BAPPEDA
MASTERPLAN
DRAINASE
PEMERINTAH
KOTA BOGOR
KOTA BOGOR
Januari
2017
EXECUTIVE SUMMARY
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2-3 penggunaan lahan kota bogor ..................................................................... 2-5
Gambar 2-2 upaya penyelsaian masalah drainase berdasarkan analisis masterplan
2007 ........................................................................................................................................... 2-6
Gambar 2-3 Skema Irigasi Kota Bogor dan Permasalahannya .................................. 2-10
Gambar 3-1 Ketersediaan data curah hujan ..................................................................... 3-3
Gambar 3-2 luas pengaruh setiap stasiun .......................................................................... 3-4
Gambar 3-3 pembagian zona drainase ............................................................................. 3-4
Gambar 3-4 Curah Hujan Maksimum Wilayah DAS Total .............................................. 3-7
Gambar 3-5 Curah Hujan untuk Zona Drainase 1............................................................. 3-1
Gambar 3-6 Kurva IDF Zona Drainase 1 ............................................................................ 3-3
Gambar 3-7 Pembagian Zona Drainase ............................................................................ 3-4
Gambar 3-8 debit banjir zona drainase 1 ........................................................................ 3-5
GAMBAR 4-1 PETA KONTUR HASIL SURVEY ..................................................................... 4-2
Gambar 4-3 Curah Hujan Maksimum wilayah DAS Total................................................ 4-3
Gambar 4-4 Konsep Penglolaan Limpasan Permukaan .................................................. 4-5
Gambar 4-5 Konsep Perencanaan Sumur Resapan .......................................................... 4-6
Gambar 4-6 Aplikasi Sumur Resapan Pada Zona 15 ...................................................... 4-7
Gambar 4-7 Aplikasi Sumur Resapan Pada DAS Cisadane ........................................... 4-9
Gambar 4-8 Ekivalensi Luas Permukaan Sumur dan Kolam Retensi DAS Cisadane . 4-10
Gambar 4-9 Ekivalensi Luas Sumur Resapan Terhadap Volume Tampungan Pada DAS
CISADANE ................................................................................................................................ 4-11
Gambar 4-10 Ekivalensi Luas Biopori Terhadap Volume Tampungan Pada DAS
Cisadane .................................................................................................................................. 4-12
Gambar 4-11 Contoh Aplikasi Sumur Resapan pada Drainase Perkotaan............... 4-14
Gambar 5-1 Limpasan pada Kali Johar ............................................................................. 5-1
Gambar 6-1 Produk GIS: Kawasan yang tergenang di lokasi titik banjir ................... 6-1
Gambar 6-2 Kontur Kota Bogor ........................................................................................... 6-2
Gambar 6-5 Produk GIS: Lokasi kolam untuk menangani titik genangan .................... 6-2
Gambar 6-4 Simbol Hiperlink untuk membuka File Solusi ................................................ 6-3
Gambar 6-5 Produk GIS: Lampiran File Solusi di setiap lokasi genangan .................. 6-3
DAFTAR TABEL
Tabel 2-1 Kemiringan Lereng ................................................................................................ 2-4
Tabel 2-2 tata guna lahan bogor ......................................................................................... 2-5
Tabel 2-3 tata guna lahan untuk setiap zona drainase ................................................... 2-5
Tabel 3-1 Data Stasiun Curah Hujan Daerah Kajian ........................................................ 3-2
Tabel 3-2 luas pengaruh tiap stasiun hujan di setiap zona drainase (Ha) ................... 3-5
Tabel 3-3 curah hujan wilayah .............................................................................................. 3-6
Tabel 3-4 Uji Kecocokan Zona Drainase 1 ......................................................................... 3-2
Tabel 3-5 Analisis Frekuensi Zona Drainase 1 ................................................................... 3-2
Tabel 3-6 Kolmogorov-Smirnov Zona Drainase 1 ............................................................. 3-2
Tabel 3-7 Intensitas Hujan Zona Drainase 1 ....................................................................... 3-3
Tabel 3-8 Prioritas Penanganan Berdasarkan Kategori Resiko ..................................... 3-6
Tabel 3-9 Prioritas Implementasi Rencana perencanaan ................................................. 3-7
TABEL 4-1 Perbandigan nilai koefisien pengaliran dan debit banjir ............................ 4-4
Tabel 4-2 Kebutuhan Sumur Resapan/Ha......................................................................... 4-13
Tabel 4-3 Perkiraan Biaya Pengerjaan Sumur Resapan ............................................... 4-15
Tabel 5-1 Perencanaan Bak Penampung Sementara Tabel 5-2Dimensi Saluran
Rencana 5-1
Tabel 5-3 Perkiraan Biaya untuk Perencanaan Saluran Batu Pecah ............................. 5-1
Tabel 5-4 Perkiraan Biaya untuk Perencanaan Saluran U-Ditch .................................... 5-3
Tabel 7-1 Perbandingan Koefisien Pengaliran tahun 2007 dengan Sekarang.......... 7-1
Executive Summary
REVIEW MASTERPLAN DRAINASE KOTA BOGOR
1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Permasalahan banjir dan genangan air dikawasan perkotaan di Indonesia tidak
terlepas dari permasalahan buruknya sistem jaringan drainase. Namun meningkatnya
permasalahan banjir, genangan air, dan pencemaran air di kawasan perkotaan serta
sedimentasi sampai saat ini belum dapat diatasi dan terus meningkat seiri ng dengan
perkembangan kota. Pengendalian permasalahan diatas belum dapat diatasi meskipun
telah dilaksanakan berbagai upaya pembangunan infrastruktur drainase. Pemulihan
kualitas aliran saluran drainase perkotaan dapat dilakukan jika masyarakat dilibatkan
didalam pengelolaan saluran drainase. Sesuai dengan sasaran pembangunan nasional
bidang drainase, yaitu terbebasnya saluran-saluran drainase dari sampah sehingga
mampu meningkatkan fungsi saluran drainase sebagai pematus air hujan dan
berkurangnya wilayah genangan permanen dan temporer hingga 75 % dari kondisi
saat ini, maka dibutuhkan kerjasama dari berbagai pihak agar sasaran pembangunan
nasional tersebut dapat terwujud.
Pada tahun 2007 sudah dilakukan kegiatan penyusunan Masterplan Drainase yang
berisikan 15 Zona dari sungai dan anak sungai. Lalu pada tahun 2014 dilakukan
Review Masterplan Drainase pada Bappeda Kota Bogor dan menghasilkan dokumen
hingga laporan pendahuluan, sehingga perlu dilanjutkan dalam review Masterplan
Drainase hingga selesai. Untuk mengantisipasi dampak lanjut masalah kependudukan
maupun perkembangan tata ruang kota, maka Pemerintah Kota Bogor memandang
perlu segera dilakukan upaya penanggulangan menyeluruh permasalahan genangan
air hujan akibat belum memadainya infrastruktur jaringan drainase khususnya pada
kawasan pemukiman diwilayah perkotaan, yaitu dengan melaksanakan
kegiatan ”Penyusunan Review Masterplan Drainase Kota Bogor”.
1-1
REVIEW MASTERPLAN DRAINSE KOTA BOGOR 2016
REVIEW MASTERPLAN DRAINASE KOTA BOGOR
Dilihat dari proporsinya, pada tahun 2012 permukiman dan taman mendominasi
penggunaan lahan mencapai 40 %, setiap tahunnya sektor permukiman terus
mengalami peningkatan karena adanya tuntutan kebutuhan yang tinggi dari
masyarakat Kota Bogor. Penggunaan lahan lainnya terdistribusi dengan proporsi rata-
rata dibawah 5 %. Analisis tata guna lahan ini juga berfungsi untuk menentukan
koefisien pengaliran yang akan mempengaruhi besarnya debit banjir di setiap zona
drainase.
TABEL 2-3 TATA GUNA LAHAN UNTUK SETIAP ZONA DRAINASE
Zona Koef.
Drainase Pengaliran (C)
1 0.446132
2 0.556487
3 0.558301
4 0.421572
5 0.421197
6 0.471637
7 0.539971
8 0.462618
9 0.629421
10 0.636006
11 0.592172
12 0.53028
13 0.585136
14 0.568091
15 0.445563
GAMBAR 2-2 UPAYA PENYELSAIAN MASALAH DRAINASE BERDASARKAN ANALISIS MASTERPLAN 2007
Alternatif penanganan banjir di Kota Bogor pada dasarnya terbagi menajdi enam
alternatif, yaitu :
1. Normalisasi Saluran Drainase
a. Pengerukan Sungai/saluran
b. Pelebaran Sungai/saluran
2. Pengamanan dan Pemeliharaan Saluran Drainase
3. Pembuatan Saluran Drainase Baru
4. Pembuatan Sistem Penampungan Air Hujan
5. Rehabilitasi Situ dan Pembangunan Kolam Retensi
6. Kombinasi dari beberapa alternatif
2.3.1.2.1 Pengertian/definisi
Pengelolaan drainase perkotaan dan perdesaan di Indonesia saat ini dapat dikatan
belum efektif. Hal ini dapat dilihat dari berbagai kejadian – kejadian yang melanda
hamper semua kota seperti banjir, genangan, pencemaran air, berkembangnya
penyakit yang berasal dari peraira, kerugian ekonomi dan lain-lain. Beranjak dari
permasalahan diatas, maka Pemerintah melalui Direktorat Penyehatan Lingkungan
Permukiman (PLP) Ditjem Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum mencoba
mengembangkan konsep Eco-Drain, yang sampai saat ini telah diujicobakan di Bali
pada DAS Tukad Badung (Denpasar) dan DAS Tukad Mati (Kab. Badung), Kota
Surabaya di Bozem Morokembangan dan Kota Bandung.
Maryono (2001), mengusulkan konsep Eco-Drainage, yaitu merupakan konsep
pengelolaan saluran drainase secara terpadi berwawasan lingkungan. Eco-Drain juga
diartikan suatu usaha membuang atau mengalirkan air kelebihan ke sungai atau badan
air yang lain dengan waktu seoptimal mungkin sehingga tidak menyebabkan terjadinya
masalah kesehatan dan banjir di dataran banjir dan pemendekan waktu mancapai
debit puncak. Terdapat dua pendekatan yang digunakan dalam konsep Eco-Drain
yakni pendekatan eko-hidraulik, yaitu pengelolaan drainase yang dilakukan dengan
memperhatikan fungsi hidraulik dan fungsi ekologi, serta pendekatan kualitas air, yakni
upaya meminimalkan dan atau meniadakan pencemaran air yand dapat
menyebabkan masalah kesehatan bagi manusia dan flora-fauna.
Executive Summary
REVIEW MASTERPLAN DRAINASE KOTA BOGOR
Nama Stasiun/No.
No Kecamatan Elevasi Koordinat Periode
Sta
6.66239 LS
1 Ciawi/59 A Ciawi 495 m 1992 – 2015
106.85286 BT
6.73675 LS
2 Pondok Gedeh / 63 Cigombong 517 m 1992 – 2015
106.81511 BT
6.60061 LS
3 Katulampa / 56 Ciawi 361 m 1992 – 2015
106.80575 BT
6.61169 LS
4 Empang / 46A Bogor Selatan 266 m 1992 – 2015
106.79114 BT
6.59881 LS
5 Kebun Raya / 46C Bogor Tengah 280 m 1992 – 2015
106.79561 BT
6.55358 LS
6 Darmaga / 44 Bogor Barat 190 m 1992 – 2015
106.74983 BT
6.65629 LS
7 Gadog / 56 B Mega Mendung 517 m 1996 - 2015
106.8638 BT
Executive Summary
REVIEW MASTERPLAN DRAINASE KOTA BOGOR
200
Curah Hujan (mm)
150
100
50
0
1992 1997 2002 2007 2012
Tahun
Ciawi Lama Pondok Gedeh Lama Katulampa Lama
Empang Lama Kebun Raya Lama Darmaga Lama
Gadog Lama Ciawi Baru Pondok Gedeh Baru
Katulampa Baru Empang Baru Kebun Raya Baru
Darmaga Baru Gadog Baru
Analisis curah hujan wilayah perlu dilakukan untuk mengetahui hujan wilayah yang
terjadi akibat dari beberapa stasiun. Dari beberapa stasiun hujan yang ada, hanya
beberapa stasiun saja yang memiliki luas pengaruh terhadap kota Bogor. Stasiun yang
yang memiliki luas pengaruh adalah stasiun Darmaga, Kebun Raya Bogor, Katulampa,
Empang, dan Ciawi. Luas pengaruh setiap stasiun hujan dicari untuk setiap zona
drainase. Zona drainase di kota bogor dibagi menjadi 15 zona. Analisis curah hujan
wilayah dilakukan dengan metode poligon Thiessen.
3-4
REVIEW MASTERPLAN DRAINSE KOTA BOGOR 2016
REVIEW MASTERPLAN DRAINASE KOTA BOGOR
TABEL 3-2 LUAS PENGARUH TIAP STASIUN HUJAN DI SETIAP ZONA DRAINASE (HA)
Zona KEBUN RAYA
CIAWI KEC DARMAGA EMPANG KATULAMPA Total
Drainase BOGOR
1 6576080 15.2382 6576095.238
2 567985 1027630 1711510 3307125
3 2923050 5492800 1051250 3910260 13377360
4 10838700 10838700
5 5043610 1803980 6847590
6 9350730 871637 798287 11020654
7 2139740 609493 2749233
8 242115 14000800 14242915
9 3573280 3573280
10 67.4854 5337230 16858.2 5354155.685
11 384447 4459510 4078600 8922557
12 3850640 26908.2 3218960 7096508.2
13 5749000 3292950 9041950
14 8318610 2581680 10900290
15 3093110 3093110
Grand Total 16776195 31462989.49 20034762.24 29856758.2 18810818.2 116941523.1
Dengan mengetahui luas pengaruh stasiun hujan terhadap zona drainase, dapat dicari curah hujan wilayah dengan menggunakan metode Poligon
Thiessen. Curah hujan wilayah untuk setiap zona drainase menggunakan Poligon Thiessen adalah sebagai berikut:
140
120
Curah Hujan (mm)
110
100
90
80
70
1990 1995 2000 2005 2010 2015 2020
Tahun
Zona Drainase 1
250
200
Curah Hujan (mm)
150
100
50
Uji kecocokan dilakukan dengan bantuan software Easyfit, dan didapatkan distribusi
yang paling sesuai dari beberapa metode:
Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa distribusi yang paling cocok berdasarkan uji
kecocokan Kolmogorov-Smirnov adalah distribusi Gumbel. Hasil uji kecocokan dapat
dilihat pada tabel berikut:
TABEL 3-5 ANALISIS FREKUENSI
TABEL 3-6 KOLMOGOROV-SMIRNOV ZONA DRAINASE 1 ZONA DRAINASE 1
Tr
P XTr (mm)
(years)
2 0.500 122.0
5 0.800 142.1
10 0.900 153.9
25 0.960 167.4
50 0.980 176.8
100 0.990 185.6
200 0.995 194.0
ZONA DRAINASE 1
TABEL 3-7 INTENSITAS HUJAN ZONA DRAINASE 1
IDF Curve
400.00
350.00 I 2thn
I 5thn
Intensitas (mm/jam)
300.00
I 10thn
250.00 I 25thn
200.00 I 50thn
150.00 I 100thn
100.00 I 200thn
50.00
0.00
0 100 200 300
t (menit)
Snyder
30
SCS
20
10
0
0 5 10 15 20
Jam
GAMBAR 3-8 DEBIT BANJIR ZONA DRAINASE 1
Urutan
Prioritas
Nama Kawasan 2017 2018 2019 2020 2021 2022
1 Sukaresmi
577,500,000
2 Mekarwangi
12,838,561,064
3 Kali Johar
27,585,173
4 Cibadak RW 14
14,910,667,408.18 28,164,593,993 32,969,142,380
Pembebasan
5 Kedung Badak
Lahan 0.7 Ha 1,799,118,930
5 Kebon Pedes
167,777,228
6 Sukadamai
577,500,000.000
Waduk Taman Sari
7
Persada 19,981,444,870 9,990,722,435
8 Kencana
5,663,350,000 11,326,700,000
Total
28,354,313,644 28,164,593,993 32,969,142,380 28,189,191,028 21,317,422,435
Berdasarkan kategori resiko setiap lokasi, kita dapat menentukan urutan prioritas penanganan yang akan dilakukan. Implementasi
perrencanaan juga dilakukan berdasarkan urutan prioritasnya. Sehingga pada tahun pertama diperlukan pengeluaran sebesar Rp
30,748,711,410 untuk mengatasi ke empat masalah drainase utama di kota Bogor. Selanjutnya untuk tahun kedua dilakukan penanganan
untuk wilayah lainnya seusai dengan prioritas penanganan masalah dengan biaya Rp 30,596,971,924. Demikian selanjutnya untuk tahun
berikutnya pelaksanaan mengikuti urutan prioritas berdasarkan tingkat ketegori resikonya dengan mengatur agar pengeluaran biaya yang
sama setiap tahunnya.
Executive Summary
REVIEW MASTERPLAN DRAINASE KOTA BOGOR
4 REKOMENDASI ALTERNATIF
4.1 Perbaikan Zona Drainase
Wilayah Kota Bogor terdiri atas jaringan drainase yang cukup rumit, diantaranya
terdapat jaringan saluran drainase yang secara hidraulik berdiri sendiri namun
terdapat jaringan saluran drainase yang berhubungan satu sama lain. Selain jaringan
drainase yang rumit, masih terdapat jaringan irigasi yang berfungsi sebagai saluran
drainase sehingga kapasitasnya tidak mencukupi untuk menahan beban hujan yang
terjadi. Pada hakekatnya setiap daerah genangan memiliki saluran drainase lokal.
Untuk mempermudah penanganan sistem drainase dalam perencanaan dan dalam
pengelolaannya nanti, maka dalam studi terdahulu beberapa sistem situ dan sistem
drainase lokal telah dikelompokkan kedalam beberapa Zona Drainase.
Pengelompokan didasarkan atas kesamaan daerah dipandang dari sudut topografi,
saluran atau sungai pembatas yang ada, dan daerah aliran sungai tertentu sebagai
saluran makro dari jaringan drainase. Penentuan zona drainase terdahulu dilakukan
secara manual dengan garis kontur yang cukup jauh jaraknya, dalam review
masterplan kali ini akan dilakukan pembagian zona drainase kembali berdasarkan
sungai-sungai yang ada pada wilayah kota bogor. Pembagian zona didapatkan dari
data kontur setiap dua meter yang didapatkan dari hasil survey.
Executive Summary
REVIEW MASTERPLAN DRAINASE KOTA BOGOR
140
120
100
90
80
70
1990 1995 2000 2005 2010 2015 2020
Tahun
Terjadi peningkatan curah hujan rata-rata harian maksimum dari kurun waktu tahun 1992 – 2007 hingga tahun 2007 – 2015. Peningkatan
terjadi sebesar 8.7 % dari rata – rata 120.21 mm menjadi 131.67 mm. Peningkatan curah hujan dan sistem drainase yang buruk menjadi
salah satu penyebab terjadinya banjir, sehingga dengan semakin meningkatnya curah hujan diperlukan perencanaan sistem drainase yang
tidak hanya mengandalkan kapasitas saluran sebagai upaya mengalirkan dan membuang secepatnya limpasan air hujan, tetapi dengan
mengaplikasikan prinsip drainase lingkungan yang mengutamakan pemanfaatan air sebesar-besarnya.
4-3
REVIEW MASTERPLAN DRAINSE KOTA BOGOR 2016
REVIEW MASTERPLAN DRAINASE KOTA BOGOR
Perubahan beban hujan diakibatkan oleh banyak faktor, seperti yang sudah dijelaskan pada sub-bab sebelumnya bahwa perubahan beban hujan
diakibatkan akibat adanya penambahan data hujan, perubahan tataguna lahan dan perubahan zona drainase. Akibat adanya perubahan dari
keduanya, terjadi perubahan pada curah hujan wilayah rata-rata, curah hujan rencana, intensitas hujan dan debit limpasan. Penambahan data
hujan terdiri dari penambahan data hujan tahun 2008-2015.
TABEL 4-1 PERBANDIGAN NILAI KOEFISIEN PENGALIRAN DAN DEBIT BANJIR
Zona Koef. Pengaliran (C) Zona Debit Banjir(m3/s) Dengan adanya update data dan juga
Drainase Masterplan Review Drainase Masterplan Review perhitungan pada review masterplan ini,
2007 Masterplan 2007 Masterplan dapat dilihat dampaknya pada berubahnya
nilai debit banjir dengan periode ulang 25
1 0.42 0.45 1 57.33 40.21
tahunan. Terdapat beberapa zona yang
2 0.54 0.56 2 34.88 36.71 debit limpasannya meningkat dan ada juga
3 0.59 0.56 3 101.59 91.47 yang menurun. Perubahan nilai debit banjir ini
4 0.39 0.42 4 50.43 56.14 diakibatkan oleh nilai koefisien tataguna
5 0.41 0.42 5 90.56 41.20 lahan yang sebagian besar meningkat dan
6 0.42 0.47 6 94.94 72.41 juga perubahan karakterisitk das seperti luas,
7 0.48 0.54 7 20.04 25.14 panjang sungai, kemiringan, dan panjang
8 0.39 0.46 8 85.73 73.10 sungai. Terjadi perbedaan yang cukup
signifikan pada zona drainase 15 dari debit
9 0.51 0.63 9 31.26 27.86
banjir sebesar 89.42 m3/s turun menjadi
10 0.41 0.64 10 60.74 54.14 29.74 m3/s, hal ini disebabkan adanya
11 0.52 0.59 11 39.12 57.57 perubahan karakteristik DAS yang signifikan,
12 0.54 0.53 12 55.67 44.05 luas zona yang pada masterplan sebelumnya
13 0.51 0.59 13 47.13 58.62 sebesar 9.43 km2 berubah menjadi 3.1 km2.
14 0.57 0.57 14 68.91 73.70
15 0.45 0.45 15 89.42 29.74
Sesuai dengan semangat yang dibawa pada Peraturan Mentri (PERMEN) No 12/PRT/M/2014 perencanaan sistem drainase
secara komprehensif sudah seharusnya menggantikan perencanaan sistem drainase menggunakan paradigma lama.
Paradigma baru penanganan masalah drainase perkotaan tidak terbatas pada upaya mengalirkan dan membuang secepatnya (kelebihan air
permukaan / limpasan air hujan) menuju badan – badan air terdekat. Namun lebih dari itu penatagunaan sistem drainase perkotaan bertujuan
konservasi sumber daya air dan kehidupan aquatik. Mencakup optimalisasi upaya mengendalikan luapan dan genangan banjir serta meresapkan
kelebihan air tersebut untuk imbuhan persediaan air baku (air permukaan maupun air tanah).
S ECARA UMUM, KONSEP INI DIKENAL JUGA DENGAN KONSEP E CO -DRAINAGE, ATAU DRAINASE BERWAWASAN LINGKUNGAN .
GAMBAR 4-7 EKIVALENSI LUAS PERMUKAAN SUMUR DAN KOLAM RETENSI DAS CISADANE
GAMBAR 4-8 EKIVALENSI LUAS SUMUR RESAPAN TERHADAP VOLUME TAMPUNGAN PADA DAS CISADANE
GAMBAR 4-9 EKIVALENSI LUAS BIOPORI TERHADAP VOLUME TAMPUNGAN PADA DAS CISADANE
Konsep sumur resapan yang dibahas pada sub-bab ini adalah penurunan debit yang terjadi pada kondisi Wilayah Kota Bogor yang memiliki
Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebesar 25% dari wilayah kota dan 1% dari RTH dapat digunakan untuk pembuatan sumur resapan. Namun pada
kenyataannya akan sulit untuk mengaplikasikan sumur resapan di setiap 1% bagian dari RTH. Cara lain dalam mengatasi tidak bertambahnya
limpasan akibat perubahan tataguna lahan adalah dengan mengaplikasikan konsep Zero Delta Q Policy seperti yang tercantum dalam PP RI No.
28 tahun 2008 ttg. RTRW Nasional Pasal 106 ayat 1 huruf c.
Zero delta Q adalah keharusan agar tiap bangunan yang terbangun disuatu wilayah tidak boleh mengakibatkan
bertambahnya debit dari limpasan air hujan ke sistem saluran drainase atau sistem aliran sungai diwilayah tersebut
Berdasarkan prinsip Zero Delta Q maka setiap bangunan yang terbangun di suatu wilayah tidak bolah mengakibatkan pertambahan debit. Konsep
ini dihubungkan dengan aplikasi sumur resapan, sehingga dengan pembangunan sebesar 1 Ha berapakah jumlah sumur resapan yang diperlukan
agar tidak terjadinya penambahan limpasan ke sistem yang sudah ada.
0.08
seperti pada hidrograf disamping.
0.06 Dimensi
Volume limpasan yang perlu Parameter Sumur Sumur
0.04 ditampung adalah sebesar 1501.2 Individu Komunal
0.02 m3. H (m) 1.5 3
Apermukaan
0 1 25
(m2)
0 2 4 6 8 10
Vol.
Waktu (jam) Tampungan 2.508 87.24
(m3)
Selain pembuatan sumur resapan individu atau komunal disetiap pembangunan, pembangunan sumur resapan di sepanjang saluran drainase juga
dapat menjadi masukan yang bagus dalam perencanaan drainase Kota Bogor kedepannya. Salah satu aplikasi sumur resapan di sepanjang saluran
drainase adalah di Jogja dengan memasang sumur resapan disetiap 10-15 meter dengan diameter sumur 1 – 1.5 m dan kedalaman sumur 2.5.
Jika pembangunan sumur resapan di setiap 10 m dapat diekivalensikan dengan terjadinya perubahan lahan dari jalan beraspal (paved) yang
bersifat inpervious berubah menjadi lahan yang pervious maka dengan panjang jalan 5 km dan sumur resapan diaplikasikan di setiap 10 m dengan
dimensi luas permukaan 1 m2 dan kedalaman 2.5 m, dengan debit awal sebesar 50 m3/s dapat turun sebesar 6% menjadi 47 m3/s.
Terjadi
Sumur resapan Debit awal 50 penurunan 6%
setiap 10 m m3/s menjadi 47
m3/s
Galian tanah dengan excavator dan dump truck/m3 Galian tanah dengan excavator dan dump truck/m3
Item Faktor 1m3 tanah HS (Rp) Harga (Rp/m3) Item Faktor 1m3 tanah HS (Rp) Harga (Rp/m3)
Pekerja 0.015 106,000.00 1,540.03 Pekerja 0.015 106,000.00 1,540.03
Mandor 0.007 187,000.00 1,362.43 Mandor 0.007 187,000.00 1,362.43
Dump Truck 0.120 596,300.00 71,556.00 Dump Truck 0.120 596,300.00 71,556.00
Excavator 0.051 207,400.00 10,550.47 Excavator 0.051 207,400.00 10,550.47
Total 85,008.93
Total 85,008.93
Sumur Sumur
+PPN (Rp) 51,596,882,110.19 +PPN (Rp) 105,366,769,696.60
+DESAIN (Rp) 54,176,726,215.70 +DESAIN (Rp) 110,635,108,181.43
Kolam
+PPN (Rp) 715,269,048,203.39
+DESAIN (Rp) 751,032,500,613.56
4.4 Kebijakan
4.4.1 Masalah Sampah
Masalah sampah pada saluran drainase merupakan masalah yang terjadi hampir
diseluruh sistem drainase kota di Indonesia. Permasalahan sampah tidak bisa
diselesaikan secara sendiri, melainkan harus diseleikan secara komprehensif karena
masalah sampah dapat berhubungan dengan banyak hal.
Salah satu cara dalam menyelesaikan permasalahan drainase adalah dengan
menegakkan hukum atau kebijakan yang berlaku di Kota Bogor sesuai dengan Perda
Kota Bogor No 9 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah.
Kebijakan dan strategi dalam pengelolaan sampah yang disusun oleh pemenrintah
daerah sesuai dengan Pasal 5 dalam Perda No 2 Tahun 2014 paling sedikit memuat:
Dimana program yang dimaksud pada poin kedua diatas harus memuat sebagai
berikut:
• Perencanaan
• Pelaksanaan
• Penanganan
Pengelolaan • Pemilihan
• Pengumpulan
Sampah • Pengangkutan
• Pengolahan
• Pemrosesan Akhir Sampah
• Penyediaan TPS atau TPST dan TPA
Kawasan Ketentuan
Lokasi Industri Penyediaan RTH pada lokasi industri paling sedikit 30%
(tiga puluh persen) dari luas kawasan;
4.4.5 Pendanaan
Mekanisme pembiayaan program
pemerintah daerah
Pada dasarnya pembiayaan
program pembangunan pemerintah
daerah tidak mesti dibiayai melalui
APBD sepenuhnya. Selain
dikarenakan sangat terbatasnya
APBD, hal ini juga perlu
dipertimbangkan mengingat adanya
wilayah kerja yang berada di luar
kewenangan pemerintah daerah
khususnya kota, sehingga
tanggungjawab dari pendanaannya pun tidak dibebankan pada APBD kota. Sebagai
Dimensi Sungai
Lebar :3m
Kedalaman : 4 m
Limpasan yang terjadi di kali johar disebabkan karena adanya persimpangan saluran
dengan belokan yang cukup tajam, sehingga dengan aliran debit yang besar dan
kencang diperlukan bak penampung sementara yang berfungsi sebagai peredam
limpasan dari kali johar agar air tidak tumpah ke luar saluran dan melimpas ke jalan.
Desain bak penampung diperhitungkan berdasarkan besarnya debit yang dibawa dari
kali johar, besar lahan yang tersedia dan juga kapasitas saluran terusan dari kali johar.
Selain dibuat sebuah bak penampung sementara direncanakan juga biopori di
sepanjang saluran, sebagai salah satu aplikasi eco-drainage.
Dari Gambar 5-1 dapat dilihat bahwa lahan yang tersedia tidak banyak karena sudah
terdapat bangunan disekitar saluran, Saluran terusan dari kali johar didesain dengan
dimensi baru yang sesuai dengan kapasitas bak tampungan sementara.
TABEL 5-1 PERENCANAAN BAK PENAMPUNG SEMENTARA TABEL 5-2DIMENSI SALURAN RENCANA
Kategori Saluran
Desain Bak Penenang Rencana
Tinggi (m) 1.5 Kedalaman 1.50
Lebar (m) 1.5 (m)
Lebar (m) 1.50
n 0.03
S 0.00
Q (m3/s) 12.55
No. Nama Kawasan Kondisi Panjang Lebar Tinggi Saluran Keterangan Biaya Konstruksi Biaya Konstruksi
Saluran Saluran (m) Saluran [m] (pembulatan)
[m]
1 Waduk Taman Sari Persada
Saluran A Eksisting 800 2.5 2
Rencana 800 5 3 perbaikan 14,382,872,899.52 14,380,000,000.00
Saluran B Sudetan 200 2 2 penambahan 980,669,499.97 980,000,000.00
Saluran Output Waduk Eksisting 100 2.2 1.5
Rencana 100 5 3 perbaikan 473,231,784.74 470,000,000.00
Saluran C Rencana 550 5 3 perbaikan 10,113,154,218.42 10,110,000,000.00
3 Mekarwangi
RW 14
Sudetan 1714 1.5 1.5 penambahan 4,727,439,908.28 4,720,000,000.00
RW 8 Eksisting 846 1.5 0.9
Rencana 846 2.5 2.5 perbaikan 6,388,197,376.31 6,380,000,000.00
4 Kali Johar
Eksisting 1.5 1 1.5
Rencana 1.5 1.5 1.5 perbaikan 23,883,266.29 20,000,000.00
5 Kebon Pedes
Rencana 474 0.5 0.5 penambahan 145,261,669.68 140,000,000.00
No. Nama Kawasan Kondisi Panjang Lebar Tinggi Saluran Keterangan Biaya Konstruksi Biaya Konstruksi
Saluran Saluran (m) Saluran [m] (pembulatan)
[m]
1 Waduk Taman Sari Persada
Saluran A Eksisting 800 2.5 2
Rencana 800 5 3 perbaikan 63,589,422,540.00 63,580,000,000.00
Saluran B Sudetan 200 2 2 penambahan 5,108,542,676.00 5,100,000,000.00
Saluran Output Waduk Eksisting 100 2.2 1.5
Rencana 100 5 3 perbaikan 3,011,901,919.85 3,010,000,000.00
Saluran C Rencana 550 5 3 perbaikan 43,942,657,096.25 43,940,000,000.00
3 Mekarwangi
RW 14
Sudetan 1714 1.5 1.5 penambahan 27,290,612,279.99 27,290,000,000.00
RW 8 Eksisting 846 1.5 0.9
Rencana 846 2.5 2.5 perbaikan 31,479,153,386.65 31,470,000,000.00
4 Kali Johar
Eksisting 1.5 1 1.5
Rencana 1.5 1.5 1.5 perbaikan 23,883,266.29 20,000,000.00
5 Kebon Pedes
Rencana 474 0.5 0.5 penambahan 1,493,489,076.38 1,490,000,000.00
6 PRODUK GIS
Sistem Informasi Geografis (SIG) atau Geographical Information System (GIS) adalah
suatu kumpulan teknik dan system informasi yang bekerja dengan data yang berdasar
pada spasial atau koordinat geografis. GIS dapat berperan dalam menjadi bagian
pemecahan masalah system drainase suatu perkotaan, yaitu menemukan solusi atas
masalah yang berbasikan geografis, seperti visualisasi kawasan rawan genangan,
menentukan area terkena dampak banjir, dan menemukan kawasan yang berpotensi
menjadi kolam resisten.
Legenda
9 Lokasi Genangan
50
100
150
GAMBAR 6-1 PRODUK GIS: KAWASAN YANG TERGENANG DI LOKASI TITIK BANJIR
Gambar 6-3 menunjukan lokasi potensi kolam yang akan dijadikan penampungan air
untuk mengatasi genangan yang terjadi di Kota Bogor. Contoh di atas adalah Kolam
1 dan Kolam 2 yang merupakan kolam yang akan dijadikan penampungan air untuk
lokasti titik banjir di Kelurahan Mekarwangi dan Kayumanis. Lokasi potensi kolam
berada pada ketinggian yang lebih rendah dibandingkan dengan lokasi titik
genangan air, sehingga air berpotensi mengalir ke lokasi kolam tersebut.
GAMBAR 6-5 PRODUK GIS: LAMPIRAN FILE SOLUSI DI SETIAP LOKASI GENANGAN
7 KESIMPULAN
Dari hasil uraian pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik analisis sementara
sebagai berikut :
1. Terjadi peningkatan curah hujan rata-rata harian maksimum dari kurun waktu
tahun 1992 – 2007 hingga tahun 2007 – 2015. Peningkatan terjadi sebesar
8.7 % dari rata – rata 120.21 mm menjadi 131.67 mm. Peningkatan curah
hujan dan sistem drainase yang buruk menjadi salah satu penyebab terjadinya
banjir, sehingga dengan semakin meningkatnya curah hujan diperlukan
perencanaan sistem drainase yang tidak hanya mengandalkan kapasitas
saluran sebagai upaya mengalirkan dan membuang secepatnya limpasan air
hujan, tetapi dengan mengaplikasikan prinsip drainase lingkungan yang
mengutamakan pemanfaatan air sebesar-besarnya
2. Penentuan zona drainase terdahulu dilakukan secara manual dengan garis
kontur 5 m, dalam review masterplan kali ini dilakukan pembagian zona
drainase kembali berdasarkan sungai-sungai yang ada pada wilayah kota
bogor. Pembagian zona didapatkan dari data kontur setiap dua meter yang
didapatkan dari hasil survey. Perbaikan zona drainase dilakukan dengan
menggunakan kontur yang lebih rapat (2 m) dan delineasi menggunakan
bantuan software ArcSWAT.
3. Terjadi perubahan besar koefisien pengaliran dari hasil analisa masterplan
2007 dengan analisa sekarang. Perubahan cenderung meningkat dari nilai
sebelumnya. Perbandingan dapat dilihat pada tabel berikut:
TABEL 7-1 PERBANDINGAN KOEFISIEN PENGALIRAN TAHUN 2007 DENGAN SEKARANG
4. Secara garis besar, penyusunan sistem jaringan drainase di Kota Bogor tetap
direkomendasikan untuk mengikuti rencana pada masterplan tahun 2007.
DAFTAR PUSTAKA
Pemerintah Daerah Kota Bogor. 2007. Laporan Akhir Master Plan Drainase Kota Bogor.
BAPPEDA Kota Bogor.
Bustiawan, Navis. 2013. Studi Kasus Perumahan Nuansa Tradisi Residence Karawang.
Thesis tidak diterbitkan. Bandung: Institut Teknologi Bandung.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bogor. 2011. Rencata Tata Ruang
Wilayah (RTRW) Kota Bogor 2011 – 2031.
Pemerintah Daerah Kota Bogor. 2014. Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD) Kota Bogor Tahun 2015 – 2019.
Pemerintah Daerah Kota Bogor. 2004. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
(RPJPD) Kota Bogor Tahun 2005 – 2025.
Peraturan Mentri Pekerjaan Umum No. 12/PRT/M/2014 Tentang Penyelenggaraan
Sistem Drainase Perkotaan. Jakarta : Sekretariat Negara.
____. ____. Laporan Akhir MasterPlan dan DED Drainase Kota Watampone.
(https://www.scribd.com/doc/81242906/BAB-07-Konsep-Pengelolaan-
Eco-Drain, diakses tanggal 30 Juni 2016)