Anda di halaman 1dari 44

PT.

MITRA HIJAU
INDONESIA

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur


LAPORAN
adipiscing elit, sed do eiusmod tempor
SURVEI HIDROOSEANOGRAFI
incididunt ut labore et dolore magna
aliqua. Ut enim ad minim veniam, quis
RUANG
nostrud KAWASAN
exercitationPERUNTUKAN
ullamco laborisINDUSTRI
nisi
PT.utPASURUAN
aliquip ex eaPRIMA CEMERLANG

NOPEMBER
2022
KATA PENGANTAR

Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang Laut (KKPRL) merupakan persyaratan


dasar yang harus dimiliki pelaku kegiatan menetap di ruang laut sesuai dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 5 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis
Risiko dan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Penataan
Ruang. Pelaksanaan KKPRL diatur dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
28 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang Laut.
Peraturan Pemerintah Nomor 21 tahun 2021 menguraikan tentang Penyelenggaraan
Penataan Ruang, bahwa Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang di perairan pesisir, wilayah
perairan, dan wilayah yurisdiksi, diterbitkan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang kelautan (Kementerian Kelautan dan Perikanan). Dalam pengajuan
perizinan berusaha tersebut, paling sedikit memuat disampaikan informasi terkait Koordinat
Lokasi; Rencana Bangunan dan Instalasi di Laut; Kebutuhan Luas Kegiatan Pemanfaatan
Ruang di Laut; Informasi Pemanfaatan Ruang di Sekitarnya; serta Kedalaman Lokasi.
Pengaturan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang di perairan pesisir kemudian
secara lebih lanjut diatur dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 28 Tahun
2021 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang Laut. Kementerian Kelautan dan Perikanan
sebagai lembaga pemerintah yang membidangi sektor kelautan dan perikanan, memiliki
wewenang dalam pelaksanaan KKPRL. KKPRL diberikan kepada pelaku usaha yang
memanfaatkan ruang laut secara menetap (dilakukan terus menerus paling singkat 30 hari).
Adapun bentuk perizinan yang diberikan adalah Persetujuan Kesesuaian Kegiatan
Pemanfaatan Ruang Laut (PKKPRL) dan Konfirmasi Kesesuaian Ruang Laut (KKRL).
Merujuk hal tersebut di atas berikut disampaikan hasil survey hidrooseanografi,
pemanfaatan lahan pesisir existing dan pemodelan hidrodinamika laut arus dan gelombang di
daerah penelitian. Survei yang telah dilakukan berupa survei batimetri, survei pasang surut
laut, survei garis pantai, survei pengambilan contoh sedimen, survey leveling untuk
penentuan tinggi Benchmark (BM). Pengambilan data lapangan dilakukan selama 20 hari,
mulai 1 Oktober s/d 20 Oktober 2022.
Ucapan terima kasih disampaikan kepada management PT. Mitra Hijau Indonesia dan
PT. ITS Tekno Sains.

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI…………………………………………………………… i
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………... ii
DAFTAR TABEL……………………………………………………… iv

I. SURVEY PASANG SURUT...……………………………………... 1


II. SURVEY BATIMETRI…………………………………………….. 7
V. ANGIN...........................…………………………………………..... 25
VI. GELOMBANG................………………………………………….. 25
VII. MORFOLOGI PERMUKAAN DASAR LAUT.......……………... 26
IX. PEMODELAN ARUS........................……………………………... 31

DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………… 38
X. PEMODELAN GELOMBANG......................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………….. 37

i
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kedudukan lokasi rambu pasang surut terhadap garis pantai 1


Gambar 2. Grafik hasil pengukuran tinggi muka air.............................. 2
Gambar 3. Pengikatan rambu pasang surut ke benchmark (BM)........... 3
Gambar 4. Levelling rambu pasut ke Benchmark (BM)......................... 4
Gambar 5. Ilustrasi kedudukan rambu pasut dengan BM....................... 6
Gambar 6. Gambaran Singlebeam Echosounder.................................... 7
Gambar 7. Koreksi kedalaman ............................................................... 9
Gambar 8. Peta batimetri ruang laut kawasan PT. PPC.......................... 10
Gambar 9. Peta batimetri ruang laut kawasan PT. PPC.......................... 11
Gambar 10. Pengukuran arus laut menggunakan current meter ............ 13
Gambar 11. Hubungan atara tinggi muka air dengan kecepatan arus
pasang surut di 0,2 D........................................................... 15
Gambar 12. Hubungan atara tinggi muka air dengan kecepatan arus
pasang surut di 0,6 D........................................................... 17

Gambar 13. Hubungan atara tinggi muka air dengan kecepatan arus
pasang surut di 0,8 D........................................................... 18

Gambar 14 : Pengukuran koordinat metode statik di BM 1.................... 19

Gambar 15 : Ilustrasi pengukuran metode real time kinematik (RTK)... 20

Gambar 16 : Setting receiver Emlid RS 2+ sebagai base dan rover 20

Gambar 17. Kondisi garis pantai yang tererosi ke arah darat akibat
22
perbeaan litologi..................................................................
Gambar 18. Kondisi garis pantai di foto dari ketinggian 70 m, kamera
22
menghadap dari Barat ke Timur..........................................
Gambar 19. Kondisi lahan dan garis pantai di foto dari ketinggian 70
23
m, kamera menghadap dari Timur ke Barat........................
Gambar 20. Kondisi lahan laut yang dimanfaatkan sebagai lokasi
24
pemelihraan rumput laut .....................................................
Gambar 21. Kondisi lahan laut yang dimanfaatkan sebagai lokasi
24
bagan ikan ...........................................................................
Gambar 22. Arah dan kecepatan angin di lokasi kegiatan selama tujuh 25
hari mulai 24 Oktober 2022

ii
Gambar 23. Arah dan tinggi gelombang di lokasi kegiatan selama 26
tujuh hari mulai 24 Oktober 2022 ......................................
Gambar 24. Sayatan dasar permukaan laut bagian Timur daerah 27
Penelitian.............................................................................
Gambar 25 Hasil Sayatan dasar permukaan laut bagian Timur daerah 27

Penelitian.............................................................................
Gambar 26 Sayatan dasar permukaan laut bagian Timur daerah 28

Penelitian.............................................................................
28
Gambar 27 Hasil Sayatan dasar permukaan laut bagian Timur daerah
29
penelitian............................................................................
30
Gambar 28 Kenampakan 3D dasar permukaan laut daerah penelitian
31
Gambar 29. Pengambilan sedimen dasar laut dengan sedimen grab
Gambar 30 Grafik combo tinggi muka air laut dengan kecepatan arus
32
Gambar 31 Arah dan kecepatan arus saat menuju surut (atas) dan saat
menuju pasang (bawah)......................................................
Gambar 32 Arah dan tinggi gelombang saat gelombang datang dari
34
arah Utara (atas), Tinggi permukaan air saat datang dari
arah Utara (bawah)..............................................................
Gambar 33 Arah dan tinggi gelombang saat gelombang datang dari 35
arah Timurlaut (atas), Tinggi permukaan air saat datang
dari arah Timurlaut (bawah)...............................................
Gambar 34 Arah dan tinggi gelombang saat gelombang datang dari 36
arah Baratlaut (atas), Tinggi permukaan air saat datang
dari arah Baratlaut (bawah)................................................

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Hasil pengukuran levelling antara rambu pasut dengn BM....... 3


Tabel 2. Konstanta pasang surut perairan di Lokasi penelitian............ 6
Tabel 3. Ketelitian pengukuran parameter survei hidrografi .................. 8
Tabel 4. Pemisahan arus pasut dan arus non pasut kedalaman 0,2 D...... 14
Tabel 5. Pemisahan arus pasut dan arus non pasut kedalaman 0,6 D..... 15
Tabel 6. Pemisahan arus pasut dan arus non pasut kedalaman 0,8 D..... 17
Tabel 7. Prosentase ukuran butir dasar laut di daerah 30
penelitian..............

iv
v
I. SURVEY PASANG SURUT
Daerah penelitian terletak di luasan daerah yang dibatasi oleh koordinat astronomis 113°
0'18.43"E, 7°39'7.03"S; 113° 1'12.67"E, 7°38'53.43"S; 113° 0'32.11"E, 7°37'0.46"S;
112°59'44.96"E, 7°37'20.99"S. Daerah ini merupakan perairan di sebelah Barat PLTU
Indonesia Power. Dinamika perairan ini dipengaruhi oleh fenomena pasang surut air laut.
Pasang surut air laut merupakan gerakan naik turunnya air laut terutama akibat pengaruh
adanya gaya tarik menarik antara massa bumi dan massa benda-benda angkasa, khususnya
bulan dan matahari. Elevasi Puncak muka air disebut pasang tinggi dan lembah elevasi
disebut pasang rendah. Periode pasang surut (Tidal Range) adalah waktu antara puncak atau
lembah gelombang ke puncak atau lembah gelombang berikutnya. Dalam siklus bulanan,
terjadi 2 kali pasang tinggi yang tertinggi dan pasang rendah yang terendah yaitu saat
konjungsi dan oposisi.
Perubahan muka air laut tersebut terjadi secara periodik naik dan turun muka air mempunyai
periode tertentu misalnya 12 jam atau 24 jam. Pengukuran pasang surut dilakukan pada
daerah yang selalu tergenang air, baik saat air surut maupun air pada keadaan pasang.
Pengukuran elevasi muka air sangat penting dalam perencanaa tinggi bangunan pantai.
Pengambilan data lapangan pasang surutmuka air laut dilaksanakan selama 15 piantan.
Analisis data pasang surut menggunakan data hasil survei yang dilaksanakan mulai tanggal
03 Oktober 2022 s/d 17 Okrober 2022. Hasil pengamatan pasang surut digambarkan dalam
suatu grafik pasang surut, gb 2. sebagai berikut :

POSISI : 113.01881631o BT, -7.64653669 o LS

Gambar 1. Kedudukan lokasi rambu pasang surut terhadap garis pantai

1
Grafik tinggi muka air di daerah penelitian
3 Oktober 2022 s/d 17 Oktober 2022
300

250
Tinggi muka air (cm)

200

150

100

50

0
19:0015:0011:00 7:00 3:00 23:0019:0015:0011:00 7:00 3:00 23:0019:0015:0011:00 7:00 3:00 23:00
4-Oct 6 0ct 8-Oct 10-Oct 12-Oct 14-Oct 16-Oct

Waktu (jam)

Gambar 2. Grafik hasil pengukuran tinggi muka air di daerah penelitian.

Penempatan rambu ukur untuk mengamati tinggi muka air laut, diletakkan pada posisi
koordinat astronomis 113.01881631o BT, -7.64653669 o LS.
Survei pasang surut dilakukan dengan menggunakan peralatan bak ukur (peilschale),
terbuat dari rangka kayu dengan tulisan ukuran berskala 1 cm. Titik 0,00 cm yang tertera di
peilschale diikatkan dengan benchmark (BM) yang telah ditentukan kolasinya di daratan.
Hal ini bertujuan untuk mengetahui beda tinggi elevasi muka air laut dengan elevasi di darat.
Pengukuran rambu pasang surut terhadap benchmark (BM) menggunakan waterpas dan bak
ukur. Pengukuran beda tinggi yang dimaksud adalah perbedaan ketinggian diatas permukaan
laut ke suatu titik tertentu sepanjang garis vertikal seperti yang ditunjukkan di Gambar 3.

2
Gambar 3. Pengikatan rambu pasang surut ke benchmark (BM)

Metode pengukuran beda tinggi tersebut dapat diperoleh dengan menggunakan


persamaan berikut:
∆ H =BT 1−BT 2
dengan:
H = Beda Tinggi
BT 1 : Pembacaan benang tengah terhadap rambu ukur pertama
BT 2 : Pembacaan benang tengah terhadap rambu ukur kedua

Hasil pengukuran di lapangan menunjukkan bahwa beda tinggi antara rambu pasut dengan
Benchmark (BM) 1 sebesar 8,333 meter dan BM 2 = B,298 meter

Tabel 1. Hasil pengukuran levelling antara rambu pasut dengn BM


BEDA
ALAT DI SASARAN BACAAN TINGGI
(mm)
ATAS TENGAH BAWAH
RAMBU 1300 1020
1
A 570 280 -10

2 A 3250 3170 3090 2085

B 1110 1085 1062.5

B 3840 3620 3400


3 3080
C 650 540 430

4 C 3135 3025 2950


2085
D 1010 940 870

3
5 D 180 164 154

BM1 107 101 950 63

BM2 160 136 112 28


Beda tinggi antara rambu pasut dengan BM 1 8333
Beda tinggi antara rambu pasut dengan BM 2 8298

Gambar 4. Levelling rambu pasut ke Benchmark (BM)

Klasifikasi dan penentuan konstanta pasang surut


Data pasang surut hasil survei selanjutnya akan dihitung nilai formzhal (F) menggunakan
metode Admiralthy . Hal ini untuk mengetahui setiap komponen harmonik pasang surut dan
tipe / jenis pasang surut dengan persamaan :

AK 1+ AO 1
f=
AM 2+ AS 2

4
dengan:
f =nilai formzhal
AK 1=amplitudo pasang surut tunggal utama
akibat deklinasi matahari
AO 1=amplitudo pasang surut tunggal utama
akibat deklinasi bulan
AS 2=amplitudo pasang surut gandautama
akibat gaya tarik matahari
AM 2=amplitudo pasang surut ganda utama
akibat gaya tarik bulan

Besaran nilai formzhal yang dihasilkan dari persamaan diatas menjadi dasar dalam
menentukan tipe pasang surut perairan yakni:

o F≤0,25 : Tipe pasang surut harian ganda (semidiurnal tide)


o 0,25< F >1,5 : Tipe pasang surut campuran condong harian ganda (mixed tide
prevailing semidiurnal tide)
o 1,5< F ≤ 3 : Tipe pasang surut campuran condong harian tunggal (mixed tide
prevailing diurnal tide)
o F>3 : Tipe pasang surut harian tunggal (Diurnal tide)

Tabel 2. Konstanta pasang surut perairan di Lokasi penelitian

  So M2 S2 N2 K2 K1 O1 P1 M4 MS4
A cm 148.1 53.3 47.6 10.9 10.9 28.9 26.2 9.5 1.5 1.5
g   397.9 310.7 79.4 310.7 366.6 241.6 366.6 -167.0 345.9

Tinggi muka air rata-rata sebesar 148,1 cm. Untuk mengetahui jenis pasang surutnya maka
dihitung bilangan formzahl dengan rumus :
F = (AK1 + AO1)/(AM2 + AS2) = 0,546
Bilangan Formzahl mengidentifikasikan tipe pasang surut di area area penelitian berjenis
Tipe pasang surut campuran condong ke harian Ganda. Dimana dalam satu hari terjadi dua
kali air pasang dan dua kali air surut. Namun tinggi dan periode pasutnya berbeda.
Hasil levelling dan pencatatan data pasang surut selanjutnya digambarkan dalam ilustrasi
kedudukan masing-masing ketinggian saat air surut (low water level (lwl)), saat air pasang
tinggi (high water level (hwl)) dan saat air laut dalam kedudukan rata-rata (mean sea level
(msl)). Berdasarkan data pengamatan pasut, diketahui bahwa kedudukan lwl pada saat
ketinggian air 0,10 meter, hwl saat air berketinggian 2,80 meter dan saat msl air

5
berkediudukan di ketinggian 1,48 meter. Selama pegukuran pasang surut, tunggang air
sebesar 2,70 meter.

BM1= +8,333 m

BM1
RAMBU PASUT
HWL=+2,800 m

MSL= +1,481 m

Gambar 5. Ilustrasi kedudukan rambuLWL=


pasut+dengan
0,10 m BM.

II. SURVEY BATIMETRI


Pemeruman / sounding
Pemeruman adalah proses dan aktivitas yang ditujukan untuk memperoleh gambaran (model)
bentuk permukaan (topografi) dasar perairan (seabed surface). Proses penggambaran dasar
perairan tersebut (sejak pengukuran, pengolahan hingga visualisasi) disebut dengan survei
batimetri. Model batimetri (kontur kedalaman) diperoleh dengan menginterpolasikan titi-titik
pengukuran kedalaman bergantung pada skala model yang hendak dibuat.

Titik-titik pengukuran kedalaman berada pada lajur-lajur pengukuran kedalaman yang


disebut sebagai lajur perum (sounding line). Lajur perum dibuat tegak lurus garis pantai.
Jarak antar titik-titik fiks perum pada suatu lajur pemeruman setidak-tidaknya sama dengan
atau lebih rapat dari interval lajur perum Dalam pengkukuran jarak antar lajur sebesar 25
meter. .Pengkuran kedalaman secara otomatis menggunakan unterval waktu 5 detik.
Pengukuran kedalaman menggunakan singlebeam garmin 585 plus, dibantu dengan metodr
pengambilan posisi koordinat metode RTK dengan receiver Emlid RS 2+.

6
Gambar 6. Gambaran Singlebeam Echosounder (Bambang Triatmodjo, 2008)

Berikut ini adalah tabel akurasi kedalaman yang tercantum di dalam Standar Nasional
Indonesia

Tabel 3. Ketelitian pengukuran parameter survei hidrografi (SNI 7646-2010- Hidrografi)

Kelas
Orde
No Deskripsi Khusus Orde1 Orde2 Orde3
20m+5% 150m+
5m+5%dari
dari 5% dari
kedalaman
kedalaman kedalaman
1 Akurasihorizontal 2m rata-rata
rata-rata rata-rata
Alat bantu navigasi tetap
dan kenampakan yang
berhubungan dengan 5
2 2m 2m 5m
navigasi m
3 Garispantai 10m 20m 20m 20m
4 Alatbantunavigasi terapung 10m 10m 20m 20m
5 Kenampakantopografi 10m 10m 20m 20m
a=0,25m a=0,5m a=1,0m a=1,0m

6 Akurasi Kedalaman
b=0,0075 b=0,013 b=0,023 b=0,023

7
Analisa dan Pengolahan Data Batimetri

Data hasil pengukuran batimetri terlebih dahulu dilakukan koreksi terhadap pasang surut
dan koreksi transducer. Besarnya koreksi pasang surut adalah nilai kedalaman (yang telah
terkoreksi transducer) dikoreksi dengan nilai reduksi yang sesuai kedudukan permukaan laut
pada waktu pengukuran (Soeprapto, 2001 dalam Simanjuntak, 2012). Reduksi (koreksi)
pasang surut laut dirumuskan sebagai berikut :

rt = TWLt — (MSL + Z0).........................(1)

keterangan :
rt : besarnya reduksi yang diberikan kepada hasil pengukuran kedalaman pada waktu t
TWLt : kedudukan permukaan laut terukur pada waktu t
MSL : muka air laut rata-rata
Z0 : kedalaman muka air surutan di bawah MSL

Tide
guage
TWL
t

MSL

r
t Z
0
TWL MSL
t Muka
surutan
Kedalaman titik
a
a

Gambar 7. Koreksi kedalaman antara hasil pemeruman dengan pasang surut air

8
setelah itu, maka ditentukan kedalaman sebenarnya :

D = dT – rt.................................................(2)

keterangan :
D : kedalaman sebenarnya Dt
dT : kedalaman terkoreksi transducer
rt : reduksi pasang surut air laut

Hasil pemetaan batimetri disajikan sebagai berikut :

9
Gambar 8. Peta batimetri ruang laut kawasan PT. Pasuruan Prima Cemerlang dengan
backgroud citra

10
Gambar 9. Peta batimetri ruang laut kawasan PT. Pasuruan Prima Cemerlang
III. SURVEY ARUS

11
Periode dimana muka air naik disebut pasang, sedangkan periode dimana muka air laut turun
disebut surut. Variasi muka air laut menimbulkan arus yang disebut arus pasang surut. Arus
pasang surut mengangkut massa air dalam jumlah yang sangat besar. Gerakan air vertikal
yang berhubungan dengan naik dan turunnya pasang surut, diiringi oleh gerakan air
horizontal yang disebut dengan arus pasang surut.  Arus pasang surut biasanya mempunyai
besaran yang relatif kecil. Namun demikian, efek yang ditimbulkan dapat, terutama bagi
sedimentasi atau pendangkalan pada kolam Pelabuhan.
Di laut lepas, arah aliran arus pasang surut memiliki arah yang berotasi serta alirannya
berlangsung kontinyu dengan arah yang selalu berubah sepanjang putaran pada periode
pasang surut. Rotasi tersebut disebabkan oleh adanya rotasi bumi. Umumnya, di belahan
bumi Utara, arah rotasi searah dengan jarum jam. Sebaliknya berarah berlawanan dengan
arah jarum jam di bumi bagian Selatan.
Pemisahan arus pasang surut dan arus non pasang surut dilakukan terhadap data arus yang
telah diukur dan diamati setiap jam dari pukul 24.00 WIB tanggal 7 Oktober 2022 s/d pukul
16.00 Oktober 2022. Pengukuran dilakukan di posisi : 113.0085 o BT, -7.63930555555556o
LS, kedalaman perairan 4,3 meter. Pengukuran dilakukan di tiga kedalaman, yaitu 0,2 D, 0,6
D dan 0,8 D. Peralatan yang digunakan adalah current meter valeport :

12
Gambar 10. Pengukuran arus laut menggunakan current meter Valeport

Hasilnya sebagai berikut :

Tabel 4. Pemisahan arus pasut dan arus non pasut kedalaman 0,2 D

STASIUN : PANTAI KARANG HITAM ALAT : VALEPORT


POSISI : 7.63931o 113.0085000 o KEDALAMAN : 4,3 m
TANGGAL : 7 OKTOBER 2022 DALAM STA : 0,86 m

KOMPONEN
KOMPONEN ARUS ARUS PASUT
JAM ARAH KEC ARUS PASUT
     m/det U T U T ARAH KEC
          m/det
0:00 80.96 0.15 0.02 0.15 0.00 0.059 93.67 0.06
1:00 98.81 0.31 -0.05 0.31 -0.08 0.222 108.78 0.23
2:00 43.03 0.03 0.02 0.02 -0.01 -0.009 229.17 0.01
3:00 37.41 0.11 0.08 0.06 0.06 -0.024 337.35 0.06
4:00 89.42 0.23 0.00 0.23 -0.02 0.139 100.16 0.14

13
5:00 334.01 0.11 0.10 -0.05 0.08 -0.139 118.37 0.16
6:00 47.73 0.14 0.09 0.10 0.07 0.013 11.44 0.07
7:00 258.28 0.12 -0.03 -0.12 -0.05 -0.211 256.01 0.22
8:00 63.28 0.08 0.04 0.07 0.01 -0.018 116.58 0.02
9:00 80.96 0.15 0.02 0.15 0.00 0.059 93.67 0.06
10:00 59.92 0.23 0.11 0.20 0.09 0.108 51.16 0.14
11:00 59.91 0.14 0.07 0.12 0.04 0.030 35.97 0.05
12:00 35.61 0.13 0.10 0.07 0.08 -0.015 349.09 0.08
13:00 52.90 0.13 0.08 0.10 0.05 0.014 15.62 0.05
14:00 111.09 0.02 -0.01 0.02 -0.04 -0.067 241.74 0.08
15:00 142.99 0.04 -0.03 0.02 -0.06 -0.065 227.24 0.09
16:00 162.69 0.18 -0.17 0.05 -0.20 -0.036 190.12 0.20

ARUS NON PASUT :

Arah : 72.98o Kecepatan : 0.09 m/s

300 0.25

250
0.2

200

Kecepatan arus (m/s)


Tinggi muka air (cm)

0.15

150

0.1
100

0.05
50

0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 00 00 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : 7 : 8: 9: 10 : 11 : 12 : 1 3 : 1 4 : 1 5 : 1 6 : 1 7 : 1 8 : 19 : 20 : 21 : 22 : 23 : 0 :

PASUT ARUS

Gambar 11. Hubungan atara tinggi muka air dengan kecepatan arus pasang surut di 0,2 D

Tabel 5. Pemisahan arus pasut dan arus non pasut kedalaman 0,6 D

14
VALEPOR
STASIUN : PANTAI KARANG HITAM ALAT :
T
POSISI : 7.63931o 113.0085000 o KEDALAMAN : 4,3 m
TANGGAL : 7 OKTOBER 2022 DALAM STA : 2,58 m

KOMPONEN
KOMPONEN ARUS ARUS PASUT
JAM ARAH KEC ARUS PASUT
     m/det U T U T ARAH KEC
          m/det
0:00 74.68 0.03 0.01 0.03 0.00 0.004 59.05 0.00
1:00 147.44 0.10 -0.08 0.05 -0.09 0.028 161.91 0.09
2:00 104.20 0.03 -0.01 0.03 -0.01 0.028 115.97 0.03
3:00 50.08 0.11 0.07 0.08 0.06 0.058 42.60 0.09
4:00 115.47 0.19 -0.08 0.17 -0.09 0.147 120.46 0.17
5:00 195.92 0.10 -0.09 -0.03 -0.10 -0.051 206.84 0.11
6:00 165.16 0.12 -0.12 0.03 -0.12 0.008 176.48 0.12
7:00 267.78 0.03 0.00 -0.03 -0.01 -0.056 263.39 0.06
8:00 40.39 0.08 0.06 0.05 0.06 0.028 26.98 0.06
9:00 71.74 0.03 0.01 0.03 0.00 0.002 32.12 0.00
10:00 27.17 0.12 0.10 0.05 0.10 0.029 16.71 0.10
11:00 32.37 0.16 0.13 0.09 0.13 0.062 25.54 0.14
12:00 25.05 0.10 0.09 0.04 0.09 0.019 12.64 0.09
13:00 332.33 0.11 0.10 -0.05 0.09 -0.076 321.18 0.12
14:00 274.59 0.07 0.01 -0.07 0.00 -0.095 270.30 0.09
15:00 217.14 0.07 -0.05 -0.04 -0.06 -0.063 227.62 0.09
16:00 210.09 0.06 -0.05 -0.03 -0.06 -0.055 222.72 0.08

ARUS NON PASUT :

Arah : 77.49o Kecepatan : 0.02 m/s

15
300 0.18

0.16
250
0.14

200 0.12

Kecepatan arus (m/s)


Tinggi muka air(cm)

0.1
150
0.08

100 0.06

0.04
50
0.02

0 0
00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00
0: 2: 4: 6: 8: 1 0: 1 2: 1 4: 1 6: 1 8: 2 0: 2 2: 0:
PASUT ARUS

Gambar 12. Hubungan atara tinggi muka air dengan kecepatan arus pasang surut di 0,6 D

Tabel 6. Pemisahan arus pasut dan arus non pasut kedalaman 0,8 D

STASIUN : PANTAI KARANG HITAM ALAT : VALEPORT


POSISI : 7.63931o 113.0085000 o KEDALAMAN : 4,3 m
TANGGAL : 7 OKTOBER 2022 DALAM STA : 2,58 m

KOMPONEN
KOMPONEN ARUS ARUS PASUT
JAM ARAH KEC ARUS PASUT
     m/det U T U T ARAH KEC
          m/det
0:00 80.96 0.15 0.02 0.15 0.02 0.107 80.16 0.11
1:00 84.97 0.31 -0.05 0.31 -0.05 0.270 101.16 0.28
2:00 40.43 0.03 0.00 0.03 0.00 0.028 94.17 0.03
3:00 74.86 0.11 0.08 0.07 0.08 0.027 20.01 0.08
4:00 167.31 0.23 0.06 0.22 0.06 0.181 73.07 0.19
5:00 219.15 0.11 -0.11 0.02 -0.11 -0.016 188.20 0.12
6:00 212.81 0.14 -0.11 -0.09 -0.12 -0.131 228.60 0.17

16
7:00 251.95 0.02 -0.01 -0.01 -0.02 -0.050 249.74 0.05
8:00 39.98 0.00 0.00 0.00 -0.01 -0.041 263.04 0.04
9:00 8.03 0.03 0.02 0.02 0.02 -0.023 304.88 0.03
10:00 128.97 0.06 0.06 0.01 0.05 -0.033 329.04 0.06
11:00 84.97 0.07 -0.04 0.05 -0.05 0.010 167.93 0.05
12:00 110.30 0.06 -0.02 0.06 -0.03 0.016 148.11 0.03
13:00 9.61 0.09 0.09 0.02 0.08 -0.026 342.91 0.09
14:00 314.31 0.07 0.05 -0.05 0.04 -0.092 295.79 0.10
15:00 324.73 0.04 0.03 -0.02 0.03 -0.063 292.05 0.07
16:00 277.99 0.09 0.01 -0.09 0.01 -0.129 273.25 0.13

ARUS NON PASUT :

Arah : 83.04o Kecepatan : 0.04 m/s

300 0.3

250 0.25

200 0.2

Kecepatan arus (m/s)


Tinggi muka air (cm)

150 0.15

100 0.1

50 0.05

0 0
0 0 00 00 0 0 0 0 00 00 0 0 00 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 00
0 : 1: 2: 3 : 4 : 5: 6: 7 : 8: 9 : 1 0 : 11 : 1 2 : 13 : 14 : 1 5 : 16 : 17 : 1 8 : 1 9 : 20 : 21 : 2 2 : 23 : 0:

PASUT ARUS

Gambar 13. Hubungan atara tinggi muka air dengan kecepatan arus pasang surut di 0,8 D

IV. SURVEY GARIS PANTAI

17
Pemetaan garis pantai dibutuhkan untuk mengaitkan pengukuran daratan dengan pengukuran
kedalaman di laut. Hal ini dilakukan agar mendapatkan hasil pengukuran dengan titik acuan
yang sama, yaitu titik BM. Penentuan titik BM menggunakan peralatan GPS Geodetik
EMLID RS2+, dengan metode pengukuran statik. Hasilnya menunjukkan bahwa titik BM
berkedudukan posisi koordinat astronomis 113.0188216 o BT, -7.65065309o LS. Atau dengan
koordinat UTM : 722676.654 m E, 9153881.439 mS.

Gambar 14 : Pengukuran koordinat metode statik di BM 1

Hasil pengukuran koordinat secara statik, selanjutnya digunakan sebagai data untuk posisi
base station dalam pengamatan metode real time kinematik (RTK). Data ketinggian yang
digunakan adalah ketinggian hasil dari proses pengolahan data pasang surut, yakni 8,333
meter. Pemetikan titik-titk posisi dan ketinggian di sepanjang pantai di daerah penelitian
menggunakan metode RTK.
Pada sistem Real-Time Kinematic (RTK), stasiun referensi mengirimkan data ke pengguna
dengan format RTCM menggunakan sistem komunikasi data yang beroperasi pada pita
frekuensi VHF/UHF. Ketelitian tipikal posisi yang diberikan oleh sistem Real-Time
Kinematic (RTK) adalah sekitar 1-5 cm.

18
Gambar 15 : Iustrasi pengukuran metode real time kinematik (RTK)

Gambar 16 : Setting receiver Emlid RS 2+ sebagai base dan rover metode real time
kinematik (RTK)

19
Kondisi lahan dan garis Pantai
Kondisi lahan di daerah penelitian, tidak terlepas dari kondisi geologi di daerah tersebut.
Batuan yang terdapat di lokasi penelitian berupa endapan alluvial, batuan batu pasir tufan,
dan breksi.Kondisi tersebut mengakibatkan tanah yang kurang subur, apalagi jika disusuri,
maka terlihat bahwa tanah/soil tidak terlalu dalam atau tipis dan unsur hara kemungkinan
sedikit. Kondisi lahan dapat dilihat di gambar 6.
Kondisi garis pantai di daerah penelitian menunjukkan pantai yang dinamis, dinama garis
pantainya memiliki kecenderungan untuk mundur ke arah darat. Hal ini dipicu oleh jenis
litologi dan dinamika air laut, berupa gelombang dan arus yang mengerosi pantai di daerah
penelitian.
Lokasi penelitian memiiki litologi batuan sedimen, berupa perlapisan batuan hasil
pengendapan erupsi gunung api, berupa breksi dan batu pasir tufaan. Dimana perbedaan
batuan ini menghasilkan kekuatan batuan yang berbeda. Batuan breksi mengendap diatas batu
pasir tufan. Akibatnya, gerusan air laut akibat gelombang dan arus laut mengakibatnya
terjadinya rongga di bagian batupasir tufan. Karena kekosongan akibat rongga ini, maka
breksi, lama-lama akan patah dan melongsor ke bawah. Gambaran kejadian dari fenomena
ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 17. Kondisi garis pantai yang tererosi ke arah darat akibat perbeaan litologi

20
Gambar 18. Kondisi garis pantai di foto dari ketinggian 70 m, kamera menghadap dari Barat
ke Timur.

Gambar 19. Kondisi lahan dan garis pantai di foto dari ketinggian 70 m, kamera menghadap
dari Timur ke Barat.

21
Kondisi lahan laut

Saat kondisi surut tersurut, garis pantai maju ke arah laut, jarak terjauh 500 m. Pada kondisi
ini, lahan laut tampak rata dan belum optimal pemanfaatkan sumberdayanya. Hanya di lokasi
wisata pantai Karang Hitam dimanfaatkan sebagai lokasi untuk bermain di laut. Saat surut
kondisinya licin dan lumpur yang tidak begitu tebal, maksimal 40 cm, namun material
sedimennya runcing-runcing yang membuat kaki lecet. Di kedalaman 3 meteran yang terletak
lebih dari 1500 meter dari pantai dijumlai pemanfaatan lahan laut untuk pemasangan bagan
sebagai alat penagkap ikan. Selain bagan, dijumpai pula pemanfaatan lahan laut sebagai
lokasi pemeliharaan rumput laut. Jumlah bagan secara sepintas lebih dari 15 biji, tersebar di
lokasi penelitian. Pemeliharaan rumput laut dijumpai di satu lokasi, dekat dengan lokasi
pemasangan rambu pasang surut.

Gambar 20. Kondisi lahan laut yang dimanfaatkan sebagai lokasi pemelihraan rumput laut

22
Gambar 21. Kondisi lahan laut yang dimanfaatkan sebagai lokasi bagan ikan

V. ANGIN

Akuisisi data angin tidak dilakukan dengan cara primer, pengamatan langsung di lapangan.
Sebab analisis data meteorologi membutuhkan cakupan data kontinyu dan lama. Paling tidak
selama 10 tahun. Namun demikian untuk laporan saat ini akan disajikan data angin selama 7
hari yang diunduh dari https://peta-maritim.bmkg.go.id/ofs. Hasil akuissisi data dapat
ditunjukkan seperti mawar angin berikut :

23
Gambar 22. Arah dan kecepatan angin di lokasi kegiatan selama tujuh hari mulai 24
Oktober 2022

VI. GELOMBANG

Akuisisi data gelombang tidak langsung diamati dan diamati di lokasi penelitian. Analisis
data gelombang membutuhkan cakupan data kontinyu dan lama. Paling tidak selama 10
tahun. Namun demikian untuk laporan saat ini akan disajikan data gelombang selama 7 hari
yang diunduh dari https://peta-maritim.bmkg.go.id/ofs. Hasil akuissisi data dapat ditunjukkan
seperti mawar angin berikut :

24
Gambar 23. Arah dan tinggi gelombang di lokasi kegiatan selama tujuh hari mulai 24
Oktober 2022

VII. MORFOLOGI PERMUKAAN DASAR LAUT.

Hasil pemetaan batimetri menunjukkan bahwa permukaan dasar laut di daerah penelitian
memiliki relief yang relatif datar. Secara umum memiliki relief yang sama antara bagian
Timur dan bagian Barat. Jika dikaitkan dengan batas kegiatan, maka bagian Timur, yang
memiliki jangkauan lebih panjang, memiliki kelerengan yang lebih kecil dibandingkan
dengan yang di sebelah Barat. Kelerengan morfologi di bagian Timur sebesar 0,19 o atau
sebesar 0,33%. Sedangkan kelerengan daerah sebelah Barat sebesar 0,12 o atau sebesar 0,26
%. Profil permukaan dasar laut di daerah penelitian dapat ditunjukkan di gambar 25 s/d 28.

25
Gambar 24. Sayatan dasar permukaan laut bagian Timur daerah penelitian

Gambar 25 Hasil Sayatan dasar permukaan laut bagian Timur daerah penelitian

26
Gambar 26. Sayatan dasar permukaan laut bagian Timur daerah penelitian

Gambar 27 Hasil Sayatan dasar permukaan laut bagian Timur daerah penelitian

27
Gambar 28 Kenampakan 3D dasar permukaan laut daerah penelitian

VIII. KONDISI LITOLOGI DASAR LAUT DAERAH PENELITIAN.

Untuk mengetahui litologi atau jenis sedimen dasar laut, telah dilakukan pengambilan contoh
sedimen dasar laut, yaitu berada di lokasi koordinat astronomis sebagai berikut : A (113.007,
-7.64076), B (113.011, -7.64833), C (113.017, -7.64673), D (113.012, -7.63392) dan E
(113.007, -7.62217). Pengambilan sedimen dasar laut disesuaikan dengan luasan batas lokasi
penelitian. Hasil uji granulometri ukuran butir menunjukkan persentasi ukuran butir
penyusun sedimen permukaan dasar laut sebagai berikut :

28
Gambar 29. Pengambilan sedimen dasar laut dengan sedimen grab

Tabel 7. Prosentase ukuran butir dasar laut di daerah penelitian

Lokasi Prosentase Ukuran Butir

Pasir Lanau Lempung

A 20.25 50.15 29.6

B 15.45 45.35 39.2

C 2.75 40.65 56.6

D   42.25 57.75

E 6.55 35.25 58.2

29
IX. PEMODELAN ARUS

Pemodelan arus menggunakan perangkat lunak Surface modeling systems (SMS),


menggunakan modul advanced circulation (ADCIRC). Data yang digunakan adalah data
hasil pengukuran pasang surut, data batimetri an data garis pantai. Hasilnya, arus pasang
surut yang terjadi di lokasi penelitian berarah ke Utara saat surut dan berarah ke selatan saat
menuju pasang. Kuat arus saat pasut menuju surut terjadi pada time step ke 189 sebesar 0,04
m/s. Sedangkan saat kondisi air laut saat menuju pasang kecepatan arus tertinggi terjadi pada
timestep ke 195 dengan kuat arus sebesar 0,036 m/s.

Grafik combo tinggi muka air laut - kec. arus


2.5 0.045

2 0.04

1.5
0.035
1
0.03
Tinggi muka air (m)

0.5
0.025
0
3 5 7 9 1 3 5 7 9 1 3 5 7 9 1 3 5 7 9
16 16 16 16 17 17 17 17 17 18 18 18 18 18 19 19 19 19 19 0.02
-0.5
0.015
-1
0.01
-1.5

-2 0.005
Tinggi muka air
-2.5 0
(m)

Time step (jam) Kec. Arus (m/s)

Gambar 30 Grafik combo tinggi muka air laut dengan kecepatan arus

30
Gambar 31 Arah dan kecepatan arus saat menuju surut (atas) dan saat menuju pasang
(bawah)

31
X. PEMODELAN GELOMBANG

Pemodelan gelombang menggunakan perangkat lunak Surface-water modeling systems


(SMS), menggunakan modul CGWAVE. Data yang digunakan adalah data batimetri, data
garis pantai, data arah datangnya gelombang, tinggi gelombang dan periode gelombang.
Pemodelan dilakukan dengan arah datang gelombang dari arah Utara, Timurlaut dan Barat
laut. Hasilnya, tinggi gelombang yang sampai di pantai pada kedalaman 0,25 meter, sebesar
0 s/d 0,4 meter.

32
Gambar 32 Arah dan tinggi gelombang saat gelombang datang dari arah Utara (atas),
Tinggi permukaan air saat datang dari arah Utara (bawah).

33
Gambar 33 Arah dan tinggi gelombang saat gelombang datang dari arah
Timurlaut (atas), Tinggi permukaan air saat datang dari arah Timurlaut (bawah).

34
Gambar 34 Arah dan tinggi gelombang saat gelombang datang dari arah Baratlaut (atas),
Tinggi permukaan air saat datang dari arah Baratlaut (bawah).

35
DAFTAR PUSTAKA

https://kkp.go.id/djprl/artikel/38810-kkp-ingatkan-soal-izin-pemanfaatan-ruang-laut-ke-agung-
sedayu-group

https://kkp.go.id/djprl/bpsplpadang/page/7309-penyelenggaraan-penataan-ruang-laut

36

Anda mungkin juga menyukai