Anda di halaman 1dari 19

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Rumah Sakit adalah sarana pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

pelayanan perawatan perorangan secara menyeluruh yang menyediakan

pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat (Permenkes, 2016).

Sebagai sarana komunikasi terbaik antara dokter yang meresepkan dan

apoteker, semua permintaan tertulis pada resep harus dapat dibaca dengan jelas,

diberi tanggal dan waktu, dan ditandatangani dengan jelas. Beberapa jenis

kesalahan peresepan yang umum antara lain tulisan yang tidak terbaca,

kecerobohan dalam memberikan informasi yang dibutuhkan, dan perumusan

resep yang tidak memenuhi kriteria spesifik pasien (Katzing, 2013).

Dalam Permenkes RI No.72 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Resep

Obat di Rumah Sakit disebutkan bahwa resep adalah permintaan tertulis dari

dokter atau dokter gigi kepada apoteker untuk menyerahkan obat kepada pasien,

baik dalam bentuk kertas maupun elektronik. memberikan Sesuai dengan

ketentuan yang berlaku. Tinjauan resep atau yang biasa dikenal dengan

skrining resep adalah kegiatan apoteker dalam meninjau resep, termasuk kontrol

pra resep, penelitian farmasi. Tujuannya adalah untuk memastikan keamanan


dan kemanjuran obat resep saat digunakan oleh pasien dan untuk

memaksimalkan tujuan pengobatan. Apoteker berperan dalam aspek

administrasi dan aspek farmasi klinik farmasi. Salah satu peran dalam aspek

farmasi klinik adalah perlunya melakukan evaluasi (skrining) terhadap resep

yang diterima (Rokhman, 2020).Skrining resep dilakukan untuk Menghindari

Kesalahan Pengobatan (Depkes RI, 2008)

Kajian peresepan atau skrining resep Menurut (Departemen Kesehatan RI,

2006), kajian peresepan yang dilakukan apoteker meliputi persyaratan

administrasi dan kesesuaian obat. Aspek administrasi meliputi nama dokter, SIP

dan alamat, tanggal resep, tanda tangan/inisial penulis resep, nama pasien,

alamat, umur, jenis kelamin dan berat badan, nama obat, khasiat, dosis, jumlah

yang diminta, penggunaan yang jelas dan informasi lainnya. Kompatibilitas

farmasi meliputi kesesuaian dengan bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas,

tolerabilitas, cara pemberian dan lama pemberian.

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya oleh Fitoria et al., berbagai

penelitian menunjukkan bahwa masih banyak kasus administrasi dan

kefarmasian yang belum berkembang di Indonesia. (2020) Hasil yang sangat

tinggi yaitu 73% (584 resep) dari penelitian terhadap 800 lembar resep

menunjukkan data yang tidak lengkap tentang pengelolaan resep pasien.

Berdasarkan kelengkapan data obat, peresepan terdiri dari tiga aspek yaitu

ketepatan dosis obat dan frekuensi pemberian dosis, gambaran dosis dan cara

pemberian, dan profil peresepan. Mengenai penulisan, dosis, ketepatan dosis,


dan frekuensi pemberian dosis dijelaskan dengan jelas, dan ketepatan dosis

dosis adalah 92,88%, dan frekuensi pemberian dosis adalah 58,5%. Untuk

keterangan obat yang jelas, keterangan cara pemberian obat yang tidak benar

mengakibatkan lebih besar 50,12% (401 resep) daripada keterangan bentuk

sediaan yang tidak jelas sebesar 36,25% (290 resep). Ada juga tingkat perancu

13,25% (106 resep) untuk hasil profil resep.

Penelitian lain menunjukkan bahwa dalam pembuatan resep sering terjadi

ketidaksesuaian mengenai kelengkapan administrasi, seperti tanggal resep, SIP,

alamat dokter, inisial dokter, keunikan bentuk sediaan, dll. Tidak adanya

tanggal penerbitan dan inisial dokter menimbulkan keraguan atas keabsahan

atau keaslian resep tersebut (Rahmawati, 2002).

Oleh karena itu, dari uraian di atas dapat diajukan suatu penelitian yang

berjudul “Evaluasi Skrining Kelengkapan Resep di Rumah Sakit Lakipadada

Periode Tahun 2022”. peneliti ingin meneliti terkait dengan skrining resep yang

di harapkan dapat membantu kualitas pelayanan di Rumah Sakit Lakipadada

1.2 RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana kelengkapan resep

dalam aspek administratif dan aspek farmasetika di rumah sakit lakipadada


1.3 TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari skripsi ini adalah untuk menjawab dari rumusan masalah yang

tersebut yaitu:Untuk mengetahui kelengkapan resep dalam aspek administratif

dan aspek farmasetika di rumah sakit lakipadada

1.4 MANFAAT PENELITIAN

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Diharapkan untuk dapat menambah ilmu pengetahuan dalam bidang

kefarmasian pada penulisan resep yang baik dan benar sesuai dengan

peraturan yang berlaku

2) Sebagai bahan masukkan bagi instalasi farmasi rumah sakit lakipadada dalam

upaya meningkatkan mutu pelayanan resep kepada pasien .

1.5 BATASAN MASALAH

Agar penelitian ini dapat dilakukan dengan baik dan mendalam maka penulis

merasa permasalahan penelitian yang diangkat perlu dibatasi variabelnya yaitu

pada penelitian ini hanya meneliti evaluasi kelengkapan resep berdasarkan

aspek administratif dan farmasetik pasien serta hubungan kelengkapan resep

terhadap pasien dalam skrining resep di rumah sakit lakipadada. Data yang

digunakan dalam penelitian ini berasal dari resep pasien di Oleh sebab itu,

peneliti membatasi diri hanya berkaitan dengan “Evaluasi Skrining


Kelengkapan Resep Pasien Aspek Administratif dan Farmasetik Pasien di

rumah sakit lakipadada”

Indikator Standar yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan Peraturan

Kementrian Kesehatan No. 26 Tahun 2020, tentang Standar Pelayanan

Kefarmasian Dirumah sakit dimana kegiatan pengkajian resep dimulai dari

persyaratan administrasi (nama pasien, nama dokter, alamat, paraf dokter, umur,

berat badan, jenis kelamin, tanggal resep), persyaratan farmasetik (bentuk

sediaan, kekuatan sediaan, dosis dan jumlah obat)


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 RUMAH SAKIT

2.1.1 Pengertian Rumah Sakit

Rumah sakit adalah salah satu institusi kesehatan yang di dalamnya

dilakukan upaya medis dengan memberdayakan berbagai tenaga terlatih dan

terlatih dalam menangani dan menangani masalah medis untuk memulihkan dan

memelihara kesehatan (Siregar, 2004).

Seluruh inisiatif kesehatan kami merupakan kegiatan untuk

memelihara dan meningkatkan kesehatan guna mencapai kondisi kesehatan

yang optimal di wilayah tersebut. Upaya kesehatan bersifat holistik, terpadu

dan berkesinambungan, dengan pendekatan konservasi, peningkatan

kesehatan (promotion), pencegahan penyakit (prevention), pengobatan

penyakit (treatment), dan pemulihan kesehatan (rehabilitasi).(Siregar, 2004).

2.1.2 Tugas Rumah Sakit


Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

983/Menkes/SK/XI/1992, tugas rumah sakit umum adalah menyelenggarakan

upaya penyembuhan dan pemeliharaan dalam lingkungan yang serasi. Upaya

dan metode terpadu untuk meningkatkan, mencegah dan menegakkan rujukan

(Siregar, 2004).

2.1.3 Fungsi Rumah Sakit

Rumah sakit memiliki empat fungsi dasar dimana meliputi perawatan

pasien, pendidikan, penelitian, dan kesehatan masyarakat. Keempat fungsi

tersebut dapat dibagi menjadi pelayanan medis, pelayanan penunjang medis

dan non medis, pelayanan dan asuhan keperawatan, pendidikan dan pelatihan

dan pengembangan, pelayanan rujukan upaya kesehatan, administrasi umum,

dan keuangan.

2.1.4 Rumah Sakit Umum Daerah Lakipadada Tana Toraja

Rumah Sakit Umum Daerah Lakipadada merupakan Rumah

Sakit milik Pemerintah Kabupaten Tana Toraja yang berlokasi di jalan

pongtiku kelurahan . kelurahan bungin ,kecamatan makale dan setelah

pemekaran berganti nama menjadi Kelurahan Tambunan Kecamatan

Makale yang berjarak lebih kurang 6 km dari ibukota kabupaten

dengan luas tanah 47,557 m2. Rumah Sakit ini menjadi pusat rujukan

dari puskesmas yang berada di wilayah kabupaten Tana Toraja.


RSUD lakipadada dibangun pada tahun 1987 atas bantuan

bank dunia. Kegiatan pelayanan kesehatan diawali dengan rawat jalan

pada bulan januari 1987 dan dilanjutkan dengan rawat inap pada bulan

april 1989. Diresmikan pada tanggal 18 januari 1990 oleh Menteri

Kesehatan RI menjadi Rumah Sakit Umum Kelas D dengan kapasitas

50 tempat tidur . berdasarkan Keputusan Mentri Kesehatan RI Nomor

397/MENKES/SK/IV/94, tanggal 28 april 1994 di tingkatkanmenjadi

Rumah Sakit Umum Kelas C dengan kapasitas 54 temapt tidur.

Untuk meningkatkan pelayanan kesehatan tahun 1996,1997

diadakan gedung penambahan perawatan kelas utama ( VIP ) atas

bantuan dana dari APBN,APBN TK 1 dan 2 . tahun 2003 dibangun

ruang perawatan anak dan bedah dengan kapasitas 48 tempat tidur .

tahun 2003 diangkat menjadi badan pengelola RSUD Lakipadada

sesuai surat keputusan Bupati Tana Toraja Nomor 852-21-6 pada

tanggal 14 februari 2002 . kemudian terakreditasi 5 pelayanan

( administrasi , pelayanan medik , rekam medik, UGD, dan

Keperawatan ) pada tanggal 8 februari 2008.

Pada bulan desember tahun 2011 dengan berpedoman pada

peraturan pemerintah nomor 41 tahun 2010 tentang struktur

kelembangan berubah menjadi Rumah Sakit Umum Daerah

Lakipadada . pada bulan februari tahun 2012 diadakan penambahan


gedung perawatan utama krisan dengan kapasitas 9 tempat tidur ,

selanjutnya pada bulan desember 2013 diadakan penambahan gedung

perawatan utama Pinang dengan kapasitas 17 tempat tidur.

2.1.5 Visi , Misi dan Motto

2.1.5.1 Visi

Terwujudnya pelayanan bermutu dan terjangkau

2.1.5.2 Misi

1) Meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit

2) Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana

rumah sakit

3) Meningkatkan kemampuan profesional medis , para medis ,

dan non medis

2.1.5.3 Motto

“ Hari ini baik , besok lebih baik “

2.2 RESEP

2.2.1 Defenisi Resep

Resep adalah permintaaan tertulis dari seorang Dokter, Dokter gigi,

Dokter Hewan yang diberi Izin berdasarkan peraturan perundang undangan


yang berlaku kepada Apoteker pengelola Apotik untuk menyiapkan dan atau

pasien. Resep asli tidak boleh diberikan kembali setelah obatnya diambil oleh

pasien, hanya dapat diberikan copy resep atau salinan resepnya (Syamsuni,

2006).

2.2.2 skrining resep

Pengkajian resep atau skrining resep dilakukan untuk menganalisa

adanya masalah terkait obat, apabila ditemukan suatu masalah terkait obat

harus dikonsultasikan terlebih dahulu kepada dokter penulis resep. Skrining

resepe dilakukan oleh seorang apoteker meliputi persyaratan administrasi,

farmasetik, dan klinis baik untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan

(Permenkes, 2016).

a. Persyaratan administratif meliputi :

a) Nama pasien, umur, jenis kelamin dan berat badan;

b) Nama dokter, nomor Surat Izin Praktik (SIP), alamat, nomor

telepon

dan paraf;

c) Tanggal penulisan resep;

d) Ruangan asal/ unit asal resep.

b. Kesesuaian farmasetik meliputi:


a) Nama obat, bentuk dan kekuatan sediaan;

b) Dosis dan jumlah obat;

c) Stabilitas;

d) Aturan dan cara penggunaan.

c. Kesesuaian klinis meliputi:

a) Ketepatan indikasi, dosis obat, dan waktu penggunaan obat;

b) Duplikasi pengobatan;

c) Reaksi obat yang tidak diinginkan (alergi, efek samping obat,

manifestasi klinis lain);

d) Kontra indikasi – Interaksi.

Pelayanan resep dimulai dengan penerimaan, pemeriksaan persediaan,

pengeluaran, penyiapan alat kesehatan, dan perbekalan kesehatan (BMHP).

Kami berusaha keras untuk mencegah kesalahan pengobatan di setiap tahap

alur layanan pemberian, termasuk pemberian, pengujian, pengiriman, dan

penyediaan informasi yang menyertainya.

2.2.3 Kelengkapan Resep

Resep yang lengkap memuat hal-hal sebagai berikut: (Anief, M, 2000)


1. Nama, alamat, dan nomor izin praktek dokter, dokter gigi atau dokter

hewan.

2. Tanggal penulisan resep (inscriptio).

3. Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep (invocatio).

4. Nama setiap obat dan komposisinya (praescrippio/ordonatio).

5. Aturan pemakaiain obat yang tertulis (signatura).

6.Tanda tangan atau paraf dokterr penulis resep sesuai dengan

peraturanperundang-undangan yang berlaku (subscriptio).

7. Jenis hewan serta nama dan alamat pemiliknya untuk resep dokter hewan.

8. Tanda seru atau paraf dokter untuk setiap resep yang melebihi dosis

maksimalnya.

2.2.4 Format Penulisan Resep

Resep harus ditulis dengan lengkap, supaya dapat memenuhi syarat

untuk dibuatkan obatnya di apotik. Resep yang lengkap terdiri dari :

(Syamsuni, 2006)

1. Inscriptio:Nama dokter, No.SIP, alamat/No.telepon/kota/tempat/tanggal

penulisan resep. Sebagai identitas dokter penulis resep.format inscription


suatu resep dari rumah sakit sedikit berbeda dengan resep pada praktek

pribadi.

2. Invocation:Permintaan tertulis dokter dengan singkatan latin “R/= recipe”

artinya ambillah atau berikanlah, sebagai kata pembuka komunikasi dengan

apoteker di apotek.

3. Prescriptio/Ordonatio:Nama obat dan jumlah obat serta bentuk sediaan

yang diinginkan.

4. Signatura:yaitu tanda cara pakai, regimen dosis pemberian, rute dan

interval waktu pemberian harus jelas untuk keamanan penggunaan obat dan

keberhasilan terapi.

5. Pro (Peruntukan):dicantumkan nama dan umur pasien, teristimewanya

untuk obat narkotika.

2.3 EVALUASI

2.3.1 Defenisi evaluasi

Evaluation berasal dari bahasa inggris evaluator yang berarti evaluasi

atau penilaian. Penilaian adalah kegiatan yang disengaja dengan peralatan

yang digunakan untuk memeriksa kondisi suatu objek dan hasilnya

dibandingkan dengan tolok ukur untuk menarik kesimpulan. (Thoha, Miftah.

2003) Evaluasi adalah proses penentuan kondisi dimana tujuan telah tercapai.
Evaluasi adalah proses mengumpulkan dan memahami informasi serta

mengkomunikasikan hasil dari informasi tersebut kepada pengambil

keputusan. Ini berpendapat bahwa salah satu tujuan evaluasi adalah untuk

mengumpulkan informasi, mengukur kinerja, dan mengevaluasi kegunaan

objek evaluasi dalam kaitannya dengan metrik, tujuan, atau kriteria objek

evaluasi) dan mencocokkan. (Wirawan. 2011) (prescrippio/ordonatio).

Dari berbagai pendapat di atas, evaluasi adalah kegiatan yang

disengaja untuk memahami keadaan suatu objek, dengan menggunakan cara-

cara yang berkaitan dengan indikator, tujuan, akibat dari objek yang akan

dievaluasi, atau dengan mengkomunikasikan informasi tentang objek yang

akan dievaluasi. itu Menjanjikan. Subyek penelitian ini adalah aspek

administrasi skrining integritas resep rawat jalan di Rumah Sakit Lakipadada..

Oleh karena itu, peneliti harus memastikan bahwa penilaian

skriningmerupakan cara yang tepat untuk melihat sejauh mana tingkat

integritas yang dicapai Rumah Sakit Lakipadada


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif karna

menggambarkan skrining resep meliputi kelengkapan resep administrasi,

farmasetik dan klinis . pengumpulan data dilakukan secara retrospektif

berdasarkan resep terdahulu di Rumah Sakit Lakipadada

3.2 Tempat dan waktu penelitian

3.2.1 Tempat penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di RSUD Lakipapadada Tana Toraja

3.2.1 Waktu Penlitian

Penelitian dilakukan pada mulai november 2022 hingga waktu yang di

tentukan
3.3 populasi dan sampel

3.3.1 Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah resep di RSUD lakipadada

3.3.2 Sampel

Pada penelitian ini menggunakan simpel random sampling . Simple

Random Simpling yaitu teknik pengambilan sampel dari anggota populasi

secara acak tanpa memperhatikan strata dalam populasi tersebut, yang dimana

diasumsikan populasi yang diambil homogen yaitu. Penentuan sampel

menurut Notoadmojo 2010, dengan menggunakan rumus Slovin:

n :Jumlah sampel yang akan diteliti

N :Jumlah Populasi

d :Batas toleransi kesalahan pengambilan sampel yang digunakan

( presisi yang ditetapkan 0.1)

3.4 Sumber dan Teknik pengumpulan data

3.4.1 Sumber data

Sumber data yaitu data sekunder diperoleh dari data yang sudah ada atau sudah

dikumpulkan oleh pihak RSUD Lakipadada Tana Toraja di ruang farmasi.


3.4.2 Pengumpulan Data

a. Peneliti membuat jadwal untuk mendatangi RSUD lakipadada Tana Toraja

guna melakukan penelitian.

b. Peneliti memperoleh resep dokter yang sudah dikumpulkan oleh pihak

RSUD Lakipadada Tana Toraja kemudian dilakukan Random sampling

dengan jumlah sampel yang telah ditentukan peneliti menggunakan rumus

Slovin.

3.5 Pengolahan Data dan Aalisis data

3.5.1 Pengolahan data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan tahapan sebagai

sebagai skrining resep , mengamati aspek administrasi , aspek farmasetik

Dan dikelompokkan dan dijumlahkan untuk mengetahui resep dokter yang

memenuhi Lengkap dan yang tidak lengkap.

3.5.2 Analisis Data

Hasil penelitian yang didapatkan dilakukan penilaian pada tiap aspek

dengan menggunakan skala Guttman yaitu mendapatkan jawaban tegas

terhadap suatu permasalahan yang dinyatakan seperti “Ya-Tidak” (Sugiono,

2013). Penilaian diberikan dengan skor (1) untuk resep yang lengkap dan skor

(0) untuk resep yang tidak lengkap. Data yang diperoleh kemudian dilakukan

analisis, analisis data digunakan menggunakan program Microsoft Office


Excel 2007. Peneliti memperoleh hasil akhir berupa persentase jumlah resep

yang dalam menentukan kelengkapan resep.

DAFTAR PUSTAKA

1. Akbar, Ali., 2017, ‘Gambaran Kelengkapan Administrasi Resep

JKN di Rumah Sakit Pekauman Banjarmasin Tahun 2019’, Karya

Tulis Ilmiah, Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin, Banjarmasin.

2. Bilqis, S.U., 2019, ‘Kajian Administrasi, Farmasetik, dan Klinis

Resep Pasien Rawat Jalan di Rumkital Dr. Mintohardjo pada

Bulan Januari 2019’, Skripsi, Universitas Islam Negeri Jakarta,

Jakarta.

3. Dharmawati, A.N., 2010, ‘Skrining Resep Pada Pasien Anak Di

Apotek Wilayah Kabupaten Sukoharjo Periode Bulan Agustus-


Oktober 2009’, Skripsi, Universitas Muhammadiyah Surakarta,

Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai