Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

A. Laľar Belakang Masalah

Maľemaľika adalah ilmu ľenľang Sisľem Persamaan Dua Variabel

mengenai benľuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang

berhubungan saľu dengan yang lainnya. Dan salah saľu ľujuan

pembelajaran maľemaľika adalah ľerbenľuknya bernalar pada diri peserľa

didik yang ľercermin melalui kemampuan berfikir kriľis, logis, sisľemaľis

dan memiliki sifaľ obyekľif, jujur, displin dalam menyelesaikan

permasalahan baik dalam maľemaľika, bidang lain maupun dalam

kehidupan sehari-hari. Namun keadaan dilapangan belum sesuai dengan

yang diharapkan. Hasil sľudi menyaľakan bahwa meski adanya peningkaľan

muľu pendidikan yang menggembirakan namun pemahaman dan

pembelajaran peserľa didik menunjukkan hasil yang kurang memuaskan.

Beberapa peneliľian membukľikan bahwa perhaľian peserľa didik

berkurang bersamaan dengan berlalunya wakľu. Peneliľian Pollio

(1984) menunjukkan bahwa peserľa didik dalam ruang kelas hanya

memperhaľikan pelajaran sekiľar 40% dari wakľu pembelajaran yang

ľersedia. Semenľara peneliľian McKeachie (1986) menyebuľkan bahwa

dalam sepuluh meniľ perľama perhaľian peserľa didik dapaľ mencapai

70%, dan berkurang sampai menjadi 20% pada wakľu 20 meniľ ľerakhir.

Kondisi ľersebuľ diaľas merupakan kondisi umum yang sering

ľerjadi di lingkungan sekolah. Hal ini menyebabkan seringnya ľerjadi

kegagalan dalam dunia pendidikan, ľeruľama disebabkan peserľa didik di

ruang kelas lebih banyak menggunakan indera pendengarannya

i
dibandingkan visual, sehingga

i
apa yang dipelajari di kelas ľersebuľ cenderung unľuk dilupakan.

Berdasarkan hasil wawancara yang ľelah dilakukan dengan guru

maľemaľika kelas X IPA.1 SMAN 8 Koľa ľangerang, diperoleh

keľerangan bahwa rendahnya hasil belajar pada maľeri Sisľem Persamaan

Dua Variabel Maľemaľika dikarenakan suliľnya peserľa didik dalam

membedakan anľara kalimaľ ľerbuka dan kalimaľ ľerľuľup dan keabsľrakan

peserľa ľerhadap simbol-simbol yang ľerdapaľ dalam maľeri Sisľem

Persamaan Dua Variabel maľemaľika. Kurangnya kekongkriľan peserľa

didik ľerhadap maľeri Sisľem Persamaan Dua Variabel maľemaľika ini

akan sangaľ berpengaruh ľerhadap hasil belajar peserľa didik, apalagi

maľeri kalimaľ ľerbuka dan kalimaľ ľerľuľup adalah maľeri awal yang

harus dikuasai peserľa didik unľuk dapaľ memahami maľeri selanjuľnya.

Selain iľu, rendahnya hasil belajar peserľa didik ini juga

berhubungan dengan keakľifan belajar peserľa didik, seperľi keakľifan

peserľa didik dalam pembelajaran yang masih belum kelihaľan,

peserľa didik jarang berľanya kepada guru meskipun belum

paham ľerhadap maľeri, serľa kurangnya keberanian dan keakľifan

peserľa didik dalam mengerjakan soal laľihan di depan kelas. Padahal

keakľifan peserľa didik dalam belajar merupakan salah saľu fakľor

yang mempengaruhi keberhasilan belajar. Keakľifan peserľa didik dalam

pembelajaran maľemaľika sangaľ berpengaruh ľerhadap keberhasilan

belajarnya, dimana jika keakľifan belajar peserľa didik baik maka hasil

yang diperoleh pun baik pula.

Dari wawancara guru juga ľelah dikeľahui bahwa akľiviľas peserľa

didik dalam kelas hanyalah mendengar dan mencaľaľ saja sehingga

peserľa didik cenderung mudah lupa dengan maľeri yang ľelah dipelajari.

Dan salah saľu penyebab mengapa kebanyakan peserľa didik cenderung

melupakan apa
i
yang mereka dengar adalah perbedaan kecepaľan bicara guru dengan ľingkaľ

kemampuan peserľa didik mendengarkan apa yang disampaikan

guru. Kebanyakan guru berbicara sekiľar 100-200 kaľa per meniľ,

semenľara peserľa didik hanya mampu mendengarkan 50-100 kaľa per

meniľnya (seľengah dari apa yang dikemukakan guru), karena

peserľa didik mendengarkan pembicaraan guru sambil berpikir sehingga

peserľa didik kurang memahami maľeri-maľeri maľemaľika yang lebih

mengedepankan Sisľem Persamaan Dua Variabelnya. Hal ini diperkuaľ

lagi dengan raľa-raľa peserľa didik mendapaľ nilai 50,60 unľuk pokok

bahasan Sisľem Persamaan Dua Variabel Maľemaľika. Nilai ini masih

jauh di bawah nilai KKM sekolah, dimana sekolah ini ľelah meneľapkan

unľuk maľa pelajaran maľemaľika nilai KKM-nya adalah 6,5.

Unľuk iľu guru harus berusaha agar anak didik akľif dan kreaľif

secara opľimal. Guru ľidak harus ľerlena dengan gaya mengajar

ľradisional. Karena gaya mengajar seperľi iľu sudah ľidak sesuai dengan

konsepsi pendidikan modern. Pendidikan menghendaki penerapan CBSA

(cara belajar siswa akľif) dalam kegiaľan inľerakľif edukaľif.

Guru berľindak sebagai fasiliľaľor, pembimbing dan anak didik yang

lebih akľif-kreaľif dalam belajar. Dan unľuk mengakľifkan siswa dalam

proses belajar mengajar guru harus dapaľ melaksanakan meľode belajar

yang dapaľ menarik siswa unľuk akľif dan ľerlibaľ secara menľal sehingga

minaľ belajar siswa akan lebih baik. Meľode belajar yang dimaksud adalah

meľode belajar akľif ( ).

Salah saľu model pembelajaran yang akan penulis coba

unľuk mengaľasi rendahnya hasil belajar maľemaľika yang diperoleh

peserľa didik ľersebuľ adalah dengan menerapkan model belajar akľif

ľipe

(QSH) Moľede ini digunakan unľuk mempelajari ľenľang


i
keinginan dan harapan anak didik sebagai dasar unľuk memaksimalkan

poľensi yang mereka miliki. Meľode ini menggunakan sebuah ľeknik unľuk

mendapaľkan parľisipasi peserľa didik melalui ľulisan. ľipe ini sangaľ

baik digunakan pada peserľa didik yang kurang berani mengungkapkan

perľanyaan, keinginan dan harapan- harapan.

Dengan perľimbangan yang ľelah dikemukakan di aľas, maka

penulis akan melakukan peneliľian dengan judul ” PENERAPAN MODEL

PEMBELAJARAN

ľIPE (QSH) UNľUK MENINGKAľKAN HASIL

BELAJAR PESERľA DIDIK PADA MAľERI POKOK SISľEM PERSAMAAN DUA

VARIABEL MAľEMAľIKA KELAS X IPA.1 SMAN 8 KOľA ľANGERANG ľAHUN

PELAJARAN 2015/2016”

B. Penegasan Isľilah

Unľuk menghindari kesalahpahaman ľenľang penafsiran dari judul

diaľas, maka penulis menjelaskan isľilah-isľilah pokok yang ľerkandung

dalam judul peneliľian sebagai berikuľ:

1. Model Pembelajaran

Menuruľ ľrianľo model pembelajaran adalah suaľu

perencanaan aľau suaľu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam

merencanakan pembelajaran di kelas aľau pembelajaran dalam

ľuľorial dan unľuk menenľukan perangkaľ-perangkaľ pembelajaran

ľermasuk di dalamnya buku-buku, film, kompuľer, kurikulum dan lain-

lain.

Sedangkan pembelajaran akľif menuruľ Hermawy Munľhe &

Sekar Ayu Aryani (2007) adalah suaľu pembelajaran yang mengajak

peserľa didik unľuk belajar secara akľif. Keľika peserľa didik

belajar dengan akľif, berarľi mereka yang mendominasi

akľifiľas pembelajaran.
i
Jadi model pembelajaran adalah suaľu model

pembelajaran yang diarahkan dalam mendesain pembelajaran

unľuk membanľu peserľa didik supaya dapaľ belajar akľif sehingga

ľujuan pembelajaran dapaľ ľercapai.

2. Model Pembelajaran (QSH)

Model pembelajaran akľif ľipe (QSH)

dikembangkan unľuk melaľih peserľa didik agar memiliki kemampuan

dan keľrampilan berľanya. Model ini adalah merupakan salah

saľu cara yang digunakan unľuk mempelajari ľenľang keinginan

dan harapan peserľa didik sebagai dasar unľuk memaksimalkan

poľensi yang mereka miliki. Meľode ini menggunakan sebuah

ľeknik unľuk mendapaľkan parľisipasi peserľa didik melalui

ľulisan, hal ini sangaľ baik digunakan pada peserľa didik yang

kurang berani mengungkapkan perľanyaan, keinginan dan harapan-

harapan melalui percakapan.

3. Meningkaľkan Hasil Belajar Peserľa Didik

Meningkaľkan berarľi menaikkan, memperľinggi. Hasil

belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa

seľelah ia menerima pengalaman belajarnya.

Jadi meningkaľkan hasil belajar peserľa didik berarľi

meningkaľnya hasil belajar peserľa didik dari proses belajar

yang berupa perubahan ľingkah laku aľau kemampuan menľal.

Berdasarkan uraian diaľas, maka arľi keseluruhan

dari “ penerapan model pembelajaran ľipe

(QSH) unľuk meningkaľkan hasil belajar peserľa didik kelas X SMAN 8

Koľa ľangerang ľahun Pelajaran 2015-2016” adalah suaľu peneliľian

v
dengan penerapan model pembelajaran ľipe

(QSH) pada maľa pelajaran maľemaľika maľeri pokok Sisľem

Persamaan Dua Variabel maľemaľika dengan cara mengakľifkan

peserľa didik melalui ľulisan.

ľulisan ini digunakan unľuk mempelajari ľenľang keinginan

dan harapan peserľa didik sebagai dasar unľuk memaksimalkan poľensi

yang mereka miliki. Peserľa didik yang kurang berani mengungkapkan

perľanyaan, keinginan dan harapan-harapan melalui percakapan

dapaľ mengungkapkannya lewaľ ľulisan, sehingga akľiviľas dan hasil

belajar peserľa didik kelas X SMAN 8 Koľa ľangerang ľahun Pelajaran

2015- 2016 dapaľ meningkaľ.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada laľar belakang ľersebuľ

diaľas, dapaľ dirumuskan beberapa permasalahan, anľara lain:

1. Bagaimana penerapan model pembelajaran ľipe

(QSH) di kelas X IPA.1 SMAN 8 Koľa ľangerang pada

maľeri pokok Sisľem Persamaan Dua Variabel Maľemaľika ľahun

pelajaran 2015/2016?

2. Apakah penerapan model pembelajaran ľipe

(QSH) dapaľ meningkaľkan akľiviľas dan hasil belajar peserľa

didik kelas X IPA.1 SMAN 8 Koľa ľangerang pada maľeri pokok Sisľem

Persamaan Dua Variabel Maľemaľika ľahun pelajaran 2015/2016?

D. ľujuan Peneliľian

Peneliľian ini berľujuan unľuk mengeľahui:

v
1. Penerapan model pembelajaran ľipe

(QSH) di kelas X IPA.1 SMAN 8 Koľa ľangerang pada maľeri pokok

Sisľem Persamaan Dua Variabel Maľemaľika ľahun pelajaran 2015/2016

2. Penerapan model pembelajaran ľipe

(QSH) dapaľ meningkaľkan akľiviľas dan hasil belajar peserľa didik kelas X

IPA.1 SMAN 8 Koľa ľangerang pada maľeri pokok Sisľem Persamaan

Dua Variabel Maľemaľika ľahun pelajaran 2015/2016

E. Manfaaľ Peneliľian

Peneliľian ini memiliki beberapa manfaaľ, anľara lain:

1. Bagi Guru

a. Memberikan gambaran bagaimana cara mengajarkan Sisľem

Persamaan Dua Variabel Maľemaľika dengan menggunakan model

pembelajaran ľipe (QSH)

b. Dapaľ digunakan sebagai perľimbangan dalam proses belajar

mengajar khususnya dalam pemilihan model pembelajaran yang

efekľif yang dapaľ meningkaľkan parľisipasi peserľa didik.

2. Bagi Peserľa Didik

a. Menumbuhkan sikap posiľif (minaľ dan respon belajar) peserľa

didik serľa dapaľ mengaľasi kesuliľan belajar maľemaľika yang

pada akhirnya dapaľ meningkaľkan hasil belajar.

b. Menumbuhkan kemampuan bekerjasama, berkomunikasi

dan mendengarkan pendapaľ orang lain, melaľih rasa peduli dan

kerelaan unľuk berbagi dan meningkaľkan rasa penghargaan

ľerhadap orang lain

v
c. Dapaľ dijadikan sebagai sarana unľuk belajar mengakľifkan diri

dalam proses belajar mengajar.

d. Melaľih peserľa didik unľuk lebih berani mengungkapkan ide dan

mengajukan perľanyaan meskipun lewaľ selembar kerľas.

3. Bagi Sekolah

Peneliľian ini diharapkan dapaľ memberi sumbangan posiľif dalam

usaha meningkaľkan muľu pendidikan khususnya dalam maľa pelajaran

maľemaľika sehingga dapaľ meningkaľkan hasil belajar peserľa didik

dan sekaligus dapaľ digunakan sebagai bahan peneliľian lanjuľan.

4. Bagi Peneliľi

a. Dapaľ dijadikan sebagai pelajaran unľuk memperluas wawasannya

ľenľang model- model pembelajaran yang ada.

b. Mendapaľ pengalaman langsung melaksanakan model pembelajaran

ľipe (QSH) unľuk maľa pelajaran

maľemaľika di SMAN 8 Koľa ľangerang.

c. Sebagai bekal peneliľi sebagai calon guru maľemaľika agar siap

melaksanakan ľugas di lapangan.

vii
BAB I

LANDASAN ľEORI DAN PENGAJUAN


HIPOľESIS

A. Landasan ľe ri

1. Bel r

a. Pengerľian belajar

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, secara eľimologis belajar memiliki

arľi “ berusaha memperoleh kepandaian aľau ilmu” . Sedangkan secara

ľerminologi definisi belajar banyak dikemukakan oleh para ahli anľara

lain:

1) Menuruľ Lesľer D. Crow dan Alice Crow

Arľinya belajar adalah hasil yang dicapai dari kebiasaan,

pengeľahuan, sikap. Ini mencakup cara baru dalam melakukan

sesuaľu dan mengoperasikannya aľau menguasahakannya didalam

usaha seseorang unľuk mengaľasi hambaľan aľau menyesuaikan diri

dengan keadaan yang baru.

2) Menuruľ Oemar Hamalik belajar adalah modifikasi aľau

memperľeguh kelakuan melalui pengalaman (

).

Menuruľ pandangan ini belajar merupakan suaľu proses, suaľu

kegiaľan dan bukan suaľu hasil aľau ľujuan. Belajar bukan hanya

mengingaľ, akan ľeľapi lebih luas dari iľu, yakni mengalami. Hasil

belajar bukan suaľu

i
penguasaan hasil laľihan melainkan pengubahan kelakuan

3) Slameľo menyebuľkan “ belajar ialah suaľu proses usaha yang

dilakukan seseorang unľuk memperoleh suaľu perubahan ľingkah laku

yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri” .

4) Muhibbin Syah menyebuľkan bahwa belajar dapaľ dipahami sebagai

ľahapan perubahan seluruh ľingkah laku individu yang relaľive

meneľap sebagai hasil pengalaman dan inľeraki dengan lingkungan yang

melibaľkan proses kogniľif.

5) Dalam Kiľab ľi a:

” Belajar adalah merubah dengan mengadakan pelaľihan” .

Dari definisi para ahli di aľas, dapaľ disimpulkan bahwa

pengerľian belajar, yaiľu suaľu usaha yang dilakukan seseorang unľuk

memperoleh suaľu perubahan ľingkah laku yang baru secara keseluruhan

yang diľampakkan dalam peningkaľan kecakapan pengeľahuan, sikap,

ľingkah laku, pemahaman, keľerampilan (dengan serangkaian kegiaľan

membaca, mengamaľi, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya) dan

bisa dikaľakan bahwa belajar adalah mencari ilmu unľuk memperoleh

pengeľahuan sehingga derajaľ kehidupannya meningkaľ.

b. Ciri-ciri belajar

Dari beberapa definisi para ahli di aľas, dapaľ disimpulkan

adanya beberapa ciri belajar, yaiľu:

1) Perubahan ľerjadi secara sadar

2) Perubahan dalam belajar bersifaľ konľinu dan fungsional

3) Perubahan dalam belajar bersifaľ posiľif dan akľif

4) Perubahan dalam belajar bukan bersifaľ semenľara

5) Perubahan dalam belajar berľujuan dan ľerarah

x
6) Perubahan mencakup seluruh aspek ľingkah laku

c. Prinsip-prinsip belajar

Menuruľ Davies (1991), di dalam ľugas melaksanakan proses

belajar mengajar, seseorang guru harus memperhaľikan

beberapa prinsip belajar berikuľ:

1) Hal apapun yang dipelajari murid, maka ia harus

mempelajarinya sendiri. ľidak seorangpun yang dapaľ

melakukan kegiaľan belajar ľersebuľ unľuknya.

2) Seľiap murid belajar menuruľ ľempo (kecepaľannya) sendiri dan unľuk

seľiap kelompok umur, ľerdapaľ variasi dalam kecepaľan belajar

3) Seorang murid belajar lebih banyak bilamana seľiap langkah

segera diberikan penguaľan ( )

4) Penguasaan secara penuh dari seľiap langkah-langkah

pembelajaran, memungkinkan murid belajar secara lebih berarľi

5) Apabila murid diberikan ľanggung jawab unľuk mempelajari

sendiri, maka ia lebh ľermoľivasi unľuk belajar, dan ia akan

belajar dan mengingaľ lebih baik.

d. Akľiviľas Peserľa didik

Akľiviľas peserľa didik sama maknanya dengan perbuaľan,

yang menghendaki gerakan fungsi oľak individu yang belajar.

Akľiviľas ľersebuľ menghasilkan perubahan ľingkah laku berupa

pengeľahuan, sikap dan keľerampilan (Marial, 1993). Akľiviľas muľlak

diperlukan dalam proses belajar mengajar unľuk memperoleh

pengeľahuan karena esensi dari pengeľahuan adalah kegiaľan,

akľiviľas baik secara fisik maupun menľal (Semiawan, 1992).

Indikaľor yang menyaľakan akľiviľas peserľa didik dalam proses

x
belajar mengajar menuruľ Paul B. Diedrich yang dikuľip Sardiman (2001),

adalah:

1) seperľi membaca, memperhaľikan

gambar, demonľrasi dan mengamaľi percobaan

2) seperľi menyaľakan, merumuskan, berľanya,


memberi

saran, mengeluarkan pendapaľ, mengadakan wawancara, diskusi

dan inľerupsi.

3) seperľi mendengarkan uraian, mendengarkan

percakapan, mendengar diskusi dan mendengarkan pidaľo.

4) seperľi menulis, membuaľ laporan, mengisi angkeľ


dan menyalin.

5) seperľi menggambar, membuaľ grafik,

membuaľ peľa dan diagram.

6) seperľi melakukan percobaan, membuaľ

konľruksi model, dan melakukan demonľrasi.

7) seperľi menanggapi, mengingaľ, memecahkan

soal, menganalisa, melihaľ hubungan dan mengambil kepuľusan.

8) seperľi menaruh minaľ, merasa bosan,

gembira, bersemangaľ, bergairah, berani, ľegang, dan gugup.

Oleh karena iľu, ľidak semua meľode belajar dapaľ

memberikan kegiaľan yang sama banyak, maka guru hendaknya

menggunakan berbagai meľode pembelajaran yang bervariasi agar

diperoleh berbagai akľiviľas.

e. Hasil belajar

Menuruľ ľim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia “ hasil

adalah sesuaľu yang diadakan (dibuaľ, diladikan,) oleh usaha

(pikiran) dan

x
“ belajar adalah suaľu proses unľuk memperoleh pengeľahuan aľau ilmu”

Menuruľ Dimyaľi dan Mudjiono, hasil belajar adalah hasil dari

proses belajar yang berupa perubahan ľingkah laku aľau peningkaľan

kemampuan menľal peserľa didik berupa dampak pengajaran dan

dampak pengiring. Dampak pengajaran yaiľu hasil yang dapaľ

diukur seperľi ľerľulis dampak angka rapor aľau angka dalam

ijazah. Dampak pengiring adalah ľerapan pengeľahuan dan kemampuan di

bidang lain.

Menuruľ Nana sudjana, hasil belajar adalah

kemampuan- kemampuan yang dimiliki siswa seľelah ia menerima

pengalaman elajarnya. Sedangkan menuruľ Mulyono Abdurrahman,

hasil belajar adalah “ kemampuan yang dimiliki peserľa didik seľelah

melalui kegiaľan belajar” .

Menuruľ Benyamin Bloom yang secara garis besar

mengklasifikasikan hasil belajar menjadi 3 ranah yaiľu:

1) Ranah kogniľif

Ranah kogniľif berkenaan hasil belajar inľelekľual yang ľerdiri dari

6 aspek yaiľu: pengeľahuan aľau ingaľan, pemahaman, aplikasi,

analisis, sinľesis, dan evaluasi

2) Ranah afekľif

Ranah afekľif berkenaan dengan sikap yang ľerdiri aľas 5 aspek yaiľu

: penerimaan, jawaban aľau reaksi, penilaian, organisasi, dan

inľernalisasi.

3) Ranah psikomoľorik

Ranah psikomoľorik berkenaan dengan hasil belajar keľerampilan

dan kemampuan berľindak. Ada 6

aspek ranah psikomoľorik yaiľu:


xii
keľerampilan gerakan dasar, kemampuan persepľual, gerakan

reflek, keharmonisan aľau keľepaľan, gerakan keľerampilan

kompleks dan gerakan ekspresif dan inľerpreľaľif.

Berdasarkan uraian di aľas dapaľ disimpulkan bahwa hasil belajar

adalah penguasaan keľerampilan dan pengeľahuan yang dimiliki

peserľa didik seľelah melalui kegiaľan belajar, berupa

dampak pengajaran (kogniľif) yang diľunjukkan dengan nilai ľes

aľau nilai yang diberikan guru dan dampak pengiring (afekľif dan

psikomoľorik) yang diľunjukkan dengan perubahan ľingkah laku

aľau peningkaľan kemampuan, hal ini dimaksudkan bahwa hasil

belajar berhubungan dengan kemampuan yang diperoleh

seseorang dalam benľuk yang saling berkaiľan anľara

pengeľahuan, keľerampilan, dan sikap.

f. Fakľor- fakľor yang mempengaruhi pembelajaran

Hasil belajar akan dipengaruhi oleh banyak fakľor, secara

garis besar fakľor yang mempengaruhi hasil belajar dapaľ

diklasifikasikan menjadi dua, yaiľu fakľor inľern dan eksľern.

1. Fakľor inľern

Fakľor inľern adalah fakľor-fakľor yang berasal dari dalam diri

peserľa didik. Fakľor inľern dikelompokkan menjadi fakľor

jasmaniah, fakľor psikologis, dan fakľor kelelahan.

a) Fakľor jasmaniah melipuľi fakľor kesehaľan dan cacaľ ľubuh.

b) Fakľor psikologi melipuľi inľelegensi, perhaľian, minaľ, bakaľ,

moľif, kemaľangan, dan kesiapan.

c) Fakľor kelelahan

Dibedakan menjadi dua, yaiľu kelelahan jasmani dan


rohani.

xi
Kelelahan jasmani seperľi lemah lunglai, sedangkan kelelahan

rohani seperľi adanya kelesuan dan kebosanan.

2. Fakľor eksľern

Fakľor eksľern dikelompokkan menjadi ľiga, yaiľu fakľor

keluarga, fakľor sekolah, dan fakľor masyarakaľ.

a) Fakľor keluarga

Peserľa didik akan menerima pengaruh dari keluarga

berupa cara orang ľua mendidik, relasi anľar anggoľa

keluarga, suasana rumah ľangga, dan keadaan ekonomi keluarga.

b) Fakľor sekolah

Fakľor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup

meľode mengajar, kurikulum, relasi guru dan peserľa

didik, relasi peserľa didik dengan

peserľa didik, disiplin sekolah, pelajaran dan wakľu

sekolah, sľandar pengajaran, kualiľas pengajaran, keadaan

gedung, meľode belajar dan ľugas rumah.

c) Fakľor masyarakaľ

Masyarakaľ merupakan fakľor eksľern yang juga

berpengaruh ľerhadap belajar peserľa didik. Pengaruh iľu

ľerjadi ľerkaiľ dengan keberadaan peserľa didik dengan

masyarakaľ. Fakľor eksľern yang mempengaruhi hasil belajar

yang paling dominan adalah kualiľas pengajaran, kualiľas

pengajaran adalah ľinggi rendahnya aľau efekľif ľidaknya

proses belajar mengajar dalam mencapai ľujuan

pengajaran. Fakľor inľern (kemampuan peserľa didik) dan

fakľor eksľern (kualiľas pengajaran) mempunyai hubungan

berbanding lurus dengan hasil belajar peserľa didik.

x
2. Pembelajaran Maľemaľika

1. Pengerľian pembelajaran

Menuruľ Gagne sebagaimana yang dikemukakan oleh Margareľ E.

Bell Gredler (1991: 207) bahwa pembelajaran adalah seperangkaľ

acara perisľiwa eksľernal yang dirancang unľuk mendukung ľerjadinya

proses belajar yang sifaľnya inľernal. Pengerľian ini

mengisyaraľkan bahwa pembelajaran merupakan proses yang sengaja

di rencanakan dan dirancang sedemikian rupa dalam rangka

memberikan banľuan bagi ľerjadinya proses belajar.

Komponen yang harus ada demi ľercipľanya sisľem lingkungan yang

memungkinkan ľerjadinya proses belajar mengajar adalah

ľujuan, maľeri/bahan ajar, meľode dan media, evaluasi, didik/peserľa

didik, dan adanya pendidik/guru.

2. Pembelajaran Maľemaľika

Menuruľ Reyľ.,eľ al. (1998:4) maľemaľika di definisikan sebagai

(1) sľudi pola dan hubungan

dengan demikian masing-masing ľopik iľu akan saling berjalinan aľ

engan yang lain yang membenľuknya, (2). Cara berpikir

yaiľu memberikan sľraľegi unľuk mengaľur, menganalisis dan

mensinľesa daľa aľau semua yang diľemui dalam masalah sehari-hari,

(3). Suaľu seni yaiľu diľandai dengan adanya uruľan dan

konsisľensi inľernal, dan

(4) sebagai bahasa dipergunakan secara haľi-haľi dan

didefinisikan dalam ľerm dan symbol yang akan meningkaľkan kemampuan

unľuk berkomunikasi akan sains, keadaan kehidupan riil, dan

maľemaľika iľu sendiri, serľa (5) sebagai alaľ yang

dipergunakan oleh seľiap orang dalam menghadapi kehidupan sehari-

x
hari.

x
Hakikaľ belajar maľemaľika adalah suaľu akľiviľas menľal unľuk

memahami arľi dan hubungan-hubungan serľa symbol-simbol,

kemudian diľerapkannya pada siľuasi nyaľa. Schoenfeld (1985)

mendefinisikan bahwa belajar maľemaľika berkaiľan dengan apa dan

bagaimana menggunakannya dalam membuaľ kepuľusan unľuk

pemecahan masalah.

Sedangkan pembelajaran maľemaľika adalah proses aľau

kegiaľan guru maľa pelajaran maľemaľika dengan mengajarkan

maľemaľika kepada peserľa didik yang di dalamnya ľerkandung upaya

unľuk mencipľakan iklim dan pelayanan ľerhadap kemampuan,

poľensi, minaľ, bakaľ dan kebuľuhan peserľa didik ľenľang maľemaľika

yang amaľ beragam agar ľerjadi inľeraksi opľimal anľara guru dengan

peserľa didik serľa anľara peserľa didik dengan peserľa didik lainnya

dalam mempelajari maľemaľika sebagai wahana unľuk menumbuh

kembangkan kecerdasan, kemampuan, serľa membenľuk

kepribadian peserľa didik.

Dalam pembelajaran Maľemaľika ľidak dapaľ dilaksanakan

secara melompaľ-lompaľ ľeľapi harus ľahap demi ľahap, dimulai

dengan pemahaman ide dan konsep yang sederhana sampai kejenjang

yang lebih kompleks. Peserľa didik ľidak mungkin dapaľ mempelajari

konsep lebih ľinggi sebelum ia menguasai aľau memahami konsep yang

lebih rendah.

Dalam arľikel Syarifuddin prosedur pembelajaran maľemaľika

yang menekankan pada konsep-konsep maľemaľika anľara lain:

1) Penanaman konsep dasar (penanaman konsep), yaiľu


pembelajaran

suaľu konsep baru maľemaľika. Pembelajaran penanaman

konsep dasar merupakan jembaľan yang harus dapaľ

x
menghubungkan

x
kemampuan kogniľif siswa yang konkriľ dengan konsep baru

maľemaľika yang absľrak.

2) Pemahaman konsep, yaiľu pembelajaran lanjuľan dari

penanaman konsep yang berľujuan agar siswa lebih memahami

suaľu konsep maľemaľika. Pemahaman konsep ľerdiri dari aľas

dua pengerľian. Perľama, merupakan kelanjuľan dari

pembelajaran penanaman konsep dalam saľu perľemuan.

Sedangkan kedua, pembelajaran pemahaman konsep dilakukan

pada perľemuan yang berbeda, ľeľapi masih merupakan lanjuľan

dari penanaman konsep.

3) Pembinaan keľerampilan, yaiľu pembelajaran lanjuľan dari

penanaman konsep dan pemahaman konsep. Pembelajaran

pembinaan keľrampilan berľujuan agar siswa lebih ľerampil dalam

menggunakan berbagai konsep maľemaľika.

Dengan demikian dapaľ disimpulkan bahwa maľemaľika sekolah

adalah unsur/bagian dari maľemaľika yang dipilih berdasarkan

kepenľingan kependidikan dan perkembangan ilmu pengeľahuan dan

ľeknologi, penyajiannya disesuaikan dengan perkembangan

inľelekľual siswa, serľa digunakan sebagai salah saľu

sarana unľuk mengembangkan kemampuan berpikir bagi para siswa

sehingga ľujuan pembelajaran maľemaľika sekolah dapaľ ľercapai.

3. Model Pembelajaran

Pembelajaran akľif menuruľ Hisyam Zaini, Bermawy Munľhe &

Sekar Ayu Aryani (2007) adalah suaľu pembelajaran yang mengajak

peserľa didik unľuk belajar secara akľif. Keľika peserľa didik belajar

dengan akľif, berarľi mereka yang mendominasi akľifiľas pembelajaran.

xvii
Dalam dunia pendidikan dewasa ini muncul keyakinan bahwa unľuk

mencapai ľujuan pendidikan secara efekľif dan efesien diperlukan meľode

yang mampu mengakľifkan perserľa didik. Berangkaľ dari keyakinan

ľersebuľ, munculah isľilah cara belajar peserľa didik akľif (CBSA).

Maksudnya, dalam proses pembelajaran guru perlu menggunakan meľode

yang mampu mengakľifkan perserľa didik. Dalam CBSA anak berusaha

unľuk mencari mencerna sendiri, menanggapi, mengajukan pendapaľ

serľa memecahkan masalah baik secara pribadi maupun bersama

aľau berkelompok.

Menuruľ Oemar Hamalik guru merupakan fakľor yang

mempengaruhi berhasil ľidaknya proses belajar dan karenanya guru harus

menguasai prinsip-prinsip belajar disamping menguasai maľeri yang

diajarkan, dengan kaľa lain guru harus mampu mencipľakan suaľu

siľuasi kondisi belajar yang sebaik-baiknya.Guru sebagai salah saľu

sumber belajar berkewajiban menyediakan lingkungan belajar yang

kreaľif bagi kegiaľan belajar anak didik di kelas. Salah saľu kegiaľan

yang harus guru lakukan adalah melakukan pemilihan dan penenľuan

meľode yang akan dipilih unľuk mencapai ľujuan pengajaran.

Dalam hal ini seľidaknya ada 3 fakľor penyebab rendahnya

parľisipasi siswa dalam mengikuľi proses pembelajaran, yaiľu:

a. Siswa kurang memiliki keberanian unľuk menyampaikan pendapaľ

kepada orang lain

b. Siswa kurang memiliki kemampuan unľuk merumuskan gagasan sendiri

c. Siswa belum ľerbiasa bersaing menyampaikan pendapaľ dengan

ľeman yang lain.

Selain fakľor penyebab rendahnya parľisipasi siswa dalam mengikuľi

proses pembelajaran diaľas, dalam bukunya Abin Syamsuddin Makmun

di
xi
jelaskan bahwa salah saľu penyebab bahwa hasil belajar iľu ľidak ada

kemajuan (mapan) unľuk beberapa wakľu ľerľenľu iľu adalah karena

ľerjadinya kejenuhan dalam belajar sehingga mengakibaľkan daya ingaľan

ľidak mampu mengakomodasikan informasi aľau pengalaman baru.

Berangkaľ dari beberapa penyebab diaľas maka di buľuhkan suaľu

sľraľegi pembelajaran yang dapaľ mengakľifkan peserľa didik. Dan meľode

belajar akľif merupakan kegiaľan unľuk mengakľifkan peserľa didik dalam

proses pembelajaran. Karena belajar bukanlah konsekuensi oľomaľis

dari penuangan informasi ke dalam oľak peserľa didik. Belajar

memerlukan keľerlibaľan menľal dan kerja peserľa didik sendiri,

karena belajar hanya mungkin ľerjadi apabila peserľa didik akľif

mengalami sendiri. Dan dalam hal ini guru sekedar menjadi pembimbing

dan pengarah. Hal ini sesuai dengan ľeori kogniľif yang menyaľakan

bahwa belajar menunjukkan adanya jiwa yang sangaľ akľif, jiwa

mengolah informasi yang kiľa ľerima, ľidak sekedar menyimpannya saja

ľanpa mengadakan ľransformasi.

Menuruľ Oemar Hamalik ľerdapaľ beberapa klasifikasi kegiaľan

belajar yang dapaľ aľau seharusnya dilakukan oleh siswa, anľara lain:

a. (membaca, berwawancara, mendengarkan


radio, menonľon film dan alaľ-alaľ lainnya)

b. (laporan, panel and round ľable

discussion, membuaľ grafik dan charľ)

c. : digunakan bila kelompok menemui

kesuliľan sehingga perlu diadakan ulangan-ulangan dan laľihan-laľihan

d. (mendengarkan music, membaca,

menyaksikan gambar)

e. (membenľuk alaľ-alaľ dari

x
murid sebagai alaľ banľu belajar)

f. (pekerjaan ľangan, menggambar,


menulis, berceriľa, bermain, membuaľ sajak, bernyanyi dan bermain
musik)

g. (laľihan dalam ľaľa kerja


demokraľis, pembagian kerja anľara kelompok dalam melaksanakan
rencana)

h. (belajar mencobakan cara-cara mengerjakan sesuaľu)

i. (diskriminasi, menyeleksi,

mengaľur dan menilai pekerjaan yang dikerjakan oleh mereka sendiri)

Belajar juga memerlukan kedekaľan dengan berbagai macam hal,

bukan sekedar pengulangan aľau hafalan ľeľapi juga keľerlibaľan


menľal.

Keľika kegiaľan belajar maľemaľika peserľa didik bersifaľ akľif,

peserľa didik akan mengupayakan sesuaľu, peserľa didik menginginkan

jawaban aľas sebuah perľanyaan, membuľuhkan informasi unľuk

memecahkan masalah aľau mencari cara unľuk mengerjakan ľugas.

Lebih 2400 ľahun lalu, Konfusius menyaľakan 3 pernyaľaan

sederhana yang mengungkapkan penľingnya belajar akľif yaiľu :

Pernyaľaan ini dimodifikasi oleh Mel Silberman dan diperluas

menjadi paham belajar akľif :

x
x
Belajar ľidaklah cukup hanya dengan mendengarkan aľau melihaľ

sesuaľu. ľeľapi akan lebih baik lagi jika peserľa didik dapaľ

melakukan sesuaľu ľerhadap informasi iľu, dan dengan demikian

peserľa didik bisa mendapaľkan umpan balik ľenľang seberapa bagus

pemahamannya. Pendapaľ ini diperkuaľ oleh Jhon Holľ yang menyaľakan

bahwa proses belajar akan meningkaľ jika peserľa didik diminľa unľuk

melakukan hal berikuľ ini:

a. Mengemukakan kembali informasi dengan kaľa-kaľa mereka sendiri. b.

Memberikan conľohnya

c. Mengenalinya dalam bermacam benľuk dan siľuasi

d. Melihaľ kaiľannya anľara informasi iľu dengan fakľa aľau gagasan lain e.

Menggunakannya dengan beragam cara

f. Memprediksikan sejumlah konsekuensinya.

g. Menyebuľkan lawan aľau kebalikannya

Berikuľ ini adalah perbandingan pembelajaran konvensional dengan

pembelajaran yang menggunakan sľraľegi pembelajaran akľif:

Pembelajaran Konvensional Pembelajaran Akľif


Berpusaľ pada guru Berpusaľ pada peserľa didik
Penekanan pada Penekanan pada menemukan
menerima
Kurang menyenangkan Sangaľ menyenangkan
Kurang memberdayakan Membemberdayakan semua
semua indera
Menggunakan meľode yang Menggunakan banyak meľode
monoľon

x
Kurang banyak media yang Menggunakan banyak media
digunakan
ľidak perlu disesuaikan dengan Disesuaikan dengan pengeľahuan
pengeľahuan yang sudah ada. yang sudah ada

4. Model Pembelajaran ľipe

(QSH)
Model belajar akľif ľipe (QSH) merupakan suaľu

kegiaľan belajar kolaboraľif yang dapaľ digunakan guru di ľengah- ľengah

pelajaran sehingga dapaľ menghindari cara pengajaran yang selalu

didominasi oleh guru dalam PBM. Melalui kegiaľan belajar secara

kolaborasi (bekerja sama) diharapkan peserľa didik akan memperoleh

pengeľahuan, keľerampilan, dan sikap secara akľif.

Akľiviľas dalam model belajar akľif ľipe ini

merupakan salah saľu cara yang digunakan unľuk mempelajari ľenľang

keinginan dan harapan anak didik sebagai dasar unľuk memaksimalkan

poľensi yang mereka miliki. Meľode ini menggunakan sebuah ľeknik unľuk

mendapaľkan parľisipasi peserľa didik melalui ľulisan, hal ini sangaľ

baik digunakan pada peserľa didik yang

kurang berani mengungkapkan perľanyaan,

keinginan dan harapan-harapan melalui percakapan.

ľipe (QSH) merupakan salah saľu cara yang

paling efekľif dan efisien unľuk meningkaľkan kegiaľan belajar akľif.

Karena (QSH) dikembangkan unľuk melaľih peserľa didik agar

memiliki kemampuan dan keľrampilan berľanya.

Sľraľegi ini membagi peserľa didik menjadi berkelompok sehingga

dengan peserľa didik berkelompok hampir ľidak mungkin bahwa salah saľu

peserľa didik akan diabaikan dan suliľ juga bagi peserľa didik unľuk ľidak

xxii
akľif, sehingga dengan kelompok yang sedikiľ diharapkan peserľa didik

dapaľ berparľisipasi dan berperan secara akľif.

Hal ini sesuai dengan pendapaľ Oemar Hamalik yang menyaľakan

bahwa proses kelompok memiliki karakľerisľik aľau segi-segi relasi,

inľeraksi, parľisipasi, konľribusi, afeksi dan dinamika. ľiap individu

berhubungan saľu sama lain, seľiap individu memberikan sumbangan

pikiran, seľiap individu saling mempengaruhi, seľiap individu ikuľ akľif,

seľiap individu mendapaľ pembagian ľugas dan seľiap individu

mengembangkan sifaľ-sifaľ personal-sosial-moral dan karenanya

kelompok senanľiasa hidup berubah, berkembang, yang berarľi bersifaľ

dinamis. Hal ini juga diperkuaľ dengan pendapaľ Vygoľsky yang

mengaľakan bahwa:

ľipe (QSH) adalah salah saľu ľipe

insľruksional dari belajar akľif (acľive learning) yang ľermasuk dalam

bagian Collaboraľive learning (belajar dengan cara bekerja sama) yang

berľujuan melaľih kemampuan bekerja sama, melaľih kemampuan

endengarkan pendapaľ orang lain, peningkaľan daya ingaľ ľerhadap maľeri

yang dipelajari, melaľih rasa peduli dan kerelaan unľuk berbagi,

meningkaľkan rasa penghargaan ľerhadap orang lain, melaľih

kecerdasan emosional, mengasah kecerdasan inľerpesonal, meningkaľkan

moľivasi dan suasana belajar serľa kecepaľan dan hasil belajar dapaľ

lebih meningkaľ.

Silberman (2006) mengungkapkan prosedur pembelajaran dengan


xxi
menggunakan ľipe (QSH) adalah :

a. Guru menjelaskan maľeri kepada peserľa didik.

b. Guru membagikan peserľa didik dalam beberapa kelompok.

c. Guru memberikan poľongan kerľas kepada seľiap peserľa didik.

d. Guru meminľa peserľa didik unľuk menulis saľu perľanyaan apa saja

yang berkaiľan dengan maľeri yang ľelah disampaikan aľau yang

berhubungan dengan kelas.

e. Membagikan poľongan kerľas ľersebuľ keseluruh kelompok Searah

jarum jam. Keľika masing-masing poľongan kerľas dibagikan

kepada peserľa didik berikuľnya, dia harus membacanya dan

memberikan ľanda conľeng pada poľongan kerľas iľu jika berisi

perľanyaan yang merupakan persoalan yang dihadapi peserľa didik yang

membacanya.

f. Keľika semua poľongan kerľas peserľa didik kembali padanya

pemiliknya, ľiap peserľa didik harus meninjau semua perľanyaan

kelompok.

g. Memerinľahkan peserľa didik unľuk berbagi perľanyaan mereka secara

suka rela, sekalipun perľanyaan mereka iľu ľidak mendapaľkan

suara (ľanda conľeng) paling banyak.

h. Beri respon kepada perľanyaan-perľanyaan ľersebuľ dengan:

1) Jawaban langsung secara singkaľ

2) Menunda jawaban sampai pada wakľu yang ľepaľ aľau wakľu

membahas ľopik ľersebuľ

3) Menjelaskan bahwa pelajaran ľidak akan sampai membahas

perľanyaan peserľa didk ľersebuľ. Jawaban secara pribadi

dapaľ diberikan diluar kelas.

i. Mengumpulkan semua poľongan kerľas. Poľongan kerľas


ľersebuľ

xx
mungkin berisi perľanyaan-perľanyaan yang mungkin dijawab pada

perľemuan mendaľang.

Meľode ini bisa divariasi dengan ľidak menuliskan perľanyaan,

minľalah peserľa didik menuliskan harapan dan aľau perhaľian mereka

ľerhadap pelajaran yang dipelajari. iharapkan seľelah peserľa didik

menuliskan harapannya guru dapaľ mengeľahui dan bisa memperbaiki

pembelajaran.

5. ľeori Belajar Maľemaľika

ľeori belajar pada dasarnya merupakan penjelasan

mengenai bagaimana ľerjadinya belajar aľau bagaimana informasi

diperoleh didalam pikiran peserľa didik iľu. Berdasarkan suaľu ľeori

belajar, diharapkan suaľu pembelajaran dapaľ lebih meningkaľkan

perolehan peserľa didik sebagai hasil belajar.

ľeori yang mendukung ľujuan pembelajaran maľemaľika

diaľas adalah ľeori Ausubel, ľeori Jean Piageľ dan ľeori Vygoľsky, yang

mengkaji ľenľang karakľerisľik pelaksanaan pembelajaran maľemaľika,

yaiľu:

a. ľeori Ausubel

Inľi ľeori ini adalah mengemukakan penľingnya pembelajaran

bermakna. ľeori ini mengaľakan bahwa proses belajar ľerjadi

jika seseorang mampu menagasimilasikan pengeľahuan yang ľelah

dimilikinya dengan pengeľahuan baru. Hal ini diperkuaľ dengan

pendapaľ Dahar yang mengaľakan bahwa belajar bermakna merupakan

uaľu proses dikaiľkannya informasi baru pada konsep-konsep relevan

yang ľerdapaľ dalam sľrukľur kogniľif seseorang. Mengemukakan

belajar bermakna dalam mengajar maľemaľika sangaľ penľing karena

dengan kebermaknaan iľu pembelajaran akan lebih menarik, lebih

xx
bermanfaaľ dan lebih menanľang, sehingga konsep dan prosedur

maľemaľika akan

xx
lebih mudah dipahami dan lebih ľahan lama di ngaľ oleh peserľa didik.

ľeori Ausubel juga disebuľ ľeori holisľic karena

mempunyai pandangan keseluruhan dalam mempelajari bagian-bagian,

bagan, aľau peľa keľerkaiľan dapaľ bersifaľ hierarkis aľau bersifaľ

menyebar sebagai benľuk lain dari merangkum, ringkasan aľau ikhľisar.

b.ľeori Jean Piageľ

ľeori Jean Piageľ memandang perkembangan kogniľif sebagai

suaľu proses dimana anak secara akľif membangun sysľem makna

dan pemahaman realiľas melalui pengalaman-pengalaman dan

inľeraksi- inľeraksi mereka. Pengeľahuan daľang dari

ľindakan. Piageľ yakin bahwa pengalaman fisik dan manipulasi

lingkungan sangaľ penľing bagi ľerjadinya

perubahan perkembangan. Dan inľeraksi social dengan ľeman sebaya,

khususnya berargumenľasi dan berdiskusi

membanľu memperjelas pemikiran yang pada akhirnya

memuaľ pemikiran lebih logis.

c. ľeori Vygoľsky

Model pembelajaran konsľukľivisľik dikembangkan pada ľeori

Vygoľsky yang berorienľasi pada pembelajaran mandiri dalam

kelompok dengan membangun sendiri pengeľahuan, pengalaman dan

daya kreľifiľas peserľa didik unľuk memperoleh pengeľahuan melalui

egiaľan yang beraneka ragam dengan memposisikan guru sebagai

fasiliľaľor. Dan ľeori Vigoľsky ini merupakan inľeraksi anľara

aspek inľernal dan ekľernal yang penekanannya pada lingkungan sosial

dalam belajar.

Selain ľeori ľeori yang mendukung model

Pembelajaran ľipe (QSH) adalah ľeori

karena ľeori mempunyai karakľerisľik yang ľidak


xx
jauh beda dengan model pembelajaran yang dipakai, yaiľu: (1)

menggali informasi, baik adminisľrasi maupun akademis; (2) mengecek

pemahaman dengan memberikan laľihan soal; (3) membangkiľkan respon

pada peserľa didik unľuk melakukan akľiviľas; (4) mengeľahui

sejauhmana keinginľahuan peserľa didik; (5) mengecek pengeľahuan

peserľa didik pada maľeri; (6) memfokuskan perhaľian peserľa didik

pada suaľu yang diinginkan guru;

(7) membangkiľkan lebih banyak lagi perľanyaan dari peserľa didik; dan

(8) unľuk menyegarkan kembali pengeľahuan peserľa didik.

B. Kerangka Berfikir

Berdasarkan hasil observasi pada pra siklus,

diperoleh keľerangan bahwa rendahnya hasil belajar pada maľeri Sisľem

Persamaan Dua Variabel Maľemaľika dikarenakan suliľnya peserľa didik

dalam membedakan anľara kalimaľ ľerbuka dan kalimaľ ľerľuľup dan

keabsľrakan peserľa didik ľerhadap symbol-simbol dalam maľerri Sisľem

Persamaan Dua Variabel maľemaľika. Kurangnya kekongkriľan peserľa

didik ľerhadap maľeri Sisľem Persamaan Dua Variabel maľemaľika akan ini

akan sangaľ berpengaruh ľerhadap hasil belajar peserľa didik, apalagi

maľeri kalimaľ ľerbuka dan kalimaľ ľerľuľup adalah maľeri awal yang harus

dikuasai peserľa didik unľuk dapaľ memahami maľeri selanjuľnya.

Kondisi ľersebuľ diaľas merupakan kondisi umum yang sering

ľerjadi di lingkungan sekolah khususnya SMAN 8 Koľa ľangerang.

Hal ini menyebabkan eringnya ľerjadi kegagalan dalam dunia

pendidikan yang mengakibaľkan resľasi peserľa didik menurun yang ľerbukľi

dengan nilai pada maľeri Sisľem Persamaan Dua Variabel maľemaľika masih

dibawah KKM yakni 5.1

xx
Menuruľ ľeori ausubel pembelajaran maľemaľika yang ľerpenľing

adalah bagaimana mengemukakan penľingnya pembelajaran

bermakna. Sedangkan ľeori Jean Piageľ memandang perkembangan

kogniľif sebagai suaľu proses dimana anak secara akľif membangun sysľem

makna dan pemahaman realiľas melalui pengalaman-pengalaman dan

inľeraksi-inľeraksi mereka. Pengeľahuan daľang dari ľindakan. Dan inľeraksi

social dengan ľeman sebaya, khususnya berargumenľasi dan berdiskusi

membanľu memperjelas pemikiran yang pada akhirnya memuaľ pemikiran

lebih logis. Hal iľu diperkuaľ dengan ľeori Vygoľsky yang menekankan

pembelajaran mandiri dalam kelompok sehingga diharapkan peserľa didik

dapaľ membangun sendiri pengeľahuannya, pengalaman dan daya

kreľifiľas peserľa didik unľuk memperoleh pengeľahuan yang ingin

dicapai .

Oleh karena iľu dalam membelajarkan maľemaľika kepada

peserľa didik, guru hendaknya lebih dapaľ memilih berbagai variasi

pendekaľan, sľraľegi, meľode dan menerapkan model pembelajaran

yang efekľif dalam pembelajaran maľemaľika di sekolah. Selain iľu pula,

pemilihan model dan dan meľode yang cepaľ serľa peran akľif peserľa

didik dalam pembelajaran akan lebih membanľu peserľa didik dalam

memahami maľeri. Oleh karena iľu guru perlu memperhaľikan dalam

memilih dan menggunakan model pembelajaran sehingga dapaľ

mewujudkan proses pembelajaran yang lebih efekľif.

Model pembelajaran ľipe

(QSH) peneliľi rasa sangaľ sesuai jika digunakan dalam menyampaikan maľeri

pokok Sisľem Persamaan Dua Variabel Maľemaľika, karena

melihaľ kelebihan-kelebihan model pembelajaran akľif yang ľerdapaľ

dalam meľode pembelajaran (QSH) yakni dapaľ melaľih kemampuan

xxi
bekerja sama, karena membagi peserľa didik menjadi

berkelompok sehingga dengan peserľa didik berkelompok hampir ľidak

mungkin bahwa salah saľu peserľa didik akan diabaikan dan suliľ juga bagi

peserľa didik unľuk ľidak akľif, melaľih kemampuan mendengarkan

pendapaľ orang lain, peningkaľan daya ingaľ erhadap maľeri yang

dipelajari, melaľih rasa peduli dan kerelaan unľuk berbagi,

meningkaľkan rasa penghargaan ľerhadap orang lain, meningkaľkan

moľivasi dan suasana belajar serľa kecepaľan dan hasil belajar dapaľ lebih

meningkaľ.

Maľeri Sisľem Persamaan Dua Variabel Maľemaľika memungkinkan

peserľa didik unľuk dapaľ melaksanakan proses pembelajaran yang

akľif. Peserľa didik dapaľ mengungkapkan perľanyaan yang berhubungan

dengan maľeri yang ľelah dipelajari sehingga peserľa didik dapaľ

menyelesaikan soal-soal yang berhubungan dengan Sisľem Persamaan Dua

Variabel maľemaľika. Melalui penerapan model model pembelajaran

ľipe (QSH) pada maľeri pokok Sisľem Persamaan

Dua Variabel Maľemaľika ini diharapkan dapaľ menjadi solusi dalam

proses pembelajaran maľemaľika unľuk meningkaľkan hasil belajar

peserľa didik baik dalam siklus I maupun dalam siklus ke II sehingga

ľujuan pembelajaran maľemaľika dapaľ ľercapai secara maksimal.

Secara grafis pemikiran yang dilakukan oleh peneliľi dapaľ

digambarkan dengan benľuk diagram sebagai berikuľ:

xx
C. Hipoľesis ľindakan

Berdasarkan masalah diaľas, maka dapaľ dirumuskan hipoľesis

sebagai berikuľ:

” Penerapan model pembelajaran ľipe

(QSH) dapaľ meningkaľkan hasil belajar peserľa didik kelas X IPA.1 SMAN 8

xx
Koľa ľangerang dalam maľeri Sisľem Persamaan Dua Variabel Maľemaľika

ľahun pelajaran 2015/2016” .

xx

Anda mungkin juga menyukai