Anda di halaman 1dari 8

FORM LAPORAN

KAJIAN KLINIK KEISLAMAN

Nama mahasiswa : Ragil Andriyani Hari/ Tanggal :


Tempat pelaksanaan : Stase : KDP

Komponen Uraian
1. Tema Hukum Shalat Orang Sakit Tidak Menghadap Kiblat
2. Nara Sumber

3. Kajian Ke- Pada tanggal 11 November 2022 pasien Ny. N masuk ke ruang Aster
Islaman
dengan keluhan nyeri kepala, nyeri bertambah saat duduk. Pasien
memutuskan melaksanakan sholat dengan posisi tidur. TD: 130/89
MmHg N: 90x/menit S: 36,2 , RR: 22x/menit, SPO2 98%. Pada kasus
tersebut berdasarkan hukum islam bagaimana hukum shalat orang yang
tidak mengahadapi kiblat?
Rumusan Masalah:
A. Pengertian shalat ?
B. Kewajiban shalat ?
C. Hukum shalat bagi orang sakit ?
D. Hukum shalat orang yang tidak menghadap kiblat ?
Pembahasan:
A. Pengertian shalat
Shalat merupakan salah satu kewajiban yang kita jalankan setiap
harinya terutama dalam menjalankan shalat lima waktu dimana
hukumnya wajib bagi setiap umat muslim. Shalat sendiri merupakan
rukun Islam yan kedua yang sangat ditekankan atau menjadi ibadah
yang paling utama setelah dua kalimat syahadat.
Shalat juga merupakan tiang atau pondasi agama jadi shalat
sangat penting bagi kita semua
Dalam buku Shalat : Hikmah Falsafah dan Urgensinya
Karya Abdul Aziz Salim Basyarahil (1996 : 9) pengertian shalat adalah
suatu ibadah yang meliputi peragaan tubuh yang khusus dimulai
dengan takbir dan diakhiri dengan salam (taslim). Shalat merupakan
ibadah yang mencakup berbagai ibadah didalamnya seperti zikir
kepada Allah SWT, tilawah kitabullah, berdiri menghadap Allah SWT,
sujud, doa, tasbih dan takbir.
Shalat adalah suatu perbuatan atau perkataan yang dimulai
dengan takbir dan diakhiri dengan salam dengan persyaratan yang ada
Menurut firman Allah dalam surat An Nisa ayat 103 : Sesungguhnya
shalat itu fardu (kewajiban) yang telah ditentukan waktunya atas orang-
orang yang beriman
B. Kewajiban shalat
Menurut hadist rasulullah SAW :
Lima (waktu) shalat yang telah diwajibkan oleh allah atas
hamba-hamba- Nya. Maka barang siapa yang mengerjakan sedikit dari
nya dan tidak menyia-nyiakan sedikitpun darinya karena menganggap
enteng hak-haknya lima waktu maka baginya disisi allah adalah janji
bahwasannya akan masuk ke dalam syurga. Dan barang suapa yang
tidak mengerjakannya maka tiadalah janji baginya disisi Allah. Kalau
allah menghendaki maka allah akan menyiksanya. Dan kalau allah
menghendaki maka Allah akan memasukannya kedalam syurga. (HR
Abu Daud, Nasa Ibnu Najah, Ibnu Hiban dari Ubadan Bin Shomit)
C. Hukum shalat bagi orang sakit
Dalam syariat Islam dibangun atas ilmu dan kemampuan orang
yang dibebani. Tidak ada satu pun beban syariat kepada orang diluar
kemampuannya. Allah ta'ala menjelaskan dalam firmannya :
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya” QS. Al Baqarah/2:286. Allah memerintahkan kaum
muslimin untuk melaksanakan ketakwaan menurut kemampuannya,
Firman – Nya :“Maka bertakwalah kepada Allah menurut
Kesanggupanmu" (Qs. At Takhaabun/64:16) Hukum-hukum shalat
bagi orang sakit diantaranya:
1. Orang yang sakit tetap wajib shalat diwaktunya dan melaksanakan
menurut kemampuanya.
2. Apabila berat melakukan setiap shalat pada waktunya maka
diperbolehkan baginya untuk menjama’ antara shatal dzuhur dan
asar, magrib dan isya baik dengan jama’ taqdim maupun jama’
ta’khir. Dan shalat subuh tidak boleh di jama’ karena waktu
shalatnya terpisah dari shalat sebelum dan sesudahnya.
3. Orang yang tidak sakit tidak boleh meninggalkan shalat wajib
dalam segala kondisinya selama akalnya masih baik
4. Orang yang sakit berat untuk mendatangi masjid berjamaah/akan
menambah dan atau memperlambat kesembuhanya bila shalat
berjamaah dimasjid maka diperbolehkan tidak shalat berjamaah.
D. Hukum shalat orang yang tidak menghadap kiblat
Shalat adalah rukun Islam yang paling utama setelah dua kalimat
syahadat. Shalat ini mencakup berbagai macam ibadah, seperti : dzikir
kepada Allah, tilawah Kitabullah, berdiri menghadap Allah, rukuk,
sujud, do’a, tasbih dan takbir.
Terdapat sejumlah hadits berkenaan dengan keutamaan dan
hukumnya yang fardhu ‘ain. Dalam agama Islam, hukum wajibnya
shalat lima waktu ini merupakan perkara yang telah diketahui secara
luas, baik di kalangan ulama maupun di kalangan awam kaum
muslimin (ma’luumun minad Diin bidh- dharuurah). Barangsiapa yang
mengingkarinya, ia telah murtad dari agama Islam. La dituntut untuk
bertaubat. Jika tidak bertaubat, ia dihukum mati menurut ijma’ kaum
muslimin.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

“Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan


waktunya atas orang-orang yang beriman.”(QS. An-Nisa : 103).

Terdapat sebagian fenomena yang patut disayangkan, yaitu adanya


sebagian orang, ketika dalam proses pengobatan di rumah sakit dengan
berbaring di atas tempat tidur dan tidak bisa turun darinya, atau tidak
bisa mengganti pakaian yang terkena najis, atau dia tidak bisa
menemukan tanah yang bisa dipakai untuk bertayamum, atau tidak bisa
menemukan orang yang dapat menolongnya, maka ia mengakhirkan
shalat hingga keluar dari waktunya dan berkata,”Aku akan laksanakan
shalat ini nanti, jika uzur telah tiada.”
Ini adalah kesalahan yang sangat besar, ia telah meninggalkan shalat
karena ketidaktahuannya dan sikapnya yang tidak bertanya kepada
orang yang mengetahui ilmunya.

Seharusnya orang yang keadaannya seperti itu, ia tetap melakukan


shalat sesuai dengan keadaannya. Cukup baginya shalat dalam keadaan
seperti itu, sekalipun ia harus melaksanakan shalat tanpa tayamum atau
terpaksa harus mengenakan pakaian najis.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

“Maka,bertawakalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu.’’


[At-Taghabun: 16].

Bahkan, sekalipun shalat dengan tidak menghadap kiblat karena tidak


mampu melakukannya, maka shalatnya tetap sah.

Ketahuilah, barangsiapa yang meninggalkan shalat karena


menyepelekan atau malas, dan bukan karena mengingkari
kewajibannya, ia telah kafir menurut pendapat yang benar dari dua
pendapat ulama. Pendapat itu adalah pendapat yang tepat karena
adanya dalil-dalil, seperti hadits (artinya):

“Pemisah antara kesyirikan dan kekafiran adalah meninggalkan


shalat’’. [HR. Muslim]

Orang yang meninggalkan shalat selayaknya disebarluaskan berita


tentang perbuatannya tersebut, agar kejelekannya diketahui masyarakat
hingga dia jera dan melaksanakan shalat. Tidak patut kita
mengucapkan salam kepadanya, tidak pula
memenuhi undanganya hingga ia bertaubat dan mendirikan shalat, karena shalat adalah tiang agama
dan pembeda antara orang muslim dengan orang kafir. Sekalipun seorang hamba melakukan
berbagai amalan, semua itu tidak akan bermanfaat baginya, selama ia masih meninggalkan shalat,
begitulah secara ringkas penjelasan dari Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan Al-Fauzan Hafizhahullah.

Nara Sumber,

Puji Handoko S.Ag M.P

Anda mungkin juga menyukai