Anda di halaman 1dari 97

PERAN MAJLIS TA’LIM USWATUN HASANAH DALAM

MENINGKATKAN ILMU KEAGAMAAN MASYARAKAT


DI DESA KALINYAMAT KULON KOTA TEGAL

SKRIPSI

Diajukan kepada STID MOHAMMAD NATSIR


Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Sarjana Sosial

Oleh:
FAIZ FAYYADH
NPM: 18702310155
NIMKO: 7003110118017

SEKOLAH TINGGI ILMU DA’WAH MOHAMMAD NATSIR


PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
JAKARTA
1444 H/2022
PERAN MAJLIS TA’LIM USWATUN HASANAH DALAM
MENINGKATKAN ILMU KEAGAMAAN MASYARAKAT
DI DESA KALINYAMAT KULON KOTA TEGAL

SKRIPSI

Diajukan kepada STID MOHAMMAD NATSIR


Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Sarjana Sosial

Oleh:

FAIZ FAYYADH

NPM: 18702310155

NIMKO: 7003110118017

Pembimbing:

M. Hidayatullah, M.Pd.I

Mengetahui:

STID Mohammad Natsir

Dr. Dwi Budiman Assiroji, M.Pd.I

SEKOLAH TINGGI ILMU DA’WAH MOHAMMAD NATSIR


PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
JAKARTA
1444 H/2022

i
LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul: "PERAN MAJLIS TA’LIM USWATUN


HASANAH DALAM MENINGKATKAN ILMU KEAGAMAAN
MASYARAKAT DI DESA KALINYAMAT KULON KOTA TEGAL”, telah
dipertanggungjawabkan dalam sidang ujian skripsi ( Munaqasyah) Sekolah Tinggi
llmu Da' wah Mohammad Natsir pada tanggal 28 September 2022. Skripsi ini
telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Program
Strata Satu (S1) pada Program Studi Pengembangan Masyarakat Islam.

Jakarta, 28 September 2022 M


Ketua STID MOHAMMAD NATSIR

Dr. Dwi Budiman Assiroji, M.Pd.I

Sidang Skripsi
Ketua merangkap Penguji,

Jumroni Ayana, M.Ag


Anggota
Pembimbing merangkap Penguji, Pembaca merangkap Penguji

M. Hidayatullah, M.Pd.I Didin Muhidin, MA

ii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi dengan "Peran


Majlis Ta’lim Uswatun Hasanah Dalam Meningkatkan Ilmu Keagamaan
Masyarakat Di Desa Kalinyamat Kulon Kota Tegal ” yang disusun untuk
melengkapi sebagian persyaratan menjadi sarjana Pada Program Studi
Pengembangan Masyarakat Islam di Sekolah Tinggi Ilmu Da' wah (STID)
Mohammad Natsir, sejauh yang saya ketahui bukan merupakan tiruan atau
duplikasi dari karya ilmiah yang di publikasikan dan atau pernah dipakai untuk
mendapatkan gelar kesarjanaan di lingkungan STID Mohammad Natsir maupun
perguruan tinggi atau instansi mana pun, kecuali bagian yang sumber
informasinya dicantumkan sebagaimana mestinya. Apabila di kemudian hari
skripsi saya ini terbukti merupakan tiruan atau duplikasi karya orang lain, maka
skripsi ini dinyatakan batal dan gelar kesarjanaan saya dicabut.

Jakarta, 28 September 2022 M


Mengetahui,
Yang Menyatakan, Ketua STID Mohammad Natsir

FAIZ FAYYADH Dr. DWI BUDIMAN ASSIROJI, M.Pd.I


NPM: 18702310155 NPP: 12051455

iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah „Azza wa Jalla yang telah memberikan
kemudahan dan kenikmatanNya, sehingga saya dapat menyelesaikan Skripsi yang
berjudul “Peran Majlis Ta‟lim Uswatun Hasanah Dalam Meningkatkan Ilmu
Keagamaan Masyarakat Di Desa Kalinyamat Kulon Kota Tegal”. Meskipun
dalam prosesnya saya mengalami beberapa rintangan tetapi Alhamdulillah saya
berhasil menyelesaikannya dengan baik sesuai waktu yang ditetapkan. Sholawat
serta salam tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa
Sallam sebagai suri tauladan yang baik bagi semua manusia.
Dalam penyusunan Skripsi ini, saya banyak mendapatkan bantuan dan doa
dari berbagai pihak. Untuk itu saya mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Ustadz Dr. Dwi Budiman Assiroji, M.Pd.I selaku ketua STID
Mohammad Natsir
2. Bapak Ustadz Salman Alfarisi, M.Kom.I selaku ketua prodi PMI STID
Mohammad Natsir
3. Bapak Ustadz M. Hidayatullah, M.Pd.I selaku dosen pembimbing yang
telah meluangkan waktunya dan memberikan masukan selama bimbingan.
4. Kedua orang tua saya, istri dan putri saya tercinta yang selalu memberikan
semangat, motivasi, dan doa.
5. Semua pihak yang telah membantu menyelesaikan Skripsi ini yang tidak
dapat saya sebutkan satu persatu.
Saya berharap semoga Skripsi ini dapat berguna bagi kita semua dan dapat
memberikan pengetahuan yang lebih baik lagi tentang peran majlis ta‟lim dalam
kehidupan beragama Islam.

Tegal, 26 Februari 2022

Penulis

iv
PEDOMAN TRANSLITERASI

1. Konsonan

Huruf Arab Huruf Latin Huruf Arab Huruf Latin

‫ا‬ - ‫غ‬ th

‫ة‬ b ‫ظ‬ zh

‫ث‬ t ‫ع‬ „

‫د‬ ts ‫غ‬ gh

‫ج‬ j ‫ف‬ f

‫ح‬ h ‫ق‬ q

‫خ‬ kh ‫ك‬ k

‫د‬ d ‫ه‬ l

‫ر‬ dz ً m

‫س‬ r ُ n

‫ص‬ z ٗ w

‫ط‬ s ٓ h

‫ش‬ sy ‫ء‬ `

‫ص‬ sh ‫ي‬ Y

‫ض‬ dh

v
2. Vokal Panjang (maddah)

‫ىب‬ = â

ً‫ى‬ = î

٘‫ى‬ = û

Contoh:

‫معروف‬ : Ma‟rûf

‫جماعية‬ : Jam âiyyah

Huruf Tâ Marbûthah (‫)ة‬

Tâ Marbûthah dalam bahasa Arab dilambangkan dengan huruf ‫( ة‬tâ


bundar), transliterasinya dilambangkan dengan huruf h.

Contoh:

‫األخ وة‬ : Al- Ukhuwwah

‫المدينة‬ : Al- Madinah

3. Syaddah (Tasydid)

Tanda syaddah atau tasydîd, transliterasinya dilambangkan dengan huruf


dobel sesuai dengan huruf yang diberi tanda tasydîd itu.

Contoh:

‫البشارية‬ : Al- Basyariyyah

‫السنة‬ : As-Sunnah

4. Kata Sandang

Kata sandang dalam system tulisan Arab dilambangkan dengan huruf alif
dan lam (‫)اه‬, namun transliterasinya dibedakan atas kata sandang yang diikuti oleh
huruf syamsiyah dan kata sandang yang diikuti huruf qamariyah.

vi
Contoh:

‫الزخرف‬ : Az-Zukhruf (Huruf Syamsiyah)

‫المعرفة‬ : Al-Ma‟rifah (Huruf Qamariyah)

vii
ABSTRAK
(A) Faiz Fayyadh (18702310155)
(B) Peran Majlis Ta‟lim Uswatun Hasanah Dalam Meningkatkan Ilmu
Keagamaan Masyarakat Di Desa Kalinyamat Kulon Kota Tegal
(C) xii + 64; 17 lampiran; 2022
(D) Kata kunci: Da‟wah, majlis ta‟lim,peranan, ilmu keagamaan, faktor
(E) Tujuan penelitian: Mengetahui peran Majlis Ta‟lim Uswatun Hasanah
dalam meningkatkan ilmu keagamaan masyarakat di desa Kalinyamat Kulon
Kota Tegal. Metode penelitian: Kualitatif. Hasil Penelitian: Peran majlis
ta‟lim Uswatun Hasanah dalam meningkatkan ilmu keagamaan di Desa
Kalinyamat Kulon Kota Tegal sudah dilakukan dengan baik antara lain
peranan secara Pendekatan Hikmah, Peranan Secara Pendekatan Mauidzah
Hasanah, peranan di bidang ekonomi dan sosial. Faktor yang mempengaruhi
yaitu internal dan eksternal Kesimpulan: Majlis Ta‟lim Uswatun Hasanah
melakukan peranannya dalam rangka meningkatkan ilmu keagamaan
diantaranya peranan secara pendekatan Hikmah yaitu dengan cara lemah
lembut , peranan secara pendekatan Mauidzah Hasanah seperti memberikan
pengajaran tata cara pakaian muslimah sesuai sunnah, mengajarkan bacaan
sholat, mengajarkan gerakan-gerakan shalat, memberikan penjelasan tentang
hikmah, tujuan dan fungsi shalat, memberikan pelatihan tentang memandikan
jenazah, serta memberikan penjelasan tentang keutamaan beramal shaleh dan
bersungguh-sungguh dalam beribadah dan mendirikan program tahfidz
lansia,peranan di bidang ekonomi seperti adanya UMKM dari pemanfaatan
bahan pangan yaitu keripik pisang, dimana sebagian dari hasil penjualannya
digunakan untuk santunan anak yatim piatu dan kaum dhuafa, konsumsi
kajian shubuh setiap hari Jum‟at. Untuk peranan sosial seperti menjenguk
orang yang terkena sakit atau musibah, bantuan memberikan pakaian, santuan
anak yatim, bantuan memberikan makanan berbuka puasa atau ta'jil, dan
pembagian daging kurban. Dari penjelasan tentang peranan diatas dapat
disimpulkan bahwa Majlis Ta‟lim Uswatun Hasanah sangat berkontribusi
dalam meningkatkan ilmu keagamaan karena di dalamnya mempelajari hal-
hal keagamaan atau kegiatan-kegiatan yang bersifat keagamaan dan juga
mampu meningkatkan keterampilan jama‟ah dari waktu ke waktu agar
keterampilan tersebut dapat bermanfaat untuk kehidupan beragama di masa
depan.
(F) Buku: 20 (1990-2011) Sumber lain: 5 (2020-2022)

viii
ABSTRACT

(A) Faiz Fayyadh (18702310155)


(B) The Role of Uswatun Hasanah's Majlis Ta'lim in Improving Community
Religious Knowledge in Kalinyamat Kulon Village, Tegal City
(C) xii + 64 pages, 15 pictures, 2 attachments; 2022
(D) Keywords: Da'wah, majlis ta'lim, role, religious knowledge, factors
(E) Objective: To determine the role of the Majlis Ta'lim Uswatun
Hasanah in improving the religious knowledge of the community in
Kalinyamat Kulon village, Tegal City. Method: Qualitative. Results: The
role of the Uswatun Hasanah ta'lim council in improving religious knowledge
in Kalinyamat Kulon Village, Tegal City has been carried out well, including
the role of the Wisdom Approach, the Role of the Mauidzah Hasanah
Approach, the role in the economic and social fields. The influencing factors
are internal and external. Conclusion Research: Majlis Ta'lim Uswatun
Hasanah performs its role in order to improve religious knowledge including
the role of the Wisdom approach, namely by being gentle, the role of the
Mauidzah Hasanah approach such as providing teaching procedures for
Muslim women's clothing according to the sunnah, teaching reading pray,
teach prayer movements, provide explanations about the wisdom, purpose
and function of prayer, provide training on bathing corpses, and provide
explanations about the virtues of doing good deeds and being serious in
worship and establishing a tahfidz program for the elderly, the role in the
economy such as the existence of SMEs from the use of foodstuffs, namely
banana chips, where part of the sales proceeds are used for donations to
orphans and poor people, the consumption of Fajr studies every Friday. For
social roles such as visiting people who are sick or in a disaster, assistance in
providing clothing, donations for orphans, assistance in providing food for
breaking the fast or ta'jil, and distributing sacrificial meat. From the
explanation of the role above, it can be concluded that the Majlis Ta'lim
Uswatun Hasanah greatly contributes to improving religious knowledge
because it studies religious matters or religious activities and is also able to
improve the skills of the congregation from time to time so that these skills
can be useful for religious life in the future.
(F) Books: 20 (1990-2011) Other sources: 5 (2020-2022)

ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................. i
HALAMAN KEASLIAN PENELITIAN .............................................. iii
KATA PENGANTAR ............................................................................. iv
PEDOMAN TRANSLITERASI ............................................................ v
ABSTRAK ............................................................................................... viii
DAFTAR ISI ........................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................. 1


1.2 Rumusan Masalah dan Batasan Masalah .................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................ 6
1.4 Kegunaan Penelitian ................................................................... 6
1.5 Sistematika Penulisan ................................................................. 7

BAB II KERANGKA TEORITIS ........................................................ 9


2.1 Pengertian Da‟wah ....................................................................... 9
2.1.1 Tujuan Da‟wah ....................................................................... 10
2.1.2 Unsur - unsur Da‟wah ............................................................. 11
2.1.3 Pendekatan Da‟wah ............................................................... 13
2.2 Pengertian Majelis Ta‟lim............................................................ 15
2.2.1 Pengertian Peran .................................................................... 19
2.2.2 Peranan Majlis Ta‟lim ............................................................ 22
2.3 Pengertian Ilmu ............................................................................ 23
2.3.1 Pengertian Keagamaan ............................................................ 23
2.3.2 Ilmu Fiqih ................................................................................ 27
2.3.3 Ilmu Tajwid ............................................................................. 28
2.3.4 Faktor - faktor yang Mempengaruhi Keagamaan ................... 29
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................ 32
3.1 Pendekatan Penelitian ................................................................. 32

x
3.2 Objek Penelitian .......................................................................... 32
3.3 Metode Pengumpulan Data ......................................................... 33
3.4 Teknik Analisis Data ................................................................... 34
3.5 Keterbatasan Penelitian ............................................................... 35
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................ 36
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 59
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 64
LAMPIRAN .............................................................................................

xi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Da'wah merupakan kewajiban yang harus di pikul oleh tiap-tiap muslim

dan muslimah. Tidak boleh seorang muslim dan muslimah menghindarkan

daripadanya.1 Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala.

ِ ‫ط ۚ ٌَأ ْ ٍُ ُشَُٗ ِب ْبى ََ ْع ُش‬


َ َُْ٘ َٖ ْْ ٌَ َٗ ‫ٗف‬
ِِ ‫ع‬ ُ ‫َٗ ْاى َُؤْ ٍَُُِْ٘ َٗ ْاى َُؤْ ٍَِْبثُ َب ْع‬
ٍ ‫ع ُٖ ٌْ أ َ ْٗ ِى ٍَب ُء َب ْع‬

‫س٘ىَُٔ ۚ أُٗ َٰىَ ِئ َل‬ َّ ‫ْاى َُ ْْ َن ِش ٌَُٗ ِقٍ ََُُ٘ اى‬


َّ َُُ٘‫ص ََلة َ ٌَُٗؤْ ح‬
َّ َُُ٘‫اىض َمبة َ ٌَٗ ُِطٍع‬
ُ ‫َّللاَ َٗ َس‬

ٌ ‫ع ِض‬
ٌٌ ٍ‫ٌض َح ِن‬ َّ َُّ ِ‫َّللاُ ۗ إ‬
َ َ‫َّللا‬ َّ ٌُ ُٖ َُ ‫سٍَ ْش َح‬
َ
Artinya: "Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan,
sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang
lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma‟rûf, mencegah dari yang
munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah
dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah sesungguhnya
Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (QS. At-Taubah: 71)

Da'wah Islamiyah adalah mengajak orang lain bertauhid kepada Allah

Subhanahu wa Ta'ala, baik melalui mengucapkan syahadatain dan

melaksanakan aturan Allah Subhanahu wa Ta'ala baik melalui ucapan

maupun perbuatan seperti disebutkan dalam Al-Quran dan As-Sunnah,

sehingga ketundukan hanya menjadi milik Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Setiap muslim yang hendak menyampaikan da'wah, khususnya da'i

sepantasnya memiliki keperibadian yang baik untuk menunjang keberhasilan

da'wah, baik kepribadian yang bersifat rohaniah (psikologis) atau kepribadian

yang bersifat jasmani (fisik). Sosok da'i yang memiliki kepribadian yang
1
M. Natsir, Fiqhud Da‟wah, Jakarta: Media Da'wah, 2005, hal. 110.

1
2

sangat tinggi dan patut untuk diteladani adalah kepribadian Rasulullah

Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, ketinggian beliau dan kesaksian keluarga dan

para sahabat yang mendampingi beliau. Seorang da'i disini bukanlah sekedar

seorang khatib yang berbicara dan mempengaruhi manusia dengan nasihat-

nasihatnya, suaranya serta kisah-kisah yang di ucapkan bukan itu saja,

walaupun hal ini merupakan bagian darinya. Da‟i merupakan seseorang yang

mengerti hakikat Islam dan dan dia tahu apa yang sedang berkembang dalam

kehidupan sekitarnya serta problem yang ada.2

Lembaga Pendidikan Awal yang didirikan oleh da'wah Nabi Muhammad

Shallalláhu 'Allaihi wa Sallam di Al- Madinah adalah membentuk Al-

Ukhuwwah (sistem persaudaraan) yaitu Majlis Ta'lim sebagai landasan kuat

kehidupan sosial muslim. Yang di mulai saat Rasullullah mengadaka kegiatan

kajian dan pengajian di rumah Arqam bin Abil Arqam (Baitul Arqam di

Mekkah).3 Bangunan yang beliau dirikan yang pertama kali ketika tiba di

Madinah adalah Masjid sebagai wadah berinteraksinya masyarakat Islam,

bukan rumah pribadi. Majlis Ta'lim merupakan fenomena budaya religius

yang tumbuh dan berkembang di tengah komunitas muslim Indonesia,

sekaligus merupakan instuti pendidikan Islam non formal dan lembaga

da'wah yang memiliki stategis dan penting dalam menyebarkan kehidupan

beragama bagi masyarakat.

Peran Majlis Ta'lim ini sangat penting bagi masyarakat khususnya bagi

kaum wanita dengan berbagai kegiatan mengadakan pengajian di Masjid atau


2
Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Da'wah, Jakarta: PT Raja Grafindo, 2011, hal. 263-264.
3
Muhsin MK, Manajemen Majlis Ta'lim, Jakarta: Pustaka Intermasa, 2009, hal. 3.
3

di Rumah-rumah. Banyak orang tidak mengetahui bagaimana cara sholat,

berpakaian yang sopan menurut Islam dan ajaran-ajaran hal lainnya tentang

Islam. Dengan mengikuti kajian-kajian Islam, Ibu-ibu dapat membedakan

mana yang benar dan yang tidak sesuai dengan tuntutan Islam, serta bisa

menambah wawasan tentang keagamaan. Majlis Ta'lim sangat penting bagi

masyarakat untuk membentengi dan menyebarkan wawasan kelslaman

mereka di tengah globalisasi yang semakin maju dan penuh tantangan.

Sebagaimana yang kita lihat pada problematika masyarakat, seiring

dengan perkembangan, masyarakat lebih tidak tertarik pada Majlis Ta'lim.

Dengan berbagai alasan diantaranya kaum wanita lebih memilih menghadiri

tempat hiburan, shopping, nonton bioskop, jalan-jalan dan duduk di depan

televisi memperhatikan gosip, dan lain sebagainya. Menuntut ilmu di Majlis

Ta'lim bukanlah suatu yang disenangi tetapi justru tempat yang

membosankan. Berbagai kemungkinan dilakukan terhadap mereka.

Keberadaan Majlis Ta'lim itu tersendiri dalam masyarakat dapat dikatakan

sebagai fenomena yang unik.4

Nabi Shallallahu alaihi wa sallam membentuk para sahabat yang terkenal

dengan kualitasnya yang tidak pernah diragukan yaitu melalui Majlis Ta'lim.

Sebagai sebuah lembaga, Majlis Ta'lim dapat menjadi wahana belajar serta

menyampaikan pesan-pesan keagamaan da'wah dan mempererat silaturrahim

serta kegiatan keagamaan lainnya di berbagai lapisan masyarakat. Didirikan

Majlis Ta'lim dalam masyarakat didasari karena sebuah kesadaran kolektif

4
Muhsin MK, Manajemen Majlis Ta‟lim, Jakarta: Pustaka Intermas, 2009, hal. 27.
4

umat Islam tentang pentingnya menuntut ilmu agama dalam kehidupan

sehari-sehari yang di lakukan secara terorganisisir, teratur, dan sistematik.

Majlis Ta‟lim Uswatun Hasanah merupakan salah satu pengajian khusus

ibu-ibu yang terletak di Desa Kalinyamat Kulon Kecamatan Margadana Kota

Tegal Jawa Tengah. Majlis ini di dirikan pada tahun 2001, oleh ketua Cabang

Muhammadiyah Kota Tegal. Awal mulanya majlis ta‟lim Usawtun Hasanah

ini hanya sebuah perkumpulan pengajian ibu-ibu yang terdiri dari 10-20

jama‟ah saja, namun seiring berjalannya waktu pengajian ini menjadi

berkembang di desa Kalinyamat Kulon dengan jumlah anggotanya mencapai

100-150 jama‟ah.

Majlis Ta'lim Uswatun Hasanah memiliki latar belakang dikelilingi oleh

jama'ahnya yang berstatus sebagai ibu rumah tangga dan sebagiannya

wirausaha. Melihat rutinitas mereka dalam kehidupan sehari-hari, diharapkan

Majlis Ta'lim Uswatun Hasanah tersebut dapat memberikan pemahaman

kepada masyarakat desa Kalinyamat Kulon khususnya ibu-ibu. Pada

umumnya masih terlihat sangat kekurangan kesadaran masyarakat terhadap

ilmu keagamaan Islam. Hal tersebut bisa terlihat dari perbuatan-perbuatan

yang dilakukan oleh masyarakat tidak sesuai dengan As-sunnah seperti

mengadakan acara Tahlilan, Qasidahan, berpakaian masih belum sesuai

syariat Islam.

Kegiatan rutinan Majlis Ta'lim Uswatun Hasanah bertempat di rumah

masyarakat yang menjadi anggota jama‟ah secara bergantian setiap pekannya.

Dalam kepengurusan Majlis Ta'lim Uswatun Hasanah terdapat orang-orang


5

yang berpengaruh terhadap jama'ah seperti Ketua Cabang Muhammadiyah

Kota Tegal yakni Ustadz Alif Syarifuddin M.Hum, Ustadz Misbakhul Munir,

Ustadz Imam Bukhori S.Ag dan sebagainya.

Pada kegiatannya Majlis Ta'lim Uswatun Hasanah melaksanakan

pengajian 1 pekan sekali yaitu setiap hari Kamis di mulai dari jam 13.00

sampai 15.00 WIB. Keberadaan Majlis Ta'lim Uswatun Hasanah ini

merupakan sarana yang sangat bermanfaat dalam meningkatkan ilmu

keagamaan masyarakat Kalinyamat Kulon khususnya kalangan ibu-ibu.

Majlis Ta'lim Uswatun Hasanah memiliki beragam peranan dalam

meningkatkan ilmu keagamaan masyarakat antara lain dengan diwujudkan

melalui perkumpulan rutinan diantara ibu-ibu yang diisi dengan kajian materi

keIslaman, kajian subuh yang diadakan setiap hari Jum‟at. Salah satu ciri

khas yang dimiliki oleh Majlis Ta‟lim Uswatun Hasanah antara lain adanya

program tahfidz Qur‟an lansia yang diadakan setiap hari Senin sampai Kamis,

serta adanya peranan di bidang ekonomi yang tidak dimiliki oleh Majlis

Ta‟lim lainnya yaitu Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dari

pemanfaatan bahan pangan yaitu keripik pisang, yang nantinya sebagian dari

hasil penjualan digunakan untuk santunan anak yatim dan dhuafa, serta untuk

konsumsi kajian subuh. Peranan di bidang ekonomi tidak hanya UMKM

tetapi adanya santunan untuk yatim piatu dan dhuafa. Dana santunan tidak

hanya dari hasil penjualan kripik pisang, tetapi juga hasil dari kotak amal

yang dibagikan kepada setiap jamaah Uswatun Hasanah, dimana pada akhir

tahun kotak amal tersebut dikumpulkan kemudian dijadikan salah satu


6

sumber dana santunan. Melalui peranan tersebut, Majlis Ta'lim Uswatun

Hasanah mendukung adanya adab dan perhatiaannya terhadap sesama.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis merasa tertarik untuk meneliti

Majlis Ta'lim Uswatun Hasanah dengan judul Penelitian “Peran Majlis

Ta’lim Uswatun Hasanah Dalam Meningkatkan Ilmu Keagamaan

Masyarakat Di Desa Kalinyamat Kulon Kota Tegal”.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Batasan masalah yang diteliti seputar peran Majlis Ta‟lim Uswatun

Hasanah dalam meningkatkan ilmu keagamaan masyarakat di desa

Kalinyamat Kulon Kota Tegal di kalangan ibu- ibu. Penulis merumuskan

dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:

Bagaimana peran Majlis Ta‟lim Uswatun Hasanah dalam meningkatkan ilmu

keagamaan masyarakat di desa Kalinyamat Kulon?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui peran Majlis Ta‟lim

Uswatun Hasanah dalam meningkatkan ilmu keagamaan masyarakat di desa

Kalinyamat Kulon.

D. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa kegunaan sebagai berikut:

a. Bagi penulis, kegiatan dan penyusunan hasil penelitian ini diharapkan

dapat memberikan manfaat, dalam rangka mengembangkan diri yakni

menumbuhkan kesadaran pentingnya da'wah dan bisa menumbuhkan rasa

tanggung jawab dalam da'wah. Selain itu semoga dapat mengembangkan


7

kemampuan penulis di bidang akademik. Dan juga hasil penelitian ini

untuk memenuhi persyaratan tahap akhir proses menyelesaikan studi

Strata Satu di Sekolah Tinggi Ilmu Da'wah Mohammad Natsir (STID

M.Natsir) Jakarta

b. Bagi Majlis Ta'lim Uswatun Hasanah, di harapkan dari hasil penelitian ini

dapat menjadi masukan dan sarana, untuk meningkatkan kualitas da'wah

selanjutnya.

c. Bagi da'i dan lembaga da'wah, penelitian ini diharapkan dapat menjadi

referensi yang berguna untuk memetakan aktivitas lembaga da'wah dan

menjadi pertimbangan bagi da‟i dalam membina usaha da‟wahnya.

E. Sistematika Penulisan

Bab I : Pendahuluan terdiri dari latar belakang masalah, batasan dan

perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, metodologi

penelitian, sistematika penulisan.

Bab II : Kerangka teori terdiri dari: landasan teori, pengertian da‟wah, tujuan

da‟wah, unsur-unsur da‟wah, pendekatan da‟wah, pengertian majlis ta‟lim,

pengertian peranan, peranan majlis ta‟lim, pengertian ilmu, pengertian

keagamaan, dan faktor yang mempengaruhi sikap keagamaan seseorang.

Bab III : Metodologi penelitian menjelaskan tentang pendekatan kualitatif,

metode penelitian, teknik pengumpulan data, teknis analis data, keterbatasan

peneliti.
8

Bab IV : Gambaran umum tentang Majlis Ta‟lim Uswatun Hasanah serta

peran Majlis Ta‟lim Uswatun Hasanah dalam meningkatkan ilmu keagamaan

di desa Kalinyamat Kulon Kota Tegal.

Bab V : Penutup terdiri dari kesimpulan dan saran.


BAB II

KERANGKA TEORITIS

1. Pengertian Da'wah

Secara bahasa da'wah memiliki pengertian yang sangat luas diantaranya

dalam kamus Munawwir disebutkan bahwa kata-kata da'wah berasal dari kata

: َ ‫عبءً ٗدَع َْ٘ة‬ ُ ‫ ٌَ ْذ‬،‫عب‬


َ ُ ‫ د‬،٘‫ع‬ َ َ‫د‬ yang berarti memanggil, mengundang.

Kemudian arti ‫ اىذع٘ة‬adalah do'a, seruan, panggilan, ajakan, undangan dan

permintaan. Sedangkan da‟i berarti orang yang berda'wah (da 'i).5 Pengertian

da'wah secara istilah tidak jauh beda dari defenisi bahasa. Ruang lingkup

pemahaman istilah bagi kata da'wah adalah seputar upaya lewat ucapan, dan

perbuatan untuk Islam, menerapkan manhaj-nya, menyakini aqidahnya, dan

melaksanakan syariatnya.6 Sedangkan menurut Muhammad Al-Khidhr

Husein, “Da'wah adalah mengajak manusia kepada kebaikan dan petunjuk,

menyuruh kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran agar mereka

beruntung mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat.”7

Menurut Syaikh A-Qaradhawi, “Da'wah adalah mengajak kepada Islam,

mengikuti petunjuk-Nya, mengokohkan Manhaj-Nya di muka bumi,

beribadah kepada-Nya, memohon pertolongan dan taat hanya kepada-Nya.”

5
Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia, Surabaya: Pustaka
Progressif 1997, hal. 104.
6
Taufik Al-Wa'iy, Da'wah ke Jalan Allah, Jakarta: Robbani Press, 2010, hal. 6.
7
Akram Kassab, Metode Da'wah Yusuf Al-Qaradhawi, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2010,
hal. 2.

9
10

Dalam hal ini Beliau menjelaskan bahwa:

Melepaskan diri dari semua ketaatan kepada selain-Nya,


membenarkan apa yang dibenarkan oleh-Nya, menyalahkan apa
yang disalahkan-Nya, menyuruh kepada yang Ma'ruf, mencegah
yang mungkar, dan berjihad di Jalan Allah. Atau dengan kata lain
yang lebih singkat, berda'wah kepada Islam secara khusus dan
sepenuhnya, tanpa balasan dan imbalan.8
Menurut Mohammad Natsir, “Da'wah adalah tugas para Mubaligh untuk

meneruskan risalah sesudah Rasulullah Shalalláhu Allahi wa Sallam. Da'wah

adalah kewajiban yang harus dipikul oleh tiap-tiap Muslim dan Muslimah.

Tidak boleh seorang Muslim dan Muslimah menghindarkan daripadanya.”9

2. Tujuan Da'wah

Tujuan da'wah ilallah yang paling penting adalah :

1. Memperbaiki pemahaman kaum muslimin terhadap agamanya,

menerangkan seruan Al-Qur'an sejelas mungkin sesuai dengan keadaan

dan kondisi.10

2. Menyatukan kaum muslimin agar berprilaku berdasarkan Al-Qur'an, yaitu

dengan memperbaharui pengaruh Al-Qur'an dalam jiwa mereka.

8
Akram Kassab, Metode Da'wah Yusuf Al-Qaradhawi, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,
2010,hal. 2.
9
M. Natsir, Fiqhid Da 'wah, Jakarta: Media Da'wah, 1988, hal. 110.
10
Misbach Malim, Dinamika Da'wah dalam Perspektif Al-Qur'an dan As-Sunnah,
Jakarta: Media Da'wah, 2005, hal. 6.
11

3. Mempertegas fungsi hidup manusia sebagai hamba Allah di muka bumi,

yaitu mengabdi kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.11

4. Mencapai masyarakat yang adil dan makmur serta mendapat ridha Allah

Subhanahu wa Ta'ala.12

3. Unsur-Unsur Da'wah

Keberhasilan Da'wah Rasulullah Shalalláhu 'Allaihi wa Sallam, sepanjang 23

tahun tentu memiliki karakteristik dan manhaj yang mapan. Dengan demikian

kebutuhan iqamat al-llahi li hayat Al- Basyariyyah dalam sema segi menjadi

tumpuan dari keseluruhan aktifitas da'wah yaitu; da'i sebagai pelaku, mad'u

sebagai objek, manhaj sebagai bingkai, uslub sebagai cara, al-Qur'an dan

sunah sebagai materi dan retorika sebagai wasilah adalah bagian-bagian yang

tidak boleh terpisah dalam aktivitas da'wah.13

1. Da'i (subjek Da'wah) adalah orang yang aktif melaksanakan da'wah

kepada Masyarakat.14

2. Mad‟u (objek da'wah) adalah masyarakat atau orang yang di da'wahi,

yakni diajak ke Jalan Allah Subhanahu wa Ta'ala agar selamat dunia

akhirat.15

11
Thohir Luth, M. Natsir Da'wah dan Pemikirannya, Jakarta: Gema Insani, 1999, hal. 71.
12
Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Imu Dakwah, Jakarta: Logos, 1997, hal. 37.
13
Jurnal Da'wah, Pengembangan Masyarakat Pedesaan melalui Pesantren, Bekasi:
Media Da'wah, 2010, hal. 41.
14
Mushthafa Masyhur, Fiqih Da'wah, Jakarta: Al-Itshom jilid 1, 2010 hal. 19.
15
Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Da'wah, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011, hal. 8.
12

3. Materi da'wah (maddah al-Da'wah) adalah isi pesan atau materi yang

disampaikan da'i kepada mad‟u, yang meliputi bidang akidah, syariah

(ibadah dan mu'amalah) dan akhlak. Semua materi da'wah bersumber dari

Al-Qur'an As-sunnah Rasulullah Shalallâhu‟Allahi wa Sallam, hasil ijtihad

ulama, sejarah peradaban Islam.16

4. Media Da'wah (wasilah al-Da'wah) adalah media atau instrumen yang di

gunakan sebagai alat untuk mempermudah sampainya pesan da'wah

kepada mad'u

5. Metode Da'wah (Thariqah al-Da'wah) adalah cara atau strategi yang harus

dimiliki oleh da'i, dalam melaksanakan aktivitas da'wahnya.

Ada empat cara bagaimana seorang da‟i dinilai oleh mad‟unya, antara lain:17

a. Da‟i dinilai dari reputasi yang mendahuluinya.

Yaitu apa yang sudah dilakukan oleh da‟i, bagaimana karya-karyanya,

apa latar belakang pendidikannya, apa jasanya dan bagaimana

sikapnya. Apakah sikapnya seorang da‟i memperindah atau

menghancurkan reputasinya.

b. Melalui perkenalan atau informasi tentang diri da‟i.

Seorang da‟i akan dinilai oleh mad‟unya dari informasi yang

diterimanya dan bagaimana da‟i memperkenalkan dirinya sangat

menentukan kredibilitas seorang da‟i.

16
Ibid, hal. 8.
17
Acep Aripudin, Pengembangan Metode Dakwah,Jakarta: Rajawali Pers, Cet. 1, 2011,
hal.5.
13

c. Melalui apa yang diucapkannya. “al-lisan mizan al-insan” (lisan

adalah ukuran seorang manusia), begitu ungkapan Ali bin Abi Thalib.

Apabila seorang da‟i mengungkapkan kata-kata kotor, kasar dan

rendah, maka seperti itu pula kualitasnya. Da‟i memiliki kredibilitas

apabila ia konstan dalam menjaga ucapannya yang selaras dengan

perilaku keseharian.

d. Melalui bagaimana cara da‟i menyampaikan pesan dakwahnya.

Penyampaian dakwah yang sistematis dan terorganisir memberi kesan

pada da‟i bahwa ia menguasai persoalan, materi dan metodologi

dakwah. Seorang da‟i yang kredibel yaitu seorang yang memiliki

kompetensi di bidangnya, integritas kepribadian, ketulusan jiwa dan

memiliki status yang cukup. Seorang da‟i harus menjadi saksi

kebenaran, menjadi teladan ummat dan berakhlak baik yanh

mencerminkan nilai-nilai Islam.

4. Pendekatan Da'wah

Pelaksanan da'wah dengan unsurnya harus menggunakan pendekatan

(approach) yang tepat. Yang di maksud dengan pendekatan adalah penentuan

stategi dan pola dasar dan langkah da'wah yang di dalamnya terdapat metode

dan teknik untuk mencapai tujuan da'wah. Cara memandang suatu masalah

yang sedang telaah, dengan perspektif teori, pengetahuan atau disipin waktu.18

Menurut toto Tasmara pendekatan da'wah adalah cara-cara yang

dilakukan oleh seorang Mubaligh (komunikator) untuk mencapai suatu tujuan

18
Mohammad Ali Aziz, Ilmu Da wah, Jakarta: Kencana Prenada Media, 2009, hal. 348.
14

tertentu atas dasar hikmah dan kasih sayang, dengan kata lain, pendekatan

da'wah harus bertumpu pada suatu pandangan human oriented dengan

menempatkan penghargaan yang mulia atas diri manusia.

Pendekatan dalam perencanaan komunikasi pada hakekatnya mempunyai

pengertian adanya pemusatan kita kepada bagaimana komunikasi bisa

direncanakan dan di lakukan, sehingga berjalan efektif sebagai bagian dari

upaya pembangunan sosial dan ekonomi. Dengan demikian setiap pendekatan

akan memiliki asumsi dasar yang berbeda dalam banyak hal tentang aspek-

aspek komunikasi yang ada dalam masyarakat tempat berlangsungnya

komunikasi.19

Menurut Sjahudi Sirajd mengutarakan tiga pendekatan da‟wah yaitu

pendekatan budaya, pendekatan pendidikan dan pendekatan psikologis.20

Penentuan pendekatan da'wah didasarkan pada kondisi mitra da'wah, bisa juga

menggunakan pendekatan kultural atau sosial-budaya dengan membangun

moral masyarakat melalui kultur mereka. Misalnya dengan memberdayakan

ekonomi masyarakat, memberikan pendidikan yang memadai untuk

membentuk sumber daya manusia yang berkualitas dan sebagainya.

Di dalam Al-Qur'an surah Al-Quraisy dikemukakan bahwa minimal

terdapat tiga indikator kesejahieran masyarakat yaitu sebagai berikut :21

19
Hamidi, Teori komunikasi dan Stategi Da'wah, Malang: UMM Press, 2010, hal. 122.
20
Muhammad Ali Aziz, Ilmu Da'wah, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2004, hal.
347.
21
Didin hafidhuddi. Agar Layar Tetap Terkembang Upaya Menyelamatkan Umat, Depok:
Gema Insani, 2006, hal. 241.
15

a. Melakukan pengabdian hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, yakni

memiliki aqidah salimah dan ibadah shahilah.

b. Terbebas dari kelaparan dan terpenuhinya kebutuhan hidup secara layak

dan wajar seperti kebutuhan sandan, pangan papan, pendidikan dan

kesehatan.

c. Terbebas dari rasa ketakutan dan terpenuhinya rasa keadilan masyarakat

tidak ada kezaliman, penganiayan, eksploitasi, pelanggaran terhadap HAM

dan sebagainya.

5. Pengertian Majlis Ta’lim

Masjlis Ta‟lim berasal dari bahasa Arab, yaki majlis dan ta‟lim. Kata

Majlis berasal dari berarti duduk.22 Ta‟lim (pengajaran) berinteraksi dengan

rasio dan pikiran.23 Ta‟lim berarti pengajaran atau pengajian, tujuannya

menambah pengetahuan orang yang diajar, kegiatannya bersifat promotif

yaitu meningkatkan pengetahuan, sedangkan objeknya orang yang (masih)

kurang pengetahuannya.24 Demikian, secara lughawi (bahasa) majlis ta‟lim

adalah tepat untuk melaksanakan pengajaran atau pengajian agama Islam.25

Penunjukan kata Ta'lim dalam pendidikan terdapat dalam Al-Qur'an

sebagai berikut :

22
Muhammad Yunus, Kamus Arab Indonesia, hal. 90.
23
Musthafa Masyhur, Fiqih Da'wah, Jakarta: Al-I'tishom jilid 2 2011, hal. 617.
24
Ki Moesa A Machfoeld. Filsafat Da'wah Ilmu Da'wah dan Penerapannya, Jakarta: Pt
Bulan Bintang, 2004, hal. 16.
25
Pedoman Majelis Taklim, koordinasi Dakwah Islam (KODI), DKI Jakarta: Jakarta,
1990,hal. 5.
16

ۤ َ ‫عيَى ْاى ََ َٰۤي ِٕى َن ِت فَقَب َه ا َ ْۢ ّْ ِبـ ْ٘ ِّ ًْ ِبب َ ْس ََ ۤب ِء َٰ ٰٕٓؤ‬


‫ُْل ِء‬ َ ٌْ ُٖ ‫ظ‬ َ ٌَّ ُ ‫عيَّ ٌَ َٰادَ ًَ ْاْلَ ْس ََ ۤب َء ُميَّ َٖب ث‬
َ ‫ع َش‬ َ َٗ
ُٔ

ًٍِِْ‫ا ُِْ ُم ْْخ ُ ٌْ صَٰ ِذق‬

Artinya: "Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama


(benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para
Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu
jika kamu memang benar orang-orang yang benar." (QS. Al-Baqarah: 31)
Secara istilah Majlis Ta'lim adalah lembaga pendidikan nonformal

Islam yang memiliki kurikulum sendiri, diselenggarakan secara berkala

dan teratur, dan diikuti oleh jumlah yang relatif banyak dan bertujuan

untuk membina dan menyambangkan hubungan yang santun dan serasi

antara manusia dan Allah Subhanahu wa Ta'ala, manusia dan sesamanya

dan manusia dan lingkungannya, dalam rangka membina masyarakat yang

bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta‟ala.26

Menurut Hj Tuty Alawiyah dalam pengantarnya di buku

Manajemen Majlis Ta'lim karya Muhsin MK menyebutkan Majlis Ta'lim

adalah sebagai salah satu bentuk muli atau organisasi da'wah jam âiyyah.

Institusi atau organisasi itu di maksudkan sebagai “wadah" yang

menghimpun dan menggerakkan kekuatan kekuatan umal untuk

kepentingan dan kemajuan dakwah begitu berat dan tantangan yang

dihadapi umat Islam begitu besar seperti pada masa kita sekarang ini,

26
Enung K Rukiati dan Fenti Hikmwati, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Bandung:
CV Pustaka Setia, 2006, hal. 132.
17

maka dakwah menurutnya tidak cukup dilakukan secara individual,

melainkan juga secara kolegial dan berjama'ah.27

Majlis Ta'lim merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam

yang bersifat nonformal, yang senantiasa menanamkan akhlak yang luhur

dan mulia, meningkatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan keterampilan

jama'ahnya, serta memberantas kebodohan umat Islam agar memperoleh

kehidupan yang bahagia dan sejahtera dan diridhai oleh Allah Subhanahu

wa Ta'ala.

1. Fungsi dan tujuan Majis Ta'lim

a. Tempat belajar mengajar

Fungsi Majlis ta‟lim ini yaitu sebagai tempat kegiatan belajar mengajar

umat Islam, dalam rangka untuk meningkatkan ilmu pengetahuan,

pemahaman serta pengamalan ajaran keagamaan Islam.

b. Lembaga pendidikan dan keterampilan

Fungsi majlis ta‟lim yaitu sebagai lembaga pendidikan dan keterampilan

dalam masyarakat seperti dengan adanya masalah pengembangan

kepribadian dan pembinaan keluarga serta rumah tangga sakinah

mawaddah warahmah.

c. Wadah berkegiatan dan berkreativitas

Fungsi majlis ta‟lim ini sebagai wadah kegiatan dan berkreatifitas, antara

lain dalam berorganisasi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

27
Muhsin MK, Manajemen Majlis Ta'lim, Petunjuk Praktis Pengetahuan dan
Pembentukannya, Jakarta: Pustaka Intermasa, 2009, hal. 30.
18

Dimana negara dan bangsa kita sangat membutuhkan kehadiran

masyarakat yang memiliki keahlian dan keterampilan sehingga dengan

kesalehan dan kemampuan tersebut dapat membimbing dan mengarahkan

masyarakat menuju hal-hal yang baik

d. Pusat pembinaan dan pengembangan

Fungsi majelis ta‟lim ini sebagai pusat pembinaan dan pengembangan

kemampuan serta kualitas sumber daya manusia di berbagai bidang

seperti dakwah, pendidikan, sosial dan politik yang sesuai dengan

kodratnya.

e. Jaringan komunikasi, ukhuwah dan silaturahmi

Fungsi majlis ta‟lim ini diharapkan menjadi jaringan komunikasi

ukhuwah dan silaturahhim antar sesama manusia dalam membangun

masyarakat dan tatanan kehidupan Islam yang baik.

f. Sebagai taman rekreasi rohaniah karena penyelenggaranya bersifat

santai.

2. Macam-macam Majlis Ta'lim

a. Dilihat dari dari jama'ahnya

1) Majlis Ta'lim kaum ibu/Muslimah/perempuan

2) Majlis Ta'lim kaum bapak/Muslimin/laki-laki

3) Majis Ta'lim kaum Remaja

4) Majlis Ta'lim anak-anak


19

5) Majlis Ta‟lim Campuran, pesertanya merupakan campuran tua muda

dan pria wanita.28

b. Dilihat dari organisasi

1) Majlis Ta'lim biasa

2) Majlis Ta'lim berbentuk yayasan

3) Majlis Ta'lim berbentuk Ormas

4) Majlis Ta'lim di bawah Ormas

c. Dilihat dari tempatnya

1) Majlis Ta'lim Masjid atau Mushala

2) Majlis Ta'lim perkantoran

3) Majlis Ta'lim Pabrik/ Industri

4) Majlis Ta'lim Perumahan

6. Peran

a. Pengertian Peran

Dalam kamus ilmiah populer yang disusun oleh Tim Prima Pena

(2006:367), peran diartikan sebagai fungsi, kedudukan dan bagian dari

kedudukan, seseorang bisa dikatakan berperan atau memiliki peranan

karena dia mempunyai status dalam masyarakat.29 Walaupun

kedudukannya berbeda antara satu dengan yang lainnya, akan tetapi

masing-masing dirinya berperan sesuai dengan statusnya. Menurut

28
Pedoman Majelis Taklim, Koordinasi Da'wah Islam (KODI), Jakarta: 1990 hal. 9.
29
Tim Prima Pena, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: Gitamedia Press, 2006, hal. 367.
20

Soerjono, peran dapat dikatakan sebagai "prilaku individu yang penting

bagi struktur masyarakat.30

Menurut Abu Ahmadi, peran merupakan kompleks pengharapan

manusia terhadap caranya individu harus bersikap atau berbuat dalam

situasi tertentu berdasarkan status dan fungsi sosial. Sedangkan dalam

Kamus Bahasa Indonesia, peran merupakan suatu yang menjadi bagian

atau memegang pimpinan yang terutama dalam terjadinya peristiwa.31

Mayor Polak juga berpendapat bahwa peranan mempunyai dua arti,

yaitu:

1) Dari sudut individu berarti sejumlah peranan yang muncul dari berbagai

pola yang di dalamnya individu tersebut ikut aktif.

2) Peranan secara umum menunjuk pada keseluruhan peranan itu dan

menentukan apa yang dikerjakan seseorang untuk masyarakatnya, serta

apa-apa yang dapat diharapkan dari masyarakat itu.32

Dengan demikian, peran merupakan perilaku yang mempunyai

kedudukan untuk memberikan arahan dan perintah kepada seseorang

untuk melaksanakan sesuatu sehingga dapat memberikan hasil yang baik

bagi yang melaksanakan dan yang memberikan perintah.

Sarlito Wirawan Warsono33 juga mengemukakan hal yang sama

bahwa harapan tentang peran merupakan harapan-harapan lain pada

30
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar , Jakarta: Balai Pustaka, 1998, hal. 467.
31
Desy Anwar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Surabaya: Amelia, 2003, hal. 735.
32
Ary H. Gunawan, Sosiologi Pendidikan: Sosiologi tentang Berbagai Problem Pendidikan,
Jakarta: Rineka Cipta, 2010, hal. 41.
21

umumnya tentang perilaku yang pantas dan seharusnya ditentukan oleh

seseorang yang mempunyai peran tertentu. Peran sangat menentukan

kelompok sosial masyarakat, dalam artian diharapkan masing-masing dari

sosial masyarakat yang berkaitan agar menjalankan perannya antara lain:

menjalankan hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya dalam

masyarakat (lingkungan) dimana ia tinggal, jadi seseorang menduduki

posisi dalam suatu masyarakat serta menjalankan suatu peranan.

Dari penjalasan tersebut diatas, terlihat suatu gambaran bahwa

peran merupakan suatu konsep perihal yang wajib dilakukan dalam

masyarakat.34

Teori peranan (role theory) yaitu teori yang merupakan perpaduan

berbagai teori orientasi maupun disiplin ilmu. Menurut Biddle dan Thomas

membagi peristilahan ke dalam teori peran menjadi empat golongan yaitu

istilah-istilah yang menyangkut kepada orang-orang yang mengambil

bagian dalam interaksi antara individu dengan individu lain, kemudian

perilaku yang muncul dalam interaksi serta kedudukan orang-orang dalam

memberikan respon dan kaitan antara orang dan perilakunya.35

Beberapa pengertian peranan di atas maka dapat disimpulkan

bahwa ada hubungan yang sangat erat antara peranan dan kebutuhan.

Seseorang mempunyai peranan dalam lingkungan sosial dikarenakan ia

33
Sarlito Wirawan Sarwono, Teori-Teori Psikologi Sosial, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2003, hal. 214.
34
Sarlito Wirawan Warsono, Teori-Teori Psikologi Sosial, Jakarta: CV Rajawali, 1983,
hal. 215.
35
Ibid hal. 18.
22

mempunyai status akan kedudukan dalam lingkungan sosial (masyarakat)

tersebut. Memang tidak dapat dipungkiri bahwasanya manusia adalah

makhluk sosial yang tidak bisa melepaskan ketergantungan pada orang

lain. Maka dalam melaksanakan perannya sangatlah membutuhkan

kelompok sosial lainnya dalam artian masing-masing individu dalam

masyarakat dapat menjalankan perannya yang berupa hak dan kewajiban

sesuai dengan kedudukannya dalam masyarakat dimana ia berada.

Demikian pula halnya pada majlis ta‟lim yang memiliki tugas

untuk dapat memberikan kontribusinya yang berupa kegiatan-kegiatan

kepada masyarakat, khususnya jamaah ibu-ibu Majlis Ta'lim Uswatun

Hasanah, dengan berbagai macam kegiatan tersebut maka akan lebih

mudah terjalin hubungan silaturrahim diantara masyarakat, selain itu dapat

dipahami dan terealisasikan pada pola kehidupan. Sehingga dapat

membina dan meningkatkan silaturrahim atau ilmu keagaaman masyarakat

jamaah ibu-ibu Majlis Ta'lim Uswatun Hasanah.

7. Peranan Majlis Ta’lim

Peranan majlis ta‟lim sebagai berikut:

a. Sebagai wadah untuk membina dan mengembangkan kehidupan

beragama dalam rangka membentuk masyarakat yang bertaqwa

kepada Allah.

b. Taman rekreasi rohaniah, karena penyelenggaraannya bersifat santai.

c. Wadah silatuhrahmi yang menghidup suburkan syiar Islam.


23

d. Media penyampaian gagasan yang bermanfaat bagi pembangunan

umat dan bangsa36

8. Ilmu Keagamaan

a. Pengertian Ilmu

Kata ilmu berasal dari bahasa Arab „ilm („alima-ya‟lamu-„ilm),

yang berarti pengetahuan (al-ma‟rifah).37 Kemudian berkembang

menjadi pengetahuan tentang hakikat sesuatu yang dipahami secara

mendalam. Dari asal kata „ilm ini selanjutnya di-Indonesia-kan

menjadi „ilmu‟ atau „ilmu pengetahuan.‟ Dalam perspektif Islam, ilmu

merupakan pengetahuan mendalam hasil usaha yang sungguhsungguh

(ijtihād) dari para ilmuwan muslim („ulamā‟/mujtahīd) atas persoalan-

persoalan duniawī dan ukhrāwī dengan bersumber kepada wahyu

Allah.38

b. Pengertian Keagamaan

Kata keagamaan berasal dari kata agama yang berarti ajaran,

sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) kepada Allah

Yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan

pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya. Dan kata

36
Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam, Majelis, Ensiklopedia Islam, Jakarta: Ichtiar Baru Van
Haefe, 1994, hal. 120.
37
Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir, Kamus Arab-Indonesia,Yogyakarta: Unit
Pengadaan Buku-Buku Ilmiah Keagamaan Pondok Pesantren al-Munawwir, 1984, hal. 1037.
38
A.Qadri Azizy, Pengembangan Ilmu-Ilmu Keislaman, Jakarta: Direktorat Perguruan
Tinggi Agama Islam Departemen Agama RI, 2003, hal. 13.
24

keagamaan mendapat imbuhan “ke” dan “an” yang kemudian berarti

yang berhubungan dengan agama.39

Menurut Max Muller di dalam buku Allan Menzies mengatakan


bahwa:
Agama adalah suatu keadaan mental atau kondisi pikiran yang
bebas dari nalar dan pertimbangan sehingga menjadikan manusia
mampu memahami Yang Maha Tak Terbatas melalui berbagai
nama dan perwujudan. Tanpa kondisi seperti ini tidak akan ada
agama yang muncul.40

Dari pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa hanya ada satu

cara agar manusia bisa meyakini keberadaan Yang Maha Tinggi,

yakni dengan menemukan sesuatu yang bisa membantu mereka

melewati batasanbatasan nalar dan yang tidak mereka pahami melalui

sebuah proses intelektual.

Agama Islam yang kandungan ajarannya sangat sempurna tetapi

tidak berbelit-belit itu ditegakkan di atas tiga pilar utama. Dalam

sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Umar bin Khatab Radhiyallahu

„anhu Rasulullah Shallallahu „alaihi wasallam diterangkan bahwa

ajaran Islam memuat tiga ajaran dasar, yaitu Iman, Ihsan, dan Islam.

Ketiga ajaran ini pada hakekatnya merupakan satu kesatuan yang

bulat dan utuh, yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya.

KH. Anwar Musadad dalam menggambarkan padunya ketiga

ajaran Islam di atas diumpamakan semisal pohon yang tumbuh

teramat suburnya dengan buahnya yang sangat lebat. Pohon seperti ini

39
Nurhikmah, di akses pada Sabtu, 2 September 2022 pukul 17.00 WIB
http://kbbi.web.id/pengertian -keagamaan/
40
Allan Menzies, Sejarah Agama, Yogyakarta,Forum, 2014, hal 11
25

jelas pohon yang menemukan tanah yang cocok, dan tumbuh dengan

kokoh karena akarnya menghunjam ke segala penjuru. Turusnya

tampak sehat dan kuat tak tergoyahkan oleh hembusan angin puyuh,

dan rantingnya merimbun lebat dengan buah yang lezat, terasa teduh

bagi siapapun yang bernaung di bawahnya. Kalau Iman semisal

akarnya dan tauhid sebagai akar penunjangnya, maka Islam semisal

batang, dahan, dan rantingnya dan Ihsan serupa dengan buahnya.

Masalah iman memuat ajaran-ajaran pokok yang bertalian dengan

persoalan keyakinan bathin beragama, antara lain beriman secara

benar kepada Allah, hari akhir, malaikat, Nabi dan Rasul-Nya, kitab

suci serta taqdir dan qadla‟-Nya

Sedangkan yang dimaksud dengan Islam dalam hadist riwayat

Umar bin Khatab, bukan Islam dalam pengertian ad-die:n atau agama,

tetapi lebih menunjuk pada pengertian ibadah. Masalah ibadah

memuat persoalan yang berhubungan dengan aturan dan tata cara

yang mengatur bagaimana seseorang hamba menghubungkan dirinya

dengan Tuhan, bagaimana cara-caranya mendekatkan diri (taqarrub)

kepada-Nya. Ajaran yang bersangkutan dengan masalah ini antara lain

seperti aturan seputar masalah thaharah, shalat, zakat, puasa, dan haji.

Menurut agama Islam, terdapat 5 (lima) dimensi dalam

Pemahaman Agama. Pertama, akidah yaitu tingkat keyakinan seorang

Muslim terhadap kebenaran ajran-ajaran agama Islam. Kedua, syariah

yaitu tingkat perilaku seorang muslim berdasarkan ajaran-ajaran


26

agama Islam, bagaimana berealisasi dengan dunia beserta isinya.

Keempat, Pengetahuan Agama yaitu tingkat pemahaman Muslim

terhadap ajaranajaran agama Islam, sebagaimana termuat dalam al-

Qur‟an. Kelima, pengahayatan yaitu mengalami perasaan-perasaan

dalam menjalankan aktivitas beragama dalam agama Islam.41

Di dalam Agama Islam sangat menekankan tentang akhlak, budi

pekerti yang luhur, mulia lagi terpuji (akhlak karimah/akhlak

mahmudah). Sebab dengan akhlak yang bagus ini akan menjadi daya

perekat dalam tata pergaulan dengan sesamanya, dan lebih jauh lagi ia

menjadi kunci untuk mendekatkan diri kepada Allah.

Jiwa keberagaman atau pemahaman keagamaan yaitu bagian dari

aspek manusia yang mendorongnya senantiasa untuk berperilaku

agamis. Dalam beragama melibatkan seluruh jiwa-raga manusia, maka

pemahaman keagamaan mencakup aspek kognitif, afektif, konatif dan

motorik. Fungsi afektif dan konatif tampak pada pengalaman

ketuhanan, rasa keagamaan dan rindu pada Tuhan. Sedangkan fungsi

motorik tampak pada perilaku keagamaannya.

Dalam kehidupan manusia, fungsi-fungsi tersebut saling terkait dan

membentuk suatu sistem pemahaman keagamaan yang utuh dalam

kepribadian seseorang. Kesempurnaan ajaran Islam bukan sekedar

penelian subyektif, melainkan diakui secara obyektif oleh para

cendikiawan non muslim, seperti yang diungkapkan oleh V.N.D.Dean

41
Djamaluddin Ancok dan Fuad Nashori, Psikologi Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2008, hal. 23.
27

bahwa : “Islam is complete integration of religion, political system,

way of life and insterpretation of history”, “Islam merupakan

perbedaan yang sempurna antara agama, sistem politik, pandangan

hidup serta penafsiran sejarah”.

c. Ilmu Fiqih

Fiqih menurut bahasa berasal dari “faqiha yafqahu-fiqhan” yang

berarti mengerti atau paham. Paham yang dimaksudkan adalah upaya

aqliah (akal) dalam memahami ajaran-ajaran Islam yang bersumber

dari Al- Qur‟an dan As-Sunnah. Al-fiqh menurut bahasa adalah

mengetahui sesuatu dengan mengerti (al-„ilm bisyai‟in ma‟a al-fahm).

Ibnu Al-Qayyim mengatakan bahwa fiqh lebih khusus daripada

paham, yakni pemahaman mendalam terhadap berbagai isyarat Al-

Qur‟an, secara tekstual maupun kontekstual. Tentu saja, secara logika,

pemahaman akan diperoleh apabila sumber ajaran yang dimaksudkan

bersifat tekstual, sedangkan pemahaman dapat dilakukan secara

tekstual maupun kontekstual. Hasil dari pemahaman terhadap teks-

teks ajaran Islam disusun secara sistematis agar mudah diamalkan.42

Oleh karena itu, ilmu fiqih merupakan ilmu yang mempelajari ajaran

Islam yang disebut dengan syariat yang bersifat amaliah (praktis) yang

diperoleh dari dalil-dalil yang sistematis.

Awalnya kata fiqih digunakan untuk semua bentuk pamahaman

atas al-Qur‟an, hadits, dan bahkan sejarah. Pemahaman atas ayat-ayat

42
Beni Ahmad Saebani dan Januri, Fiqh Ushul Fiqh, Bandung: Pustaka Setia, 2008, hal.13.
28

dan hadits-hadits teologi, dulu diberi nama fikih juga, seperti judul

buku Abu Hanifah al-Fiqh Al-Akbar. Pemahaman atas sejarah hidup

Nabi disebut dengan fiqh al-sirah. Namun, setelah terjadi spesialisasi

ilmu-ilmu agama, kata fiqh hanya digunakan untuk pemahaman atas

syari‟at (agama), itupun hanya yang berkaitan dengan hukum-hukum

perbuatan manusia (shalat, puasa, zakat dll).43

d. Ilmu Tajwid

Ilmu tajwid merupakan ilmu yang paling utama yang wajib

diketahui oleh setiap muslim. Ilmu tajwid merupakan ilmu tentang

cara baca alQur‟an secara tepat, yaitu dengan mengeluarkan bunyi

huruf dari asal tempatnya (makhraj), sesuai dengan karakter bunyi

(sifat) dan konsekuensi dari sifat yang dimiliki huruf tersebut,

mengetahui dimana harus berhenti (waqaf) dan dimana harus memulai

bacaannya kembali (ibtida‟).

Tujuan adanya ilmu tajwid adalah agar umat Islam bisa membaca

alQur‟an sesuai dengan bacaan yang diajarkan Rasulullah Shalalláhu

'Allaihi wa Sallam dan para sahabatnya, sebagaimana al-Qur‟an

diturunkan.44 Jika seorang muslim tidak memiliki pemahaman

terhadap Al-Qur‟an, pasti akan menghadapi kesulitan dan banyak

kesalahan saat membaca Al-qur‟an. Maka dari itu, agar tidak terdapat

43
Ahmad Rofi‟i, Pembelajaran Fiqih, Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam
Departemen Agama RI, 2009, hal. 3.
44
Solikhah, L. Pengaruh Penguasaan Ilmu Tajwid Terhadap Kemampuan Membaca
AlQur‟an, Semarang: 2019.
29

kesulitan dan kesalahan yang dilakukan maka mengharuskan kita

untuk memiliki pemahaman tentang ilmu tajwid. Inilah sebabnya

mengapa ilmu tajwid selalu dipelajari secara mandiri setiap generasi

umat islam telah mewariskan dengan penuh semangat dari generasi ke

generasi.

e. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Perilaku Keagamaan

Pembentukan karakter manusia tidak akan terjadi dengan

sendirinya akan tetapi selalu berlangsung dengan interaksi manusia

berkenaan dengan obyek tertentu. Perilaku keagamaan anak atau

seseorang terbentuk secara garis besarnya dipengaruhi oleh dua faktor,

yaitu :

1) Faktor Internal

Faktor internal yaitu keadaan atau kondisi jasmani dan rohani

seseorang.45 Karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan

untuk melakukan sesuatu. Yang terdapat dalam diri pribadi

seseorang meliputi:

a. Pengalaman Pribadi, maksudnya pengalaman tersebut adalah

semua pengalaman yang dilalui, baik pengalaman yang didapat

melaui pendengaran, penglihatan, maupun perlakuan yang diterima

sejak lahir, dan sebagainya. Sikap manusia pasti mempunyai

pengalaman pribadi masing-masing tentang pengalaman. Semua

pengalaman yang dilalui orang sejak lahir merupakan unsur- unsur

45
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan; Suatu Pendekatan Baru, Bandung: Remaja
Rosdakarya,2000, hal.132.
30

pembentukan pribadinya, termasuk di dalamnya adalah

pengalaman beragama. Oleh karena itu pembentukan perilaku

keagamaan hendaknya ditanamkan sejak dalam kandungan. Hal ini

karena semakin banyak unsur-unsur agama dalam diri seseorang

maka sikap, tindakan, tingkah laku dan tata cara orang dalam

menghadapi hidup akan sesuai dengan ajaran agama.

b. Pengaruh emosi, emosi adalah suatu keadaan yang mempengaruhi

dan menyertai penyesuaian di dalam diri secara umum, keadaan

yang merupakan penggerak mental dan fisik bagi individu dan dari

tingkah laku luar. Emosi merupakan warna afektif yang menyertai

sikap keadaan atau perilaku individu.

c. Minat, minat adalah kesediaan jiwa yang sifatnya aktif untuk

menerima sesuatu dari luar. Seseorang yang mempunyai minat

terhadap suatu obyek yang dilakukannya, maka ia akan berhasil

dalam aktifitasnya karena yang dilakukan dengan perasaan senang

dan tanpa paksaan.46

2) Faktor Eksternal

Yang dimaksud faktor eksternal yaitu faktor-faktor yang

mempengaruhi kepribadian sesorang yang berasal dari luar diri

seseorang itu sendiri, contohnya antara lain:

a. Interaksi

46
Zakiah Darajat, Pendidikan Agama dalam Pembinaan Moral, Jakarta: Bulan Bintang,
1982, hal.120.
31

Interaksi merupakan hubungan timbal balik antara orang

perorangan, antara kelompok dengan kelompok, atau antar orang

perorang dengan kelompok. Apabila dua orang berjumpa,

berinteraksi, maka akan terjadi saling pengaruh mempengaruhi baik

dalam sikap maupun dalam kehidupan sehari-hari.47

47
Soerjono dan Seokanto, Sosiologi Suatu Pengantar ,Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian

kualitatif. Dalam melaksanakan penelitian, penulis mengunakan metode

penelitian lapangan (field research) dan analisis dengan metode deskriptif-

analitis yaitu teknik menguraikan, mengambarkan dan menafsirkan data-

data yang diperoleh, kemudian dianalisis terhadap makna dan kandungan

teks-teks dan pernyataan yang berkaitan dengan Majlis Ta'lim Uswatun

Hasanah dan kemudian diambil kesimpulan.

B. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini yaitu jama‟ah, pengurus dan pimpinan Majlis

Ta‟lim Uswatun Hasanah.

2. Objek Penelitian

Objek penelitian ini yaitu peran Majlis Ta‟lim Uswatun Hasanah

dalam Meningkatkan Ilmu Keagamaan di Desa Kalinyamat Kulon

Kecamatan Margadana Kota Tegal Jawa Tengah.

32
33

C. Metode Pengumpulan Data

Adapun teknik-teknik pengumpulan data yang di gunakan yaitu:

1. Metode Observasi

Observasi adalah alat pengumpulan yang di lakukan cara mengamati

dan mencatat sistematik gejala-gejala yang diselidiki.48 Dalam hal ini,

penulis mengobservasi Majlis Ta'lim Uswatun Hasanah yang

menyangkut letak keberadannya, sarana dan prasana, serta mengamati

proses kegiatan yang dilakukan.

2. Metode Wawancara

Wawancara atau Interview adalah proses tanya-jawab dalam penelitian

yang berlangsung secara lisan dalam mana dua orang atau lebih

bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau


49
keterangan-keterangan. Penulis akan melakukan kepada pimpinan

Majlis Ta'lim Uswatun Hasanah dan Para pendidiri Majlis Ta'lim

tersebut, serta orang-orang yang terlibat di dalamya sebagai sumber

primer penelitian ini. Metode ini di pilih karena untuk mengumpulkan

informasi data yang di perlukan, serta menjadi sumber utama dalam

penelitian skripsi.

48
Cholid Narbuto dan Abu Achmadi, Metodelogi Penelitian, Jakarta: Bumi Aksar, hal. 70.
49
Ibid, hal. 83.
34

3. Metode Dokumentasi

Metode Dokumentasi merupakan suatu cara pengumpulan data primer

maupun sekunder dengan meneliti berbagai macam bentuk

dokumentasi. Dalam penelitian ini, penulis tidak mendapatkan

dokumen tertulis yang resmi dikeluarkan oleh Majlis Ta'lim Uswatun

Hasanah dikarenakan masih tertutup, akan tetapi penulis hanya diberi

sebuah laporan acara kegiatan. Selain itu di lengkapi dengan surat-

surat, foto-foto dan lain sebagainya, yang dimiliki oleh Majlis Ta'lim

Uswatun Hasanah untuk melengkapi data penulisan skripsi ini.

Sedangkan data sekunder diperoleh dari semua bentuk dokumen yang

berkaitan dengan permasalahan penelitian ini.

D. Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

kualitatif yang merupakan upaya yang berlanjut dan berulang-ulang, data

yang diperoleh di lapangan diolah dengan maksud dapat memberikan

informasi yang berguna untuk dianalisis.50

1. Reduksi Data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting. Dengan demikian data yang

telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan

mempermudah peneliti melakukan pengumpulan data.

50
Sugiyono, Metodelogi Penelitian Pendidikan Pendekatan, Kuantitatif, Kualitatif dan R
&B, Bandung: Alfabeta,2009, hal. 15.
35

2. Penyajian Data

Proses ini yakni dilakukan dalam bentuk uraian singkat dan

penggambaran guna menghubungkan informasi dengan tujuan akan

memudahkan peneliti untuk memahami apa yang terjadi dan

merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami

untuk menarik kesimpulan.

3. Verifikasi/Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan sebenarnya adalah sebagian dari satu kegiatan

yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama kegiatan

berlangsung, juga merupakan tinjauan ulang pada catatan-catatan

lapangan yang ada.

E. Keterbatasan Penelitian

Penelitian yang dilakukan dengan menggunakan metode Kualitatif.

Data yang digunakan menggunakan data primer yang diperoleh

melalui wawancara mendalam dan data sekunder yang diperoleh

melalui metode dokumentasi. Keterbatasan pada penelitian ini meliputi

subjek penelitian.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Majlis Ta’lim Uswatun Hasanah

1. Profil Singkat Kelurahan Kalinyamat Kulon Kec.Margadana Kota Tegal

Jawa Tengah

Kalinyamat Kulon merupakan salah satu kelurahan yang letaknya

berada di kecamatan Margadana, Kota Tegal, provinsi Jawa

Tengah, Indonesia.

Batasan wilayah Kalinyamat Kulon, antara lain:

Utara Sumurpanggang dan Margadana

Timur Keturen, Kelurahan Tunon dan Kelurahan

Kalinyamat Wetan

Selatan Kabupaten Tegal

Barat Kelurahan Cabawan

B. Gambaran Umum Majlis Ta’lim Uswatun Hasanah

Bagian ini menjelaskan tentang keberadaan situasi dan kondisi atau keadaan

dari objek penelitian yang akan diteliti.

Majlis ta‟lim merupakan suatu lembaga pendidikan non formal yang

letaknya berada di dalam kehidupan masyarakat yang memiliki berbagai

manfaat untuk masyarakat. Keberadaan majlis ta‟lim mampu memberikan

dampak yang sangat besar bagi masyarakat, hal ini dikarenakan tujuan

utamanya Majlis Ta‟lim yaitu mengajarkan ilmu keagamaan bagi jamaahnya.

36
37

Salah satu majlis ta‟lim yang akan diteliti oleh peneliti yaitu Majlis Ta‟lim

Uswatun Hasanah. Majlis Ta‟lim Uswatun Hasanah merupakan salah satu

majlis khusus ibu-ibu yang terletak di Desa Kalinyamat Kulon Kecamatan

Margadana Kota Tegal Jawa Tengah. Majlis ta‟lim ini di dirikan pada tahun

2001, oleh ketua Cabang Muhammadiyah Kota Tegal yaitu Ustadz Alif

Syarifudin M,Hum.

Awal mulanya majlis ta‟lim ini hanya sebuah perkumpulan pengajian ibu-

ibu yang terdiri dari 10-20 jama‟ah saja, namun seiring berjalannya waktu

pengajian ini menjadi berkembang di desa Kalinyamat Kulon dengan jumlah

anggotanya mencapai 100-150 jama‟ah.

Majlis Ta'lim Uswatun Hasanah memiliki latar belakang dikelilingi oleh

jama'ahnya yang berstatus sebagai ibu rumah tangga dan sebagiannya sebagai

wirausaha. Melihat rutinitas mereka dalam kehidupan sehari-hari, diharapkan

Majlis Ta'lim Uswatun Hasanah tersebut mampu memberikan pemahaman

kepada masyarakat khususnya kalangan pada ibu-ibu di desa Kalinyamat

Kulon Kecamatan Margadana Kota Tegal Jawa Tengah. Pada umumnya

masih terlihat sangat minimnya kesadaran masyarakat terhadap ilmu

keagamaan Islam. Hal tersebut bisa terlihat dari perbuatan-perbuatan yang

dilakukan oleh masyarakat sekitar yang tidak sesuai dengan sunnah seperti

mengadakan acara Tahlilan, Qasidahan, berpakaian tidak sesuai dengan

syariat Islam.

Melihat latar belakang masyarakat di Desa Kalinyamat Kulon Kota Tegal

yaitu masih minimnya tingkat ilmu keagamaan mereka, maka adanya majlis
38

ta‟lim ini diharapkan menjadi sarana yang sangat baik guna untuk mendalami

ilmu keagamaan bagi anggota jamaah. Oleh karena itu, dengan adanya majlis

ta‟lim Uswatun Hasanah ini masyarakat sangat terbantu dalam memenuhi

kebutuhan rohani dan keilmuan keislaman.

Selain bergerak dalam hal pendidikan dan keagamaan, majlis ta‟lim

Uswatun Hasanah ini juga memberikan konstribusinya di bidang ekonomi

dan sosial atau kemasyarakatan. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya

beberapa kegiatan diluar majlis ta‟lim yaitu adanya UMKM dari bahan

pangan yaitu keripik pisang, pemberian bantuan kepada kaum dhuafa, anak-

anak yatim dan piatu sudah semestinya mendapatkan perhatian dari kaum

muslimin. Dilihat dari kontribusi tersebut, dapat disimpulkan bahwa

keberadaan majlis ta‟lim Uswatun Hasanah sudah membawa manfaat dan

pengaruh yang sangat besar pada masyarakat di Desa Kalinyamat Kulon Kota

Tegal.

Struktur Organisasi Majlis Ta’lim Uswatun Hasanah :

Ketua : Ibu Amriti

Wakil Ketua : Ibu Susnarti

Bendahara 1 : Ibu Darojah

Bendahara 2 : Ibu Mahmudah

Sekretaris 1 : Ibu Susi

Sekretaris 2 : Ibu Nur Faizah


39

C. Metode Penyampaian Materi Kajian Dalam Meningkatkan Ilmu

Keagamaan Jama’ah Majlis Ta’lim Uswatun Hasanah

1. Metode Ceramah

Penceramah atau pengisi materi keagamaan di Majlis ta‟lim Uswatun

Hasanah menggunakan metode ceramah dalam menyampaikan materi

keagamaan tersebut.

2. Metode Tanya Jawab

Sebagian penceramah atau pengisi materi keagamaan di majlis ta‟lim

Uswatun Hasanah menggunakan metode tanya jawab. Hal ini dilakukan

ketika jama‟ah dinilai kurang memahami atau ada pertanyaan seputar

materi yang disampaikan. Dalam metode ini biasnaya para jama‟ah

sangat antusias dalam bertanya seputar materi yang disampaikan.

Bahkan ada juga beberapa jama‟ah yang bertanya diluar materi yang

disampaikan.

3. Metode Cerita atau Kisah

Penceramah atau pengisi materi dimajlis ta‟lim Uswatun Hasanah ini

biasanya menggunakan metode ini untuk selingan dalam penyampaian

materi keagamaan. Penggunaan metode ini cukup efektif digunakan,

sebab dari setiap sepenggal kisah atau cerita selalu terdapat hikmah atau

manfaat yang baik untuk ditiru dalam kehidupan sehari-hari. Kisah-

kisah tersebut diantaranya yaitu kisah dari keteladanan Rasulullah

shallahu a‟laihi wasallam, Ummahatul Mukminin dan kisah para

sahabat Rasulullah.
40

D. Peran Majlis Ta’lim Uswatun Hasanah

Setelah dilakukan penelitian secara observasi, penulis mencoba

menganalisis peran Majlis Ta‟lim Uswatun Hasanah, diantaranya :

1. Peranan Secara Pendekatan Hikmah

Pendekatan hikmah merupakan metode yang berpengaruh dan

terkesan dalam melaksanakan da'wah terhadap mad'u. Mengingat

kewajiban da'i adalah menyampaikan kebenaran maka hendaknya setiap

perintah, larangan, perkataan, intonasi, sopan santun, akhlaknya baik

disadari maupun tidak, terjaga dengan baik.

Menurut Ibu Amriti, "Dalam melakukan segala aktivitas da'wah

Majlis Ta'lim Uswatun Hasanah menggunakan cara yang baik, sopan, dan
51
lemah lembut." Pernyataan ibu Amriti (Ketua Majlis Ta‟lim Uswatun

Hasanah). "Siapapun yang mau datang untuk mengaji kami

persilahkan,kami tidak melarang orang untuk menuntut ilmu, tempat ini

terbuka".

Rasulullah Shallaliáhu 'Allahi wa Sallam tidak melakukan da'wah

dengan memukui rata semua kondisi, semua masa dan semua manusia.

Beliau melakukan da'wah dengan tahapan-tahapan yang jelas sebagaimana

turunnya Al-Qur'an. Jika tidak bertahap dalam melakukan da'wah, justru

akan memunculkan ketidaksiapan masyarakat dalam menerima seruan

kebenaran.

51
Wawancara dengan Amriti, Ketua Majlis Ta‟lim Uswatun Hasanah, Wawancara, Tegal: 7
Februari 2022
41

Aisyah radiyallahu 'anha menceritakan:

Sesungguhnya yang diturunkan mula-mula dari surat-surat pendek


(makkiyah) di dalamnya berisi peringatan tentang syurga dan neraka.
Sampai ketika orang-orang telah teguh kepada Islam, barulah
diturunkan tentang halal- haram. Seandainya yang di turunkan,
mula-mula adalah,"jangan kamu makan khamr,"maka sungguh
(orang-orang) akan seandainya yang diturunkan mula-mula adalah,
"jangan kamu berzina". Sungguh (orang-orang) akan berkata," kami
tidak akan meninggalkan zina selamanya. (HR. Bukhari)

Berkaitan dengan itu, Majlis Ta'lim Uswatun Hasanah dalam

melakukan pembinaan terhadap jama'ah pertama kali dengan mengadakan

perkumpulan antara Ibu-ibu rumah tangga, dari mulut ke mulut, mengirim

sms lewat handphone kepada tetangga sekitar komplek rumah, lalu

membentuk halaqah. Selain itu jama'ah yang hadir dari berbagai macam

corak dan penampilan yang belum sesuai dengan ajaran Rasululullah

Shallaláhu 'Allaihi wa Salam.

Majlis Ta‟lim Uswatun Hasanah berusaha melakukan pendekatan

melalui pendekatan hikmah, diantaranya dengan lemah lembut, sopan

santun dan perkataan yang bijaksana. Hal ini dilakukan agar para jama'ah

bisa menerima apa yang disampaikan penceramah dan mau melaksanakan

syariat Islam yang sesuai dengan Al-Qur'an dan Sunnah.

Dalam menyampaikan materi da'wah, hendaknya diketahui tingkat

intelektual para mad'u yang di hadapi. Maka dalam hal ini, Majlis Ta'lim

Uswatun Hasanah juga memperhatikan hal ini dengan baik. Karena

sebagian besar jama'ah yang hadir merupakan kalangan awam, maka

materi yang dikemas adalah materi yang sederhana.


42

Peranan melalui pendekatan hikmah menjadi faktor penting dalam

menentukan proses da'wah. Jika dalam penyampaiannya, baik, sopan,

ucapan nya mudah diterima, mudah dipercayai, berakhlak mulia, berani

menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan maksiat yang melanggar ajaran

Islam, maka da'wah pun sebaliknya jika da'inya baru bisa diterima oleh

jam'ah begitu menyampaikan hanya sekedar hiburan dengan humor yang

tidak bermanfaat maka medan da'wah tidak dapat bertahan lama.

Hikmah adalah meletakkan sesuatu sesuai pada tempatnya. Kata

hikmah ini sering kali diterjemahkan dalam pengertian bijaksana, yaitu

suatu pendekatan sedemikin rupa yang akan menimbulkan suatu kesadaran

pada pihak mad'u untuk melaksanakan apa yang didengar dari da'wah itu,

atas dasar kemauannya sendiri, tidak merasa ada paksaan, konflik maupun

tekanan. Dengan demikian, da'wah bil hikmah merupakan suatu metode

pendekatan komunikasi yang dilakukan secara persuasif.52

Keberhasilan da'wah Majlis Ta'lim tidak bisa diukur dengan

banyaknya orang yang merasa terhibur atas materi yang disampaikan,

tetapi keberhasilan da'wah diukur dengan adanya perubahan-perubahan

yang baik dari para jama'ah. Seorang da'i tidak bisa mengkur

keberhasilannya dengan banyaknya orang yang merasa terhibur atas

persentasinya, tetapi malah yang dikatakan da'wah tu berhasil adalah

adanya perubahan-perubahan yang baik dari zaman kejahilyahan

(kebodohan) menuju saat ini.

52
Fathul Bahri An-Nabiry, Meneliti Jalan Da'wah Bekal Perjuangan Para Da'i, Jakarta:
Amzah, 2008, hal. 240.
43

2. Peranan Secara Pendekatan Mauidzah Hasanah

Pendekatan Mauidzhah Hasanah merupakan pendekatan yang

dilakukan oleh majlis ta'lim dalam menanamkan rasa takut, dan upaya

menghindari azab dan murka Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Pendekatan ini dapat digunakan untuk menghadapi semua golongan

mad'u, sesuai dengan ruang dan waktu termasuk kalangan cerdik dan

pandai.53 Pendekatan ini digunakan oleh Majlis Ta'lim Uswatun Hasanah

memberi nasehat kepada kaum Ibu-ibu, karena melihat kondisi jama'ah

yang sangat mengkhawatirkan dan mengarahkan Ibu-ibu menjadi wanita

muslimah dengan kesibukan yang mereka lakukan. Diantara nasehat

tersebut adalah, anjuran untuk menutup aurat sesuai syariat yaitu dengan

cara menutup seluruh tubuh, kecuali wajah dan telapak tangan, tidak

pakaian yang berlebihan, ketat dan menggunakan jilbab gaul, perhiasan

yang bisa mengundang kemudharatan.

Dalam setiap pengajian, pemateri sering menyampaikan masalah yang

dapat menyinggung hati jama'ah di pengajian, yaitu masalah mengenai

etika berpakaian seorang wanita muslimah yang baik, tidak berpakaian

yang berlebihan, ketat, transparan, menggunakan punduk unta dan akhlak

seorang muslim ketika pengajian berlangsung. Dalam hal ini, Majlis

Ta'lim Uswatun Hasanah sering memberikan nasehat yang baik

(kebijaksaanan) disertai dengan humor.

53
Muhammad Natsir, Fiqhud Da'wah, hal. 165.
44

Sebagaimana surah QS. Al-Ahzab: 59, Allah Subhanahu wa Ta'ala

berfirman:

َِّ ۗ ِٖ ‫عيَ ٍْ ِٖ َِّ ٍِ ِْ َج ََل ِب ٍْ ِب‬


َ ٍَِِّْ‫س ۤب ِء ْاى َُؤْ ٍِ ٍَِِْْ ٌُ ْذ‬
َ َِّٗ ‫اج َل َٗ َب َْٰخِ َل‬ ُّ ‫َٰ ٌٰٓبٌَُّ َٖب اىَّْ ِب‬
َ ِّ ‫ً قُ ْو‬
ِ َٗ ‫ْل ْص‬

‫غفُ ْ٘ ًسا َّس ِح ٍْ ًَب‬ ‫َٰر ِى َل اَد َّْٰ ٰٓى ا َ ُْ ٌُّ ْع َش ْفَِ فَ ََل ٌُؤْ رٌَ َِْۗ َٗ َمبَُ ه‬
َ ُ‫َّللا‬

Artinya: "Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak


perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka
mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu
supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak
diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
(QS. Al-Ahzab: 59)

Dalam ayat ini menjelaskan perintah untuk kepada kaum wanita

mukminah untuk mengulurkan jilbab agar mereka mudah mengenali ciri-

ciri perbedaan wanita jahiliyah dan wanita mukminah. Selain itu,

sebagaimana dalam Tafsir Ibnu Katsir. Allah Subhanahu wa Ta'ala

berfirman memerintahkan Rasul-Nya agar menyuruh para wanita mukmin

seluruhnya, khusus isteri-isteri dan anak-anak beliau karena kemuliaan

mereka untuk menjulurkan atau menutupkan jilbabnya ke seluruh tubuh

mereka.

Tujuannya agar mereka mudah untuk dikenali dari para wanita

jahiliyyah dan hamba-hamba sahaya perempuan. Jilbab sendiri adalah

sejenis selendang panjang yang di letakan melapisi kerudung.54

Penafsiran jilbab seperti ini dikemukakan oleh Ibnu Mas'ud,

Ubaidah, al-Hasan al-Bashri, Sa'id bin Jubair, Ibrahim an-Nakha'i, Atha'al-

54
Syaikh Shafiyurrahman al-Mubarakfuri, Shahih Tafsir Ibnu Katsir, Jakarta: Pustaka Ibnu
Katsir, Jilid 7, 2010 hal. 372.
45

Khurasani dan banyak ulama lainnya. Jilbab pada saat sekarang sama

dengan izar (kain). Al-Jauhari berkata, "Jilbab adalah kain yang menutupi

seluruh tubuh".55

Dalam hadits ini memberikan manfaat, jika benar-benar

dilaksanakan oleh para wanita muslimah dan mereka mau berpegang teguh

dengannya, maka anjuran ini akan menutup pintu fitnah dan sebab-sebab

kerusakan yang bentuk dan coraknya yang beragam. Seiring berjalan

dengan waktu pengajian Majlis Ta'lim Uswatun Hasanah bertambah

banyak yang mengunakan hijab dan berpakaian yang di Sunnahkan

Rasulullah Shallallahu Allahi wa Sallam seperti yang dikatakan oleh Ibu

Susi.56 "Saya mengena! Sunah ketika mengikuti pengajian dan

melaksanakannya secara bertahap, seperti menggunakan hijab dan kaos

kaki"!

Contoh peranan Majlis Ta’lim Uswatun Hasanah secara Pendekatan

Mauidzhah Hasanah antara lain:

1. Mengajarkan tata cara pakaian muslimah sesuai syariat Islam

Dalam hal ini meliputi anjuran untuk menutup aurat sesuai syariat yaitu

dengan cara menutup seluruh tubuh, kecuali wajah dan telapak tangan,

tidak pakaian yang berlebihan, ketat dan menggunakan jilbab gaul,

perhiasan yang bisa mengundang kemudharatan.

55
Syaikh Shafiyurrahman al-Mubarakfuri, Shahih Tafsir Ibnu Katsir, Jakarta: Pustaka Ibnu
Katsir, jilid 7, 2010 hal. 372.
56
Wawancara dengan Susi, Jama‟ah Majlis Ta‟lim Uswatun Hasanah, Wawancara, Tegal: 2
Juni 2022.
46

2. Mengajarkan bacaan sholat

Majlis ta‟lim Uswatun Hasanah memberikan materi tentang

bacaan-bacaan shalat lima waktu. Bacaan sholat tersebut diajarkan dari

awal seperti niat shalat hingga akhir yaitu duduk tasyahud akhir. Lalu,

menuliskan lafadz-lafadz pada shalat di papan tulis kemudian di

lafadzkan dan ditirukan oleh para anggota agar tidak terjadi kesalahan

dalam pelafadzannya. Rangkaian ibadah shalat itu terdiri dari beberapa

gerakan dan bacaan. Dapat dikatakan bahwa shalat tidak sempurna dan

sah apabila gerakan atau bacaannya saja yang dilakukan.

3. Mengajarkan gerakan-gerakan shalat

Pada Majlis ta‟lim Uswatun Hasanah ini penceramah/ pengisi

pengajian menmberikan materi tentang gerakan shalat dari mulai

takbiratul ihram sampai dengan gerakan salam. Metode ceramah ini

dilakukan dengan menggunakan metode demontrasi yaitu

mempraktekkan berbagai gerakan shalat kemudian ditirukan sacara

langsung oleh para jama‟ah Majlis Ta'lim Uswatun Hasanah.

4. Penjelasan tentang apa fungsi, dan tujuan shalat

Pada Majlis Ta‟lim Uswatun Hasanah penceramah atau pengisi

pengajian memberikan materi kepada jama‟ah tentang tujuan, dan fungsi

shalat dalam kehidupan sehari-hari. Penceramah memberikan pengarahan

atau penjelasan tersebut menggunakan metode ceramah, diskusi dan

tanya jawab tentang berbagai tujuan-tujuan shalat yang sangat berguna


47

bagi manusia yaitu salah satu tujuannya agar manusia terhindar dari

berbagai perbuatan buruk yang tidak sesuai dengan ajaran Islam.

5. Memberikan Pelatihan tentang Memandikan Jenazah

Pelatihan memandikan jenazah merupakan salah satu agenda

penyampaian materi pada Majlis Ta‟lim Uswatun Hasanah, hal ini

dikarenakan masyarakat khususnya ibu-ibu di Desa Kalinyamat Kulon

Kota Tegal ini sendiri masih sangat minim kalangan ibu-ibu atau

perempuan yang mengetahui tata cara penyelenggaraan jenazah secara

tepat sesuai dengan syariat Islam.

Melalui adanya pelatihan ini diharapkan agar masyarakat tidak

sulit mencari tenaga ahli dalam memandikan jenazah khususnya jika

yang dibutuhkan dari kalangan perempuan. Sebagaimana penuturan

Ustadz Misbakhul Munir selaku penceramah di Majlis Ta‟lim Uswatun

Hasanah saat melakukan pelatihan, beliau mengatakan:

Sudah semestinya ibu-ibu belajar tenta tata-cara penyelenggaran


atau kepengurusan dalam memperlakukan jenazah yang tepat
sesuai dengan ajaran Islam, hal ini diharapkan agar ketika ada
jenazah perempuan, masyarakat sekitar tidak bingung mencari
orang yang bisa memandikan dan mengurus jenazahnya.57

6. Penjelasan tentang Keutamaan Beramal Shaleh dan Bersungguh-

Sungguh dalam Beribadah

Majlis Ta'lim Uswatun Hasanah memberikan nasehat kepada

jama'ah, agar mereka beramal shaleh dan bersungguh-sungguh dalam

beribadah. Hal itu tertuang ketika ustadz menjelaskan ukuran pahala

57
Wawancara dengan Misbakhul Munir, Penceramah Majlis Ta'lim Uswatun Hasanah,
Wawancara, Tegal: 24 Maret 2022.
48

yang akan diberikan Allah, kepada orang yang rajin membuka dan

membaca Al-Qur'an meskipun masih terbata-bata dengan meraih dua

pahala, yakni pahala yang membacanya dan pahala untuk yang berusaha

membacanya, rajin melaksanakan sholat sunnah.

Majlis Ta'lim Uswatun Hasanah juga mendirikan program Tahfidz

Al-Qur‟an khusus lansia, dengan harapan bisa memberikan motivasi dan

bimbingan untuk lansia dalam membaca dan menghafal Al-Qu‟an agar

kelak amalan ini memberikan pertolongan di akhirat kelak. Program ini

sudah berjalan kurang lebih 2 tahun, untuk pengajar didatangkan dari

pihak luar.

Dalam hal ini peranan da'i maupun Majlis Ta'lim Uswatun

Hasanah sebagai pembimbing, teman dekat yang setia, yang menyayangi

dan memberikan segala hal bermanfaat serta membahagiakan mad'unya.

3. Peranan dalam Pengembangan Masyarakat

Ekonomi termasuk kebutuhan asasi dalam kehidupan setiap

manusia. Kesejahteraan ekonomi memang tidak menjamin suburnya

kehidupan keimanan seseorang, akan tetapi seringkali kekafiran akan

membawa seseorang pada kekufuran, adalah merupakan realitas yang

banyak kita temukan. Perananan ekonomi dalam pelaksanaan dakwah

pada masyarakat yang minus ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan

hidup atau disebut dengan dakwah bil hal mutlak dilakukan sebagai

pendukung stabilitas keimanan dan kontinuitas ibadah masyarakat.


49

1) Peranan ekonomi

Peranan ekonomi yang dilakukan oleh Majlis Ta'lim Uswatun

Hasanah melaksanakan sunnah Rasulullah Shallaláhu 'Allahi wa

Sallam. Terlihat dari perdagangan yang ada di Majlis Ta'lim Uswatun

Hasanah, mereka lakukan disetiap pengajian seperti penjualan keripik

pisang.

Dari hasil wawancara penulis dapatkan pada salah satu pengurus

melalui Ibu Darojah mengatakan:58

Untuk anggaran dana terkumpul dari infak-infak yang berjalan


setiap pengajian Majlis Ta'lim dan hasil penjualan dari usaha
keripik pisang. Usaha keripik pisang ini baru berjalan kurang
lebih 2 tahun, dengan metode pemasarannya secara langsung
dikirim ke konsumen maupun secara online. Dimana hasil
penjualan keripik pisang setiap bulannya diperoleh kurang lebih 2
juta rupiah. Persentasi dana sebesar 40% nya digunakan untuk
balik modal, sedangkan 60% nya untuk anggaran santunan anak
yatim piatu dan dhuafa.

Adapun infak kaleng 1 untuk sarana prasarana Majelis Ta‟lim

Uswatun Hasanah, infak kaleng 2 untuk kegiatan dakwah sosial yaitu

santunan anak yatim piatu dan kaum dhuafa, mengunjungi orang yang

sakit, dan memberikan konsumsi kuliah subuh setiap hari Jumat, serta

infak kaleng 3 untuk pemateri.

Kajian subuh yang dilakukan setiap hari Jum‟at ini tidak hanya

diikuti oleh jama‟ah Majlis Ta‟lim Uswatun Hasanah saja , akan tetapi

diikuti juga oleh bapak-bapak di Desa Kalinyamat Kulon Kota Tegal.

Masyarakat Kalinyamat Kulon cukup antusias untuk mengikuti kajian

58
Wawancara dengan Darojah, Jama‟ah Majlis Ta‟lim Uswatun Hasanah, Wawancara,
Tegal: 2 Juni 2022.
50

subuh ini. Hal tersebut dikarenakan setelah selesai pengajiannya

biasanya ditutup dengan sarapan pagi bersama yang menunya sudah

disiapkan oleh ibu-ibu jama‟ah Majlis Ta‟lim Uswatun Hasanah.

Melalui kajian shubuh ini diharapkan agar masyarakat di Desa

Kalinyamat Kulon Kota Tegal terkhusus bapak-bapak dapat

mendirikan shalat Shubuh berjamaah di masjid kemudian mengikuti

kajian yang dibawakan oleh Ustadz yang sudah dipilih baik dari dalam

maupun Ustadz/penceramah dari luar daerah Kalinyamat Kulon.

Materi yang disampaikan pun cukup beragam, misalnya di pekan

pertama dan ketiga penceramah akan membawakan materi seputar

ilmu fiqih, aqidah, akhlak dan muamalah sedangkan di pekan kedua

dan keempat biasanya berisi tanya jawab seputar keagamaan ataupun

permasalahan yang sedang dihadapi masyarakat di Desa Kalinyamat

Kulon Kota Tegal.

Setiap infak yang berjalan diperoleh pertahunnya kurang lebih 15

juta rupiah. Dalam hal ini penulis menganalisa bahwa hal ini

membawa nilai yang positif dengan minat jama'ah yang mengikuti

Majlis Ta'lim Uswatun Hasanah sangat besar dan mendukung dalam

proses pembinaan dan kesejahteraan umat.

Semua pelaksanan terdata, terperinci dengan baik di setiap

bulannya. Akan tetapi penulis untuk pendataan tertulis, Majlis Ta‟lim

Uswatun Hasanah merahasiakannya demi keamanan dan kenyamanan


51

bersama. Oleh karena itu penulis hanya memperoleh data berupa

dokumen foto lainnya.

2) Peranan Sosial

Manusia merupakan makhluk sosial yang dalam kehidupannya

selalu dihadapkan pada berbagai masalah sosial, sesungguhnya

masalah-masalah sosial merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan

dari kehidupan manusia. Dan tidak bisa hidup sendiri, mengharapkan

bantuan orang lain baik itu secara moril maupun non moril.

Untuk menjamin kesejahteraan hidup manusia dalam berinteraksi

kehidupan sehari-hari. Maka perlunya menjaga solidaritas antar

manusia. Majlis Ta'lim Uswatun Hasanah dalam hal ini berperan

membantu masyarakat dengan kegiatan dakwah sosial yang dilakukan

seperti: menjenguk orang yang terkena sakit atau musibah, bantuan

memberikan pakaian, santuan anak yatim, bantuan memberikan

makanan berbuka puasa atau ta'jil, dan pembagian daging kurban. Ibu

Susi mengatakan "untuk pembagian daging kurban dilakukan setiap

tahunnya."

Masalah sosial yang dialami oleh jama'ah Majlis Ta'lim Uswatun

Hasanah memiliki berbagai perbedaan dari tingkat perkembangan

kebudayaan, keluarga, keadaan lingkungan dan profesi, sangat

mempergaruhi tingkah laku baik dalam kehidupan individu maupun

masyarakat.
52

Menurut R.D Laing mengatakan "manusia selalu memikirkan

orang lain dan apa yang orang lain pikirkan tentang dirinya, dan apa

yang orang lain pikirkan mengenai apa yang ia pikirkan mengenai

orang lain itu, dan seterusnya.”59

Majlis Ta'lim melaksanakan pendekatan sosial untuk menyatukan

hati jama'ah sebagai seorang muslim untuk saling menolong (ta'awun)

saudaranya, dengan membangun sikap empati setiap individu yang ada

di masyarakat.

Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala tentang

persamaan dan persaudaraan sebagaimana dalam QS Az-Zukhruf: 32,

yang berbunyi:

‫شخَ ُٖ ٌْ ِفى ْاى َح ٍَٰ٘ ِة اىذُّ ّْ ٍَ ۙب‬ َ َ‫ج َس ِبّ ۗ َل ّ َْح ُِ ق‬


َ ٍْ ‫س ََْْب َب ٍْ َْ ُٖ ٌْ ٍَّ ِع‬ َ ََ ‫ا َ ُٕ ٌْ ٌَ ْق ِس َُ َُْ٘ َس ْح‬

ُ‫س ْخ ِشًٌّب َۗٗ َس ْح ََج‬


ُ ‫عب‬ ُ ‫ج ِىّ ٍَخ َّ ِخزَ َب ْع‬
ً ‫ع ُٖ ٌْ بَ ْع‬ ٍ ‫ع ُٖ ٌْ َف ْ٘قَ َب ْع‬
ٍ َٰ‫ط دَ َسج‬ َ ‫َٗ َسفَ ْعَْب َب ْع‬

َُْ٘ ُ‫َس ِبّ َل َخٍ ٌْش ِ ٍّ ََّب ٌَ ْج ََع‬

Artinya: "Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu?


Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam
kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebahagian mereka atas
sebagian yang lain beberapa derajat, agur sebagian merekadapat
mempergunakan sebagian yang lain. dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari
apa yang mereka kumpulkan. (QS. Az-Zukhruf: 32)

Dari ayat tersebut menyatakan bahwa pentingnya hubungan antar

manusia, hidup bermasyarakat untuk saling berbagi kehidupan baik yang

susah maupun yang senang yaitu seperti yang dilakukan oleh Majlis

59
Dedy Mulyana, Ilmu Komunikasi, Bandung: PT Rosdakarya, 2008, hal. 191.
53

Ta‟lim Uswatun Hasanah mengajak jama‟ah untuk mengunjungi Ibu

Badriah yang sakit dan jama‟ah yang tertimpa musibah.

E. Indikator Keberhasilan Peran Majlis Ta’lim Uswatun Hasanah dalam

Meningkatkan Ilmu Keagamaan di Desa Kalinyamat Kulon Kota

Tegal

1. Terlihat dari penggunaan pakaian muslimah yang digunakan salah

satu jama'ah yang bernama Fatonah seorang pedagang di pasar

melalui wawancara beliau mengatakan60 setelah mengikuti kajian di

Majlis Ta‟lim Uswatun Hasanah, beliau jadi mengetahui bagaimana

berjilbab dan berpakaian sesuai syariat Islam yaitu menjulurkan jilbab

sampai menutupi bagian dada. Pada awalnya beliau berjilbab

layaknya pedagang di pasar yang hanya ditutupi rambutnya saja tanpa

menjulurkannya ke dada. Beliau juga mengetahui bagaimana cara

berpakaian yang sesuai syariat Islam yaitu dengan pakaian yang

longgar tidak ketat, tidak transparan serta warna yang tidak menarik

perhatian. Pada awalnya Ibu Fatonah hanya menggunakan pakaian

yang menutupi tubuhnya saja tanpa memperhatikan hal-hal tersebut.

2. Setelah diberikan pengajaran tentang bacaan sholat secara bertahap

dan konsisten, dalam hal ini para jama‟ah sudah melafadzkan tiap-tiap

bacaan shalat. Dimana sebelum mengikuti majlis ini, jama‟ah belum

sempurna bahkan ada beberapa yang tidak mengetahui bacaan shalat

60
Wawancara dengan Fatonah, pedagang di pasar Tegal, Wawancara, Tegal: 10 Februari
2022.
54

secara lengkap. Contoh keberhasilannya seperti mampu melafadzkan

QS. Al-Fatihah sesuai tajwid dan makhrajnya.

3. Setelah diberikan pengajaran melalui praktek dengan bertahap dan

konsisten, jama‟ah mampu tuma‟ninah disetiap gerakan shalatnya

yang pada awalnya gerakannya begitu cepat, selain itu jama‟ah juga

mampu takbiratul ikhram dengan posisi telapak tangan menghadap

kiblat,

4. Melalui adanya pelatihan tentang memandikan jenazah diharapkan

agar masyarakat tidak sulit mencari tenaga ahli dalam memandikan

jenazah khususnya jika yang dibutuhkan dari kalangan perempuan.

5. Melalui program Tahfidz Al-Qur‟an khusus lansia di majlis ta‟lim

Uswatun Hasanah ini, keberhasilannya sudah cukup banyak lansia

yang mampu membaca Al-Qur‟an sesuai tajwid dan makhrajnya.

Disisi lain banyak jama‟ah majlis ini yang sudah mampu menghafal

juz 30.

F. Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Peran Majlis Ta’lim Uswatun

Hasanah dalam Meningkatkan Keagamaan Masyarakat di Desa

Kalinyamat Kulon Kota Tegal

Majlis Ta‟lim Uswatun Hasanah ini memiliki beberapa peran

dalam meningkatkan perilaku ilmu keagamaan jamaahnya sebagaimana

disebutkan sebelumnya. Semua peran tersebut tidak terlepas dari faktor-


55

faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam maupun faktor yang

mempengaruhi dari luar.

Secara garis besar faktor yang mempengaruhi tingkah laku

manusia dapat dibagi menjadi dua yaitu:61

1) Faktor Internal

Faktor internal merupakan suatu keadaan ataupun kondisi jasmani dan

rohani seseorang. Pada diri setiap individu sudah ada dorongan untuk

melakukan sesuatu. Fitrah inilah yang mampu memberikan kekuatan

dari dalam dirinya untuk mengatur kehidupannya. Dalam perjalanan

hidup manusia fitrah tersebut ada yang terbentuk secara alamiah

namun juga ada yang terbentuk karena pengaruh dari luar.

Adapun mayoritas para jamaah Majlis Ta‟lim Uswatun Hasanah

tidak mengalami kendala dalam mengikuti majlis ta‟lim ini. Hal ini

disebebabkan karena pada diri setiap jama‟ah sudah ada niatan dalam

hati dan rasa senang bertemu banyak teman di Majlis Ta‟lim Uswatun

Hasanah guna menambah ilmu keagamaan mereka. Selain hal tersebut,

hal lain disebabkan karena mayoritas profesi jamaah merupakan ibu

rumah tangga yang tidak bekerja, seandainya bekerjapun waktu

bekerjanya hanya setengah hari saja sehingga masih mempunyai

banyak waktu luangnya untuk dapat mengikuti Majlis Ta‟lim Uswatun

Hasanah.

2) Faktor Eksternal

61
Ibid., hal.27.
56

Yang dimaksud dengan faktor eksternal yaitu faktor yang dapat

mempengaruhi tingkah laku manusia yang berasal dari luar diri. Faktor

eksternal dapat melalui interaksi seperti pendidikan yang diperolehnya

baik dari lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.

Lingkungan yang sangat mempengaruhi perkembangan perilaku

keagamaan anggota Majlis Ta‟lim Uswatun Hasanah ini yaitu

lingkungan keluarga dan masyarakat.

Melalui ketiga lingkungan tersebut, yang sangat mempengaruhi

yaitu keluarga, hal ini disebabkan karena dalam lingkungan keluarga

tersebut seseorang lebih banyak bertemu sehingga memberikan banyak

pengaruh pada tingkah laku manusia.

Lingkungan kedua yang tidak kalah besar pengaruhnya terhadap

perkembangan perilaku keagamaan Majlis Ta‟lim Uswatun Hasanah ini

adalah lingkungan masyarakat, dimana mayoritas beragama Islam.

Dengan kondisi masyarakat Desa Kalinyamat Kulon Kota Tegal ini

yang mayoritas beragama Islam tidak dipungkiri akan memberikan

dampak terhadap berkembangnya Majlis Ta‟lim Uswatun Hasanah.

Dengan melihat kondisi tersebut, kita mengetahui bahwa jamaah

Majlis Ta‟lim Uswatun Hasanah ini akan saling mengajak ke

masyarakat yang lainnya yang belum mengikuti majlis ini agar

mengikuti Majlis Ta‟lim Uswatun Hasanah.


57

G. Faktor Yang Menghambat Majlis Ta’lim Uswatun Hasanah dalam

Meningkatkan Keagamaan Masyarakat di Desa Kalinyamat Kulon

Kota Tegal

1) Faktor Internal

Masyarakat di Desa Kalinyamat Kulon Kota Tegal yang tidak

mengikuti Majlis Ta‟lim Usawatun Hasanah ini memiliki kendala rasa

malu atau minder karena ketidakmampuan dalam membaca Al-Qur‟an

dibandingkan dengan jama‟ah lainnya.

2) Faktor Eksternal

Faktor dari luar individu yang mempengaruhi jamaah yaitu saat tiba

musim hujan, tidak adanya sarana transportasi, dimana kegiatan Majlis

Ta‟lim Uswatun Hasanah ini tidak hanya dilakukan di lingkungan

sekitar saja, akan tetapi seringkali ada alamat rumah yang lokasinya

cukup jauh. Hal ini menjadikan ibu-ibu yang tidak memiliki kendaraan

tidak bisa hadir dalam kegiatan Majlis Ta‟lim Uswatun Hasanah

tersebut. Kurangnya dukungan dari suami, hal ini terjadi pada sebagian

suami yang kurang mendukung istrinya untuk mengikuti pengajian

Majlis Ta‟lim Uswatun Hasanah, hal ini disebabkan karena mereka

menganggap seorang istri memang ditakdirkan hanya untuk menjaga

atau mengurus rumah dan anak-anak saja. Mereka tidak mengijinkan

istrinya untuk beraktivitas di luar rumah karena dikhawatirkan

nantinya tidak dapat lagi mengurus rumah dan anak-anak.


58

Kendala yang lainnya yang dialami para jamaah adalah soal waktu

karena banyak dari mereka yang ada kepentingan mendadak atau ada

hajatan. Dengan demikian diketahui bahwa kendala yang dihadapi

jamaah anggota Majlis Ta‟lim Uswatun Hasanah ini hanya sedikit

sehingga yang tidak memberikan pengaruh yang besar terhadap

perkembangan perilaku keagamaan dari Majlis Ta‟lim Uswatun

Hasanah.

Adapun beberapa upaya dan solusi untuk mengatasi faktor penghambat

tersebut antara lain:

a. Menyediakan transportasi jika ada alamat yang dituju terlalu jauh

b. Memberikan motivasi kepada masyarakat yang merasa minder bahwa

nantinya akan dilakukan pembelajaran bersama.

c. Lebih semangat dalam berdakwah dan meyakinkan masyarakat untuk

menyeimbangkan kehidupan dunia dengan akhirat dan tidak lebih

mementingkan kepentingan duniawi dari pada kepentingan akhirat.

d. Mengefisienkan dan mengoptimalkan program-program majlis ta‟lim

Uswatun Hasanah yang sudah dibuat.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sebagaimana telah dijelaskan pada pembahasan dan sesuai dengan judul

karya ilmiah ini, maka penulis menyimpulkan bahwa Majlis Ta‟lim Uswatun

Hasanah telah melakukan peranannya dengan baik dalam meningkatkan ilmu

keagamaan di Desa Kalinyamat Kulon Kota Tegal. Hal tersebut dibuktikan

dengan beberapa hal antara lain:

a. Keberhasilan dalam Memberikan Pengajaran Tentang Ilmu Fiqih Bab

Shalat dan Memandikan Jenazah

Dalam hal ini para jama‟ah sudah mampu melakukan gerakan shalat

sesuai tata cara shalat yang benar dan mampu melafadzkan tiap-tiap

bacaan shalat. Dimana sebelum mengikuti majlis ini, jama‟ah belum

sempurna bahkan ada beberapa yang tidak mengetahui bacaan shalat

secara lengkap. Contoh keberhasilannya seperti mampu melafadzkan QS.

Al-Fatihah sesuai tajwid dan makhrajnya, jama‟ah mampu tuma‟ninah

disetiap gerakan shalatnya yang pada awalnya gerakannya begitu cepat,

jama‟ah mampu takbiratul ikhram dengan posisi telapak tangan

menghadap kiblat, serta jama‟ah mampu melakukan tata cara

memandikan jenazah perempuan yang nantinya memudahkan masyarakat

di Desa Kalinyamat Kulon dalam mencari orang untuk memandikan

jenazah perempuan karena sebelumnya belum ada.

59
60

b. Keberhasilan dalam Memberikan Pengajaran Tentang Ilmu Tajwid dan

Tahsin

Melalui program Tahfidz Al-Qur‟an khusus lansia di majlis ta‟lim

Uswatun Hasanah, sudah cukup banyak lansia yang mampu membaca Al-

Qur‟an sesuai tajwid dan makhrajnya. Disisi lain banyak jama‟ah majlis

ini yang sudah mampu menghafal juz 30.

c. Keberhasilan dalam Memberikan Pengajaran Tentang Ilmu Fiqih tentang

Tata Cara Berpakaian Muslimah

Dalam hal ini banyak jama‟ah yang belum mengetahui tentang tata cara

berpakain muslimah sesuai syariat Islam. Contoh seperti Ibu Fatonah

seorang pedaang di pasar melalui wawancara, beliau mengatakan bahwa

setelah mengikuti kajian di Majlis Ta‟lim Uswatun Hasanah, beliau jadi

mengetahui bagaimana berjilbab dan berpakaian sesuai syariat Islam yaitu

menjulurkan jilbab sampai menutupi bagian dada. Pada awalnya beliau

berjilbab layaknya pedagang di pasar yang hanya ditutupi rambutnya saja

tanpa menjulurkannya ke dada. Beliau juga mengetahui bagaimana cara

berpakaian yang sesuai syariat Islam yaitu dengan pakaian yang longgar

tidak ketat, tidak transparan serta warna yang tidak menarik perhatian.

Pada awalnya Ibu Fatonah hanya menggunakan pakaian yang menutupi

tubuhnya saja tanpa memperhatikan hal-hal tersebut.

d. Metode dalam penyamapain materi yang digunakan oleh penceramah di

Majlis Ta‟lim Uswatun Hasanah antara lain, metode ceramah, metode

tanya jawab, dan metode cerita atau kisah.


61

e. Faktor yang mempengaruhi peran Majlis Ta‟lim Uswatun Hasanah

Yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal berasal

dari kesadaran beragama yang utuh dalam kepribadian seseorang di dalam

kehidupan. Mayoritas para jamaah tidak mengalami kendala dalam

mengikuti majlis ta‟lim karena sudah ada niat dalam hati dan rasa senang

bertemu banyak teman. Dengan mayoritas anggota jamaah adalah para

ibu rumah tangga yang tidak bekerja dan kalaupun bekerja hanyalah

setengah hari saja sehingga mempunyai banyak waktu luangnya

dibanding dengan waktu kerjanya untuk dapat mengikuti Majlis Ta‟lim

Uswatun Hasanah.

Adapun faktor eksternal dapat berupa pendidikan yang

diperolehnya baik dari lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.

Dengan kondisi masyarakat di Desa Kalinyamat Kulon Kota Tegal ini

yang mayoritas beragama Islam tidak dipungkiri akan memberikan

dampak terhadap berkembangnya Majlis Ta‟lim Uswatun Hasanah.

Faktor pendukung lainnya pengemasan materi yang dikemas secara

sederhana. Dan pemateri yang menyampaikan bervariasi (berganti-ganti)

di setiap pekannya sehingga mengurangi kejenuhan.

f. Faktor yang menghambat peran Majlis Talim Uswatun Hasanah

Antara lain dari faktor internal berupa masyarakat di Desa Kalinyamat

Kulon Kota Tegal yang tidak mengikuti Majlis Ta‟lim Usawatun Hasanah

ini memiliki kendala rasa malu atau minder karena ketidakmampuan

dalam membaca Al-Qur‟an dibandingkan dengan jama‟ah lainnya.


62

Selain itu dari faktor eksternal yang mempengaruhi jamaah yaitu

saat tiba musim hujan, tidak mempunyai kendaraan untuk alamat yang

dijangkau terlalu jauh, tidak mendapat dukungan dari suami. Kendala

yang lainnya yang dialami para jamaah adalah soal waktu karena banyak

dari mereka yang ada kepentingan mendadak atau ada hajatan. Dengan

demikian diketahui bahwa kendala yang dihadapi jamaah anggota Majlis

Ta‟lim Uswatun Hasanah ini hanya sedikit sehingga tidak memberikan

pengaruh yang besar terhadap perkembangan perilaku keagamaan dari

Majlis Ta‟lim Uswatun Hasanah.

B. Saran

Setelah melihat pendekatan da'wah yang dilakukan oleh Majlis Ta'lim

Uswatun Hasanah, maka penulis memberikan pandangan berupa saran- saran

sebagai berikut :

1. Masih adanya praktek - praktek ibadah yang menyelisini sunnah

Rasulullah Shallallahu 'Allahi wa Salam, yang dilakukan oleh Majlis

Ta'lim Uswatun Hasanah. Hendaknya Majlis Ta'lim Uswatun Hasanah ini

memperbaiki masalah ibadahnya dan mengenai materi sebaiknya

diseimbangi adanya pembelajaran praktek ibadah misalnya tata cara

praktek Sholat Nabi.

2. Masih ada beberapa ibu-ibu di Desa Kalinyamat Kulon Kota Tegal belum

minat untuk mengikuti kajian Majlis Ta'lim Uswatun Hasanah karena

merasa malu atau minder dengan alasan ketidakmapuan dalam membaca

Al-Quran dibandingkan jama‟ah Majlis Ta'lim Uswatun Hasanah lainnya.


63

Hendaknya pengurus memberikan informasi lebih rinci bahwa tidak

diharuskan anggota ata jama;ah majelis ini wajib bisa membaca Al-

Qur‟an atau memberikan motivasi agar rasa minder yang dialami

masyaraka tersebut hilang sehingga tertarik untuk bergabung dengan

jama‟ah lainnya.

3. Dalam mengikuti kajian, sesi tanya jawab, para jama'ah khususnya Ibu-

ibu untuk mengikuti pengajian dengan baik, dan diharapkan tidak

berbicara di luar topik pengajian seperti mengbrol sendiri, bercanda

ataupun bergosip dan diusahakan setiap jama'ah membawa buku catatan

tersendiri.

4. Sebagai salah satu lembaga da'wah, hendaknya Majlis Ta'lim Uswatun

Hasanah ini memiliki dan merinci data-data kegiatan majlis ta'lim dari

setiap kegiatan da'wah yang dilaksanakan.


DAFTAR PUSTAKA

Al-Mubarakfuri, Syaikh, Shafiyurrahman, Shahih Tafsir Ibnu Katsir, Jakarta:


Pustaka Ibnu Katsir, Jilid 7, 2010.

Al-Wa'iy, Taufik, Da'wah ke Jalan Allah, Jakarta: Robbani Press, 2010.

Ancok, Djamaluddin dan Fuad Nashori, Psikologi Islam, Yogyakarta: Pustaka


Pelajar, 2008.

An-Nabiry, Fathul, Bahri, Meneliti Jalan Da'wah Bekal Perjuangan Para Da'i,
Jakarta: 2000.

Anshary, Isa, Mujahid Da‟wah, Bandung: Diponegoro, 1995.

Anwar, Desy, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Surabaya: CV. Amelia, 2003.

Aripudin, Acep, Pengembangan Metode Dakwah, Jakarta: Rajawali Pers, Cet. 1,


2011.

Aziz, Mohammad, Ali, Ilmu Da wah, Jakarta: Kencana Prenada Media, 2009.

Bachtiar, Wardi, Metodologi Penelitian Imu Dakwah, Jakarta: Logos, 1997.

Darajat, Zakiah, Pendidikan Agama dalam Pembinaan Moral, Jakarta: Bulan


Bintang, 1982.

Gunawan, Ary H., Sosiologi Pendidikan: Sosiologi tentang Berbagai Problem


Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2010.

Hafidhuddi, Didin, Agar Layar Tetap Terkembang Upaya Menyelamatkan Umat,


Depok: Gema Insani, 2006

Hamidi, Teori komunikasi dan Stategi Da'wah, Malang: UMM Press, 2010.

Kassab, Akram, Metode Da'wah Yusuf Al-Qaradhawi, Jakarta: Pustaka Al-


Kautsar, 2010.

64
65

Machfoeld, Ki Moesa A., Filsafat Da'wah Ilmu Da'wah dan Penerapannya,


Jakarta: PT Bulan Bintang, 2004.

Malim, Misbach, Dinamika Da'wah dalam Perspektif Al-Qur'an dan As-Sunnah,


Jakarta: Media Da'wah, 2005.

Masyhur, Mushthafa, Fiqih Da'wah, Jakarta: Al-Itshom jilid 1, 2010.

MK, Muhsin, Manajemen Majlis Ta‟lim, Jakarta: Pustaka Intermas, 2009.

Mulyana, Dedy, Ilmu Komunikasi, Bandung: PT Rosdakarya, 2008.

Munawwir, Warson, Ahmad, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia, Surabaya:


Pustaka Progressif, 1997.

Narbuto, Cholid dan Abu Achmadi, Metodelogi Penelitian, Jakarta: Bumi Aksara.
2002.

Natsir, Mohammad dan Thohir Luth, Da'wah dan Pemikirannya, Jakarta: Gema
Insani, 1999.

Natsir, Mohammad, Fiqhid Da 'wah, Jakarta : Media Da'wah, 1988.

Pedoman Majelis Taklim, Koordinasi Dakwah Islam (KODI), Jakarta, 1990.

Rofi‟i, Ahmad, Pembelajaran Fiqih, Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan


Islam Departemen Agama RI, 2009.

Rukiati, Enung,K. dan Fenti Hikmwati, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia,


Bandung: CV Pustaka Setia, 2006.

Saebani, Beni Ahmad dan Januri, Fiqh Ushul Fiqh, Bandung: Pustaka Setia, 2008.

Saputra, Wahidin, Pengantar Ilmu Da'wah, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011.

Seokanto dan Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Raja Grafindo


Persada, 2000.
66

Simardjo, D. dan Yusran Ilyas, Klasifikasi Ayat Al-Qur'an Menurut Bidang Studi,
Jakarta: Kalam Mulia, 1992.

Sugiyono, Metodelogi Penelitian Pendidikan Pendekatan, Kuantitatif, Kualitatif


dan R &B, Bandung: Alfabeta,2009.

Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan; Suatu Pendekatan Baru, Bandung:


Remaja Rosdakarya, 2000.

Tim Prima Pena, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: Gitamedia Press, 2006.

Yunus, Muhammad, Kamus Arab Indonesia, Jakarta: Media Press, 2004.

Melalui Wawancara:

Amriti, Ketua Majlis Ta‟lim Uswatun Hasanah, Wawancara, Tegal: 7 Februari


2022.

Darojah, Jama‟ah Majlis Ta‟lim Uswatun Hasanah, Wawancara, Tegal: 2 Juni


2022.

Fatonah, pedagang di pasar Tegal, Wawancara, Tegal: 10 Februari 2022.

Munir, Misbakhul, Penceramah Majlis Ta‟lim Uswatun Hasanah, Wawancara,


Tegal: 2 Juni 2022.

Susi, Jama‟ah Majlis Ta‟lim Uswatun Hasanah, Wawancara, Tegal: 2 Juni 2022.

Melalui Internet:

Nurhikmah, di akses pada Sabtu, 2 September 2022 pukul 17.00 WIB


http://kbbi.web.id/pengertian -keagamaan/

Melalui Jurnal:

Jurnal Da'wah, Pengembangan Masyarakat Pedesaan melalui Pesantren, Bekasi:


Media Da'wah, 2010.
LAMPIRAN
Gambar. 1
SK Pembimbing Skripsi Faiz Fayyadh
Gambar. 2
Surat Izin Penelitian Skripsi Faiz Fayyadh
Gambar. 3
Wawancara dengan salah satu pengurus Majelis Ta’lim Uswatun Hasanah
Gambar. 4
Wawancara dengan salah satu Penceramah Majelis Ta’lim Uswatun Hasanah
Gambar. 5
Kegiatan pengisian ceramah oleh penngisi materi di Majelis Ta’lim Uswatun
Hasanah
Gambar. 6
Kegiatan Santunan Anak Yatim Piatu dan Dhu’afa
oleh Majelis Ta’lim Uswatun Hasanah
Gambar. 7
Panitia Kegiatan Santunan Anak Yatim Piatu dan Dhu’afa
oleh Majelis Ta’lim Uswatun Hasanah
Gambar. 8
Kegiatan Santunan Anak Yatim Piatu dan Dhu’afa
oleh Majelis Ta’lim Uswatun Hasanah
Gambar. 9
Kegiatan Program Tahfidz Lansia di Majelis Ta’lim Uswatun Hasanah
Gambar. 10
Kegiatan Program Tahfidz Lansia di Majelis Ta’lim Uswatun Hasanah
Gambar. 11
UMKM keripik pisang di rumah pengurus Majelis Ta’lim Uswatun Hasanah
Gambar. 12
UMKM keripik pisang di rumah pengurus Majelis Ta’lim Uswatun Hasanah
Gambar. 13
UMKM keripik pisang di rumah pengurus Majelis Ta’lim Uswatun Hasanah
Gambar. 14
Hasil Produk UMKM Keripik Pisang oleh Majelis Ta’lim Uswatun Hasanah
Gambar. 15
UMKM keripik pisang di rumah pengurus Majelis Ta’lim Uswatun Hasanah
Daftar Pertanyaan Wawancara

Narasumber : Pimpinan Majlis Ta’lim Uswatun Hasanah

1. Sejak kapan Majlis Ta‟lim Uswatun Hasanah di dirikan?

2. Bagaimana awal mula terbentuknya Majlis Ta‟lim Uswatun Hasanah?

3. Kegiatan atau peranan apa saja yang dilakukan oleh Majlis Ta‟lim

Uswatun Hasanah dalam meningkatkan ilmu keagamaan masyarakat di

Desa Kalinyamat Kulon Kota Tegal?

4. Apakah peranan majlis ini sudah terlaksana dengan baik?

5. Bagaimana metode yang digunakan oleh penceramah dalam memberikan

materi kajian di Majlis Ta‟lim Uswatun Hasanah?

6. Bagaimana respon dari masyarakat sekitar mengenai adanya Majlis Ta‟lim

Uswatun Hasanah ini?

7. Bagaimana struktur organisasi di Majlis Ta‟lim Uswatun Hasanah?


Daftar Pertanyaan Wawancara

Narasumber : Jama’ah Majlis Ta’lim Uswatun Hasanah

1. Apakah Majlis Ta‟lim Uswatun Hasanah ini memberikan dampak yang

baik di kehidupan anda?

2. Apa saja materi yang disampaikan oleh penceramah dalam Majlis Ta‟lim

Uswatun Hasanah?

3. Faktor apa saja yang memungkinkan mendukung dan menghambat

berjalannya Majlis Ta‟lim Uswatun Hasanah ini?

4. Apakah metode yang digunakan penceramah dalam menyampaikan materi

kajian dapat dipahami?

5. Apa pekerjaan anda?

6. Siapa saja penceramah yang menyampaikan materi kajian di Majlis Ta‟lim

Uswatun Hasanah?

Anda mungkin juga menyukai