5700 1258 3618 4178 496 3000 4200 59126
Ukuran kuantitas pemesanannya (Lot size), penentuan lot untuk semua material adalah
sebagai berikut :
2 AD
EOQ =
H
2 AD 2 x172845x80848
Sepatu NIKE EOQ = = = 13649,99
H 150
Dibulatkan → 13650
2 AD 2 x 40032x81900
Upper → EOQ = = = 13688
H 35
2 AD 2 x187955x3120,864
Tip → EOQ = = = 2683
H 163
2 AD 2 x171210x 2956,6
Vamp → EOQ = = = 2606
H 149
2 AD 2 x127584 x3285,1
Mudguard → EOQ = = = 2748
H 111
2 AD 2 x86400x 2463,8
Strap #1 → EOQ = = = 2382
H 75
2 AD 2 x94546x 2956,6
Strap #2 → EOQ = = = 2643
H 80
2 AD 2 x117360x 2628
Quarter → EOQ = = = 2459
H 102
2 AD 2 x127543x 2299,5
Qtr O’lay → EOQ = = = 2298
H 111
2 AD 2 x111974 x1478,3
Back Tab → EOQ = = = 1847
H 97
2 AD 2 x128016 x1478,3
Btb O’lay → EOQ = = = 1836
H 112
2 AD 2 x 46368x3285,1
Insoalboard → EOQ = = = 2759
H 40
2 AD 2 x80387 x3777,8
Sockliner → EOQ = = = 2945
H 70
2 AD 2 x17424 x81900
Bottom → EOQ = = = 13794
H 15
Penyimpanan )
Perhitungan MRP dengan metode EOQ pada level 0 dapat dilihat pada tabel
Tabel 4.7 Perhitungan MRP dengan metode Economic Order Quantity (EOQ)
Gross Requirements (Keb. Kotor) 12192 10278 6634 8478 8480 8406 7750 3618 4178 3634 3000 4200 80848
Scheduled Receipts (Jadwal
Penerimaan)
On Hand ( persediaan di tangan ) 1458 4830 11846 3368 8538 132 6032 2414 11886 8252 5252 1052 65060
Net Requirement ( kebutuhan bersih ) 12192 8820 1804 8478 5112 8406 7618 3618 1764 3634 3000 4200 70104
Planned Order Receipts ( rencana
13650 13650 13650 13650 13650 13650
penerimaan pesanan )
Planned Order Release ( rencana
13650 13650 13650 13650 13650 13650 6
pemesanan )
yang didasarkan pada perhitungan EOQ klasik yang telah dimodifikasi sehingga
- Frekwensi Pemesanan =
- Interval Pemesanan =
2 AD
EOQ =
H
2 AD 2 x172845x80848
Sepatu NIKE EOQ = = = 13649,99
H 150
Dibulatkan → 13650
80848
Frekwensi Pemesanan = = 5,9
13650
12
Interval Pemesanan = = 2,03 Dipakai→ 2 periode
5,9
2 AD 2 x 40032x80848
Upper → EOQ = = = 13599
H 35
80848
Frekwensi Pemesanan = = 5,9
13599
12
Interval Pemesanan = = 2,03 Dipakai→ 2 periode
5,9
2 AD 2 x187955x3072,2
Tip → EOQ = = = 2662
H 163
3072 ,2
Frekwensi Pemesanan = = 1,15
2662
12
Interval Pemesanan = = 10,4 Dipakai→ 11 periode
1,15
2 AD 2 x171210x 2910,5
Vamp → EOQ = = = 2586
H 149
2910 ,5
Frekwensi Pemesanan = = 1,12
2586
12
Interval Pemesanan = = 10,6 Dipakai→ 11 periode
1,12
2 AD 2 x127584x3233,9
Mudguard → EOQ = = = 2727
H 111
3233,9
Frekwensi Pemesanan = = 1,18
2727
12
Interval Pemesanan = = 10,12 Dipakai→ 11 periode
1,18
2 AD 2 x86400x 2425,4
Strap #1 → EOQ = = = 2364
H 75
2425,4
Frekwensi Pemesanan = = 1,02
2364
12
Interval Pemesanan = = 11,6 Dipakai→ 12 periode
1,02
2 AD 2 x94546x 2910,5
Strap #2 → EOQ = = = 2623
H 80
2910 ,5
Frekwensi Pemesanan = = 1,11
2623
12
Interval Pemesanan = = 10,8 Dipakai→ 11 periode
1,11
2 AD 2 x117360x 2587,1
Quarter → EOQ = = = 2440
H 102
2587 ,1
Frekwensi Pemesanan = = 1,06
2440
12
Interval Pemesanan = = 11,3 Dipakai→ 11 periode
1,06
2 AD 2 x127543x 2263,7
Qtr O’lay → EOQ = = = 2281
H 111
2263,7
Frekwensi Pemesanan = = 0,99
2281
12
Interval Pemesanan = = 12,09 Dipakai→ 12 periode
0,99
2 AD 2 x111974x1455,2
Back Tab → EOQ = = = 1833
H 97
1455,2
Frekwensi Pemesanan = = 0.8
1833
12
Interval Pemesanan = = 13,3 Dipakai→ 12 periode
0,8
2 AD 2 x128016x1455,2
Btb O’lay → EOQ = = = 1824
H 112
1455,2
Frekwensi Pemesanan = = 0.8
1824
12
Interval Pemesanan = = 13,3 Dipakai→ 12 periode
0,8
2 AD 2 x 46368x3233,9
Insoalboard → EOQ = = = 2738
H 40
3233,9
Frekwensi Pemesanan = = 1.18
2738
12
Interval Pemesanan = = 10,2 Dipakai→ 11 periode
1,18
2 AD 2 x80387 x3719
Sockliner → EOQ = = = 2923
H 70
3719
Frekwensi Pemesanan = = 1.3
2923
12
Interval Pemesanan = = 9,23 Dipakai→ 10 periode
1,3
2 AD 2 x17424 x80848
Bottom → EOQ = = = 13705
H 15
80848
Frekwensi Pemesanan = = 5,9
13705
12
Interval Pemesanan = = 2,03 Dipakai→ 2 periode
5,9
Perhitungan MRP dengan metode POQ pada level 0 dapat dilihat pada tabel
Tabel 4.8 Perhitungan MRP dengan metode Period Order Quantity (POQ)
Gross Requirements (Keb. Kotor) 12192 10278 6634 8478 8480 8406 7750 3618 4178 3634 3000 4200
80848
Scheduled Receipts (Jadwal
Penerimaan)
On Hand ( persediaan di tangan ) 10278 0 8478 0 8406 0 3618 0 3634 0 4200 0
38614
Net Requirement ( kebutuhan
12192 10278 6634 8478 8480 8406 7750 3618 4178 3634 3000 4200
bersih ) 80848
Planned Order Receipts ( rencana
22470 15112 16886 11368 7812 7200
penerimaan pesanan )
Planned Order Release ( rencana
22470 15112 16886 11368 7812 7200
pemesanan ) 6
Teknik ini adalah teknik lot sizing yang paling sederhana dan paling mudah
perioda yang dibutuhkan, sedangkan besar ukuran pemesanan adalah sama dengan
kebutuhan bersih yang harus dipenuhi pada perioda yang bersangkutan. Pendekatan
ini memperkecil biaya penyimpanan dan biasanya untuk “ purchase item “ yang
mahal dan setiap item dengan tingkat permintaan yang tidak berkesinambungan
tingggi. Apabila dilihat dari pola kebutuhan yang mempunyai sifat diskontinu atau
tidak teratur, maka teknik L-4-L ini memiliki kemampuan yang baik. Disamping
itu, teknik ini sering digunakan pada sistem produksi manufaktur yang mempunyai
Penyimpanan )
Perhitungan MRP dengan metode L4L pada level 0 dapat dilihat pada tabel
Tabel 4.9 Perhitungan MRP Dengan Metode Lot For Lot (L4L)
Dalam metode FPR penentuan ukuran lot didasarkan pada periode waktu
tertentu saja. Besarnya jumlah kebutuhan tidak berdasarkan ramalan, tetapi dengan
cara menjumlahkan kebutuhan bersih pada periode yang akan datang. Bila dalam
metode FOQ besarnya ukuran lot adalah tetap sementara selang waktu antar
pemesanan tidak tetap. Dalam metode FPR ini selang waktu antar pemesanan dibuat
Penyimpanan )
Perhitungan MRP dengan metode FPR pada level 0 dapat dilihat pada tabel
Tabel 4.10 Perhitungan MRP dengan metode Fixed Periode Requirement (FPR)
Gross Requirements (Keb. Kotor) 12192 10278 6634 8478 8480 8406 7750 3618 4178 3634 3000 4200 80848
Net Requirement ( kebutuhan bersih ) 12192 10278 6634 8478 8480 8406 7750 3618 4178 3634 3000 4200 80848
Planned Order Receipts ( rencana
29104 25364 15546 10834
penerimaan pesanan )
Planned Order Release ( rencana
29104 25364 15546 10834 4
pemesanan )
Penyimpanan )
Perhitungan MRP dengan metode perusahaan pada level 0 dapat dilihat pada
Gross Requirements (Keb. Kotor) 12192 10278 6634 8478 8480 8406 7750 3618 4178 3634 3000 4200 80848
Scheduled Receipts (Jadwal
Penerimaan)
On Hand ( persediaan di tangan ) 25390 15112 8478 0 19774 11368 3618 0 10834 7200 4200 0 105974
Net Requirement ( kebutuhan bersih ) 12192 10278 6634 8478 8480 8406 7750 3618 4178 3634 3000 4200
Planned Order Receipts ( rencana
37582 28254 15012
penerimaan pesanan )
Planned Order Release ( rencana
37582 28254 15012 3
pemesanan )
BAB V
ANALISA PEMBAHASAN
untuk pembuatan Perencanaan Kebutuhan Material (MRP). Kemudian dalam bab ini
Tabel 5.1 Total Biaya Pemesanan dan Penyimpanan Dengan Metode FOQ
Tabel 5.2 Total Biaya Pemesanan dan Penyimpanan Dengan Metode EOQ
Tabel 5.3 Total Biaya Pemesanan dan Penyimpanan Dengan Metode POQ
Tabel 5.4 Total Biaya Pemesanan dan Penyimpanan Dengan Metode L4L
Tabel 5.5 Total Biaya Pemesanan dan Penyimpanan Dengan Metode FPR
untuk masing-masing teknik, dan yang memiliki total biaya persediaan terrendah
yaitu perhitungan dengan menggunakan teknik lot sizing Fixed Period Requirement
(FPR) dengan jumlah biaya persediaannya yaitu Rp. 16,870,376,-. Dan untuk
Tabel 5.6 Total Biaya Pemesanan dan Penyimpanan Dengan Metode Pratama
Pratama
Nama Komponen Biaya Penyimpanan (H) Biaya Pemesanan (A) H+A
NIKE ROBAIX V Rp 15,896,100.00 Rp 691,380.00 Rp 16,587,480.00
biaya sebesar Rp 20,597,877.00,- dari hasil penjumlahan biaya simpan sebesar Rp.
5.3. Analisa Perbandingan Biaya Total Persediaan Antara Metode FOQ, EOQ,
Teknik Lot Sizing Biaya Penyimpanan (H) Biaya Pemesanan (A) H+A
FOQ Rp 11,406,900.00 Rp 10,567,487.00 Rp 21,974,387.00
EOQ Rp 27,271,410.79 Rp 3,700,496.00 Rp 30,971,906.79
POQ Rp 16,401,890.71 Rp 2,741,536.00 Rp 19,143,426.71
L4L Rp - Rp 18,115,728.00 Rp 18,115,728.00
FPR Rp 10,831,800.00 Rp 6,038,576.00 Rp 16,870,376.00
PRATAMA Rp 15,896,100.00 Rp 4,528,932.00 Rp 20,425,032.00
Dari hasil perhitungan tabel di atas, terdapat tiga metode yang menghasilkan
total biaya yang lebih rendah dibandingkan dengan metode perusahaan ketiga metode
tersebut yaitu metode POQ dengan biaya total sebesar Rp. 19,143,426.71,-, metode L4L
dengan biaya total Rp. 18,115,728.00,-, metode FPR dengan biaya total Rp.
16,870,376.00,-., dan metode FPR merupakan metode yang menghasilkan total biaya
persediaan terkecil.
BAB VI
Berdasarkan uraian dan pembahasan yang telah dilakukan pada pengolahan data
dan analisa, maka penulis mencoba membuat kesimpulan dan saran dari hasil penelitian
yang telah dilakukan penulis di PT. Pratama Abadi Industri yang mengenai sistem
6.1. Kesimpulan
Dari analisa mengenai sistem pengadaan bahan baku di PT. Pratama Abadi
sebagai berikut :
1. Dari hasil perbandingan antara metode lot sizing FOQ, EOQ, POQ, L4L, FPR
dengan metode PT. Pratama Abadi Industri, didapatkan tiga metode yang
metode perusahaan, yaitu metode POQ, L4L, FPR (Lot Size = Jumlah 3 Periode
Kebutuhan Kotor).
2. Metode lot sizing yang direkomendasikan untuk digunakan adalah metode FPR
6.3 Saran
Berikut ini beberapa saran yang dapat menjadi masukan bagi perusahaan dan
menjadi bahan pertimbangan untuk memperbaiki sistem persediaan yang lebih baik
total persediaan dan dapat melakukan rencana pesan bahan baku secara optimal.
DAFTAR PUSTAKA
2004.
Ginting, Rosani. Sistem Produksi, Cetakan Pertama, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2007
Schroeder, Roger G. Manajemen Operasi, Edisi Ketiga, Jilid Dua, Erlangga, Jakarta,
1994.
Yamit, Zulian. Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi Kedua, Ekonisia, Yogyakarta,
2003.