KAJIAN HIDROLOGI
PERUMAHAN KARTIKA
RESIDENCE
KABUPATEN KARAWANG
KAJIAN HIDROLOGI PERUMAHAN KARTIKA RESIDENCE 2018
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................................................1
2.1 Umum....................................................................................................................................5
II
KAJIAN HIDROLOGI PERUMAHAN KARTIKA RESIDENCE 2018
4.1 Kesimpulan..........................................................................................................................49
4.2 Rekomendasi.......................................................................................................................50
III
KAJIAN HIDROLOGI PERUMAHAN KARTIKA RESIDENCE 2018
DAFTAR TABEL
Tabel 2-5 Kala Ulang Berdasarkan Tipologi Kota & Luas Daerah Pengaliran........................................19
I
KAJIAN HIDROLOGI PERUMAHAN KARTIKA RESIDENCE 2018
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1-2 Salah satu Area yang Akan Dibuat Perumahan Kartika Residence.....................................3
Gambar 2-3 Jumlah Curah Hujan Tahunan Sta Hujan Bendung Walahar............................................10
Gambar 2-4 Curah Hujan (Rata-rata) Bulanan Sta Hujan Bendung Walahar.......................................10
Gambar 2-8 Peta Lokasi Sta Hujan Bendung Walahar dan Lokasi Proyek............................................13
Gambar 2-9 Analisis Perhitungan Curah Hujan Rancangan Harian Maksimum Tahunan....................16
II
KAJIAN HIDROLOGI PERUMAHAN KARTIKA RESIDENCE 2018
Gambar 3-9 Selokan pembuang dan sungai sebagai ujung selokan pembuang.................................42
III
KAJIAN HIDROLOGI PERUMAHAN KARTIKA RESIDENCE 2018
BAB 1
PENDAHULUAN
Laporan ini menyajikan analisis hidrologi dan hidrolika untuk merencanakan sistem drainase
pada proyek pembangunan Perumahan Kartika Residence yang berlokasi di Desa Gintung
Kerta, Kecamatan Klari, Kabupaten Karawang. Laporan ini disusun sesuai dengan Permen PU
No. 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan.
Ruang lingkup pekerjaan yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1
KAJIAN HIDROLOGI PERUMAHAN KARTIKA RESIDENCE 2018
2
KAJIAN HIDROLOGI PERUMAHAN KARTIKA RESIDENCE 2018
Gambar 1-2 Salah satu Area yang Akan Dibuat Perumahan Kartika Residence
3
KAJIAN HIDROLOGI PERUMAHAN KARTIKA RESIDENCE 2018
4
KAJIAN HIDROLOGI PERUMAHAN KARTIKA RESIDENCE 2018
BAB 2
KRITERIA PERENCANAAN DRAINASE
2.1 Umum
Konsep perencanaan sistem drainase dikenal sesuai dengan metode pengelolaannya, yaitu:
a) Mengalirkan secepat mungkin limpasan air yang ada di permukaan. Pendekatan ini
dilakukan untuk curah hujan dengan spektrum tinggi, dimana limpasan perlu segera
dialirkan agar tidak terjadi genangan.
b) Menahan (retention) dan menampung (detention) air yang jatuh ke permukaan, untuk
konservasi air tanah, dapat digunakan kembali, atau ditahan sementara untuk
mengurangi beban badan air penerima. Metode dapat diaplikasikan misalnya dengan
membuat embung atau sumur resapan sehingga besarnya dimensi outlet saluran
drainase dapat diperkecil. Pendekatan ini dilakukan untuk curah hujan dengan spektrum
rendah dan sedang, salah satunya karenaproses infiltrasi dapat terjadi secara optimal.
5
KAJIAN HIDROLOGI PERUMAHAN KARTIKA RESIDENCE 2018
eksisting yang mengalir di sisi barat daerah permukiman warga yang telah ada dan
selanjutnya akan digunakan sebagai badan penerima air limpasan dari saluran-
saluran drainase mikro yang terdapat di dalam Perumahan Kartika Residence. Debit
kelebihan air yang berasal dari Perumahan Kartika Residence tersebut dikeluarkan
setelah melewati kolam retensi sebagai upaya penerapan konsep zero runoff.
Desain ulang yang dipakai untuk merancang sistem drainase saluran tersebut dalam
perencanaan adalah 20 tahun.
b) Sistem Drainase Mikro (Lingkungan Permukiman)
Drainase mikro dalam perencanaan ini adalah bagian dari sistem drainse sekunder
dan drainase tersier yaitu terletak di sisi kanan kiri jalan lingkungan di dalam
perumahan, yang masuk ke dalam saluran utama yang selanjutnya diteruskan hingga
masuk ke badan penerima air. Sistem drainase ini umumnya dirancang untuk debit
limpasan dengan periode ulang 5 tahun.
Tekstur tanah adalah keadaan tingkat kehalusan tanah yang terjadi karena terdapatnya
perbedaan komposisi kandungan fraksi pasir, debu dan liat yang terkandung pada tanah
(Badan Pertanahan Nasional). Dari ketiga jenis fraksi tersebut partikel pasir mempunyai
ukuran diameter paling besar yaitu 2 - 0.05 mm, debu dengan ukuran 0.05 - 0.002 mm dan
liat dengan ukuran < 0.002 mm (penggolongan berdasarkan USDA). keadaan tekstur tanah
sangat berpengaruh terhadap keadaan sifat-sifat tanah yang lain seperti struktur tanah,
permeabilitas tanah, porositas dan lain-lain.
Menurut Hardjowigeno (1992) tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya tanah. Tekstur
tanah merupakan perbandingan antara butir-butir pasir, debu dan liat. Tekstur tanah
dikelompokkan dalam 12 klas tekstur. Kedua belas klas tekstur dibedakan berdasarkan
prosentase kandungan pasir, debu dan liat.
Berdasarkan survey lapangan yang telah dilaksanakan, terlihat bahwa wilayah Perumahan
Kartika Residence didominasi oleh permukaan tanah aluvial. Tanah Aluvial berwarna kelabu
muda bersifat fisik keras dan pejal jika kering dan lekat jika basah. Kaya akan fosfat yang
mudah larut dalam sitrat 2% mengandung 5% CO2 dan tepung kapur yang halus dan juga
6
KAJIAN HIDROLOGI PERUMAHAN KARTIKA RESIDENCE 2018
berstruktur pejal yang dalam keadaan kering dapat pecah menjadi fragmen berbetuk
persegi sedang sifat kimiawinya sama dengan bahan asalnya (Munir, 1996).
Sarief (1987) menyatakan bahwa tanah Aluvial berwarna kelabu sampai kecoklat-coklatan.
Tekstur tanahnya liat atau liat berpasir, mempunyai konsistensi keras waktu kering dan
teguh pada waktu lembab. Kandungan unsur haranya relatif kaya dan banyak tergantung
pada bahan induknya. Reaksi tanahnya dari asam, netral sampai basa. Berdasarkan bahan
induknya terdapat tanah Aluvial pasir, lempung, kapur, basa, asam dan lain-lain
(Darmawijaya, 1990).
Tanah Aluvial merupakan tanah endapan, dibentuk dari lumpur dan pasir halus yang
mengalami erosi tanah. Banyak terdapat di dataran rendah, di sekitar muara sungai, rawa-
rawa, lembah-lembah,maupun di kanan kiri aliran sungai besar. Tanah ini banyak
mengandung pasir dan liat, tidak banyak mengandung unsur-unsur zat hara. Ciri-cirinya
berwarna kelabu dengan struktur yang sedikit lepas-lepas dan peka terhadap erosi. Kadar
kesuburannya sedang hingga tinggi tergantung bagian induk dan iklim. Di Indonesia tanah
7
KAJIAN HIDROLOGI PERUMAHAN KARTIKA RESIDENCE 2018
Aluvial ini merupakan tanah yang baik dan dimanfaatkan untuk tanaman pangan (sawah dan
palawija) musiman hingga tahunan.
Tanah Aluvial mempunyai kelebihan agregat tanah yang didalamnya terkandung banyak
bahan organik sekitar setengah dari kapasitas tukar katio (KTK), berasal dari bahan bahan
sumber hara tanaman. Disamping itu, bahan organik merupakan sumber energi dari
sebagian besar organisme tanah. Tingkat kesuburan tanah aluvial sangat tergantung dengan
bahan induk dan iklim. Persebaran jenis tanah aluvial terdapat hampir di seluruh wilayah
Indonesia yang memiliki sungai-sungai besar seperti termasuk di Pulau Jawa.
8
KAJIAN HIDROLOGI PERUMAHAN KARTIKA RESIDENCE 2018
Hidrologi merupakan suatu ilmu yang mempelajari/ menjelaskan tentang kehadiran dan
gerakan air di alam kita ini yang merupakan benda cair dan menyangkut perubahan-
perubahannya antara keadaan cair, padat dan gas dalam atmosfir yang berada diatas dan di
bawah permukaan tanah. Penyebab kerusakan bangunan infrastruktur yang terutama
disebabkan oleh air sangat erat hubungannya dengan hidrologi dan sistim drainase pada
suatu kawasan, sehingga drainase direncanakan untuk menanggulangi dan mengendalikan
air limpasan akibat hujan, agar tidak menggenangi suatu kawasan dalam waktu yang lama
yang akan menyebabkan terganggunya fungsi bangunan dan infrastruktur, berkurangnya
kekuatan suatu bangunan dan kenyamanan bagi masyarakat
Metoda perhitungan yang dipakai dalam analisa hidrologi ini adalah analisa debit banjir dari
curah hujan maksimum harian dan selanjutnya dengan analisa frekuensi dapat dihitung
besarnya curah hujan harian maksimum rencana. Data curah hujan yang diperlukan adalah
data hujan harian maksimum pada tiap tahun, sekurang-kurangnya selama 10 tahun
berturut-turut. Curah hujan rencana tersebut selanjutnya didistribusikan dalam selang
waktu tertentu. Data hujan yang digunakan untuk perencanaan “Perumahan Kartika
Residence Karawang” dan memiliki perode harian maksimum tahun terbaru dan cukup
panjang berasal dari Stasiun Hujan Bendung Walahar selama 15 tahun (2003 – 2017) yang
didapatkan dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air Bandung. Secara
geografi lokasi stasiun hujan tersebut masih berada di daerah Karawang yang secara umum
memiliki karakter iklim yang serupa.
Pengamatan data curah hujan tahunan di lokasi proyek dengan periode panjang data 15
tahun menunjukkan curah hujan rata-rata tahunan di Kawasan Karawang sebesar 1.865 mm
(lihat Grafik 2.2). Adapun curah hujan rata-rata tahunan Pulau Jawa 3.000 mm/tahun,
menunjukkan bahwa kondisi curah hujan di Kawasan Karawang cukup tinggi. Adapun rata-
rata curah hujan bulanan di lokasi proyek berdasarkan data yang diperoleh memberikan
gambaran bahwa pada mulai bulan Desember hingga bulan Februari memiliki curah hujan
yang tinggi dibandingkan bulan lainnya sebagaimana yang ditunjukkan pada Gambar 2.3.
9
KAJIAN HIDROLOGI PERUMAHAN KARTIKA RESIDENCE 2018
3000
2538
2500 2417
2196 2253
1986 1934
2000 1825 1834 1824
Curah Hujan (mm)
1627 1592
1562
1458 1431 1491
1500
1000
500
0
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Gambar 2-7 Jumlah Curah Hujan Tahunan Sta Hujan Bendung Walahar
Sumber : Puslitbang SDA-Bandung, 2018
450
400
350
Curah Hujan (mm)
300
250
200
150
100
50
Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agst Sep Okt Nop Des
Gambar 2-8 Curah Hujan (Rata-rata) Bulanan Sta Hujan Bendung Walahar
Sumber : Puslitbang SDA-Bandung, 2018
Untuk melakukan analisis hidrologi dari suatu daerah, maka terlebih dahulu dilakukan
penentuan batas-batas daerah yang akan dianalisis yang dikenal dengan daerah tangkapan
air. Daerah tangkapan air, menurut Departemen Pekerjaan Umum, sendiri adalah suatu
daerah yang dibatasi oleh pembatas topografi berupa punggung-punggung bukit atau
gunung yang menampung air hujan yang jatuh di atasnya dan kemudian mengalirkannya
10
KAJIAN HIDROLOGI PERUMAHAN KARTIKA RESIDENCE 2018
Dalam menentukan daerah tangkapan yang memiliki pengaruh terhadap aliran permukaan
ke arah Perumahan Kartika Residence, digunakan beberapa sumber peta yang ditunjukan
pada gambar-gambar berikut ini:
Lokasi Rencana
Perumahan Kartika
Residence
Gambar 2-5 Peta dasar citra yang digunakan untuk menentukan daerah tangkapan air
11
KAJIAN HIDROLOGI PERUMAHAN KARTIKA RESIDENCE 2018
Dari peta kontur dan batas-batas hidrologis tersebut kemudian dapat ditentukan cathment
area nya. Untuk membuat perencanaan drainase di sebuah daerah, terlebih dahulu perlu
dipahami karakteristik DAS di lokasi pekerjaan. Berdasarkan analisa dari bentuk
topografinya, secara garis besar di sekitar lokasi diperoleh catchment area seluas 61,114
hektar (ha) seperti ditampilkan pada Gambar 2-7.
Berdasarkan peta diatas batas-batas cathment area untuk disebelah barat dibatasi oleh
Jalan Desa Klari, disebelah timur adalah Perumahan Green Pratama Residence, sebelah
utara dibatasi oleh Jalan Desa Klari dan di sebelah selatan dibatasi oleh Jalan Gintungkerta.
Metoda perhitungan yang umum dipakai dalam analisa debit banjir dari curah hujan
maksimum harian rencana dan selanjutnya dengan analisa frekuensi dapat dihitung
besarnya curah hujan harian maksimum rencana. Analisa ini diperlukan untuk optimalisasi
desain untuk perencanaan saluran drainase. Data curah hujan yang diperlukan adalah data
hujan harian maksimum pada tiap tahun, sekurang-kurangnya selama 10 tahun berturut-
turut. Data hujan yang digunakan merupakan data curah hujan harian maksimum berasal
dari Stasiun Hujan Bendung Walahar selama 15 tahun (2003 – 2017) dengan sumber data
12
KAJIAN HIDROLOGI PERUMAHAN KARTIKA RESIDENCE 2018
dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air – Bandung (2018) sebagaimana
yang disajikan pada Tabel 2.1. dibawah ini.
Orientasi lokasi Stasiun Hujan Bendung Walahar yang diperoleh terhadap lokasi
perencanaan disajikan pada Gambar 2.8.
Gambar 2-11 Peta Lokasi Sta Hujan Bendung Walahar dan Lokasi Proyek
13
KAJIAN HIDROLOGI PERUMAHAN KARTIKA RESIDENCE 2018
Analisa curah hujan maksimum rencana di lokasi dilakukan dengan metoda statistik. Sebaran
teoritis yang digunakan dalam analisis frekuensi dari berbagai metoda, yaitu sebaran
Haspers, der Weduwen, Log-Pearson tipe III, dan Gumbel tipe I.
X t = X +K S dev
dimana
X = hujan rata-rata
Perhitungan faktor frekuensi (K) dari beberapa metoda yang digunakan sebagai berikut :
Ri=Xt −
[ ( 1218 t+54 )
( Xt (1−t )+1272 t ) ]
dimana :
Xt
= Curah hujan maksimum yang terpilih
R
I=
t
R=
√ [ ]
1130t X i
t+ 3,12 100
14
KAJIAN HIDROLOGI PERUMAHAN KARTIKA RESIDENCE 2018
Dimana :
K 3=
2
Csl
1−
[(6 ( )
Csl 2
+K∗
Csl 3
6
−1 ) ]
dimana :
[ ( (
K 4 =− 0 . 45+0 . 7797 Ln −Ln T −
1
T ))]
dimana :
p = peluang (probalilitas)
15
KAJIAN HIDROLOGI PERUMAHAN KARTIKA RESIDENCE 2018
Gambar 2-12 Analisis Perhitungan Curah Hujan Rancangan Harian Maksimum Tahunan
16
KAJIAN HIDROLOGI PERUMAHAN KARTIKA RESIDENCE 2018
Untuk mendapatkan pola distribusi yang paling sesuai, maka dilakukan uji kecocokan
distribusi frekuensi. Metode yang digunakan dalam menguji kecocokoan pola distribusi data
hujan yag ada di lakukan dengan metode sebagai berikut :
Uji Chi-kuadrat dimaksudkan untuk menentukan apakah persamaan distribusi peluang yang
telah dipilih dapat mewakili dari distribusi statistik sampel data yang dianalisis. Pengambilan
keputusan uji ini menggunakan parameter 2. Parameter 2 dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan berikut :
k
( EF−OF ) 2
∑
2hitung = i = 1 EF
keterangan :
Hitung harga cr dengan menentukan taraf signifikan 5% dan dengan derajat kebebasan
yang dihitung dengan menggunakan persamaan :
Dk = K – (P + 1)
keterangan :
Dk = Derajat kebebasan
= 1 + (3.322 . log n)
17
KAJIAN HIDROLOGI PERUMAHAN KARTIKA RESIDENCE 2018
Uji kecocokan Smirnov-Kolmogorof, sering disebut juga uji kecocokan non parametrik,
karena pengujiannya tidak menggunakan fungsi distribusi tertentu. Uji ini digunakan untuk
menguji simpangan/selisih terbesar antara peluang pengamatan (empiris) dengan peluang
teoritis, atau dalam bentuk persamaan dapat di tulis seperti berikut:
maks =
|Pe −PT |
Keterangan:
m
P = N +1
PT = peluang teoritis dari hasil penggambaran data pada kertas distribusi (persamaan
distribusinya) secara grafis, atau menggunakan fasilitas perhitungan peluang menurut
wilayah luas dibawah kurva normal.
Dari hasil uji kecocokan diketahui bahwa semua metode distribusi lolos pengujian
kecocokan. Untuk selanjutnya berdasarkan Uji Smirnov-Kolmogrov diketahui bahwa
distribusi terbaik (dengan selisih Δ terbesar) didapatkan dari distribusi Haspers, sedangkan
berdasarkan Uji Chi Square diketahui bahwa distribusi terbaik (dengan selisih Δ terbesar)
didapatkan dari distribusi Haspers. Untuk selanjutnya, akan digunakan analisa hujan yang
mengikuti distribusi Haspers.
18
KAJIAN HIDROLOGI PERUMAHAN KARTIKA RESIDENCE 2018
Karakteristik hujan menunjukkan bahwa hujan yang besar tertentu mempunyai kala ulang
tertentu. Kala ulang rencana untuk saluran mengikuti standar ketentuan yang terdapat
dalam PU PLP Cipta Karya, yakni:
a) Kala ulang berdasarkan luas daerah pengaliran saluran dan jenis kota yan akan
direncanakan sistem drainasenya (dapat dilihat pada Tabel 3.2)
Tabel 2-5 Kala Ulang Berdasarkan Tipologi Kota & Luas Daerah Pengaliran
19
KAJIAN HIDROLOGI PERUMAHAN KARTIKA RESIDENCE 2018
b) Untuk bangunan pelengkap dipakai kala ulang yang sama dengan sistem saluran dimana
bangunan pelengkap ini berada ditambah 10% debit saluran.
Perhitungan curah hujan berdasarkan data hidrologi minimal 10 tahun terakhir (mengacu pada tata
cara analisa curah hujan drainase perkotaan)
Besarnya koefisien pengaliran suatu daerah dipengaruhi oleh kondisi karakteristik, sebagai
berikut (Subarkah, 1980: 51) :
1. Keadaan hujan.
2. Luas dan bentuk daerah pengaliran.
3. Kemiringan daerah pengaliran dan kemiringan dasar pegunungan.
4. Daya infiltrasi tanah dan perkolasi tanah.
5. Kebasahan tanah.
6. Suhu, udara, angin dan evaporasi.
7. Letak daerah aliran terhadap arah angin.
8. Daya tampung palung sungai dan daerah sekitarnya.
Bila tidak terdapat pengukuran limpasan yang terjadi maka untuk DAS tertentu besarnya
koefisien pengaliran dapat dilihat pada tabel berikut (Sosrodarsono, 1978: 145)
20
KAJIAN HIDROLOGI PERUMAHAN KARTIKA RESIDENCE 2018
Dalam menentukan debit banjir rencana (design flood), perlu didapatkan harga sesuatu
Intensitas Curah Hujan, terutama bila dipergunakan meode Rational. Intensitas curah hujan
adalah ketinggian curah hujan yang terjadi pada suatu kurun waktu dimana air tersebut
terkonsentrasi.
Untuk menentukan besarnya intensitas hujan tiap jam untuk hujan dengan durasi
sembarang dapat digunakan rumus Mononobe sebagai berikut :
2
I=( )( )
Rt 24
24 t
3
dimana :
I = intensitas curah hujan tiap jam (mm)
Rt = curah hujan rencana dengan periode ulang t tahun (mm)
t = waktu konsentrasi hujan jam ke t
Distribusi hujan jam-jaman ditetapkan dengan cara pengamatan langsung terhadap data
pencatatan hujan jam-jaman pada stasiun yang paling berpengaruh pada DPS. Bila tidak ada
maka bisa menirukan perilaku hujan jam-jaman yang mirip dengan daerah setempat pada
garis lintang yang sama. Distribusi tersebut diperoleh dengan pengelompokan tinggi hujan
ke dalam range dengan tinggi tertentu.
Dari data yang telah disusun dalam range tinggi hujan tersebut dipilih distribusi tinggi hujan
rancangan dengan berdasarkan analisis frekuensi dan frekuensi kemunculan tertinggi pada
distribusi hujan jam-jaman tertentu. Selanjutnya prosentase hujan tiap jam terhadap tinggi
hujan total pada distribusi hujan yang ditetapkan.
Namun mengingat tidak tersedianya data pengamatan hujan jam-jaman, untuk studi ini
ditetapkan dipilih distribusi 6 jam dengan asumsi rata-rata kejadian hujan maksimum harian
terjadi selama 6 jam. Distribusi hujan jam-jaman digunakan cara Mononobe.
21
KAJIAN HIDROLOGI PERUMAHAN KARTIKA RESIDENCE 2018
Berdasarkan data hujan rancangan terpilih dari Metode Haspers serta ratio distribusi hujan
jam-jaman dapat digambarkan hyetograf hujan untuk catchment area Kartika Residence
seperti berikut :
22
KAJIAN HIDROLOGI PERUMAHAN KARTIKA RESIDENCE 2018
23
KAJIAN HIDROLOGI PERUMAHAN KARTIKA RESIDENCE 2018
BAB 3
ANALISA HIDRAULIKA SALURAN
Analisis hidrolika dimaksudkan untuk mengetahui kapasitas saluran terhadap debit dengan
periode ulang tertentu. Dalam kaitannya dengan pekerjaan perencanaan drainase, analisis
hidrolika digunakan untuk mengetahui profil muka air saluran, baik untuk kondisi yang ada
(existing) maupun kondisi perencanaan. Elevasi muka air banjir ini selanjutnya digunakan
sebagai dasar perencanaan bangunan air.
Ada 2 (dua) enis saluran yaitu saluran terbuka dan tertutup. Sesuai dengan kondisi yang ada,
saluran terbuka lebih cocok untuk digunakan di lokasi pekerjaan karena mudah dalam
pelaksanaan dan pemeliharaan. Ada beberapa bentuk penampang melintang saluran
terbuka yang umum dilaksanakan, yaitu penampang trapesium, penampang tunggal persegi
dan penampang berganda,. Potongan melintang saluran yang paling ekonomis adalah
saluran yang dapat melewatkan debit maksimum untuk luas penampang basah, kekasaran
dan kemiringan dasar tertentu. Faktor yang terpenting dalam menentukan pilihan bentuk
penampang saluran adalah pertimbangan ekonomi.
Dalam analisis hidrolika sungai dan atau sungai lain yang mempengaruhi daerah studi ini,
akan digunakan aliran tidak tetap (unsteady non-uniform flow). Penyelesaian sifat aliran ini
secara umum menggunakan persamaan dasar momentum dan kontinuitas.
Untuk saluran yang prismatis pada penampang melintang sembarang, maka persamaan
momentum ditulis sebagai berikut :
24
KAJIAN HIDROLOGI PERUMAHAN KARTIKA RESIDENCE 2018
Rumus : A=B × h
P=B+2. h
A B ×h
R= =
P B+2. h
dimana:
R= jari-jari hidrolik (m)
A= luas penampang basah (m2)
P= keliling basah (m)
25
KAJIAN HIDROLOGI PERUMAHAN KARTIKA RESIDENCE 2018
Adapun rumus hubungan antara debit dengan luas penampang saluran dan kecepatan aliran
adalah:
Q=V × A
dimana:
Q = debit saluran drainase maksimum (m3/dt)
V = kecepatan aliran (m/dt)
A = luas penampang basah saluran (m2)
26
KAJIAN HIDROLOGI PERUMAHAN KARTIKA RESIDENCE 2018
Harga n
No Tipe saluran dan jenis bahan
minimum normal maksimum
Berumput pendek, sedikit tanaman pengganggu 0,022 0,027 0,033
3. Saluran alam :
Bersih lurus 0,025 0,030 0,033
Bersih, berkelok-kelok 0,033 0,040 0,045
Banyak tanaman pengganggu 0,050 0,070 0,080
Dataran banjir berumput pendek-tinggi 0,025 0,030 0,035
Saluran di belukar 0,035 0,050 0,070
Sumber: Chow Ven Te, Hidrolika Saluran Terbuka, 1989
Kecepatan minimum yang diijinkan sesuai dengan standar perencanaan drainase, sedangkan
kecepatan maksimum aliran dalam saluran harus dibatasi untuk mencegah terjadinya erosi
akibat kecepatan air yang besar.
Saluran pasangan batu V = 1,00 m/dt.
Saluran pasangan beton V = 1,50 m/dt.
27
KAJIAN HIDROLOGI PERUMAHAN KARTIKA RESIDENCE 2018
ϕ−180o
α =r sin( )
2
bila:
a = tinggi air (dalam m).
Ф = sudut ketinggian air (dalam radial)
r = jari-jari lingkaran (dalam m).
A = luas profil basah (dalam m2)
P = keliling basah (dalam m)
Luas profil basah berbentuk trapesium dapat dinyatakan dalam rumus sebagai
berikut:
B+ T
A=( )× h
2
28
KAJIAN HIDROLOGI PERUMAHAN KARTIKA RESIDENCE 2018
A=B × h
Bila:
A = luas profil basah (m2).
B = lebar dasar saluran (m).
29
KAJIAN HIDROLOGI PERUMAHAN KARTIKA RESIDENCE 2018
Paradigma baru dalam pengelolaan drainase dilakukan secara terpadu dengan konsep
ecodrain (berwawasan lingkungan) yang merupakan rangkaian usaha sejak dari sumber
(hulu) sampai ke muara (hilir) untuk membuang/mengalirkan hujan kelebihan melalui
saluran drainase dan atau sungai ke badan air (situ, , danau, waduk, bozem dan laut) dengan
waktu seoptimal mungkin sehingga tidak menyebabkan terjadinya masalah banjir dan
30
KAJIAN HIDROLOGI PERUMAHAN KARTIKA RESIDENCE 2018
kesehatan di dataran yang dilalui oleh saluran dan atau sungai tersebut (akibat kenaikan
debit puncak dan pemendekan waktu mencapai debit puncak).
Dalam konsep ekodrainase, air hujan tidak secepatnya dialirkan menuju sungai namun
diresapkan atau ditampung terlebih dahulu. Hal ini dapat dilakukan dengan membangun
sumur resapan dan kolam retensi. Dalam hal ini pola yang akan digunakan adalah pada
lokasi akan dibuat kolam penampungan di ujung saluran. Sehingga air hujan akan
menggenang di sepanjang saluran sampai ke kolam penampungan. Selain itu, konsep
ekodrainase juga dapat dilaksanakan secara terintegrasi dengan penanganan sampah dan
air limbah yang bertujuan memulihkan dan meningkatkan kualitas air saluran drainase
perkotaan dari pencemaran yang disebabkan oleh sampah atau air limbah yang masuk ke
dalam saluran drainase.
Kriteria yang harus dipenuhi untuk memilih bak/tandon/kolam retensi sebagai sarana
pengelolaan air hujan pada bangunan gedung dan persilnya menurut Peraturan Mentri
Pekerjaan Umum tentang Penyelenggaraan Sarana Prasaran Pengelolaan Air Hujan Pada
Bangunan Gedung dan Persilnya adalah :
a) Muka air tanah sangat dangkal sehingga tidak mungkin menyerapkan air hujan.
b) Permeabilitas tanah sangat kecil (<2,0 cm/jam) sehingga berpotensi menimbulkan
limpasan air yang membebani drainase kota.
c) Diutamakan pada daerah yang secara topografi berkontribusi melipaskan air hujan
yang berpotensi banjir pada daerah hilirnya.
d) Kondisi lahan sudah terbangun sehingga tidak memungkinkan sumur resapan,
biopori, dan retensi.
e) Meresapkan air hujan ke dalam tanah dapat mencemari air tanah.
f) Pemukiman yang sangat padat.
31
KAJIAN HIDROLOGI PERUMAHAN KARTIKA RESIDENCE 2018
Dari hasil analisa tabel 3-3 diatas dapat dilihat bahwa debit banjir pada lahan Existing
Perumahan Kartika Residence (Sebelum Pengembangan) sebesar 3,595 m³/det
Rencana layout saluran drainase dan arah alirannya di Perumahan Kartika Residence akan
dipetakan dengan mengacu pada kondisi existing hasil survey lapangan. Masih adanya
kegiatan irigasi teknis baik di sawah yang ada sebelum perumahan maupun setelah
perumahan mengharuskan layout saluran yang direncanakan harus dapat mengalurkan air
irigasi untuk sawah-sawah yang berada di daerah hilir rencana perumahan tersebut.
Sebagaimana yang terlihat pada Peta Layout Perumahan Kartika Residence di sebelah
timurnya terdapat saluran irigasi Sekunder Tarum yang mana masih dimanfaatkan unurk
sawah-sawah yang berada di lokasi rencana perumahan dan sekitarnya.
Dalam perancangan sistem jaringan drainase di Perumahan Kartika Residence akan dibuat
satu sistem pola aliran yang terintegrasi. Analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui
pengaruh banjir pada saluran dan sistem secara keseluruhan. Skema aliran drainase
tersebut ditampilkan beserta arah alirannya hingga menuju badan penerima air
sebagaimana yang disajikan pada Gambar 3-6. Sistem aliran drainase utama di dalam area
Perumahan Kartika Residence dibagi menjadi 3 (tiga) sesuai dengan kondisi , yaitu:
a) Aliran Saluran Drainase 1 (SL-1) yang dimulai dari Blok B1 dan keluar di Blok C3 2
sepanjang + 418,470 meter mengalir di bagian barat sebagai saluran drainase
sekunder dengan dimensi U – ditch 0,6 m x 0,8 m. Saluran ini berasal dari saluran
eksisting perumahan disekitar.
b) Aliran Saluran Drainase 2 (SL-2) yang dimulai dari Blok C3 2, lalu melewati Blok D5, dan
akhirnya keluar di jalan eksisting. Panjang saluran tersebut + 300,154 meter mengalir
di bagian tengah sebagai saluran drainase tersier dengan dimensi U – ditch 1 m x 1 m.
Saluran ini berasal dari saliran saluran drainase SL-1.
Pada sistem aliran ini terdapat 3 (tiga) buah inlet saluran irigasi yang masuk ke rencana
perumahan tersebut, yakni dari Blok F4, dari Blok F14 dan dari Blok D2.
c) Aliran Saluran Drainase 3 (SL-3) yang dimulai dari Blok B dan keluar di Blok B1A
sepanjang +141,560 meter mengalir di bagian barat sebagai saluran drainase
32
KAJIAN HIDROLOGI PERUMAHAN KARTIKA RESIDENCE 2018
sekunder dengan dimensi U – ditch 0,6 m x 0,6 m. Saluran ini berawal dari aliran
saluran eksisting perumahan.
d) Aliran Saluran Drainase 4 (SL-4) yang mengalir sepanjang + 286,320 meter mengalir di
bagian tengah sebagai saluran drainase sekunder dengan dimensi U – ditch 1 m x 1 m.
Saluran ini berasal dari saliran saluran drainase SL-3.
e) Aliran Saluran Drainase 5 (SL-5) yang dimulai dari Blok G dan keluar di Blok A sepanjang
+285,990 meter mengalir di bagian barat sebagai saluran drainase sekunder dengan
dimensi U – ditch 0,8 m x 1 m.
f) Aliran Saluran Drainase 6 (SL-6) yang dimulai dari Blok K dan keluar di Blok H sepanjang
+260,980 meter dengan dimensi U – ditch 1,2 m x 1,2 m
g) Aliran Saluran Drainase 7 (SL-7) yang mengalir sepanjang + 375,49 meter mengalir di
bagian tengah sebagai saluran drainase sekunder dengan dimensi U – ditch 1,4 m x 1,7
m. Saluran ini berasal dari saliran saluran drainase SL-6.
h) Aliran Saluran Drainase 8 (SL-8) yang mengalir sepanjang + 352,7 meter mengalir di
bagian tengah sebagai saluran drainase sekunder dengan dimensi U – ditch 0,8 m x 1
m. Saluran ini dimulai dari Blok K dan keluar di Blok E
i) Aliran Saluran Drainase 9 (SL-9) yang mengalir sepanjang + 275,17 meter mengalir di
dimulai dari Blok G dan keluar di Blok E dengan dimensi U – ditch 1,2 m x 1,2 m
j) Aliran Saluran Drainase 10 (SL-10) yang dimulai dari Blok E dan keluar di Blok F
sepanjang + 399,2 meter mengalir sebagai saluran drainase sekunder dengan dimensi
U – ditch 1,5 m x 1,5 m. Saluran ini berawal dari aliran saluran SL-9.
Secara umum bentuk saluran harus diusahakan sedemikian rupa agar dapat dicapai radius
hidraulik yang seoptimal mungkin. Dalam hal ini penampang yang memenuhi syarat (ideal)
untuk debit rendah maupun besar dalam rangka mempertahankan kecepatan aliran dan
debit yang maksimal, pendekatan yang terbaik untuk saluran terbuka adalah berbentuk
trapesium untuk daerah yang tersedia lahannya, atau bentuk tanggul tegak untuk daerah
yang tidak memungkinkan untuk pembebasan lahan. Pada pekerjaan ini direncanakan
33
KAJIAN HIDROLOGI PERUMAHAN KARTIKA RESIDENCE 2018
Kemiringan memanjang dasar saluran atau slope didasarkan pada keadaan topografi di
lapangan, juga tergantung dari elevasi outlet saluran. Jagaan atau freeboard suatu saluran
adalah jarak vertikal permukan air kondisi rencana dengan puncak tanggul saluran atau
muka tanah di kiri dan kanan saluran. Jagaan ini dimaksudkan agar saluran dapat menerima
banjir dengan periode ulang yang lebih tinggi dengan kondisi penampang penuh (full bank
capacity). Tinggi jagaan yang akan digunakan dalam perencanaan ini tergantung pada fungsi
dan jenis dari masing-masing saluran tersebut. Dalam perencanaan akan digunakan tinggi
jagaan untuk saluran tersier 0,20 m, saluran sekunder 0,30 m dan saluran primer 0,50 m.
Penentuan kecepatan aliran di mana saluran yang direncanakan didasarkan pada kecepatan
minimun yang diperbolehkan agar tetap self cleansing dan kecepatan maksumum yang
diperbolehkan agar tetap aman. Kecepatan maksimum aliran agar ditentukan tidak lebih
besar dari kecepatan maksimum yang diijinkan sehingga tidak terjadi kerusakan. Kecepatan
maksimum ditentukan oleh kekasaran dinding dan dasar. Untuk saluran tanah V = 0,7 m/dt.
Pasangan batu kali V = 2 m/dt dan pasangan beton V = 3 m/dt. Adapun kecepatan minimum
aliran agar ditentukan tidak lebih kecil dari pada kecepatan minimum yang diijinkan
sehingga tidak terjadi pengendapan yang memungkinkan tumbuhnya tanaman air.
Kecepatan yang dapat mencegah tumbuhnya tanaman air, yaitu Vmin = 0,6 m/detik.
34
KAJIAN HIDROLOGI PERUMAHAN KARTIKA RESIDENCE 2018
35
KAJIAN HIDROLOGI PERUMAHAN KARTIKA RESIDENCE 2018
SEGMEN 1 SEGMEN 2 SEGMEN 3 SEGMEN 4 SEGMEN 5 SEGMEN 6 SEGMEN 7 SEGMEN 8 SEGMEN 9 SEGMEN 10
Keterangan Satuan
SL1 - SL2 SL 2 SL3 - SL4 SL4 - SL5 SL 5 - SL7 SL6 - SL7 SL7 SL8 SL9 - SL10 SL10
Catchmen Area ( A ) km² 0,159 0,219 0,094 0,349 0,296 0,595 0,135 0,266 0,521 0,663
Panjang Segmen ( L ) m 418,470 300,154 141,560 286,320 285,990 260,980 375,49 352,7 275,17 399,2
Kelandaian ( Io ) % 0,119 0,050 0,053 0,050 0,050 0,050 0,05 0,05 0,05 0,05
Koefisien Pengaliran ( C ) 0,500 0,500 0,500 0,500 0,500 0,500 0,5 0,5 0,5 0,5
Intensitas Hujan ( I ) mm/jam 72,726 72,726 72,726 72,726 72,726 72,726 72,726 72,726 72,726 72,726
Debit Terjadi ( Qo ) =
0,2778 x C x I x A m³/det = 1,605 3,819 0,954 4,482 2,991 6,011 13,890 2,685 5,261 11,955
Rancangan
Lebar Dasar ( B ) m 0,600 1,000 0,600 1,000 0,800 1,200 1,400 0,800 1,200 1,500
Tinggi Muka Air ( y ) m 0,600 0,800 0,400 0,800 0,800 1,000 1,300 0,800 1,000 1,300
Luas Penampang Basah ( A ) m² 0,360 0,800 0,240 0,800 0,640 1,200 1,820 0,640 1,200 1,950
Keliling Basah ( P ) m 1,800 2,600 1,400 2,600 2,400 3,200 4,000 2,400 3,200 4,100
R 0,200 0,308 0,171 0,308 0,267 0,375 0,455 0,267 0,375 0,476
Kecepatan Aliran ( V ) m/det 7,388 6,370 4,439 6,370 5,790 7,268 8,267 5,790 7,268 8,515
Debit Rencana ( Qr ) m³/det 2,660 5,096 1,065 5,096 3,706 8,721 15,047 3,706 8,721 16,605
Kontrol ( Qr > Qo ) OK! OK! OK! OK! OK! OK! OK! OK! OK! OK!
36
KAJIAN HIDROLOGI PERUMAHAN KARTIKA RESIDENCE 2018
Tipikal bangunan saluran harus sesuai dengan kebutuhan struktur karena memiliki
resiko yang tinggi bilamana mengalami kesalahan dalam bidang struktur yang
selanjutnya dapat menyebabkan kerugian finansial yang besar. Akan tetapi sebaliknya,
tipikal struktur bangunan saluran yang terlalu kuat dan berlebihan ukurannya dapat
menyebabkan pemborosan biaya pelaksanaan saluran drainase kota, meskipun saluran
ini sangat aman terhadap kemungkinan keruntuhan. Oleh karena itu untuk tipikal
struktur bangunan saluran drainase harus yang tepat konstruksinya dan dengan
sendirinya layak ekonomis.
Tipe saluran untuk menormalisasi Saluran Utama yang masih merupakan saluran
yang telah ada sebelumnya adalah menggunakan batu kali. Secara detil gambaran
mengenai tipe saluran untuk drainase makro disajikan pada Gambar 5.3.
Saluran drainase mikro yang dipakai untuk mengalirkan air di sisi kiri dan kanan
jalan yang terdapat di lokasi perencanaan ke saluran drainase utama menggunakan
beton pracetak U-ditch tipe Tertutup (S2B). Secara detil gambaran mengenai tipe
saluran untuk drainase mikro disajikan pada Gambar 5.4.
Bangunan Pelengkap
a) Bak Kontrol
Bak kontrol dibangun pada bagian awal saluran, pertemuan saluran dan setiap
jarak 20 meter pada sepanjang saluran. Bak kontrol yang terletak pada bagian
awal saluran berfungsi mencegah tanah atau benda-benda yang lain masuk ke
dalam saluran. Sedangkan untuk bak kontrol yang dibangun pada pertemuan
saluran dan setiap jarak 20 meter pada saluran berfungsi untuk pemeliharaan
saluran drainase agar tidak tersumbat. Adapun konstruksi bangunan bak kontrol ini
menggunakan beton bertulang mutu K 225 dan tulangan dengan diameter 10 mm
jarak 200 mm, serta dilengkapi dengan tutup beton beban ringan (pabrikasi).
37
KAJIAN HIDROLOGI PERUMAHAN KARTIKA RESIDENCE 2018
b) Bangunan Outlet
Bangunan outlet ini dibangun untuk membuang air dari setiap saluran drainase
mikro di wilayah perencanaan ke saluran drainase makro. Konstruksi bangunan
outlet ini menggunakan beton dan batu kali. Gambaran mengenai Bangunan Outlet
secara detil disajikan pada Gambar 5.8.
38
KAJIAN HIDROLOGI PERUMAHAN KARTIKA RESIDENCE 2018
Berdasarkan analisa perhitungan debit hujan harian maksimum yang terjadi dan
rencana plotting elevasi debit banjir terhadap penampang sungai yang sudah
dilakukan, maka di dapatkan tinggi rencana muka air banjir sesuai dengan debit
maksimum air hujan periode ulang 5 tahunan adalah 1,50 m dari rencana dasar
saluran.
39
KAJIAN HIDROLOGI PERUMAHAN KARTIKA RESIDENCE 2018
Kolam tampungan (pond), direncanakan memiliki luas 9.532 m², sebelum mengalir
masuk ke saluran outlet yang akan berakhir di Saluran Pembuang (kali) seperti yang
disajikan pada dokumentasi gambar 3-9. Aliran air yang keluar dari kolam tampungan
secara overflow masuk ke saluran eksisting pada sisi jalan di luar area perumahan
perumahan. Direncanakan kedalaman kolam tampungan 5,50 m untuk dapat
menampung secara optimal. Berfungsi untuk menahan debit limpasan air hujan selama
satu jam. Dengan tinggi jagaan 50 cm, maka volume air yang tertampung sekitar
47.612 m3.
Sebelum masuk ke Sungai Cidarwolong yang berada di sebelah barat laut Perumahan
Kartika Residence, air overflow dari kolam tampungan maupun dari saluran drainase
kawasan perumahan dialirkan melalui saluran existing pada saluran jalan yang ada di
sisi barat area perumahan lalu pengembang harus membuat sodetan saluran drainase
sekunder dengan dimensi tinggi 2m dan lebar 2m sepanjang + 375 meter yang mana
kondisi saat ini merupakan sodetan tersebut lahan kebun milik warga setempat yang
perlu dilakukan pembebasan lahan terlebih dahulu.
40
KAJIAN HIDROLOGI PERUMAHAN KARTIKA RESIDENCE 2018
Saluran Existing
pada sisi jalan
41
KAJIAN HIDROLOGI PERUMAHAN KARTIKA RESIDENCE 2018
Sungai Cidarwolong
Gambar 3-23 Selokan pembuang dan sungai sebagai ujung selokan pembuang
42
KAJIAN HIDROLOGI PERUMAHAN KARTIKA RESIDENCE 2018
Konsep ekodrainase yaitu suatu konsep pengelolaan saluran drainase secara terpadu
dan berwawasan lingkungan, dimana air hujan tidak secepatnya dialirkan menuju
sungai namun diresapkan atau ditampung terlebih dahulu. Konsep ini menjadikan
prasarana drainase di wilayah kota berfungsi sebagai pengelola/pengendali air
permukaan (limpasan air hujan) sehingga diharapkan tidak menimbulkan masalah
genangan, banjir, dan kekeringan bagi masyarakat serta bermanfaat bagi kelestarian
lingkungan hidup.
43
KAJIAN HIDROLOGI PERUMAHAN KARTIKA RESIDENCE 2018
Bangunan sumur resapan adalah salah satu rekayasa teknik konservasi air berupa
bangunan yang dibuat sedemikian rupa sehingga menyerupai bentuk sumur gali
dengan kedalaman tertentu yang berfungsi sebagai tempat menampung air hujan yang
jatuh di atas atap rumah atau daerah kedap air dan meresapkannya ke dalam tanah.
Sumur resapan berfungsi memberikan imbuhan air secara buatan dengan cara
menginjeksikan air hujan ke dalam tanah. Sasaran lokasi adalah daerah peresapan air
di kawasan budidaya, permukiman, perkantoran, pertokoan, industri, sarana dan
prasarana olah raga serta fasilitas umum lainnya
Daerah perkotaan merupakan daerah yang berpenduduk padat. Lahan yang tertutupi
bangunan lebih banyak dibandingkan lahan terbuka. Di samping itu, kebutuhan air
tanah untuk keperluan rumah tangga cukup tinggi. Tak heran sejalan dengan
berkembangnya pemukiman penduduk, peresapan air hujan semakin lama semakin
sedikit. Sementara air yang ditarik ke atas permukaan melalui sumur-sumur atau
pompa semakin banyak, sehingga terjadi penurunan muka air tanah sehingga air sulit
didapat. Salah satu alternatif untuk memperbaiki keadaan air tanah tersebut adalah
melalui sumur resapan. Sumur resapan yang dapat diterapkan di perkotaan dapat
berupa sumur resapan individu ataupun kolektif.
44
KAJIAN HIDROLOGI PERUMAHAN KARTIKA RESIDENCE 2018
Berkaitan dengan sumur resapan ini terdapat SNI No: 03- 2453-2002 tentang Tata Cara
Perencanaan Sumur Resapan Air Hujan untuk Lahan Pekarangan, persyaratan umum
yang harus dipenuhi antara lain sebagai berikut:
Sumur resapan air hujan ditempatkan pada lahan yang relatif datar;
Air yang masuk ke dalam sumur resapan adalah air hujan tidak tercemar;
Penetapan sumur resapan air hujan harus mempertimbangkan keamanan
bangunan sekitarnya;
Harus memperhatikan peraturan daerah setempat;
Hal-hal yang tidak memenuhi ketentuan ini harus disetujui Instansi yang
berwenang.
Persyaratan teknis yang harus dipenuhi antara lain adalah sebagai berikut:
Kedalaman air tanah minimum 1,50 m pada musin hujan;
Struktur tanah yang dapat digunakan sebaiknya mempunyai nilai permebilitas
tanah ≥ 2,0 cm/jam.
45
KAJIAN HIDROLOGI PERUMAHAN KARTIKA RESIDENCE 2018
Jarak penempatan sumur resapan air hujan terhadap bangunan adalah: (a)
terhadap sumur air bersih 3 meter, sumur resapan tangki septik 5 meter dan
terhadap pondasi bangunan 1 meter.
Q=FkH
F = 5,5 x R/2
Apabila direncanakan untuk satu sumur resapan memiliki kedalaman resapan air 2
meter, radius sumur 0,75 meter, permeabilitas tanah 0,0001 m/detik, maka debit yang
meresap ke dalam tanah :
46
KAJIAN HIDROLOGI PERUMAHAN KARTIKA RESIDENCE 2018
Untuk menentukan jumlah kebutuhan sumur resapan diambil dari tabel yang ada di
Lampiran B SNI 03-2453-2002. Luas kawasan Perumahan Kartika Residence adalah
35,57 hektar. Pada tabel tersebut dikatakan untuk penggunaan sumur resapan dengan
r = 0,8 m dan H = 2 m dengan efisiensi penyerapan 75% setiap 100 m² dibutuhkan 3
sumur resapan. Maka dengan jumlah sumur resapan yang dianjurkan untuk
Perumahan Kartika Residence sebanyak 10.673 buah dapat meresapkan debit air
sebanyak 2,65 m3/detik. Pembuatan sumur resapan dapat dilakukan di sejumlah
halaman depan rumah yang luas dan ruang terbuka hijau (taman perumahan).
Rencana titik-titik sumur resapan dapat dilihat pada gambar 3-12.
Lubang resapan biopori adalah lubang silindris yang dibuat secara vertical ke dalam
tanah dengan diameter 10 cm dan kedalaman sekitar 100 cm, atau dalam kasus tanah
yang permukaan air tanah dangkal tidak sampai melebihi kedalaman air tanah. Lubang
diisi dengan sampah organic untuk memicu terbentuknya biopori. Biopori didefinisikan
sebagai pori-pori berbentuk lubang yang dibuat oleh aktivitas fauna tanah atau akar
tanaman.
Berdasarkan hasil penelitian, pada sejumlah 10 buah biopori rata-rata volume infiltrasi
sekitar 1,05 liter dalam waktu 60 menit sama dengan (0,00105/3600) m3/detik atau
2,9x10-7 m3/detik. Apabila di kawasan Perumahan Kartika Residence yang memiliki
47
KAJIAN HIDROLOGI PERUMAHAN KARTIKA RESIDENCE 2018
luas 35,57 hektar dibuat 106.730 lubang resapan biopori maka akan menyerapkan air
limpasan permukaan sebesar 3,8 liter/detik.
48
KAJIAN HIDROLOGI PERUMAHAN KARTIKA RESIDENCE 2018
BAB 4
4.1 Kesimpulan
49
KAJIAN HIDROLOGI PERUMAHAN KARTIKA RESIDENCE 2018
d) Untuk mengalirkan limpasan air yang berasal dari Perumahan Kartika Residence
hingga masuk ke Sungai Cidarwolong maka perlu dibuat sodetan saluran drainse
dimensi lebar 2 meter dan tinggi 2 meter sepanjang + 375 meter dengan
melewati tanah milik warga setempat
e) Hasil analisa perhitungan debit maksimum dan ploting elevasi debit maksimum
terhadap penampang saluran sekunder tersebut, maka elevasi pengembangan
lahan ditentukan sebagai berikut:
1. Elevasi jalan masuk (referensi awal) = + 20,00 m
2. Elevasi dasar saluran sekunder = + 18,50 m
3. Tinggi muka air banjir (MAB 5 thn) = + 19,80 m
4. Tinggi jagaan = 0,50 m
5. Elevasi pengembangan minimal = + 20,50 m
f) Rencana pembuatan sumur resapan sebanyak 10.673 buah dan lubang biopori
sebanyak 106.730 buah di dalam kawasan Perumahan Kartika Residence akan
mampu menyerap debit air hujan lebih dari 2,65 m3/detik.
4.2 Rekomendasi
a) Rencana lokasi Perumahan Kartika Residence yang berada di dalam area sawah
beriirigasi teknis maka dalam pembangunannya diperlukan koordinasi dengan
pihak petani dengan difasilitasi oleh pemerintah daerah terkait agar tidak ada
pihak yang saling dirugikan, dimana hal ini sangat penting untuk mengintegrasi
dimensi dan aliran seluruh saluran yang terdapat pada wilayah terbangun.
b) Perlu dilakukan pembebasan lahan untuk sodetan saluran drainase sepanjang 180
meter agar air limpasan yang berasal dari Perumahan Kartika Residence lebih
cepat masuk ke Sungai Cidarwolong sebagai badan penerima air drainase.
c) Pelaksanaan pembangunan perlu pengawasan yang ketat untuk mendapatkan
hasil yang sesuai dengan rencana.
d) Masa setelah konstruksi juga diperlukan pengelolaan dan perawatan terutama
pada badan saluran untuk menjaga kestabilan kosntruksi dan kebersihan dari
sampah agar tidak mengganggu kinerja sistem drainase yang telah direncanakan.
50