Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Hadits merupakan sumber hukum Islam kedua setelah Al-Qur’an. Hadits merupakan
penjabaran dari isi-isi Al-Quran,melalui bahasa yang bisa dipahami oleh umat.Itu sebabnya
ada banyak ahli hadits yang memberikan kontribusinya buat hal ini. Hadist itu sumber kedua
yang wajib kita amalkan seperti Al Qur’an. Hadist merupakan ilmu yang wajib kita amalkan
karena sunnah. Dengan hadist juga memperindah hidup kita dan membantu kita agar kita
lebih mencintai Allah dan Rasulullah.
Hadits sangat penting dipelajari dan diamalkan, guna mengatur tatanan kehidupan
dalam hubungan kepada Allah, hubungan kepada manusia, dan hubungan kepada alam.
Hadits yang mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya adalah tentang
perkawinan, karena perkawinan menyatukan dua insan untuk menjadi sebuah keluarga. Oleh
karena itu, dalam makalah ini akan membahas tentang hadits yang menganjurkan menikah,
pernikahan yang dilarang, wali dan mahar.
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Hadits Tentang Penikahan adalah Sunnah Nabi


‫صلّى هَّلل‬َ ‫سَألُ ْونَ عَنْ ِعبَا َد ِة النَّبِ ُّي‬ ْ َ‫سلَّ ُم ي‬
َ ‫صلّى هَّلل َعلَ ْي ِه َو‬ َ ‫اج النَّبِ ُّي‬ ِ ‫ت َأ ْز َو‬ ِ ‫س ْب ِن َما لِ ٍك يَقُ ْو ُل َجا َء ثَاَل ثَةُ َر ْه ٍط ِإلَى بُيُ ْو‬ ٍ َ‫عَنْ َأن‬
‫سلَّ ُم قَ ْد ُغفِ َرلَهُ َما تَقَ ّد َم ِمنْ َذ ْنبِ ِه َو َما‬ َ ‫صلّى هَّلل َعلَ ْي ِه َو‬ َ ‫سلَّ ُم فَلَ َّما اُ ْخبِ ُر ْوا َكَأنَّ ُه ْم تَقَالُّوهَا فَقَالُ ْوا َوايْنَ نَ ْحنُ ِمنَ النَّبِ ُّي‬ َ ‫َعلَ ْي ِه َو‬
‫سا َء فَالَ َأتَزَ َّو ُج‬ َ ِّ‫آخ ُر َأنَا َأ ْعتَ ِز ُل الن‬ َ ‫ص ْو ُم ا َّده َْر َوالَ ُأ ْف ِط ُر َوقَا َل‬ ُ ُ‫آخ ُر َأنَ فََأنَا ا‬ َ ‫ َوقَا َل‬,‫صلِّى الَّ ْي ِل َأبَدًا‬ َ ُ‫تََأ َّخ َر قَا َل اَ َح ُد ُه ْم َأ َّما َأنَا فََأنَاا‬
‫ص ْو ُم‬ ُ ‫صلّى هَّلل َعلَ ْي ِه فَقَا َل َأ ْنتُ ُم الَّ ِذيْنَ قُ ْلتُ ْم َك َذا َو َك َذا َأ َم َوهَّللا ِ اِنِّى َأَل ْخشَا ُك ْم هَّلل ِ َواَ ْتقَا ُك ْم لَهُ لَ ِكنِّى َأ‬ ُ ‫اَبَدًا فَ َجا َء اِلَي ِه ْم َر‬
َ   ِ ‫س ْو ُل هَّللا‬
‫س ِمنِّى‬ َ
َ ‫سنَّتِى فلَ ْي‬ ُ ْ‫سا َء ف َمنْ َر ِغ َب عَن‬ َ ‫َأ‬ ُ
َ ِّ‫صلِّى َواَ ْرق ُد َو تَ َز َّو ُج الن‬ َ ‫واُ ْف ِط ُر َوُأ‬.َ
Artinya :
885. Dari Anas bin Malik r.a. Katanya ada tiga orang laki-laki datang berkunjung kerumah
isteri-isteri Nabi saw. bertanya tentang ibadat beliau. Setelah diterangkan kepada mereka,
kelihatan bahwa mereka menganggap bahwa apa yang dilakukan Nabi itu terlalu sedikit.
Mereka berkata, "Kita tidak bisa disamakan dengan Nabi. Semua dosa beliau yang telah lalu
dan yang akan datang telah diampuni Allah". Salah seorang dari mereka berkata "Untuk
saya, saya akan selalu sembahyang sepanjang malam selama-lamanya". Orang kedua
berkata, "saya akan berpuasa setiap hari, tidak pernah berbuka". Orang ketiga berkata, "Saya
tidak akan pernah mendekati wanita. Saya tidak akan kawin selama-lamanya."   Setelah itu
Rasulullah datang. Beliau berkata, "Kamukah orangnya yang berkata begini dan begitu?
Demi Allah! Saya lebih takut dan lebih bertakwa kepada Tuhan dibandingkan dengan kamu.
Tetapi saya berpuasa dan berbuka. Saya sembahyang dan tidur, dan saya kawin. Barangsiapa
yang tidak mau mengikuti sunnahku, tidak termasuk ke dalam golonganku.[1]

Penjelasan  Hadits
Hadits di atas menjelaskan tentang semangat para sahabat dalam melakukan ibadah
dan mendekatkan diri kepada Allah SWT sehingga mereka ingin menanyakan secara
langsung perihal ibadah Rasulullah saw. Kepada istri beliau. Namun ketika diberitahu
tentang ibadah beliau, mereka merasa bahwa amalan tersebut tidaklah berat menurut
mereka. Tidak disebutkan secara jelas bagaimana mereka menyatakan ketidakberatan itu.
Namun tampak dari perkataan mereka “ Dimana posisi kita dibandingkan Rasulullah saw.
yang telah diampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan yang akan datang?”. Lalu setiap
orang dair mereka bertekad untuk melakukan amalan-amalan berat.
Rasulullah saw. lalu menjelaskna posisi beliau sebagi seorang hamba yang paling
takut kepada Allah dan paling bertakwa kepada-Nya. Kemudian beliau meluruskan
kekliruan yang diyakini oleh para sahabatnya. Beliau menerangkan bahwa apa yang
disangka oleh para sahabatnya yaitu berupa menyiksa diri dengan beribadah tidaklah
dibenarkan dalam Islam, dan rasa takut kepada Allah tidak dikhusukan kepada orang-orang
yang berdosa saja. Bahkan orang-orang saleh justru memiliki rasa takut yang lebih besar
kepada Allah karena mereka memahami kedudukan Allah di mata mereka.
Ibadah bukan saja mewujudkan ungkapan dari rasa takut kepada Allah, namun juga
merupakan manifestasi rasa syukur terhadap nikmat-nikmat Allah.
Hadits tersebut memberikan motivasi bagi umat Nabi saw. untuk menikah karena
merupakan sunnah Nabi saw. Baliau begitu antusias menyuruh  umatnya untuk menikah,
sebab membujang dalam pandangan Islam tidak dianggap sebagai perilaku mulia, apalagi
dikait-kaitkan dengan kesucian seseorang dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah. Di
samping tugas-tugas kerasulannya, sebagai layaknya manusia biasa, beliau meluangkan
waktu untuk masalah pribadi (perkawinan) dan selalu mengingatkan sahabat-sahabatnya.
Pengingkaran terhadap sunnah beliau berisiko terlepas dari kumpulan umat beliau
sebagaimana hadits di atas.
Banyak sekali dalil-dalil hadits yang mengatakan hal tersebut di antaranya :
ْ َّ‫سن‬
 ‫تى‬ َ َ‫فَ ْليَت‬  ‫س ِمنِّى َو َمنْ َأ َحبَّنِى‬
ُ ِ‫سنَّ ب‬ َ ‫سنَّتِى فَلَ ْي‬
ُ ْ‫سنَّتِى فَ َمنْ َر ِغ َب عَن‬ ُ ‫اَلنِّ َك‬.   
ُ ‫اح‬
Artinya :
“Nikah itu adalah sunnahku,barang siapa yang benci terhadap sunnahku, dia bukan
umatku, barang siapa yang mencintaiku, maka laksanakanlah sunnahku.”[2]
B.     Hadits Tentang Anjuran Menikah
,ً‫اجة‬َ ‫ اِنَّ لِى ِألَيْكَ َح‬,‫ يَاَأ َب َع ْب ِد ال َّر ْح َم ِن‬: ‫ فَقَال‬,‫ ُك ْنتُ َم َع َع ْب ِد هًللْا ِ فَلَقِيَهُ ُع ْث َمانُ بِ ِمنَى‬: ‫ قَا َل‬,َ‫ عَنْ َع ْلقَ َمة‬.‫س ُع ْو ٍد‬ ْ ‫َح ِدىث َع ْب ِد هًللا ِ ْب ِن َم‬
ٌ‫اجة‬َ ‫س لهُ َح‬ َ َ ‫َأ‬ ‫َأ‬ َ ْ ُ ِّ ْ ‫َأ‬ ‫َأ‬
َ ‫ هَل ل َك يَا بَا َع ْب ِد ال َّر ْحم ِن فِى نْ تُ َز ِّو َج َك بِك ًرا تُذ ك ُر َك َما كنتَ تَع َه ُد ؟ فل َّما َر ى َع ْب ُد ِ نْ ل ْي‬: ُ‫ فَقَا َل ُع ْث َمان‬.‫فَ َحلَيَا‬
‫هَّللا‬ َ َ َ
‫ يَا‬,‫سلَّ ُم‬
َ ‫صلّى هَّلل َعلَ ْي ِه َو‬ َ ‫ لَقَ ْد قَا َل لَنَا النَّبِ ُّي‬, َ‫ َأ َما لَِئنْ قُ ْلتَ َذلِك‬: ‫ِإىفَا ْنتَ َهيْتُ اِ لَ ْي ِه َو ُه َو يَقُ ْو ُل‬  ُ‫ يَا َع ْلقَ َمة‬: ‫ فَقَا َل‬,‫ َأشَا َر ِإلَ َّي‬,‫ِإلَى َه َذا‬
‫ص ْو ِم فَِإ نَّهُ لَهُ ِو َجاء‬ َّ ‫ست َِط ْع فَ َعلَ ْي ِه بِال‬
ْ َ‫ َو َمنْ لَ ْم ي‬,‫ستَطَا َع ِم ْن ُك ُم ا ْلبَا ْءةَ فَ ْليَتَزَ َّو ْج‬
ْ ‫ب َم ِن ا‬ ِ ‫شبَا‬ َّ ‫َم ْعش ََر ا ل‬
Artinya :
884.  Alqamah berkata : ketika aku bersama Abdullah bin Mas’uud di Mina tiba-tiba
bertemu dengan Usman, lalu dipanggil : Ya Aba Abdirrahman, saya ada hajat padamu, lalu
berbisik keduanya : Usman berkata : Ya Aba Abdirrahman, sukakah anda saya kawinkan
dengan gadis untuk mengingatkan kembali masa mudamu dahulu. Karena Abdullah bin
Mas’uud tidak berhajat kawin maka menunjuk kepadaku dan dipanggil : Ya Alqamah, maka
aku datang kepadanya, sedang ia berkata : Jika anda katakan begitu maka Nabi saw.
bersabda kepada kami : Hai para pemuda siapa yang sanggup (dapat) memikul beban
perkawinan maka hendaklah kawin, dan siapa yang tidak  (Bukhari Muslim).[3]

Penjelasan Hadits
Rasulullah saw. Mengarahkan anjuran dan motivasi untuk menikah ini kepada
seluruh umatnya, khususnya para pemuda. Baliau bersabda, wahai segenap para pemuda”.
Kata “Ma’syar” yang berarti “segenap” menyiratkan makna kemanusiaan dan sosial yang
menjdai ciri masyrakat Islam. Beliau tidak menggunakan kata lain seperti “ Ya Ayyuha
Syabab” misalnya, kaya “Ma’syar” memilki nuansa cinta dan kasih sayang dalam komunitas
muslim. Hal ini merupakan salah satu bentuk kepedulian Islam terhadap persoalan para
pemuda, sehingga Islam memberikan perhatian yang khusu bagi mereka, yaitu anjuran untuk
segera menikah bag yang telah mampu.
“Barangsiapa belum mampu, hendaklah ia berpuasa”. Beliau menggunakan
kata  “Alaihi” yang berarti “hendaklah” unutk menyatakan makna banyak. Artinya,
“hendaklah ia memperbanyak bepuasa “. Beluai tidak menggunakan kata “Fal Yashum”
misalnya, yang berarti “berpuasalah”, karena kata itu bermakna puasa yang sehari atau dua
hari saja. Adapun kata “Alaihi Bishoum” bermakna memperbanyak berpuasa, karena puasa
mampu menahan gejolak syahwat.
Hadits di atas mengandung hukum-hukum yang sangat berkaitan dengan masalah
sosial diantaranya :
1.      Anjuran dan motivasi yang sangat kuat untuk menikah
2.      Hukum menikah bagi setiap orang berbeda-beda sesuai kondisinya.
3.      Menikah merupakan solusi yang tepat dalam mencegah tersebarnya penyakit
masyarakat, spserti perzinaan.
4.      Hadits tersebut juga menjadi renungan bagi para pemerhati masalah sosial agar
memeberikan perhatian yang serius kepada para pemuda, karena mereka merupakan
tulang punggung peradaban umat. Jika para pemuda di suatu komunitas baik, maka
baiklah urusan mereka.

C.    Hadits Tentang Larangan Nikah Mut’ah


‫ َوعَنْ َأ ْك ِل ا ْل ُح ُم ِر‬,‫ساء يَ ْو َم َخ ْيبَ َر‬
َ ِّ‫سلَّ ُم نَ َهى عَنْ ُم ْت َع ِة الن‬
َ ‫صلّى هَّلل َعلَ ْي ِه َو‬ ُ ‫ضى هَّللا ُ عنه َأنَّ َر‬
َ ِ ‫س ْو َل هَّللا‬ ٍ ِ‫َحديث َعلِّى ْب ِن َأبِى طَال‬
ِ ‫ب َر‬
ِ ‫ اْإِل ْن‬.
‫سيَّ ِة‬
Artinya :
889. Ali bin Abi Thalib r.a. berkata Rasulullah saw. telah melarang nikah mut'ah (kawin
untuk sementara waktu) pada waktu perang Khaibar, dan juga melarang makan daging himar
peliharaan. (Bukhari, Muslim).[4]
Penjelasan Hadits :
Kawin mut'ah itu terkenal dengan sebutan kawin sementara atau kawin kontrak.
Sedangkan pengertian kawin mut'ah itu adalah pernikahan dengan perjanjian. Misalnya bisa
sehari, satu minggu, satu bulan, satu tahun dan seterusnya sesuai dengan janjinya. Kemudian
arti mut'ah kawin hanya bersenang-senang saja.
Keempat mazhab bersepakat bahwa kawin mut'ah itu haram hukumnya. Apabila
dalam akad nikah itu disebut jangka waktu, maka akadnya itu menjadi batal dan tidak sah
lagi. Hubungan yang dinikahinya juga menjadi hubungan perzinaan.
Adapun alasannya diharamkannya adalah sebagai berikut :
a.       Tidak mendapat dukungan dari Al-Qur'an yang ada kaitannya dengan talak, iddah dan hukum
waris.
b.      Seluruh ulama empat mazhab telah melarang, kecuali kaum syi'ah yang mengizinkannya.
c.       Larangan Nabi saw. dalam sabdanya yang berbunyi :
"Hai segenap manusia, aku trlqh mengizinkannya kamu melakukan kawin mut'ah, maka
sesungguhnya Allah telah mengharamkannya sampai hari kiamat". (Riwayat Ibnu Majah).
d.      Kemudian tujuan dan maksud dari kawin mut'ah itu hanya untuk memuaskan nafsu
syahwatnya saja, tetapi bukan mendapatkan keturunan ataupun membangun rumah tangga.
e.       Sayyidina Umar bib Khattab ra. juga mengharapkan kawin mut'ah ketika khutbah di atas
mimbar dan para sahabat tidak ada yang menentangnya.

Kemudian juga ulama yang berpendapat dalam kitab tafsirnya : bahwa kawin mut'ah itu
diizinkan Nabi untuk masa tertentu dan tidak pernah dicabut (dimusnahkan). Lalu para penduduk
terdapat berkata "Apabila kawin mut'ah dimaksudkan untuk mencegah penyelewengan dan
perzinaan itu hukumnya diperbolehkan.
Hikmah dilarangnya perkawinan  mut'ah sangat banyak sekali. Bayangkan saja pasti
banyak orang tua yang tidak senang bila anak gadisnya dikawini secara mut'ah. Seolah-olah
wanita hanya diumpamakan seperti benda yang dipindahkan dari satu orang ke orang lainnya
hanya untuk tujuan kepuasan nafsu syahwatnya saja. Kemudian anak-anak yang
dihasilkannya akan terlantar.
Jadi perkawinan mut'ah itu hanya akan merusak sendi-sendi bangunan perkawinan.
Sedangkan perkawinan itu sendiri menurut Islam adalah ditujukan untuk memperoleh
ketenangan dan ketentraman, saling mencintai dan kasih sayang. Selain itu Islam juga
mengatur, bahwa thalaq itu berada ditangan suami. Lalu, mengapa mesti harus mengikat dan
mempersempit diri dengan keharusan thalaq dengan batas berakhirnya perkawinan mut'ah.[5]
Adapun larangan makan daging himar (keledai) peliharaan disebabkan bahwa daging
keledai itu adalah najis berdasarkan hadits berikut.
‫ صلى هللا عليه وسلم‬- ِ ‫ َأ َم َر َرسُو ُل هَّللَا‬,‫ لَ َّما َكانَ يَوْ ُم َخ ْيبَ َر‬- :‫ قَا َل‬- ‫ رضي هللا عنه‬- ‫ك‬ ِ ‫ع َْن َأن‬
ٍ ِ‫َس ْب ِن َمال‬
‫َأْل‬ ْ ِ ‫ "ِإ َّن َ َو َرسُولَهُ يَ ْنهَيَانِ ُك ْم ع َْن لح‬:‫فَنَادَى‬ ,َ‫َأبَا طَ ْل َحة‬
ٌ َ‫ ُمتَّف‬- " ٌ‫ فَِإنَّهَا ِرجْ س‬,‫ُوم اَل ُح ُم ِراَ ْهلِيَّ ِة‬
- ‫ق َعلَيْه‬ ُ ‫هَّللَا‬

Artinya : Dari Anas bin Malik r.a., beliau berkata : Pada ketika perang Khaibar, Rasulullah
SAW memerintah Abu Thalhah untuk menyeru, “Sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya
melarang kalian memakan daging keledai kampung, karena ia adalah najis. (Muttafaqun
‘alaihi).

D.    Hadits Tentang Memilih Calon Isteri


َ ‫سلَّ ُم قَا َل تُ ْن َك ُح الِ َم ْرَأةُ َأِل ْربَ ٍع لِ َمالِ َها َولِ َح‬
ِ ‫سبِ َها َو َج َمالِهَ َولِ ِد ْينِ َها فا ْظفُ ْر بِ َذا‬
ْ‫ت ال ِّد ْي ِن ت َْربِت‬ َ ‫عَنْ َأبِى ُه َريِرةَ َع ِن النّبِ ِّي‬
َ ‫صلّى هَّلل َعلَ ْي ِه َو‬
َ‫ َيدَاك‬.
Artinya :
1588. Dari Abu Hurairah r.a. Rasulullah saw. bersabda : "wanita dikawini karena empat hal :
karena harta bendanya, karena status sosialnya, karena keindahan wajahnya, dan karena
ketaatannya kepada agama. Pilihlah wanita yang taat kepada agama, maka kamu akan
berbahagia. (Shahih Bukhari) [6]

Penjelasan Hadits :
Hadits tersebut menunjukkan bolehnya menikahi wanita karena orientasi apapun, baik
itu yang bersifat duniawi maupun ukhrowi, karena redaksi hadits tersebut merupakan bentuk
ikhbar (pemberitahuan) sebagaimana dikatakan oleh Imam Al-Qurtubhi. Artinya, keempat
faktor itulah yang menjadi motivasi utama dinikahinya wanita. Jadi, hadits tersebut berbicara
realita. Akan tetapi disitu terdapat suatu himbauan bagi para pria agar lebih mengutamakan
faktor agamanya. Hadits diatas menjadi panduan bagi para pria dalam memilih calon
pendamping hidupnya. Dimana seorang laki-laki tidak seharusnya menjatuhkan pilihannya
dikarenakan faktor duniawi semata, melainkan perlu dipertimbangkan juga faktor komitmen
agamanya.bahkan itulah yang harus diprioritaskan sebagimana ditegaskan dalam hadits lain
yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, “Janganlah kalian menikahi wanita karena
kecantikannya, karena boleh jadi kecantikanya akan mencelakakannya. Jangan pula karena
hartanya, karena boleh jadi hartanya akan menjadikannya melampaui batas. Akan tetapi,
nikahilah mereka karena agamanya. Sungguh seorang budak wanita yang telinganya sobek
(maksudnya buruk rupa) yang memiliki (komitmen) agama itu lebih utama.
Hadits tersebut juga berisi anjuran agar mencari pasangan yang berasal dari keturunan
yang baik. Namun jika faktor keturunan bertentangan dengan faktor agama, maka yang harus
diutamakan adalah faktor agama. Begitu juga dengan faktor lainnya, jika bertentangan satu
sama lain, maka yang harus didahulukan adalah faktor agamanya.[7]

E.     Hadits Tentang Mahar


‫سى‬ ِ ‫َب لَكَ نَ ْف‬ َ ‫س ْو ُل هَّللا ِ ِجْئتُ َأِل ه‬ ُ ‫سلَّ ُم فَقَالَتْ يَا َر‬ َ ‫صلّى هَّلل َعلَ ْي ِه َو‬ َ ِ ‫س ْو ُل هَّللا‬ ُ ‫ت ا ْم َرَأةٌ ِإلَى َر‬ ِ ‫ي قَا َل َجا َء‬ ِّ ‫سا ِع ِد‬ َّ ‫س ْع ٍد ال‬
َ ‫س ْه ِل ْب ِن‬ َ ْ‫عَن‬
‫سهُ فَلَ َّم‬ ‫ْأ‬ ‫ر‬ ‫م‬َّ
َ َ ُ َ َ ْ ‫ل‬‫س‬ ‫و‬ ‫ه‬ ‫ي‬َ ‫ل‬ ‫ع‬
َ ‫هَّلل‬ ‫ى‬ّ ‫ل‬ ‫ص‬ ‫هَّللا‬
َ ِ ُ ُْ َ ‫ل‬‫و‬‫س‬ ‫ر‬ ‫ًأ‬َ
‫ط‬ ‫ْأ‬َ
‫ط‬ ‫م‬ ُ ‫ث‬ ‫ه‬ ‫ب‬ ‫و‬‫ص‬ ‫و‬
َّ ُ َ َّ َ َ َ ْ ِ َ ‫ا‬‫ه‬ ‫ي‬‫ف‬ ‫ر‬ َ ‫ظ‬ َّ ‫ن‬ ‫ال‬ ‫د‬
َ ‫ع‬ ‫ص‬ َ ‫ف‬ ‫م‬ َّ
َّ َ ُ َ َ ِ ْ‫ل‬‫س‬ ‫و‬ ‫ه‬ ‫ي‬ َ ‫ل‬‫ع‬َ ‫هَّلل‬ ‫ى‬ ّ ‫ل‬ َ ِ ُ ْ ُ َ َ ْ ‫قَا َل فَنَ َ ِإ‬
‫ص‬ ‫هَّللا‬ ‫ل‬‫و‬‫س‬ ‫ر‬ ‫ا‬ ‫ه‬ ‫ي‬َ ‫ل‬ ‫ر‬ َ ‫ظ‬
‫اجاةٌ فَ َز ِّو ْجنِ ْي َها فَقَا َل‬ َ ‫س ْو ُل هَّللا ِ اِنْ لَ ْم يَ ُكنْ لَكَ بِ َها َح‬ ُ ‫ص َحابِ ِه فَقَا َل يَا َر‬ ْ َ‫ستْ فَقَا َم َر ُج ٌل ِمنْ ا‬ ‫ًأ‬
َ َ‫ش ْي َجل‬ َ ‫ض فِ ْي َها‬ ِ ‫ت ا ْل َم ْرَأةُ اَنَّهُ لَ ْم يَ ْق‬
ِ ‫َرَأ‬
ُ‫َب ثُ َّم َر َج َع فَقَا َل الَ َوهَّللا ِ َما َو َجدْت‬ َ ‫ش ْيًأ فَ َذه‬ َ ‫ فَقَا َل ْاذه َْب ِإلَى َأ ْهلِ َك فَا ْنظُ ْر َه ْل تَ ِج ُد‬,ِ ‫س ْو َل هَّللا‬ ُ ‫ش ْيٍئ ؟ قَا َل الَ َوهَّللا ِ يَا َر‬ َ ْ‫َو َه ْل ِع ْن َد َك ِمن‬
‫س ْو َل هَّللا ِ َوالَ َخاتَ ًما ِمنْ َح ِد ْي ٍد‬ ُ ‫ار‬َ ‫َب ثُ َّم َر َج َع الَ َوهَّللا ِ َي‬ َ ‫سلَّ ُم ا ْنظُ ْر َولَ ْو َخاتَ ًما ِمنْ َح ِد ْي ٍد فَ َذه‬ َ ‫صلّى هَّلل َعلَ ْي ِه َو‬ َ ‫س ْو َل هَّللا‬ ُ ‫ فَقَال َر‬, ‫ش ْيًأ‬ َ
ْ‫ستَهُ لَ ْم يَ ُكن‬ ْ ِ‫َصنَ ُع بِِإ َزا ِركَ ؟ ِإنْ لَب‬ ْ ‫سلَّ ُم َمات‬ َ ‫صلّى هَّلل َعلَ ْي ِه َو‬ َ ِ ‫س ْو ُل هَّللا‬ ُ ‫ فَقَا َل َر‬.ُ‫صفُه‬ ْ ِ‫س ْه ٌل َمالَهُ ِردَا ٌء) فَلَ َها ن‬ َ ‫َولَ ِكنْ َه َذا ِإ َزا ِرى (قَا َل‬
‫صلّى هَّلل َعلَ ْي ِه‬ َ ِ ‫س ْو ُل هَّللا‬ ُ ‫ فَ َراَهُ َر‬, ‫ ثُ َّم قَا َم‬.ُ‫سه‬ ُ ِ‫س ال َّر ُج ُل َحتَّى اِ َذا طَا َل َم ْجل‬ َ َ‫فَ َجل‬  , ‫شيٌْئ‬ َ َ‫ستَهُ لَ ْم يَ ُكنْ َعلَيْك‬ ْ ِ‫وِإنْ لَب‬, َ ‫شيٌْئ‬ َ ُ‫َعلَ ْي َها ِم ْنه‬
َ ‫ُأ‬ ْ َ َ
‫س ْو َرة كذا َع َّد َدهَا فقا َل تَق َر هُنَّ عَنْ ظ ْه ِر‬ َ َ ُ َ َ
ُ ‫س ْو َرة كذا َو‬ُ َ ْ َ َ َ
ُ ‫ َم َعكَ ِمنَ الق ْرا ِن قا َل َم ِع َى‬  ‫ف َم َربِ ِه فد ُِع َى فل َّما َجا َء ق َل َماذا‬  ‫سلَّ ُم ُم َولِّيًا‬
َ ُ َ َ ‫ََأ‬ َ ‫َو‬
‫ قَ ْلبِ َك قَا َل نَ َع ْم قَا َل ْاذه َْب فَقَ ْد َملَ ْكتُ َك َها بِ َما َم َع َك ِمنَ ا ْلقُ ْراَ ِن‬.   
Artinya :
898. Dari Sahl bin as-Sa'idi r.a.,katanya : Ada seorang wanita datang kepada Rasulullah saw.
dengan berkata "Ya Rasulullah! Saya datang untuk menyerahkan diri kepada tuan (untuk
dijadikan isteri)." Rasul memandang wanita itu dengan teliti, lalu beliau menekurkan kepala.
Ketika wanita itu menyadari bahwa Rasul tidak tertarik kepadanya, maka ia pun duduk. Lalu
salah seorang sahabat beliau berdiri dan berkata. "Ya Rasulullah! seandainya tuan tidak
membutuhkannya, kawinkanlah dia dengan saya." Rasul bertanya  "Adakah engkau
mempunyai sesuatu?" Jawab orang itu. "Demi Allah, tidak ada apa-apa, ya Rasulullah."
Rasul berkata, "Pergilah kepada sanak keluargamu! Mudah-mudahan engkau memperoleh
apa-apa." Lalu orang itu pergi. Setelah kembali, ia berkata, "Demi Allah, tidak apa-apa."
Rasul berkata, "Carilah walaupun sebuah cincin besi!". Orang itu pergi, kemudian kembali
pula. Ia berkata, "Demi Allah, ya Rasulullah, cincin besi pun tidak ada. Tetapi saya ada
mempunyai sarung yang saya pakai ini. (Menurut Sa'd, ia tidak punya kain selain dari yang
dipakainya itu). Wanita itu boleh mengambil sebagian dari padanya." Rasul berkata, "Apa
yang engkau lakukan dengan sarungmu itu. Kalau engkau pakai, tentu ia tidak berpakaian,
dan kalau ia yang memakainya, engaku tidak berpakaian." Lalu orang itu pun duduk. Lama
ia termenung. Kemudian ia pergi. Ketika Rasul melihatnya pergi, beliau menyuruh  agar
orang itu kembali. Setelah ia datang, beliau bertanya, "Adakah engaku menghafal Qur'an?".
Orang itu menjawab, "Saya hafal surat ini dan itu." Ia lalu menyebutkan nama beberapa
surat dalam Al-Qur'an. Rasul bertanya lagi, "Kamu dapat membacanya di luar kepala?"
"Ya," jawab orang itu. "Pergilah, engkau saya kawinkan dengan wanita ini dengan Al-
Qur'an yang engkau hafal itu."[8]

Penjelasan Hadits
Mahar secara etimologi berarti mas kawin. Sedangkan pengertian mahar menurut
istilah ilmu fiqih adalah pemberian yang wajib dari calon suami kepada calon istri sebagai
ketulusan hati calon suami, untuk menimbulkan rasa cinta kasih bagi seorang istri kepada
calon suaminya.
Imam Syafi’i mengatakan bahwa mahar adalah sesuatu yang wajib diberikan oleh
seorang laki-laki kepada perempuan untuk dapat menguasai seluruh anggota badannya[9].
Dari hadits di atas dapat diketahui bahwa khusus kepada Nabi saw.
diperbolehkannya seorang perempuan menghibbahkan dirinya untuk dinikahi tanpa mahar.
Boleh memandang perempuan tersebut sebagai pertimbangan dalam mengambil keputusan.
Mahar itu tidak ada batasnya, bisa sedikit atau banyak, sebagaimana Nabi menyuruh
sahabatnya untuk mencari mahar walaupun hanya cincin besi. Selain itu, mahar bisa berupa
hafalan Al-Qur’an  dan mengajarkan kepada istrinya. Mahar hendaknya tidak memberatkan
bagi laki-laki karena sebaik-baik mahar dalam pernikahan ialah yang melapangkan suami
berdasarkan hadits berikut :
ْ ‫ي َأ‬
‫س َهلُهُ َعلَى ال َّر ُج ِل‬ ْ ‫س ُرهُ َأ‬
َ ‫َاق َأ ْي‬
ِ ‫صد‬َّ ‫َخ ْي ُر ال‬

Artinya :
“Sebaik-baik maskawin ialah yang melapangkan suami atau memudahkan bagi seorang
laki-laki (yang akn menikahinya) (dikeluarkan Abu Dawud dan disahkan oleh  Al-Hakim)
[10]

F.     Hadits Tentang Wali


‫دخ َل ِب َها فَلَ َها‬
َ ْ‫ فَاِن‬.‫اط ٌل‬ ُ ‫سلَّ ُم اَيَّ َم اَ ْم َرَأ ٍة نَ َك َحتْ ِب َغ ْي ِر اِ ْذ ِن َولِيِّ َها فَنِ َك‬
ِ َ‫اح َها ب‬ َ ‫صلّى هَّلل َعلَ ْي ِه َو‬ ُ ‫ قَا َل َر‬: ْ‫شةَ قَالَت‬
َ ِ ‫س ْو ُل هَّللا‬ َ ‫َوعَنْ عَاِئ‬
,َ‫ص َّح َحهُ اَبُ ْو ع َُوانَة‬ ٌ
َ َّ‫ اَ ْخ َر َجهُ ااْل َ ْربَ َعة اِالَّ الن‬,ُ‫س ْلطَانُ َولِ ٌّي َمنْ الَ َولِ َّي لَه‬
َ ‫ َو‬,‫سا ِئ ُّى‬ ُّ ‫شت ََج ُر ْوا فَال‬
ْ ‫ فَاِنْ ا‬,‫ست ََح َّل ِمنْ فِ ْر ِج َها‬ْ ‫ا ْل َم ِه ُربِ َما ا‬
ْ
‫وابْنُ ِحبَّانَ َوال َحا ِك ُم‬. َ
Artinya :
1010. Dari Aisyah dia berkata : Rasulullah saw. bersabda : perempuan yang kawin tanpa ijin
walinya nikahnya batal. Jika sang laki-laki telah mecampurinya,  maka ia wajib membayar
maskawin untuk kehormatan yang telah dihalalkan darinya, dan jika mereka bertengkar,
maka penguasa sebagai wali wanita yang tidak punya wali. Riwayat Imam Empat kecuali
Nasai. Hadits sahih menurut Abu Awanah, Ibnu Hibban dan Hakim.[11]
Penjelasan Hadits :
Keberadaan wali dalam suatu pernikahan merupakan syarat sahnya sehingga tidak
sah suatu pernikahan kecuali dengan adnaya wali yang melaksanakan “aqad nikah. Ini
adalah pendapat tiga Imam Madzhab; Malik, asy-Sayfi’iy dan Ahmad serta jumhur ulama.
Seorang wali disyaratkan sudah mukallaf, berjenis kelamin laki-laki, mengetahui
manfaat pernikahan tersebut dan antara wali dan wanita yang di bawah perwaliannya
tersebut seagama. Siapa saja yang tidak memiliki spesifiksai ini, maka dia bukanlah yang
pantas untuk menjadi wali dalam suatu ‘aqad nikah.
Wali nikah ada empat macam, yaitu wali nasab, wali hakim (sultan),wali tahkim, dan
wali maula.[12]
a.       Wali nasab adlah wali nikah karena ada hubungan nasab dengan wanita yang akan
melangsungkan pernikahan.
Jumhur ulama fiqih sependapat bahwa urutan wali adalah sebagi berikut :
1.      Ayah
2.      Ayahnya Ayah (kakek) terus ke atas,
3.      Saudara laki-laki kandung,
4.      Saudara laki-laki sebapak saja,
5.      Anak laki-laki saudara laki-laki kandung
6.      Anak laki-laki saudara sebapak
7.      Anak laki-laki dari anak laki-laki saudara kandung
8.      Anak laki-laki dari anak laki-laki sebapak
9.      Anak laki-laki no. 7
10.  Anak laki-laki no.8 dan seterusnya,
11.  Saudara laki-laki ayah kandung
12.  Saudara laki-laki ayah sebapak
13.  Anak laki-laki no.11
14.  Anak laki-laki no 12
15.  Anak laki-laki no 13 dan seterusnya
Singkatnya urutan wali adalah :
1.      Ayah seterusnya ke atas,
2.      Saudara laki-laki ke bawah,
3.      Saudara laki-laki ayah ke bawah
b.      Wali Hakim
Wali hakim adalah wali nikah dari hakim atau qadi. Orang yang berhak menjadi wali
hakim adalah : Kepala pemerintahan, khalifah (pemimpin), Penguasa atau qadi nikah
yang diberi wewenang dari kepala negara untuk menikahkan wanita yang berwali hakim.
c.       Wali Tahkim
Wali tahkim, yaitu wali yang diangkat oleh calon suami dan atau calon istri. Adapun
cara pengangkatannya (cara tahkim) adalah: Calon suami mengucapkan tahkim, kepada
calon istri dengan kalimat, “Saya angkat bapak/saudara untuk menikahkan saya pada
si ... dengan mahar .. dan putusan bapak/saudara saya terima dengan senang”. Setelah itu
calon istri juga mengucapkan hal yang sama. Kemudia calon hakim itu menjawab, “Saya
terima tahkim ini.”
d.      Wali Maula
Wali Maula, yaitu wali yang menikahkan budaknya, artinya majikannya sendiri.
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Menikah merupakan sunnah Nabi saw. Beliau sangat menganjurkan umatnya
khusunya para pemuda yang mampu untuk menikah agar segera menikah, jika belum mampu
di suruh untuk memperbanyak berpuasa, karena hal itu menahan gejolak syahwat. Anjuran
menikah dari Nabi itu tentunya harus sesuai dengan ajaran Islam, dan bukan pernikahan yang
dilarang sperti nikah mut’ah.
Ketika ingin menikah dengan wanita, carilah wanita dengan 4 kriteria, yaitu karena
hartanya, kedudukannya, wajahnya (kecantikannya) dan agamanya. Tapi alangkah lebih baik
memilih karena agamanya.
Ada berbagai syarat dan rukum dalam pernikahan yang harus dipenuhi agar
pernikahannya sah sehingga tidak bertentangan dengan ajaran Islam, seperti adanya seorang
wali dan mahar dalam pernikahan. 
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Kedudukan hadist Nabi SAW sebagai dasar hukum kedua dalam syariat islam,hadist
merupakan penjelasan dan penerangan Nabi SAW, ada kalanya digambarkan dalam perbuatan
beliau ,ada kalanya diutarakan dengan sabda – sabdanya Beliau dan terkadang dalam bentuk
pengakuan beliau terhadap sahabat – sahabatnya . Semua ini diistilahkan dengan hadist Nabi
SAW.

Firman Alloh SWT dalam surat An – Najm ayat 3 -4


“Tidaklah ia berkata – kata menurut hawa nafsu, hanya semata – mata wahyu yang diwahyukan
Alloh kepadanya”

Makalah kami ini membahas tentang iman,islam,ihsan yang mana iman itu artinya kita
percaya kepada Alloh,malaikat – malaikatNya,dan bertemu denganNya,percaya kepada utusan –
utusanNya , dan percaya kepada hari akhir . Sedangkan Islam itu kita menyembah hanya
kepada Alloh SWT tidak mensekutukanNya. Sedangkan Ihsan itu kita menyembah Alloh seolah
– olah kita melihatNya .Maha Suci Alloh dan Maha Tinggi sesungguhnya Alloh melihat kita.

Tiga masalah pokok tersebut sangatlah saling berkitan satu sama lainnya antara iman ,
islam, dan ihsan Seorang tidaklah cukup hanya menganut islam saja tanpa mengirinya dengan
iman.Begitu juga sebaliknya iman tanpa islam tidaklah berarti,akan tetapi belumlah cukup krena
harus dibarengi ihsan supaya segala amal ibadahnya mendapat nilai di sisi Alloh.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah islam itu?
2.      Apakah iman itu?
3.      Apakah ihsan itu?
4.      Apakah pengertian hari qiyamat itu?

C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui dan memahami arti islam
2.      Untuk mengetahui dan memahami arti  iman
3.      Untuk mengetahui  dan memahami arti ihsan
4.      Untuk mengetahui dan memahami pengertian hari qiyamat
  
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Sanad dan Matan Hadist
1.      Hadist tentang Islam,Iman dan Ihsan
‫ال َكانَ النَّبِ ُّي صˆˆلى هللا عليˆˆه‬ َ َ‫ال َح َدثَنَا ِإ ْس َما ِع ْي ُل بْنُ ِإ ْب َرا ِه ْي َم َأ ْخبَ َرنَا اَبُوْ َحيَّانَ التَّ ْي ِم ٌّي ع َْن َأبِي ُزرْ َعةَ ع َْن َأبِي هُ َري َْرةَ ق‬ َ َ‫حدثنا ُم َس َّد ُد ق‬
‫قَال‬
َ ‫ث‬ ْ ‫َأ‬
ِ ‫ال اِإل ْي َمانُ ْن تُْؤ ِمنَ بِاهَلل ِ َو َمالَِئ َكتِ ِه َو ُكتُبِ ِه َوبِلِقَاِئ ِه َو َر ُسلِ ِه َوتُْؤ ِمنَ بِˆˆالبَ ْع‬ َ َ‫اس فَ تَاهُ ِجب ِْر ْي ُل فَقَا َل َما اِإل ْي َمانُ ق‬ ‫َأ‬ ِ َّ‫ار ًزا يَوْ ًما لِلن‬ ِ َ‫وسلم ب‬
‫قَال مَا‬
َ َ‫ضˆان‬ َ ‫َصˆوْ َم َر َم‬ ُ ‫ضˆةَ َو ت‬ ْ
َ ْ‫ى ال َّزكَاةَ ال َمفرُو‬ ُ ‫الصˆالَةَ َو تُˆَؤ ِّد‬ َّ ‫ك بِˆ ِه َشˆ ْيًئا َو تُقِ ْي َم‬ ‫َأ‬
َ ‫َما اِإل ْسالَ ُم قَا َل اِإل ْسˆالَ ُم ْن تَ ْعبُˆ َد هَللا َ َو الَتُ ْشˆ ِر‬
ْ ‫َأ‬ ‫َأ‬ ْ ُ
َ‫ك قَا َل َمتَى السَّا َعة قَا َل َما ال َمسُْؤ ُل َعنهَا بِ ْعلَ َم ِمنَ السَّاِئ ِل َو َسˆˆ خبَرُك‬ َ ‫ك ت ََراهُ فَِإ ْن لَ ْم تَ ُك ْن تَ َراهُ فَِإنَّهُ يَ َرا‬َ َّ‫اِإل حْ َسانُ قَا َل َأ ْن تَ ْعبُ َد هَللا َ َكَأن‬
‫س اَل يَ ْعلَ ُمه َُّن ِإالَّ هَللا ُ ثُ َّم تَالَ النَّبِ ُّي صلى هللا عليه‬ ٍ ‫فى خَ ْم‬ ِ ‫ان‬ ِ َ‫َت اَأل َّمةُ َربَّهَا َو ِإ َذا تَطَا َو َل ُرعَاةُ اِإل بِ ِل ْالبُ ْه ُم فِى البُ ْني‬ ْ ‫ع َْن َأ ْش َرا ِطهَا ِإ َذا َولَد‬
‫قَال أبˆˆو عبˆد هللا‬ َ ‫اس ِد ْينَهُ ْم‬ َ َّ‫ ثُ َّم َأ ْدبَ َر فَقَا َل رُ ُّدوهُ فَلَ ْم يَ َروْ ا َش ْيًئا فَقَا َل هَ َذا ِجب ِْر ْي ُل جَ ا َء يُ َعلِّ ُم الن‬.‫و سلم {ِإ َّن هَللا َ ِع ْن َدهُ ِع ْل ُم السَّا َع ِة} األية‬
.‫ك ُكلَّ ُم َمنَ اِإل ْي َما ِن‬ َ ِ‫َج َع َل َذل‬

Diagram transmitter dari sanad hadist tersebut adalah sebagai berikut:         

            Artinya :Telah menceritakan kepada kami Musadad,ia berkata: telah menceritakan


kepada kami Ismail bin Ibrahim ,telah mengabarkan kepada kami Abu Hayyan Taimy Dari Abu
Hurairah r.a. katanya: “ pada suatu hari Nabi SAW duduk bersama - sama orang banyak, maka
datang kepadanya seorang laki – laki ,terus bertanya : Apakah artinya iman? Jawab Nabi :
Iman artinya percaya kepada Alloh ,malaikatNya, utusanNya, kitab – kitabNya,Rosul –
rosulNya,dan Hari akhir,dan Qodo dan Qodar.
            Kemudian laki – laki itu bertanya lagi : Apakah artinya islam itu? Jawab Nabi : Islam
yaitu menyembah Alloh dan tidak mempersekutukanNya, mengerjakan sembahyang, membayar
zakat dan puasa dibulan Ramadhan. Tanyanya lagi : Apakah arti ihsan itu? Jawab Nabi : Ihsan
artinya menyembah Alloh seolah – olah engkau melihatNya dan apabila engkau tidak
melihatNya, maka sesungguhnya Alloh melihat engkau. Kemudian laki – laki itu bertanya lagi,
Apakah Kiamat itu? Jawab Nabi : Orang yang ditanya (Nabi) tiddak lebih tau tentang waktu hari
kiamat itu dari orang yang bertanya ,dan akan ku terangkan kapada engkau beberapa tanda –
tanda : apabila “amat” (sahaya perempuan) melahirkan tuannya, dan apabila pengembala unta
telah bermegah – megah dalam gedung – gedung besar.
         

   Kiamat itu satu dari lima perkara ,hanya Alloh yang dapat mengetahuinya .Kemudian Nabi
membaca ayat Al – Qur’an yaitu: “Bahwa Sesungguhnya orang tidak mengetahui apa yang akan
dikerjakannya  besok , dan (Alloh juga mengetahui akan hal yang tidak diketahui oleh
seseorang). Sesungguhnya manusia tidak mengetahui dibumi mana ia akan mati.Sesungguhnya
Alloh Maha tahu.
            Sesudah itu laki – laki itu pergi, Nabi diam sejenak ,kemudian Beliau bertanya: “Tahukah
Engkau siapa yang bertanya?” Nabi bersabda:  itulah Jibril .datang untuk mengajari manusia
tentang agama.( Riwayat Imam Bukhori)

2.      Kandungan Hadits
            Kata “Rojulun” yang berarti seorang laki – laki yang tidak di sebut
namanya(mubham).Rojulun disini adalah malaikat jibril,mereka mengetahui malaikat jibril
setelah meneliti indikasi keadaan yang menyertainya ,indikasi dari kedaan pakaiannya yang
selalu bersih dan rapi serta rambutnya yang tetap teratur dengan warnanya yang tiada kumal
memberikan petunjuk bahwa ia adalah bukan orang awam yang berasal dari luar kota. Sebab
apabila ia berasal dari luar kota dan mengikuti pengajian Nabi dan sahabat pasti memakai
pakaian yang kumal,kotor,basah keringatandan rambutnya terserak – serak,kumal berdebu akibat
perjalanan itu.
            Keadaan para sahabat yang mengutkan bahwa ia ,alaikat jibril ialah ketiadaan mereka
mengenalnya . Sebab andaikata ia warga kota atau anggota ajlis ,tentu ada diantara sahabat yang
telah mengenalnya dan andaikata ia warga luar kota yang mengikuti pelajaran dan
mengabungkan sebagai anggota baru majlis ,niscaya ia meminta izin terlebih dahulu. Kejutan
hati para hadirin dikala sang tamu mengawali pertanyaannya kepada Beliau,dengan menyebut
nama langsung beliau”ya Muhammad” tenpa mengikuti sertakan nama jabatan atau nama
kehormatannya,hal ini mendekatkan dugaan mereka bahwa ia adalah malaikat jibril,sebab kalau
ia ssama manusia oanggilan seperti itu dilarang karena termasuk kehinaan.
            Pokok – pokok masalah yang dievaluasi oleh malaikat jibril ,lantaran sebenarnya pokok-
pokok syariat itu sudah diwahyukan kepada beliau,ialah : (1)Sendi – sendi (rukun – rukun)
islam, (2) Sendi – sendi iman (3) pengertian ihsan dan (4) tanda – tanda hari qiyamat.

B.     Arti dan sendi – sendi islam


1.      Arti Islam
            Perkataan Islam dan iman merupakan dua kaa yang sama ketetapannya,akan tetapi
berlainan mafhu, pengertiannya.Sesuai dengan ketetapannya dalam syariat setiap muslim adalah
orang mukmin dan setiap orang mukmin adalah muslim.
            Adapun pengertian islam menurut syara’ ialah tunduk dan patuh  melaksanakan perintah
– perintah syariat yang berkaitan dengan perbuatan – perbuatan lahiriyah. Sedangkan mafhum
pengertian iman menurut syara’ ialah mengakui kebenaran kaidah – kaidah syara’. Akan tetapi
syara’ sendiri kadang – kadang menggunakan kedua lafadz itu dalam pengertian yang sangat
longgar,yakni dengan menyebutkan sebuah perkataan saja dari dua kata itu ssudah dapat
mencakup kedua arti tersebut. Misalnya saja dengan menyebut perkataan iman saja sudah
mencakup untuk pengertian yang berkaitan dengan amal lahiriyah dan amal batiniyah
2.      Sendi – sendi ( rukun – rukun ) islam
            Sendi islam itu ada lima,yaitu :
a)      Mengucapkan Syahadat.
            Mengucapkan dua kalimat syahadat adalah suatu kewajiban seseorang guna menetapkan
statusnya sebagai seorang muslim. Oleh karena itu orang yang telah membenarkan isi dua
kalimat syahadat, tetapi ia enggan mengucapkannya,padahal ia ada kemampuan untuk
mengucapkannya,ia bukan digolongkan sebagai seorang muslim lagi mukmin.Demikian menurut
pendapat Imam An – Nawawy yang dinukil dari pendapat para fuqaha’,Muhaddisin dan
Mutakkalimin.
          
   Adapun disebutkan rukun – rukun islam selin syahadat ,seperti mengerjakan sholat,membayar
zakat,berpuasa bulan Ramadhan dan menunaikan ibadah haji di Baitullah dalam hadist Jibril atau
hadist – hadist yang lain adalah untuk menjelaskan kesempurnaan pembinaan hokum islam.
Sedang basisnya telah cukup dengan mengucapkan syahadat.
b)      Mengerjakan Sholat.
            Yang dimaksud dengan rangkaian kalimat ‘’Iqamush-Shalah ‘’  dalam hadist jibril dan
didalam ayat – ayat al qur’an ialah mengerjakan sholat dengan selalu memelihara syarat – syarat
dan rukun – rukunnya sesempurna – sempurnanya. Dengan pengertian lain ialah mengerjakan
sholat dengan khusyu’ (merendah diri),bertawajjuh ( menghadapkan jiwa raga) dan memahami
makna dan jiwa sholat. Sembahyang yang demikian coraknya mampu mengefektifkan potensi
dalam memberantas perbuatan yang keji – keji lagi mungkar yang selalu mengotori fitrah
manusia.
c)       Membayar zakat
            Membayar zakat menjadi sendi islam ialah zakat wajib . Adapun zakat tathawwu’(sunah)
atau pemberian biasa tidak termasuk didalam cakupan hadist jibril tersebut.ketentuan itu menjadi
jelas dengan menelaah hadits lain yang diungkapkan dengan susunan kalimat:”Tu’tiyazzakata al-
mafrudhata”(kamu bayarkan zakat wajib).
d)      Berpuasa Ramadhan
            Diikutsertakan lafadz ramadhon pada akhir kalimat “an tasuma” untuk member
penjelasan bahwa hanya puasa ramdhanlah yang menjadi sendi islam. Segala jenis puasa selain
ramadhan dapat dimanfaatkan sebagai pemupuk sendi islam yang dirasa layu dalam penghayatan
atau sebagai penghias sendi islam yang telah diamalkan dengan sempurna.
e)      Menunaikan Haji
            Perintah menunaikan ibadah haji baik didalan hadist jibril ini maupun didalam ayat – ayat
al qur’an. Adapun ibadah haji ada dua keistimewaan,yaitu:
1)      Ibadah haji mengandung kesukaran kesukaran yang tidak terdapat pada ibadah –
ibadah yang lain.
2)      Ketidaksanggupan seorang untuk mrnunaikan ibadah haji adalah menggugurkan
hukum wajibnya.
3.      Arti dan sendi – sendi iman
a)       Arti Iman
            Dimuka telah di singgung- singgung bahwa dua perkataan islam dan iman itu hanya
berbeda tentang mafhum pengertiannya saja,sedang massadanya sama.
            Menurut pengikut madzab hanafiyah dan sebagian ulama pendukung golongan As’ariyah
memperluas arti iman dengan menambahkan adanya unsure pengakuan dengan lisan. Jadi iman
adalah tashdiqu bil – jinan waiqraru bil – lisan. Membenarkan sesuatu didalam hati beerfungsi
sebagai rukun (sendi)yng tidak dapat digugurkan,sedangkan pengakuan lisan berfungsi sebagai
kewajiban yang dapat digugurkan.
b)      Rukun – rukun Iman
1)      Iman kepada Alloh
            Ialah mempercayai bahwa tuhan itu wajibul wujud,mempunyai sifat – sifat yang
sempurna dan bersih dari sifat – sifat yang kuang sempurna.
2)      Iman kepada malaikat
            Penyebutan malaikat didahulukan daripada penyebutan kepada rasul didalam hadits jibril
tersebut tidaklah sekali-kali member isyarat bahwa malaikat itu lebih mulia daripada rasul.
3)      Iman Kepada Kitab Allah
            Iman kepada kitab Allah ialah mengimankan bahwa kitab-kitab Allah itu adalh alam
Allah yang azali(abadi)lagi kodim(terdahulu)dari segala-galanya,tiada aksara dan tiada suara.Isi
dari kitab-kitab tuhan tersebut semuanya adalah hak dan benar.Hanya saja sebagian kecil dari
hukum-hukum yang terkandung di dalamnya ada yang sudah dihapus oleh tuhan sendiri.

4)      Iman Kepada Rasul


             Kita harus mengimankan bahwa rasulullah SAW itu bertugas member
petunjuk,bimbingan dan contoh tauladan kepada ummat.
5)        Iman Kepada Hari akhir
            Adalah percaya bahwa hari kiamat itu pasti dating dan mempercayai juga akan adanya
peristiwa-peristiwa dan hal-hal yang terjadi dan erat hubungannya dengan hari kiamat.
6)      Iman Kepada Qodar Baik dan Buruk
            Ialah meyakinkan bahwa Allah telah menentukan sesuatu di dalam Qidam-Nya dan Dia
sudah lebih dahulu mengetahui bahwa sesuatu itu akan terjadi pada waktu dan tempat tertentu
dan semuanya itu akan berjalan menurut perhitungan yang telah ditetapkan.
4.      Ihsan dan macam – macamnya

a)      Arti Ihsan
            At Thiby mengartikan Ihsan kepada dua pengertian:
            Menyampaikan manfaat atau kebajikan kepada orang lain dan mengerjakan sesuatu
dengan sebanyak – banyaknya.
            Ihsan yang terdapat dalam hadist jibril ini lebih sesuai, karena apa yang tersirat dalam
jawaban Rosululloh saw.”anta’budallah” samapi dengan “fainnahu yaraka”.adalah sugesti untuk
megerjakan ibadah  sebaik – baik dan sesempurna – sempurnanya.
b)      Macam – macam Ihsan
            Lafadz Ihsan dalam arti yang terakhir ini mempunyai dua tingkatan :
1)       Musyahadah . Didalam tngkatan ini seseorang pengibadah selalu merasa
menyaksikan atau melihat sevara langsung Alloh yang disembah.
2)      Muroqobah,Jika tidak berhasil dalam tingkatan pertama maka seorang yang
beribadah selalu merasa bahwa segala gerak geriknya diawasi oleh Alloh Ta’ala.
5.       Hari Qiyamat
            Hari qiyamat disebut juga dengan “As Sa’ah”, waktu yang pendek / cepat sekali,adalah
mengingat bahwa permulaan datangnya mendadal sekali.
a)        Tanda – Tanda hari Kiamat
            Tanda – tanda qiyamat menurut hadist Nabi ketika berdialog dengan malaikat
jibril,adalah tanda – tanda hari kiamat sebelum tiba yang sifat dan wujudny belum begitu dasyat.
Tanda – tanda itu adalah:
1)      Budak melahirkan tuan
2)      Orang hina lagi bodoh berlomba – lomba mendirikan gedung yang megah –
megah

C.    Sanad Hadis.
            Hadist  ini memiliki jalur sanad antara lain: Musaddad bin Masruhad , Ismail bin Ibrahim,
Abu Hayyan Tamiyyi, Abu Zar’ah , Abu Hurairah

Nama TL_TW/ Guru Murid Jarh wa Ta’dil


Perawi Umur
Musaddad  Basrah. 43 orang guru.    Ahmad Bin hanil :
Masruhad W: 228   Ismail bin   Ibrahim bin Shoduuq : “Bagus”
Bin Masrubil H Ibrahim bin Yaqub bin   Ya’i bin
bin Mastur : Maksum Ishak Muayyin :”tsiqah,tsiqa
  Umayyah   Muhammad h”
bin Kholid bin Ahmad   Abu Hatim Ar –
bin Aswad bin Husain Razi :”tsiqah”
  Jarroh bin bin   Al’ajali :” tsiqoh”
Mulih bin ‘ Mu’awiyah.   Ibnu Hiban :
  Muhammad “dzakarohu fi tsiqoh”
bin
Muhammad
bin Kholid
Ismail bin Bagdad 83 orang guru.  68 orang murid.   Sa’bah bin
Ibrahim W: 193   Ya’i bin   Musaddad  Hujaj : “suyudul
H Sa’id bin bin Masruhad muhadisin”
Hayan bin Mastur   Ahmad bin
  Ibrahim bin   Ma’ali bin Hambal :”kepadanyala
‘ala’i Asad. h kesudahan”
  Ismail bin   Yusuf bin   Ali bin madini :”tak
Abu Kholid Yaqub ada seseorang yang
lebih kuat dari
padanya”
  Yahya bin Muhin:”
tsiqah,orang yang
terpelihara”
  Nasa’i:”tsiqah,teguh
hafalan”
  Muhammad bin
Sa’id :”tsiqah,teguh
hafalan,perkataanya
menjadi hujjah”

Yahya bin L: 12  orang guru. 28 orang murid.   Yahya bin


Sa’id bin W: 145   Abu Zar’ah   Ismail bin Mu’in:”tsiqah”
Hayyan H bin umar bin ibrahim bin   Umar bin ibnu
jadid maksum falas :”tsiqah”
  Basir bin   Ayyub bin   Al’ajali :”tsiqoh”
yasar abu taimiyah   Nasa’i :”tsiqoh , teguh
  Sa’id bin kaisan. hafaln”
hayyan   Jarir bin   Waqi’: tsabt.
abdul hamid   Abdullah ibn
Muhammad: asbata.
  Abu Hatam am –
razi :”shalih”

Abu Zar’ah 7 orang guru. 21 orang murid.   Yahya bin


bin umar bin  Abdurrohman   Yahya bin muin :”tsiqah”
jarir bin bin sachr Sa’id bin   Ibnu Khoros:”soduq”
abdulloh   Jundub bin Hayyan   Ibnu
janadah   Yazid bin hayan :”dzakarohu fi
  Abdulloh bin Hamid tsiqoh”
naji bin   Tholaq bin
salamah muawiyah

Abdurrahman Madinah. 814orang guru. 411 orang murid.   Termasuk sahabat


bin sachr W: 57H.   Ka’ab bin   Abu Zar’ah sehingga penulis
mati’. bin umar bin berkesimpulan
  Abdulloh jarir bahwasannya semua
bin   Auwas bin sahabat pasti adil
usmanbin kholid
amir bin   Basir bin
amr bin Ka’ab
ka’ab
  Usman bin
affan
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
            Dari hadist yng diriwayatkan Imam Bukhori dapat disimpulkan yaitu pokok-pokok
masalah yang dievaluasi oleh Malaikat Jibril ,lantaran sebenarnya pokok-pokok syariat islam itu
sudah diwahyukan kepada beliau,ialah :
1.      Sendi – sendi (rukun – rukun) islam
2.      Sendi – sendi Iman
3.      Pengertian Ihsan dan
4.      Tanda – tanda hari qiyamat
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia diciptakan saling keterkaitan satu dengan lainnya. Dalam artian, manusia
membutuhkan manusia lainnya untuk menjalani hidupnya. Baik dalam hal yang bersifat kecil
dan terlebih dalam hal yang begitu penting. Namun tidak ada orang yang paling berjasa dalam
hidup kita selain orang tua kita sendiri. Mereka memberikan kasih sayang yang sungguh luar
biasa kepada kita sejak kita lahir hingga kapan pun mereka akan tetap memberikan kasih
sayang kepada kita.
Tanpa sedikit pun mengeluh mereka membesarkan kita dengan penuh kesabaran, memberi
makan kita dengan penuh keikhlasan, mendidik kita dengan penuh cinta, dan banyak lagi jasa-
jasa orang tua yang tidak akan pernah terbalas.

B. Rumusan Masalah
1)      Apa makna dari berbakti kepada kedua orang tua ?
2)      Mengapa kita harus berbakti kepada kedua orang tua ?
3)      Apa saja bentuk berbakti kepada kedua orang tua ?
4)      Apa saja bentuk durhaka kepada kedua orang tua ?
5)      Apa saja hak kita sebagai anak terhadap orang tua ?

BAB II
PEMBAHASAN

A. Makna Berbakti kepada Kedua Orang Tua


            Makna berbakti kepada kedua orang tua yakni berusaha membalas semua yang telah
diberikan kedua orang tua kita, meskipun semua kebaikan mereka tidak akan pernah bisa
terbalas oleh seorang anak. Oleh karena itu kita harus berusaha sebisa mungkin membuat orang
tua kita bangga dan membuat mereka bahagia.
Tanpa sedikit pun mengeluh mereka membesarkan kita dengan penuh kesabaran, memberi
makan kita dengan penuh keikhlasan, mendidik kita dengan penuh cinta, dan tentu saja masih
banyak lagi jasa-jasa orang tua yang tidak akan terbalas. Selain itu, sebagai anak kita harus
mentaati semua yang diperintahkan oleh kedua orang tua kita namun dalam batasan tidak
keluar dari aturan-aturan Allah swt. dan Rasul-Nya.

B. Hikmah dan Keutamaan Berbakti kepada Kedua Orang Tua


Berbakti kepada orang tua adalah suatu kewajiban bagi seorang muslim. Oleh karena itu
seorang anak akan mendapatkan hikmah apabila ia melaksanakan kewajiban tersebut,
diantaranya :
1)      Mendapatkan ridha Allah swt.
2)      Terhindar dari dosa besar
3)      Sebab bertambahnya rizki
4)      Menjamin terlahirnya anak-anak sholeh
5)      Balasan surga dari Allah swt.

Ada pula keutamaan berbakti kepada kedua orang tua dan pahalanya, yaitu :
1.      Merupakan amal yang paling utama, ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallaahu ‘anhu berkata :
ُ ‫ قُ ْل‬:‫ال‬
‫ت ثُ َّم‬ َ َ‫ ق‬،‫ بِرُّ ْال َوالِ َدي ِْن‬:‫ال‬
َ َ‫ت ثُ َّم َأيُّ ؟ ق‬
ُ ‫ قَا َل قُ ْل‬،‫صالَةُ َعلَى َو ْقتِهَا‬
َّ ‫ اَل‬:‫ال‬ َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َأيُّ ْال َع َم ِل َأ ْف‬
َ َ‫ضلُ؟ ق‬ ُ ‫َسَأ ْل‬
َ ِ‫ت َرسُو َل هللا‬
ِ‫ ْال ِجهَا ُد فِي َسبِ ْي ِل هللا‬:‫ال‬ َ َ‫ق‬ ‫َأيُّ ؟‬
“Aku bertanya kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, ‘Amal apakah yang paling utama?’
Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Shalat pada waktunya (dalam riwayat lain
disebutkan shalat di awal waktunya).’ Aku bertanya lagi, ‘Kemudian apa?’ Nabi menjawab:
‘Berbakti kepada kedua orang tua.’ Aku bertanya lagi: ‘Kemudian apa?’ Nabi menjawab,
‘Jihad di jalan Allah’
2.      Ridha Allah bergantung kepada ridha orang tua sesuai hadist Rasulullah SAW, disebutkan
:
ُ‫ َوس ُْخط‬،‫ضا الرَّبِّ فِي ِرضا ْال َوالِ ِد‬ َ ِ‫ض َي هللاُ َع ْنهُ َما َأ َّن َرسُوْ َل هللا‬
َ ‫ ِر‬:‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَا َل‬ ِ ‫ع َْن َع ْب ِد هللاِ ْب ِن َع ْم ِرو ب ِْن ْال َع‬
ِ ‫اص َر‬
‫الرَّبِّ فِي س ُْخ ِط ْال َوالِد‬
“Darii ‘Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash radhiyallaahu ‘anhuma, bahwa Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wa sallam bersabda: “Ridha Allah bergantung kepada keridhaan orang tua dan murka
Allah bergantung kepada kemurkaan orang tua”
3. Berbakti Kepada Orang Tua Dapat Menghilangkan Kesulitan Yang Sedang Dialami. Yaitu,
dengan cara bertawassul dengan amal shalih tersebut. Dalilnya adalah hadits riwayat dari Ibnu
‘Umar radhiyallaahu ‘anhuma mengenai kisah tiga orang yang terjebak dalam gua, dan salah
seorangnya bertawassul dengan bakti kepada ibu bapaknya.

C. Bentuk Berbakti kepada Kedua Orang Tua


1)     Bergaul bersama keduanya dengan cara yang baik. Di dalam hadits Nabi shallallaahu
‘alaihi wa sallam disebutkan bahwa memberi kegembiraan kepada seseorang mukmin termasuk
shadaqah, lebih utama lagi kalau memberi kegembiraan kepada orang tua kita.
2)     Berkata kepada keduanya dengan perkataan yang lemah lembut. Hendaknya dibedakan
adab ber-bicara antara kepada kedua orang tua dengan ke-pada anak, teman atau dengan yang
lain. Berbicara dengan perkataan yang mulia kepada kedua orang tua.
3)     Tawadhu’ (rendah hati). Tidak boleh kibr (som-bong) apabila sudah meraih sukses atau
memenuhi jabatan di dunia, karena sewaktu lahir, kita berada dalam keadaan hina dan
membutuhkan pertolongan, kita diberi makan, minum, dan pakaian oleh orang tua.
4)     Memberi infaq (shadaqah) kepada kedua orang tua, karena pada hakikatnya semua harta
kita adalah milik orang tua. Oleh karena itu berikanlah harta itu kepada kedua orang tua, baik
ketika mereka minta ataupun tidak.
5)     Mendo’akan kedua orang tua. Di antaranya dengan do’a berikut:
َ ‫ربِّ ارْ َح ْمهُ َما َك َما َربَّيَانِي‬                                                                                         
6)     ‫ص ِغ ْي ًر‬ َ
Artinya :“Ya Alah limpahkanlah rahmatmu kepada ibu bapakku sebagaimana mereka
mengurus ketika aku masih  kecil.”

 Seandainya orang tua masih berbuat syirik serta bid’ah, kita tetap harus berlaku lemah lembut
kepada keduanya, dengan harapan agar keduanya kembali kepada Tauhid dan Sunnah.
Bagaimana pun, syirik dan bid’ah adalah sebesar-besar kemungkaran, maka kita harus
mencegahnya semampu kita dengan dasar ilmu, lemah lembut dan kesabaran. Sambil terus
berdo’a siang dan malam agar orang tua kita diberi petunjuk ke jalan yang benar.

D. Bentuk Durhaka kepada Kedua Orang Tua


1)     Menimbulkan gangguan terhadap orang tua, baik berupa perkataan atau pun perbuatan
yang membuat orang tua sedih atau sakit hati.
2)      Berkata “ah” atau “cis” dan tidak memenuhi panggilan orang tua.
3)     Membentak atau menghardik orang tua.
4)     Bakhil atau kikir, tidak mengurus orang tuanya, bahkan lebih mementingkan yang
lain  daripada mengurus orang tuanya, padahal orang tuanya sangat membutuhkan. Seandainya
memberi nafkah pun, dilakukan dengan penuh perhitungan.
5)     Bermuka masam dan cemberut di hadapan orang tua, merendahkan orang tua, mengatakan
bodoh, “kolot”, dan lain-lain.
6)     Menyuruh orang tua, misalnya menyapu, mencuci atau menyiapkan makanan. Pekerjaan
tersebut sangat tidak pantas bagi orang tua, terutama jika mereka sudah tua dan lemah. Tetapi,
jika si ibu melakukan pekerjaan tersebut dengan kemauannya sendiri, maka tidaklah mengapa,
dan karena itu seorang anak harus berterima kasih dan membantu orang tua.
7)     Menyebut kejelekan orang tua di hadapan orang banyak atau mencemarkan nama baik
orang tua.
8)     Memasukkan kemungkaran ke dalam rumah, misalnya alat musik, mengisap rokok, dan
lain-lain.
9)     Lebih mentaati isteri daripada kedua orang tua. Bahkan ada sebagian orang yang tega
mengusir ibunya demi menuruti kemauan isterinya.
10)  Malu mengakui orang tuanya. Sebagian orang merasa malu dengan keberadaan orang tua
dan tempat tinggal ketika status sosialnya meningkat. Tidak diragukan lagi, sikap semacam itu
adalah sikap yang sangat tercela, bahkan termasuk kedurhakaan yang keji dan nista.

E. Hak-hak Anak terhadap Orang Tua

             Perlu diperhatikan Allah menyertakan perintah untuk menyembah-Nya dengan perintah


untuk berbuat baik kepada kedua orang tua, untuk menjelaskan betapa agung hak kedua orang
tua yang harus ditunaikan oleh anak, karena mereka berdua adalah sebab nyata keberadaan dan
kehidupan sang anak. Adapun hak-hak tersebut antara lain sebagai berikut :
1.      Mematuhi setiap yang diperintahkan atau dilarang oleh keduanya dalam hal-hal yang
bukan kemaksiatan kepada Allah dan tidak menyelisihi syariatnya, karena tidak boleh mentaati
makhluk dalam bermaksiat terhadap Allah, hal ini berdasarkan pada firman Allah swt. :
“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukanKu dengan sesuatu yang tidak ada
pengetahuan tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya
di dunia dengan baik.” (Q.S Al-Luqman : 15)

2.      Memuliakan dan mengagungkan keduanya, bersikap santun terhadap keduanya,


menghormati keduanya dengan perkataan dan perbuatan, tidak menghardik keduanya dan tidak
mengangkat suara terhadap mereka, tidak berjalan dihadapan (dengan congkak) mereka tidak
lebih mengutamakan istri dan anak daripada keduanya tidak memanggil mereka dengan nama
mereka tetapi dengan panggilan ayah dan ibu serta tidak bepergian kecuali dengan izin dan
kerelaan mereka.
3.      Berbuat baik terhadap keduanya dengan segala sesuatu yang mampu dilakukan, seperti
memberi makanan, pakaian, mengobati, dan mencegah mara bahaya serta mempertaruhkan
jiwa untuk melindungi mereka.
4.      Menyambung hubungan silaturrahim yang tidak ada hubungan Rahim kecuali melalui
mereka berdua, mendoakan dan memohonkan ampunan bagi keduanya serta melaksanakan
janji keduanya dan menghormati teman-teman mereka.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Makna berbakti kepada kedua orang tua yakni berusaha membalas semua yang telah diberikan
kedua orang tua kita, meskipun semua kebaikan mereka tidak akan pernah bisa terbalas oleh
seorang anak. Kita harus berbakti kepada orang tua karena hal tersebut merupakan suatu
kewajiban bagi seorang muslim. Bentuk-bentuk berbakti kepada kedua orang tua
diantaranya, bergaul bersama keduanya dengan cara yang baik, berkata kepada keduanya
dengan perkataan yang lemah lembut, tawadhu’ (rendah hati), memberi infaq (shadaqah)
kepada kedua orang tua, karena pada hakikatnya semua harta kita adalah milik orang tua, serta
mendoakan kedua orang tua. Selain bentuk-bentuk berbakti kepada kedua orang tua, ada pula
bentuk-bentuk durhaka kepada kedua orang tua. Kita sebagai seorang anak memiliki hak-hak
terhadap kedua orang tua, hak-hak tersebut telah dijelaskan pada makalah ini.

B. Saran
Sebagai seorang anak, kita memiliki kewajiban untuk berbakti kepada kedua orang tua. Untuk
itu, marilah kita senantiasa memenuhi kewajiban kita sebagai seorang anak. Marilah kita
membahagiakan kedua orang tua kita, sebelum nantinya kita akan menyesal karena tidak bisa
melihat mereka nantinya untuk selamanya. Semoga kita dapat menjadi anak yang berbakti
kepada kedua orang tua kita dan membuat mereka bangga terhadap kita.

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah ini dapat
tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap bantuan
dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun
materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan
dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Pagatan , 04 Desember 2020

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah ini dapat
tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap bantuan
dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun
materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan
dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Pagatan , 04 Desember 2020

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah ini dapat
tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap bantuan
dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun
materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan
dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Pagatan , 04 Desember 2020

MAKALAH HADIST TARBAWI


TENTANG IMAN,ISLAM,IKHSAN
DISUSUN OLEH :

NAMA : ST.PATIMAH

MATA KULIAH : HADIST TARBAWI

NIM/SEMESTER : 2020.86208.3663 / 1 (GANJIL)

Tahun Pelajaran
2020/2021

MAKALAH HADIST TARBAWI


TENTANG MENIKAH
DISUSUN OLEH :

NAMA : ST.PATIMAH

MATA KULIAH : HADIST TARBAWI

NIM/SEMESTER : 2020.86208.3663 / 1 (GANJIL)

Tahun Pelajaran
2020/2021

MAKALAH HADIST TARBAWI


TENTANG BERBAKTI KEPADA
KEDUA ORANG TUA
DISUSUN OLEH :

NAMA : ST.PATIMAH

MATA KULIAH : HADIST TARBAWI

NIM/SEMESTER : 2020.86208.3663 / 1 (GANJIL)

Tahun Pelajaran
2020/2021

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………..

BAB I    PENDAHULUAN………………………………………………………………………

A. Latar Belakang …………………………………………………………………………….

BAB II  PEMBAHASAN……………………………………………………………………….

A. Hadist Tentang Pernikahan………………………………………………………………..


B. Hadist Tentang Anjuran Menikah…………………………………………………………
C. Hadist Tentang Larangan Nikah Mut’ah…………………………………………………..
D. Hadist Tentang Memilih Calon Istri…….………………………………………………….
E. Hadist Tentang Mahar………………………………………………………………………
F. Hadist Tentang Wali………………………………………………………………………

BAB III PENUTUP……………………………………………………………………………..

A. Kesimpulan………………………………………………………………………..
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………..

BAB I    PENDAHULUAN………………………………………………………………………

A. Latar Belakang …………………………………………………………………………….


B. Rumusan Masalah………………………………………………………………. ………...
C. Tujuan………………………………………………………………………………………

BAB II  PEMBAHASAN……………………………………………………………………….

A. Sanad Dan Matan Hadist………………………………………………………………...

1. Hadist Tentang Islam,Iman, Ikhsan……………………………………………….


2. Kandungan Hadist………………………………………………………………..

B. Arti Dan Sendi-Sendi Islam, Iman, Ikhsan…………………………………………………

1. Arti Islam………………………………………………………………………….
2. Sendi-Sendi (Rukun-Rukun) Islam……………………………………………….
3. Arti Dan Sendi-Sendi Iman…………………………………………………………
4. Ikhsan Dan Macam-Macamnya…………………………………………………..

C. Sanad Hadist………………….…………………………………………………………..

BAB III PENUTUP……………………………………………………………………………..


A. Kesimpulan………………………………………………………………………..

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………..

BAB I    PENDAHULUAN………………………………………………………………………

A. Latar Belakang …………………………………………………………………………….


B. Rumusan Masalah………………………………………………………………. ………...

BAB II  PEMBAHASAN……………………………………………………………………….

A. Makna Berbakti Kepada Kedua Orang Tua………………………………………………..


B. Hikmah Dan Keutamaan Berbakti Kepada Kedua Orang Tua……………………………
C. Bentuk Berbakti Kepada Kedua Orang Tua………………………………………………
D. Bentuk Durhaka Kepada Kedua Orang Tua………………………………………………
E. Hak-Hak Anak Terhadap Orang Tua………………………………………………………

BAB III PENUTUP……………………………………………………………………………..

A. Kesimpulan………………………………………………………………………..
B. Saran…………………………………………………………………………………

Anda mungkin juga menyukai