Anda di halaman 1dari 12

ARTI DAN CARA MENEMUKAN KEBENARAN

Makalah
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu
Prodi Hukum Ekonomi Syariah pada Fakultas Syariah dan Hukum Islam
Institut Agama Islam Negeri Bone

Oleh:

KELOMPOK 10

TIARA DWI ALDIRA


742342022023

WANDA IRMAYANTI
742342022026

Dosen Mata Kuliah:


AHMAD ZUHRY AMIR, S.Sy.,

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM ISLAM


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BONE
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. Karena atas
petunjuk dan kemudahan yang diberikan kepada kami dalam penyelesaian salah
satu tugas kuliah kami yaitu pembuatan makalah dalam hal ini materi yang kami
bahas mengenai “ Arti dan Cara Menemukan Kebenaran.”

Tak lupa kami curahkan shalawat dan salam kepada junjungan Nabi
Muhammad SAW yang juga telah memberi petunjuk bagi kita semua, sehingga
kita terselamatkan dari lembah kesesatan. Dalam penyusunan makalah ini, tak
semudah apa yang kami bayangkan. Banyak kesulitan dan hambatan yang kami
lalui dalam penyusunan makalah ini. Tapi berkat Izin dan Rahmat Allah SWT,
kami mampu menyelesaikannya.

Harapan kami sebagai penyusun makalah, yaitu semoga apa yang terdapat
dalam lembaran kertas ini, dapat memberi manfaat bagi para pembaca. Tak lupa
pula kita haturkan maaf atas segala kekurangan dan kesalahan yang terdapat
dalam makalah ini. Karena pemilik kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT.

Wassalamualaikum Wr.Wb
Penulis

Kelompok 10

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1

A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan.................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 3

A. Arti Kebenaran...................................................................................... 3
B. Cara Menemukan Kebenaran............................................................... 5

BAB III PENUTUP......................................................................................... 7

A. Kesimpulan........................................................................................... 7
B. Saran..................................................................................................... 7

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 8

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebenaran adalah satu nilai utama di dalam kehidupan human.
Sebagai nilai-nilai yang menjadi fungsi rohani manusia. Artinya sifat
manusiawi atau martabat kemanusiaan (human dignity) selalu berusaha
“memeluk” suatu kebenaran. Manusia selalu berusaha menemukan
kebenaran. Banyak cara telah ditempuh untuk memperoleh kebenaran,
antara lain dengan menggunakan rasio seperti para rasionalis dan melalui
pengalaman atau empiris. Pengalaman-pengalaman yang diperoleh
manusia membuahkan prinsip-prinsip yang terkadang melampaui
penalaran rasional, kejadian-kejadianyang berlaku di alam itu dapat
dimengerti.
Struktur pengetahuan manusia menunjukkan tingkatan-tingkatan
dalam hal menangkap kebenaran. Setiap tingkat pengetahuan dalam
struktur tersebut menunjukkan tingkat kebenaran yang
berbeda.Pengetahuan inderawi merupakan struktur yang terendah. Tingkat
pengetahuan yanglebih tinggi adalah pengetahuan rasional dan intuitif.
Tingkat yang lebih rendah menangkap kebenaran secara tidak lengkap,
tidak terstruktur, dan pada umumnya kabur, khususnya pada pengetahuan
inderawi dan naluri. Oleh sebab itulah pengetahuan ini harus dilengkapi
dengan pengetahuan yang lebih tinggi.Pada tingkat pengetahuan rasional-
ilmiah, manusia melakukan penataan pengetahuannya agar terstruktur
dengan jelas.
Pendidikan pada umumnya dan ilmu pengetahuan pada khususnya
mengemban tugas utama untuk menemukan, pengembangan, menjelaskan,
menyampaikan nilai-nilai kebenaran. Semua orang yang berhasrat untuk
mencintai kebenaran, bertindak sesuai dengan kebenaran. Kebenaran
adalah satu nilai utama di dalam kehidupan human. Sebagai nilai-nilai
yang menjadi fungsi rohani manusia. Artinya sifat manusiawi atau
martabat kemanusiaan (human dignity) selalu berusaha “memeluk” suatu

1
kebenaran. Kebenaran sebagai ruang lingkup dan obyek pikir manusia
sudah lama

2
2

menjadi penyelidikan manusia. Manusia sepanjang sejarah kebudayaannya


menyelidiki secara terus menerus apakah hakekat kebenaran itu?
Menurut para ahli filsafat itu bertingkat-tingkat bahkan tingkat-
tingkat tersebut bersifat hirarkhis. Kebenaran yang satu di bawah
kebenaran yang lain tingkatan kualitasnya ada kebenaran relatif, ada
kebenaran mutlak (absolut). Ada kebenaran alami dan ada pula kebenaran
illahi, ada kebenaran khusus individual, ada pula kebenaran umum
universal.
B. Rumusan Masalah
1. Apa arti dari Kebenaran ?
2. Bagaimana Cara menemukan Kebenaran ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa itu kebenaran
2. Untuk mengetahui Cara menemukan kebenaran
BAB II
PEMBAHASAN
A. Arti Kebenaran
Kata “Kebenaran” dapat digunakan sebagai suatu kata benda yang konkrit
maupun abstrak.1 Menurut Purwadarminta kebenaran mengandung beberapa
arti, yakni 1.Keadaan (hal dan sebagainya) yang benar (cocok dengan hal atau
keadaan yang sesungguhnya); misal, kebenaran ini masih saya sangsikan; kita
harus berani membela kebenaran dan keadilan. 2. Sesuatu yang benar
(sungguh-sungghu ada, betul-betul demikian halnya dan sebagainya); misal
kebenaran-kebenaran yang diajarkan oleh agama. 3. Kejujuran; kelurusan hati;
misal tidak ada seorangpun sangsi akan kebaikan dan kebenaran hatimu. 4.
Selalu izin; perkenanan; misal, dengan kebenaran yang dipertuan. 5. Jalan
kebetulan; misal, penjahat itu dapat dibekuk dengan secara kebenaran saja.2
Kebenaran itu sendiri dapat diperoleh melalui pengetahuan indrawi,
pengetahuan akal budi, pengetahuan intuitif, dan pengetahuan kepercayaan
atau pengetahuan otoritatif. Apa yang disebut benar oleh seseorang belum tentu
benar bagi orang lain. Oleh karena itu diperlukan suatu ukuran atau kriteria
kebenaran.
Kriteria kebenaran tersebut dapat diperoleh dengan cara melalui
berpikir. Karena berpikirlah yang dapat dijadikan sebagai alat untuk
mendapatkan pengetahuan.
Kebenaran adalah satu nilai utama di dalam kehidupan human. Sebagai
nilai-nilai yang menjadi fungsi rohani manusia. Artinya sifat manusiawi atau
martabat kemanusiaan (human dignity) selalu berusaha “memeluk” suatu
kebenaran. Berdasarkan scope potensi subjek, maka susunan tingkatan
kebenaran itu menjadi :

1. Tingkatan kebenaran indera adalah tingakatan yang paling sederhanan dan


pertama yang dialami manusia

1
Abas Hamami, Sekitar Masalah Ilmu, (Surabaya: Bina Ilmu, 1980), h. 35.
2
Surajiyo, Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia, (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2010), cet. Ke-5, h. 102.

3
4

2. Tingkatan ilmiah, pengalaman-pengalaman yang didasarkan disamping


melalui indara, diolah pula dengan rasio
3. Tingkat filosofis, rasio dan instrumen murni, renungan yang mendalam
mengolah kebenaran itu semakin tinggi nilainya
4. Tingkatan instrumen, kebenaran mutlak yang bersumber dari Tuhan yang
Maha Esa dan dihayati oleh kepribadian dengan integritas dengan iman
dan kepercayaan.
Manusia selalu mencari kebenaran, jika manusia mengerti dan
memahami kebenaran, sifat asasinya terdorong pula untuk melaksankan
kebenaran itu. Sebaliknya pengetahuan dan pemahaman tentang kebenran,
tanpa melaksankan konflik kebenaran, manusia akan mengalami
pertentangan batin, konflik spilogis. Karena di dalam kehidupan manusia
sesuatu yang dilakukan harus diiringi akan kebenaran dalam jalan hidup
yang dijalaninya dan manusia juga tidak akan bosan untuk mencari
kenyataan dalam hidupnya yang dimana selalu ditunjukan oleh kebenaran.
Hal kebenaran sesungguhnya merupakan tema sentral di dalam filsafat
ilmu. Secara umum orang merasa bahwa tujuan pengetahuan adalah untuk
mencapai kebenaran. Problematik mengenai kebenaran merupakan
masalah yang mengacu pada tumbuh dan berkembangnya dalam filsafat
ilmu.
Dalam kamus umum Bahasa Indonesia (oleh Purwadarminta),
ditemukan arti kebenaran, yaitu:

1. Keadaan yang benar (cocok dengan hal atau keadaan sesungguhnya);


2. Sesuatu yang benar (sungguh-sungguh ada, betul demikian halnya);
3. kejujuran, ketulusan hati;
4. Selalu izin, perkenanan
5. Jalan kebetulan
5

B. Cara Menemukan Kebenaran


Cara untuk menemukan kebenaran berbeda-beda. Dari berbagai cara
untuk menemukan kebenaran dapat dilihat cara yang ilmiah dan nonilmiah.
Cara-cara untuk menemukan kebenaran sebagaimana diuraikan oleh Hartono
Kasamadi, dkk, (1990) sebagai berikut:3
1. Penemuan Secara Kebetulan
Penemuan kebenaran secara kebetulan adalah penemuan yang berlangsung
tanpa disengaja. Dalam sejarah manusia, penemuan secara kebetulan itu
banyak juga yang berguna walaupun terjadinya tidak dengan cara yang
ilmiah, tidak disengaja dan tanpa rencana. Cara ini tidak dapat diterima
dalam metode keilmuan untuk menggali pengetahuan atau ilmu.
2. Penemuan “Coba dan Ralat” (Trial Dan Error)
Penemuan coba dan ralat terjadi tanpa adanya kepastian akan berhasil atau
tidak berhasil kebenaran yang dicari. Memang ada aktifitas mencari
kebenaran, tetapi aktifitas itu mengandung unsure spekulatif  atau “untung-
untungan”. Penemuan dengan cara ini kerap kali memerlukan waktu yang
lama, karena memang tanpa rencana, tidak terarah, dan tidak diketahui
tujuanya. Cara coba dan ralat inipun tidak dapat diterima sebagai cara
ilmiah dalam usaha untuk mengungkapkan kebenaran.
3. Penemuan melalui Otoritas atau Kewibawaan
Pendapat orang-orang yang memiliki kewibawaan, misalnya orang-orang
yang mempunyai kedudukan dan kekuasaan sering diterima sebagai
kebenaran meskipun pendapat itu tidak didasarkan kepada pembuktian
ilmiah. Pendapat itu tidak berarti tidak ada gunanya. Pendapat itu tetap
berguna, terutama dalam merangsang usaha penemuan baru bagi orang-
orang yang menyangsikanya. Namun demikian adakalanya pendapat itu
ternyata tidak dapat dibuktikan kebenaranya. Dengan demikian pendapat
pemegang otoritas itu bukanlah pendapat yang berasal dari penelitian,
melainkan hanya berdasarkan pemikiran.
3
Surajiyo, Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia, h.100-101.
6

4. Penemuan secara spekulatif


Cara ini mirip dengan cara coba dan ralat. Akan tetapi, perbedaanya dengan
coba dan ralat memang ada. Seseorang yang menghadapi suatu masalah
yang harus dipecahkan pada penemuan secara spekulatif, mungkin sekali ia
membuat sejumlah alternative pemecahan. Kemudian ia mungkin memilih
satu instrumen  pemecahan, sekalipun ia tidak yakin mengenai
pemecahanya.
5. Penemuan Kebenaran Lewat Cara Berpikir kritis dan Rasional
Telah banyak kebenaran yang dicapai oleh manusia sebagai hasil upayanya
menggunakan kemampuan berpikirnya. Dalam menghadapi masalah,
manusia berusaha menganalisisnya berdasarkan pengalaman dan
pengetahuan yang dimiliki untuk sampai pada pemecahan yang tepat. Cara
berpikir yang ditempuh pada tingkat permulaan dalam memecahkan
masalah adalah dengan cara berpikir analitis dan cara berpikir sintetis.
6. Penemuan Kebenaran Melalui Penelitian Ilmiah
Cara mencari kebenaran yang dipandang ilmiah ialah yang dilakukan
melalui penelitian. Penelitian adalah penyaluran hasrat ingin tahu pada
manusia dalam taraf keilmuan. Penyaluran sampai pada taraf setinggi ini
disertai oleh keyakinan bahwa ada sebab bagi setiap akibat, dan bahwa
setiap gejala yang tampak dapat dicari penjelasanya secara ilmiah. Pada
setiap penelitian ilmiah melekat cirri-ciri umum, yaitu pelaksanaanya
yang  metodis harus mencapai  suatu kesseluruhan yang logis dan
koheren.  Cirri lainya adalah universalis. Setiap penelitian ilmiah harus
objektif, artinya terpimpim oleh  objek dan tidak mengalami distorsi karena
adanya berbagai prasangka subjektif.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kata “Kebenaran” dapat digunakan sebagai suatu kata benda yang konkrit
maupun abstrak. Menurut Purwadarminta kebenaran mengandung beberapa arti,
yakni 1.Keadaan (hal dan sebagainya) yang benar (cocok dengan hal atau
keadaan yang sesungguhnya); misal, kebenaran ini masih saya sangsikan; kita
harus berani membela kebenaran dan keadilan. 2. Sesuatu yang benar (sungguh-
sungghu ada, betul-betul demikian halnya dan sebagainya); misal kebenaran-
kebenaran yang diajarkan oleh agama. 3. Kejujuran; kelurusan hati; misal tidak
ada seorangpun sangsi akan kebaikan dan kebenaran hatimu. 4. Selalu izin;
perkenanan; misal, dengan kebenaran yang dipertuan. 5. Jalan kebetulan; misal,
penjahat itu dapat dibekuk dengan secara kebenaran saja.
Cara untuk menemukan kebenaran berbeda-beda yaitu penemuan secara
kebetulan, penemuan“Coba dan Ralat” (Trial Dan Error), penemuan melalui
Otoritas atau Kewibawaan, Penemuan secara spekulatif, Penemuan Kebenaran
Lewat Cara Berpikir kritis dan Rasional dan Penemuan Kebenaran Melalui
Penelitian Ilmiah.
B. Saran
Dalam Penulisan Makalah ini tentunya masih banyak terdapat kesalahan
baik dalam segi penulisan maupum dalam segi susunan. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun dari para pembaca sangat kami harapkan demi
pembuatan makalah yang lebih baik lagi kedepannya.

7
DAFTAR PUSTAKA

Surajiyo. Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia. Jakarta: PT Bumi Aksara.


2010.

Hamami, Abas. Sekitar Masalah Ilmu. Surabaya: Bina Ilmu. 1980.

Anda mungkin juga menyukai