Anda di halaman 1dari 6

UNIVERSITAS

Tipe Soal : Take Home


INDONESIA MAJU (UIMA)
19 November
Tanggal :
2022
UJIAN TENGAH SEMESTER
Revisi : 00
Halaman : 1-6

Nama : Lena Berliana


Npm : 31220000012
Mata Kuliah : Kode Etik Psikogi
Dosen Penanggung Jawab : Indah Sevti Wardani, S.Psi., M.Psi., Psikolog
SKS/Semester : 2/Ganjil
Tahun Akademik : 2022/2023
Program Studi : S1 Psikologi

SOAL

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Kode Etik Psikologi? dan apa fungsi dari Kode Etik
Psikologi?

Kode Etik Psikologi adalah seperangkat nilai-nilai untuk ditaati dan dijalankan dengan sebaik-
baiknya dalam melaksanakan kegiatan sebagai psikolog dan ilmuwan psikologi di Indonesia.

Kode Etik Psikologi difungsikan sebagai dasar pengaturan diri (self regulation) atau garis
batas bagi seluruh Psikolog dan Ilmuwan Psikologi dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat. Kode Etik memberikan perlindungan kepada masyarakat pengguna layanan
Psikologi, serta semua pihak yang terkait dengan layanan Psikologi atau pihak yang menjadi
objek dari studinya.
2. Jelasakan perbedaan antara Ilmuan Psikologi, Psikolog dan Psikiater?

1). Ilmuan Psikologi adalah ahli dalam bidang ilmu psikologi dengan latar belakang
pendidikan strata 1 dan/atau strata 2 dan/atau strata 3 dalam bidang psikologi. Ilmuwan
psikologi memiliki kewenangan untuk memberikan layanan psikologi yang meliputi bidang-
bidang pe- nelitian; pengajaran; supervisi dalam pelatihan; layanan masyarakat;
pengembangan kebijakan; intervensi sosial; pengembangan instrumen asesmen psikologi;
pengadministrasian asesmen; konseling sederhana;konsultasi organisasi; peran- cangan dan
evaluasi program. Ilmuwan Psikologi dibedakan dalam kelompok ilmu murni (sains) dan
terapan.

2). Psikolog adalah lulusan pendidikan profesi yang berkaitan dengan praktik psikologi dengan
latar belakang pendidikan Sarjana Psikologi lulusan program pendidikan tinggi psikologi strata
1 (S1) sistem kurikukum lama atau yang mengikuti pendidikan tinggi psikologi strata 1 (S1)
dan lulus dari pendidikan profesi psikologi atau strata 2 (S2) Pendidikan Magister Psikologi
(Profesi Psikolog). Psikolog memiliki kewenangan untuk memberikan layanan psikologi yang
meliputi bidang-bidang praktik klinis dan konseling; penelitian; pengajaran; supervisi dalam
pelatihan, layanan masyarakat, pengembangan kebijakan; intervensi sosial dan klinis;
pengembangan instrumen asesmen psikologi; penyelenggaraan asesmen; konseling; konsultasi
organisasi; aktifitas- aktifitas dalam bidang forensik; perancangan dan evaluasi program; serta
administrasi. Psikolog diwajibkan memiliki izin praktik Psikologi sesuai dengan ketizin
pentuan yang berlaku.

3) Psikiater adalah spesialisasi dari ilmu kedokteran. Jadi orang yang akan menjadi psikiater
harus menempuh sekolah kedokteran S1 terlebih dahulu. Setelah selesai sekolah dan
mendapatkan gelar dokter umum, psikiater akan berlanjut menjalani pelatihan residensi selama
empat tahun yang mengkhususkan diri dalam bidang psikiatri.

Sebagai dokter ahli psikiatri, seorang psikiater mengetahui segala hal tentang diagnosis dan
perawatan yang bisa dilakukan untuk setiap kondisi psikologis setiap pasien yang cenderung
rumit, seperti gangguan bipolar dan skizofrenia. Setelah lulus masa residensi, nantinya
psikiater akan bergelar dokter dan Sp.KJ (Spesialis Kesehatan Jiwa)
3. RK adalah seorang lulusan magister profesi psikologi dari Universitas ternama di kota J.
Kemudian, ia membuka praktik mandiri dengan memasang plang di depan rumahnya.
Suatu hari, RK kedatangan seorang klien laki-laki paruh baya dengan logat yang dapat
menunjukkan asal daerah klien tersebut. Karena kesan awal tersebut akhirnya RK menolak
klien tersebut dengan alasan sedang ada janji dengan klien lainnya. Padahal saat itu RK
sedang tidak ada janji dengan siapapun. Keesokan harinya RK kedatangan klien dengan
kecenderungan gejala depresi. RK melakukan asesmen seperti pada umumnya, namun
pada pertemuan ke 2 klien tersebut merasa tidak nyaman karena RK memberikan penilaian
yang subjektif. Tetapi karena sesi asesmen perlu berlanjut sehingga RK meminta kepada
klien untuk kembali lagi minggu depan.

Pelanggaran berdasarkan Buku Kode Etik Psikologi :

Pasal 2 prinsip A butir 4:


Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi menyadari dan menghormati perbedaan budaya,
individu dan peran, termasuk usia, gender, identitas gender, ras, suku bangsa, budaya,
asal kebangsaan, orientasi seksual, ketidakmampuan (berkebutuhan khusus), bahasa dan
status sosialekonomi, serta mempertimbangkan faktor-faktor tersebut pada saat bekerja
dengan orang-orang dari kelompok tersebut.

Pasal 9 Dasar-Dasar Pengetahuan Ilmiah dan Sikap Profesional


Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi dalam pengambilan keputusan harus berdasar pada
pengetahuan ilmiah dan sikap profesional yang sudah teruji dan diterima secara luas atau
universal dalam disiplin Ilmu Psikologi.

Pasal 13 Sikap Profesional butir B

Memberikan layanan kepada semua pihak yang membutuhkannya

Identifikasi
RK telah melakukan pelanggaran kode etik dengan tidak menggargai pebedaan usia, ras dan
suku bangsa sesuai dengan Pasal 2 prinsip A butir 4 . selain itu juga RK tidak memiliki
sikap profesional terhadap klien dengan menolak klien dengan alasan sedang ada janji dengan
klien lain nya. dan RK tidak memiliki tanggung jawab dengan apa yang dia miliki dan dia
jalankan. Sesuai dengan Pasal 13 ‘Memberikan layanan kepada semua pihak yang
membutuhkan. RK juga melakukan pelanggaran terhadap klien nya dengan memberikan
penilaian yang subjektif sehingga membuat klien nya merasa tidak nyaman dan juga terus
memaksa klien nya agar terus melanjutkan asesmen nya. Pasal 9 Dasar-Dasar Pengetahuan
Ilmiah dan Sikap Profesional Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi dalam pengambilan
keputusan harus berdasar pada pengetahuan ilmiah dan sikap profesional yang sudah teruji
dan diterima secara luas atau universal dalam disiplin Ilmu Psikologi
4. CP adalah seorang Ilmuan psikologi yang baru saja lulus dari sebuah perguruan tinggi di
kota T sehingga ia tidak memiliki Surat Ijin Praktek dari HIMPSI. Untuk mencari klien
dan dapat menunjang usahanya di bidang pelayanan psikologi CP mempublikasikan
dirinya melalui media sosial dan mengatakan bahwa ia telah menangani banyak klien. Ia
juga beberapa kali menjadi narasumber di media elektronik dan berbicara tidak sesuai
dengan bidang keahliannya dalam psikologi. Selanjutnya, ketika berpraktek CP juga
memberikan intervensi klinis dan psikoterapi pada klien yang datang.

Pelanggaran berdasarkan Buku Kode Etik Psikologi :

Pasal 28 Pertanggungjawaban ayat 1 dan 2

(1) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi; dalam memberikan pernyataan kepada


masyarakat melalui berbagai jalur media baik lisan maupun tertulis mencerminkan
keilmuannya sehingga masyarakat dapat menerima dan memahami secara benar agar
terhindar dari kekeliruan penafsiran serta menyesatkan masyarakat pengguna jasa
dan/atau praktik psikologi. Pernyataan tersebut harus disampaikan dengan;
 Bijaksana, jujur, teliti, hati-hati,
 Lebih mendasarkan pada kepentingan umum daripada pribadi atau golongan,
 Berpedoman pada dasar ilmiah dan di- sesuaikan dengan bidang keahlian/kewe-
nangan selama tidak bertentangan dengan kode etik psikologi.
(2) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi dalam pernyataan yang dibuat harus
mencantumkan gelar atau identitas keahlian pada karya di bidang psikologi yang
dipublikasikan sesuai dengan gelar yang diperoleh dari institusi pendidikan yang
terakreditasi secara nasional atau mencantumkan sebutan psikolog sesuai sertifikat yang
diperoleh.

Pasal 4 Penyalahgunaan di bidang Psikologi Butir 3

Pelanggaran kode etik psikologi adalah segala tindakan Psikolog dan/atau Ilmuwan
Psikologi yang menyimpang dari ketentuan yang telah dirumuskan dalam Kode Etik
Psikologi Indonesia. Termasuk dalam hal ini adalah pelanggaran oleh Psikolog terhadap
janji/sumpah profesi, praktik psikologi yang dilakukan oleh mereka yang bukan Psikolog,
atau Psikolog yang tidak memiliki Ijin Praktik, serta layanan psikologi yang menyimpang
dari ketentuan yang berlaku dalam Kode Etik Psikologi Indonesia.

Pasal 32 Iklan Diri yang Berlebihan

Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi dalam men- jelaskan kemampuan atau keahliannya
harus ber- sikap jujur, wajar, bijaksana dan tidak berlebihan dengan memperhatikan
ketentuan yang berlaku untuk menghindari kekeliruan penafsiran di ma- syarakat
Identifikasi :
berdasarkan kasus diatas CP telah melakukan pelanggaran kode etik dengan mempublikasikan
dirinya melalui social media dan berbicara tidak sesuai dengan keahliannya untuk
mendapatkan klien agar dapat menunjang usahanya di bidang pelayanan psikologi. Sesuai
dengan pasal 28 pertanggung jawaban ayat 1 dan 2, pasal 4 pelahgunaan dibidang
psikolog butir 3, dan pasal 32 iklan diri yang berlebihan. tindakan yang dilakukan CP
sangat merugikan orang lain dan juga menipu orang lain dengan mengatakan bahwa dirinya
telah menangani banyak klien. selain melakukan pelanggaran terhadap kode etik psikolog CP
juga pelakukan pelanggaran hukum penipuan dengan Pasal 378 KUHP yang berisi Barang
siapa dengan maksud hendak menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan melawan
hak, baik dengan memakai nama palsu atau kedaan palsu, baik dengan akal dan tipu muslihat,
maupun dengan karangan perkataan-perkataan bohong, membujuk orang supaya memberikan
sesuatu yang dapat menguntungkan diri sendiri.

5. DN merupakan psikolog yang terbiasa melakukan asesmen dalam setting Pendidikan. Saat
ini, ia mendapatkan tugas untuk melakukan psikotes di sebuah sekolah. Psikotes tersebut
bertujuan menentukan arah minat, bakat dan kemampuan siswa selanjutnya hasil psikotes
akan digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam penjurusan siswa. Kemudian ada
seorang siswa yang menerima laporan psikotes tetapi hasilnya menunjukkan penjurusan
itu tidak sesuai dengan keinginanannya. Siswa tersebut bersama dengan orang tuanya
mencoba menghubungi DN agar mau merubah laporan psikotes sesuai dengan keinginan
anaknya. Orang tua siswa tersebut juga membawakan sejumlah uang dan barang mewah
lainnya karena DN mau untuk merubah hasil psikotes siswa tersebut.

Pelanggaran berdasarkan Buku Kode Etik Psikologi :

Pasal 17 Konflik Kepentingan

Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi menghindar dari melakukan peran profesional apabila
kepentingan pribadi, ilmiah, profesional, hukum, finansial, kepentingan atau hubungan lain
diperkirakan akan merusak objektivitas, kompetensi, atau efektivitas mereka dalam
menjalankan fungsi sebagai Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi atau berdampak buruk bagi
pengguna layanan psikologi serta pihak-pihak yang terkait dengan pengguna layanan
psikologi tersebut.

Pasal 18 Eksploitasi ayat 2

Eksploitasi Data Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi tidak melakukan hal-hal yang
dianggap mengandung unsur pemanfaatan atau eksploitasi data dari mereka yang sedang
disupervisi, dievaluasi, atau berada di bawah wewenang mereka, seperti mahasiswa,
karyawan, partisipan penelitian, pengguna jasa layanan psikologi ataupun mereka yang
berada di bawah penyeliaannya dimana data tersebut digunakan atau dimanipulasi
digunakan untuk kepentingan pribadi.
Identifikasi :
DN dikatakan melanggar kode etik karena DN telah merubah laporan hasil psikotes seorang
siswa. Hal tersebut sesuai dengan Pasal 28 Ekploitasi ayat 2. Selanjutnya DN juga
melakukan pelanggaran kode etik dengan menerima sejumlah uang dan barang mewah
lainnya untuk merubah hasil psikotes siswa tersebut. Sesuai dengan Pasal 17 Konflik
Kepentingan bahwa ‘Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi menghindar dari melakukan
peran profesional apabila kepentingan pribadi, ilmiah, profesional, hukum, finansial,
kepentingan atau hubungan lain diperkirakan akan merusak objektivitas, kompetensi, atau
efektivitas mereka dalam menjalankan fungsi sebagai Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi
atau berdampak buruk bagi pengguna layanan psikologi serta pihak-pihak yang terkait dengan
pengguna layanan psikologi tersebut’.

Anda mungkin juga menyukai