Anda di halaman 1dari 133

IMPLEMENTASI LEAN CANVAS PADA

STARTUP DALAM MENGHADAPI


PERSAINGAN
(Studi Pada Startup Talangin)

SKRIPSI

Disusun untuk Menempuh Ujian Sarjana


Pada Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya

IHDA HUSNAYAIN
135030201111091

Dosen Pembimbing
Mukhammad Kholid Mawardi, S.Sos, MAB, Ph.D

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
JURUSAN ADMINISTRASI BISNIS
KONSENTRASI ADMINISTRASI PEMASARAN
MALANG
2017
MOTTO

“JANGAN MUDAH MENYERAH DIKALA KEADAAN YANG SULIT,


TETAP MENCOBA UNTUK BANGKIT DAN SEMANGAT UNTUK
MENGGAPAI KEBERHASILAN HAKIKI, USAHA SELALU DAN
TAWAKKAL KEPADA ALLAH SUBHANAHU WA TA’ALA.
HADIRKAN ALLAH SETIAP LANGKAH MU, INGAT ALLAH DULU,
ALLAH SEKARANG DAN ALLAH SELAMANYA. SELALU INGAT
SATU KALIMAT PENYEMANGAT ‘MAN JADDA WA JADA”

i
TANDA PERSETUJUAN SKRIPSI

ii
TANDA PENGESAHAN SKRIPSI

iii
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI

iv
CURRICULUM VITAE

Nama : Ihda Husnayain

Nomor Induk Mahasiswa : 135030201111091

Tempat dan Tanggal Lahir : Padang, 02 Agustus 1995

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Komp. Taruko 2 Blok C No. 1 Kuranji - Padang

Telepon : 082122420327

E-mail : ihdahusnayainl@gmail.com

Fakultas : Ilmu Administrasi

Jurusan : Administrasi Bisnis

Riwayat Pendidikan : 1. SDIT ADZKIA Kota Padang 2006/2007

2. SMPIT ADZKIA Kota Padang 2009/2010

3. MAN 2 Kota Padang 2012/2013

Pengalaman Kerja : Magang pada PT. Asuransi Bangun Askrida


Jakarta

18 Juli 2016 – 16 September 2016

v
RINGKASAN

Ihda Husnayain, 2017, Implementasi Lean Canvas Pada Startup Dalam


Menghadapi Persaingan (Studi Pada Startup Talangin), Mukhammad Kholid
Mawardi, S.Sos, MAB, Ph.D 137 + xvi Hal

Startup merupakan sebuah bisnis yang memiliki model bisnis berbeda


dari bisnis yang lainnya. Model bisnis memiliki berbagai macam canvas seperti,
Business Model Canvas, Lean Canvas, Lean Change Canvas, Feedback Canvas,
SWOT Analysis, Open Innovation Canvas, Business Model Zen Canvas, dan
lainnya. Salah satu contoh startup yang menggunakan lean canvas untuk model
bisnisnya adalah Talangin. Talangin merupakan sebuah platform yang membantu
mahasiswa membeli barang dari e-commerce manapun dengan proses cepat, aman
dan angsuran ringan tanpa bunga.
Tujuan dari penelitian ini yakni untuk mendeskripsikan penerapan lean
canvas pada startup, menjelaskan faktor-faktor yang dipertimbangkan pengelola
startup dalam penerapan lean canvas, untuk menjelaskan kendala penerapan lean
canvas pada startup Talangin dan untuk menjelaskan manfaat penerapan lean
canvas pada startup Talangin. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
dengan pendekatan kualitatif.Penulis melakukan wawancara dengan Co-Founder
& Chief Executive (CEO), Co-Founder & Chief Marketing (CMO), Co-Founder
& Chief Product (CPO) dan Co-Founder & Chief Finance (CFO) Talangin untuk
mengetahui bagaimana penggunaan lean canvas di startup Talangin sendiri.
Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data Miles and
Huberman.
Hasil dari penelitian ini adalah penerapan lean canvas pada startup
Talangin sebagai model bisnis, dapat membantu dengan mudah Talangin dalam
menentukan strategi kedepan. Kemudahan dan kesederhanaan lean canvas sebagai
model bisnis merupakan faktor startup Talangin menggunakan model bisnis
tersebut. Dalam penerapan lean canvas pada startup Talangin tidak ada
merasakan kendala dalam penerapannya, karena model bisnis pada suatu startup
seharusnya mempermudah pada proses bisnis yang dilakukan. Manfaat yang
dirasakan Talangin dalam penerapan lean canvas ialah dapat dengan mudah
mengetahui produk yang ditawarkan mampu diterima atau tidak oleh market dan
kosumen.

Kata Kunci : Penerapan lean canvas, Startup Talangin, Menghadapi persaingan

vi
SUMMARY

Ihda Husnayain, 2017, Implementation Lean Canvas On Startup In


Dealing Competition (Study On Startup Talangin), Mukhammad Kholid
Mawardi, S.Sos, MAB, Ph.D 137 + xvi pages

Startup is a business that has a different business model than other


businesses. Business models have a variety of canvas such as, Business Model
Canvas, Lean Canvas, Lean Change Canvas, Canvas Feedback, SWOT Analysis,
Open Innovation Canvas, Business Model Zen Canvas, and others. One example
of a startup that uses lean canvas for its business model is Talangin. Talangin is a
platform that helps students buy goods from any e-commerce with fast, safe and
light interestless installment.
The purpose of this study is to describe the application of lean canvas at
startup, explaining the factors that startup managers consider in implementing
lean canvas, to explain the implementation of lean canvas at Talangin startup and
to explain the benefits of lean canvas application at Talangin startup. This
research is a descriptive research with qualitative approach. The author conducted
an interview with Co-Founder & Chief Executive (CEO), Co-Founder & Chief
Marketing (CMO) and Co-Founder & Chief Finance (CFO) Talangin to know
how lean canvas at Talangin's own startup.Data analysis technique used is the
technique of data analysis Miles and Huberman.
The result of this research is the application of lean canvas at Talangin startup as a
business model, can easily assist Talangin in determining future strategy. The ease
and simplicity of lean canvas as a business model is a Talangin startup factor
using the business model. In the application of lean canvas on Talangin startup
there is no sense of constraint in its application, because the business model at a
startup should simplify the business process undertaken. The benefits Talangin
perceives in the application of lean canvas is that it is easy to know the products
offered are acceptable or not by the market and the consumer.

Keywords: Implementation of lean canvas, Talangin Startup, Facing competition

vii
LEMBAR PERSEMBAHAN

Skripsi ini ku persembahkan kepada orang-orang yang sangat ku sayangi dan ku

kasihi, Bapak Drs. H. Muhardanus Dt. Sampono Kayo, Ibu Hj. Fauziah, SKM.

Biomed, Abang Mukhtar Luthfi, Abang Ahmad Fauzi Alfaridsi, Adek Ismail

Faruqi, Adek Dina Syahidah serta sahabat dan teman-teman yang selalu memberi

dukungan, motivasi dan do’anya selama ini.

viii
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul “Implementasi Lean Canvas Pada Startup Dalam Menghadapi
Persaingan (Studi Pada Startup Talangin)” yang bertujuan untuk memenuhi tugas
akhir sebagai syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Administrasi Bisnis pada
Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang. Penulis menyadari
bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan
dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan terima
kasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. Bambang Supriyono, MS. selaku Dekan Fakultas Ilmu
Administrasi Universitas Brawijaya;
2. Bapak Mochammad Al Musadieq, Dr, MBA selaku Ketua Jurusan
Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya;
3. Bapak Mohammad Iqbal S.Sos, M.IB, DBA selaku Sekretaris Jurusan
Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya;
4. Bapak Dr. Drs. Wilopo, M.AB selaku Ketua Program Studi Jurusan
Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya
5. Bapak M. Kholid Mawardi, S.Sos, MAB, Ph.D selaku dosen pembimbing
yang telah memberikan waktu, masukan, saran, serta sumbangsih
pemikiran yang sangat bermanfaat bagi penulis dalam pengerjaan skripsi
ini;
6. Seluruh Dosen pengajar di Prodi Administrasi Bisnis Universitas
Brawijaya Malang atas ilmunya yang telah diberi dan semoga bermanfaat
bagi penulis dalam menapaki jenjang hidup selanjutnya.
7. Kepada saudara Taufic Hidayat, Ismail Rabbanii dan Muhammad Daniel
Savariella, S.Pn. selaku narasumber dari startup Talangin yang telah
meluangkan waktu dan bersedia untuk penulis repotkan terkait
pengumpulan data penelitian.

ix
8. Ayah dan Ibuku tersayang Bpk. Drs. H. Muhardanus Dt. Sampono Kayo
dan Ibu Hj. Fauziah, SKM. Biomed yang tak henti memberikan dukungan
baik moral dan materi, selalu memberikan cinta bagi penulis dalam proses
pengerjaan skripsi ini.
9. Abang-abangku Mukhtar Luthfi dan Ahmad Fauzi Alfaridsi, adik-adikku
Ismail Faruqi dan Dina Syahidah yang selalu memberikan semangat untuk
saudarinya yang jauh merantau dari Padang ke Malang.
10. Rahmi Trisna Yussy, Sri Septiani dan Amike Mutia Vidrin selaku sahabat
dari MAN 2 Padang (Love Mamen ‘LM’) dan sahabat dari SMP Annisa
Chairani hingga sekarang selalu memberikan semangat, menjadi tempat
curhat, menghibur dan memberikan cinta untuk penulis.
11. Tri Rahmawati, Dinda Mei Diana, Sabbihal Husni, selaku kawan dekat di
Malang yang selalu menjadi tempat curhat, memberikan semangat,
masukan dan sebagai penghibur penulis dalam proses pengerjaan skripsi
ini. Maaf jika penulis selalu merepotkan.
12. Seluruh keluarga besar Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia
(KAMMI) FIA terkhususkan KAMMI FIA 2013, terimakasih atas
ukhuwah-nya selama ini.
13. Seluruh keluarga kepanitiaan Dies Natalis UB 54 th terutama SC
(Streering Commite) dan divisi Partnership yang selalu memberikan
dukungan untuk penulis.

Demikian kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang bersifat membangun
sangat peneliti harapkan.Semoga karya skripsi ini bermanfaat dan dapat
memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.

Malang, 16 November 2017

Penulis

x
DAFTAR ISI

MOTTO…………………………………………………………………………..i
TANDA PERSETUJUAN SKRIPSI ................................................................... ii
TANDA PENGESAHAN SKRIPSI .................................................................... iii
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ..................................................... iv
CURRICULUM VITAE ....................................................................................... v
RINGKASAN ....................................................................................................... vi
SUMMARY ......................................................................................................... vii
LEMBAR PERSEMBAHAN ............................................................................ viii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1


A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 4
D. Kontribusi Penelitian ..................................................................................... 4
E. Sistematika Pembahasan ................................................................................ 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 7


A. Tinjauan Empiris ........................................................................................... 7
1. Ludeke-Freud (2009) ................................................................................ 7
2. Haclin dan Wallnofer (2012) ................................................................... 8
3. Mueller dan Thoring (2012)...................................................................... 9
4. Simmons (2013) ...................................................................................... 11
5. Wirtz (2016) ............................................................................................ 12
6. Nidagundi dan Novickis (2016) .............................................................. 13
B. Tinjauan Teoritis .......................................................................................... 21
1. Startup ..................................................................................................... 21
a. Definisi Startup ................................................................................... 21
b. Terminologi Startup ............................................................................ 22
c. Strategi Startup .................................................................................... 25
d. Membangun Tim Startup .................................................................... 26

xi
2. Usaha Kecil Menengah (UKM) atau Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
(UMKM) ................................................................................................. 29
a. Definisi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) atau Usaha
Kecil Menengah (UKM) ......................................................................... 29
b. Strategi Pengembangan UMKM ......................................................... 32
3. Startup dan UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) ............................ 35
4. Teori Business Model Canvas ................................................................. 38
a. Definisi dan Tujuan Business Model ................................................... 38
b. Konsep Business Model Canvas ......................................................... 38
5. Teori Lean Canvas .................................................................................. 48
a. Pengertian Lean Canvas ...................................................................... 48
b. Konsep Lean Canvas .......................................................................... 48
c. Manfaat Lean Canvas.......................................................................... 52
d. Kendala Lean Canvas ......................................................................... 53

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................. 55


A. Jenis Penelitian ............................................................................................ 55
B. Fokus Penelitian........................................................................................... 56
C. Lokasi dan Situs Penelitian .......................................................................... 56
D. Jenis Data dan Sumber Data ........................................................................ 57
E. Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 58
F. Instrumen Penelitian .................................................................................... 60
G. Analisis Data ................................................................................................ 61
H. Uji Keabsahan Data ..................................................................................... 64
1. Keterlibatan Jangka Panjang ................................................................... 64
2. Triangulasi .............................................................................................. 65

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................... 69


A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................................................ 69
1. Sejarah Talangin ..................................................................................... 69
2. Visi dan Misi Talangin............................................................................ 70
3. Lambang atau Logo Talangin ................................................................. 71
4. Keadaan dan Lokasi Kantor Talangin..................................................... 71
5. Produk Talangin ...................................................................................... 73
6. Cara Kerja Talangin ................................................................................ 73
7. Struktur Organisasi Talangin .................................................................. 74
B. Penyajian Data dan Fokus Penelitian .......................................................... 77

xii
1. Penerapan lean canvas pada startup Talangin ........................................ 77
a. Masalah (Problem) .............................................................................. 86
b. Solusi (Solution).................................................................................. 87
c. Proposisi Nilai Unik (Unique Value Proposition) .............................. 88
d. Matrik Kunci (Key Matrix) ................................................................. 89
e. Struktur Biaya (Cost Structure) .......................................................... 90
f. Arus Pendapatan (Revenue Stream)..................................................... 90
2. Faktor-faktor yang dipertimbangkan pengelola startup Talangin dalam
penerapan lean canvas ............................................................................ 91
3. Kendala dalam penerapan lean canvas pada startup Talangin ............... 93
4. Manfaat yang terdapat dalam penerapan lean canvas pada startup
Talangin .................................................................................................. 96
C. Analisis Data................................................................................................ 98
1. Penerapan lean canvas pada startup Talangin ........................................ 98
a. Masalah (Problem) .............................................................................. 99
b. Solusi (Solution)................................................................................ 100
c. Proposisi Nilai Unik (Unique Value Proposition) ............................ 101
d. Matrik Kunci (Key Matrix) ............................................................... 101
e. Struktur Biaya (Cost Structure) ........................................................ 102
f. Arus pendapatan (Revenue Stream) ................................................... 103
2. Faktor-faktor yang dipertimbangkan pengelola startup Talangin dalam
penerapan lean canvas .......................................................................... 104
3. Kendala dalam penerapan lean canvas pada startup Talangin ............. 105
4. Manfaat yang terdapat dalam penerapan lean canvas pada startup
Talangin ................................................................................................ 107

BAB V PENUTUP........................................................................................ 110


A. KESIMPULAN ......................................................................................... 110
B. SARAN ...................................................................................................... 112

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 114

xiii
DAFTAR TABEL

1. Tabel 2.1 Mapping Penelitian Terdahulu ........................................................ 16


2. Tabel 3.1 Hasil Triangulasi Metode ................................................................ 66

xiv
DAFTAR GAMBAR

1. Gambar 1. Business Model Canvas ........................................................... 38


2. Gambar 2. Lean Canvas ............................................................................ 49
3. Gambar 3. Komponen-komponen Analisis Data Model Interaktif ........... 62
4. Gambar 4. Logo Talangin ......................................................................... 71
5. Gambar 6. Tampak Depan Ruang Perintis ................................................ 72
6. Gambar 7. Dalam Ruangan di Ruang Perintis .......................................... 72
7. Gambar 8. Struktur Organisasi Talangin .................................................. 75
8. Gambar 9. Lean Canvas ............................................................................ 99

xv
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1: Surat Riset/Survey..................................................................... 117


LAMPIRAN 2: Pertanyaan Pedoman Wawancara ............................................. 118
LAMPIRAN 3: Dokumentasi Wawancara ......................................................... 135

xvi
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Organisasi bisnis sekarang ini dituntut untuk dapat bersaing dan

memberikan pelayanan terbaiknya agar bisa memenangkan persaingan pada era

globalisasi. Adanya era globalisasi tersebut, banyak masyarakat kini tertarik untuk

merintis sebuah usaha seperti di negara Indonesia, karena perkembangan dunia

internet yang sedang pesat-pesatnya. Berdasarkan website resmi Kementrian dan

Informatika Republik Indonesia (kominfo.go.id, 2014) dapat dilihat riset pasar e-

Marketer, populasi netter tanah air mencapai 83,7 juta orang pada 2014. Angka

yang berlaku untuk setiap orang yang mengakses internet setidaknya satu kali

setiap bulan itu mendudukkan Indonesia di peringkat ke-6 terbesar di dunia dalam

hal jumlah pengguna internet. Pada 2017, e-Marketer memperkirakan netter

Indonesia bakal mencapai 112 juta orang, mengalahkan Jepang di peringkat ke-5

yang pertumbuhan jumlah pengguna internetnya lebih lamban.

Data pengguna internet tersebut membuat masyarakat memiliki

kesempatan untuk berinovasi dengan merintis usaha startup. Menurut Ries, dalam

Ramdhan (2016) yang menjelaskan tentang pengertian startup sebagai berikut;

“a human institution designed to deliver a new product or service under


conditions of extreme uncertainty. Dari pengertian tersebut dapat
disimpulakan, bahwa startup di bagi menjadi tiga penggalan. Pertama;
a human institution, menjelaskan bahwa startup adalah institusi
manusia, bisa berupa individu/perorangan atau perusahaan. Penggalan
kedua; to deliver a new product or service, yaitu Startup didirikan oleh
perorangan atau perusahaan dalam rangka untuk menjual produk atau
jasa baru dan Penggalan ketiga; under conditions of extreme

1
2

uncertainty, definisi tersebut adalah startup sebagai bisnis baru yang


didirikan menghadapi kondisi ketidakpastian yang sangat tinggi, apakah
startup tersebut akan berhasil atau gagal.”

Startup merujuk pada perusahaan yang belum lama beroperasi.

Perusahaan-perusahaan ini sebagian besar merupakan perusahaan yang baru

didirikan dan berada dalam fase pengembangan dan penelitian untuk menemukan

pasar yang tepat. Perkembangan startup di Indonesia bisa dikatakan cukup pesat,

setiap tahun bahkan setiap bulan banyak founder-founder (pemilik) startup baru

bermunculan. Beberapa contoh startup yang sudah berkembang di Indonesia

yaitu, Go-jek, Bukalapak.com, Traveloka, Kitabisa.com, Grab, Uber, Tiket.com,

dan lain sebagainya.

Startup merupakan sebuah bisnis yang memiliki model bisnis berbeda

dari bisnis yang lainnya. Model bisnis memiliki berbagai macam canvas seperti,

Business Model Canvas, Lean Canvas, Lean Change Canvas, Feedback Canvas,

SWOT Analysis, Open Innovation Canvas, Business Model Zen Canvas, dan

lainnya. Business Model Canvas (BMC) adalah salah satu metode yang digunakan

dalam strategi bisnis startup. Menurut Osterwalder (2010), Business Model

Canvas (BMC) adalah sebuah model bisnis menggambarkan dasar pemikiran

tentang bagaimana organisasi menciptakan, memberikan, dan menanggap nilai.

Sedangkan menurut Maurya (2010) Lean canvas adalah adaptasi Business Model

Canvas (BMC) oleh Alexander Osterwalder yang diciptakan Ash Maurya dalam

menciptakan semangat lean (perampingan) startup lean (startup yang

cepat,ringkas dan efektif), lean canvas menjanjikan rencana bisnis yang dapat

ditindak lanjuti dan fokus dalam berwirausaha.


3

Dapat disimpulkan dari penjelasan diatas bahwa ada beberapa startup

yang menggunakan Business Model Canvas (BMC) dan ada beberapa pula yang

menggunakan lean canvas. Salah satu contoh startup yang menggunakan lean

canvas untuk model bisnisnya adalah Talangin. Talangin merupakan sebuah

platform yang membantu mahasiswa membeli barang dari e-commerce manapun

dengan proses cepat, aman dan angsuran ringan tanpa bunga (Talangin.com,

2017). Talangin didirikan berkembang dari masalah mahasiswa yang mau

membeli barang namun harus menabung lama, proses pembayaran kredit namun

tidak memiliki kartu kredit, mau kredit proses berbelit. Melalui permasalahan

tersebut dapat terlihat adanya kebutuhan bagi para mahasiswa dalam memenuhi

kebutuhan sekundernya yang terkadang sulit untuk dipenuhi pada beberapa

kalangan.

Adanya startup Talangin dapat menjadi salah satu sarana dalam

mempermudah mahasiswa untuk memenuhi kebutuhan sekunder tersebut. Peluang

bagi berkembangnya startup Talangin didukung oleh adanya kebutuhan

mahasiswa yang menjadi sasaran pasarnya. Oleh karena itu strategi dalam

mengembangkan startup harus dibuat secara matang, salah satunya dengan

menggunakan lean canvas. Implementasi lean canvas pada suatu startup

diharapkan dapat menjadi strategi yang dapat digunakan untuk mengembangkan

bisnis secara terarah dan dapat menghadapi persaingan bisnis startup.

Berdasarkan pada latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka perlu

dilakukan penelitian dengan judul “Implementasi Lean Canvas Pada Startup

Dalam Menghadapi Persaingan (Studi Pada Startup Talangin)”.


4

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang pada uraian sebelumnya, maka

menghasilkan rumusan masalah yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah penerapan lean canvas pada startup Talangin ?

2. Faktor-faktor apakah yang dijadikan pertimbangan pengelola startup

Talangin untuk menerapkan lean canvas ?

3. Apa saja kendala pada lean canvas terhadap startup Talangin ?

4. Apa saja manfaat pada lean canvas terhadap startup Talangin ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, adapun tujuan yang ingin dicapai

dalam penelitian tersebut adalah:

1. Mendeskripsikan penerapan lean canvas pada startup Talangin

2. Menjelaskan faktor-faktor yang dipertimbangkan pengelola startup Talangin

dalam penerapan lean canvas

3. Untuk menjelaskan kendala penerapan lean canvas pada startup Talangin

4. Untuk menjelaskan manfaat penerapan lean canvas pada startup Talangin

D. Kontribusi Penelitian

Adapun dari penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat

sebagai berikut :

1. Kontribusi Akademis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan

pengetahuan dan dapat menjadi acuan bagi mahasiswa (peneliti) yang ingin
5

melakukan penelitian serupa di masa yang akan datang, serta dapat bermanfaat

untuk mengembangkan strategi penerapan lean canvas pada startup.

2. Kontribusi Praktis

Kontribusi praktis dalam penelitian ini dapat mempengaruhi startup

Talangin untuk mengimplementasikan lean canvas agar dapat efektif dan efisien

dalam berkompetisi di dunia bisnis.

E. Sistematika Pembahasan

Penulisan sistematika pembahasan dilakukan untuk memperoleh

gambaran dan mempermudah pembaca dalam memahami seluruh materi dan

pokok permasalahan pada penelitian ini. Maka pada sistematika pembahasan ini

dapat dijelaskan sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan tentang latar belakang penulisan, perumusan

masalah, tujuan dari penelitian, kontribusi penelitian, dan sistematika

pembahasan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menjelaskan mengenai teori-teori yang dapat mendukung

permasalahan yang sesuai dengan pembahasan dan kerangka pikir.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini menjelaskan tentang jenis penelitian yang digunakan, fokus

penelitian, lokasi dan situasi penelitian, sumber data, teknik

pengumpulan data, instrumen penelitian dan analisis data. Metode


6

penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah metode penelitian

deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini menjelaskan mengenai gambaran umum objek penelitian,

hasil analisis data, hasil observasi dan wawancara, serta intreprestasi

hasil penelitian.

BAB V: PENUTUP

Bab ini menjelaskan mengenai kesimpulan dari penelitian yang telah

dilakukan dan saran untuk kedepan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Empiris

1. Ludeke-Freud (2009) “Business Model Concepts in Corporate Sustainability

Contexts”

Makalah ini mengusulkan integrasi konseptual model bisnis ke dalam

konteks perusahaan yang berkelanjutan. Sebuah model bisnis dapat diartikan

sebagai salinan dari sebuah logika bisnis organisasi, ini bisa menjadi titik awal

untuk diselidiki. Pertama, jika kasus bisnis untuk mempertahankan kemampuan

dapat direalisasikan di bawah keadaan industri dan perusahaan tertentu. Kedua,

jika sumber daya aktivitas organisasi dikonfigurasi dengan cara yang

memungkinkan untuk menciptakan nilai pada tingkat swasta dan tingkat publik.

Oleh karena itu, perspektif model bisnis konvensional harus dilakukan dan

ditingkatkan melalui penyuluhan untuk mengintegrasikan aspek keberlanjutan.

Setelah didiskusikan beberapa binis model rhetoric umum yang bisa menemukan

konteks keberlanjutan perusahaan, konsep model bisnis konvensional yang

menjanjikan diperkenalkan dan dikembangkan lebih jauh untuk mengusulkan

template generik untuk "model bisnis keberlanjutan". Konsep ini sebagai

pemandu untuk mengikuti dasar kebijakan model bisnis dalam keberlanjutan

seperti salinan logika bisnis perusahaan yang menginternalisasi kasus bisnis

keberlanjutan. Tujuan studi ini adalah Pertama; mengidentifikasikan

persimpangan yang saat ini dirasakan dalam keberlanjutan perusahaan dan model

7
8

bisnis. Kedua; contoh model bisnis generik untuk isu – isu keberlanjutan

perusahaan yang jarang terjadi. Celah yang harus diisi dengan bergerak dari

retorika ke contoh generik untuk model bisnis keberlanjutan. Ketiga; buka bidang

baru yang diberi label "manajemen model bisnis strategis".

2. Haclin dan Wallnofer (2012) “The Business Model in the Practice of

Strategic Decision Making: Insights from a Case Study”

Penelitian ini bertujuan untuk memperkenalkan sebuah strategi sebagai

bentuk praktek dan untuk mengembangkan implikasi dan limitasi dari

penggunaan strategi bisnis model. Studi ini telah di desain untuk mengembangkan

implikasi dan limitasi dari penggunaan bisnis model sebagai strategi yang cukup

baik bagi perusahaan. Bisnis model memberikan contoh nilai secara struktural

untuk menempatkan bisnis model perusahaan pada saat ini. Pengembangan dan

diskusi pemilihan strategi dapat menstimulasi simbol dari benda-benda sebuah

kreativitas dari proses pengambilan keputusan pada alat yang dapat menganalisis

secara jelas dai langkah rangkaian tersebut.

Pada prakteknya, saat bekerja dengan konsep bisnis model dalam

proses peningkatan legitimasi, dapat membuat sebuah kerjasama akan lebih

terlihat secara berkembang. Manajer harus lebih peduli pada pembatasan dan

kebutuhan pencapaian yang mendukung keseimbangan dari organisasi. Studi ini

memperkenalkan sebuah perspektif praktek sosial kedalam bisnis model, dengan

penekanan khusus dalam keterlibatan dan pembatasan dari penggunaan konsep

bisnis model sebagai alat yang dirancang dalam strategi yang sesungguhnya.
9

3. Mueller dan Thoring (2012) “Design Thinking VS. Lean Startup: A

Comparison of Two User-Driven Innovation Strategies”

Artikel ini menganalisis dua strategi berbeda yang keduanya bertujuan

untuk menciptakan konsep desain atau bisnis yang inovatif berdasarkan

pendekatan yang berpusat pada pengguna: design thinking dan lean startup.

Kedua pendekatan tersebut melibatkan pelanggan, pengguna potensial, atau

pemangku kepentingan lainnya ke dalam proses pengembangan mereka.

Meskipun ada perbedaan yang signifikan dalam kedua strategi tersebut, namun

ada beberapa kesamaan dalam metodologi dan perancangan proses. Artikel ini

membandingkan model proses untuk pemikiran lean startup dan design

thinking dan menyoroti perbedaan dan kesamaan spesifik, berdasarkan tinjauan

literatur terstruktur. Akibatnya, modifikasi spesifik dari kedua strategi tersebut

disarankan.Artikel ini memberikan kontribusi untuk pemahaman yang lebih

baik tentang design thinking dan lean startup, dan ini dapat membantu

memperbaiki salah satu dari kedua strategi tersebut untuk mendorong konsep

inovatif.

Prinsip lean dikembangkan pada awal tahun tujuh puluhan (70-an) oleh

Toyota di Jepang, yang disebut lean manufacturing, untuk mengoptimalkan

proses produksi (Womack, 2003). Gagasan tentang prinsip lean adalah

membuat proses produksi lebih efisien dengan mengurangi limbah apapun

dalam prosesnya - ini bisa berarti pengurangan sumber daya (manusia atau

material) atau penghapusan aktivitas atau pengeluaran yang tidak perlu atau

berlebihan, seperti pengurangan ruang penyimpanan strategi ini merevolusi


10

proses produksi di industri otomotif. Saat ini, prinsip lean juga menjadi penting

bagi manajemen umum, dan disiplin lainnya seperti pengembangan IT, yang

memanfaatkan konsep lean tapi juga mengalihkannya ke konteks non-

manufaktur. Salah satu contohnya adalah "lean startup" (Ries, 2011) metode

inovasi untuk perusahaan startup yang mengklaim bahwa inovasi yang paling

efisien adalah salah satu yang ada permintaan aktual oleh pengguna. Kata lain

ialah: limbah terbesar adalah menciptakan produk atau layanan yang tidak

dibutuhkan siapapun.

Konsep ini sangat relevan untuk setiap strategi atau metode yang

bertujuan untuk menciptakan inovasi. Istilah "lean startup" dikembangkan di

industri IT untuk perangkat lunak pemula, namun lebih sering digunakan juga

untuk proyek inovasi lain di bidang lain (Ries, 2011). Startup didefinisikan

sebagai "institusi manusia yang dirancang untuk menciptakan produk dan

layanan baru dalam kondisi ketidakpastian ekstrem" (Ries, 2011). Tidak semua

perusahaan baru tergolong startup dan di sisi lain juga merupakan departemen

yang mapan di sebuah perusahaan besarbisa jadi lean startup berevolusi dari

metode "pengembangan pelanggan" (Blank, 2006). Gagasan di balik metode

ini adalah, bahwa selain sebuah proses untuk "pengembangan produk" sebuah

startup juga membutuhkan sebuah proses untuk "pengembangan pelanggan"

untuk menemukan dan memahami pelanggan.

Hal ini mengarah pada pengembangan solusi berdasarkan pendekatan

yang berpusat pada pengguna dan disesuaikan dengan kebutuhan pelanggan.

Melalui artikel ini, kami terutama menggunakan istilah "lean startup" dan
11

bukan "pengembangan pelanggan", untuk menyoroti aspek lean dari metode

ini. Tujuan lean startup adalah untuk membangun umpan balik yang

berkesinambungan dengan pelanggan selama siklus pengembangan produk

(Maurya, 2012). Melalui ini mencoba untuk menguji asumsi bisnis utama di

awal proses pengembangan produk, terkadang bahkan sebelum produk dibuat.

Strategi inovasi berbasis pengguna lainnya yang telah menjadi semakin populer

selama dekade terakhir adalah "design thinking".

Berdasarkan metode dan prinsip perancang, strategi ini dikembangkan

oleh konsultan desain IDEO di akhir tahun 90an (Kelley & Littman, 2001).

Meskipun tidak mengacu pada prinsip lean, gagasan utama dibalik itu adalah

serupa: ia mencoba untuk mengidentifikasi kebutuhan pengguna untuk

menciptakan solusi yang tepat. Serupa dengan lean startup, design thinking

juga berfokus pada pengguna atau pelanggan. Berdasarkan pendekatan user-

centered dengan tim multi disiplin, ini bertujuan untuk memecahkan masalah

kompleks (Buchanan, 1992; Rittel, 1972) dan menghasilkan solusi inovatif.

Pemikiran desain menggunakan penelitian pengguna ekstensif, loop umpan

balik dan siklus iterasi.

4. Simmons (2013) “Inscribing Value on Business Model Innovations: Insights

from Industrial Projects Commercializing Disruptive Digital Innovations”

Dalam penelitian ini, peneliti berusaha untuk menunjukkan bagaimana

kegiatan pemasaran memunculkan nilai di dalam inovasi model bisnis,

mewakili sebuah tindakan, atau mengurutkan keterkaitan tindakan sosial.

Secara teoritis peneliti memiliki dua pertanyaan yang saling berkaitan; (1)
12

bagaimana mempersembahkan nilai yang dapat berkaitan dengan inovasi

model bisnis ? (2) Bagaimana kegiatan pemasaran mendukung nilai yang ada

pada inovasi model bisnis ? Semi terstruktur dipandang dapat dilakukan

dengan tiga puluh tujuh anggota dari empat percobaan proyek industri

perdagangkan yang mengganggu inovasi digital.

Berbagai individu dari berbagi perusahaan yang berbeda diperlihatkan

untuk memunculkan komponen secara relevan dari agensi dan pengetahuan

pada inovasi model bisnis melalui negosiasi sebagai suatu proses sosial yang

sedang berjalan. Nilai tulisan dibentuk dari kegiatan pemasaran, interaksi dan

negosiasi dari beberapa anggota proyek di seluruh perusahaan dan berfungsi

untuk melawan kekuatan yang tidak stabil dan ketegangan yang timbul dari

komersialisasi inovasi digital yang mengganggu. Baru- baru ini kontribusi

pemikiran konseptual pada literature pemasaran industri memandang model

bisnis seperti berada di dalam jaringan bisnis yang dinamis dan sebuah konteks

untuk memimpin proses evolusi. Kontribusinya juga diperdebatkan dalam

literatur pemasaran seputar peran pembatas dalam pemasaran, dengan aktivitas

pemasaran yang ditunjukkan untuk menjangkau dan menavigasi fungsi dan

mendukung nilai tulisan pada inovasi model bisnis.

5. Wirtz (2016) “Business Models: Origin, Development and Future Research

Perspectives”

Dalam studi ini, menjelaskan bahwa konsep model bisnis telah

mencapai dampak global, baik untuk kesuksesan bersaing perusahaan maupun

dalam ilmu manajemen. Aplikasi yang dihasilkan oleh peneliti dari berbagai
13

bidang dalam pemahaman konsep yang sebelumnya sangat beraneka ragam.

Namun, dengan cara menyelidiki asal usul dan perkembangan teoritisnya,

peneliti menyatakan sebuah pandangan model bisnis yang baru-baru ini

terpusat. Selanjutnya, berdasarkan analisa definisi model bisnis merupakan

perspektif dan komponen dalam literatur, peneliti menemukan konsep baru dan

menggambarkan komponen yang penting dalam kerangka kerja yang

terintegrasi. Akhirnya, gabungan dari penelitian model bisnis saat ini

menghasilkan suatu artikel utama. Dalam hal ini, melalui pencarian database,

peneliti secara kuantitatif mengidentifikasi 681 artikel. Selanjutnya, peneliti

menganalisis secara kualitatif pada area penelitian yang di adopsi dari kerangka

referensi heuristik yang sesuai. Dengan cara ini, peneliti mengidentifikasi

empat fokus penelitian penting, yaitu; inovasi, perubahan dan evolusi, kinerja

pengendalian dan perancangan. Dalam triangulasi dengan menilai perspektif

penelitian masa depan melalui sebuah survei terhadap dua puluh satu pakar

internasional, peneliti juga mempertimbangkan bidang inovasi, perubahan &

evolusi, dan desain menjadi signifikan untuk pengembangan model penelitian

model bisnis di masa depan.

6. Nidagundi dan Novickis (2016) “Intruduction to Lean Canvas

Transformation Models and Metrics in Software Testing”

Perangkat lunak memainkan peran kunci saat ini di semua bidang,

mulai dari yang sederhana sampai teknologi terdepan dan sebagian besar

perangkat teknologi sekarang bekerja pada perangkat lunak. Verifikasi dan

validasi pengembangan perangkat lunak menjadi sangat penting untuk


14

menghasilkan perangkat lunak berkualitas tinggi sesuai dengan kebutuhan

stakeholder bisnis. Metodologi pengembangan perangkat lunak yang berbeda

telah memberikan dimensi baru untuk pengujian perangkat lunak. Dalam

pengujian perangkat lunak pengembangan perangkat lunak air terjun tradisional

telah mendekati titik akhir dan dimulai dengan perencanaan sumber daya, rencana

pengujian dirancang dan kriteria pengujian ditetapkan untuk pengujian

penerimaan. Dalam proses ini sebagian besar rencana uji terdokumentasi dengan

baik dan mengarah pada proses yang memakan waktu.

Metodologi pengembangan perangkat lunak modern seperti tangkas di

mana proses pengujian dan dokumentasi yang panjang tidak diikuti secara ketat

karena iterasi kecil untuk pengembangan dan pengujian perangkat lunak, model

transformasi lean canvas bisa menjadi solusi. Makalah ini memberikan dimensi

baru untuk mengetahui kemungkinan penerapan model transformasi dan lean

metrics dalam rencana uji perangkat lunak untuk mempermudah proses pengujian

untuk penggunaan metrik uji ini lebih lanjut di atas kanvas. Studi ini menjelaskan

pendekatan baru dan kemungkinan baru untuk menyelidiki dan menggunakan

model transformasi lean canvas dan bisnis untuk mengidentifikasi metrik yang

tepat dalam siklus pengembangan perangkat lunak yang berbeda, proses pengujian

perangkat lunak dan siklus pengujian perangkat lunak untuk meningkatkan

kualitas perangkat lunak.Untuk melanjutkan penelitian, perlu dilakukan kegiatan

sebagai berikut:

• Melakukan eksperimen yang mengidentifikasi lean metrics dalam

proses pengujian; • Untuk menentukan kriteria yang mengevaluasi lean metrics; •


15

Untuk melakukan penyelidikan lebih lanjut mengenai model transformasi yang

lebih tepat, jika perlu; • Menggunakan papan kanvas berdasarkan metrik yang

teridentifikasi dan dikumpulkan; • Mengetahui dan merancang algoritma baru

untuk memperbaiki proses identifikasi lean metrics; • Mengembangkan alat dan

kerangka kerja untuk mengembangkan papan kanvas yang sesuai dengan proses

pengujian.

Pendekatan baru yang diusulkan dalam artikel ini berfokus pada

identifikasi dan pemanfaatan lean metrics. Ambisi penulis adalah bahwa

pendekatan baru akan menghasilkan gagasan baru, dan beberapa gagasan baru

akan diambil dari artikel tersebut. Ini adalah pencarian tanpa akhir di bidang

pengembangan perangkat lunak dan pengujian untuk menemukan metrik uji yang

tepat yang selanjutnya dapat diterapkan untuk menguji lean canvas.


16

Tabel 2.1 Mapping Penelitian Terdahulu


No Peneliti/ Tahun Judul Tujuan Penelitian Sampel Varaibel Metode Hasil Penelitian
Penelitian Penelitian
1. Ludeke-Freud Business Model Tujuan studi ini adalah - -Early Menggunakan Pertama, lingkup model
Concepts in Pertama; conceptualisation metode bisnis, yang diwakili
(2009) Corporate mengidentifikasikan s of business penelitian oleh pilarnya, dan
Sustainability persimpangan yang saat models deskriptif perspektif scorecard
Contexts. ini dirasakan dalam -Developed dengan memiliki pandangan
keberlanjutan perusahaan conceptualisation pendekatan serupa terhadap
dan model bisnis. s of kualitatif. organisasi. Kedua,
Kedua; contoh model business models akibat penerapan SBSC
bisnis generik untuk isu – -Theories of adalah mengalokasi
isu keberlanjutan business models. sumber daya yang
perusahaan yang jarang disesuaikan dengan
terjadi. Ketiga; buka strategi dan koordinasi
bidang baru yang diberi aktivitas yang
label "manajemen model merupakan elemen
bisnis strategis”. dasar dari sistem
aktivitas perusahaan.
Ketiga, proses
pengelolaan
perencanaan bisnis
dapat diartikan sebagai
kerangka kerja bagi
proses manajemen
model
bisnis.
17

Lanjutan Tabel 2.1 Mapping Penelitian Terdahulu


2. Haclin dan The Business Memperkenalkan sebuah TECHFIRM - Menggunakan Bisnis model
Wallnofer Model in the strategi sebagai bentuk company. metode memberikan contoh
(2012) Practice of praktek dan untuk penelitian nilai secara structural
Strategic mengembangkan deskriptif untuk menempatkan
Decision implikasi dan limitasi dengan bisnis model
Making: dari penggunaan strategi pendekatan perusahaan pada saat
Insights from a bisnis model. kualitatif. ini. bagaimanapun juga,
Case Study. pengembangan dan
diskusi pemilihan
strategi dapat
menstimulasi symbol
artifact sebuah
kreativitas dari proses
pengambilan keputusan
dari pada alat yang
dapat menganalisis
secara jelas dari
rangkaian stepnya.
18

Lanjutan Tabel 2.1 Mapping Penelitian Terdahulu


3. Simmons (2013) Inscribing Value Menunjukkan bagaimana Multinational Market Menggunakan Kegiatan pemasaran
on Business kegiatan pemasaran firms, convergence metode memunculkan nilai di
Model memunculkan nilai di technological value inscription, penelitian dalam inovasi model
Innovations: dalam inovasi model ly innovative market reliance deskriptif bisnis, mewakili sebuah
Insights from bisnis, mewakili sebuah SMES, content value inscription, dengan tindakan, atau
Industrial tindakan, atau providers, point of sale value pendekatan mengurutkan
Projects mengurutkan keterkaitan researchlabs, inscription. kualitatif. keterkaitan tindakan
Commercializin tindakan sosial. Secara and graduate sosial dan berfungsi
g Disruptive teoritis peneliti memiliki schools untuk melawan
Digital dua pertanyaan yang located in kekuatan yang tidak
Innovations. saling berkaitan; (1) france. stabil dan ketegangan
bagaimana yang timbul dari
mempersembahkan nilai gangguan
yang dapat berkaitan komersialisasi inovasi
dengan inovasi model digital.
bisnis ? (2) bagaimana
kegiatan pemasaran
mendukung nilai yang
ada pada inovasi model
bisnis ?
19

Lanjutan Tabel 2.1 Mapping Penelitian Terdahulu

4. Mueller dan Design Thinking Menciptakan konsep - - Lean Startup Menggunakan Lean startup, design
Thoring (2012) VS. Lean desain atau bisnis yang - Desain metode thinking berfokus pada
Startup: A inovatif berdasarkan thinking penelitian pengguna atau
Comparison of pendekatan yang - User-Driven deskriptif pelanggan. Berdasarkan
Two User- berpusat pada pengguna: Innovation. dengan pendekatan user-
Driven design thinking dan lean pendekatan centered dengan tim
Innovation startup. kualitatif. multi disiplin, ini
Strategies. bertujuan untuk
memecahkan masalah
kompleks dan
menghasilkan solusi
inovatif.

5. Wirtz (2016) Business Menjelaskan bahwa Twenty-one - Menggunakan Inovasi, perubahan dan
Models: Origin, konsep model bisnis international metode evolution, dan desain
Development telah mencapai dampak expert. penelitian menjadi pertimbangan
and Future global, baik untuk deskriptif yang signifikan untuk
Research kesuksesan bersaing dengan pengembangan
Perspectives perusahaan maupun pendekatan penelitian model bisnis
dalam ilmu manajemen. kualitatif. di masa depan.
Aplikasi yang dihasilkan
oleh peneliti dari
berbagai bidang dalam
pemahaman konsep yang
sebelumnya sangat
beraneka ragam.
20

Lanjutan Tabel 2.1 Mapping Penelitian Terdahulu

6. Nidagundi dan Intruduction to Mengetahui - - Lean Canvas Menggunakan Menjelaskan


Novickis (2016) Lean Canvas kemungkinan penerapan - Software testing, metode pendekatan baru dan
Transformation model transformasi dan validation, penelitian kemungkinan baru
Models and lean metrics dalam verification deskriptif untuk menyelidiki dan
Metrics in rencana uji perangkat - Lean Metrics dengan menggunakan model
Software lunak untuk pendekatan transformasi lean
Testing. mempermudah proses kualitatif. canvas dan bisnis untuk
pengujian untuk mengidentifikasi metrik
penggunaan metrik uji ini yang tepat dalam siklus
lebih lanjut di atas pengembangan
canvas. perangkat lunak yang
berbeda, proses
pengujian perangkat
lunak dan siklus
pengujian perangkat
lunak untuk
meningkatkan kualitas
perangkat lunak.
7. Ihda (2017) Implementasi Menganalisis dan Sampel yang - Menggunakan -
Lean Canvas mendeskripsikan tentang digunakan jenis penelitian
Pada Startup lean canvas yang adalah deskriptif
Dalam diterapkan startup Purposive dengan
Menghadapi Talangin sebagai model Sampling. pendekatan
Persaingan. bisnis dalam menghadapi kualitatif.
persaingan.
21

B. Tinjauan Teoritis

1. Startup

a. Definisi Startup

Menurut Ries, dalam Ramdhan (2016) yang menjelaskan tentang


pengertian startup sebagai berikut;

“a human institution designed to deliver a new product or service under


conditions of extreme uncertainty. Dari pengertian tersebut dapat
disimpulakan, bahwa startup di bagi menjadi tiga penggalan. Pertama;
a human institution, menjelaskan bahwa startup adalah institusi
manusia, bisa berupa individu/perorangan atau perusahaan. Penggalan
kedua; to deliver a new product or service, yaitu Startup didirikan oleh
perorangan atau perusahaan dalam rangka untuk menjual produk atau
jasa baru. Penggalan ketiga; under conditions of extreme uncertainty,
definisi tersebut adalah startup sebagai bisnis baru yang didirikan
menghadapi kondisi ketidakpastian yang sangat tinggi, apakah startup
tersebut akan berhasil atau gagal.”

Startup merupakan sebuah perusahaan yang baru akan dibangun atau dalam

masa rintisan, namun tidak berlaku untuk semua bidang usaha, istilah startup

lebih dikategorikan untuk perusahaan atau bisnis yang bergerak dibidang

teknologi dan informasi yang berkembang di dunia internet menurut website

resmi Info Peluang Usaha (infopeluangusaha.org, 2017). Startup menurut

istilah merupakan kata serapan dari bahasa inggris yaitu tindakan atau proses

memulai sebuah organisasi baru atau usaha bisnis, startup merujuk pada

perusahaan yang belum lama beroperasi dan sebagian besar merupakan bisnis

yang baru didirkan, yang berada dalam fase pengembangan untuk menemukan

pasar yang tepat menurut website resmi IT-Jurnal (it-jurnal.com, 2016). Dapat

disimpulkan dari definisi diatas bahwa startup merupakan bisnis yang baru

didirikan dari perorangan dikembangkan dari permasalahan yang ada dan

bisnis yang bergerak dibidang teknologi informasi yang berbasis internet.


22

Startup, bisnis yang menggunakan model bisnis yang berbeda dari bisnis yang

lainnya yaitu dengan menggunakan Business Model Canvas, Lean Canvas atau

model bisnis canvas yang lainnya. Menggunakan model bisnis canvas tesebut,

startup akan lebih mudah untuk mengelompokkan dan menentukan alur dari

bisnis agar mampu mencapai tujuan utama.

b. Terminologi Startup

Ramdhan (2016) menjelaskan beberapa terminologi yang perlu di

ketehaui dalam startup, yaitu :

1) Acquisition; yaitu ketika satu perusahaan membeli saham mayoritas di

perusahaan.

2) Agile; merupakan pengembangan software yang mendukung

pengembangan secara bertahap dan menekankan pada kemampuan

adaptasi dan kolaborasi.

3) Angelinvestor; merupakan individu yang menyediakan modal dalam

jumlah tertentu untuk startup dan mendapatkan saham.

4) B2B (Business to business); Sebuah bisnis yang sasaran targetnya adalah

sebuah perusahaan atau bisnis, bukan individu. Berbeda dengan B2C

yang sasarannya adalah consumer atau konsumen individu.

5) Benchmark; Proses sebuah startup dalam mengukur keberhasilannya.

6) Board of Directors (BOD); Sebuah grup yang berpengaruh dan dipilih

oleh pemegang saham, untuk melihat kinerja perusahaan.

7) Bootstrapped; Sebuah startup disebut bootstrapped ketika pendiriannya

didanai sendiri oleh pendiri startup.


23

8) Bridge loan (swing loan); yaitu pinjaman yang digunakan sebagai

jembatan di antara pembiayaan utama.

9) Buyout; yaitu ketika sebuah perusahaan dibeli sahamnya dan pembeli

tersebut mempunyai kontrol mayoritas di dalam perusahaan startup.

10) Capital; Aset keungan yang tersedia untuk digunakan.

11) Capped notes; Enterpreneur dan investor setuju untuk menempatkan

sebuah cap pada valuasi perusahaan, notes bisa diubah menjadi ekuitas.

Maksudnya adalah investor akan memiliki persentase tertentu dari

sebuah perusahaan mengacu pada cap tersebut ketika perusahaan

mencari pendanaannya berikutnya. Pendanaan uncapped umumnya

digunakan oleh perusahaan startup.

12) Convertible debt; yaitu ketika perusahaan meminjam uang dengan

maksud utang tersebut dapat dikonversikan ke dalam bentuk ekuitas

dalam perusahaan pada saat valuasi kemudian. Hal ini membuat

perusahaan dapat men-delay valuasi ketika pencarian dana pada saat

tahap awal startup.

13) Grand floor; merupakan referensi pada permulaan sebuah startup.

14) Incubator; merupakan organisasi yang membantu pengembangan startup

pada early stage, umumnya akan dibarter dengan jumlah ekuitas dalam

startup.

15) Pivot; yaitu aksi startup untuk cepat mengubah strateginya. Sebagai

contoh, sebuah startup enterprise server menjadi startup enterprise

berbasis cloud.
24

16) ROI (Return of Investment); merupakan tingkat pengembalian terhadap

dana investor yang telah ditanamkan.

17) Round; yaitu startup yang mencari pendanaan dari pemodal ventura

dalam putaran tunggal, tergantung pada tahap startup yang berada.

18) SaaS (Software as a Service); yaitu sebuah produk software yang di akses

secara remote melalui internet.

19) Seed; seed round adalah putaran pendanaan pertama bagi startup. Pada

tahap ini, dana umumnya digunakan untuk membuat prototipe atau

membuktikan konsepnya berjalan serta dikategorikan sebagai perusahaan

“seed stage”.

20) Sector; merupakan jenis, bidang, produk, atau jasa yang startup

tawarkan.

21) Series; yaitumengacu pada ronde pendanaan sebuah startup.

22) Stage; merupakan tahap pengembangan sebuah startup. Sebuah startup

cenderung dikategorikan sebagai seed stage, early stage, mid-stage, and

late stage. Kebanyakan pemodal ventura hanya berinvestasi pada satu

atau dua stage pada sebuah startup.

23) Term sheet; merupakan sebuah perjanjian tidak mengikat yang

menggaris bawahi aspek utama dari sebuah investasi yang dibuat di

sebuah startup. Sebuah term sheet dibuat sebagai lampiran untuk

membuat dokumen legal yang detail.


25

24) Valuation; merupakan proses penilaian sebuah startup. Seorang analis

akan menilai struktur modal, tim manajemen, dan pendapatan, atau

potensi pendapatan di antara hal-hal lainnya.

25) Venture capital; merupakan perusahaan yang menyediakan dana kepada

startup kecil dan berisiko tinggi dengan potensi pertumbuhan yang

tinggi.

26) Vesting; yaitu ketika seseorang pekerja dari sebuah startup memiliki hak

terhadap saham perusahaan dan kontribusinya disediakan dari

perusahaan.

c. Strategi Startup

Menurut Porter dalam Ramdhan (2016), Strategi merupakan cara agar

dapat memenangkan dan mengungguli para pesaing dengan melakukan

kegiatan yang sama tetapi dengan cara yang berbeda. Adapun esensi strategi

merupakan proses menjalankan kegiatan dengan berbeda dari yang dilakukan

pesaing. Strategi generik terdiri dari dua hal, yaitu strategi kepemimpinan biaya

dan startegi diferensiasi. Adapun strategi hybrid, merupakan kombinasi antara

strategi kepemimpinan biaya dan strategi diferensiasi.

Apabila startup memilih strategi kepemimpinan biaya, maka startup

fokus pada cara membuat biaya startup lebih rendah sehingga startup mampu

menawarkan produk atau jasa dengan harga yang lebih redah dibandingkan

pesaing. Namun jika startup memilih strategi diferensiasi, maka startup

menawarkan sesuatu yang berbeda dari pada pesaing yang sudah ada terlebih
26

dahulu. Selain itu, pastikan startup yang menawarkan berbeda tersebut

memang bernilai di mata pelanggan.

d. Membangun Tim Startup

Ramdhan (2016), Salah satu solusi untuk startup adalah

mempertimbangkan kelebihan pengembangan bakat di internal sehingga dapat

menekankan biaya secara efektif dan menjamin kualitas karyawan dan

loyalitasnya.

Startup yang baru bergerak (muda), sebagian besar akan

memperkerjakan karyawan muda pula, terutama di area yang mengutamakan

inovasi dan pengembangan teknologi. Startup muda mempekerjakan karyawan

muda dengan kapasitas untuk belajar dan tumbuh bersama pengembangan

startup. Namun, karyawan muda cenderung tidak betah, mempunyai turnover

yang tinggi karena mereka mencari tempat terbaik yang sesuai dengan

pengembangan skill mereka. Dengan demikian, dalam mempekerjakan

karyawan muda dan kurang pengalaman, dapat mendorong mereka untuk

mengembangankan skill yang sesuai dengan bakat dan tanggung jawab

pekerjaan sehingga dapat mengurangi tingkat turnover karyawan.

1) Rekrut Doers

Sebagai startup tahap awal dalam merekrut karyawan ialah, fokus

startup adalah membuat produk dan mengantarkan produk ke tangan

pelanggan. Startup harus memperhatikan dan memastikan karyawan yang

akan di rekrut merupakan orang yang mampu menuntaskan seluruh pekerjaan

yang menjadi tanggung jawabnya atau doers/pelaku.


27

2) Posisi

Jika menguasai teknikal dalam pengembangan startup, karyawan yang

dibutuhkan untuk melengkapi adalah orang yang ahli dalam bidang sales yang

mampu mendatangkan penjualan atau pembeli ke startup. Sebaliknya, jika

bukan ahlinya di pengembangan teknis, startup harus mencari karyawan yang

mengembangkan teknisnya misalnya developer software. Startup harus tahu

posisi mana yang lebih penting dan mendesak untuk diisi oleh karyawan baru.

3) Rekrut VS Partner

Startup mampu merekrut orang yang bekerja secara full time, tetapi

belum tentu diperlukan atau tidak. Namun, startup hanya membutuhkan

outsource atau cari partner yang berkeinginan untuk bekerja tanpa perlu di gaji

dan bayar tetap setiap bulannya sehingga tidak memberatkan keuangan startup

di saat awal perkembangan. Startup membutuhkan partner atau teman untuk

menjadi co-founder sehingga startup tidak perlu membayar gajinya. Namun

konsekuensi dalam merekrut teman atau partner dalam startup harus

merelakan sebagian saham perusahaan untuknya atau membagi dua hak

kepemilikan kepada teman atau partner tersebut.

4) Full Time VS Kontrak

Startup harus dapat menentukan apakah akan mempekerjakan karyawan

full time dan menjadi karyawan tetap kelak atau cukup dengan sistem kontrak

terlebih dahulu, misalnya 1 (satu) tahun dan kemudian dapat diperpanjang. Jika

karyawan baru ini memegang posisi strategis dan sangat membantu jalannya

bisnis startup, maka dapat menjadikan mereka sebagai karyawan full time.
28

Sebaliknya, jika posisi yang di tawarkan tidak strategis dan terlihat karyawan

tersebut masih membutuhkan waktu untuk membuktikan kinerja mereka, maka

karyawan tersebut dapat dipilih menjadi karyawan kontrak.

5) Identifikasi Kandidat

Jika startup sudah mencari kandidat karyawan, startup dapat membuat

flyer untuk lowongan kerja. Untuk menghemat biaya, startup dapat

menggunakan channel yang startup miliki, seperti media sosial, forum online,

atau koneksi lainnya.

6) Interview

Interview dapat dilakukan secara formal atau semiformal untuk

mendapatkan kandidat dari iklan yang telah disebar sebelumnya.

7) Tes

Kandidat harus melalui proses seleksi terlebih dahulu untuk diuji agar

mendapatkan kandidat yang terbaik dan bisa menampilkan hasil yang di

harapkan.

8) Rekrut

Startup tidak merekrut karyawan tetapi merekrut anggota tim dan

merekrut partner untuk dapat bekerja sebaik mungkin sehingga dapat

memberikan nilai kepada pelanggan.


29

2. Usaha Kecil Menengah (UKM) atau Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

(UMKM)

a. Definisi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) atau Usaha Kecil

Menengah (UKM)

UMKM pada dasarnya mengacu pada masalah kesederhanaan dan

keterbatasan organisasi, manajemen, dan pengembangan kegiatan usaha

padahal UMKM memiliki peranan yang penting dalam pembangunan ekonomi.

Era persaingan global yang semakin ketat merupakan ancaman bagi UMKM

sehingga diperlukan suatu strategi pengembangan UMKM yang Iebih baik.

Dengan demikian, masalah-masalah yang menghambat usaha-usaha

pemberdayaan UMKM harus dapat diselesaikan. Pengertian tentang Usaha

Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Usaha Mikro adalah usaha produktif

milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi

kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No. 20 Tahun

2008 Pasal 1. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri

sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang

bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang

dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak

langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria

Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang No. 20 Tahun

2008 Pasal 1 menurut website resmi Komisi Informasi Pusat Republik

Indonesia (komisiinformasi.go.id, 2017).


30

Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri

sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang

bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki,

dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan

Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil

penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No. 8 Tahun

2008 Pasal 1. Menurut Undang-Undang No. 8 Tahun 2008 Pasal 2, Asas Usaha

Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) ialah: Kekeluargaan, Demokrasi

ekonomi, Kebersamaan, Efesiensi berkeadilan, Berkelanjutan, Berwawasan

lingkungan, Kemandirian, Keseimbangan kemajuan, dan Kesatuan ekonomi

nasional. Tujuan UMKM dijelaskan pada Undang-Undang No. 8 Tahun 2008

Pasal 3 yaitu bertujuan menumbuhkan dan mengembangkan usahanya dalam

rangka membangun perekonomian nasional berdasarkan demokrasi ekonomi

yang berkeadilan. Dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 2008 menjelaskan

kriteria UMKM menurut website resmi Komisi Informasi Pusat Republik

Indonesia (komisiinformasi.go.id, 2017), sebagai berikut:

1) Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut:

a) Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima puluh

juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b) Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga

ratus juta rupiah).


31

2) Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut :

a) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta

rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta

rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 (tiga

ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,00

(dua milyar lima ratus juta rupiah).

3) Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut :

a) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta

rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh

milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,00 (dua

milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp

50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).

4) Kriteria sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf b, dan ayat (2)

huruf a, huruf b, serta ayat (3) huruf a, huruf b nilai nominalnya dapat

diubah sesuai dengan perkembangan perekonomian yang diatur dengan

Peraturan Presiden.

Pengembangan dan pertumbuhan UMKM merupakan salah satu motor

penggerak yang krusial bagi pembangunan ekonomi di banyak negara di dunia.

Berdasarkan pengalaman di negara-negara maju menunjukkan bahwa UMKM

adalah sumber dari inovasi produksi dan teknologi, pertumbuhan jumlah

wirausahawan yang kreatif dan inovatif dan penciptaan tenaga kerja terampil
32

dan fleksibel dalam proses produksi untuk menghadapi perubahan permintaan

pasar yang cepat (Tambunan, 2002). Di Indonesia, tidak dapat diingkari betapa

pentingnya peranan UMKM terhadap penciptaan kesempatan kerja dan sumber

pendapatan masyarakat. Data terakhir dari Kementerian Negara Koperasi dan

UKM menujukkan bahwa sampai pada pertengahan tahun ini, banyaknya

UMKM di Indonesia mencapai 99,99 persen dari jumlah seluruh unit usaha.

Peranan UMKM dalam penyerapan tenaga kerja juga sangat besar, yaitu

menampung 99,44 persen dari seluruh angkatan kerja yang ada.

Perkembangan UMKM di Indonesia tidak lepas dari berbagai macam

masalah. Ada beberapa masalah yang umum dihadapi oleh pengusaha kecil dan

menengah seperti keterbatasan modal kerja dan/atau modal investasi, kesulitan

mendapatkan bahan baku dengan kualitas yang baik dan harga terjangkau,

keterbatasan teknologi, sumber daya manusia dengan kualitas yang baik

(manajemen dan teknik produksi), informasi pasar, dan kesulitan dalam

pemasaran. Tingkat intensitas dan sifat dari masalah-masalah tersebut bisa

berbeda tidak hanya menurut jenis produk atau pasar yang dilayani, tetapi juga

berbeda antar lokasi / antar wilayah, antar sentra, antar sektor / antar sub sektor

atau jenis kegiatan, dan antarunit usaha dalam kegiatan / sektor yang sama

(Tambunan, 2002).

b. Strategi Pengembangan UMKM

Dalam pengembangan UMKM, ada empat tahap yang dilalui UMKM,

yaitu tahap memulai usaha (startup), tahap pertumbuhan (growth), tahap

perluasan (expansion), dan merambah ke luar negeri (going overseas).


33

Pembinaan UMKM empat tahap ini merupakan model pengembangan UMKM

yang telah berhasil diterapkan di beberapa negara. Namun, sampai sekarang

Indonesia belum memiliki sebuah model yang komprehensif yang dapat

diterapkan sebagai model pembinaan untuk jangka menengah maupun jangka

panjang (Tiktik Sartika dan Soejoedono, 2002). Menurut Tiktik Sartika dan

Soejoedono (2002) strategi pengembangan UKM (Usaha Kecil Menengah)

antara lain adalah:

1) Kemitraan Usaha adalah hubungan kerja sama usaha di antara berbagai

pihak yang sinergis, bersifat sukarela, dan berdasarkan prinsip saling

membutuhkan, saling mendukung, dan saling menguntungkan dengan

disertai pembinaan dan pengembangan UKM oleh usaha besar.

2) Permodalan UKM pada umumnya permodalan UKM sangat lemah, baik

ditinjau dari mobilisasi modal awal (startup capital) dan akses ke modal

kerja jangka panjang untuk investasi. Untuk memobilisasi modal awal

perlu dipadukan tiga aspek yaitu bantuan keuangan, bantuan teknis, dan

program penjaminan, sedangkan untuk meningkatkan akses permodalan

perlu pengoptimalan peranan bank dan lembaga keuangan mikro untuk

UKM. Sementara itu daya serap UKM terhadap kredit perbankan juga

masih sangat rendah. Lebih dari 80 persen kredit perbankan

terkonsentrasi ke segmen korporat, sedangkan porsi kredit untuk UKM

hanya berkisar antara 15 — 21 persen dari total kredit perbankan

(Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia, Mei 2004).


34

3) Modal Ventura pada umumnya UKM kurang paham prosedur atau

persyaratan yang diwajibkan oleh lembaga perbankan, sebaliknya

lembaga perbankan terkadang juga memberikan persepsi inferior

mengenai potensi UKM. Hal ini menimbulkan terjadinya distorsi dalam

pembiayaan UKM. Oleh karena itu, modal ventura dapat dijadikan

sebagai alternatif sumber pembiayaan UKM.

Strategi pengembangan UKM dapat didasarkan pada sumber daya

internal yang dimiliki (resource-based strategy). Strategi ini memanfaatkan

sumber daya lokal yang superior untuk menciptakan kemampuan inti dalam

menciptakan nilai tambah (value added) untuk mencapai keunggulan

komparatif dan keunggulan kompetitif. Akibatnya, perusahaan kecil tidak lagi

tergantung pada kekuatan pasar seperti monopoli dan fasilitas pemerintah.

Dalam strategi ini, UKM (Usaha Kecil Menengah) mengarah pada

keterampilan khusus yang secara internal bisa menciptakan produk inti yang

unggul untuk memperbesar pangsa manufaktur (Suryana, 2000). Salah satu

strategi pengembangan UKM yang sangat baik untuk diterapkan di negara-

negara berkembang adalah pengelompokan (clustering). Kerja sama dan

sekaligus persaingan antar sesama UKM di subsektor yang sama di dalam

suatu kelompok (cluster) akan meningkatkan efisiensi bersama (collective

efficiency) dalam proses produksi, spesialisasi yang fleksibel (flexible

specialization), dan pertumbuhan yang tinggi (Tambunan, 2002).


35

3. Startup dan UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah)

Startup dan UMKM tidak jauh beda, sama-sama suatu usaha rintisan

yang memiliki tahap-tahap dan strategi untuk meningkatkan suatu bisnis.

Menurut Ries, dalam Ramdhan (2016) yang menjelaskan tentang pengertian

startup sebagai berikut;

“a human institution designed to deliver a new product or service under


conditions of extreme uncertainty. Dari pengertian tersebut dapat
disimpulakan, bahwa startup di bagi menjadi tiga penggalan. Pertama;
a human institution, menjelaskan bahwa startup adalah institusi
manusia, bisa berupa individu/perorangan atau perusahaan. Penggalan
kedua; to deliver a new product or service, yaitu Startup didirikan oleh
perorangan atau perusahaan dalam rangka untuk menjual produk atau
jasa baru. Penggalan ketiga; under conditions of extreme uncertainty,
definisi tersebut adalah startup sebagai bisnis baru yang didirikan
menghadapi kondisi ketidakpastian yang sangat tinggi, apakah startup
tersebut akan berhasil atau gagal.”

Sedangkan pengertian UMKM pada dasarnya mengacu pada masalah

kesederhanaan dan keterbatasan organisasi, manajemen, dan pengembangan

kegiatan usaha padahal UMKM memiliki peranan yang penting dalam

pembangunan ekonomi. Era persaingan global yang semakin ketat merupakan

ancaman bagi UMKM sehingga diperlukan suatu strategi pengembangan

UMKM yang Iebih baik, dengan demikian, masalah-masalah yang

menghambat usaha-usaha pemberdayaan UMKM harus dapat diselesaikan.

Pengertian tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Usaha Mikro

adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha

perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam


36

Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 Pasal 1 menurut website resmi Komisi

Informasi Pusat Republik Indonesia (komisiinformasi.go.id, 2017).

Dapat di lihat dari pengertian startup dan UMKM beberapa hal yang

membedakan 2 bentuk usaha yang lagi berkembang di Indonesia ini, yaitu

proses jual beli dan sistem penjualan yang dilakukan berbeda. Startup bisnis

yang 98% menggunakan internet, dari proses jual beli produk, pembayaran,

tidak membutuhkan tempat untuk jual beli namun memiliki basecame atau

kantor untuk mengontrol sistem jual beli dll. Startup bisnis yang hampir

semuanya menawarkan jasa, seperti Go-jek yang menawarkan kepada

konsumen jasa ojek online, BukaLapak menawarkan jual beli suatu produk,

Traveloka menawarkan jasa penjualan tiket penerbangan, hotel dan kereta api.

Selanjutnya ada Olx menawarkan jasa pemasangan iklan untuk menjual suatu

barang yang bernilai, Zalora menawarkan jasa penjualan fashion untuk laki-

laki dan perempuan, dan masih banyak lagi.

Sedangkan UMKM, bisnis yang hampir 98% harus bertatap muka

antara produsen dan konsumen. Sistem dari penjualannya secara langsung,

harus memiliki tempat untuk menjualkan suatu produk, seperti kafe-kafe yang

sedang banyak di gandrungi oleh masyarakat Indonesia. Namun, ada juga

UKM yang melakukan proses jual belinya melalui internet atau media sosial

seperti intagram, twitter, facebook, dll.

Sistem atau model bisnis yang digunakan oleh startup dan UMKM

jugalah beda. Startup memiliki sistem khusus yang dirancang agar bisnisnya

berjalan sesuai dengan tujuan, seperti startup Talangin yang menggunakan lean
37

canvas sebagai model bisnisnya. Lean canvas menjanjikan rencana bisnis yang

dapat ditindaklanjuti dan focus dalam berwirausaha, lean canvas pada startup

berfokus pada masalah, solusi, metrik kunci dan keunggulan kompetitif.

Strukturnya mirip dengan Business Model Canvas (BMC) yang terkenal,

namun beberapa bagian telah dirubah menurut website resmi Canvanizer

(Canvanizer.com, 2012). Lean canvas merupakan model bisnis yang memiliki

bagan-bagan yang tertata dengan baik sehingga memudahkan startup untuk

menyusun strategi atau rencana bisnis yang akan di jalankan.

Sistem atau model bisnis yang digunakan UMKM adalah sesuai dengan

kesepakatan dari pemiliki UMKM tersebut. Kebanyakan UMKM yang ada

menggunakan sistem atau model bisnis tergantung dari kesepakatan dan

musyawarah antar anggota UMKM tersebut. Terkadang sistem yang di

gunakan UMKM tergantung dari permintaan pasar, sehingga terkadang terjadi

perbedaan pendapat dan, ini membuat UMKM tidak tertata dengan benar

sehingga mempengaruhi penjualan dari UMKM tersebut. Namun jika suatu

UMKM tersebut mampu untuk bekerjasama dengan benar, maka sistem dari

UMKM akan tidak kalah bagus daripada startup.

Kesimpulannya, startup dan UMKM memiliki kesamaan yaitu

memiliki anggota atau tim yang mampu bekerjasama dengan baik dalam

menjalankan usaha. Jika suatu usaha ditekuni dengan benar maka akan berjalan

sebagaimana strategi atau alur yang sudah di rancang dan di sepakati bersama

berjalan dengan semestinya. Perbedaannya ada pada model bisnis yang

digunakan oleh startup atau UMKM tersebut.


38

4. Teori Business Model Canvas

a. Definisi dan Tujuan Business Model

Alexander Osterwalder & Yves Pihneur (2010) Business Model adalah

sebuah model bisnis menggambarkan dasar pemikiran tentang bagaimana

organisasi menciptakan, memberikan, dan menanggap nilai. Model bisnis

ibarat cetak biru sebuah strategi yang diterapkan melalui struktur organisasi,

proses, dan sistem.

b. Konsep Business Model Canvas

Dalam perjalanan dan berkembangnya teori Business Model Canvas

(BMC) terdapat 9 blok bangunan untuk membentuk pemikiran dalam

menyusun strategi organisasi.

Gambar 1. Business Model Canvas


Sumber: Alexander Osterwalder & Yves Pihneur, 2010:44
39

Diharapkan dengan adanya konsep ini perusahaan mampu memberikan

umpan balik yang positif bagi semua pihak yang berkepentingan. Alexander

Osterwalder & Yves Pihneur (2010) memberikan gambaran 9 blok bangunan

dalam Business Model Canvas :

1) Segmen Pelanggan (Customer Segments)

Blok Segmen Pelanggan menggambarkan sekelompok orang atau

organisasi berbeda yang ingin dijangkau atau dilayani oleh perusahaan.

Pelanggan merupakan inti dari semua model bisnis, tanpa pelanggan (yang

dapat memberikan keuntungan), tidak ada perusahaan yang mampu bertahan

dalam waktu yang lama. Oleh karena itu, pelanggan merupakan elemen yang

sangat mempengaruhi keberlangsungan perusahaan, menentukan apakah

perusahaan tersebut akan tetap bisa bersaing atau tidak. Untuk lebih

memuaskan pelanggan, perusahaan dapat mengelompokkan mereka dalam

segmen-segmen berbeda berdasarkan kesamaan kebutuhan, perilaku, atau

atribut lain. Ada beberapa jenis segmen pelanggan yang berbeda, berikut

beberapa contoh :

a) Pasar massa

Model bisnis yang berfokus pada pasar massa tidak membedakan antara

segmen-segmen pelanggan yang berbeda. Proposional nilai, saluran distribusi,

dan hubungan pelanggan berfokus pada satu kelompok besar pelanggan dengan

kebutuhan dan masalah yang sebagian besar sama. Model bisnis ini sering

ditemukan pada sektor produk konsumen elektronik.


40

b) Pasar Ceruk

Model bisnis yang memiliki target melayani pasar ceruk menyasar

segmen pelanggan yang spesifik dan terspesialisasi. Proposional nilai, Saluran

distribusi, dan Hubungan pelanggan dibuat khusus untuk kebutuhan spesifik

pasar ceruk. Model bisnis ini banyak ditemukan dalam hubungan pemasok-

pembeli.

c) Tersegmentasi

Model bisnis yang membedakan segmen pasar dari kebutuhan dan

masalahnya masing-masing.

d) Terdiversifikasi

Organisasi dengan model bisnis terdiversifikasi melayani dua segmen

pelanggan yang tidak terkait satu sama lain dengan kebutuhan dan masalah

yang sangat berbeda.

e) Platform banyak sisi (atau pasar banyak sisi)

Beberapa perusahaan melayani dua atau lebih segmen pelanggan yang

saling bergantung.

2) Proposisi Nilai (Value Propositions)

Blok Proposisi Nilai menggambarkan gabungan antara produk dan

layanan yang menciptakan nilai untuk segmen pelanggan spesifik. Proposisi

nilai merupakan alasan yang membuat pelanggan beralih dari satu perusahaan

lain. Proposisi nilai dapat memecahkan masalah pelanggan atau memuaskan


41

kebutuhan pelanggan. Daftar elemen-elemen yang dapat berkontribusi pada

penciptaan nilai pelanggan.

a) Sifat baru

Beberapa proposisi nilai memenuhi berbagai kebutuhan pelanggan yang

belum pernah mereka terima sebelumnya.

b) Kinerja

Meningkatkan kinerja produk atau layanan merupakan cara yang umum

untuk menciptakan nilai.

c) Penyesuaian (kustomisasi)

Menyesuaikan produk dan jasa untuk memenuhi kebutuhan spesifik

pelanggan individu atau Segmen Pelanggan juga menciptakan nilai.

3) Saluran (Channels)

Blok Saluran (Channels) menggambarkan bagaimana sebuah

perusahaan menjalin komunikasi dengan segmen pelanggannya dan

menjangkau mereka untuk memberikan proposisi nilai. Saluran komunikasi,

distribusi, dan penjualan merupakan penghubung antara perusahaan dan

pelanggan. Melalui saluran atau channel pelanggan akan lebih mudah untuk

mengetahui tentang perusahaan yang dimiliki menjual atau menawarkan

produk atau jasa yang seperti apa. Saluran menjalankan beberapa fungsi,

termasuk :

a) Meningkatkan kesadaran pelanggan atas produk dan jasa perusahaan

b) Membantu pelanggan mengevaluasi proposisi nilai perusahaan

c) Memungkinkan pelanggan membeli produk dan jasa yang spesifik


42

d) Memberikan proposisi nilai kepada pelanggan

e) Memberikan dukungan purna jual kepada pelanggan

4) Hubungan Pelanggan (Costumer Relationship)

Blok Hubungan Pelanggan menggambarkan berbagai jenis hubungan

yang dibangun perusahaan bersama segmen pelanggan yang spesifik.

Hubungan kepada pelanggan dapat bervariasi mulai dari yang bersifat pribadi

hingga non-pribadi. Hubungan pelanggan dapat didorong oleh motivasi

berikut; a. Akuisisi pelanggan, b. Retensi (mempertahankan) pelanggan dan, c.

Peningkatan penjualan (upselling). Hubungan Pelanggan yang diterapkan

dalam model bisnis suatu perusahaan sangat mempengaruhi pengalaman

pelanggan secara keseluruhan. Maka dengan itu, perusahaan butuh membentuk

hubungan kepada pelanggan agar pelanggan menjadi royal terhadap

perusahaan tersebut.

5) Arus Pendapatan (Revenue Streams)

Blok Arus Pendapatan mengambarkan uang tunai yang dihasilkan

perusahaan dari masing-masing segmen pelanggan (biaya harus mengurangi

pendapatan untuk menghasilkan pemasukan). Model bisnis melibatkan dua

jenis Arus Pendapatan :

a) Pendapatan transaksi yang dihasilkan dari satu kali pembayaran

pelanggan.
43

b) Pendapatan berulang yang dihasilkan dari pembayaran berkelanjutan

baik untuk memberikan Proposisi Nilai kepada pelanggan maupun

menyediakan dukungan pelanggan pasca pembelian.

Ada beberapa cara untuk membangun Arus Pendapatan :

a) Penjualan aset

Arus Pendapatan yang paling luas berasal dari penjualan hak

kepemilikan atas produk fisik.

b) Biaya penggunaan

Arus Pendapatan dihasilkan dari penggunaan layanan tertentu.

Semakin sering layanan itu digunakan, semakin banyak pelanggan yang

membayar.

c) Biaya berlangganan

Arus Pendapatan dihasilkan dari penjualan akses yang terus-

menerus atas suatu layanan.

d) Pinjaman/Penyewaan/Leasing

Arus Pendapatan terbentuk karena memberikan seseorang hak

ekslusif sementara untuk menggunakan aset tertentu pada periode

tertentu sebagai ganti atas biaya yang ditarik.

e) Lisensi

Arus Pendapatan muncul karena memberikan izin kepada

pelanggan untuk menggunakan properti intelektual terproteksi sebagai

pertukaran atas biaya lisensi.


44

f) Biaya Komisi

Arus Pendapatan ini bersumber dari layanan perantara yang

dilakukan atas nama dua pihak atau lebih.

g) Periklanan

Arus Pendapatan ini dihasilkan dari biaya untuk mengiklankan

produk, layanan, atau merek tertentu.

6) Sumber Daya Utama (Key Resources)

Blok Sumber Daya Utama menggambarkan aset-aset terpenting yang

diperlukan agar sebuah model bisnis dapat berfungsi. Setiap model bisnis

memerlukan sumber daya utama. Sumber daya memungkinkan perusahaan

menciptakan dan menawarkan proposisi nilai, menjangkau pasar,

mempertahankan hubungan dengan segmen pelanggan, dan memperoleh

pendapatan. Sumber daya utama merupakan elemen terpenting dalam segala

aktifitas perusahaan seperti penjualan, tenaga kerja, distribusi dan lainnya.

Sumber daya utama dapat dikategorikan sebagai berikut :

a) Fisik

Kategori ini meliputi semua bentuk aset fisik seperti fasilitas

pabrikan, bangunan, kendaraan, mesin, sistem, sistem titik penjualan, dan

jaringan distribusi.

b) Intelektual

Sumber daya intelektual seperti merek, pengetahuan yang dilindungi,

paten dan hak cipta, kemitraan dan database pelanggan merupakan komponen-

komponen yang semakin penting dalam model bisnis yang kuat.


45

c) Manusia

Setiap perusahaan memerlukan sumber daya manusia, tetapi orang-

orang akan menonjol dalam model bisnis tertentu. Sebagi contoh, sebuah

industri kreatif akan merekrut karyawan namun yang dicari adalah sumber

daya manusia yang ahli dalam bidang kreatif.

d) Finansial

Beberapa model bisnis membutuhkan sumber daya finansial dan/atau

jaminan finansial, seperti uang tunai, kredit, atau opsi saham untuk merekrut

karyawan andalan.

7) Aktivitas Kunci (Key Activities)

Blok Aktivitas Kunci menggambarkan hal-hal terpenting yang harus

dilakukan perusahaan agar model bisnisnya dapat bekerja. Setiap model bisnis

membutuhkan sejumlah aktivitas kunci, yaitu tindakan-tindakan terpenting

yang harus diambil perusahan agar dapat beroperasi dengan sukses. Seperti

halnya sumber daya utama, aktivitas-akrivitas kunci juga diperlukan untuk

menciptakan dan memberikan proposisi nilai, menjangkau pasar,

mempertahankan hubungan pelanggan dan memperoleh pendapatan. Sebagai

contoh, perusahaan yang bergerak di telekomunikasi aktivitas kuncinya adalah

teknologi. Aktivitas-aktivitas kunci di kategorikan sebagai berikut :

a) Produksi

Aktivitas ini terkait dengan perancangan, pembuatan, dan

penyampaian produk dalam jumlah besar dan/atau kualitas unggul.


46

b) Pemecahan masalah

Aktivitas-Aktivitas Kunci jenis ini terkait dengan penawaran solusi

baru untuk masalah-masalah pelanggan individu.

c) Platfrom/jaringan

Model bisnis yang dirancang dengan platfrom sebagi sumber daya

utama didominasi oleh platfrom atau aktivitas kunci yang terkait dengan

jaringan.

8) Kemitraan Utama (Key Partnership)

Blok Kemitraan Utama menggambarkan jaringan pemasok dan mitra

yang membuat model bisnis dapat bekerja. Perusahaan menciptakan aliansi

untuk mengoptimalkan model bisnis, mengurangi risiko, atau memperoleh

sumber daya mereka. Perusahaan dapat membedakan empat jenis kemkitraan

yang berbeda : Aliansi strategis antara non-pesaing, Coopetition: kemitraan

strategis antarpesaing, Usaha patungan untuk mengembangkan bisnis baru, dan

Hubungan pembeli-pemasok untuk menjamin pasokan yang dapat diandalkan.

Motivasi dalam membangun kemitraan :

a) Optimisasi dan skala ekonomi

Bentuk paling mendasar dari kemitraan atau hubungan antara pembeli-

pemasok dirancang untuk mengoptimalkan alokasi sumber daya dan aktivitas.

Sebuah perusahaan tidak logis jika memiliki sumber daya atau mengerjakan

semua aktivitasnya sendiri.


47

b) Pengurangan risiko dan ketidakpastian

Kemitraan dapat membantu mengurangi risiko dalam lingkungan

kompetitif yang bercirikan ketidakpastian.

c) Akuisisi sumber daya dan aktivitas tertentu

Sedikit perusahaan yang memiliki semua sumber daya atau melakukan

semua aktivitas yang digambarkan oleh model bisnisnya. Kebanyakan

perusahaan lebih suka memperluas kemampuan dengan mengandalkan

perusahaan lain untuk melengkapi sumber dayanya atau melaksanakan

aktivitas-aktivitas tertentu.

9) Struktur Biaya (Cost Structure)

Blok Struktur Biaya menggambarkan semua biaya yang dikeluarkan

untuk mengoperasikan model bisnis. Blok ini menjelaskan biaya terpenting

yang muncul ketika mengoperasikan model bisnis tertentu. Menciptakan dan

memberikan nilai, mempertahankan hubungan dengan pelanggan, dan

menghasilkan pendapatan, menyebabkan timbulnya biaya. Struktur biaya

memiliki karakteristik sebagai berikut :

a) Biaya Tetap

Biaya-biaya yang tetap sama meskipun volume barang atau jasa yang

dihasilkan berbeda-beda.

b) Biaya Variabel

Biaya-biaya yang bervariasi secara proporsional dengan volume barang

atau jasa yang dihasilkan.


48

c) Skala ekonomi

Keunggulan biaya yang dinikmati suatu bisnis ketika produksinya

berkembang.

d) Lingkup ekonomi

Keunggulan biaya yang dinikmati bisnis terkait dengan lingkup

operasional yang lebih besar.

5. Teori Lean Canvas

a. Pengertian Lean Canvas

Lean canvas merupakan adaptasi Business Model Canvas (BMC) oleh

Alexander Osterwalder yang diciptakan Ash Maurya dalam menciptakan

semangat lean (perampingan), Startup Lean (startup yang cepat, ringkas dan

efektif). Lean canvas menjanjikan rencana bisnis yang dapat ditindaklanjuti

dan focus dalam berwirausaha. Lean startup berfokus pada masalah, solusi,

metrik kunci dan keunggulan kompetitif. Strukturnya mirip dengan business

model canvas yang terkenal, namun beberapa bagian telah dirubah.

(Canvanizer.com, 2012)

b. Konsep Lean Canvas

Model bisnis Alex Osterwalder Generation merupakan hal besar yang

menggambarkan berbagai strategi perencanaan dan pemasaran untuk

kesuksesan kompetitif dan bisnis. Namun, lebih banyak ide muncul dari model

ini, di antaranya ialah lean canvas oleh Maurya (2012). Kanal lean

berkonsentrasi pada cara timeline mempengaruhi arus pendapatan sebuah


49

bisnis. Oleh karena itu sasarannya lebih spesifik dan menggabungkan bisnis

kecil dan besar secara efektif.

Gambar 2. Lean Canvas


Sumber: www.cavanizer.com

Lean canvas lebih mudah digunakan dan difokuskan pada pengusaha.

Lean canvas sangat berfokus pada faktor startup seperti ketidakpastian dan

risiko. Maurya (2012) menjelaskan elemen yang terdapat pada lean canvas :

1) Masalah (Problem)

Kotak masalah disertakan karena beberapa bisnis gagal menerapkan

banyak usaha, sumber daya keuangan dan waktu untuk membangun produk
50

yang salah. Oleh karena itu penting untuk memahami masalahnya terlebih

dahulu.

2) Solusi (Solution)

Setelah masalah dikenali, hal berikutnya adalah menemukan solusi

untuk menyelesaikan permasalahan. Dengan demikian, kotak solusi dengan

konsep Minimum Viable Product (MVP) atau Minimum kelayakan Produk

disertakan.

3) Proposisi Nilai Unik (Unique Value Proposition)

Pada dasarnya merupakan keunggulan kompetitif. Sebuah startup harus

mengenali apakah ia memiliki keuntungan yang tidak wajar dibandingkan

orang lain.

4) Matrik Kunci (Key Matrix)

Bisnis startup dapat lebih fokus pada satu matrik dan

mengembangkannya. Matrik kunci mencakup rangkaian produk atau layanan

yang ingin diberikan. Oleh karena itu penting bahwa matrik yang benar di

identifikasi karena yang salah dapat menjadi masalah untuk startup.

5) Struktur Biaya (Cost Structure)

Struktur Biaya menggambarkan semua biaya yang dikeluarkan untuk

mengoperasikan model bisnis. Blok ini menjelaskan biaya terpenting yang

muncul ketika mengoperasikan model bisnis tertentu. Menciptakan dan

memberikan nilai, mempertahankan hubungan dengan pelanggan, dan


51

menghasilkan pendapatan, menyebabkan timbulnya biaya. Struktur Biaya

memiliki karakteristik sebagai berikut :

a) Biaya Tetap

Biaya-biaya yang tetap sama meskipun volume barang atau jasa yang

dihasilkan berbeda-beda.

b) Biaya Variabel

Biaya-biaya yang bervariasi secara proporsional dengan volume barang

atau jasa yang dihasilkan.

6) Arus Pendapatan (Reveneu Stream)

Arus Pendapatan mengambarkan uang tunai yang dihasilkan

perusahaan dari masing-masing Segmen Pelanggan (biaya harus mengurangi

pendapatan untuk menghasilkan pemasukan). Model bisnis melibatkan dua

jenis Arus Pendapatan :

a) Pendapatan transaksi yang dihasilkan dari satu kali pembayaran

pelanggan.

b) Pendapatan berulang yang dihasilkan dari pembayaran berkelanjutan

baik untuk memberikan Proposisi Nilai kepada pelanggan maupun

menyediakan dukungan pelanggan pasca pembelian.

Ada beberapa elemen yang tidak disebutkan oleh Ash Maurya dari

Kanal Lean asli dalam upaya untuk memperbaikinya. Diantaranya:

a) Kegiatan Utama dan Sumber Daya (Key activities and Key

resources)
52

Maurya menemukan bahwa Key activities dan Key resources lebih

fokus di luar bila diukur dengan kebutuhan wirausahawan. Mereka juga telah

dicakup dalam kotak solution.

b) Hubungan Pelanggan (Customer Relationship)

Bisnis startup yang sangat fokus harus menjalin hubungan dengan

pelanggan sejak awal. Dengan demikian, hal ini dicakup pula dalam kotak

Channels.

c) Mitra Utama (Key Partner)

Maurya menghapus kategori ini karena fakta bahwa kebanyakan

perusahaan pemula tidak memerlukan mitra kunci tertentu saat baru muncul

karena mereka menangani produk yang tidak diketahui dan belum diuji.

Dengan demikian, akan membuang-buang waktu untuk membangun hubungan

semacam itu.

Lean canvas juga dimaksudkan terutama untuk pengusaha dan bukan

pelanggan, konsultan, investor atau penasihat. Lean canvas tidak memiliki

media implementasi yang spesifik dan dapat menggunakannya terlebih dahulu,

kemudian beralih ke Business Model Canvas (BMC) atau dengan cara lainnya.

c. Manfaat Lean Canvas

Lean startup bisa diuntungkan dari penggunaan teknik ideasi, karena

diterapkan dalam pemikiran desain untuk mengembangkan variasi konsep.

Meskipun lean canvas biasanya dimulai dengan ide bisnis yang konkret, akan

berguna untuk menggunakan metode ideasional terstruktur untuk mengulangi


53

gagasan dalam proses, khususnya sebelum pemecahan masalah-solusi tercapai

(Mueller and Thoring, 2012). Manfaat lean canvas menurut Maurya (2012)

ialah dapat dilihat dari Unique Value Proposition (UVP). Melalui UVP startup

mampu memperoleh pelanggan untuk menggunakan produk. UVP yang baik

yang mampu masuk ke pelanggan dan berfokus pada manfaat yang diperoleh

oleh pelanggan yang menggunakan produk startup tersebut. Jadi, misalnya,

jika startup membuat layanan pengembangan properti (Maurya, 2012):

- Fitur mungkin "template yang dirancang secara profesional."

- Manfaatnya adalah "resume yang menarik perhatian yang menonjol."

- Cerita akhir manfaat "mendaratkan pekerjaan impianmu."

Formula yang bagus untuk membuat UVP yang efektif (dengan cara

Dane Maxwell) adalah:

Instant Clarity Headline = End Result Customer Wants + Specific

Period of Time + Address the Objections

d. Kendala Lean Canvas

Kendala pada lean canvas secara khusus tidak ada, namun menurut

Ries (2011) dalam membangun startup kesulitan dalam menciptakan teknologi

yang memungkinkan startup berjalan sesuai dengan keinginan. Ries (2011)

mengibaratkan dengan video game The Sims, “The Sims merupakan video

game tentang simulasi aktivitas sehari-hari dalam rumah tangga. Dalam

industri video game The Sims, standarnya adalah avatar 3D harus bergerak

dengan lancar saat mereka berjalan, menghindari rintangan di jalan mereka,

dan menempuh rute cerdas menuju tempat tujuan mereka. Membangun MVP
54

(Minimum Viable Product) dan belum menyelesaikan tugas di atas untuk

menciptakan teknologi yang memungkinkan avatar berjalan di lingkungan

virtual yang mereka tinggali. Kami mengubah produk sehingga pelanggan bisa

mengeklik kemana mereka ingin avatar mereka pergi, dan avatar akan

langsung melakukan teleportasi, avatar menghilang dan kemudian muncul

kembali sesaat di tempat baru”.

Melalui pengibaratan yang disampaikan Ries, dapat disimpulkan bahwa

lean canvas harus mampu membantu startup dalam menentukan MVP

(Minimum Viable Product) atau Minimum Kelayakan Produk agar pelanggan

mendapatkan kepuasaan atas produk. Ketika startup memiliki masalah

terhadap MVPnya maka harus mampu membentuk MVP yang baru. MVP

disini juga dijelaskan oleh Maurya (2012) merupakan sebagai konsep

pengukuran kelayakan suatu produk dalam waktu yang singkat untuk

mendesain dan mengaplikasikan ide.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Pada penelitian ini jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian

kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Menurut Moleong (2007) adalah

penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami

oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara

holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk katakata dan bahasa, pada suatu

konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode

alamiah. Menurut Bogdan dan Taylor (1975) yang dikutip oleh Moleong (2007)

mengemukakan bahwa metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang

dan perilaku yang dapat diamati.

Alasan mengapa penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif

dipilih karena dinilai dapat menggambarkan fenomena yang terjadi secara lebih

rinci melalui rangkaian kata dalam kalimat. Selain itu mempermudah peneliti

dalam mendapatkan infomasi terkait model bisnis lean canvas yang digunakan

oleh startup Talangin. Hal ini sejalan dengan pendapat Bogdan dan Taylor dalam

Moleong (2011) memberikan penjelasan tentang penelitian kualitatif adalah

sebagai berikut:

“Metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data


deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini diarahakan pada latar dan
individu tersebut secara holistik (utuh). Jadi dalam hal ini tidak boleh

55
56

mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel atau


hipotesa, tetapi perlu memandangnya sebagai dari sesuatu keutuhan.”

B. Fokus Penelitian

Penelitian ini berfokus untuk meneliti startup yang

mengimplementasikan lean canvas agar dapat efektif dan efisien dalam

berkompetisi di dunia bisnis sebagai berikut:

1. Penerapan Lean Canvas pada startup Talangin

a. Masalah (Problem)

b. Solusi (Solution)

c. Proposisi Nilai Unik (Unique Value Proposition)

d. Matrik Kunci (Key Matrix)

e. Struktur Biaya (Cost Structure)

f. Arus Pendapatan (Revenue Stream)

2. Faktor-faktor yang dipertimbangkan pengelola startup Talangin dalam

penerepan lean canvas

3. Kendala dalam penerapan lean canvas pada startup Talangin

4. Manfaat yang terdapat dalam penerapan lean canvas pada startup Talangin

C. Lokasi dan Situs Penelitian

Lokasi yang diambil dalam penelitian ini yaitu bertempatan di Kota

Malang dan pada situs startup Talangin. Alasan peneliti memilih Kota Malang

sebagai lokasi penelitian karena startup Talangin didirikan oleh mahasiswa

Universitas Brawijaya Malang. Selain itu lokasi yang mudah dijangkau serta
57

memiliki kelengkapan dokumen yang dibutuhkan dalam penelitian juga menjadi

alasan peneliti melakukan penelitian di Kota Malang.

Penelitian dilaksanakan di sekitar Universitas Brawijaya dan di kantor

Talangin yang bertempatan di Perum. Griya Shanta Blok E-209 Kota Malang.

Peneliti memilih lokasi tersebut karena peneliti ingin mengetahui bagaimana

Talangin mengelola bisnis startup dengan menggunakan lean canvas dalam

menghadapi persaingan bisnis.

D. Jenis Data dan Sumber Data

Sumber data merupakan asal-usul darimana sumber data tersebut

diperoleh. Menurut Lofland yang dikutip Moleong (2009) mengatakan bahwa jika

sumber data utama adalah dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata, tindakan,

dan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Dalam

penelitian ini jenis dan sumber data yang digunakan adalah:

1. Data Primer

Menurut Moleong (2009) data primer adalah sebuah kata-kata dan

tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancarai dan digunakan sebagai data

utama. Sumber data ini dicatat melalui tulisan atau perekaman video atau audio

tape, pengambilan foto atau film. Data primer merupakan data yang diperoleh dari

narasumber secara langsung baik yang menguasai permasalahan atau fenomena

pada bidang tersebut. Data tersebut didapat dari hasil wawancara dan observasi

langsung dengan pihak-pihak yang bersangkutan pada startup Talangin.


58

2. Data Sekunder

Menurut Moleong (2009) Data sekunder merupakan data yang secara

tidak langsung dapat memberikan informasi dan sebagai pendukung kepada

peneliti dimana data tersebut didapatkan dari hasil kegiatan orang lain, hal ini

berarti peneliti tidak mendapatkan sendiri pengumpulan data secara langsung.

Data-data yang digunakan adalah data statistik dari situs resmi marketing, arsip-

arsip, dan dokumentasi .

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data berkaitan dengan bagaimana cara peneliti

mendapatkan data-data penelitian. Sugiyono (2011) membedakan teknik

pengumpulan data menjadi empat bagian yaitu observasi, wawancara,

dokumentasi, dan gabungan ketiganya. Berdasarkan teknik pengumpulan data

tersebut, penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

1. Wawancara

Hasan dalam Emzir (2012) wawancara adalah interaksi bahasa yang

berlangsung antara dua orang dalam situasi saling berhadapan salah seorang, yaitu

yang melakukan wawancara meminta informasi atau ungkapan kepada orang yang

diteliti yang berputar di sekitar pendapat dan keyakinannya. Pengumpulan data

dalam teknik wawancara meminta informasi kepada sumber informasi tentang apa

yang di yakini dan menyimpannya sebagai sebuah data. Wawancara yang

digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara terstruktur.


59

2. Observasi

Observasi atau pengamatan dapat didefinisikan sebagai perhatian yang

terfokus terhadap kejadian, gejala, atau sesuatu (Emzir, 2012).Menurut Angrosino

dalam Creswell (2014) adalah memperhatikan fenomena di lapangan melalui

kelima indra peneliti, seringkali dengan instrumen atau perangkat, dan

merekamnya untuk tujuan ilmiah. Tipe pengamatan menjadi empat (4) tipe yang

akan dijelaskan berikut (Creswell, 2014):

a. Partisipan sempurna. Peneliti terlibat secara penuh dengan


masyarakat yang sedang diamatinya. Hal ini dapat membantunya
membangun hubungan yang lebih erat dengan masyarakat yang sedang
diamati (Angrosino, 2007).
b. Partisipan sebagai pengamat. Peneliti berpartisipasi dalam aktivitas
di tempat penelitian. Peran sebagai partisipan lebih mencolok daripada
peran sebagai pengamat. Hal ini dapat membantu peneliti untuk
memperoleh pandangan insider dan data subyektif. Akan tetapi, hal ini
dapat menyulitkan peneliti untuk merekam data ketika ia larut dalam
aktivitas tersebut.
c. Nonpartisipan/pengamatsebagai partisipan. Peneliti merupakan
outsider dari kelompok yang sedang diteliti, menyaksikan dan
membuat catatan lapangan dari kejauahan. Ia dapat merekam data
tanpa terlibat langsung dengan aktivitas atau masyarakat.
d. Pengamat sempurna. Peneliti tidak terlihat atau diketahui oleh
masyarakat yang sedang diteliti.

Penulis dalam penelitian ini akan memposisikan diri sebagai

nonpartisipan/pengamat sebagai partisipan. Pemilihan tipe ini dikarenakan dalam

praktek penelitian pada startup Talangin penulis tidak bisa terlibat secara

langsung dengan aktivitas startup karena penulis bukan volunteer dari startup

tersebut. Aktivitas yang dapat dilakukan oleh penulis hanya mengamati melalui

narasumber sesuai topik penelitian yang penulis diteliti.


60

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh

peneliti dengan cara mencatat dan memanfaatkan data yang tersedia di website

penelitian dimana berkaitan dengan penelitian yang akan diteliti, baik berupa

dokumentasi (foto), arsip yang sesuai dengan topik dalam penelitian.

F. Instrumen Penelitian

Sugiyono (2011) menyatakan bahwa dalam penelitian kualitatif

instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Peneliti kualitatif sebagai

human instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan

sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis

data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya. Berdasarkan

pendapat tersebut diatas, maka instrumen dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Peneliti sendiri sebagai instrumen kunci untuk menentukan fokus dan

pengumpul data baik data yang primer maupun sekunder yang

menentukan hasil dari penelitian, dan melakukan analisis.

2. Pedoman-pedoman wawancara (interview guide) untuk membatasi proses

pengumpulan data agar tetap dalam wilayah fokus penelitian.

3. Peralatan penunjang, diantaranya yaitu alat perekam dan foto melalui

telepon seluler.
61

G. Analisis Data

Dalam penelitian kualitatif, Bodgan dalam Sugiyono (2014)

menyatakan bahwa analisis data adalah proses mencari data menyusun secara

sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-

bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan

kepada orang lain. Pada penelitian kualitatif, data dapat diperoleh dari berbagai

sumber dengan menggunakan pengumpulan data yang bermacam-macam dan

dilakukan secara terus menerus sampai data tersebut jenuh.

Peneliti menggunakan metode analisis deskriptif yang meliputi analisis

berdasarkan pada objek penelitian yang telah disusun. Analisis data dalam

penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dilakukan sejak saat peneliti

memasuki lapangan, dan setelah peneliti selesai dilapangan dalam periode

tertentu. Peneliti dalam menganalisis data pada penelitian ini menggunaakan teori

yang dikemukakan oleh Miles, Huberman, Saldana (2014) yang mengemukakan

bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan

berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.

Adapun model analisa dari teori yang ada dapat dilihat pada gambar, sebagai

berikut :
62

Gambar 3. Komponen-komponen Analisis Data Model Interaktif


Sumber: Analisis Miles,Huberman,Saldana 2014:14

1. Data Condensation (Kondensasi Data)

Kondensasi data merujuk pada proses memilih, menyederhanakan,

memfokuskan hal-hal penting dari data yang diperoleh sesuai dengan tema dan

pola yang digunakan. Adanya kondensasi data akan mempermudah peneliti untuk

mendapatkan gambaran dan memahami atas data yang sudah diperoleh secara

lebih jelas. Kondensasi data yang dilakukan pada penelitian ini adalah memilah

dan mengelompokkan hasil wawancara serta data-data yang telah didapatkan oleh

peneliti berdasarkan fokus yang ada. Hal tersebut memudahkan peneliti untuk

mengolah dan mendeskripsikan data yang telah diperoleh mengenai Implementasi

lean canvas terhadap startup.

2. Data Display (Penyajian Data)

Setelah tahap kondensasi data, maka yang harus dilakukan peneliti

adalah menyajikan data. Penyajian data adalah sebuah pengorganisasian dan

penyatuan dari informasi serta data yang diperoleh untuk kemudian diambil
63

kesimpulan. Dalam penelitian kualitatif data disajikan dalam bentuk uraian

singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan lain-lain. Tujuan adanya

penyajian data guna mempermudah peneliti untuk memahami apa yang terjadi dan

merencanakan apa yang harus dilakukan selanjutnya berdasarkan apa yang sudah

dipelajari. Penyajian data pada penelitian ini dilakukan dengan menyajikan data

dan hasil wawancara yang telah diperoleh mengenai Implementasi lean canvas

terhadap startup dan apa keterkaitannya dengan teori yang ada untuk kemudian

ditarik kesimpulan terkait hasil yang terjadi antara data dan teori agar mudah

dipahami oleh peneliti.

3. Conclusions Drawing/Verifying (Verifikasi/Penarikan Kesimpulan)

Penarikan kesimpulan dan verifikasi ini merupakan tahap akhir dari

proses penelitian. Tahap ini merupakan tahap yang akan dapat menjawab atau

belum dapat menjawab rumusan masalah yang sudah dirumuskan peneliti sejak

awal karena penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang

setelah peneliti melakukan penelitian langsung di lapangan. Penarikan kesimpulan

dilakukan dengan memproses data yang telah disajikan untuk kemudian

disederhanakan dan dilanjutkan dengan melakukan deskripsi. Namun kesimpulan

yang dianggap final terdapat kemungkinan tidak muncul sampai pengumpulan

data selesai, tergantung pada besarnya data berdasarkan catatan lapangan yang

didapatkan, pengkodean, penyimpanan, metode yang digunakan serta kecakapan

peneliti. Penarikan kesimpulan pada penelitian ini dilakukan setelah peneliti

melakukan penyajian data dan memahami serta menganalisis apa yang ada di

penyajian data mengenai Implementasi lean canvas terhadap startup Talangin.


64

H. Uji Keabsahan Data

Uji keabsahan data berkaitan dengan bagaimana data tersebut

divalidasi akan kebenarannya. Creswell (2014) mendefiniskan validasi dalam

penelitian kualitatif sebagai usaha untuk menilai akurasi dari berbagai temuan,

sebagaimana dideskripsikan dengan baik oleh para peneliti dan partisipan. Dalam

menentukanstrategi validasi data, terdapat beberapa teknik yang dapat digunakan

oleh para peneliti. Menurut Creswell (2014) menawarkan delapan (8) strategi

validasi yang dapat digunakan untuk pemeriksaan keabsahan data. Delapan

strategi validasi menurut Creswell tersebut adalah keterlibatan jangka panjang,

triangulasi, ulasan dan tanya jawab dengan rekan sejawat, analisis kasus negatif,

pemeriksaan anggota, deskripsi yang tebal dan kaya, mengklarifikasi bias peneliti,

dan audit eksternal.

Creswell (2014) merekomendasikan para peneliti kualitatif agar

melibatkan setidaknya dua prosedur dalam studi apapun. Adanya rekomendasi

tersebut, penulis memutuskan untuk menggunakan dua prosedur dalam keabsahan

data yakni keterlibatan jangka panjang dan triangulasi.

1. Keterlibatan Jangka Panjang

Fetterman dalam Creswell (2014) menjelaskan bahwa pengamatan

partisipan membutuhkan hubungan yang erat dan lama dengan masyarakat yang

diteliti. Semakin lama peneliti melakukan aktivitas wawancara dengan

narasumber di lokasi penelitian yakni sekitar kampus Universitas Brawijaya dan

Ruang Perintis semakin jelas pula fenomena yang didapatkan oleh penalaran

peneliti. Melalui durasi waktu yang cukup lama saat penelitian, peneliti dapat
65

menemukan makna dalam penelitiannya. Makna penelitian diperoleh melalui

penjelasan dari objek penelitian pada saat proses pengumpulan data.

2. Triangulasi

Data penelitian kualitatif yang terdiri dari kata-kata, kalimat, perilaku

dan kejadian yang berhasil dikumpulkan, kemudian dianalisa kebenarannya. Alat

yang dipergunakan untuk menganalisa data dan informasi adalah teknik analisa

data triangulasi. Menurut Maleong (2004) dalam Purhantara (2010), metode

triangulasi merupakan proses membandingkan dan mengecek balik derajat

kepercayaan suatu informasi yang di peroleh melalui waktu dan alat yang

berbeda. Menurut Ali (2014), triangulasi merupakan proses validasi yang harus

dilakukan dalam penelitian untuk menguji kesahihan antara sumber data yang satu

dengan sumber data yang lainnya atau metode yang satu dengan metode yang

lainnya (seperti, observasi dengan wawancara). Teknik triangulasi dilakukan

untuk pelacakan atau pengecekan kepada pihak ketiga atau sumber data untuk

meningkatkan peluang-peluang atas penelitian dan interprestasi penelitian

menjadi lebih kredibel.

Metode triangulasi terdiri atas empat (4), yaitu triangulasi metode,

triangulasi sumber, triangulasi investigator, dan triangulasi teori (Ali, 2014).

Peneliti menggunakan triangulasi metode, melalui triangulasi metode peneliti

dapat melakukan pengecekan kembali keabsahan data yang dikumpulkan

mengenai lean canvasdi startup Talangin. Beberapa cara triangulasi metode yang

digunakan peneliti dalam pengumpulan data yakni melalui wawancara, observasi,

dan dokumentasi. Penggunaan triangulasi metode, peneliti dapat memperoleh


66

kredibilitas atas data yang dimiliki dan sebagai bahan pertimbangan untuk

keabsahan data tersebut. Melalui Tabel 3.1 dapat dilihat hasil dari triangulasi

metode yang digunakan peneliti sebagai berikut.

Tabel 3.1 Hasil Triangulasi Metode


Wawancara Observasi Dokumentasi

1. Penerapan lean canvas Berdasarkan hasil 1. Wawancara dengan Ismail Rabbanii


pada startup Talangin observasi peneliti sebagai Co-Founder & Chief
a. Masalah (Problem) menemukan bahwa Marketing (CPO) dan Co-Founder
b. Solusi (Solution) penerepan lean & Choef Product (CPO) Talangin
c. Proposisi Nilai Unik canvas pada startup
(Unique Value Talangin tidak
Proposition) sepenuhnya mampu
d. Matrik Kunci (Key membantu startup
Matrix) Talangin untuk
e. Struktur Biaya (Cost menghadapi
Structure) persaingan bisnis.
f. Arus Pendapatan Strategi dalam (Dilampirkan pada halaman 130)
(Revenue Stream) perencaan produk,
pemasaran produk
Pertanyaan terkait: dan jaringan yang 2. Wawancara dengan Taufic Hidayat
1) Menurut anda apa dimiliki merupakan Co-Founder & Chief Executive
yang dimaksud cara untuk menang (CEO) Talangin
dengan lean canvas dalam bersaingan di
? dunia bisnis startup.
2) Kenapa Talangin Model bisnis hanya
menggunakan model sebagai tools pada
bisnis lean canvas ? startup dan
3) Apa keunggulan digunakan jangka
yang dimiliki lean pendek. (Dilampirkan pada halaman 131)
canvas dibandingkan
model bisnis yang
lainnya terutama dari
business model
canvas ?
4) Jelaskan alur dari
lean canvas mapping
67

Wawancara Observasi Dokumentasi

yang digunakan dari 3. Tim startup Talangin


Talangin sehingga
berbeda dari
business model
canvas ?
5) Bagaimana
penerapan lean
canvas pada
Talangin ?
(Dilampirkan pada halaman 132)
2. Faktor-faktor yang
dipertimbangkan
pengelola startup 4. Website Talangin
Talangin dalam
penerapan lean canvas
Pertanyaan terkait :
1) Faktor-faktor apa
saja yang menjadi
pertimbangan
Talangin untuk
menggunakan lean (Dilampirkan pada halaman 132)
canvas ?

3. Kendala dalam
5. Transkrip wawancara
penerapan lean canvas
(Dilampirkan pada halaman 113-
pada startup Talangin
129)
Pertanyaan terkait :
1) Apa saja kendala
dalam
menggunakan lean
canvas terhadap
Talangin ?
2) Apa solusi atas
kendala dalam
menggunakan lean
canvas pada
Talangin ?
68

Wawancara Observasi Dokumentasi

4. Manfaat yang terdapat


dalam penerapan lean
canvas pada startup
Talangin
Pertanyaan terkait :
1) Manfaat apa yang
didapatkan dari
lean canvas
terhadap Talangin ?
2) Seberapa besar
pengaruh lean
canvas pada proses
bisnis Talangin
dalam menghadapi
persaingan bisnis
startup ?
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Sejarah Talangin

Talangin bermula dari adanya permasalahan yang dirasakan oleh Co-

Founder & Chief Executive (CEO) Talangin yang bernama Taufic Hidayat.

Permasalahan yang dirasakan Taufic ialah ketika ia membutuhkan handphone

baru dikarenakan handphone yang dimilki rusak, berniat untuk membeli yang

baru tetapi harga handphone yang mahal dan tidak memiliki dana tabungan

yang cukup, ingin meminta kepada orangtua namun tidak ingin membebani.

Melalui permasalahan tersebut Taufic berfikir dan mencari tahu apakah

permasalahan yang dia rasakan juga dirasakan oleh orang lain terutama

mahasiswa. Pada 05 April 2017 Taufic mengajak Ismail Rabbanii untuk

berdiskusi tentang masalah yang dia rasakan. Melalui masalah tersebut Taufic

menjelaskan maksud dan tujuan dia untuk berdiskusi dengan Ismail ialah untuk

membangun startup yang dapat membantu menalangin barang yang diinginkan

oleh mahasiswa (sumber: Talangin).

Ketika Ismail menyetujui atas ajakan Taufic, mereka mulai merancang

bisnis prosesnya, apa saja yang dibutuhkan, butuh siapa saja. Bagian yang

dibutuhkan ialah, orang finance, product, operation, dan technology. Pada 07

April 2017, Taufic mengajak Novia Ulfa Nuraini, S.Kom dan Muhammad

Daniel Savariella, S.Pn untuk bergabung menjadi tim Talangin dan pada

69
70

tanggal 08 April 2017 Taufic mengajak Alfiansyah, S.Pn untuk bergabung

menjadi tim Talangin. Pada 10 April merupakan meeting pertama tim Talangin

yang sudah dibentuk, sudah memulai membahas misi Talangin, sudah

memikirkan strategi untuk 3 bulan pertama. Sumber pendanaan Talangin ialah

dari masing-masing Co-Founder yang sudah dibentuk karena Talangin belum

memiliki investor atau sponsor yang menaungi (sumber: Talangin).

Melalui meeting pertama, tim Talangin menentukan segmen pasar yang

akan dicapai ialah mahasiswa Universitas Brawijaya karena tim Co-Founder

Talangin merupakan mahasiswa Universitas Brawijaya. Model bisnis yang

digunakan juga ditentukan pada meeting pertama tim Talangin. Model bisnis

yang digunakan ialah lean canvas. Tim Talangin menentukan lean canvas

sebagai model bisnis karena cocok untuk startup yang baru dan masih dalam

tahap awal (sumber: Talangin).

2. Visi dan Misi Talangin

Visi Talangin adalah To Bring Accessible Financial for Student

bermakna menjadi pilihan yang terbaik untuk mahasiswa dalam solusi

finansial, dapat membantu mahasiswa yang ingin membeli barang namun tidak

memiliki dana yang cukup. Dalam tahapan mencapai visi tersebut maka

Talangin menerapkan suatu misi. Berikut adalah misi dari Talangin yaitu

memberikan layanan di 303 kampus di Indonesia. Untuk sekarang Talangin

hanya memberikan layanan untuk mahasiswa Universitas Brawijaya yang aktif.


71

3. Lambang atau Logo Talangin

Gambar 4. Logo Talangin


Sumber: Talangin

Talangin tidak memiliki makna khusus pada lambang atau logo yang

digunakan. Lambang atau logo di atas merupakan hasil kesepakatan tim dan

merupakan logo sementara, logo ini merupakan salah satu strategi awal

Talangin menarik pelanggan.

4. Keadaan dan Lokasi Kantor Talangin

Lokasi kantor Talangin berada di Perum. Griya Shanta Blok E-209

Malang, kantor ini disebut ruang perintis karena ruang perintis merupakan

working space untuk menaungi startup atau komunitas yang dimiliki oleh

mahasiswa Universitas Brawijaya ataupun masyarakat se-Kota Malang. Ruang

perintis adalah tempat dimana komunitas dapat berkolaborasi dalam berkarya

dan memberi dampak positif bagi masyarakat. Ruang perintis sendiri didirikan

oleh salah satu dosen di Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya

yaitu bapak Brillyanes Sanawiri.


72

Gambar 5. Tampak Depan Ruang Perintis


Sumber: Talangin

Gambar 6. Dalam Ruang di Ruang Perintis


Sumber: Talangin
73

5. Produk Talangin

Talangin tidak memiliki macam-macam produk yang biasanya dimiliki

startup pada umunya seperti Go-jek yang memiliki berbagai macam produk

yaitu; Go-food, Go-ride, Go-car, dan lainnya. Walaupun Talangin tidak

memiliki bermacam-macam produk, namun Talangin menawarkan produk atau

sistem yang cukup unik, belum dimiliki startup lainnya dan memudahkan

konsumen. Produk Talangin ialah menawarkan jasa talangin barang yang ingin

di beli oleh konsumen di e-commerce yang ada di Indonesia namun konsumen

tidak memiliki dana yang cukup dan beberapa barang yang diiinginkan

pembayarannya harus menggunakan kartu kredit sedangkan konsumen

merupakan mahasiswa dan kebanyakan mahasiswa belum memiliki kartu

kredit, pekerjaan tetap, gaji dan tabungan. Talangin dapat menalangin barang

dari e-commerce mana saja, namun batas maksimum barang yang mampu di

talangin oleh Talangin ialah Rp 1.500.000 dan tidak memiliki batas minumum.

Namun Talangin memiliki target jangkapanjang ialah akan mengupgrade

sistem agar dapat menalangin barang sejumlah Rp 3.000.000 dan tidak hanya

menalangin barang dari e-commerce namun juga mampu menalangin UKT

(Uang Kuliah Tunggal) untuk mahasiswa Universitas Brawijaya yang memiliki

kesusahan dalam membayar UKT.

6. Cara Kerja Talangin

Sebagai startup yang menawarkan kemudahan yaitu menalangin barang

atau jasa, Talangin memiliki cara kerja yang unik agar konsumen bisa

menggunakan kemudahan tersebut, berikut cara kerja Talangin :


74

a. Pilih barang impian yang ingin di talangin, dengan cara copy dan paste

link barang dari e-commerce manapun atau pilih melalui katalog produk

yang di miliki Talangin. Namun jika kesulitan dalam mencari barang

online, customer bisa isi form request kepada Talangin, maka Talangin

akan melakukan yang terbaik untuk membantu customer.

b. Pilih skema gambar, customer memilih skema pembayaran yang sesuai

dengan kebutuhan. Mulai dari 3 bulan, 6 bulan dan 12 bulan. Pilihlah

skema yang tepat dan sesuai dengan estimasi pemasukan perbulannya.

c. Verifikasi, setelah mendaftar di website Talangin, pengajuan dari

customer akan di proses 1x24 jam dan apabila disetujui perwakilan dari

Talangin akan mengatur pertemuan dengan customer untuk melakukan 3

menit verifikasi.

d. Finish, jika customer lolos dalam tahap verifikasi maka barang yang akan

di talangin di proses dan customer akan diberikan informasi terkait resi

pengiriman barang dan estimasi waktu barang yang diinginkan sampai.

Dalam tahap ini, customer juga akan menyelesaikan angsuran

pembayaran sesuai dengan skema pembayaran yang dipilih.

7. Struktur Organisasi Talangin

Pada umumnya startup memiliki struktur organisasi, begitu juga dengan

startup Talangin yang memiliki stuktur organisasi. Berikut struktur organisasi

Talangin :
75

Gambar 7. Struktur Organisasi Talangin


Sumber: Talangin

Dapat dilihat dari bagan di atas, yang teratas ada Co-Founder & Chief

Executive atau dapat di singkat menjadi CEO. CEO Talangin ialah Taufic

Hidayat yang merupakan mahasiswa Universitas Brawijaya Fakultas Ilmu

Administrasi jurusan Administrasi Bisnis angkatan 2015. CEO sendiri

bertanggungjawab atas Talangin secara keseluruhan dari permasalahan internal

tim maupun eksternal dan business analyst dan business development. Dibawah

CEO terbagi 5 divisi yang memiliki tugas masing-masing, yaitu :

a. Co-Founder & Chief Product atau dapat disingkat CPO, CPO

Talangin ialah Ismail Rabbanii yang merupakan mahasiswa Universitas

Brawijaya Fakultas Ilmu Komputer jurusan Sistem Informasi angkatan 2015

yang merangkap menjadi CMO Talangin. CPO memiliki tugas utama ialah

yang berhubungan dengan produk dan mengiris tiga divisi yaitu marketing,

teknologi dan design .


76

b. Co-Founder & Chief Marketing atau dapat disingkat CMO, CMO

Talangin ialah Ismail Rabbanii yang merupakan mahasiswa Universitas

Brawijaya Fakultas Ilmu Komputer jurusan Sistem Informasi angkatan 2015.

CMO memiliki tugas utama ialah yang bertanggungjawab dalam hal

pemasaran Talangin.

c. Co-Founder & Chief Finance atau dapat disingkat CFO, CFO

Talangin ialah Muhammad Daniel Savariella, S.Pn yang merupakan alumni

Universitas Brawijaya Fakultas Ilmu Administrasi jurusan Perpajakan angkatan

2013, CFO bertanggungjawab atas keuangan, pembukuan keuangan dan

mencari dana tambahan untuk Talangin.

d. Co-Founder & Chief Technology atau dapat disingkat CTO, CTO

Talangin ialah Novia Ulfa Nuraini, S.Kom yang merupakan alumni Universitas

Brawijaya Fakultas Ilmu Komputer jurusan sistem informasi angkatan 2013.

CTO bertanggungjawab atas sistem atau technology operation Talangin.

e. Chief Operation atau dapat disingkat CO, CO Talangin ialah

Alfiansyah, S.Pn yang merupakan alumni Universitas Brawijaya Fakultas Ilmu

Administrasi jurusan Perpajakan angkatan 2010. CO bertanggungjawab atas

sistem operasional Talangin.

Talangin memiliki 30 orang volunteer yaitu; divisi product memiliki 6

orang volunteer, divisi marketing memiliki 10 orang volunteer, divisi finance

memiliki 4 orang volunteer, divisi technology memiliki 2 orang volunteer, dan

divisi operation memiliki 8 orang volunteer.


77

B. Penyajian Data dan Fokus Penelitian

1. Penerapan lean canvas pada startup Talangin

Keberhasilan Talangin dalam menjalankan bisnis startup yang baik

berkaitan erat dengan model bisnis yang digunakan yaitu lean canvas yang

tepat dengan sasaran. Sebelum lean canvas direncanakan baik untuk proses

bisnis startup Talangin, maka tim dari startup Talangin mampu memahami apa

yang dimaksud dengan lean canvas. Taufic Hidayat sebagai Co-Founder &

Chief Executive (CEO) Talangin menjelaskan apa yang dimaksud dengan lean

canvas, sebagai berikut :

“ya..ya, lean canvas model bisnis yang fokus buat nemuin product,
market, fit (produk, pasar yang bisa cocok). Kalau di bisnis model
sebelumnya 2013 Alexander Osterwalder ngenalin bisnis model dibuat
untuk ngeliat keseluruhan bisnis proses dengan mudah. Nah, lean
canvas di design pada tahun 2014 untuk melengkapi business model
canvas gunanya fokus untuk menemukan product, market, fit, jadi lean
canvas belum membicarakan banyak tentang owner (pemilik) dan
segala macamnya. Lean canvas fokus pada produk, pasar, dan cocok
atau sesuai dengan kebutuhan konsumen, kurang lebih seperti itu.”
(Wawancara dengan Taufic Hidayat selaku CEO Talangin dilakukan
pada tanggal 30 Agustus 2017, pukul 14.00 WIB di Gazebo Fakultas
Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Kota Malang)

Berkaitan dengan wawancara diatas, lean canvas merupakan model

bisnis yang disederhanakan dari business model canvas Alexander Osterwalder

yang terdiri dari 9 blok. Lean canvas fokus pada produk, pasar dan kecocokan

atau kebutuhan konsumen. Tim Talangin lainnya yaitu Ismail Rabbanii juga

menjelaskan apa yang dimaksud dengan lean canvas, sebagai berikut :

“Kalau secara teori saya kurang paham ya, tapi kalau yang saya tangkep
dari beberapa buku yang saya baca salah satunya di bagian perancangan
78

produk kan itu ada yang namanya lean UX lean new advance,dimana
lean UX itu mengambil core (inti atau pokok) dari lean canvasnya
untuk startup. Jadi kurang lebih dari mananya, misal dalam bisnis harus
seramping mungkin, seefisien mungkin dari segi tim dari segi waktu
gimana caranya buat suatu produk dalam waktu yang sempit tapi tetap
memuaskan.” (Wawancara dengan Ismail Rabbanii selaku Co-Founder
& Chief Product (CPO) Talangin dilakukan pada tanggal 31 Agustus
2017, pukul 13.20 WIB di Gazebo Perpustakaan Universitas Brawijaya
Kota Malang)

Berdasarkan wawancara diatas menyatakan bahwa lean canvas lebih

efisien digunakan oleh startup Talangin yang masih dalam tahap awal,

dikarenakan lean canvas lebih fokus pada apa yang dibutuhkan konsumen dan

apa masalah yang sedang di rasakan oleh konsumen maka dari itu Talangin

membutuhkan model bisnis yang efisien dalam mengatur waktu, tim dan

produk dalam waktu yang singkat untuk mencapai sasaran dan memuaskan

konsumen. Namun jika talangin menggunakan business model canvas

membutuhkan waktu yang lama untuk merancang sesuai dengan tepat sasaran

karena harus menyesuaikan 9 blok yang ada. Sebagaimana dijelaskan oleh

Taufic Hidayat selaku Co-Founder & Chief Executive (CEO) Talangin alasan

kenapa Talangin memilih menggunakan model bisnis lean canvas, sebagai

berikut :

“Ya eee kebetulan eeee saya juga emang mentor di gerakan nasional
1000 startup programnya kominfo, program pemerintahan jokowi di
pegang sama kominfo dan keybar. Saya disana spesialis model bisnis
dan bisnis model yang dipake jadi eee eeee saya gak tau kenapa anak
FIA selalu bisnis model identik dengan business model canvas padahal
model bisnis itu banyak banget dan business model canvas hanya
sebagian kecil dari bisnis model. Lean canvas juga bagian dari bisnis
model jadi lean canvas juga bisnis model. Eeee then kenapa kita
(Talangin) pake model bisnis begitu juga di 1000 startup pake lean
canvas dimana mana pakai lean canvas karna ternayata kita sadar
business model canvas tidak sesuai untuk dipakai di startup tahap awal.
79

Gitu kenapa.. karna dia udah, udaaah apa namanya eee thingking too
much (terlalu banyak berfikir) buat yang nggak bisa ngapa-ngapain,
let’s say di business model canvas ada key partner yang itu gak ada di
lean canvas. Gojek saat ngeluarin go-food dia sama sekali gak
berpartner dengan restoran, café atau apapun itu. Andai Gojek
ngelakuin hal itu buat go-foodnya, go-food gak bisa segede yang
sekarang. Talangin dengan e-commerce seluruh Indonesia, orang bisa
beli barang langsung dari e-commerce seluruh Indonesia kita gak
berpartner dengane-commerce itu. Andai kita berpartner dengan itu,
lama banget kita buat ngurusin partner dengan itu dan segala
macemnya akhirnya kita gak bisa ngelakuin apa-apa gitu. Mungkin kita
bisa berpartner dengan mereka juga go-food dengan restoran, café yang
sekarang udah mulai ngebut partner, naikin partner, gitu next ketika itu
udah mulai masuk, itu udah mulai run. Bisnis modelnya udah keuji nih,
orang mau gitu, itu kenapa saya pake lean canvas gitu eeee juga ada eee
activity kalo di business model canvas, ada activity yang padahal
perbedaan antara startup dan coorporation itu adalah eee satu hal
mengenai activity. Kalo corporation dia bicara mengenai to execute x y
z, kalo startup to search (untuk mencari), Steve Blank bilang startup is
temporary organization create to search repeatable and sustainable
(startup adalah pembuatan organisasi sementara untuk mencari,
berulang dan berkelanjutan), apa yang dicari business model, apa yang
di search ? Kalo udah ada activity, yang di search apa? Nah, di lean
canvas, kita pakai key matrix, intinya goalnya ini but achieve
(pencapaian/tercapai)ini activitynya bodo amat. Kalo activitynya itu
eeee gak bisa achieve ini berarti kan kita masih cari terus tuh apa yang
kemudian bisa achieve. Setelah itu baru dikatakan success, baru kita
run (beranjak) naik level, naik kelas.Business model canvas kita liat ada
value proportition itu corporation (perusahaan) banget sebenernya.
Semua perusahaan punya value proposition but startup need unique
value proposition yang seperti ada di lean canvas, why? Karna bedanya
di value proposition itu just describe, eeeem solusi apa buat masalah
yang mana, di business model canvas itu. But diiii eee eee lean canvas,
masalah dan solusi udah ada sendiri blocknya kalo di business model
canvas masalah itu ada di customer segment solusi di value proposition.
Lean canvas, masalah solusi beda bloknya. Lalu di customer segment
bener-bener siapa dia orangnya? Dan di unique value proposition udah
ngomongin a single simple statement yang clear (pernyataan tunggal
sederhana yang sudah jelas) itu udah bener-bener yang orang tuh kalo
denger worth it to buy, worth it to take attention in it (layak untuk
dibeli, dan layak untuk diperhatikan) gitu, jadi bener- bener kayak how
you unique(gimana bisa unik),jadi kita misalnya kayak kita selalu
bilang eee Talangin bantu mahasiswa Indonesia buat bisa beli barang
dari seluruh e-commerce di Indonesia tanpa harus lama menabung,
bayar dengan cicilan tanpa menggunakan kartu kredit. Sekarang
mahasiswa gak perlu takut lagi buat punya barang tapi perlu nabung
80

lama, jadi bener-bener kok gila. Lo bisa beli nih serius nih e-
commercenya gak dibatesin, ya semua e-commerce, its so unique. Ini
serius nih gue bisa bayar di angsur ? Iya. serius tanpa kartu kredit? Iya.
Malah lebih spesifik lagi, kalau baca lean canvasnya Talangin itu
dengan harga murah dan proses super cepat, lembaga kredit manapun
ngasih kredit minimal banget tuh yang paling cepet itu tiga hari.
Talangin bisa kasih kredit 1x24 jam dan akan terus improve. insyaAllah
2 oktober orang akan pake Talangin cuma hitungan menit langsung bisa
approve jadi bener bener its too fast yang bener-bener wow it’s so
unique gitu. Ini itsdifferent between value proposition and unique value
proposition. Hardly different (bener-bener beda). Itu that’s why
Talangin pake lean canvas. (Wawancara dengan Taufic Hidayat selaku
CEO Talangin dilakukan pada tanggal 30 Agustus 2017, pukul 14.00
WIB di Gazebo Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Kota
Malang)

Berdasarkan hasil wawancara tersebut diketahui bahwa alasan kenapa

Talangin menggunakan lean canvas sebagai model bisnis ialah karena lean

canvas cocok digunakan pada startup yang masih dalam tahap awal seperti

Talangin. Namun jika menggunakan business model canvas yang sudah lebih

dahulu populer didunia startup, Talangin akan kesulitan dalam menentukan 9

blok yang ada dan akan membuat proses bisnis yang lama. Seperti yang

dicontohkan dalam wawancara, jika Talangin menggunakan business model

canvas akan kesulitan dalam halnya key partner karena harus meminta izin

kerjasama dengan e-commerce yang ada di Indonesia.

Dalam business model canvas masalah muncul pada blok customer

segment dan solusi yang terdapat pada blok value proposition tetapi di lean

canvas masalah dan solusi ada bloknya masing-masing sehingga memudahkan

startup dalam menganalisa masalah yang ada dan solusi yang tepat atas

masalah yang ada. Dikatakan bahwa model bisnis lean canvas cocok

digunakan oleh startup pada tahap awal karena menjelaskan unique value
81

proposition yang ada di startup tersebut, hal ini berguna untuk strategi dan

membranding startup di tahap awal memasuki pasar bisnis. Adapun

keunggulan menggunakan model bisnis lean canvas yang disampaikan oleh

Taufic Hidayat selaku Co-Founder & Chief Executive (CEO) Talangin sebagai

berikut :

“Startup tahap awal cuma butuh satu hal product, market, fit. Yang saya
tawarin bisa diterima orang. Udah selesai gak usah ngomong banyak-
banyak yang saya tawarin bisa diterima orang an itu ada di lean canvas.
Jadi bener-bener itu kayak sisi kiri itu product, sisi kanan market.
Bener-bener cuma ngefit product, market, fit.” (Wawancara dengan
Taufic Hidayat selaku CEO Talangin dilakukan pada tanggal 30
Agustus 2017, pukul 14.00 WIB di Gazebo Fakultas Ilmu Administrasi
Universitas Brawijaya Kota Malang)

Berdasarkan hasil wawancara tersebut menyampaikan keunggulan

menggunakan lean canvas sebagai model bisnis pada startup ialah mampu

dengan mudah di terima oleh khalayak umum sebagai startup baru yang

menawarkan sesuatu yang baru. Selain dari Taufic Hidayat selaku CEO

Talangin, Muhammad Daniel Savariella, S.Pn selaku Co-Founder &Chief

Finance (CFO) Talangin menjelaskan keunggulan menggunakan lean canvas

sebagai berikut :

“Kalo di lean canvas kan gak ada key partner, tapi lean canvas secara
implicit jadi tuh sebenernya mengarah kesana tapi tidak dibahas dulu.
Kenapa di business model canvas (BMC) masih terlalu general ?
Karena pembahasannya masih terlalu melebar, key partner dibahas dulu
padahal itu sebenernya gak perlu dibahas dulu, dan lean canvas ngasih
tahapan yang sederhana, ini yang penting untuk diawal. Kalo BMC ini
penting diawal sampe terakhir. Kaya key partner yang nyambungin
antara kita ke customer itu gimana, sebenernya kan itu gak perlu dulu.
kalo lean canvas ada masalah, solusi, trus uniqe valuenya apa trus kita
bisa nyelesaiin apa dari situ, nah itu yang penting kita punya diawal
untuk bangun startup. Kalo BMC nanti bisa kita pake pas abis nyusun
lean canvas kalo menurutku” (Wawancara dengan Muhammad Daniel
82

S. selaku CFO Talangin pada tanggal 1 September 2017, pukul 16.16


WIB via Telepone Seluler)

Sedangkan penjelasan yang serupa juga dijelaskan pada hasil

wawancara dengan narasumber berikut.

“Kalo dari lean canvas, yang paling aku inget tuh ada key matrix ya,
kalo dari Business Model Canvas (BMC) kita tuh gak paham
pencapaiannya udah sejauh apa, apasih yang harus dicapai atau apa ya
bisnis kita tuh bisa dibilang good tuh apa parameternya gitu sedangkan
di lean canvas itu ada tolak ukuranya ya dari key matrix itu sebagai
tolak ukurnya. Jadi aku liatnya lean canvas better itu dari situ. Karna
kita dalam penentuannya key matrix itu kan gak sembarangan ya, beda
bisnis, beda industri otomatis beda key matrixnya jadi dalam
penentuannya aja ada komponen-komponen yang saling berkaitan.”
(Wawancara dengan Ismail Rabbanii selaku Co-Founder & Chief
Product (CPO) Talangin dilakukan pada tanggal 31 Agustus 2017,
pukul 13.20 WIB di Gazebo Perpustakaan Universitas Brawijaya Kota
Malang)

Berdarkan hasil wawancara di atas menjelaskan beberapa keunggulan

menggunakan lean canvas ialah dapat dengan mudah diterima oleh khalayak

umum untuk startup yang masih baru. Lean canvas merupakan model bisnis

yang sederhana sehingga startup yang menggunakan model bisnis ini dapat

dengan mudah untuk berkembang dan lebih fokus pada tujuan, masalah dan

solusinya. Lean canvas memiliki keunggulan yang dapat mempermudah

startup pada tahap awal karena lean canvas menyederhanakan 9 blok yang ada

di business model canvas. Blok yang terdapat pada lean canvas diantaranya

seperti, blok unique value proposition yang menjelaskan keunikan yang ada

pada startup sehingga menarik perhatian konsumen. Adapun blok key metrix

menjelaskan perkembangan startup atas masalah dan solusi yang sudah dilalui
83

dan pencapaian target tujuan startup, blok problem dan solution memaparkan

masalah yang ada di sekitar dan solusi atas masalah tersebut.

Agar startup berjalan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, maka

dengan itu bisnis model harus memiliki alur yang jelas, Taufic Hidayat

menjelaskan alur dari lean canvas yang berbeda dengan business model canvas

sebagai berikut :

“Sebenarnya pemetaan ini lagi-lagi gak punya hal yang eeee fix, tapi
yang jelas pertama problem, kedua solution, eee sorry, dia tuh
mappingnya gak bisa di patok, jadi kalo liat sumber manapun kaya itu
beda beda, ada yang satunya disini ada yang satunya lagi disini, ada
yang satunya dimana gitu. jadi kayak aku, kalo aku biasanya focus aja
dulu ke eeem apa namanya, problem or ke customer segment, jadi si
customer segmetnya siapa baru ke problem. Jadi gini sama aja kayak di
dunia nyata, aku gak ngomong teori ya, kayak kadang kita nemuin
masalah, kayak misal aku dulu di Talangin, itu kan masalah pribadiku,
dulu hape aku rusak itu kayak aku, sialan banget nih gitu, eeem hape
rusak mau beli harganya mahal sekarang lagi tabungannya belum ada,
kalo nabung lagi lama sedangkan butuh hape cepet gitu. Ini gue harus
gimana sih gitu. Minta sama orang tua gak enak gitu kan. Itu kan kayak
bener-bener masalah dulu kan yang ada, baru aku uji, ini tuh bener-
bener gak sih dirasain juga sama orang-orang, ternyata bener dirasain
juga sama orang-orang banyak gitu, dan aku buat spesifik, bahwa
mahasiswa yang paling ngerasain ini. jadi itu kan keliatan dari masalah
dulu. Ada yang dari customer segment dulu, misal kayak aku bilang aku
mau nyelesain masalah yang ada di Kota Malang, kan customer
segment dulu di regional Malang lalu baru oh ternyata masalah terbesar
di Malang adalah… kan ini dulu, customer segment dulu. Awalnya
orang Malang dulu, baru problem, nah itu bisa optional. Yang ketiga
baru kemudian solusi, dari masalah ini solusi apa yang tepat kita lakuin
untuk dia, disesuaikan dengan dia (siapa orangnya) yang punya masalah
ini. misal, orang dengan kalangan ekonomi atas dengan penghasilan
diatas lima juta per month dan dia butuh duit cepet di satu tahun
kedepan dengan orang ekonomi bawah yang berpenghasilan dibawah
dua juta per month yang sama-sama butuh duit cepet di tahun depan.
Sama-sama butuhnya tapi solusinya beda. Solusi untuk yang kalangan
menegah atas itu tadi adalah wadah investasi yang bisa menghasilkan
duit cepat, karna dia emang udah punya duit, yang kalangan bawah tadi
dia butuh apa? loan (pinjaman). Dia butuh pinjaman untuk dapet duit
cepet, ini yang sering gak dibahas di kampus. Aku ngerasa bertanggung
jawab untuk jelasin ini juga karna aku expert di bisnis model dipercaya
84

sama bapak menteri. Bahwa masalahnya bisa sama tapi solusinya beda
siapa dia yang ngerasain masalah itu. Sama kayak tadi kita, masalahnya
adalah mahasiswa, jadi gak bisa pake kartu kredit disini karna
mahasiswa gak punya dan gak akan pernah punya kartu kredit. Yang
keempat itu, unique value proposition, akhirnya kita dapet deh unique
value proposition, yang bener- bener masalahnya ini, yang dirasain
sama si A ini, gue bener-bener bisa selesain dengan solusi ini, maka
untuk ngedelivervaluenya ini kita sampai pada apa, simple single
clearbuat ngedescribe ke orang, bahwa ini worth to take attention dan
worth to take a buy, so customer tuh pas denger itu, dia willing to pay
(bersedia untuk membayar),jadi itu bahasa marketing yang bakal
digunain tiap ketemu customer. Jadi yang nanya Talangin itu apasih,
Talangin adalah bla bla bla yang dari sana kita ambilnya. Itu kurang
lebih yang pokok dari lean canvas tadi, empat itu, sisanya random gak
papa. Nah yang terakhir yang gak kalah penting itu adalah key matrix,
itu paling penting. Kebanyakan startup tahap awal itu dia gak tau harus
ngelakuin apa, gak tau apa yang lagi terjadi pada startupnya, apa yang
butuh dia lakuin, karna apa? Karna dia gak punya key matrix yang jelas.
Ada dulu temenku dia pernah jadi ketua Lab, nama labnya EI lab, dia
punya startup, udah dua tahun tapi gak pernah berkembang gitu-gitu
aja, cuma ide, ide ide aja, ikut lomba mungkin udah kemana mana, kalo
ditanya gimana startupnya? Lagi research. Kenapa itu terjadi dua tahun
gak jalan-jalan lagi research, karna dia gak punya key matrix yang
jelas. Key matrix salah satunya gini, misal fase research, oke fase
research ini bakalan gue lakuin dalan waktu satu bulan, melibatkan
sekian orang dengan cara begini, research ini bisa berhasil atau gagal
jika apa, berhasil jika 80% dari orang yang gue interview ini
mengatakan apa gagal jika dibawah itu dia mengatakan apa. Ketika di
satu bulan itu dia nyelesain semua part-part tugasnya itu, dia decide
disana, oke gue harus lanjut ke fase berikutnya atau gue mundur lagi
tarik dari awal. Dia gak lakuin itu, itu kenapa dia gak jalan-jalan. Jadi
intinya tiap fase, key matrixnya bakal berubah. Jadi kayak fase
research, fase take transfer, fase produk yang udah diterima dan segala
macem. Jadi key matrix itu fokusnya ke produk, internal, ke dalam tim
itu sendiri. Key matrix adanya di produk, kayak tadi aku bilang kiri itu
produk kanan itu market.” (Wawancara dengan Taufic Hidayat selaku
Co-Founder & Chief Executive (CEO) Talangin dilakukan pada tanggal
30 Agustus 2017, pukul 14.00 WIB di Gazebo Fakultas Ilmu
Administrasi Universitas Brawijaya Kota Malang)

Berkaitan dengan wawancara diatas, alur dari lean canvas tidak

memiliki kekhususan berbeda dengan business model canvas yang alurnya

sudah tertata mulai dari blok pertama customer segment hingga blok 9
85

(Sembilan) yang terakhir cost structure. Namun Talangin dalam menentukan

alur lean canvas yang pertama lebih fokus pada customer segment yang kedua

problem, menentukan kepada siapa Talangin dituju baru setelah itu

menentukan problem yang ada, yang ketiga solution yang tepat untuk masalah

yang sudah di analisa, keempat unique value proposition menjelaskan nilai

unik dari startup, kelima key metrix menentukan apa yang dibutuhkan atas

masalah yang sudah ada dan yang dibutuhkan oleh startup. Adapun penerapan

lean canvas pada startup Talangin dijelaskan oleh Taufic Hidayat selaku Co-

Founder & Chief Executive (CEO) Talangin sebagai berikut :

“Kalo lean canvas itu kan emang udah ngeformat blocknya itu yang
bener-bener dari awal lo pasti punya ini deh, kalo lo gak ada ini, pasti
ada yang sesuatu yang kurang nih dari lo. Jadi penerapannya itu,
penuhin, itu better. tapi ada satu block itu unfer advantange
(keuntungan tersendiri) atau barrier (pembatas) namanya yang gak bisa
diterapin diawal tapi harus dipikirin dari awal. Itu adalah sesuatu di kita
dan gak bisa ditiru orang lain” (Wawancara dengan Taufic Hidayat
selaku CEO Talangin dilakukan pada tanggal 30 Agustus 2017, pukul
14.00 WIB di Gazebo Fakultas Ilmu Administrasi Universitas
Brawijaya Kota Malang)

Berkaitan dengan wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa

penerapan lean canvas pada startup itu harus memiliki konsep yang jelas,

harus memiliki konsep untuk jangkapanjang dan memiliki nilai khusus agar

tidak dapat ditiru oleh startup lainnya. Berikut penjelasan konsep atau alur lean

canvas yang digunakan oleh startup Talangin.


86

a. Masalah (Problem)

Masalah merupakan hal pertama yang harus di analisa oleh startup

Talangin dalam menggunakan lean canvas sebagai model bisnis. Seperti yang

disampaikan oleh Co-Founder & Chief Executive (CEO) Talangin yaitu Taufic

Hidayat sebagai berikut :

“Kayak misal aku dulu di Talangin, itu kan masalah pribadiku, dulu
hape aku rusak itu kayak aku, sialan banget nih gitu, eeem hape rusak
mau beli harganya mahal sekarang lagi tabungannya belum ada, kalo
nabung lagi lama sedangkan butuh hape cepet gitu. Ini gue harus
gimana sih gitu. Minta sama orang tua gak enak gitu kan. Itu kan kayak
bener-bener masalah dulu kan yang ada, baru aku uji, ini tuh bener-
bener gak sih dirasain juga sama orang-orang, ternyata bener dirasain
juga sama orang-orang banyak gitu, dan aku buat spesifik, bahwa
mahasiswa yang paling ngerasain ini. jadi itu kan keliatan dari masalah
dulu. Ada yang dari customer segment dulu, misal kayak aku bilang aku
mau nyelesain masalah yang ada di kota Malang, kan customer segment
dulu di regional Malang lalu baru oh ternyata masalah terbesar di
Malang adalah… kan ini dulu, customer segment dulu. Awalnya orang
Malang dulu, baru problem, nah itu bisa optional.” (Wawancara dengan
Taufic Hidayat selaku CEO Talangin dilakukan pada tanggal 30
Agustus 2017, pukul 14.00 WIB di Gazebo Fakultas Ilmu Administrasi
Universitas Brawijaya Kota Malang)

Berdasarkan wawancara diatas, dapat disimpulkan bahwa Talangin

berkembang dari masalah yang dirasakan CEO Talangin yaitu Taufic.

Permasalahannya ialah Taufic ingin membeli handphone baru dikarenakan

handpone yang dimiliki sudah rusak, namun tidak memiliki dana tabungan

yang cukup dan tidak mau meminta kepada orangtua karena takut membebani.

Melalui permasalahan yang ada Taufic berfikir apakah masalah yang ia rasakan

juga dialami oleh para mahasiswa di Universitas Brawijaya. Ternyata masalah

yang Taufic rasakan juga dirasakan oleh masyarakat lainnya terutama

mahasiswa.
87

b. Solusi (Solution)

Setelah masalah diketahui, hal berikutnya adalah menemukan solusi

atas masalah tersebut. Solusi yang dilakukan oleh Talangin atas masalah yang

dirasakan oleh Co-Founder & Chief Executive (CEO) Talangin sendiri ialah :

“Dari masalah ini solusi apa yang tepat kita lakuin untuk dia,
disesuaikan dengan dia (siapa orangnya) yang punya masalah ini. misal,
orang dengan kalangan ekonomi atas dengan penghasilan diatas lima
juta per month dan dia butuh duit cepet di satu tahun kedepan dengan
orang ekonomi bawah yang berpenghasilan dibawah dua juta per month
yang sama-sama butuh duit cepet di tahun depan. Sama-sama butuhnya
tapi solusinya beda. Solusi untuk yang kalangan menegah atas itu tadi
adalah wadah investasi yang bisa menghasilkan duit cepat, karna dia
emang udah punya duit, yang kalangan bawah tadi dia butuh apa? Loan
(pinjaman). Dia butuh pinjaman untuk dapet duit cepet, ini yang sering
gak dibahas di kampus. Aku ngerasa bertanggung jawab untuk jelasin
ini juga karna aku expert di bisnis model dipercaya sama bapak
menteri. Bahwa masalahnya bisa sama tapi solusinya beda siapa dia
yang ngerasain masalah itu. Sama kayak tadi kita, masalahnya adalah
mahasiswa, jadi ga bisa pake kartu kredit disini karna mahasiswa gak
punya dan gak akan pernah punya kartu kredit.” (Wawancara dengan
Taufic Hidayat selaku CEO Talangin dilakukan pada tanggal 30
Agustus 2017, pukul 14.00 WIB di Gazebo Fakultas Ilmu Administrasi
Universitas Brawijaya Kota Malang)

Berdasarkan wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa solusi atas

masalah yang sudah di analisa ialah dapat dilihat dari masalahnya dan siapa

yang merasakan masalah tersebut. Seperti masalah yang dirasakan oleh CEO

Talangin ialah Taufic Hidayat, masalahnya adalah Taufic ingin membeli

handphone tetapi karena masih mahasiswa yang tidak memiliki tabungan yang

cukup, penghasilan tetap dan kartu kredit untuk membeli suatu barang.

Sehingga dari masalah tersebut Taufic memberi solusi melalui adanya startup
88

Talangin yang dapat membantu mahasiwa untuk membeli suatu barang yang

diinginkan tetapi tidak memiliki dana yang cukup.

c. Proposisi Nilai Unik (Unique Value Proposition)

Setelah masalah dan solusi di analisa oleh startup Talangin, maka


Talangin harus mengetahui proposisi nilai unik atau unique value proposition
yang merupakan keunggulan kompetitif pada startup. Maka dengan itu startup
Talangin harus mengenali dan memiliki suatu hal yang tidak dimiliki oleh
startup lainnya, berikut penjelasan Co-Founder & Chief Executive (CEO)
Talangin terkait proposisi nilai unik :
“Unique value proposition, akhirnya kita dapet deh unique value
proposition, yang bener- bener masalahnya ini, yang dirasain sama si A
ini, gue bener-bener bisa selesain dengan solusi ini, maka untuk
ngedelivervaluenya ini kita sampai pada apa, simple single clear buat
ngedescribe ke orang, bahwa ini worth to take attention dan worth to
take a buy, so customer tuh pas denger itu, dia willing to pay (bersedia
untuk membayar),jadi itu bahasa marketing yang bakal digunain tiap
ketemu customer. Jadi yang nanya Talangin itu apasih, Talangin adalah
bla bla bla yang dari sana kita ambilnya.” (Wawancara dengan Taufic
Hidayat selaku CEO Talangin dilakukan pada tanggal 30 Agustus 2017,
pukul 14.00 WIB di Gazebo Fakultas Ilmu Administrasi Universitas
Brawijaya Kota Malang)

Berdarkan hasil wawancara diatas menjelaskan proposisi nilai unik

Talangin ialah, konsumen dapat memenuhi keinginannya tanpa harus

menunggu dan menabung dengan waktu yang lama untuk mendapatkan barang

yang diinginkan. Melalui Talangin mahasiwa dapat lebih mudah bertransaksi

untuk mendapatkan produk/barang yang diinginkan dengan cara proses

pencicilan pembayaran setiap bulannya. Pembayaran yang dilakukan oleh

konsumen terhadap Talangin tidak mengandung unsur riba atau bunga tiap

bulannya.
89

d. Matrik Kunci (Key Matrix)

Matrik kunci atau key matrix mencakup rangkaian produk atau layanan

yang ingin diberikan startup kepada konsumen. Oleh karena itu penting bahwa

metrik kunci harus diidentifikasi dengan benar, karena jika dilakukan dengan

tidak benar dan tidak sesuai maka dapat menimbulkan suatu masalah bagi

startup. Matrik kunci yang dimiliki oleh Talangin dapat dilihat pada

wawancara berikut oleh Taufic Hidayat selaku Co-Founder & Chief Executive

(CEO) Talangin menjelaskan terkait matrik kunci :

“Key matrix, itu paling penting. Kebanyakan startup tahap awal itu dia
gak tau harus ngelakuin apa, gak tau apa yang lagi terjadi pada
startupnya, apa yang butuh dia lakuin, karna apa? Karna dia gak punya
key matrix yang jelas. Ada dulu temenku dia pernah jadi ketua Lab,
nama Labnya EI Lab, dia punya startup, udah dua tahun tapi gak
pernah berkembang gitu-gitu aja, cuma ide, ide ide aja, ikut lomba
mungkin udah kemana mana, kalo ditanya gimana startupnya? Lagi
research. Kenapa itu terjadi dua tahun gak jalan-jalan lagi research,
karna dia gak punya key matrix yang jelas. Key matrix salah satunya
gini, misal fase research, oke fase research ini bakalan gue lakuin dalan
waktu satu bulan, melibatkan sekian orang dengan cara begini, research
ini bisa berhasil atau gagal jika apa, berhasil jika 80% dari orang yang
gue interview ini mengatakan apa gagal jika dibawah itu dia
mengatakan apa. Ketika di satu bulan itu dia nyelesain semua part-part
tugasnya itu, dia decide disana, oke gue harus lanjut ke fase berikutnya
atau gue mundur lagi tarik dari awal. Dia gak lakuin itu, itu kenapa dia
gak jalan-jalan. Jadi intinya tiap fase, key matrixnya bakal berubah. Jadi
kayak fase research, fase take transfer, fase produk yang udah diterima
dan segala macem. Jadi key matrix itu fokusnya ke produk, internal, ke
dalam tim itu sendiri. Key matrix adanya di produk, kayak tadi aku
bilang kiri itu produk kanan itu market.” (Wawancara dengan Taufic
Hidayat selaku CEO Talangin dilakukan pada tanggal 30 Agustus 2017,
pukul 14.00 WIB di Gazebo Fakultas Ilmu Administrasi Universitas
Brawijaya Kota Malang)

Berdasarkan wawancara diatas, dapat disimpulkan bahwa matrik kunci sangat

berpengaruh terhadap sebuah startup terutama startup Talangin. Matrik kunci


90

juga sangat berpengaruh terhadap produk dan market (pasar). Jika matrik kunci

pada startup bermasalah maka produk dan market (pasar) juga akan

bermasalah.

e. Struktur Biaya (Cost Structure)

Startup Talangin harus mengetahui struktur biaya apa saja yang

dikeluarkan untuk keperluan Talangin, hal ini dijelaskan oleh Taufic Hidayat

selaku Co-Founder & Chief Executive (CEO) Talangin :

“eemm cost structure menggambarkan semua biaya yang dikeluarkan


untuk mengoperasikan bisnis. Eee struktur biaya Talangin diperoleh
dari biaya yang dikeluarkan oleh tim dari Talangin.” (Wawancara
dengan Taufic Hidayat selaku CEO Talangin dilakukan pada tanggal 30
Agustus 2017, pukul 14.00 WIB di Gazebo Fakultas Ilmu Administrasi
Universitas Brawijaya Kota Malang)

Berdasarkan wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa struktur biaya

merupakan biaya yang dikeluarkan oleh startup Talangin untuk keperluan

internal dan proses bisnis Talangin.

f. Arus Pendapatan (Revenue Stream)

Selain harus mengetahui struktur biaya, Talangin harus mengetahui arus

pendapatan pada startup. Berikut penjelasan Co-Founder & Chief Executive

(CEO) Talangin terkait arus pendapatan :

“eee Revenue stream mengambarkan uang tunai yang dihasilkan


perusahaan. Revenue stream hasil dari penggunaan layanan tertentu.
Eee Hasilkan dari penjualan terus-menerus. Revenue stream merupakan
komisi yang didapatkan oleh Talangin.” (Wawancara dengan Taufic
Hidayat selaku CEO Talangin dilakukan pada tanggal 30 Agustus 2017,
pukul 14.00 WIB di Gazebo Fakultas Ilmu Administrasi Universitas
Brawijaya Kota Malang)
91

Berdasarkan hasil wawancara diatas, arus pendapatan startup Talangin

bersumber dari hasil penjualan dan proses bisnis Talangin. Modal awal yang

didapatkan oleh startup Talangin bersumber dari dana pribadi pada masing-

masing Co-Founder.

2. Faktor-faktor yang dipertimbangkan pengelola startup Talangin dalam

penerapan lean canvas

Pada umumnya bisnis startup memiliki model bisnis yang terencana

dengan baik agar startup dapat mencapai tujuan dan bersaing di dunia bisnis.

Dalam hal menentukan model bisnis, startup harus menentukan faktor-faktor

pertimbangan apa saja dalam menggunakan suatu model bisnis. Begitu juga

dengan startup Talangin harus memiliki faktor-faktor pertimbangan dalam

menggunakan lean canvas sebagai model bisnis agar dapat bersaing dengan

baik dengan startup lainnya. Taufic Hidayat selaku Co-Founder & Chief

Executive (CEO) Talangin menjelaskan faktor-faktor pertimbangan Talangin

menggunakan lean canvas :

“Karna kita (Talangin) masih baru, dan kita sadar hal yang mau kita uji
itu product, market, fit, ketika kita udah dapet product, market, fit, udah
enak banget buat narik partner atau apapun itu, itu gampang banget lah.
karna kita fokusnya ke product, market, fit. Itu sih yang jadi landasan
kita.Kita menggunakan lean canvas karena kita masih pada tahap early
stage (tahap awal) fokus daripada lean canvas adalah product market
fit, setelah problem solution fit, product market fit, business model fit.
Nah goal daripada lean canvas adalah untuk mendapatkan product
market fit, jadi kita menggunakan lean canvas bukanbusiness model
canvas. Yang kedua alasan lain kita menggunakan lean canvas adalah
kemudahannya dalam memvalidasi, jadi di lean canvas itu adalah
sebuah proses literasi sampai menemukan product market fit yang
benar-benar jelas.Business plan terlalu banyak bicara, terlalu banyak
teori tapi kemudian gak tervalidasi. Dan kita tu belum sampai tahap
perencanaan yang sedemikian rupa kaya business plan, startup bulan
92

depan akan berubah model bisnisnya. Sedangkan business plan itu bisa
berbulan-bulan. Business swot kita pake, studi kelayakan juga
dilakukan.Bukan berarti menggunakan lean canvas tetapi tidak
menggunakan SWOT dan studi kelayakan.” (Wawancara dengan Taufic
Hidayat selaku CEO Talangin dilakukan pada tanggal 30 Agustus 2017,
pukul 14.00 WIB di Gazebo Fakultas Ilmu Administrasi Universitas
Brawijaya Kota Malang)

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa faktor

pertimbangan Talangin menggunakan lean canvas ialah karena lean canvas

cocok untuk startup yang masih baru. Lean canvas merupakan model bisnis

yang sederhana sehingga dapat dengan mudah di pahami dan dicocokan

dengan tujuan dari startup yang menggunakan. Tim Talangin lainnya yaitu

Muhammad Daniel Savariella, S.Pn juga menjelaskan apa yang faktor-faktor

pertimbangan menggunakan lean canvas sebagai model bisnis, sebagai berikut

“Karna pertama sederhana simple, bisa langsung dieksekusi, kita bisa


langsung terjun, jadi kita cuma tau konsep lean canvas, kita nyari
masalahnya apa, trus kita bikin beberapa opsi solusi, kita coba
tawarkan, kita nyari atau seleksi lagi unique valuenya itu apa, dari situ
kita bisa nemu, apa yang kita butuhin, makanya talangin pake lean
canvas, lebih sederhana. kalo pake Business Model Canvas (BMC)
diawal kita lebih banyak pertimbangan dan kebanyakan orang yang
pake BMC pesimis di awal karna terlalu banyak perencanaan yang sulit
kita rencanakan diawal. Kita masih belum punya bayangan ini produk
kayak gimana, tapi kita udah harus nyusun hal-hal yang seharusnya
belum kita susun diawal jadi bikin kita pesimis diawal, kayak wah
kayaknya ini sulit deh, makanya kita pake lean canvas di awal supaya
cepet kayak Talangin yang cuma 3 bulan udah tes di pasar.”
(Wawancara dengan Muhammad Daniel Savariella, S.Pn selaku Co-
Founder & Chief Finance (CFO) Talangin pada tanggal 1 September
2017, pukul 16.16 WIB via Telepone Seluler)

Sedangkan penjelasan yang serupa juga dijelaskan pada hasil

wawancara dengan narasumber berikut ini.


93

“Kurang lebih sama ya sama taufik, jadi lean canvas itu lebih mudah
dan lebih cocok untuk startup yang sedang berkembang. Karna emang
di early stage sebenernya pada intinya ya kita butuh ini (lean canvas).
Dimana mana juga yang diajarin kalo ga BMC ya lean canvas pada
startup” (Wawancara dengan Ismail Rabbanii selaku Co-Founder &
Chief Product (CPO) Talangin dilakukan pada tanggal 31 Agustus
2017, pukul 13.20 WIB di Gazebo Perpustakaan Universitas Brawijaya
Kota Malang)

Hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa faktor yang menjadi

pertimbangan Talangin menggunakan lean canvas sebagai model bisnis karena

lebih sederhana dibandingkan dengan Business Model Canvas (BMC). BMC

kurang cocok untuk startup yang masih dalam tahap awal dan berkembang.

Selain itu lean canvas juga lebih mudah untuk menetapkan produk,

menentukan pasar dan menarik minat konsumen. Alasan lain Talangin

menggunakan lean canvas adalah kemudahannya dalam memvalidasi. Lean

canvas merupakan sebuah proses literasi sampai menemukan product market

fit yang benar-benar jelas.

3. Kendala dalam penerapan lean canvas pada Startup Talangin

Dalam menggunakan suatu model bisnis pada startup akan ada kendala

atau resiko yang harus dihadapi. Begitu juga dengan startup Talangin yang

menggunakan lean canvas sebagai model bisnisnya. Berikut kendala yang

dirasakan oleh Taufic Hidayat selaku Co-Founder & Chief Executive (CEO)

Talangin dalam penerapan lean canvas pada startup Talangin:

“Sebenernya kendala gak ada sama sekali tapi kalo kendala dalam
bisnis secara keseluruhan pasti banyak. Dan perlu digaris bawahi kalo
kendala penggunaan itu sih tidak akan pernah menjadi masalah kecuali
si yang menggunakannya itu gak bisa atau gak tau apa apa. Udah itu aja
sih.” (Wawancara dengan Taufic Hidayat selaku CEO Talangin
94

dilakukan pada tanggal 30 Agustus 2017, pukul 14.00 WIB di Gazebo


Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Kota Malang)

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa kendala

dalam menggunakan lean canvas terhadap startup Talangin ialah tidak ada.

Namun kendala yang dirasakan oleh startup Talangin lebih kepada bisnis

secara keseluruhan. Jika suatu startup merasakan kendala dalam menggunakan

model bisnis berarti startup yang menggunakan model bisnis tersebut kurang

memahami dan mempelajari dengan benar model bisnisnya. Tim Talangin

lainnya yaitu Muhammad Daniel Savariella, S.Pn juga menjelaskan kendala

dalam menggunakan lean canvas pada startup Talangin sebagai berikut.

“Kalo kita ngerasin, pake lean canvas, itu setelah kita masarin produk
di pasar, baru kita tau masalahnya apa ketika kita udah coba di pasar.
Kita tiap hari nyeles`aiin masalah masalah dan masalah, jadi gimana
cara kita nyelesain masalah. Kekurangan lean canvas adalah kita
kadang terlalu menggampangkan, yang diawal kita udah ngerasa bisa
karna kita ngeliat prosesnya yang kita tau lean canvas kan gampang.
Jadi intinya kalo pake lean canvas kita ngerasa ngegampangin aja.”
(Wawancara dengan Muhammad Daniel Savariella, S.Pn selaku Co-
Founder & Chief Finance (CFO) pada tanggal 1 September 2017, pukul
16.16 WIB via TeleponeSeluler)

Penjelasan yang serupa dengan narasumber yang berbeda juga

mengatakan sebagai berikut.

“Sejauh ini sih aku liat tools bisnis model emang ngebantu, cuma kalo
yang aku liat dari sharing sama temen tuh kayak ada miss konsepsi
yang customer segment tuh dia anggepnya apa, customer relationship
tuh dia anggepnya apa, kalo menurut aku sih harusnya penggunaan
tools bisnis model itu harusnya ngebantu. Kalo misal gak ngebantu
mending gak usah pake. Lebih ke cara sih mungkin ya, kalo lean
canvas sih sejauh ini menurut aku gak ada kendala ya, malah
ngebantu.” (Wawancara dengan Ismail Rabbanii selaku Co-Founder &
Chief Product (CPO) Talangin dilakukan pada tanggal 31 Agustus
2017, pukul 13.20 WIB di Gazebo Perpustakaan Universitas Brawijaya
Kota Malang)
95

Hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa Talangin tidak

merasakan kendala dalam menggunakan lean canvas sebagai model bisnis

pada startupnya. Seharusnya model bisnis yang digunakan pada startup dapat

membantu proses bisnis untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Jika

merasakan kendala atau kesulitan dalam menggunakan suatu model bisnis,

lebih baik tidak menggunakannya atau mempelajari model bisnis yang akan

dipakai dengan lebih baik. Namun pada startup pasti memiliki masalah atau

kendala yang dirasakan, adanya masalah tersebut startup harus mampu mencari

solusinya. Begitu juga dengan startup Talangin harus mampu mencari solusi

atas kendala atau masalah yang dirasakan Talangin, berikut solusi yang

disampaikan oleh Taufic Hidayat selaku Co-Founder & Chief Executive

(CEO) Talangin.

“Kita punya framework buat soving problem, tapi bukan kendala pada
lean canvasnya ya.. jadi bener bener tiap masalah yang kita hadapi kita
punya weekly meeting buat nyelesain masalah yang numpuk di minggu
itu udah harus selesai masalah itu. Jadi bener-bener pertama di define
masalahnya apa, baru kita segmenting problemnya, kayak oh, masalah
ini menyangkut sama hal ini, ketika itu udah di segmenin, baru
kemudian kita inisiate solution. Oke untuk satu masalah ini, masalah A
kita pake solusi A1,A2,A3,sampe A7 baru mana dari solusi ini mana
yang effornya paling kecil impactnya paling gede, kita scoring baru
kemudian kita pake. Kalo semua udah jadi kayak gitu, baru kemudian
kita pake action plan. Dari solusi ini misal, kita mau ngelakuin hal ini
seperti apa, bagaimana, sampai kapan, keberhasilannya seperti apa
dikatakan berhasil dan butuh apa aja. Jika butuh uang di alokasikan
segini butuh berapa, apakah itu worth atau tidak, baru kemudian itu di
scoring sampe dapet hasil. Jadi kita pake framework itu.” (Wawancara
dengan Taufic Hidayat selaku CEO Talangin dilakukan pada tanggal 30
Agustus 2017, pukul 14.00 WIB di Gazebo Fakultas Ilmu Administrasi
Universitas Brawijaya Kota Malang)
96

Sedangkan penjelasan yang serupa juga dijelaskan pada hasil

wawancara dengan narasumber berikut ini.

“Saling bertukar pikiran dari masalah yang ada, cari sumber


masalahnya untuk nyelesain masalahnya” (Wawancara dengan
Muhammad Daniel Savariella, S.Pn selaku Co-Founder & Chief
Finance (CFO) Talangin pada tanggal 1 September 2017, pukul 16.16
WIB via Telepone Seluler)

Hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa solusi atas masalah

atau kendala yang dirasakan secara keseluruhan oleh startup Talangin ialah

adanya framework atas soving problem pada tim Talangin. Jika ada masalah

internal atau eksternal pada startup Talangin maka akan dilakukan diskusi

bersama untuk menyelesaikan masalah. Cara penyelesaian yang dilakukan oleh

Talangin yaitu bertukar pikiran antar tim yang ada dan mengelompokkan

masalah dari yang paling kecil hingga yang paling besar dan permasalahan

tersebut akan dialokasikan sesuai dengan skala permasalahannya.

4. Manfaat yang terdapat dalam penerapan lean canvas pada startup

Talangin

Setiap startup tentunya merasakan manfaat atas model bisnis yang

digunakan. Begitu juga dengan startup Talangin yang menggunakan lean

canvas sebagai model bisnis untuk strategi awal memasuki dunia bisnis

startup. Dapat dilihat dari hasil wawancara berikut terkait manfaat yang

dirasakan startup Talangin dalam menggunakan lean canvas sebagai model

bisnis.

“Kita bisa tau dengan mudah apakah product ini bisa diterima market
atau enggak gitu” (Wawancara dengan Taufic Hidayat selaku CEO
97

Talangin dilakukan pada tanggal 30 Agustus 2017, pukul 14.00 WIB di


Gazebo Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Kota
Malang)

Penjelasan yang serupa juga dijelaskan pada hasil wawancara dengan

narasumber berikut ini.

“Lebih ke proses bisnisnya sih kalo manfaat buat Talangin.”


(Wawancara dengan Muhammad Daniel Savariella, S.Pn selaku Co-
Founder & Chief Finance (CFO) pada tanggal 1 September 2017, pukul
16.16 WIB via Telepone Seluler)

Manfaat lean canvas yang dirasakan oleh startup Talangin ialah dapat dengan

mudah mengetahui produk yang ditawarkan mampu diterima atau tidak oleh

market (pasar) dan kosumen. Manfaat lain dari lean canvas ialah proses bisnis

yang mudah dan sederhana. Dengan adanya manfaat tersebut, maka lean

canvas memiliki pengaruh pada proses bisnis Talangin dalam menghadapi

persaingan bisnis startup.

“Berpengaruh ya menurut aku, karna itu ngebantu banget. Contoh ya,


karna kan di lean canvas ada uniqe value, dan itu harus ada di bisnis
startup, kita punya competitor, orang bikin ada yang sama, tapi gimana
cara kita diferensiasi dari produk yang udah ada buat solveproblemnya
calon customer. Jadi di lean canvas kita tau gimana cara nemuin uniqe
value, gimana cara validasi problemnya ini asumsi atau bukan sih. Jadi
kalo ditanya ngebantu apa enggak, ya ngebantu banget.” (Wawancara
dengan Ismail Rabbanii selaku Co-Founder & Chief Product (CPO)
Talangin dilakukan pada tanggal 31 Agustus 2017, pukul 13.20 WIB di
Gazebo Perpustakaan Universitas Brawijaya Kota Malang)

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa lean

canvas sangat berpengaruh pada startup Talangin dalam menghadapi

persaingan di dunia bisnis startup. Adanya lean canvas, startup dapat

mengetahui dengan mudah cara menemukan unique value yang ada pada
98

startup tersebut. Unique value merupakan unsur yang dapat membedakan

antara startup Talangin dengan startup lainnya, karena unique value

menjelaskan ciri khas dari suatu startup tersebut. Namun beda halnya yang

disampaikan oleh Taufic Hidayat selaku Co-Founder & Chief Executive (CEO)

Talangin sebagai berikut :

“Persaingan bisnis pengaruhya gak terlalu gede ya kalo lean cavasnya,


karna lean canvasnya itu cuma dasar aja. Justru yang jadi kekuatan kita
untuk berkompetisi itu adalah network yang kita punya dan strategi-
strategi di product dan marketing. Jadi itu yang sebenernya buat kita
menang compete, ga ada urusan sama lean canvasnya.” (Wawancara
dengan Taufic Hidayat selaku CEO Talangin dilakukan pada tanggal 30
Agustus 2017, pukul 14.00 WIB di Gazebo Fakultas Ilmu Administrasi
Universitas Brawijaya Kota Malang)

Berdasarkan hasil wawancara diatas, dapat disimpulkan bahwa lean

canvas tidak berpengaruh besar terhadap persaingan startup. Melainkan

jaringan bisnis yang dimiliki, strategi-strategi dalam perencanaan produk dan

pemasaran produk startup tersebut merupakan cara untuk menang dalam

bersaing di dunia bisnis startup.

C. Analisis Data

1. Penerapan lean canvas pada startup Talangin

Lean canvas merupakan adaptasi Business Model Canvas (BMC) oleh

Alexander Osterwalder yang diciptakan Ash Maurya dalam menciptakan

semangat lean (perampingan), startup lean (startup yang cepat, ringkas dan

efektif). Lean canvas menjanjikan rencana bisnis yang dapat ditindaklanjuti

dan focus dalam berwirausaha, model bisnis Alex Osterwalder Generation


99

merupakan hal besar yang menggambarkan berbagai strategi perencanaan dan

pemasaran untuk kesuksesan kompetitif dan bisnis. Namun, lebih banyak ide

muncul dari model ini, di antaranya adalah lean canvas oleh Maurya (2012).

Kanal lean berkonsentrasi pada cara timeline mempengaruhi arus pendapatan

sebuah bisnis. Oleh karena itu sasarannya lebih spesifik dan menggabungkan

bisnis kecil dan besar secara efektif (Canvanizer.com, 2012).

Gambar 8. Lean Canvas


Sumber: www.Cavanizer.com
100

a. Masalah (Problem)

Kotak masalah disertakan karena beberapa bisnis gagal menerapkan

banyak usaha, sumber daya keuangan dan waktu untuk membangun produk

yang salah. Oleh karena itu penting untuk memahami masalahnya terlebih

dahulu (Maurya, 2012). Masalah merupakan hal pertama yang harus di analisa

oleh startup Talangin dalam menggunakan lean canvas sebagai model bisnis.

Talangin bermula dari permasalahan yang di alami oleh CEO (Co-Founder &

Chief Executive) Talangin yang bernama Taufic Hidayat. Permasalahannya

ialah Taufic membutuhkan handphone baru dikarenakan handphone yang

Taufic miliki rusak, ingin membeli baru tetapi harganya mahal dan tidak

memiliki tabungan yang cukup untuk membeli yang baru.

Melalui permasalahan tersebut berkembang pemikiran Taufic, apakah

masalah yangia rasakan juga dirasakan oleh mahasiswa lainnya. Taufic

melakukan survei dan hasilnya mahasiswa juga merasakan permasalahan

tersebut. Sehingga Taufic memiliki ide untuk mendirikan startup bersama tim

dan startup tersebut diberi nama Talangin. Adanya permasalahan tersebut, blok

masalah/problem pada lean canvas yang digunakan oleh Talangin sebagai

model bisnis efektif untuk tahap awal. Sehingga Talangin dapat melanjutkan

blok yang ada pada lean canvas untuk model bisnis agar dapat mencapai tujuan

startup.

b. Solusi (Solution)

Setelah masalah dikenali, hal berikutnya adalah menemukan solusi

untuk menyelesaikan permasalahan. Dengan demikian, kotak solusi dengan


101

konsep MVP (Minimum Viable Product) atau Minimum kelayakan Produk

disertakan. MVP bukanlah produk minimal, melainkan strategi dan proses

yang diarahkan untuk membuat dan menjual produk ke konsumen (Maurya,

2012). Sehingga dari permasalahan yang ada di Talangin Taufic memberi

solusi melalui adanya startup Talangin yang dapat membantu mahasiwa untuk

membeli suatu barang yang diinginkan tetapi tidak memiliki dana yang cukup.

Adanya blok solusi/solution pada lean canvas, efektif untuk menemukan

masalah yang dialami Talangin dengan solusi adanya startup Talangin yang

menawarkan kemudahan kepada mahasiswa yang juga merasakannya.

c. Proposisi Nilai Unik (Unique Value Proposition)

Pada dasarnya merupakan keunggulan kompetitif, sebuah startup harus

mengenali apakah ia memiliki keuntungan yang tidak wajar dibandingkan

orang lain (Maurya 2012). Proposisi nilai unik startup Talangin ialah,

konsumen dapat memenuhi keinginannya tanpa harus menunggu dan

menabung dengan waktu yang lama untuk mendapatkan barang yang

diinginkan. Melalui Talangin mahasiwa dapat lebih mudah bertransaksi untuk

mendapatkan produk/barang yang diinginkan dengan cara proses pencicilan

pembayaran setiap bulannya. Pembayaran yang dilakukan oleh konsumen

terhadap Talangin tidak mengandung unsur riba atau bunga tiap bulannya.

Blok proposisi nilai unik yang dimiliki startup Talangin sudah sesuai dengan

yang ada pada lean canvas.


102

d. Matrik Kunci (Key Matrix)

Bisnis startup dapat lebih fokus pada satu matrik dan

mengembangkannya. Matrik kunci mencakup rangkaian produk atau layanan

yang ingin diberikan. Oleh karena itu penting bahwa matrik yang benar

diidentifikasi karena yang salah dapat menjadi masalah untuk startup (Maurya,

2012).

Blok ini digunakan untuk menentukan produk dan market (pasar) pada

startup dan mengevaluasi startup atas strategi yang sudah direncanakan.

Matrik kunci sangat berpengaruh terhadap sebuah startup terutama startup

Talangin. Matrik kunci juga sangat berpengaruh terhadap produk dan market

(pasar), jika matrik kunci pada startup bermasalah maka produk dan

market(pasar) juga akan bermasalah. Talangin sudah memiliki blok matrik

kunci seperti yang ada pada lean canvas.

e. Struktur Biaya (Cost Structure)

Struktur Biaya menggambarkan semua biaya yang dikeluarkan untuk

mengoperasikan model bisnis. Blok ini menjelaskan biaya terpenting yang

muncul ketika mengoperasikan model bisnis tertentu. Menciptakan dan

memberikan nilai, mempertahankan hubungan dengan pelanggan, dan

menghasilkan pendapatan, menyebabkan timbulnya biaya. Struktur Biaya

memiliki karakteristik sebagai berikut (Osterwalder & Pihneur, 2010) :

1) Biaya Tetap

Biaya-biaya yang tetap sama meskipun volume barang atau jasa yang

dihasilkan berbeda-beda.
103

2) Biaya Variabel

Biaya-biaya yang bervariasi secara proporsional dengan volume barang

atau jasa yang dihasilkan.

Struktur biaya merupakan biaya yang dikeluarkan oleh startup Talangin

untuk keperluan internal dan proses bisnis Talangin. Blok ini digunakan untuk

mengetahui biaya yang dikeluarkan Talangin untuk kepentingan proses bisnis,

internal atau hal lainnya. Talangin merupakan startup yang masih dalam tahap

awal sehingga struktur biaya yang ada pada startup Talangin tidak begitu

banyak. Seperti contohnya, biaya yang dikeluarkan untuk proses bisnis, biaya

yang dikeluarkan untuk tiap divisi, dan lainnya. Namun struktur biaya yang

dimiliki startup Talangin belum sesuai dengan struktur biaya yang dijelaskan

pada lean canvas, karena Talangin belum memiliki biaya tetap dan biaya

variabel yang jelas.

f. Arus pendapatan (Revenue Stream)

Arus Pendapatan mengambarkan uang tunai yang dihasilkan

perusahaan dari masing-masing Segmen Pelanggan (biaya harus mengurangi

pendapatan untuk menghasilkan pemasukan). Model bisnis melibatkan dua

jenis Arus Pendapatan (Osterwalder & Pihneur, 2010) :

1) Pendapatan transaksi yang dihasilkan dari satu kali pembayaran

pelanggan.

2) Pendapatan berulang yang dihasilkan dari pembayaran berkelanjutan

baik untuk memberikan Proposisi Nilai kepada pelanggan maupun

menyediakan dukungan pelanggan pasca pembelian.


104

Arus pendapatan Talangin bersumber dari hasil penjualan dan proses

bisnis Talangin. Modal awal yang didapatkan oleh Talangin bersumber dari

dana pribadi pada masing-masing Co-Founder. Untuk startup yang masih

dalam tahap awal Talangin belum memiliki arus pendapatan yang jelas, dapat

dilihat dari dana yang bersumber dari dana pribadi para Co-Founder. Sehingga

untuk blok arus pendapat startup Talangin belum memenuhi sesuai yang ada

pada lean canvas.

Penerapan dari model bisnis yang digunakan startup Talangin yaitu lean

canvas sebagai strategi untuk memasuki dunia bisnis startup sudah tersusun

rapi. Seperti yang dijelaskan pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh

Ludeke-Freud (2009) dengan judul “Business Model Concepts in Corporate

Sustainability Contexts”, Haclin dan Wallnofer (2012) dengan judul “The

Business Model in the Practice of Strategic Decision Making: Insights from a

Case Study”, Wirtz (2016) dengan judul “Business Models: Origin,

Development and Future Research Perspectives”, Simmons (2013) dengan

judul “Inscribing Value on Business Model Innovations: Insights from

Industrial Projects Commercializing Disruptive Digital Innovations”.

Penelitian-penelitian tersebut menyimpulkan bahwa model bisnis pada suatu

startup merupakan hal terpenting yang harus dimiliki. Adanya model bisnis

pada startup dapat membantu mengidentifikasi strategi startup dalam bersaing

di dunia bisnis. Melalui model bisnis startup akan mudah melakukan inovasi

dan evaluasi terhadap proses bisnis yang dilakukan.


105

2. Faktor-faktor yang dipertimbangkan pengelola startup Talangin dalam

penerapan lean canvas

Model bisnis yang digunakan pada suatu startup merupakan hal umum

yang harus diketahui. Dalam menggunakan model bisnis startup harus

mengetahui faktor-faktor pertimbangan dalam penerapan model bisnis tersebut,

karena model bisnis yang baik dan tepat akan berdampak positif pada startup.

Sebaliknya jika startup tidak melakukan pertimbangan dalam menggunakan

suatu model bisnis akan berdampak negatif pada startup tersebut. Begitu juga

dengan startup Talangin yang menggunakan lean canvas sebagai model

bisnisnya. Talangin memiliki faktor pertimbangan menggunakan lean canvas

yakni karena lean canvas cocok untuk startup yang masih baru.

Lean canvas merupakan model bisnis yang sederhana sehingga dapat

dengan mudah di pahami dan di cocokan dengan tujuan dari startup yang

menggunakannya. Talangin tidak menggunakan Business Model Canvas

(BMC) sebagai model bisnis, karena BMC kurang cocok untuk startup yang

masih dalam tahap awal dan berkembang. Selain itu lean canvas juga lebih

mudah untuk menetapkan produk, menentukan pasar dan menarik minat

konsumen. Selain itu dengan menggunakan lean canvas dapat lebih mudah

menarik rekan bisnis untuk membantu dan bekerjasama.

3. Kendala dalam penerapan lean canvas pada startup Talangin

Kendala merupakan faktor yang dapat menghambat proses bisnis suatu

startup. Dalam menggunakan model bisnis pada startup seharusnya memiliki

kendala internal atau eksternal, karena dengan adanya kendala startup dapat
106

melakukan intropeksi dalam proses bisnisnya. Talangin dalam menggunakan

lean canvas tidak mememiliki kendala. Namun kendala yang dirasakan oleh

startup Talangin lebihkedalam bisnis secara keseluruhan. Jika suatu startup

merasakan kendala dalam menggunakan model bisnis itu berarti startup yang

menggunakan model bisnis tersebut kurang memahami dan mempelajari

dengan benar model bisnisnya.

Seharusnya model bisnis yang digunakan pada startup dapat membantu

proses bisnis untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Namun pada startup

pasti memiliki masalah atau kendala yang dirasakan pada model bisnis atau

bisnis secara keseluruhan. Dengan adanya masalah tersebut startup harus

mampu mencari solusinya, Talangin memiliki solusi atas masalah atau kendala

yang dirasakan secara keseluruhan dengan adanya framework atas soving

problem pada tim Talangin. Jika ada masalah internal atau eksternal pada

Talangin maka akan dilakukan diskusi bersama untuk menyelesaikan masalah.

Cara penyelesaian yang dilakukan oleh Talangin yaitu bertukar pikiran antar

tim yang ada dan mengelompokkan masalah dari yang paling kecil hingga

yang paling besar dan permasalahan tersebut akan dialokasikan sesuai dengan

skala permasalahannya.

Menurut Ries (2011) dalam membangun startup kesulitan dalam

menciptakan teknologi yang memungkinkan startup berjalan sesuai dengan

keinginan. Ries (2011) mengibaratkan dengan video game The Sims, “The

Sims merupakan video game tentang simulasi aktivitas sehari-hari dalam

rumah tangga. Dalam industri video game The Sims, standarnya adalah avatar
107

3D harus bergerak dengan lancar saat mereka berjalan, menghindari rintangan

dijalan mereka, dan menempuh rute cerdas menuju tempat tujuan mereka.

Membangun MVP (Minimum Viable Product) dan belum menyelesaikan tugas

di atas untuk menciptakan teknologi yang memungkinkan avatar berjalan di

lingkungan virtual yang mereka tinggali. Kami mengubah produk sehingga

pelanggan bisa mengeklik kemana mereka ingin avatar mereka pergi, dan

avatar akan langsung melakukan teleportasi, avatar menghilang dan kemudian

muncul kembali sesaat di tempat baru”.

Melalui pengibaratan yang disampaikan Ries, kendala startup tidak

terletak pada lean canvasnya melainkan proses bisnis secara keseluruhan. MVP

menurut Maurya (2012) merupakan konsep pengukuran kelayakan suatu

produk dalam waktu yang singkat untuk mendesain dan mengembangkan atau

mengaplikasikan ide. Kendala yang dirasakan startup Talangin sudah sesuai

dengan teori yang ada.

4. Manfaat yang terdapat dalam penerapan lean canvas pada startup

Talangin

Model bisnis yang digunakan pada suatu startup merupakan hal umum

yang harus diketahui. Dalam menggunakan model bisnis pada startup akan

memiliki manfaat yang dirasakan. Manfaat lean canvas yang dirasakan oleh

startup Talangin ialah dapat dengan mudah mengetahui produk yang

ditawarkan mampu diterima atau tidak oleh market (pasar) dan kosumen.

Manfaat lainnya yang juga di rasakan dari lean canvas yakni proses bisnis yang
108

mudah dan sederhana. Adanya manfaat tersebut, maka lean canvas memiliki

pengaruh pada proses bisnis Talangin dalam menghadapi persaingan bisnis

startup.

Lean canvas pada startup dapat mengetahui dengan mudah cara

menemukan unique value yang ada pada startup tersebut. Unique value

merupakan unsur yang dapat membedakan antara startup Talangin dengan

startup lainnya, karena unique value menjelaskan ciri khas dari suatu startup

tersebut. Selain lean canvas, jaringan bisnis yang dimiliki, strategi-strategi

dalam perencanaan produk dan pemasaran produk startup tersebut merupakan

cara untuk menang dalam bersaing di dunia bisnis startup. Seperti yang

dijelaskan pada penelitian terdahulu Haclin dan Wallnofer (2012) dengah

judul “The Business Model in the Practice of Strategic Decision Making:

Insights from a Case Study” menyatakan bahwa model bisnis merupakan

strategi sebagai bentuk praktek dan untuk mengembangkan implikasi dan

limitasi dari penggunaan strategi bisnis model.

Model bisnis di desain untuk mengembangkan implikasi dan limitasi

dari penggunaan bisnis model sebagai strategi yang cukup baik bagi

perusahaan. Bisnis model memberikan contoh nilai secara struktural untuk

menempatkan bisnis model perusahaan pada saat ini. Sehingga dengan startup

Talangin yang menggunakan lean canvas sebagai model bisnis sudah benar

agar dapat mencapai tujuanyang diinginkan. Seperti yang dijelaskan oleh

Mueller and Thoring (2012) Lean startup bisa diuntungkan dari penggunaan

teknik ideasi, karena diterapkan dalam pemikiran desain untuk


109

mengembangkan variasi konsep. Meskipun lean canvas biasanya dimulai

dengan ide bisnis yang konkret, akan berguna untuk menggunakan metode

ideasional terstruktur untuk mengulangi gagasan dalam proses, khususnya

sebelum pemecahan masalah-solusi tercapai.

Menurut Maurya (2012) manfaat lean canvas dapat dilihat dari Unique

Value Proposition (UVP). Melalui UVP startup mampu memperoleh

pelanggan untuk menggunakan produk. UVP yang baik yang mampu masuk ke

pelanggan dan berfokus pada manfaat yang diperoleh oleh pelanggan yang

menggunakan produk startup tersebut. Begitu juga dengan startup Talangin

yang sudah memiliki UVP berbeda dari startup yang lainnya.


BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan penelitian mengenai

implementasi lean canvas pada startup dalam menghadapi persaingan (studi pada

startup Talangin), terdapat beberapa hal yang disimpulkan yaitu :

1. Penerapan lean canvas pada startup Talangin sebagai model bisnis, dapat

membantu dengan mudah Talangin dalam menentukan strategi kedepan.

Talangin mampu dengan mudah menganalisa masalah yang terjadi disekitar,

menentukan solusi, menentukan keunikan yang dimiliki oleh startup,

menentukan biaya masuk dan keluar. Lean canvas mempermudah untuk

Talangin melakukan inovasi sehingga mampu bersaing di dunia bisnis startup.

2. Kemudahan dan kesederhanaan lean canvas sebagai model bisnis merupakan

faktor startup Talangin menggunakan model bisnis tersebut. Untuk startup

yang masih dalam tahap awal, Talangin akan sulit dan kurang cocok

menggunakan Business Model Canvas (BMC) sebagai model bisnis. Beberapa

blok yang ada pada BMC tidak dapat dilakukan untuk startup tahap awal

berskala kecil. Salah satu contohnya blok key partner, jika Talangin

menggunakan Business Model Canvas (BMC) akan kesulitan dalam halnya key

partner karena harus meminta izin kerjasama dengan e-commerce yang ada di

Indonesia.

110
111

3. Dalam penerapan lean canvas pada startup Talangin tidak ada merasakan

kendala dalam penerapannya, karena model bisnis pada suatu startup

seharusnya mempermudah pada proses bisnis yang dilakukan. Kendala yang

dirasakan Talangin ialah bisnis secara keseluruhan. Penyelesaian atau solusi

yang dilakukan oleh Talangin atas kendala yang dirasakan ialah adanya

framework atas soving problem pada tim Talangin. Jika ada masalah internal

atau eksternal pada Talangin maka akan dilakukan diskusi bersama untuk

menyelesaikan masalah. Cara penyelesaian yang dilakukan oleh Talangin yaitu

bertukar pikiran antar tim yang ada dan mengelompokkan masalah dari yang

paling kecil hingga yang paling besar dan permasalahan tersebut akan

dialokasikan sesuai dengan skala permasalahannya.

4. Menggunakan lean canvas sebagai model bisnis pada startup Talangin, akan

ada manfaat yang dirasakan. Manfaat yang dirasakan Talangin dalam

penerapan lean canvas ialah dapat dengan mudah mengetahui produk yang

ditawarkan mampu diterima atau tidak oleh market (pasar) dan kosumen.

Manfaat lainnya yang juga di rasakan dari lean canvas yakni proses bisnis yang

mudah dan sederhana. Lean canvas berpengaruh pada startup Talangin dalam

menghadapi persaingan di dunia bisnis startup. Adanya lean canvas, startup

dapat mengetahui dengan mudah cara menemukan unique value yang ada pada

startup tersebut.

Unique value merupakan unsur yang dapat membedakan antara startup

Talangin dengan startup lainnya, karena unique value menjelaskan ciri khas

dari suatu startup tersebut. Unique value yang dimiliki Talangin ialah
112

memudahkan mahasiswa terutama mahasiswa Universitas Brawijaya untuk

memiliki barang atau produk yang diinginkan dengan cara talangin barang dari

e-commerce. Selain lean canvas, jaringan bisnis yang dimiliki, strategi-strategi

dalam perencanaan produk dan pemasaran produk startup tersebut merupakan

cara untuk menang dalam bersaing di dunia bisnis startup.

B. SARAN

Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini, maka

peneliti memberikan beberapa saran, yaitu :

1. Perlu dilakukan sosialisasi terhadap lean canvas kepada tim Talangin lainnya.

Pada saat wawancara hanya 1 (satu) narasumber yang mengerti lean canvas

secara keseluruhan. Seharusnya tim yang ada pada Talangin juga harus

menguasai model bisnis yang digunakan yaitu lean canvas. Model bisnis

merupakan salah satu alat ukur keberhasilan suatu startup.

2. Mahasiswa selain merasa kesulitan memiliki barang atau produk yang

diinginkan, mahasiswa juga sering kesulitan dalam pembayaran Uang Kuliah

Tunggal (UKT). Tidak semua mahasiswa yang mampu dengan mudah untuk

membayar UKT, alangkah baiknya Talangin juga mampu menalangin UKT

mahasiswa yang kesulitan dalam ekonomi.

3. Talangin kurang dikenal oleh masyarakat terutama mahasiswa Universitas

Brawijaya, masih banyak mahasiswa yang tidak mengetahui apa itu Talangin.

Baiknya Talangin sering mengikuti event untuk mempromosikan apa itu

Talangin.
113

4. Mahasiswa yang membutuhkan pinjaman cepat dan mudah tidak hanya di

Universitas Brawijaya saja tetapi se-Indonesia. Akan tetapi dalam waktu dekat

mungkin Talangin bisa diperluas lingkupnya untuk Universitas yang ada di

Kota Malang.

5. Bagi pegiat startup yang ada di Universitas Brawijaya, Kota Malang dan

Seluruh Indonesia harus mampu memahami model bisnis yang digunakan dan

memiliki startegi yang baik agar startupnya mampu terus berkembang dan

melakukan inovasi.

6. Diharapkan pemerintah Indonesia memberi dukungan moril dan materil untuk

startup yang masih tahap awal dan berkembang. Melalui startup akan

membantu generasi muda Indonesia untuk berkembang dan memiliki lahan

tenagakerja sendiri.

7. Untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya dapat menjelaskan secara rinci proses

bisnis dan model bisnis yang digunakan.Pengaruh lean canvas terhadap startup

dan kendala yang dirasakan startup pada lean canvas agar pembaca mendapat

gambaran mengenai proses bisnis startup dan model bisnis lean canvaspada

startup.
DAFTAR PUSTAKA

Buku dan Jurnal :

Ramdhan, Hendry E. 2016. Startupreneur: Menjadi Enterpreneur Startup.


Jakarta: Penebar Plus
Osterwalder, Alexander & Yves Pigneur. 2012. Business Model Generation.
Jakarta: Kompas Gramedia
Emzir. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data. Jakarta: Raja
Grafindo.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta
Moleong, Lexy J. 2017. Metode Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi). Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Moleong, Lexy J. 2011. Metode Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi). Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Miles,M.B, Huberman,A.M, dan Saldana,J. 2014. Qualitative Data Analysis, A
Methods Sourcebook Edition 3. USA : Sage Publications.
Suharsimi, Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta
Anoraga, Panji dan Djoko Sudantoko. 2002. Koperasi, Kewirausahaan, dan
Usaha Kecil. Jakarta: Rineka Cipta.
Suryana. 2000. Ekonomi Pembangunan: Problematika dan Pendekatan. Jakarta:
Penerbit Salemba Empat.
Sartika Partomo, Tiktik dan Abd. Rachman Doejoedono. 2002. Ekonomi Skala
Kecil/Menengah dan Koperasi. Jakarta: Ghalia Indonesia.
T.H. Tambunan, Tulus. 2002. Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia: Beberapa
Isu Penting. Jakarta: Salemba Empat.
Fredik Hacklin Maria Wallnofer, 2012, The business model in the practice of
strategic decision making: insights from a case study, Management
Decision, Vol. 50 Iss 2 pp. 166 – 188

114
115

Ludeke-Freund, Florian. 2009. Business Concepts in Corporate Sustainability


Contexs. Centre For Sustainability Management (CSM) e.V.

Wirtz, Bernd W. 2016. Business Models: Origin, Development and Future


Research Perspectives. Long Range Planning 49 (2016) 36 – 54
Simmons, Geoff. 2013. Inscribing Value on Business Model Innovations: Insights
from Industrial Projects Commercializing Disruptive Digital Innovations.
Industrial Marketing Management 42 (2013) 744 – 754.
Mohammad Ali dan Muhammad Asrori. 2014. Metodologi & Aplikasi Riset
Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Purhantara, Wahyu. 2010. Metode Penelitian Kualitatif Untuk Bisnis. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Creswell, John W. 2014. Penelitian Kualitatif & Desain Riset.Alih Bahasa oleh
Ahmad Lintang Lazuardi. Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR.
Maurya, Ash. 2012. Running Lean: Iterate From Plan A to a Plan That Works
(Second Edition). O’Reilly: Sebastopol, California.
Ries, Eric. 2011. The Lean Startup. Crown Business: New York.

Internet :
Canvanizer.com. 2012. Creat a New Lean Canvas. Diakses pada 2 April 2017 dari
https://canvanizer.com/new/lean-canvas
Ash Maurya. 2012. Why Lean Canvas VS Business Model Canvas?. Diakses pada
7 April 2017 dari https://blog.leanstack.com/why-lean-canvas-vs-business-
model-canvas-af62c0f250f0
Kementrian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia. 2014. Pengguna
Internet Indonesia Nomor Enam Dunia. Diakses pada 27 Juli 2017 dari
https://kominfo.go.id/content/detail/4286/pengguna-internet-indonesia-
nomor-enam-dunia/0/sorotan_media
IT-Jurnal.com. 2016. Pengertian Startup. Diakses pada 10 Agustus 2017 dari
https://www.it-jurnal.com/pengertian-startup/
Info Peluang Usaha. 2017. Pengertian Startup dan Contoh Bisnisnya Di
Indonesia. Diakses pada 10 Agustus 2017 dari
116

https://infopeluangusaha.org/pengertian-startup-dan-contoh-bisnisnya-di-
indonesia/
Komisi Informasi Pusat Republik Indonesia. 2013. Undang-Undang No. 8 Tahun
2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Diakses pada 4
September 2017 dari https://www.komisiinformasi.go.id/regulasi/view/uu-
nomor-20-tahun-2008
Innovation Throung Design. 2012. Design Thinking VS. Lean Startup: a
Comparison of Two User-Driven Innovation Strategies. Diakses pada 12
Desember 2017 dari
https://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/40692530/Leading_In
novation_through_Design_Procee20151208-21966-
ccwlds.pdf?AWSAccessKeyId=AKIAIWOWYYGZ2Y53UL3A&Expires
=1513207897&Signature=WOfoeLPgfwWO209ep30HXxUEc8M%3D&r
esponse-content-
disposition=inline%3B%20filename%3DLeading_Innovation_through_De
sign_Procee.pdf#page=181

Introduction to Lean Canvas Transformation Models and Metrics in Software


Testing. 2016. Diakses pada 12 Desember 2017 dari
https://www.researchgate.net/profile/Padmaraj_Nidagundi/publication/303
914640_Introduction_to_Lean_Canvas_Transformation_Models_and_Met
rics_in_Software_Testing/links/575d962608ae414b8e4f4c79/Introduction-
to-Lean-Canvas-Transformation-Models-and-Metrics-in-Software-
Testing.pdf

Anda mungkin juga menyukai