Disusun Oleh:
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Kepuasan kerja terhadap produktivitas
karyawan” tepat pada waktunya. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang
diberikan dalam mata kuliah Manajemen Sumber Daya Manusia.
Dengan adanya makalah ini, akan membantu dalam memberikan pemahaman tentang
Kepuasan kerja. Bagaimana kepuasan kerja saling berkaitan dengan kinerja karyawan.
Ucapan terima kasih saya haturkan kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan
petunjuk guna penyelesaian makalah ini.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu saya mengharap
adanya saran, masukan maupun kritikan yang membangun guna melengkapi kekurangan
makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 11
B. Saran..................................................................................................................... 11
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam suatu perusahaan tidak dapat dipungkiri bahwa peran tenaga kerja di
dalamnya sangat mempengaruhi jalannya perusahaan. Baik itu dalam penciptaan situasi
kerja yang kondusif yang pada akhirnya berimbas pada hasil kerja perusahaan yang
baik. Jika pada prakteknya para tenaga kerja tidak nyaman dengan situasi kerja dalam
perusahaan tersebut, maka akan berpengaruh pada kinerja karyawan tersebut. Alhasil,
penjualan maupun laba yang dihasilkan dapat mengalami banyak penurunan.
Kepuasan kerja pada tingkat tertentu dapat mencegah karyawan untuk mencari
pekerjaan diperusahaan lain. Apabila karyawan di perusahaan tersebut mendapatkan
kepuasan, karyawan cenderung akan bertahan pada perusahaan walaupun tidak semua
aspek-aspek yang mempengaruhi kepuasan kerja terpenuhi. Karyawan yang
memperoleh kepuasan dari perusahaannya akan memiliki rasa keterikatan atau
komitmen lebih besar terhadap perusahaan dibanding karyawan yang tidak puas.
Karyawan bekerja karena ada sesuatu yang hendak dicapainya dan orang
berharap bahwa aktivitas kerja yang dilakukannya akan membawanya kepada suatu
keadaan yang lebih memuaskan daripada keadaan sebelumnya. Melalui bekerja dapat
diperoleh beribu pengalaman manis maupun pahit.
Oleh karena itu seorang karyawan perusahaan perlu memiliki tingkat kepuasan
kerja yang tinggi dalam pekerjaan yang ia jalani. Seseorang dengan tingkat kepuasan
kerja yang tinggi akan memiliki perasaan – perasaan positif tentang pekerjaan tersebut,
sedangkan seseorang yang tidak puas memiliki perasaan – perasaan yang negatif
tentang pekerjaan tersebut. Perasaan positif inilah yang membuat motivasi kerja dalam
dirinya bertambah dan akan membuat pekerjaan yang ia jalani akan menjadi lebih baik.
Dengan kata lain, kelancaran jalannya suatu perusahaan akan sangan tergantung pada
karyawan dalam perusahaan tersebut.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, perumusan masalah dalam makalah ini
adalah sebagai berikut :
1. Apakah pengertian kepuasan kerja
2. Apa saja faktor – faktor yang memengaruhi kepuasan kerja karyawan
3. Apa saja pengaruh dari kepuasan kerja
4. Bagaimana cara mengukur kepuasan kerja
5. Bagaimana hubungan antara produktivitas kerja dengan kepuasan kerja
C. Tujuan Penulisan
PEMBAHASAN
Kepuasan kerja adalah sikap yang positif dari tenaga kerja meliputi perasaan dan
tingkah laku terhadap pekerjaannya melalui penilaian salah satu pekerjaan sebagai rasa
menghargai dalam mencapai salah satu nilai-nilai penting pekerjaan (Afandi, 2018 : 74).
Menurut Nuraini, (2013 :114), kepuasan kerja adalah kepuasan kerja yang dinikmati
dalam pekerjaan yang memperoleh pujian, hasil kerja, penempatan, perlakuan, peralatan
dan suasana lingkungan kerja yang baik. Karyawan yang lebih suka menikmati kepuasan
kerja dalam pekerjaan akan lebih mengutamakan pekerjaan dari pada balas jasa walaupun
balas jasa itu penting.
Menurut Hasibuan (2007) Kepuasan kerja adalah sikap emosional yang menyenangkan
dan mencintai pekerjaannya. Kepuasan kerja (job statisfaction) karyawan harus diciptakan
sebaik-baiknya supaya moral kerja, dedikasi, kecintaan, dan kedisiplinan karyawan
meningkat. Sikap ini dicerminkan oleh moral kerja, kedisiplinan, dan prestasi kerja.
Kepuasan kerja dinikmati dalam pekerjaan, luar pekerjaan, dan kombinasi dalam dan luar
pekerjaan. Kepuasan kerja dalam pekerjaan adalah kepuasan kerja yang dinikmati dalam
pekerjaan dengan memperoleh pujian hasil kerja, penempatan, perlakuan, peralatan, dan
suasana lingkungan kerja yang baik. Karyawan yang lebih suka menikmati kepuasan kerja
dalam pekerjaan akan lebih mengutamakan pekerjaannya daripada balas jasa walaupun
balas jasa itu penting.
Sedangkan menurut Badeni, (2017:43) kepuasan kerja karyawan adalah sikap
seseorang terhadap pekerjaannya yang dapat berupa sikap positif atau negative, puas atau
tidak puas. Seorang karyawan yang merasa puas cenderung lebih jarang absen,
memberikan konstribusi positif, dan bertahan diperusahaan. Sebaliknya, karyawan yang
tidak merasa puas mungkin lebih sering absen, dapat mengalami stress yang mengganggu
rekan kerja, dan mungkin secara terus menerus mencari pekerjaan lain (Moorhead dan
Griffin 2013:71).
Dapat disimpulkan secara sederhana bahwa kepuasan kerja adalahsikap emosional yang
menyenangkan dan mencintai pekerjaannya. Sikap ini dicerminkan oleh moral kerja,
kedisiplinan, dan prestasi kerja. Ini berarti bahwa konsepsi kepuasan kerja melihatnya
sebagai hasil interaksi manusia terhadap lingkungan kerjanya.
B. Faktor - faktor Kepuasan Kerja Karyawan
Ada beberapa cara yang bisa digunakan untuk mengukur tingkat kepuasan kerja karyawan
sebagai berikut :
1. Menggunakan skala indeks deskripsi jabatan atau Job Description Index
Skala pengukuran ini dikembangkan oleh Smith, Kendall, dan Hullin pada tahun
1969. Cara peenggunaannya, yaitu dengan mengajukan pertanyaan – pertanyaan
pada karyawan mengenai pekerjaan. Setiap pertanyaan yang diajukan harus
dijawab oleh karyawan dengan menandai jawaban : ya, tidak atau ragu – ragu.
Dengan cara ini maka dapat diketahui tingkat kepuasan kerja karyawan.
2. Menggunakan kuesioner kepuasan kerja Minnesota atau Minnesota satisfaction
questionare Pengukuran kepuasan kerja ini dikembangkan oleh Weiss dan England
pada tahun 1967
Skala ini berisi tanggapan yang mengharuskan karyawan untuk memilih salah satu
dari alternatif jawaban : sangat tidak puas, tidak puas, netral. Puas, dan sangat puas
terhadap pertanyaan yang diajukan. Teknik Minnesota satisfaction questionare,
pada dasarnya sama dengan menggunakan skala likert.
3. Pengukuran berdasarkan ekspresi wajah
Pengukuran kepuasan kerja dengan car aini dikembangkan oleh Kunin pada tahun
1955. Responder diharuskan memilah salah satu gambar wajah orang, mulai dari
gambar wajah sangat gembira, gembira, netral, cemberut dan sangat cemberut.
Kepuasan kerja menduduki tempat yang sangat penting dalam suatu proses kerja.
Dengan tercapainya kepuasan kerja, seseorang akan berusaha melakukan tugas dengan
sebaik-baiknya. Seseorang akan lebih mencintai pekerjaan dan akan tetap berusaha
mempertahankan pekerjaannya bila orang tersebut memperoleh kepuasan kerja.
Hadi (1992) berpendapat bahwa yang terpenting dalam kancah pekerjaan adalah
kesehatan jasmani dan kepuasan kerjanya. Dalam dunia kerja kepuasan kerja karyawan
haruslah menjadi suatu unsur yang mutlak dalam gerakan mempertinggi efisiensi.
Karyawan yang merasa terpenuhi kepuasan kerjanya akan berusaha semaksimal
mungkin memberikan tenaganya kepada perusahaan. Bekerja dengan giat, tekun dan
penuh disiplin akan mempertinggi efisiensi kerja yang mana hal tersebut erat hubungannya
dalam menunjang kemajuan perusahaan.
Viteles (Haslam, 2004) mengemukakan pendapatnya bahwa para karyawan yang
didasari oleh kepuasan kerja yang tinggi adalah karyawan yang produktif. Seorang tenaga
kerja dinilai produktif jika ia mampu menghasilkan output atau keluaran yang lebih banyak
dari tenaga kerja yang lain untuk satuan waktu yang sama. Dengan kata lain dapat
dinyatakan bahwa seorang tenaga kerja mampu menunjukkan atau menghasilkan produk
yang sesuai dengan standart yang ditentukan dalam satuan waktu yang lebih singkat
bahkan melebihinya.
Produktivitas kerja dipengaruhi oleh banyak faktor, antra lain (Anoraga dan Suyati,
1997) : pendidikan, motivasi, disiplin kerja, keterampilan, sikap etika kerja, gizi dan
kesehatan, tingkat penghasilan, lingkungan kerja dan iklim kerja, teknologi, sarana
produksi, jaminan sosial, manajemen, dan kesempatan beperstasi. Seringkali cara-cara
yang ditempuh pihak manajemen untuk meningkatkan produktivitas kerja karyawannya
dengan cara menaikkan gaji atau upah kerja. Menurut pendapat mereka gaji merupakan
faktor utama untuk mencapai kepuasan kerja. Pendapat ini tidak seluruhnya salah sebab
dengan mendapatkan gaji ia akan dapat melangsungkan kehidupannya sehari-hari. Tetapi
kenyataannya gaji yang tinggi tidak selalu menjdi faktor utama untuk mencapai kepusan
kerja. Kenyataan yang lain banyak perusahaan yang telah memberikan gaji yang cukup
tinggi, tetapi masih banyak karyawan yang merasa tidak puas dan tidak senang dengan
pekerjaannya. Gaji hanya memberikan kepuasan sementara karena kepuasan terhadap gaji
sangat dipengaruhi oleh kebutuhan dan nilai orang yang bersangkutan (Hullin, 1996).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Hasil penelitian ini diharapkan perusahaan dapat lebih meningkatkan kepuasan kerja
karyawan sehingga dalam pekerjaannya karyawan bisa lebih termotivasi untuk giat
dalam bekerja. Hal ini disebabkan kepuasan kerja mempunyai hubungan yang positif
dengan kinerja. Jadi semakin tinggi tingkat kepuasan kerja karyawan, semakin tinggi
pula tingkat kinerjanya.