Anda di halaman 1dari 34

PRODI 

D3 TEKNIK MESIN FTI ITS   TM 090301 
 

BAB 5 
DIAGRAM FASE  
Telah diketahui bahwa banyak macam struktur yang mungkin terjadi pada
suatu paduan. Karena sifat suatu bahan banyak tergantung pada
jenis,jumlah/banyaknya dan bentuk dari fase yang terjadi, maka sifat akan
berubah bila hal-hal di atas berubah. Karena itu perlu diketahui dari suatu paduan
pada kondisi bagaimana suatu fase dapat terjadi dan pada kondisi bagaimana
suatu perubahan fase akan terjadi.
Sejumlah besar data mengenai perubahan fase dari berbagai system paduan
telah dikumpulkan dan dicatat dalam bentuk diagram yaitu diagram fase, atau
dikenal juga sebagai diagram keseimbangan atau diagram equilibrium.
Suatu diagram fase, idealnya akan menggambarkan hubungan antara fase,
komposisi dan temperature, pada kondisi keseimbangan. (equilibrium, yaitu
kondisi dimana tidak terjadi perubahan yang tergantung pada waktu). Kondisi
equilibrium dapat didekati dengan pemanasan dan pendinginan yang sangat
lambat, sehingga bila ada perubahan fase yang harus terjadi maka akan tersedia
waktu yang cukup untuk mencapai kondisi keseimbangan.
Dalam praktek pemanasan atau pendinginan yang sangat lambat tentu tidak
praktis sehingga temperature perubahan fase akan menjadi lebih tinggi (pada
pemanasan)
Dan lebih rendah (pada pendinginan), bila dibandingkan dengan temperature
perubahan fase yang ditunjukan pada diagram keseimbangan. Besarnya
perbedaan temperature ini tergantung pada besarnya penyimpangan dari keadaan
keseimbangan (yaitu tergantung pada kecepatan pemanasan/pendinginan).

Diagram fase ada berbagai macam, diagram fase untuk system paduan
yang terdiri dari dua komponen dinamakan diagram biner, terner untuk yang tiga
komponen dst. Yang biasa dipergunakan adalah diagram biner, diagram terner
jarang digunakan karena datanya sulit didapat dan diagramnya sendiri cukup sulit

TEORI DAN PRAKTIKUM PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK    
124
 
PRODI D3 TEKNIK MESIN FTI ITS   TM 090301 
 

untuk dipergunakan. Diagram biner inipun banyak jenisnya tetapi disini akan
dibicarakan beberapa yang penting saja.
Diagram fase dari suatu paduan mungkin dapat termasuk salah satu jenis
diagram fase sederhana seperti yang akan dibahas disini atau mungkin juga
merupakan gabungan dari beberapa jenis diagram fase yang sederhana.
Perubahan fase pada transformasi dapat terjadi dari fase cair ke padat
atau sebaliknya dan dari fase padat ke padat. Ada beberapa jenis reaksi yang
dapat terjadi pada setiap transformasi. Transformasi pada reaksi yang sama akan
mempunyai diagram yang sama.
Yang akan dibahas disini adalah system paduan untuk komponen yang
dapat saling melarutkan secara tak terbatas (completely soluble ,dapat
membentuk larutan dengan segala komposisi) pada keadaan cair. Pada
transformasi cair-padat ada beberapa kemungkinan yang dapat terjadi pada
paduan :
ƒ Kedua komponennya tetap larut tak terbatas pada keadaan padat.
ƒ Kedua komponen saling tidak melarutkan pada keadaan padat (tidak
membentuk larutan padat ), terjadi reaksi eutektik.
ƒ Kedua kompunen dapat saling melarutkan secara terbatas (partly
soluble) pada keadaan padat.
ƒ Kedua komponen mengalami reaksi peritektik.
Pada keadaan padat mungkin juga tidak lagi ada perubahan fase, tetapi
pada beberapa system paduan dapat terjadi transformasi padat-padat, antara lain
:
• Transformasi allotropic.
• Reaksi eutectoid
• Reaksi peritektoid

TEORI DAN PRAKTIKUM PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK    
125
 
PRODI D3 TEKNIK MESIN FTI ITS   TM 090301 
 

Binary phase diagram - A phase diagram


for a system with two components.

Ternary phase diagram - A phase


diagram for a system with three
components.

Isomorphous phase diagram - A phase


diagram in which components display
unlimited solid solubility.

Liquidus temperature - The temperature


at which the first solid begins to form
during solidification.

Solidus temperature - The temperature


below which all liquid has completely
solidified.

Slide no.1. diagram fase

5.1 Diagram fase dua komponen yang larut padat tak terbatas

Dalam hal ini kedua komponen paduan bisa membentuk larutan baik pada
fase cair maupun padat dengan segala komposisi. Maka satu-satunya
kemungkinan adalah bahwa larutan padatnya adalah larutan padat substitusional.
Kedua komponen harus memiliki bentuk lattice kristal yang sama dan jari-jari
atomnya juga hampir sama (bedanya tidak lebih dari 8%)
Untuk membuat diagram fasenya diambil satu seri paduan dari kedua
komponen tersebut, mulai dari A 100% B 0% (A murni) sampai A 0% B 100% (B
murni). Semua contoh paduan masing-masing dipanaskan sampai mencair.
Paduan 1, A 100% B 0%, diambil dan didinginkan sangat lambat serta
diamati perubahan fase yang terjadi selama pendinginan. Ternyata paduan 1 ini
mulai membeku pada temperature TA, dan pembekuan selesai pada temperetur
yang sama, dikenal dengan titik beku logam A. Paduan 2, A 80% , B 20% , mulai
membeku pada temperature T1 dan selesai membeku pada temperature T2.

TEORI DAN PRAKTIKUM PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK    
126
 
PRODI D3 TEKNIK MESIN FTI ITS   TM 090301 
 

Pengamatan dilanjutkan pada paduan yang lain dan dicatat temperature awal
dan akhir pembekuan (pembekuan merupakan salah satu perubahan fase dari
cair ke padat). semua data tersebut kemudian digambarkan dalam suatu grafik
dengan temperature sebagai ordinat dan waktu sebagai absisnya.

Slide no. 5. konstruksi diagram fase dari serangkaian kurva pendinginan

Slide no.5. menunjukan bahwa elemen murni mulai dan selesai membeku
pada temperature yang sama, sedang larutan padat mulai membeku dan selesai
membeku pada temperature yang berbeda. Grafik yang lebih banyak gunanya,
yaitu diagram fase, diturunkan dari grafik diatas, titik-titik awal pembekuan dan titik
akhir pembekuan diplot pada suatu grafik dimana temperatur sebagai ordinat dan
komposisi sebagai absisnya. Akan diperoleh garis awal terjadinya pembekuan,
dinamakan garis liquidus, dan garis akhir pembekuan dinamakan garis solidus
Pada diagram fase ini daerah diatas garis liquidus adalah diagram fase
larutan cair (liquid solution) dan daerah di bawah garis solidus adalah daerah
larutan padat (solid solution). Daerah di antara kedua garis tersebut adalah daerah
dua fase yaitu larutan cair dan larutan padat biasanya diberi dengan huruf yunani,
α,β,γ dst.

TEORI DAN PRAKTIKUM PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK    
127
 
PRODI D3 TEKNIK MESIN FTI ITS   TM 090301 
 

Dari suatu diagram fase dapat diketahui fase/struktur apa yang akan terjadi
pada suatu paduan dengan komposisi tertentu pada suatu temperature tertentu.
Diagram fase juga dapat digunakan untuk memperkirakan komposisi kimia suatu
fase dari suatu paduan tertentu pada temperature tertentu. Juga dapat digunakan
untuk memperkirakan perbandingan berat dari fase-fase yang ada pada suatu
paduan dengan komposisi tertentu pada temperature tertentu.
Untuk mencari komposisi kimia suatu fase pada temperature tertentu, ditarik
garis mendatar dari temperature yang dimaksud hingga memotong garis batas
daerah fase yang diamati. Garis ini dinamakan tie line, lihat slide no.7

Slide no. 7. tie line

Suatu paduan 80% A 20% B pada temperature T terdiri dari dua fase,
larutan cair dan larutan padat. Komposisi larutan cair pada temperature T
ditunjukan oleh titik potong Tie-line, garis mo, dengan garis batas daerah fase
laruaatan cair, yaitu titik o. dengan menarik garis vertical dari o ke bawah akan
terlihat komposisi larutan cair pada temperature T adalah 74%A 26%B. dengan
cara yang sama dapat dicari komposisi larutan padat pada temperature T,
ditunjukan oleh titik m, yaitu 90%A 10%B.

TEORI DAN PRAKTIKUM PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK    
128
 
PRODI D3 TEKNIK MESIN FTI ITS   TM 090301 
 

Untuk menghitung perbandingan berat fase-fase yang ada pada suatu


temperature, ditarik garis mendatar dari temperature yang dimaksud hingga
memotong batas daerahnya dan garis komposisi paduan, panjang penggal garis
dari komposisi paduan hingga ke batas daerah fase yang ada didaerah sebelah
kanan, dan panjang penggal garis yang di sebelah kanan komposisi paduan
sampai ke batas daerah fase di sebelah kanan menunjukan perbandingan berat
fase yang ada di sebelah kiri.
Pada slide no.7 fase sebelah kiri adalah larutan padat dan fase cair dengan
larutan padat yang ada pada paduan 80%A 20%B pada temperature T ditunjukan
oleh perbandingan panjang penggal garis mn dan no. Panjang mn (sebelah kiri)
menunjukan berat fase cair , dan panjang no menunjukan berat fase padat.
• Berat fase cair : berat fase padat = mn:no
• Berat fase cair(persen) = mn/ mo x 100%
• Berat fase padat (persen) = no/mo x 100%
• Panjang mn = 20-10=10
• Panjang no = 26-20= 6
• Panjang mo = 26-10= 16
• Berat fase padat = 6/16 x 100%= 37,5 %
Prinsip ini dinamakan tie line rule dan lever rule. Kedua prinsip ini berlaku
pada semua jenis diagram fase.

5.1.1 Transformasi selama pendinginan equilibrium

Untuk melukiskan perubahan yang terjadi selama suatu pendinginan


equilibrium diambil contoh pada suatu paduan 70%A 30%B yang didinginkan
sangat lambat, pada temperature To paduan ini terdiri dari satu fase, fase cair
(slide no.7). dan akan tetap demikian sampai temperatur turun mencapai T1. Pada
T1 yang terletak pada liquidus, mulai terjadi pembekuan, mulai terbentuk inti kristal
larutan padat α. Inti larutan padat yang pertama kali terbentuk ini tentunya akan
mengandung banyak logam A yang bertitik lebur lebih tinggi, dengan komposisi
yang ditunjukan oleh α1, yaitu 95% A 5%B. karena inti yang terbentuk itu

TEORI DAN PRAKTIKUM PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK    
129
 
PRODI D3 TEKNIK MESIN FTI ITS   TM 090301 
 

mengandung banyak logam A maka sisa cairan akan mengandung A lebih sedikit
dari pada semula L1 (69%A 31%B).
Dengan menurunnya temperature maka banyak larutan padat yang terbentuk
dan komposisi larutan cair makin kaya B, larutan padat juga makin kaya B, pada
temperature T2 ditunjukan oleh L2 dan α2. pada temperature ini, kristal α2
terbentuk mengelilingi kristal α1 disamping juga terbentuk dendrite α2 baru ,
seperti terlihat pada slide no.14. untuk mencapai equilibrium, dimana pada
temperature T2 kristal yang ada semuanya harus mempunyai komposisi α2 maka
harus terjadi diffusi atom B menuju kristal α1 di bagian tengah yang lebih kaya A.
dan ini hanya mungkin terjadi bila pendinginan sangat lambat.

Slide no.14. Transformasi selama pendinginan equilibrium

Selanjutnya temperature terus munurun hingga mencapai T4 pada garis


solidus dan sisa larutan cair terakhir sudah sangat kaya B dan akan membeku
pada batas butir yang telah ada. Tetapi diffuse akan membuat kristal menjadi lebih
homogen. Tidak tampak adanya perbdaan komposisi pada butiran kristal, seperti
terlihat pada slide no.15. Pada gambar itu hanya tampak butir-butir kristal dengan
batas butirnya. Dalam butir kristal tidak tampak ada perbedaan.

TEORI DAN PRAKTIKUM PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK    
130
 
PRODI D3 TEKNIK MESIN FTI ITS   TM 090301 
 

Slide no.15. butir-butir kristal dengan batas butirnya

5.1.2. Transformasi selama pendinginan non-equilibrium

Dalam praktek ternyata cukup sulit melakukan pendinginan yang betul betul
setimbang. Karena diffuse dalam bentuk padat berlangsung dengan laju sangat
lambat maka dengan pendinginan biasa (tidak setimbang) akan terjadi
penyimpangan terhadap keadaan equilibrium seperti yang ditunjukan oleh
diagram kesetimbangan. Dengan laju pendinginan yang sedikit lebih cepat dari
pada laju pendinginan yang equilibrium maka perubahan akan terjadi pada
temperature yang lebih rendah daripada temperature perubahan untuk kondisi
equilibrium.
Suatu paduan seperti pada slide no.16 sekarang didinginkan dengan laju
pendinginan yang lebih tinggi , pembekuan akan mulai pada T1 membentuk
larutan padat berkomposisi α (slide no.17). Pada T2 komposisi larutan

TEORI DAN PRAKTIKUM PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK    
131
 
PRODI D3 TEKNIK MESIN FTI ITS   TM 090301 
 

Slide no.16. Transformasi selama pendinginan non-equilibrium 

Cair pada L2 dan larutan padat yang terbentuk seharusnya memiliki


komposisi α2. Karena difffusi tidak cukup tepat mengimbangi pertumbuhan butir
maka butir tidak akan dapat mencapai komposisi yang uniform, komposisi rata-
rata akan berada antara α1 dan α2 misalnya α2. dengan temperature yang makin
rendah penyimpangan ini makin besar dan dapat dianggap seolah-olah komposisi
larutan padat akan mengikuti suatu garis solidus “ non-equilibrium “ , yang
digambarkan dengan garis putus-putus.pada T3 komposisis rata rata larutan
padatnya adalah α’3 dan bukan α3. Pada kondisi equilibrium pembekuan selesai
pada T4, pada kondisi non equilibrium pada temperature ini masih terdapat larutan
cair. Pembekuan akan selesai pada T5 dan komposisi rata-ratanya α’5 adalah
komposisi paduan tetapi komposisi di bagian dalam butir (lebih kaya A) berbeda
dengan komposisi di bagian luar butir (lebih kaya B) dan ini dinamakan coring atau
disebut juga dendritik segregation (slide no.17).

TEORI DAN PRAKTIKUM PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK    
132
 
PRODI D3 TEKNIK MESIN FTI ITS   TM 090301 
 

Slide no.17. dendritik segregation

Pendinginan non equilibrium akan mengakibatkan melebarnya daerah


temperature pembekuan, temperature akhir pembekuan makin rendah, larutan
cair yang terakhir membeku akan mengandung komponen bertitik cair rendah
yang lebih banyak, dan akan terjadi perbedaan komposisi antara bagian dalam
dengan bagian luar butir kristal. Makin tinggi laju pendinginan makin besar efek
tsb.
Coring sering kali dijumpai pada benda-benda tuangan. Coring
mengakibatkan tidak uniformnya sifat mekanik atau fisik dan dalam beberapa hal
akan menimbulkan kecenderungan terjadinya korosi intergranular yang sangat
berbahaya. Batas butir yang mengandung lebih banyak logam bertitik cair rendah
seringkali merupakan titik lemah titik coring bisa dicegah dengan melakukan
pembekuan pada pendnginan yang sangat lambat. Tetapi ini dapat menimbulkan
keburukan lain yaitu terjadinya butiran yang terlalu besar dan membutuhkan waktu
yang sangat lama.
Coring dapat dihilangkan dengan memberikan kesempatan untuk terjadinya
diffuse dalam keadaan padat sehingga akan terjadi homogenisasi . ini dapat
dilakukan dengan memanaskan kembali benda kerja sampai temperature dibawah
garis solidus selama beberapa saat sehingga diffuse dapat berlangsung dengan
sempurna dan kemudian didinginkan kembali.

TEORI DAN PRAKTIKUM PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK    
133
 
PRODI D3 TEKNIK MESIN FTI ITS   TM 090301 
 

Seperti telah dijelaskan didepan bawah adanya atom yang terlarut dalam
suatu system kristal akan menyababkan terjadinya distorsi pada sistem kristal
logam pelarutnya, sehingga tentunya akan menyebabkan terjadinya perubahan
sifat paduan. Makin banyak atom yang terlarut makin besar distorsi yang akan
terjadi makin naik pula kekuatan dan kekerasan paduan. Karena pada system
paduan ini kedua komponen dapat berfungsi sebagai pelarut maka tentu akan ada
suatu komposisi paduan.

5.2. Diagram fase untuk komponen yang saling tidak melarutkan padatan

Hokum Raoult menyatakan bahwa titik beku suatu zat murni akan menurun
bila ditambahkan zat lain, asalkan zat itu dapat larut dalam keadaan cair tetapi
tidak larut dalam keadaan padat. Banyaknya penurunan titik beku ini sebanding
dengan berat molekul zat terlarut.
Diagram fase untuk system paduan dua komponen yang saling melarutkan
pada keadaan cair tetapi sama sekali tidak melarutkan dalam keadaan padat. Ini
dapat dibuat dari sejumlah kurva pendinginan dari satu seri paduan, analog
dengan cara pembuatan diagram fase dari system paduan terdahulu. Gambar
satu seri kurva pendingnan serta gambar struktur mikronya pada temperature
kamar dari system paduan ini dapat dilihat pada slide no.18.
Dalam keadaan murni logam A dan B membeku pada satu temperature
tertentu(terlihat kurva pendinginnya menunjukan garis mendatar pada titik
bekunya). Bila B ditambahkan pada logam A, titik awal pembekuan akan menurun,
demikian juga bila a ditambahkan pada logamB, titik awal pembekuan juga
turun.paduan dengan komposisi ini dinamakan paduan dengan komposisi
eutektik.

TEORI DAN PRAKTIKUM PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK    
134
 
PRODI D3 TEKNIK MESIN FTI ITS   TM 090301 
 

Slide no.18. Diagram fase untuk sistem


d d k

Pembekuan akan berlangsung terus bersama dengan turunnya


temperature. Akhir pembekuan terjadi pada temperature yang sama untuk
semua komposisi paduan, temperature eutektik.. Tampak bahwa garis solidus
berupa suatu garis lurus mendatar. Dapat pula disimpulkan bahwa paduan
dengan komposisi eutektik akan membeku pada satu temperature tertentu,
seperti halnya logam murni.
Diagram fase dibuat dengan menghubungkan titik awal
pembekuan(didapat garis liquidus) dan menghubungkan titik akhir pembekuan
(garis solidus), seperti terlihat pada slide no.18. diagram fase ini akan terdiri
dari empat daerah, yaitu daerah diatas garis liquidus yang terdiri dari fase
tunnggal larutan cair(karena dalam keadaan cair kedua logam dapat
membentuk larutan). Tiga daerah yang lain adalah daerah dua fase. Setiap
daerah dua fase pada suatu diagram fase ke arah mendatar selalu akan
dibatasi oleh daerah-daerah fase tunggal.

TEORI DAN PRAKTIKUM PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK    
135
 
PRODI D3 TEKNIK MESIN FTI ITS   TM 090301 
 

Slide no.19. Diagram fase dibuat dengan menghubungkan titik awal pembekuan

Untuk praktisnya paduan yang disebelah kiri komposisi eutektik dinamakan


paduan hipoeutektik dan yang disebelah kanannya dinamakan paduan
hypereutektik.
Bila paduan 1 (slide no.19), yaitu paduan dengan komposisi eutektik
didinginkan dari temperature T0 akan tetap berubah larutan cair sampai
temperature TE yaitu temperature eutektik. karena temperature ini terletak pada
garis liquidus maka mulailah terjadi pembekuan.
Liquid akan membeku menjadi campuran dua fase, yaitu fase yang terdapat
pada ujung-ujung garis mendatar temperature eutektik,dalam hal ini ujung sebelah
kiri adalah titik F yang menunjukan solid A, dan ujung sebelah kanan titik G yang
menunjukan solid B. misalkan pada awal proses pembekuan terbentuk sejumlah
kecil solid A, maka sisa liquid akan menjadi lebih kaya B, komposisi liquid akan
tergeser ke kanan dari titik E.
 

TEORI DAN PRAKTIKUM PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK    
136
 
PRODI D3 TEKNIK MESIN FTI ITS   TM 090301 
 

Slide no.20. Transformasi selama pendinginan equilibrium

Agar liquid tetap dalam keadaan equilibrium maka dari liquid akan membeku
sejumlah solid B. bila B yang membeku ini sedikit lebih maka sisa liquid akan
terlalu kaya A, komposisi liquid akan tergeser ke sebelah kiri E, akan terbentuk agi
solid A. Demikian seterusnya liquid akan membeku dengan terbentuknya solid A
dan solid B secara bergantian, dan struktur yang terjadi akan berupa campuran
yang sangat halus yang dapat dilihat dengan mikroskop.ini dinamakan eutektik
mixture., seperti tampak pada slide no.2.
Setiap paduan hipoeutektik dalam keadaan padat akan selalu terdiri dari
butir-butir kristal logam A dan eutectic mixturenya. Solid A yang terbentuk
sebelum terjadinya reaksi eutektik dinamakan A primer atau a proeutektik.
Paduan 3, paduan hipereutektik, akan membeku dengan cara yang
mirip/sama dengan paduan 2, kecuali bahwa proeutektik yang terbentuk adalah
solid B.

TEORI DAN PRAKTIKUM PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK    
137
 
PRODI D3 TEKNIK MESIN FTI ITS   TM 090301 
 

Hubungan antara komposisi paduan dengan fraksi struktur mikro dapat


digambarkan dengan suatu diagram seperti Slide no.21

Slide no.21. fase antara padat dan cair

  Proeutektic A Proeutektic B

Eutektic mixture

40 %
A B

Slide.22. Hubungan antara komposisi paduan dengan fraksi struktur mikro

TEORI DAN PRAKTIKUM PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK    
138
 
PRODI D3 TEKNIK MESIN FTI ITS   TM 090301 
 

Slide no.23. diagram fase untuk system paduan alumunium-silikon

Sebagai contoh suatu diagram fase jenis ini adalah diagram fase untuk
system paduan alumunium-silikon pada slide no.23.

5.4 Diagram Fase Untuk Dua Komponen dengan kelarutan-padatan


terbatas

Sebenarnya jarang sekali terjadi paduan antara dua logam yang sama sekali
saling tidak melarutkan dalam keadaan padat, atau saling melarutkan dengan
kelarutan tak terbatas, seperti halnya pada kedua jenis sistem paduan yang telah
diuraikan di atas. Yang lebih sering terjadi adalah kedua logam dapat saling
melarut-padatkan secara terbatas, logam A dapat melarutkan logam B sampai
jumlah tertentu, dan/atau logam B dapat melarutkan logam A sampai jumlah

TEORI DAN PRAKTIKUM PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK    
139
 
PRODI D3 TEKNIK MESIN FTI ITS   TM 090301 
 

tertentu juga. Diluar batas itu akan terbentuk eutektik. Diagram fase untuk sistem
paduan semacam itu dapat dilihat pada slide no.24

Slide no.24. phase diagram illustrating partial solid solubility

Dari slide no.24. terlihat bahwa di atas garis liquidus adalah daerah fase
tunggal larutan cair (liquid). Karena A dapat melarut-padatkan B dan B dapat
melarut-padatkan A, maka dari liquid tidak akan terbentuk kristal logam A dan/atau
logam B murni, tetapi akan terbentuk larutan padat atau campuran larutan padat.
Daerah di bawah garis solidus TAF adalah fase tunggal larutan padat α dan
daerah di bawah garis solidus TBG juga daerah fase tunggal, larutan padat β.

TEORI DAN PRAKTIKUM PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK    
140
 
PRODI D3 TEKNIK MESIN FTI ITS   TM 090301 
 

Daerah yang terletak di antara dua gaerah fase tunggal pastilah daerah dua fase,
yang terdiri dari fase-fase yang berada di kiri kanannya. Daerah antara daerah
larutan padat β dan liquid akan terdiri dari larutan padat α dan liquid, daerah
antara daerah larutan padat β dan daerah liquid terdiri dari larutan padat β dan
liquid, daerah antara larutan padat α dan daerah larutan padat β terdiri dari larutan
padat α dan larutan padat β. Garis yang membatasi antara daerah fase tunggal
larutan padat dengan daerah campuran larutan padat dinamakan garis solvus,
yang juga menunjukkan batas kelarutan (maximum solid solidity) logam B pada
logam A (larutan padat α) dan batas kelarutan logam A pada logam B (larutan
padat β).
Untuk mempelajari perubahan yang terjadi selama pendinginan lamabat
pada beberapa paduan dari sistem paduan jenis ini, perhatikan diagram fase
suatu sistem paduan di slide no.23. Paduan 1, 95A – 5B akan mengalami
perubahan sama seperti perubahan selama pembekuan sistem paduan larutan
padat (diagram fase jenis yang pertama), ketika temperatur memotong garis
liquidus di titik Tt mulai terjadi pembekuan menjadi larutan padat α yang sangat
kaya A, dan pembekuan terus berlanjut dengan pembentukan kristal yang makin
kaya B (mengikuti garis solidus). Pada temperatur T4 pembekuan selesai dan
selanjutnya kristal larutan padat α bertumbuh dan diffusi terus berlangsung hingga
kristal menjadi homogen. Pada temperatur kamar akan diperoleh kristal larutan
padat α dengan 5% B, yang homogen.
Paduan 2, 30A – 70B, adalah komposisi eutektik dan pembekuan terjadi
sebagaimana halnya pembekuan pada komposisi eutektik yang telah dibahas di
depan. Hanya saja eutektik yang terjadi di sini bukan eutektik antara logam A dan
logam B tetapi terdiri dari larutan padat α dan larutan padat β. Perbandingan berat
larutan padat α dan larutan padat β pada temperatur eutektik TE dapat dihitung
dengan lever rule, yaitu EG : FE. Dengan pendinginan selanjutnya pada α dan β
akan terjadi perubahan komposisi karena perubahan batas kelarutan (yang
ditunjukkan oleh masing-masing garis solvus), sehingga juga pada temperatur di
bawah TE akan terjadi sedikit perubahan berat α : β (pada temperatur kamar
perbandingan ini menjadi KJ : KH).

TEORI DAN PRAKTIKUM PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK    
141
 
PRODI D3 TEKNIK MESIN FTI ITS   TM 090301 
 

Paduan 3, 60A – 40B, pembekuan akan mulai terjadi pada temperatur T3


dengan terbentuknya kristal larutan padat α primer (α proeutektik) yang sangat
kaya A. Dengan penurunan temperatur maka komposisi larutan padat dan cair
makin kaya B, pada temperatur TE komposisi α mencapai titik F dan komposisi
liquid mencapai titik E (komposisi eutektik) dan selanjutnya sisa liquid akan
membeku sebagai eutektik. Pembekuan sisa liquid menjadi eutektik berlangsung
pada temperatur konstan. Struktur mikro pada temperatur eutektik setealah
selesainya pembekuan terlihat pada slide no.23. Hanya saja di sini eutektik terdiri
dari α dan β. Dengan penurunan temperatur selanjutnya akan terjadi penurunan
batas kelarutan B pada α dan ini akan menyebabkan larutan padat α yang di
temperatur TE mengandung banyak B (20%) harus mengeluarkan sebagian B
(karena batas kelarutan B pada α menurun), B ini akan keluar dari α berupa
larutan padat β (dinamakn β sekunder).

Slide no.25. The cooling curve and microstructure at various temperature during
solidification of a 60A - 60B alloy

Paduan 4, 85A – 15B, sampai ke temperatur di titik N, mengalami proses


yang sama seperti paduan 1. Pada temperatur di atas N, α adalah larutan padat

TEORI DAN PRAKTIKUM PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK    
142
 
PRODI D3 TEKNIK MESIN FTI ITS   TM 090301 
 

yang tidak jenuh, sebenarnya masih mampu melarutkan lebih banyak B. Di N,


pada garis solvus, α mencapai garis batas kelarutannya, α akan menjadi jenuh
akan B. Di bawah temperatur ini kandungan B pada paduan 4 unu sudah melewati
batas kelarutann B pada α, sehingga harus ada B yang keluar dari α. B yang
berpresipitasi ini tidak keluar sebagai logam B tetapi akan berupa β yang biasa
berpresipitasi di sepanjang butir kristal α. Pada suatu penampang (dua dimensi)
terlihat β sekunder ini berupa jaringan (network) yang mengelilingi α (lihat slide
no.25.). Kristal α adalah suatu benda tiga dimensi membungkus setiap butir kristal
α. Jaringan β merupakan jaringan ontinyu, karenanya walaupun β adalah
konstituen yang jumlahnya kecil tetapi sifat mekanik paduan ini sangat ditentukan
oleh sifat β. Bila β bersifat getas maka paduan juga akan bersifat getas, paduan
akan cenderung pecah di sepanjang batas butir.

Slide no.26. The cooling curve and microstructure at various temperature for an 85A – 15B
alloy.

TEORI DAN PRAKTIKUM PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK    
143
 
PRODI D3 TEKNIK MESIN FTI ITS   TM 090301 
 

Diagram equlibrium Pb – Sn dan gambar struktur mikro dari beberapa


paduan pada sistem paduan ini ditunjukkan pada slide no.25 dan no.26 Pada
diagram equilibrium tampak bahwa keduanya dapat saling melarut-padatkan satu
sama lain secara terbatas dan eutektik terjadi komposisi 88,5Pb – 11,5Sb. Paduan
1 yang mengandung 6,5 % Sn, adalah paduan hipoeutektik, strukturnya terdiri dari
dendrit α primer (hitam) dan campuran eutektik yang mengisi celah dia antara
dendrit itu.
Paduan 2, mengandung 11,5% Sn, paduan eutektik, memperlihatkan bentuk
khas eutektik, terdiri dari α (hitam) dan β (putih). Paduan 3, paduan hipereutektik,
terdiri dari β primer (putih) yang dikelilingi eutektik. Paduan yang makin jauh dari
komposisi eutektik tentunya akan mengandung eutektik lebih sedikit.

5.5 Reaksi Peritektik

Pada pembahasan di atas telah dibicarakan mengenai reaksi eutektik, reaksi


yang terjadi pada liquid dari komposisi eutektik, yang secara umum dapat
dituliskan sebagai :

Liquid ÅÆ solid1 + solid 2

Pada reaksi eutektik itu pada pendinginan liquid (satu fase) mengalami reaksi
menjadi dua fase solid, pada pemanasan kedua solid bereaksi menjadi suatu solid
baru. Biasanya solid baru yang terjadi sebagai hasil reaksi peritektik ini adalah
suatu intermediate phase alloy, tetapi dalam beberapa hal mungkin juga terjadi
suatu terminal solid solution.

Reaksi peritektik secara umum dapat dituliskan sebagai berikut:

Liquid + solid ÅÆ new solid

Reaksi peritektik juga berlangsung pada temperatur konstan (ishotermal)


seperti halnya reaksi eutektik. slide no.27 memperlihatkan sebuah diagram fase
untuk suatu sistem paduan yang menunjukkan adanya reaksi peritektik. Reaksi
peritektik terjadi pada temperatur Tp, temperatur peritektik, pada paduan dengan
kandungan B tidak lebih dari 40%. Jadi dapat terjadi di sepanjang garis peritektik
TpD.

TEORI DAN PRAKTIKUM PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK    
144
 
PRODI D3 TEKNIK MESIN FTI ITS   TM 090301 
 

Slide no.27. Phase diagram showing the formation of an incongruent melting intermediate
phase by a peritectic reaction

Paduan 1, 90A – 10B, tetap berupa liquid sampai penurunan temperatur


mencapai garis liquidus di Tb akan mulai terbentuk kristal logam A. Pada
pendinginan selanjutnya makin banyak kristal A yang terbentuk dan liquid menjadi
semakin sedikit serta komposisinya makin kaya B (mengikuti garis liquidus).
Sedikit di atas temperatur peritektik Tp komposisi liquid mencapai kondisi D, 60A –
40B, dan berat sisa liquid tinggal 25% dari berat total (lever rule), solid A 75%.
Tepat di bawah temperatur peritektik sudah tidak ada lagi liquid, akan terdapat
solid baru AmBn sebanyak 33% dan solid A sebanyak 67%. Dari sini tampak
B

seolah-olah bahwa AmBn berasal dari liquid, tetapi hal ini tentu tidak mungkin
B

karena liquid hanya mengandung 40% A sedangakan AmBn mengandung70% A.


B

Kemungkinan yang dapat terjadi hanyalah bila liquid bereaksi dengan sejumlah
solid A membentuk suatu solid baru. Reaksi ini disebut reaksi peritektik, yang
berlangsung pada temperatur konstan Tp.
Reaksi ini berlangsung pada permukaan solid A yang bersentuhan dengan
liquid. Hasil reaksinya tentu akan melekat pada permukaan solid A, sehingga

TEORI DAN PRAKTIKUM PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK    
145
 
PRODI D3 TEKNIK MESIN FTI ITS   TM 090301 
 

reaksi berikutnya akan berjalan lebih lambat, karena atom-atom yang akan
bereaksi harus berdiffusi melintasi hasil reaksi peritektik itu (lihat slide no.27).
ketika seluruh reaksi selesai maka liquid akan habis dan solid A masih tersisa,
sehingga pada gambar strutur mikronya (slide no.28) tampak solid A dikelilingi
senyawa AmBn. Paduan lain yang berada di sebelah kiri titik G tentunya akan
B

mengalami peristiwa yang sama, hanya jumlah relatif antara setiap struktur.

Slide no.28. Schematic picture of the peritectic reaction. Envelope AmBn incerases in
thickness by diffusion of A atoms outwards and B atom inward.

Slide no.29. Slow cooling of a 90A – 10B alloy showing the microstructure at various
temperature

TEORI DAN PRAKTIKUM PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK    
146
 
PRODI D3 TEKNIK MESIN FTI ITS   TM 090301 
 

Paduan 2, 65A – 35B, mulai membentuk solid A pada temperatur T2 dan


tepat sebelum titik h komposisi liquid sudah 60A – 40B dan masih tersisa
sebanyak 87,5%, solid yang terjadi hanya 12,5%. Pada reaksai peritektik yang
terjadi di titik H semua solid A ini akan habis, sedang liquid masih tersisa. Liquid
ini akan semakin berkurang dengan menurunya temperatur, dan akan habis
setelah terjadinya reaksi eutektik di titik K, menjadi eutektik AmBn + B (lihat Slide
B

no.30).
Reaksi peritektik biasanya menghasilkan suatu senyawa, tetapi ada juga
reaksi peritektik yang menghasilkan suatu larutan padat.
Perubahan-perubahan yang dijelaskan di atas adalah perubahan-perubahan
pada kondisi ekulibrium, yang sebenarnya jarang sekali terjadi pada kenyataan.

Slide no.29. The cooling curve and the microstructure at various temperature during the
sloew cooling at 65A – 25B alloy.

Pada kenyataan biasanya pendinginan tidak cukup lambat, sehingga


biasanya tidak cukup waktu unutuk berlangsungnya sutatu solid state diffusion

TEORI DAN PRAKTIKUM PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK    
147
 
PRODI D3 TEKNIK MESIN FTI ITS   TM 090301 
 

dan karenanya reaksi peritektik ini seringkali tidak tepat dapat berlangsung tuntas.
Hasil reaksi memungkus/ memisahkan kedua reaktan sehingga untuk dapat
berlangsungnya reaksi selanjutnya atom-atom harus berdiffusi selanjutnya juga
harus makin panjang, dan biasanya waktu yang tersedia pada prakteknya tidak
menukupi, sehingga reaksi tentunya tidak akan selesai.
Paduan dengan 60Ag – 40Pt di tempteratur kamar seharusnya adalah
larutan padat β fase tunggal. Tetapi seperti terlihat pada slide no.31, struktur
mikro hasil tuangan paduan itu, menunjukkan adanya lebih dari satu fase. Yang
berwarna putih adalah α primer, yang dikelilingi larutan padat β berwarna gelap
(dua warna), menunjukkan bahwa reaksi peritektik belum tuntas. Hal iini akan
berpengaruh pada sifat mekaniknya.

Slide no.31. 40 percent platinum + 60 percent silver cast alloy.

5.6 Transformasi Allotropik

Perubahan dari satu bentuk kristal ke bentuk kristal yang lain pada keadaan
padat dinamakan transformasi allotropik. Pada suatu diagram fase perubahan
allotropik ditunjukkan oleh sebuah atau beberapa titik pada garis vertikal yang
menyatakan logam murni. Contoh diagram fase yang memperlihatkan adanya
perubahan allotropik dapat dilihat pada slide no.32. Pada diagram itu larutan padat
gamma dibatasi loop. Jadi logram murni A dan paduan kaya A akan mengalami

TEORI DAN PRAKTIKUM PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK    
148
 
PRODI D3 TEKNIK MESIN FTI ITS   TM 090301 
 

dua kali perubahan (transformasi) allotropik. Banyak diagram fase yang


memperlihatkan hal seperti diatas, termasuk sistem paduan Fe-Si, Fe-MO, dan
Fe-Cr. Karena larutan padat yang dikelilingi loop ini adalah larutan padat gamma,
maka daerah ini dinamakan gamma loop.

Slide no.32. hypothetical equlibrium showing metal A undergoing two allotropic changes.

Slide no.33. The iron-nickel equilibrium diagram.

TEORI DAN PRAKTIKUM PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK    
149
 
PRODI D3 TEKNIK MESIN FTI ITS   TM 090301 
 

Pada beberapa sistem paduan gamma loopnya tidak tertutup, seperti halnya
pada sistem paduan Fe-Ni . Dari kedua gambar ini tampak bahwa temperatur
transformasi allotropik dari logam murni akan mengalami perubahan karena
adanya paduan yang larut pada logam murni itu.

5.7 Transformasi Order-Disorder

Biasanya pembentukan larutan padat substitusional atom-atom yang larut


tidak menempati suatu posisi tertentu yang spesifik, tetapi akan tersebar secara
acak pada struktur lattice pelarut. Paduan semacam ini dikatakan berada pada
kondisi disordered (tidak beraturan). Ada beberapa paduan yang disordered ini
yang bila didingankan mengalami pengaturan kembali (rearrangement) letak
atom-atom yang terlarut akan menempati posisi tertentu pada latie pelarut.
Struktur ini dinamakan ordered.

Slide no.34. Atomic arrangements in a disordered and ordered solid solution.

TEORI DAN PRAKTIKUM PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK    
150
 
PRODI D3 TEKNIK MESIN FTI ITS   TM 090301 
 

Slide no.35. The gold-copper equilibrium diagram.

Ordering biasa terjadi pada sistem dengan kelarutan-padatan tak terbatas.


Pada diagram keseimbangan ordered solution biasanya dinyatakan dengan alpha
acsent, dll dan daerah dimana larutan semacam ini diperoleh dibatasi dengan
garis bertitik

5.8 Reaksi Eutektoid


Reaksi ini mirip sekali dengan reaksi eutektik, hanya saja reaksi eutektoid
sama sekali tidak melibatkan fase cair, seluruhnya pada fase padat. Di dalam hal
ini suatu larutan padat pada pendinginannya mengalami transformasi menjadi dua
solid baru yang bercampur dengan sangat halus, dinamakan eutektoid mixture.
Secara umum reaksi itu dapat dituliskan sebagai :
Solid1 ---> solid2 + solid3
Eutektoid micture yang dihasilkan reaksi ini sangar halus, sangat mirip
seperti eutektic mixture, sehingga bila hanya dengan melihat pada mikroskop
tidaklah mungkin menentukan apakah suatu struktur berasal dari reaksi eutektoid
atau eutektik. Diagram keseimbangan pada slide no.36. memperlihatkan adanya
reaksi eutectoid, yang berlangsung pada garis temperatur OP.

TEORI DAN PRAKTIKUM PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK    
151
 
PRODI D3 TEKNIK MESIN FTI ITS   TM 090301 
 

Slide no.36. Phase diagram illustrating the eutectoid reaction

Eutectoid mixture terdiri dari fase yang ada pada ujung-ujung garis
temperatur eutectoid (OP), yaitu larutan padat alpha (titik O) dan larutan padat
beta (titik P). Titik menunjukkan temperatur perubahan allotropik pada logam A
murni, sedang garis solvus MN menunjukkan bahwa paduan yang berkadar B
lebih tinggi akan mengalami perubahan allotropik pada temperatur yang lebih
rendah, mencapai minimum pada titik N. Garis solvus FN menunjukkan batas
kelarut-padatan B pada gamma, kelarutannya makin rendah dengan menurunnya
temperatur. Titik N disebut titik eutectoid. Komposisinya adalah komposisi
eutectioid. Paduan dengan komposisi di sebelah kiri komposisi eutectoid
dinamakan paduan hipoeutectoid dan yang di sebelah kanannya dinamakan
paduan hipereutectoid.

Paduan 1 bila didinginkan dengan sangat lambat akan mulai membeku pada
x1 dan selesai membeku pada x2 dengan terbentuknya larutan padat gamma.
Selanjutnya akan tetap berupa larutan padat gamma yang homogen sampai
temperatur xs. Disini akan mulai terjadi transformasi allotropik dari gamma menjadi
alpha. Perlu diperlihatkan bahwa alpha melarutkan B jauh lebih sedikit daripada

TEORI DAN PRAKTIKUM PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK    
152
 
PRODI D3 TEKNIK MESIN FTI ITS   TM 090301 
 

gamma, sebab itu untuk membentuk alpha maka sebagian atom B yang tadinya
berada pada daerah yang akan menjadi alpha harus berdiffusi ke daerah lain pada
gamma sehingga sisa larutan padat gamma akan menjadi lebih kaya B (mengikuti
garis solvus MN). Pada saat paduan mencapai temperatur eutectoid x4 komposisi
sisa gamma akan mencapai komposisi eutectoid (titik N) dan sisa gamma akan
mengalami reaksi eutectoid, bertransformasi menjadi eutectoid mixture, berupa
lapisan tipis alpha dan beta berselang-seling

(A)  =  0.1%C  ferrite/pearlite,  (B)  =  0.25%C  more  pearlite,  (C)  =  0.83%C  all  pearlite,  (D)  =  1.4%C 
pearlite/cementite

Slide no.37. Microstructure of a slow-cooled hypoeutectoid and hypereutectoid alloy.

TEORI DAN PRAKTIKUM PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK    
153
 
PRODI D3 TEKNIK MESIN FTI ITS   TM 090301 
 

Perubahan yang terjadi pada pendinginan lambat paduan 2 dan 3 tentu akan
mudah dipelajari, karena peristiwanya hampir sama saja, hanya peru diingat
bahwa paduan hipereutectoid batas kelarut-padatan B dalam gamma akan
mengikuti garis solvus FN, sehingga akan ada B yang keluar dari gamma berupa
beta.

5.9 Reaksi Peritektoid


Seperti halnya reaksi eutektoid, suatu reaksi semacam reaksi eutektik tetapi
tidak menyangkut fase cair. Maka reaksi peritektoid juga mirip reaksi peritektik
tetapi tidak menyangkut fase cair. Secara umum reaksi ini dapat dituliskan
sebagau berikut:

Solid1 + Solid2 solid3 baru

Pada reaksi peritektik seringkali didapatkan reaksi yang tidak selesai karena
tidak cukupnya waktu untuk berdiffusi, pada reaksi peritektoid tuntasnya reaksi
akan lebih sulit lagi, karena seluruhnya adalah fase padat dimana tentunya diffusi
lebih sulit terjadi.

5.10 Diagram Kompleks


Diagram-diagram yang telah dibahas diatas adalah diagram fase yang
sederhana. Beberapa sistem paduan memang mungkin memiliki diagram fase
yang merupakan salah satu dari jenis sederhana di atas. Tetapi banyak sistem
paduan yang memiliki diagram fase yang tidak sederhana, kompleks. Sepintas
tampak cukup ruwet, tetapi sebenarnya diagram itu hanya merupakan kumpulan
dari beberapa jenis diagram.

TEORI DAN PRAKTIKUM PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK    
154
 
PRODI D3 TEKNIK MESIN FTI ITS   TM 090301 
 

Slide no.38. The cobalt-tungsten alloy system

Dengan demikian tidaklah sulit untuk memberi label pada semua daerah
pada suatu diagram fase, memberi penjelasan apa arti titik, garis dan daerah pada
diagram itu, menentukan berbagai reaksi yang mungkin terjadi pada suatu garis
mendatar, menjelaskan perubahan-perubahan yang terjadi pada pendinginan
lambat suatu paduan dan menggambarkan struktur mikro suatu paduan pada
temperatur tertentu, dan lain-lain. Bentuk-bentuk reaksi yang biasa dijumpai pada
suatu diagram fase ditabulasikan pada tabel di bawah ini.

TEORI DAN PRAKTIKUM PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK    
155
 
PRODI D3 TEKNIK MESIN FTI ITS   TM 090301 
 

Tabel. 1 . Equilibrium-diagram reaction

TEORI DAN PRAKTIKUM PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK    
156
 
PRODI D3 TEKNIK MESIN FTI ITS   TM 090301 
 

   

TEORI DAN PRAKTIKUM PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK    
157
 

Anda mungkin juga menyukai