UKM : PALAMUST
Di susun oleh :
NAMA : KARLINA
NIM : 62201200005
TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan Syukur saya Ucapkan Kepada Allah SWT., bahwasanya saya telah dapat
membuat Makalah tentang Aktivitas Pendakian Gunung.
Dalam Penyusunan makalah tidaklah mudah, Walaupun banyak sekali hambatan dan
kesulitan yang saya hadapi dalam menyusun makalah ini, dan mungkin makalah ini masih
terdapat kekurangan dan belum bisa dikatakan sempurna dikarenakan keterbatasan kemampuan
saya.
Oleh karena itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
dari semua pihak terutama dari Guru Mata Pelajaran Penjas supaya saya dapat lebih baik lagi
dalam menyusun sebuah makalah di kemudian hari.
Semoga makalah ini berguna bagi siapa saja terutama bagi teman-teman yang hobi atau
ingin lebih tahu lebih banyak tentang mendaki gunung ini.
Penyusun,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................ i
DAFTAR ISI ............................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................... 1
A. LATAR BELAKANG ................................... 1
B. TUJUAN PENULISAN ................................. 1
BAB II PEMBAHASAN ..................................... 2
A. KESIMPULAN ....................................... 17
B. SARAN ............................................ 18
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Aktivitas mendaki gunung akhir-akhir ini nampaknya bukan lagi merupakan suatu
kegiatan yang langka, artinya tidak lagi hanya dilakukan oleh orang tertentu (yang menamakan
diri sebagai kelompok Pencinta Alam, Penjelajah Alam dan semacamnya). Melainkan telah
dilakukan oleh orang-orang dari kalangan umum.
Namun demikian bukanlah berarti kita bisa menganggap bahwa segala sesuatu yang
berkaitan dengan aktivitas mendaki gunung, menjadi bidang ketrampilan yang mudah dan tidak
memiliki dasar pengetahuan teoritis. Didalam pendakian suatu gunung banyak hal-hal yang harus
kita ketahui (sebagai seorang pencinta alam) yang berupa : aturan-aturan pendakian,
perlengkapan pendakian, persiapan, cara-cara yang baik, untuk mendaki gunung dan lain-lain.
Segalanya inilah yang tercakup dalam bidang Mountaineering.
B. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengatahui tentang aktivitas
Pendakian Gunung sehingga tidak ada anggapan bahwa olahraga di alam bebas ini adalah hal
yang sepele.
BAB II
PEMBAHASAN
Mendaki gunung dalam pengertian Mountaineering terdiri dari tiga tahap kegiatan, yaitu :
Secara khusus kegiatan ini disebut mendaki gunung. Hill Walking adalah kegiatan yang
paling banyak dilakukan di Indonesia. Kebanyakan gunung di Indonesia memang hanya
memungkinkan berkembangnya tahap ini. Disini aspek yang lebih menonjol adalah daya
tarik dari alam yang dijelajahi (nature interested)
Walaupun kegiatan ini terpaksa harus memisahkan diri dari Mountaineering, namun ia
tetap merupakan cabang darinya. Perkembangan yang pesat telah melahirkan banyak
metode-metode pemanjatan tebing yang ternyata perlu untuk diperdalam secara khusus.
Namun prinsipnya dengan tiga titik dan berat dan kaki yang berhenti, tangan hanya
memberi pertolongan.
Kedua jenis kegiatan ini dapat dipisahkan satu sama lain. Ice Climbing adalah cara-cara
pendakian tebing/gunung es, sedangkan Snow Climbing adalah teknik-teknik pendakian
tebing gunung salju. Dalam ketiga macam kegiatan di atas tentu didalamnya telah
mencakup : Mountcamping, Mount Resque, Navigasi medan dan peta, PPPK
pegunungan, teknik-teknik Rock Climbing dan lain-lain.
B. PERSIAPAN MENDAKI GUNUNG
1. Pengenalan Medan
Untuk menguasai medan dan memperhitungkan bahaya obyek seorang pendaki harus
menguasai menguasai pengetahuan medan, yaitu membaca peta, menggunakan kompas serta
altimeter. Mengetahui perubahan cuaca atau iklim. Cara lain untuk mengetahui medan yang
akan dihadapi adalah dengan bertanya dengan orang-orang yang pernah mendaki gunung
tersebut. Tetapi cara yang terbaik adalah mengikut sertakan orang yang pernah mendaki
gunung tersebut bersama kita.
2. Persiapan Fisik
Persiapan fisik bagi pendaki gunung terutama mencakup tenaga aerobic dan kelenturan otot.
Kesegaran jasmani akan mempengaruhi transport oksigen melelui peredaran darah ke otot-
otot badan, dan ini penting karena semakin tinggi suatu daerah semakin rendah kadar
oksigennya.
3. Persiapan Tim
Menentukan anggota tim dan membagi tugas serta mengelompokkannya dan merencanakan
semua yang berkaitan dengan pendakian.
C. BAHAYA DI GUNUNG
a) Faktor Internal
Yaitu faktor yang datang dari si pendaki sendiri. Apabila faktor ini tidak dipersiapkan
dengan baik akan mendatangkan bahaya subyek yaitu karena persiapan yang kurang
baik, baik persiapan fisik, perlengkapan, pengetahuan, ketrampilan dan mental.
b) Faktor Eksternal
Yaitu faktor yang datang dari luar si pendaki. Bahaya ini datang dari obyek
pendakiannya (gunung), sehingga secara teknik disebut bahaya obyek. Bahaya ini
dapat berupa badai, hujan, udara dingin, longsoran hutan lebat dan lain-lain.
Kecelakaan yang terjadi di gunung-gunung Indonesia umumnya disebabkan faktor
intern. Rasa keingintahuan dan rasa suka yang berlebihan dan dorongan hati untuk
pegang peranan, penyakit, ingin dihormati oleh semua orang serta keterbatasan-
keterbatasan pada diri kita sendiri.
1. Persiapan
Bila ingin mendaki gunung yang belum pernah didaki sebelumnya disarankan membawa
guide/penunjuk jalan atau paling tidak seseorang yang telah pernah mendaki gunung
tersebut, atau bisa juga dilakukan dengan pengetahuan membaca jalur pendakian.
Untuk memudahkan koordinasi, semua peserta pendakian dibagi menjadi tiga kelompok,
yaitu :
* Kelompok pelopor
* Kelompok inti
* Kelompok penyapu
Didalam perjalanan posisi kelompok diusahakan tetap yaitu : Pelopor di depan (disertai
guide), kelompok initi di tengah, dan team penyapu di belakang. Jangan sesekali merasa
segan untuk menegur peserta yang melanggar peraturan ini.
Demikian juga saat penurunan, posisi semula diusahakan tetap. Setelah tiba di puncak
dan di base camp jangan lupa mengecek jumlah peserta, siapa tahu ada yang tertinggal.
3. Evaluasi
Biasakanlah melakukan evaluasi dari setiap kegiatan yang anda lakukan, karena dengan
evaluasi kita akan tahu kekurangan dan kelemahan yang kita lakukan. Ini menuju
perbaikan dan kebaikan (vivat et floreat).
Mendaki gunung adalah perjuangan, perjuangan manusia melawan ketinggian dan segala
konsekuensinya. Dengan berubahnya ketinggian tempat, maka kondisi lingkungan pun jelas akan
berubah. Anasir lingkungan yang perubahannya tampak jelas bila dikaitkan dengan ketinggian
adalah suhu dan kandungan oksigen udara. Semakin bertambah ketinggian maka suhu akan
semakin turun dan kandungan oksigen udara juga semakin berkurang.
Fenomena alam seperti ini beserta konsekuensinya terhadap keselamatan jiwa kita, itulah
yang teramat penting kita ketahui dalam mempelajari proses fisiologi tubuh di daerah
ketinggian.Banyak kecelakaan terjadi di pegunungan akibat kurang pengetahuan, hampa
pengalaman dan kurang lengkapnya sarana penyelamat.
Oksigen bagi tubuh organisme aerob adalah menjadi suatu konsumsi vital untuk menjamin
kelangsungan proses-proses biokimia dalam tubuh, konsumsi dalam tubuh biasanya sangat
erat hubungannya dengan jumlah sel darah merah dari konsentrasi haemoglobin dalam darah.
Semakin tinggi jumlah darah merah dan konsentrasi Haemoglobin, maka kapasitas oksigen
respirasi akan meningkat. Oleh karena itu untuk mengatasi kekurangan oksigen di
ketinggian, kita perlu mengadakan latihan aerobic, karena disamping memperlancar
peredaran darah, latihan ini juga merangsang memacu sintesis sel-sel darah merah.
3) Kesegaran Jasmani
Kesegaran jasmani adalah syarat utama dalam pendakian. Komponen terpenting yang
ditinjau dari sudut faal olahraga adalah system kardiovaskulare danneuromusculare.
Seorang pendaki gunung pada ketinggian tertentu akan mengalami hal-hal yang kurang enak,
yang disebabkan oleh hipoksea (kekurangan oksigen), ini disebut penyakit gunung (mountain
sickness). Kapasitas kerja fisik akan menurun secara menyolok pada ketinggian 2000 meter,
sementara kapasitas kerja aerobic akan menurun (dengan membawa beban 15 Kg) dan juga
derajat aklimasi tubuh akan lambat.
Apabila diantara peserta pendakian mengalami gejala ini, maka perlu secara dini
ditangani/diberi obat penenang atau dicegah untuk naik lebih tinggi. Bilamana sudah
terlanjur parah dengan emosi dan kelakuan yang aneh-aneh serta tidak peduli lagi nasehat
(keras kepala), maka jalan terbaik adalah membuatnya pingsan.
Pada ketinggian lebih dari 3000 m.dpl, hipoksea cerebral dapat menyebabkan
kemampuan untuk mengambil keputusan dan penalarannya menurun. Dapat pula timbul
rasa percaya diri yang keliru, pengurangan ketajaman penglihtan dan gangguan pada
koordinasi gerak lengan dan kaki. Pada ketinggian 5000 m, hipoksea semakin nyata dan
pada ketinggian 6000 m kesadarannya dapat hilang sama sekali.
4) Program Aerobik
Program/latihan ini merupakan dasar yang perlu mendapatkan kapasitas fisik yang
maksimum pada daerah ketinggian. Kapasitas kerja fisik seseorang berkaitan dengan
kelancaran transportasi oksigen dalam tubuh selai respirasi.
Kebiasaan melakukan latihan aerobic secara teratur, dapat menambah kelancaran peredaran
darah dalam tubuh, memperbanyak jumlah pembuluh darah yang mrmasuki jaringan,
memperbanyak sintesis darah merah, menambah kandungan jumlah haemoglobin darah dan
juga menjaga optimalisasi kerja jantung. Dengan terpenuhinya hal-hal tersebut di atas, maka
mekanisme pengiriman oksigen melalui pembuluh darah ke sel-sel yang membutuhkan lebih
terjamin.
Untuk persiapan/latihan aerobic ini biasanya harus diintensifkan selama dua bulan
sebelumnya. Latihan yang teratur ternyata juga dapat meningkatkan kekuatan (endurance)
dan kelenturan (fleksibility) otot, peningkatan kepercayaan diri (mental), keteguhan hati serta
kemauan yang keras. Didalam latihan diusahakan denyut nadi mencapai 80% dari denyut
nadi maksimal, biasanya baru tercapai setelah lari selama 20 menit. Seorang yang dapat
dikatakan tinggi kesegaran aerobiknya apabila ia dapat menggunakan minimal oksigen per
menit per Kg berat badan. Yang tentunya disesuaikan dengan usia latihan kekuatan juga
digunakan untuk menjaga daya tahan yang maksimal, dan gerakan yang luwes. Ini biasanya
dengan latihan beban, Untuk baiknya dilakukan aerobic 25-50 menit setiap harinya.
F. PENGETAHUAN DASAR BAGI MOUNTAINEER
1. Orientasi Medan
a. Menentukan arah perjalanan dan posisi pada peta
Dengan dua titik di medan yang dapat diidentifikasikan pada gambar di peta.
Bila diketahui satu titik identifikasi, ada beberapa cara yang dapat dicapai :
a) Kalau kita berada di jalan setapak atau sungai yang tertera pada peta, maka
perpotongan garis yang ditarik dari titik identifikasi dengan jalan setapak atau
sungai adalah kedudukan kita.
b) Menggunakan altimeter. Perpotongan antara garis yang ditarik dari titik
identifikasi dengan kontur pada titik ketinggian sesuai dengan angka pada
altimeter adalah kedudukan kita.
c) Dilakukan secara kira-kira saja.
b. Menggunakan kompas
c. Peta dalam perjalanan
2. Membaca Keadaan Alam
- Keadaan udara (cuaca, temperature, perubahan awan)
- Membaca sandi-sandi
3. Tingkatan Pendakian gunung
Agar setiap orang mengetahui apakah lintasan yang akan ditempuhnya sulit atau mudah,
maka dalam olahraga mendaki gunung dibuat penggolongan tingkat kesulitan setiap
medan atau lintasan gunung.
Penggolongan ini tergantung pada karakter tebing atau gunungnya, temperamen dan
penampilan fisik si pendaki, cuaca, kuat dan rapuhnya batuan di tebing, dan macam-
macam variabel lainnya.
Kelas 3 : Memanjat (climbing). Tali diperlukan bagi pendaki yang belum berpengalaman.
Kelas 4 : Memanjat dengan tali dan belaying. Anchor untuk belaying mungkin
diperlukan.
Kelas 5 : Memanjat bebas dengan penggunaan tali belaying dan runner. Kelas ini dibagi
lagi menjadi 13 tingkatan.
Kelas 6 : Pemanjatan artificial. Tali dan anchor digunakan untuk gerakan naik. Kelas ini
sering disebut kelas A. Selanjutnya dibagi dalam 5 tingkatan.
1. Perencanan perjalanan
Hal pertama yang harus dilakukan adalah mencari informasi. Untuk mendapatkan data data
kita dapat memperoleh dari literatur- literatur yang berupa buku-buku atau artikel-artikel
yang kita butuhkan atau dari orang-orang yang pernah melakukan pendakian pada objek yang
akan kita tuju. Tidak salah juga bila meminta informasi dari penduduk setempat atau siapa
saja yang mengerti tentang gambaran medan lokasi yang akan kita daki.
Selanjutnya buatlah ROP (Rencana Operasi Perjalanan. Buatlah perencanaan secara detail
dan rinci, yang berisi tentang daerah mana yang dituju, berapa lama kegiatan berlangsung,
perlengkapan apa saja yang dibutuhkan, makanan yang perlu dibawa, perkiraan biaya
perjalanan, bagaimana mencapai daerah tersebut, serta prosedur pengurusan ijin mendaki di
daerah tersebut. Lalu buatlah ROP secara teliti dan sedetail mungkin, mulai dari rincian
waktu sebelum kegiatan sampai dengan setelah kegiatan. Aturlah pembagian job dengan
anggota pendaki yang lain (satu kelompok), tentukan kapan waktu makan, kapan harus
istirahat, dan sebagainya.
Untuk merencanakan suatu perjalanan ke alam bebas harus ada persiapan dan penyusunan
secara matang. Ada rumusan yang umum digunakan yaitu 4W & 1 H, yang kepanjangannya
adalah Where, Who, Why, When dan How. Adapun tujuan yang diingin kita kita dapat
menyusun rencana gegiatan yang didalamnya mencakup rincian:
Sebelum melakukan kegiatan alam bebas kita biasanya menentukan dahulu peralatan dan
perlengkapan yang akan dibawa, jika telah siap semua inilah saatnya mempacking barang-
barang tersebut ke dalam carier atau backpack. Packing yang baik menjadikan perjalanan
anda nyaman karena ringkas dan tidak menyulitkan.
Outdoor activity atau kegiatan alam bebas merupakan kegiatan yang penuh resiko dan
memerlukan perhitungan yang cermat. Jika salah-salah maka bukan mustahil musibah akan
mengancam setiap saat. Sebagai contoh, sebuah referensi pernah mencatat bahwa salah satu
kegiatan alam bebas yaitu rock climbing [panjat tebing] merupakan jenis olahraga yang
resiko kematiannya merupakan peringkat ke-2 setelah olahraga balap mobil formula-1.
Tentu saja resiko tersebut terjadi apabila safety-procedure tidak menjadi perhatian yang
serius, tetapi apabila safety-procedure diperhatikan dan sering berlatih, maka resiko tersebut
dapat ditekan sampai titik paling aman.
Perjalanan alam bebas pasti akan bersentuhan dengan cuaca, situasi medan dan waktu yang
kadang tidak bersahabat, baik malam atau siang hari, oleh karena itu perlu dipersiapkan
perlengkapan yang memadai.
Salah satu “perisai diri” ketika melakukan aktivitas alam bebas adalah perlengkapan diri
pribadi. Seperti:Tutup kepala/top, Syal-slayer,Baju, Celana, Jaket, Slepping bag, Sepatu,
Carrier bag atau ransel, Alat masak, makan dan mandi, Obat-obatan dan Survival Kits.
8. Perencanaan Perbekalan
9. Persiapan umum
Persiapan umum untuk mendaki gunung antara lain kesiapan mental, fisik, etika,
pengetahuan dan ketrampilan.
Kesiapan mental.
Kesiapan fisik.
Kesiapan administrasi.
Kesiapan pengetahuan dan ketrampilan.
10. Persiapan mendaki gunung
11. Mengenal Jenis Gunung dan Grade Pendakian
12. Makanan (logistik)
13. Peralatan lain (kantong utnuk sampah dan brang yang basah)
BAB III
A. KESIMPULAN
Mendaki gunung adalah kombinasi olahraga dan kegiatan rekreasi untuk mengatasi
tantangan dan bahaya pada lereng dan jurang untuk mendapatkan pemandangan yang indah dari
puncaknya walaupun harus melewati kesulitan ataupun memanjat tebing menjelang puncaknya.
Perjalanan ke alam terbuka pasti mengandung resiko. Tiap perjalanan memiliki tingkat
resiko dan bahaya yang bervariasi. Bahaya dan resiko tersebut dapat jauh diminimalisir dengan
berbagai persiapan.
Keberhasilan suatu kegiatan di alam terbuka juga ditentukan oleh perencanaan dan perbekalan
yang tepat. Dalam merencanakan perlengkapan perjalanan terdapat beberapa hal yang perlu
diperhatikan, diantaranya adalah:
a. Mengenal jenis medan yang akan dihadapi (hutan, rawa, tebing, dll)
b. Menentukan tujuan perjalanan (penjelajahan, latihan, penelitian, SAR, dll
c. Mengetahui lamanya perjalanan (misalnya 3 hari, seminggu, sebulan, dsb
d. Mengetahui keterbatasan kemampuan fisik untuk membawa beban
e. Memperhatikan hal-hal khusus (misalnya : obat-obatan tertentu).
B. SARAN
Dalam melakukan pendakian gunung harus melakukan persiapan yang sangat matang.
Karena apa? Di lam bebas resiko dan bahaya tidak terduga. Untuk itu memerhatikan hal-hal
sebelum pendakian sangatlah diperlukan untuk mencapai tujuan pendakian gunung sampai ke
puncaknya dengan sukses (baik diperjalanan berangkat maupun kembali.