Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH TENTANG

“SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM MENURUT ABU YUSUF”


Laporan ini di susun untuk memenuhi mata kuliah
“SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM”

OLEH :
Boyke Aldiansyah Alinsi (02120614427)

DOSEN PENGAMPUH :
Dr. Mohd. Winario, M.E.Sy

PRODI PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH & HUKUM
UNIVERSITAS ISALAM NEGRI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
TP. 2022/2023
KATA PENGANTAR
Assalamu‘alaikum Wr.Wb
Puji syukur atas rahmat Allah SWT. berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga
makalah dengan judul “Abu Yusuf” dapat diselesaikan. Makalah ini dibuat dengan tujuan
untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Selain itu, makalah
inibertujuan untuk menambah wawasan tentang ―Abu Yusuf.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Dr. Mohd. Winario,
M.E.Sy dosen mata kuliah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Dan berkat tugas yang
diberikan ini, juga dapat menambah wawasan penulis berkaitan dengan topik yang diberikan.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan dalam makalah ini masih
banyak kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, penulis mohon maaf atas kesalahan dan
kekurangan yang pembaca temukan dalam makalah ini. Penulis juga mengharapkan adanya
kritik dan saran yang membangun apabila menemukan kesalahan dalam makalah ini.

Pekanbaru, 15 Oktober 2022

Penulis
ABSTRAK
Abu Yusuf adalah ulama yang hidup pada tahun 113-182 H/731-798 M, merupakan
seorang ahli fiqih yang lahir pada masa Ummayah namun berkarya dan diakui pada masa
Abassiah. Karya terbesarnya adalah Kitab Al-Kharaj yang merupakan kitab pertama memuat
tentang cara menghimpun semua pemasukan daulah islamiyah dan pos-pos pengeluaran
berdasarkan kitabullah dan sunnah rasul saw. Kitab ini berupaya membangun sebuah sistem
keuangan publik yang mudah dilaksanakan yang sesuai dengan hukum islam yang sesuai
dengan persyaratan ekonomi Latar belakang pemikirannya tentang ekonomi, setidaknya
dipengaruhi beberapa faktor, baik intern maupun ekstern. Yang menjadi kekuatan utama
pemikiran Abu Yusuf adalah dalam masalah keuangan publik. Sistem ekonomi yang
dikehendaki oleh Abu yusuf adalah satu upaya untuk mencapai kemaslahatan ummat.
Kemaslahatan ini didasarkan pada al-Qur‟an, al- Hadits, maupun landasan-landasan lainnya.

A. Sejarah Kehidupan Abu Yusuf


Abu Yusuf (113-182 H/731-798 M) merupakan seorang fukaha yang sesungguhnya
lahir di masa Ummayyah, namun mulai berkarya dengan kualitas yang diakui di masa
Abassiyah. Adapun nama panjang dari Abu yusuf adalah Imam Abu Yusuf Ya‟qub bin
Ibrahim bin Habib al-anshari al-jalbi al-Kufi al-Baghdadi. Di panggil alanshari karena ibunya
masih keturunan dari salah seorang sahabat Rasulullah Saw., Sa`ad Al-Anshari. Beliau
dilahirkan di kota Kufa. Pada masa kecilnya, Imam Abu Yusuf memiliki ketertarikan yang
kuat pada ilmu pengetahuan, terutama pada ilmu hadis. Abu Yusuf menimba berbagai ilmu
kepada banyak ulama besar, seperti Abu Muhammad atho bin as-Saib Al-kufi, Pendidikannya
dimulai dari belajar hadits dari bebearapa tokoh. Ia juga ahli dalam bidang fiqh, beliau belajar
dari seorang guru yang bernama Muhammad Ibnu abdur Rohman bin Abi laila yang lebih di
kenal dengan nama Ibn Abi Laila.selam tujuh belas tahun Abu Yusuf tiada henti-hentinya
belajar kepada Abu hanifa, iapun terkenal sebagai salah satu murid terkemuka Abu Hanifa.
Adapun buku-buku yang pernah ditulis Abu Yusuf seperti: a. kitab al-Atsar b. kitab ikhtilaf
Ibni Abi Hanifa wa Laila c. Kitab ar-Radd ala al-Siyar Auza`i d. Kitab al-Kharaj. Buku yang
disebutkan terakhir ini merupakan buku yang paling popular dari kepopuleran buku-bukunya
yang lain. Dengan buku ini dia dianugerahi sebagai Ulan fikih dan ahli ekonomi klasik
muslim.
Sejak kecil beliau memilikiminat ilmiyah yang tinggi, tetapi kelemahan ekonomi
orangtuanya memaksa beliau ikut bekerja mencari afkah. Beliau sangat giat belajar dan
banyak meriwayatkan hadits sehingga banyak ahli hadits yang memujinya dala hal
periwayatan. Beliau meriwayatkan hadits dari gurunya antara lain Hisyam Bin Urwah, Abu
Ishaq Asy-Syaibani, Ata’ Bin Sa’ib, dan orang-orang yang sjajar dan sezaman dengan
mereka. Dalam hal belajar beliau menunjukkan kemampuan yang tinggi sebagai ahlu ar-ra’yi
yang dapat menghapal sejumlah besarhadits.
Beliau sangat terarik untuk mendalami ilmu fiqih. Beliau mulai belajar fiqih pada
Ibnu Abi Laila8 dan kemudian kepada Imam Abu Hanifah, pendiri Madzhab Hanafi. Karena
kecerdasan beliau, Abu hanifah berharap Abu Yusuf akan menggantikannya sebagai
penyebar madzhab Hanafi setelah beliau wafat. Abu Hanifah pernah memuji beliau bahwa
jika Abu Hanifah tidak mempunyai murid selain Abu Yusuf maka itu sudah cukup menjadi
kebangggan bagi umat manusia. Setelah Abu Hanifah wafat maka Abu Yusuf menggantikan
kedudukan gurunya pada perguruan Imam Abu Hanifah selama 16 tahun dan tidak
berhubungan dengan kegiatan pemerintahan.
Pada tahun 166 H/782 M, beliau meninggalkan Kufah menuju Baghdad dikarenakan
faktor kesulitan ekonomi. Di Baghdad beliau menemui Khalifah Abbasiyah, Al-Mahdi (159
H/775 M-169 H/785 M) yang langsung megangkatnya sebagai hakim (al-qadhi) di Baghdad
Timur. Jabatan hakim tersebut dipegang beliau sampai masa pemerintahan Khalifah Al-Hadi
(169 H/785 M-170 H/786 M). Pada masa Khalifah Harun Ar-Rasyid (170 H/786-194 H/809
M) jabatannya naik menjadi ketua para hakim atau hakim agung (qadhi al-qudah) pertama
Daulah Abbasiyah. Jabatan ini belum pernah ada sejak masa Bani Umayyah (abad ke-7)
sampai pada masa Khalifah Al-Mahdi dari Daulah Bani Abbasiyah (abad ke-8). Jabatan ini
dianggap sangat pantas diberikan kepada beliau karena selain ilmunya yang luas,
kepribadiannya juga sangat disukai oleh Khalifah Harun Ar-Rasyid. Dalam mengadili suatu
perkara, beliau tidak membeda-bedakan apakah yang diadili tersebut dari kalangan istana
atau luaristana.
Jabatan ketua hakim tersebut memberikan kewenangan yang lebih luas kepada beliau
karena disamping memutuskan suatu perkara, beliau juga bertanggungjawab amenyusun
materi hukum yang diterapka para hakim serta mengangkat para hakim di seluruh negeri. Ini
berbeda dengan jabatan sebelumnya yaitu pada masa kekhalifahan al-mahdi dan al-hadi yang
hanya bertanggungjawabmemutuskanperkaradanmemerifatwa.
B. Perjalanan Pendidikan Abu Yusuf
Sejumlah sumber sejarah menyebutkan bahwa Abu Yusuf terlahir dari keluarga yang
miskin. Namun, kemiskinan tersebut tidak membuat beliau patah arang untuk menuntut ilmu.
Ia digambarkan sebagai seorang individu yang sangat rajin dan haus akan ilmu pengetahuan,
terutama yang berkaitan dengan pemahaman hukum.
Syekh Muhammad Sa'id Mursi dalam buku Tokoh-Tokoh Besar Islam Sepanjang
Sejarah,mengungkapkan, Abu Yusuf menimba ilmu dari banyak ulama di Kufah dan
Madinah. Di antara ulama yang pernah menjadi gurunya adalah Abu Hanifah, Malik bin
Anas, dan al-Laits bin Saad.
Pengetahuannya begitu luas mencakup ilmu tafsir, ilmu strategi perang, penanggalan
Arab, dan periwayatan hadis. Di bawah bimbingan Abu Hanifah, Abu Yusuf mencapai
sukses yang luar biasa. Abu Yusuf memang dikenal sebagai salah satu murid terkemuka dari
Imam Abu Hanifah.
Meski begitu, hubungan antara guru dan murid ini sering diwarnai dengan perbedaan
pendapat di antara keduanya. Meski kerap berbeda pendapat, Abu Yusuf merupakan orang
pertama yang menentukan kitab Mazhab Hanafi dan menyebarluaskan ajaran gurunya itu.
Kedekatannya dengan para penguasa Abbasiyah menjadikan mazhab Hanafi mudah diterima
di seluruh wilayah kekuasaan Islam. Daerah-daerah yang menganut Mazhab Hanafi, antara
lain, Mesir dan Pakistan.
Yahya bin Muayan berkata, Saya tidak melihat ulama ahli logika yang terkuat dalam
hadis, paling hafal dan sahih riwayatnya daripada Abu Yusuf. Heri Sudarsono dalam bukunya
yang bertajuk Konsep Ekonomi Islam: Suatu Pengantar menulis bahwa Abu Yusuf dikenal
aktif mengikuti kajian hadis yang diseleng- garakan oleh Muhammad bin Abdurrahman bin
Abi Laili dan Abu Hanifah. Ia meriwayatkan hadis dari Hisyam bin Urwah, Abu Hanifah,
`Atha bin Saib, dan A'masy. Dan meriwayatkan darinya Yahya bin Mu'ayan, Ahmad bin
Hambal, dan Asad bin Farat.
Hakim agung Abu Yusuf juga dikenal sebagai orang pertama yang dipanggil sebagai
qadi al- qudah (hakim agung). Jabatan hakim agung itu diembannya selama tiga periode
kekhali- fahan Dinasti Abbasiyah di Baghdad, yaitu pada masa Pemerintahan Khalifah al-
Hadi, al-Mahdi, dan Harun al-Rasyid. Bahkan, Khalifah Harun al-Rasyid memberi kehor-
matan bahwa semua keputusan mahkamah baik di Barat maupun Timur harus bersan- dar
kepadanya.

C. Karya-karya Abu Yusuf


Di sela-sela kesibukannya melaksanakan tugas sebagai murud, guru, kemudian
hakim dan terakhir pejabat penting dalam kehakiman, Imam Abu Yusuf masih sempat
menulis berbagai buku yang berpengaruh besar dalam memperbaiki sistem pemerintahan dan
penyebaran serta penyebaran mazhab
Hanafi Beberapa diantara karya beliau adalah sebagai berikut:
a. Kitab Al-Atsar
Di dalam kitab ini dimuat hadits-hadits yang diriwayatkannya dari ayah dan gurunya,
yaitu Abu Hanifah, yang dari hadits-hadits tersebut sanadnya bersambung sampai kepada
Rasulullah SAW, ada yang sampai kepada sahabat, ada pula yang sampai kepada tabi’in. Di
dalamnya juga dijelaskan tentang perbedaan pendapat beliau dengan gurunya sendiri yaitu
Imam Abu Hanifah, pendapat beliau sendiri, serta sebab-sebab terjadinya perbedaan pendapat
tersebut.
b. Kitab Ikhtilaf Abi Hanifah wa Ibn Abi Laila
Di dalamnya dikemukakan pendapat Imam Abu Hanifah dan Ibnu Abi Laila12 serta
perbedaan pendapat mereka. Tidak ketinggalan pula kritik keras Abu Hanifah terhadap
ketetapan peradilan yang dibuat Ibnu Abi Laila dalam memutuskan perkara. Dalil-dalil nas
dan logika Imam Abu Hanifahjugadimuatdenganterperinci.
c. Kitab Ar-Radd‘ AlaSyi’ar Al-Auza’I
Kitab memuat perbedaan pendapat beliau dengan pendapat Abdurrahman al-Auza’i13
tentang perang dan jihad, termasuk bantahannya terhadappendapatal-Auza’i.
d. KitabAl-Kharaj
Kitab ini merupakan karya yang paling populer di antara karya-karya beliau yang lain.
di dalamnya dijelaskan berbagai pemeikiran beliau tentang fiqih dalam berbagai aspek seperti
keuangan negara, pajak tanah, pemerintahandanmusyawarah.
Selain karya-karya yang telah disebutkan di atas, Abu Yusuf juga menulis Al-
Jawami’, yaitu buku yang sengaja ditulis untuk Yahya bin Khalid. Di dalamnya dibicarakan
perdebatan tentang ra’yu dan rasio. Abu Yusuf adalah orang pertama yang menyusun Ushul
Fiqh Hanafiyyah, yakni data-data dan fatwa hukum yang disepakati Imam Abu Hanifah
bersama murid-muridnya.
Menurut Ibnu Nadim, masih banyak lagi kitab-kitab karya Imam Abu Yusuf yang
lainnya misalnya kitab ash-shalah (tentang shalat), kitab az-zakat (tentang zakat), kitab ash-
shiyam (tentang puasa), kitab al-bai’ (tentang jual-beli), kitab al-fara’id (tentang hukum
waris), dan kitab al-wasiyyah (tentang wasiyat).

D. Pemikiran Abu Yusuf


Kekuatan utama pemikiran abu yusuf adalah dalam permasalahan keuangan publik.
Terlepas dari prinsip-prinsip perpajakan, dan pertanggungjwaban negara Islam terhadap
kesejahteraan rakyatnya, beliau memberikan beberapa saran tentang cara-cara mendapatkan
sumber perbelanjaan untuk pembangunan janga panjang seperti pembangunan infrastruktur
dan irigasi bagi pertanian. Namun Abu Yusuf sangat menentang eksploitasi terhadap sumber
daya perekonomian yang ada dengan mengesampingkan ajaran-ajaran agama yang kemudian
dikenal dengan faham positifisme.
Dalam hal menyikapi tentang positivisme tersebut dalam salah satu pesan terhadap
Khalifah Harun Ar-Rasyid pada Kitab Al-Kharaj, mengatakan: “anda tidak diciptakan dengan
sia-sia dan tidak akan dibiarkan tanpa pertangungjawaban. Allah akan menanyakan tentang
segala sesuatu yang anda miliki dan apa yang anda lakukanterhadapanya.”
1. Bisang Fisikal
Dalam pandangan Abu Yusuf, tugas utama pemerintah adalah mewujudkan serta
menjamin kesejahteraan rakyatnya. Beliau selalu menekankna pentingnya memenuhi
kebutuhan rakyat dan melakukan pembangunan yang berorientasi pada kesejahteraan rumum.
Beliau berpendapat bahwa semua biaya yang dibutuhkan bagi pengadaan pembangunan
sarana dan prasarana publik harusditanggungolehnegara.
Dalam mewujudkan kebijakan ekonomi di atas, Abu Yusuf menyarankan agar negara
menunjuk pejabat yang jujur dan amanah dalam berbagai tugas. Beliau mengecam perlakuan
kasar terhadap pembayar pajak dan menganggapnya sebagai tindakan kriminal. Beliau
berpendapat perlakuan yang baik terhadap para pembayar pajak akan meningkatkan
pendapatan pajak. Dalam hal ini pula,Abu Yusuf berpendapat bahwa negara harus
memberikan upah dan jaminan masa pensiun kepada kepada mereka yang berjasa dalam
menjaga kedaulatan Islam dan mendatangkan sesuatu yang baik dan bermanfaat bagi
kaummuslimin.
Secara umum sumber-sumber pendapatan negara dalam daulah islamiyyah yang ditulis
abu yusuf adalah ghanimah, zakat, dan harta fay’, yang di dalamnya termasuk jizyah, ‘usyr,
dan kharaj. Dalam hal pendistribusian pendapatn negara tersebut, Abu yusuf mengingatkan
bahwa hal tersebut ditujukan demi mewujudkan kesejahteraan rakya. Beliau mengutip
pernyataan Khalifah Umar Bin Khaththab: “pajak dibenarkan jika dipungut dengan cara adil
dan sah serta digunakan secara adil dan sah pula. Dalam hal ini, aku menganggap diriku
seperti wali bagi anak yatim terhadap harta kalian. Jika kalian bertanya maka akan saya
jawab apakah pajak ini saya gunakan dangancarayangsah.”
Dalam hal penetapan pajak, Abu Yusuf cenderung menyetujui negara mengambil
bagian dari hasil pertanian dari para penggarap daripada menarik sewa dari lahan pertanian.
Menurut beliau, cara ini lebih adil dan memberikan dan memberikan hasil produksi yang
lebih besar dangan memberikan kemudahan dalam meperluas tanah garapan. Dengan kata
lain, beliau merekomendasikan menggunakan sistem kharaj muqasamah daripada sistem
kharajwadhifah.
Argumen Abu Yusuf dalam hal ini bahwa pajak berdasarkan ukuran tanah (baik yang
ditanami atau yang tidak) dibenarkan hanya jika tanah tersebut subur. Ini dikarenakan pada
saat itu banyak tanah-tanah petani yang luas tetapi tidak subur. Selain itu, sistem kharaj
wadifah/misahah tidak memiliki ketentuan apakah pajak dikumpulkan dalam bentuk uang
atau sejumlah barang. Kecenderungan perubahan harga bahan pangan (dalam hal ini gandum)
selain akan mempengaruhi pembayaran pajak oleh para petani juga akan mempengaruhi
pendapatan negara.Dengan asumsi, jika harga gandum turun maka petani akan terbebani
dengan pembayaran pajak yang tetap.
2. Bidang Ekonomi Makro
Abu Yusuf merupakan salah satu ulama yang menentang penetapan harga yang
dilakukan oleh pemerintah. Ini berdasarkan hadits Nabi yang menjelaskan bahwa tinggi-
rendahnya harga merupkan ketentuan Allah yang tidakbolehdicampuri.
Selain ituAbu Yusuf tercatat sebagai salah satu ulamayang paling awal menyinggung
mekanisme pasar. Beliau memperhatikan peningkatan dan penurunan produksi dalam
kaitannya dengan perubahan harga. Beliau mengatakan dalam kitab Kitab al-Kharaj: “tidak
ada batasan tertetu tentang murah dan mahal yang dapat dipastikan. Hal tersebut ada yang
mengaturnya. Prinsipnya tidak bisa diketahui. Murah bukan karena melimpahnya makanan,
demikian juga mahal tidak disebabkan kelangkaan makanan. Murah dan mahal adalah
ketentuan Allah. Kadang-kadang makanan berlimpah tetapi tetap mahal dankadang-
kadangmakanansangatsedikittatapimurah.”
Dari pernyataan tersebut, dapat dikatakan bahwa Abu Yusuf membantah pendapat
umum tetang hubungan terbalik antara penawaran dan harga. Pada kenyataannya, penawaran
tidak tergantung pada penawaran saja, tetapijugapadakekuatan penawaran ataudaya
beli.Olehkarenaitu,peningkatan dan penuruan harga tidak selalu berhubungan dengan
penurunan atau peningkatan dalam produksi. Abu Yusuf menegaskan bahwa ada fariabel lain
yang mempengaruhi, tetapi variabel tersebut tidak dijelaskan secara rinci. Bisa jadi variabel
tersebut adalah pergeseran dalam permintaaan atau jumlah uang yang beredar dalam suatu
negara, atau penimbunan dan penahanan barang, atau semuahaltersebut.
Selain itu Abu Yusuf tercatat sebagai salah satu ulama yang paling awal menyinggung
mekanisme pasar. Beliau memperhatikan peningkatan dan penurunan produksi dalam
kaitannya dengan perubahan harga. Beliau mengatakan dalam kitab Kitab al-Kharaj: “tidak
ada batasan tertetu tentang murah dan mahal yang dapat dipastikan. Hal tersebut ada yang
mengaturnya. Prinsipnya tidak bisa diketahui. Murah bukan karena melimpahnya makanan,
demikian juga mahal tidak disebabkan kelangkaan makanan. Murah dan mahal adalah
ketentuan Allah. Kadang-kadang makanan berlimpah tetapi tetap mahal dan kadang-kadang
makanan sangat sedikit tatapi murah.”

E. Wafatnya Abu Yusuf


Abu Yusuf menjabat sebagai hakim agung hingga ia wafat pada 182 H. Sebagai
seorang hakim agung, Abu Yusuf telah banyak melahirkan karya- karya dalam bentuk tulisan
berupa kitab-kitab. Dalam Kitab al-Fihrist, sebuah kompilasi bibliografi buku yang ditulis
pada abad ke-10 M oleh Ibn al-Nadim, disebutkan bahwa selama masa hidup- nya Abu Yusuf
telah menciptakan sejumlah karya tulis dalam berbagai bidang, termasuk hukum Islam,
hukum internasional, dan hadis.
Di antara karyanya yang monumental adalah kitab al-Atsar--suatu narasi dari berbagai
tradisi periwayatan hadis. Selain itu, Abu Yusuf juga menulis Kitab Ikhtilaf Abi Hanifa wa
Ibn Abi Laylayang isinya mengulas mengenai perbandingan fikih.
Tak hanya itu, beliau juga menulis Kitab al-Radd `Ala Siyar al-Awza'i yang
merupakan suatu kitab bantahan terhadap Al-Awza'i (seorang ahli hukum yang dikenal di
Suriah) mengenai hukum peperangan. Kitab lain yang ditulisnya berjudul al-Jawami
merupakan buku yang sengaja ditulis untuk Yahya bin Khalid yang berisi tentang perdebatan
mengenai ra'yu dan rasio.
Beberapa karyanya yang lain merupakan hasil penulisan kembali yang dilakukan oleh
para muridnya dan diteruskan melalui generasi penerusnya. Misalnya, kutipan dari buku Abu
Yusuf berjudul Kitabal-Hiyal (Kitab Perangkat-Perangkat Hukum) yang ditulis kembali oleh
salah seorang muridnya, Muhammad al-Shaybani, dalam buku berjudul Kitabal-Makharidj fi
`I-Hiyal.

F. Kesimpulan
Abu Yusuf (113-182 H/731-798 M) merupakan seorang fukaha yang sesungguhnya
lahir di masa Ummayyah, namun mulai berkarya dengan kualitas yang diakui di masa
abassiyah. Adapun nama panjang dari Abu yusuf adalah Imam Abu Yusuf Ya‟qub bin
Ibrahim bin Habib al-anshari al-jalbi al-Kufi alBaghdadi.
Pemikiran ekonomi Abu Yusuf tertuang pada karangan terbesarnya yakni kitab al-
Kharaj. Al-Kharaj merupakan kitab pertama yang menghimpun semua pemasukan daulah
islamiyah dan pos-pos pengeluaran berdasarkan kitabullah dan sunnah rasul saw. Dalam kitab
ini dijelaskan bagaimana seharusnya sikap penguasa dalam menghimpun pemasukan dari
rakyat sehingga diharapkan paling tidak dalam proses penghimpunan pemasukan bebas dari
kecacatan sehingga hasil optimal dapat direalisasikan bagi kemaslahatan warga Negara. Kitab
al-Kharaj mencakup berbagai bidang, antara lain :

1. Tentang pemerintahan
2. Tentang keuangan
3. Tentang pertanahan
4. Tentang peradilan

Latar belakang pemikirannya tentang ekonomi, setidaknya dipengaruhi beberapa


faktor, baik intern maupun ekstern. Faktor intern muncul dari latar belakang pendidikannya
yang dipengaruhi dari beberapa gurunya. Faktor ekstern, adanya sistem pemerintahan yang
absolute dan terjadinya pemberontakan masyarakat terhadap kebijakan khalifah yang sering
menindas rakyat.
Adapun yang menjadi kekuatan utama pemikiran abu yusuf adalah dalam masalah
keuangan publik. Abu Yusuf dalam membenahi sistem perekonomian, ia membenahi
mekanisme ekonomi dengan jalan membuka jurang pemisah antara kaya dan miskin.
Sistem ekonomi yang dikehendaki oleh Abu yusuf adalah satu upaya untuk mencapai
kemaslahatan ummat. Kemaslahatan ini didasarkan pada al-Qur‟an, alHadits, maupun
landasan-landasan lainnya. Hal inilah yang nampak dalam pembahasannya kitab al-Kharaj.
Kemaslahatan yang dimaksud oleh Abu Yusuf adalah, yang dalam termiologi fiqh disebut
dengan Maslahah/ kesejahteraan, baik sifatnya individu (mikro) maupun (makro) kelompok.
Daftar Pustaka

Abdullah, Boedi. Peradaban Pemikiran Ekonomi Islam (Bandung: CV Pustaka Setia, 2010
Nur. Jejak Langkah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010)
Chapra, M. Umer. Islam dan Tantangan Ekonomi, Alih Bahasa: Ikhwan Abidin Basri
(Jakarta:GemaInsaniPress,2006)
Chapra, Umer. Masa Depan Ilmu Ekonomi, Sebuah Tinjauan Islam, Alih Bahasa:
IkhwanAbidinB.(Jakarta:GemaInsaniPress,2001)
Gibb, H. A. R., dkk. The Encyclopaedia Of Islam, New Edition (Leiden: E. J. Brill, 1960)
Karim,Adiwarman A..EkonomiIslam Suatu KajianKotemporer,cet. Kedua(Jakarta:
GemaInsaniPress,2003)
Adiwarman A. Karim.. Ekonomi Mikro Islam, edisi ke-3 (Jakarta: Rajawali Press, 2007)
Karim, Adiwarman Azwar. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam (Yogyakarta: PT.
PustakaPelajar,2001)
Ritonga, A. Rahman, dkk. Ensiklopedi Hukum Islam (Jakarta: Ikhtiar Baru Van
Hoeve,1996)
Sirry, Mun’im A. Sejarah Fiqih Islam, Sebuah Pengantar, Cet. Kedua (Surabaya:
RisalahGusti,1996)
Sudarsono, Heri. Konsep Ekonomi Islam, Suatu Pengantar (Yogyakarta: EKONISIA, 2004)
Ya’qub, Abu Yusuf bin Ibrahim Al-Qadhi. Kitab Al-Kharaj, (Beirut: Dar AlMa’rifah,1979)

Anda mungkin juga menyukai