D3 TEKNIK MESIN FTI ITS TM 090301
BAB 5
DIAGRAM FASE
Telah diketahui bahwa banyak macam struktur yang mungkin terjadi pada
suatu paduan. Karena sifat suatu bahan banyak tergantung pada
jenis,jumlah/banyaknya dan bentuk dari fase yang terjadi, maka sifat akan
berubah bila hal-hal di atas berubah. Karena itu perlu diketahui dari suatu paduan
pada kondisi bagaimana suatu fase dapat terjadi dan pada kondisi bagaimana
suatu perubahan fase akan terjadi.
Sejumlah besar data mengenai perubahan fase dari berbagai system paduan
telah dikumpulkan dan dicatat dalam bentuk diagram yaitu diagram fase, atau
dikenal juga sebagai diagram keseimbangan atau diagram equilibrium.
Suatu diagram fase, idealnya akan menggambarkan hubungan antara fase,
komposisi dan temperature, pada kondisi keseimbangan. (equilibrium, yaitu
kondisi dimana tidak terjadi perubahan yang tergantung pada waktu). Kondisi
equilibrium dapat didekati dengan pemanasan dan pendinginan yang sangat
lambat, sehingga bila ada perubahan fase yang harus terjadi maka akan tersedia
waktu yang cukup untuk mencapai kondisi keseimbangan.
Dalam praktek pemanasan atau pendinginan yang sangat lambat tentu tidak
praktis sehingga temperature perubahan fase akan menjadi lebih tinggi (pada
pemanasan)
Dan lebih rendah (pada pendinginan), bila dibandingkan dengan temperature
perubahan fase yang ditunjukan pada diagram keseimbangan. Besarnya
perbedaan temperature ini tergantung pada besarnya penyimpangan dari keadaan
keseimbangan (yaitu tergantung pada kecepatan pemanasan/pendinginan).
Diagram fase ada berbagai macam, diagram fase untuk system paduan
yang terdiri dari dua komponen dinamakan diagram biner, terner untuk yang tiga
komponen dst. Yang biasa dipergunakan adalah diagram biner, diagram terner
jarang digunakan karena datanya sulit didapat dan diagramnya sendiri cukup sulit
TEORI DAN PRAKTIKUM PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK
124
PRODI D3 TEKNIK MESIN FTI ITS TM 090301
untuk dipergunakan. Diagram biner inipun banyak jenisnya tetapi disini akan
dibicarakan beberapa yang penting saja.
Diagram fase dari suatu paduan mungkin dapat termasuk salah satu jenis
diagram fase sederhana seperti yang akan dibahas disini atau mungkin juga
merupakan gabungan dari beberapa jenis diagram fase yang sederhana.
Perubahan fase pada transformasi dapat terjadi dari fase cair ke padat
atau sebaliknya dan dari fase padat ke padat. Ada beberapa jenis reaksi yang
dapat terjadi pada setiap transformasi. Transformasi pada reaksi yang sama akan
mempunyai diagram yang sama.
Yang akan dibahas disini adalah system paduan untuk komponen yang
dapat saling melarutkan secara tak terbatas (completely soluble ,dapat
membentuk larutan dengan segala komposisi) pada keadaan cair. Pada
transformasi cair-padat ada beberapa kemungkinan yang dapat terjadi pada
paduan :
Kedua komponennya tetap larut tak terbatas pada keadaan padat.
Kedua komponen saling tidak melarutkan pada keadaan padat (tidak
membentuk larutan padat ), terjadi reaksi eutektik.
Kedua kompunen dapat saling melarutkan secara terbatas (partly
soluble) pada keadaan padat.
Kedua komponen mengalami reaksi peritektik.
Pada keadaan padat mungkin juga tidak lagi ada perubahan fase, tetapi
pada beberapa system paduan dapat terjadi transformasi padat-padat, antara lain
:
• Transformasi allotropic.
• Reaksi eutectoid
• Reaksi peritektoid
TEORI DAN PRAKTIKUM PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK
125
PRODI D3 TEKNIK MESIN FTI ITS TM 090301
5.1 Diagram fase dua komponen yang larut padat tak terbatas
Dalam hal ini kedua komponen paduan bisa membentuk larutan baik pada
fase cair maupun padat dengan segala komposisi. Maka satu-satunya
kemungkinan adalah bahwa larutan padatnya adalah larutan padat substitusional.
Kedua komponen harus memiliki bentuk lattice kristal yang sama dan jari-jari
atomnya juga hampir sama (bedanya tidak lebih dari 8%)
Untuk membuat diagram fasenya diambil satu seri paduan dari kedua
komponen tersebut, mulai dari A 100% B 0% (A murni) sampai A 0% B 100% (B
murni). Semua contoh paduan masing-masing dipanaskan sampai mencair.
Paduan 1, A 100% B 0%, diambil dan didinginkan sangat lambat serta
diamati perubahan fase yang terjadi selama pendinginan. Ternyata paduan 1 ini
mulai membeku pada temperature TA, dan pembekuan selesai pada temperetur
yang sama, dikenal dengan titik beku logam A. Paduan 2, A 80% , B 20% , mulai
membeku pada temperature T1 dan selesai membeku pada temperature T2.
TEORI DAN PRAKTIKUM PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK
126
PRODI D3 TEKNIK MESIN FTI ITS TM 090301
Pengamatan dilanjutkan pada paduan yang lain dan dicatat temperature awal
dan akhir pembekuan (pembekuan merupakan salah satu perubahan fase dari
cair ke padat). semua data tersebut kemudian digambarkan dalam suatu grafik
dengan temperature sebagai ordinat dan waktu sebagai absisnya.
Slide no.5. menunjukan bahwa elemen murni mulai dan selesai membeku
pada temperature yang sama, sedang larutan padat mulai membeku dan selesai
membeku pada temperature yang berbeda. Grafik yang lebih banyak gunanya,
yaitu diagram fase, diturunkan dari grafik diatas, titik-titik awal pembekuan dan titik
akhir pembekuan diplot pada suatu grafik dimana temperatur sebagai ordinat dan
komposisi sebagai absisnya. Akan diperoleh garis awal terjadinya pembekuan,
dinamakan garis liquidus, dan garis akhir pembekuan dinamakan garis solidus
Pada diagram fase ini daerah diatas garis liquidus adalah diagram fase
larutan cair (liquid solution) dan daerah di bawah garis solidus adalah daerah
larutan padat (solid solution). Daerah di antara kedua garis tersebut adalah daerah
dua fase yaitu larutan cair dan larutan padat biasanya diberi dengan huruf yunani,
α,β,γ dst.
TEORI DAN PRAKTIKUM PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK
127
PRODI D3 TEKNIK MESIN FTI ITS TM 090301
Dari suatu diagram fase dapat diketahui fase/struktur apa yang akan terjadi
pada suatu paduan dengan komposisi tertentu pada suatu temperature tertentu.
Diagram fase juga dapat digunakan untuk memperkirakan komposisi kimia suatu
fase dari suatu paduan tertentu pada temperature tertentu. Juga dapat digunakan
untuk memperkirakan perbandingan berat dari fase-fase yang ada pada suatu
paduan dengan komposisi tertentu pada temperature tertentu.
Untuk mencari komposisi kimia suatu fase pada temperature tertentu, ditarik
garis mendatar dari temperature yang dimaksud hingga memotong garis batas
daerah fase yang diamati. Garis ini dinamakan tie line, lihat slide no.7
Suatu paduan 80% A 20% B pada temperature T terdiri dari dua fase,
larutan cair dan larutan padat. Komposisi larutan cair pada temperature T
ditunjukan oleh titik potong Tie-line, garis mo, dengan garis batas daerah fase
laruaatan cair, yaitu titik o. dengan menarik garis vertical dari o ke bawah akan
terlihat komposisi larutan cair pada temperature T adalah 74%A 26%B. dengan
cara yang sama dapat dicari komposisi larutan padat pada temperature T,
ditunjukan oleh titik m, yaitu 90%A 10%B.
TEORI DAN PRAKTIKUM PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK
128
PRODI D3 TEKNIK MESIN FTI ITS TM 090301
TEORI DAN PRAKTIKUM PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK
129
PRODI D3 TEKNIK MESIN FTI ITS TM 090301
mengandung banyak logam A maka sisa cairan akan mengandung A lebih sedikit
dari pada semula L1 (69%A 31%B).
Dengan menurunnya temperature maka banyak larutan padat yang terbentuk
dan komposisi larutan cair makin kaya B, larutan padat juga makin kaya B, pada
temperature T2 ditunjukan oleh L2 dan α2. pada temperature ini, kristal α2
terbentuk mengelilingi kristal α1 disamping juga terbentuk dendrite α2 baru ,
seperti terlihat pada slide no.14. untuk mencapai equilibrium, dimana pada
temperature T2 kristal yang ada semuanya harus mempunyai komposisi α2 maka
harus terjadi diffusi atom B menuju kristal α1 di bagian tengah yang lebih kaya A.
dan ini hanya mungkin terjadi bila pendinginan sangat lambat.
TEORI DAN PRAKTIKUM PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK
130
PRODI D3 TEKNIK MESIN FTI ITS TM 090301
Dalam praktek ternyata cukup sulit melakukan pendinginan yang betul betul
setimbang. Karena diffuse dalam bentuk padat berlangsung dengan laju sangat
lambat maka dengan pendinginan biasa (tidak setimbang) akan terjadi
penyimpangan terhadap keadaan equilibrium seperti yang ditunjukan oleh
diagram kesetimbangan. Dengan laju pendinginan yang sedikit lebih cepat dari
pada laju pendinginan yang equilibrium maka perubahan akan terjadi pada
temperature yang lebih rendah daripada temperature perubahan untuk kondisi
equilibrium.
Suatu paduan seperti pada slide no.16 sekarang didinginkan dengan laju
pendinginan yang lebih tinggi , pembekuan akan mulai pada T1 membentuk
larutan padat berkomposisi α (slide no.17). Pada T2 komposisi larutan
TEORI DAN PRAKTIKUM PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK
131
PRODI D3 TEKNIK MESIN FTI ITS TM 090301
TEORI DAN PRAKTIKUM PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK
132
PRODI D3 TEKNIK MESIN FTI ITS TM 090301
TEORI DAN PRAKTIKUM PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK
133
PRODI D3 TEKNIK MESIN FTI ITS TM 090301
Seperti telah dijelaskan didepan bawah adanya atom yang terlarut dalam
suatu system kristal akan menyababkan terjadinya distorsi pada sistem kristal
logam pelarutnya, sehingga tentunya akan menyebabkan terjadinya perubahan
sifat paduan. Makin banyak atom yang terlarut makin besar distorsi yang akan
terjadi makin naik pula kekuatan dan kekerasan paduan. Karena pada system
paduan ini kedua komponen dapat berfungsi sebagai pelarut maka tentu akan ada
suatu komposisi paduan.
5.2. Diagram fase untuk komponen yang saling tidak melarutkan padatan
Hokum Raoult menyatakan bahwa titik beku suatu zat murni akan menurun
bila ditambahkan zat lain, asalkan zat itu dapat larut dalam keadaan cair tetapi
tidak larut dalam keadaan padat. Banyaknya penurunan titik beku ini sebanding
dengan berat molekul zat terlarut.
Diagram fase untuk system paduan dua komponen yang saling melarutkan
pada keadaan cair tetapi sama sekali tidak melarutkan dalam keadaan padat. Ini
dapat dibuat dari sejumlah kurva pendinginan dari satu seri paduan, analog
dengan cara pembuatan diagram fase dari system paduan terdahulu. Gambar
satu seri kurva pendingnan serta gambar struktur mikronya pada temperature
kamar dari system paduan ini dapat dilihat pada slide no.18.
Dalam keadaan murni logam A dan B membeku pada satu temperature
tertentu(terlihat kurva pendinginnya menunjukan garis mendatar pada titik
bekunya). Bila B ditambahkan pada logam A, titik awal pembekuan akan menurun,
demikian juga bila a ditambahkan pada logamB, titik awal pembekuan juga
turun.paduan dengan komposisi ini dinamakan paduan dengan komposisi
eutektik.
TEORI DAN PRAKTIKUM PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK
134
PRODI D3 TEKNIK MESIN FTI ITS TM 090301
TEORI DAN PRAKTIKUM PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK
135
PRODI D3 TEKNIK MESIN FTI ITS TM 090301
Slide no.19. Diagram fase dibuat dengan menghubungkan titik awal pembekuan
TEORI DAN PRAKTIKUM PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK
136
PRODI D3 TEKNIK MESIN FTI ITS TM 090301
Agar liquid tetap dalam keadaan equilibrium maka dari liquid akan membeku
sejumlah solid B. bila B yang membeku ini sedikit lebih maka sisa liquid akan
terlalu kaya A, komposisi liquid akan tergeser ke sebelah kiri E, akan terbentuk agi
solid A. Demikian seterusnya liquid akan membeku dengan terbentuknya solid A
dan solid B secara bergantian, dan struktur yang terjadi akan berupa campuran
yang sangat halus yang dapat dilihat dengan mikroskop.ini dinamakan eutektik
mixture., seperti tampak pada slide no.2.
Setiap paduan hipoeutektik dalam keadaan padat akan selalu terdiri dari
butir-butir kristal logam A dan eutectic mixturenya. Solid A yang terbentuk
sebelum terjadinya reaksi eutektik dinamakan A primer atau a proeutektik.
Paduan 3, paduan hipereutektik, akan membeku dengan cara yang
mirip/sama dengan paduan 2, kecuali bahwa proeutektik yang terbentuk adalah
solid B.
TEORI DAN PRAKTIKUM PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK
137
PRODI D3 TEKNIK MESIN FTI ITS TM 090301
Proeutektic A Proeutektic B
Eutektic mixture
40 %
A B
TEORI DAN PRAKTIKUM PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK
138
PRODI D3 TEKNIK MESIN FTI ITS TM 090301
Sebagai contoh suatu diagram fase jenis ini adalah diagram fase untuk
system paduan alumunium-silikon pada slide no.23.
Sebenarnya jarang sekali terjadi paduan antara dua logam yang sama sekali
saling tidak melarutkan dalam keadaan padat, atau saling melarutkan dengan
kelarutan tak terbatas, seperti halnya pada kedua jenis sistem paduan yang telah
diuraikan di atas. Yang lebih sering terjadi adalah kedua logam dapat saling
melarut-padatkan secara terbatas, logam A dapat melarutkan logam B sampai
jumlah tertentu, dan/atau logam B dapat melarutkan logam A sampai jumlah
TEORI DAN PRAKTIKUM PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK
139
PRODI D3 TEKNIK MESIN FTI ITS TM 090301
tertentu juga. Diluar batas itu akan terbentuk eutektik. Diagram fase untuk sistem
paduan semacam itu dapat dilihat pada slide no.24
Dari slide no.24. terlihat bahwa di atas garis liquidus adalah daerah fase
tunggal larutan cair (liquid). Karena A dapat melarut-padatkan B dan B dapat
melarut-padatkan A, maka dari liquid tidak akan terbentuk kristal logam A dan/atau
logam B murni, tetapi akan terbentuk larutan padat atau campuran larutan padat.
Daerah di bawah garis solidus TAF adalah fase tunggal larutan padat α dan
daerah di bawah garis solidus TBG juga daerah fase tunggal, larutan padat β.
TEORI DAN PRAKTIKUM PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK
140
PRODI D3 TEKNIK MESIN FTI ITS TM 090301
Daerah yang terletak di antara dua gaerah fase tunggal pastilah daerah dua fase,
yang terdiri dari fase-fase yang berada di kiri kanannya. Daerah antara daerah
larutan padat β dan liquid akan terdiri dari larutan padat α dan liquid, daerah
antara daerah larutan padat β dan daerah liquid terdiri dari larutan padat β dan
liquid, daerah antara larutan padat α dan daerah larutan padat β terdiri dari larutan
padat α dan larutan padat β. Garis yang membatasi antara daerah fase tunggal
larutan padat dengan daerah campuran larutan padat dinamakan garis solvus,
yang juga menunjukkan batas kelarutan (maximum solid solidity) logam B pada
logam A (larutan padat α) dan batas kelarutan logam A pada logam B (larutan
padat β).
Untuk mempelajari perubahan yang terjadi selama pendinginan lamabat
pada beberapa paduan dari sistem paduan jenis ini, perhatikan diagram fase
suatu sistem paduan di slide no.23. Paduan 1, 95A – 5B akan mengalami
perubahan sama seperti perubahan selama pembekuan sistem paduan larutan
padat (diagram fase jenis yang pertama), ketika temperatur memotong garis
liquidus di titik Tt mulai terjadi pembekuan menjadi larutan padat α yang sangat
kaya A, dan pembekuan terus berlanjut dengan pembentukan kristal yang makin
kaya B (mengikuti garis solidus). Pada temperatur T4 pembekuan selesai dan
selanjutnya kristal larutan padat α bertumbuh dan diffusi terus berlangsung hingga
kristal menjadi homogen. Pada temperatur kamar akan diperoleh kristal larutan
padat α dengan 5% B, yang homogen.
Paduan 2, 30A – 70B, adalah komposisi eutektik dan pembekuan terjadi
sebagaimana halnya pembekuan pada komposisi eutektik yang telah dibahas di
depan. Hanya saja eutektik yang terjadi di sini bukan eutektik antara logam A dan
logam B tetapi terdiri dari larutan padat α dan larutan padat β. Perbandingan berat
larutan padat α dan larutan padat β pada temperatur eutektik TE dapat dihitung
dengan lever rule, yaitu EG : FE. Dengan pendinginan selanjutnya pada α dan β
akan terjadi perubahan komposisi karena perubahan batas kelarutan (yang
ditunjukkan oleh masing-masing garis solvus), sehingga juga pada temperatur di
bawah TE akan terjadi sedikit perubahan berat α : β (pada temperatur kamar
perbandingan ini menjadi KJ : KH).
TEORI DAN PRAKTIKUM PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK
141
PRODI D3 TEKNIK MESIN FTI ITS TM 090301
Slide no.25. The cooling curve and microstructure at various temperature during
solidification of a 60A - 60B alloy
TEORI DAN PRAKTIKUM PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK
142
PRODI D3 TEKNIK MESIN FTI ITS TM 090301
Slide no.26. The cooling curve and microstructure at various temperature for an 85A – 15B
alloy.
TEORI DAN PRAKTIKUM PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK
143
PRODI D3 TEKNIK MESIN FTI ITS TM 090301
Pada reaksi eutektik itu pada pendinginan liquid (satu fase) mengalami reaksi
menjadi dua fase solid, pada pemanasan kedua solid bereaksi menjadi suatu solid
baru. Biasanya solid baru yang terjadi sebagai hasil reaksi peritektik ini adalah
suatu intermediate phase alloy, tetapi dalam beberapa hal mungkin juga terjadi
suatu terminal solid solution.
TEORI DAN PRAKTIKUM PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK
144
PRODI D3 TEKNIK MESIN FTI ITS TM 090301
Slide no.27. Phase diagram showing the formation of an incongruent melting intermediate
phase by a peritectic reaction
seolah-olah bahwa AmBn berasal dari liquid, tetapi hal ini tentu tidak mungkin
B
Kemungkinan yang dapat terjadi hanyalah bila liquid bereaksi dengan sejumlah
solid A membentuk suatu solid baru. Reaksi ini disebut reaksi peritektik, yang
berlangsung pada temperatur konstan Tp.
Reaksi ini berlangsung pada permukaan solid A yang bersentuhan dengan
liquid. Hasil reaksinya tentu akan melekat pada permukaan solid A, sehingga
TEORI DAN PRAKTIKUM PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK
145
PRODI D3 TEKNIK MESIN FTI ITS TM 090301
reaksi berikutnya akan berjalan lebih lambat, karena atom-atom yang akan
bereaksi harus berdiffusi melintasi hasil reaksi peritektik itu (lihat slide no.27).
ketika seluruh reaksi selesai maka liquid akan habis dan solid A masih tersisa,
sehingga pada gambar strutur mikronya (slide no.28) tampak solid A dikelilingi
senyawa AmBn. Paduan lain yang berada di sebelah kiri titik G tentunya akan
B
mengalami peristiwa yang sama, hanya jumlah relatif antara setiap struktur.
Slide no.28. Schematic picture of the peritectic reaction. Envelope AmBn incerases in
thickness by diffusion of A atoms outwards and B atom inward.
Slide no.29. Slow cooling of a 90A – 10B alloy showing the microstructure at various
temperature
TEORI DAN PRAKTIKUM PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK
146
PRODI D3 TEKNIK MESIN FTI ITS TM 090301
no.30).
Reaksi peritektik biasanya menghasilkan suatu senyawa, tetapi ada juga
reaksi peritektik yang menghasilkan suatu larutan padat.
Perubahan-perubahan yang dijelaskan di atas adalah perubahan-perubahan
pada kondisi ekulibrium, yang sebenarnya jarang sekali terjadi pada kenyataan.
Slide no.29. The cooling curve and the microstructure at various temperature during the
sloew cooling at 65A – 25B alloy.
TEORI DAN PRAKTIKUM PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK
147
PRODI D3 TEKNIK MESIN FTI ITS TM 090301
dan karenanya reaksi peritektik ini seringkali tidak tepat dapat berlangsung tuntas.
Hasil reaksi memungkus/ memisahkan kedua reaktan sehingga untuk dapat
berlangsungnya reaksi selanjutnya atom-atom harus berdiffusi selanjutnya juga
harus makin panjang, dan biasanya waktu yang tersedia pada prakteknya tidak
menukupi, sehingga reaksi tentunya tidak akan selesai.
Paduan dengan 60Ag – 40Pt di tempteratur kamar seharusnya adalah
larutan padat β fase tunggal. Tetapi seperti terlihat pada slide no.31, struktur
mikro hasil tuangan paduan itu, menunjukkan adanya lebih dari satu fase. Yang
berwarna putih adalah α primer, yang dikelilingi larutan padat β berwarna gelap
(dua warna), menunjukkan bahwa reaksi peritektik belum tuntas. Hal iini akan
berpengaruh pada sifat mekaniknya.
Perubahan dari satu bentuk kristal ke bentuk kristal yang lain pada keadaan
padat dinamakan transformasi allotropik. Pada suatu diagram fase perubahan
allotropik ditunjukkan oleh sebuah atau beberapa titik pada garis vertikal yang
menyatakan logam murni. Contoh diagram fase yang memperlihatkan adanya
perubahan allotropik dapat dilihat pada slide no.32. Pada diagram itu larutan padat
gamma dibatasi loop. Jadi logram murni A dan paduan kaya A akan mengalami
TEORI DAN PRAKTIKUM PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK
148
PRODI D3 TEKNIK MESIN FTI ITS TM 090301
Slide no.32. hypothetical equlibrium showing metal A undergoing two allotropic changes.
TEORI DAN PRAKTIKUM PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK
149
PRODI D3 TEKNIK MESIN FTI ITS TM 090301
Pada beberapa sistem paduan gamma loopnya tidak tertutup, seperti halnya
pada sistem paduan Fe-Ni . Dari kedua gambar ini tampak bahwa temperatur
transformasi allotropik dari logam murni akan mengalami perubahan karena
adanya paduan yang larut pada logam murni itu.
TEORI DAN PRAKTIKUM PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK
150
PRODI D3 TEKNIK MESIN FTI ITS TM 090301
TEORI DAN PRAKTIKUM PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK
151
PRODI D3 TEKNIK MESIN FTI ITS TM 090301
Eutectoid mixture terdiri dari fase yang ada pada ujung-ujung garis
temperatur eutectoid (OP), yaitu larutan padat alpha (titik O) dan larutan padat
beta (titik P). Titik menunjukkan temperatur perubahan allotropik pada logam A
murni, sedang garis solvus MN menunjukkan bahwa paduan yang berkadar B
lebih tinggi akan mengalami perubahan allotropik pada temperatur yang lebih
rendah, mencapai minimum pada titik N. Garis solvus FN menunjukkan batas
kelarut-padatan B pada gamma, kelarutannya makin rendah dengan menurunnya
temperatur. Titik N disebut titik eutectoid. Komposisinya adalah komposisi
eutectioid. Paduan dengan komposisi di sebelah kiri komposisi eutectoid
dinamakan paduan hipoeutectoid dan yang di sebelah kanannya dinamakan
paduan hipereutectoid.
Paduan 1 bila didinginkan dengan sangat lambat akan mulai membeku pada
x1 dan selesai membeku pada x2 dengan terbentuknya larutan padat gamma.
Selanjutnya akan tetap berupa larutan padat gamma yang homogen sampai
temperatur xs. Disini akan mulai terjadi transformasi allotropik dari gamma menjadi
alpha. Perlu diperlihatkan bahwa alpha melarutkan B jauh lebih sedikit daripada
TEORI DAN PRAKTIKUM PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK
152
PRODI D3 TEKNIK MESIN FTI ITS TM 090301
gamma, sebab itu untuk membentuk alpha maka sebagian atom B yang tadinya
berada pada daerah yang akan menjadi alpha harus berdiffusi ke daerah lain pada
gamma sehingga sisa larutan padat gamma akan menjadi lebih kaya B (mengikuti
garis solvus MN). Pada saat paduan mencapai temperatur eutectoid x4 komposisi
sisa gamma akan mencapai komposisi eutectoid (titik N) dan sisa gamma akan
mengalami reaksi eutectoid, bertransformasi menjadi eutectoid mixture, berupa
lapisan tipis alpha dan beta berselang-seling
(A) = 0.1%C ferrite/pearlite, (B) = 0.25%C more pearlite, (C) = 0.83%C all pearlite, (D) = 1.4%C
pearlite/cementite
TEORI DAN PRAKTIKUM PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK
153
PRODI D3 TEKNIK MESIN FTI ITS TM 090301
Perubahan yang terjadi pada pendinginan lambat paduan 2 dan 3 tentu akan
mudah dipelajari, karena peristiwanya hampir sama saja, hanya peru diingat
bahwa paduan hipereutectoid batas kelarut-padatan B dalam gamma akan
mengikuti garis solvus FN, sehingga akan ada B yang keluar dari gamma berupa
beta.
Pada reaksi peritektik seringkali didapatkan reaksi yang tidak selesai karena
tidak cukupnya waktu untuk berdiffusi, pada reaksi peritektoid tuntasnya reaksi
akan lebih sulit lagi, karena seluruhnya adalah fase padat dimana tentunya diffusi
lebih sulit terjadi.
TEORI DAN PRAKTIKUM PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK
154
PRODI D3 TEKNIK MESIN FTI ITS TM 090301
Dengan demikian tidaklah sulit untuk memberi label pada semua daerah
pada suatu diagram fase, memberi penjelasan apa arti titik, garis dan daerah pada
diagram itu, menentukan berbagai reaksi yang mungkin terjadi pada suatu garis
mendatar, menjelaskan perubahan-perubahan yang terjadi pada pendinginan
lambat suatu paduan dan menggambarkan struktur mikro suatu paduan pada
temperatur tertentu, dan lain-lain. Bentuk-bentuk reaksi yang biasa dijumpai pada
suatu diagram fase ditabulasikan pada tabel di bawah ini.
TEORI DAN PRAKTIKUM PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK
155
PRODI D3 TEKNIK MESIN FTI ITS TM 090301
TEORI DAN PRAKTIKUM PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK
156
PRODI D3 TEKNIK MESIN FTI ITS TM 090301
TEORI DAN PRAKTIKUM PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK
157