Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PEREKONOMIAN INDONESIA

PERKEMBANGAN UMKM DI KABUPATEN BREBES

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Perekonomian Indonesia
Dosen pengampuh: M. Syaifulloh S.Pd,I.,M.M.

Disusun oleh: Karlina (62201200005)

UNIVERSITAS MUHADI SETIABUDI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PRODI AKUNTANSI
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan izin-Nya,
penulis dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan waktu yang telah direncanakan.

Makalah ini berjudul “Perkembangan UMKM di Kabupaten Brebes.” diajukan untuk


memenuhi salah satu tugas dari Mata Kuliah Perekonomian Indonesia. Dalam makalah ini,
penulis menjabarkan beberapa para pelaku UMKM di daerah kabupaten Brebes.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan semangat, bantuan, dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis pun menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Dengan rendah hati
penulis menerima kritik dan saran yang membangun untuk penyempurnaan makalah ini.
Harapan penulis, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Brebes, Januari 16 2022

Karlina

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah...........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3
2.1 UMKM DI DAERAH KABUPATEN BREBES.....................................................3
2.2 DATA LOKASI PELAKU UMKM DI KABUPATEN
BREBES.....................................................................................................................4
2.3 Usaha Kecil Mikro Menengah...........................................................................5
2.3.1 Pengertian Usaha Kecil dan Menengah…......................................................5
2.3.2 Perkembangan usaha kecil dan menengah…………………………………………………………..6
BAB III PENUTUP..................................................................................................................8
3.1 Kesimpulan...............................................................................................................8
3.2 Saran.........................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................9

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertumbuhan ekonomi merupakan proses perubahan kondisi perekonomian suatu


negara secara berkesinambungan menuju waktu yang lebih baik dalam periode waktu
tertentu. Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai proses kenaikan kapasitas produksi suatu
perekonomian yang dapat ditinjau dari kenaikan pendapatan nasional. Soekirno (2011)
mengungkapkan bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan perkembangan kegiatan dalam
perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat
bertambah sehingga akan meningkatkan kemakmuran masyarakat
Perkembangan sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) memegang peranan
penting dalam perekonomian Indonesia. Peranan UMKM dipandang sebagai katup
penyelamat dalam proses pemulihan ekonomi nasional baik dalam mendorong laju
pertumbuhan ekonomi maupun dalam penyerapan tenaga kerja. Usaha Mikro Kecil dan
Menengah (UMKM) berperan secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi maupun
penyediaan lapangan kerja. Dari perspektif dunia, diakui bahwa usaha mikro, kecil, dan
menengah (UMKM) memainkan suatu peran yang sangat vital di dalam pembangunan dan
pertumbuhan ekonomi, tidak hanya di negara-negara sedang berkembang, tetapi juga di
negara-negara maju. Di negara maju, UMKM sangat penting tidak hanya karena kelompok
usaha tersebut menyerap paling banyak tenaga kerja dibandingkan usaha besar, seperti
halnya di negara sedang berkembang, tetapi juga di banyak negara kontribusinya terhadap
pembentukan atau pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) paling besar
dibandingkan kontribusi dari usaha besar.
Pada pertengahan tahun 1997 krisis ekonomi yang menerjang Indonesia menjadi
momentum buruk bagi perekonomian negara Indonesia yang berdampak pada perekonomian
negara termasuk berbagai perdagangan yang dilakukan antar negara. Akan tetapi tidak halnya
dengan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang pada saat itu mampu bertahan
menghadapi goncangan krisis ekonomi.
Pengembangan dan pertumbuhan UKM merupakan salah satu motor penggerak yang
krusial bagi pembangunan ekonomi di banyak negara di dunia. Berdasarkan pengalaman di
negara-negara maju menunjukkan bahwa UMKM adalah sumber dari inovasi produksi dan
teknologi, pertumbuhan jumlah wirausahawan yang kreatif dan inovatif. Tulus T.H
Tambunan, UMKM Di Indonesia (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009),. Dan penciptaan tenaga

1
kerja terampil dan fleksibel dalam proses produksi untuk menghadapi perubahan permintaan
pasar yang cepat.
Berdasarkan hal tersebut, bahwa ternyata sektor UMKM memiliki berbagai peran
strategis tidak hanya dalam pembangunan ekonomi suatu negara tetapi juga pembangunan
ekonomi suatu daerah. Ketika, UMKM mampu menjalankan perannya dalam menumbuh
kembangkan ekonomi daerah, maka pembangunan ekonomi suatu negara pun akan teralisasi
dengan baik.
Setiap daerah memiliki potensi daerah yang berbeda-berbeda, seperti pertanian,
peternakan, indutri kerajinan, aneka usaha pengolahan makanan dan berbagai macam yang
lainnya.
Oleh karena itu, pengembangan kegiatan UMKM di pedesaan dan kota-kota kecil
perlu ditingkatkan karena merupakan pilar bagi pembangunan ekonomi daerah tersebut.
Seperti halnya Kabupaten Brebes yang merupakan daerah pertanian sebagai mata
pencaharian utama penduduknya, memiliki potensi dalam sektor industri pengolahan hasil
pertanian.Selain itu, kabupaten Brebes juga dikenal memiliki potensi ekonomi melalui
produksi makanan khas Brebes. Sehingga banyak UMKM yang melakukan aktifitas produksi
makanan khas Brebes baik dalam skala kecil maupun dalam skala menengah.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 UMKM DI DAERAH BREBES

Kabupaten Brebes terletak disepanjang pantai utara Laut Jawa, merupakan salah satu
daerah otonom di Provinsi Jawa Tengah, memanjang keselatan berbatasan dengan wilayah
Karsidenan Banyumas. Sebelah timur berbatasan dengan Kota Tegal dan Kabupaten Tegal,
serta sebelah barat berbatasan dengan Provinsi Jawa Barat. Brebes memiliki berbagai produk
oleh-oleh yang ditawarkan di setiap UKM (Usaha Kecil dan Menengah) di pinggir sepanjang
jalan Kabupaten Brebes, yaitu Telur Asin, Bawang Merah, Kerupuk Rumput Laut, dan Teh
Poci. Ini adalah contoh dari oleh-oleh khas dari Brebes yang merupakan hasil dari
pengolahan pertanian, perikanan, peternakan, dan perkebunan.
Menurut Badan Pusat Statistik Kabupaten Brebes, luas daerah Brebes sebagian besar
adalah lahan persawahan 62.703 Ha. Hal ini dibuktikan bahwa Kabupaten Brebes merupakan
pemasok utama komoditas bawang merah keseluruh pelosok nusantara. Ditahun 2012,
produksi bawang merah Kabupaten Brebes mencapai dua juta lima ratus sembilan puluh ribu
rupiah per kuintal.
Bawang merah juga ternyata bisa dijadikan olahan makanan khas Brebes yaitu bawang
goreng yang bisa dipromosikan ke luar kota. Telor asin dan bawang merupakan lambang dari
Kabupaten Brebes, karena keduanya merupakan hasil spesifik daerah Brebes. Bawang merah
selain sebagai bumbu masakan, bawang merah juga bisa dijadikan sebagai penyedap
makanan setelah melalui proses penggorengan yaitu bawang goreng.
Bawang goreng Brebes adalah salah satu bentuk usaha pengawetan bawang karena
jika produksi berlebihan saat panen tiba, maka harga jual bawang merah menjadi sangat
murah. Oleh karena itu dibuatlah bawang goreng. Kelebihan dari bawang goreng Brebes
karena bahan mentahnya yaitu bawang merah Brebes sangat terkenal dengan aroma
harumnya dan pedas di mata, sehingga menghasilkan bawang goreng yang sedap dan enak.
Selain itu juga karena proses menggorengnya yang memakai satu kali minyak. Kegunaan
bawang goreng adalah selain sebagai penyedap rasa, juga sebagai bahan dasar untuk
membuat makanan.
Bawang goreng tidak bisa dibuat sembarang orang apalagi kalau tidak memiliki waktu
untuk membuat bawang goreng. Kesulitan dalam menggoreng bawang ini adalah bawang
goreng akan gosong jika tidak dengan proses memasak yang tepat, sehingga nantinya
bawang goreng tidak menjadi sedap malah menjadi pahit.

3
Namun bawang goreng olahan Brebes ini belum dikenal banyak orang, karena mereka
hanya mendistribusikannya melalui UKM (Usaha Kecil dan Menengah) yang ada di Brebes
dengan kondisi produk yang seadanya. Masalahnya terdapat pada terlilit harga rendah dari
orang pertama, maka produk yang dihasilkan terkesan seadanya akibat minimnya sentuhan
teknologi dan kreatifitas. Penampilan produk atau kemasan menempati posisi teratas dalam
hal yang harus diperhatikan, mengalahkan aspek rasa, harga, dan penyajian yang menempati
posisi secara berurutan.
Sebagai contoh produk Brebes yang sudah memiliki sentuhan teknologi dan kreatifitas
adalah telur asin Brebes. Telur asin di Brebes sudah lama dan telah menjadi trade mark oleh-
oleh yang wajib dibawa ketika mampir ke Kabupaten Brebes. Diharapkan dengan adanya
perancangan media visual untuk bawang goreng Brebes ini maka bawang goreng Brebes bisa
diminati masyarakat luas seperti halnya telur asin, dimana keduanya merupakan lambang
identitas dari Kabupaten Brebes.

2.2 DATA LOKASI PELAKU UMKM DI KABUPATEN BREBES

Tabel 1.1. Jumlah Lokasi Menurut Sarana Perdagangan di Kabupaten Brebes


No. Sarana Jumlah Unit Jumlah Unit
Perdagangan (2018) (2019)
1. Pasar 30 30
2. Toko 49 1.326
3. Kios 1.274 1.274
4. Los 7.964 7.964
5. Mini Market 135 135
6. Swalayan 7 7
Sumber: BPS Kabupaten Brebes, 2019

Berdasarkan table 1.1 diperoleh informasi bahwa lokasi perdagangan di Kabupaten


Brebes didominasi pada sarana kios dan los. Lokasi yang menjadi pusat perdagangan oleh-
oleh khas Brebes yaitu berada di sepanjang jalan Pantura lebih tepatnya berpusat di antara
jembatan Sungai Pemali sampai sepanjang jalan koridor Klampok. Koridor Klampok
merupakan lokasi yang strategis karena berkaitan langsung dengan Jalan Pantura (Arteri
Primer), koridor Klampok merupakan satuan wilayah pembangunan (SWP) bagian utara
Brebes (RT/RW Kabupaten Brebes 2010-2030), Pengembangan kawasan ini diarahkan
pada usaha keterpaduan antar fungsi (terutama pemerintahan, perdagangan-jasa,
permukiman industri, permukiman perkotaan, pertanian, dan pelestarian kawasan pesisir)
dalam kawasan perkotaan (Mukhlis dan Soetomo, 2017:333).

Lokasi berjualan akan memberikan kenyaman dan kepuasan tersendiri bagi seorang
konsumen yang nantinya akan mempengaruhi pendaptan yang akan diterima. Pedagang
4
yang berlokasi di tempat strategis memiliki pendapatan yang lebih besar dibandingkan
dengan pedagang yang berjualan dilokasi yang kurang strategis.

Perkembangan industri telur asin di Brebes terutama didorong oleh tersedianya bahan
baku yang cukup memadai dan mudah diperoleh. Sebagaimana yang diketahui bahwasanya
di Kecamatan Brebes sendiri mempunyai beberapa kelurahan sebagai sentra penghasil telur
asin. Daerah tersebut yaitu Kelurahan Limbangan Wetan dan Kelurahan Brebes. Kedua
kelurahan tersebut cukup dekat dengan peternakan itik sebagai sumber bahan baku telur
yang digunakan. Kesejahteraan masyarakat sekitar meningkat dengan berkembangnya
industri telur asin dan pendapatan daerah yang juga bertambah. Diseluruh kecamatan yang
berada di Kabupaten Brebes merupakan penghasil telur asin sehingga memberikan makna
bahwa ketersediaan bahan baku telur asin di Kabupaten Brebes sangat melimpah.
Diketahui bahwa telur itik dihasilkan oleh usaha- usaha kelompok peternak di Kecamatan
Brebes, Wanasari dan Bulakamba. Populasinya mencapai 381.330 ekor dengan produksi
telur itik rata-rata pertahun 58.103.750 butir sebagai bahan baku industri telur asin.
Meskipun demikian, ternyata produsen masih kekurangan bahan baku sehingga harus
mendatangkan bahan baku telur bebek dari daerah lain yaitu Jawa Timur tepatnya didaerah
Blitar dan Tulungagung. Hal ini akan membuat produsen mengeluarkan biaya lebih
misalnya ongkos kirim untuk memenuhi kebutuhan bahan baku.

2.3. Usaha Kecil Mikro Menengah

2.3.1 Pengertian Usaha Kecil dan Menengah

UMKM merupakan usaha yang memiliki peran yang cukup tinggi terutama di indonesia yang
masih tergolong negara berkembang. Dengan banyaknya jumlah UMKM maka akan semakin banyak
penciptaan kesempatan kerja bagi para pengangguran. Selain itu UMKM dapat dijadikan sebagai sumber
pendapatan khususnya didaerah pedesaan dan rumah tangga berpendapatan rendah. Menurut Undang-
Undang Nomor 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil Menengah menyatakan :
a. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang
memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. Kriteria Usaha Mikro
adalah sebagai berikut:
1) Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha.
2) Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00.
b. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh perorangan
atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang
dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau

5
usahan besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.
Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut:
1) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 sampai dengan paling banyak
Rp500.000.000,00 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
2) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 sampai dengan paling banyak
Rp2.500.000.000,00 .
c. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakuan oleh orang
perseorangan badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang
dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau
Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang ini. Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut:
1). Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 sampai dengan paling banyak
Rp10.000.000.000,00 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
2). Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,00 sampai dengan paling banyak
Rp50.000.000.000,00.

Badan Pusat Statistik (BPS) memberikan definisi UKM berdasarkan kuantitas tenaga kerja. Usaha kecil
merupakan entitas usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja 5 s.d 19 orang, sedangkan usaha menengah
merupakan entitias usaha yang memiliki tenaga kerja 20 s.d. 99 orang. Berdasarkan Keputusan Menteri
Keuangan Nomor 316/KMK.016/1994 tanggal 27 Juni 1994, usaha kecil didefinisikan sebagai perorangan
atau badan usaha yang telah melakukan kegiatan/usaha yang mempunyai penjualan/omset per tahun
setinggi-tingginya Rp 600.000.000 atau aset/aktiva setinggi tingginya Rp 600.000.000 (di luar tanah dan
bangunan yang di tempati) terdiri dari :
(1) badan usaha (Fa, CV, PT, dan koperasi) dan
(2) perorangan (pengrajin/industri rumah 7 tangga, petani, peternak, nelayan, perambah hutan,
penambang, pedagang barang dan jasa).

2.3.2 Perkembangan Usaha Kecil dan Menengah

Pengembangan UMKM adalah suatu tindakan atau proses untuk memajukan kondisi UMKM ke
arah yang lebih baik, sehinga UMKM dapat lebih baik menyesuaikan dengan teknologi, pasar, dan
tantangan yang baru serta perputaran yang cepat dari perubahan yang terjadi. Pengembangan usaha
miko kecil dan menengah (UMKM) merupakan komponen penting dalam program pembangunan
nasional untuk meletakkan landasan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dan berkeadilan
(Riantinin, 2010).
Adapun yang menjadi sasaran dalam upaya pengembangan dan pembinan UMKM, yaitu :
a. Tercapainya lapangan usaha dan lapangan kerja yang luas
b. Tercapainya peningkatan pendapatan masyarakat 25
c. Terwujudnya UMKM yang semakin efisien dan mampu berkembang mandiri
d. Terwujudnya penyebaran industri yang merata

6
e. Tercapainya peningkatan kemampuan UMKM dalam aspek penyediaan produk Dengan demikian,
bahan baku baik untuk pasar dalam negeri maupun ekspor.
Inti dari pembinaan dan pengembangan UMKM pada dasarnya terletak pada upaya untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dengan adanya sumber daya manusia yang bermutu,
maka UMKM akan dapat tumbuh dan berkembang menjadi UMKM yang tangguh.

BAB III
PENUTUP

7
A. KESIMPULAN
UMKM memiliki potensi yang begitu besar bagi peningkatan perekonomian rakyat, namun
kenyataannya UMKM masih mengalami berbagai hambatan internal maupun eksternal dalam
bidang produksi, pengolahan, pemasaran, modal dan lain-lain. Berdasarkan permasalahan yang
biasa dialami oleh UMKM di Brebes, diperlukan adanya strategi kebijakan dari pemerintah yang
pada intinya memiliki kewajiban untuk turut memecahkan tiga hal masalah klasik yang kerap
kali menerpa UMKM, yakni akses pasar, modal, dan teknologi yang selama ini menjadi
pembicaraan di seminar atau konferensi.
Stategi pengembangan UMKM dilakukan agar UMKM yang sudah ada dapat menciptakan
usaha-usaha baru yang profesional dan berjiwa wirausaha dengan menciptakan iklim yang
kondusif agar keberhasilan UMKM berdasarkan kemampuan pengusaha UMKM untuk bersaing
dengan pengusaha Mikro, Kecil dan Menangah lainnya dalam memanfaatkan peluang.

B. SARAN

Untuk saran kami menciptakan program UKM Tenagakerja dan Transmigrasi yaitu:
1. Pelatihan Kemasan (Packaging).
2. Penataan Kelembagaan Pengembangan Manajemen Pengelolaan UMKM.
3. Identifikasi dan Validasi data UMKM.
4. Pelatihan Pemasaran melalui E-Commerce bagi Pelaku Usaha Kecil.
5. Fasilitasi Pameran Produk Unggulan Daerah.
6. Pembinaan dan Pemberdayaan UMKM melalui Peningkatan Keterampilan Kewirausahaan.
7. Pembinaan dan Pemberdayaan UMKM melalui Peningkatan Usaha.
8. Pelatihan Keterampilan dan Pengembangan Desain Produk.
9. Sosialisasi dan Evaluasi Ijin Usaha Mikro Kecil (IUMK).
10. Pelatihan Kewirausahaan Manajemen Usaha Kecil (MUK).
11. Fasilitasi Sertifikat Halal.

8
DAFTAR PUSTAKA

1Tulus T.H Tambunan, UMKM Di Indonesia (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009), 1.

Indrianto, Nur dan Bambang Supomo. 1999. Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan
Manajemen, Penerbit BPFE, Yogyakarta.

Hubeis. Musa. 2009. Prospek Usaha Kecil dalam wadah Inkubator Bisnis, Ghalia Indonesia,
Jakarta.

Ade Resalawati, “Pengaruh perkembangan usaha kecil menengah terhadap pertumbuhan


ekonomi pada sektor UKM Indonesia”. ( skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2011)

Bachtiar Rifai, “Efiektivitas pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)” Jurnal Sosio
Humaniora Vol. 3 No. 4, September 2012

Dayintapinasthika, “Usaha Kecil Menengah (UKM)”, (Online), tersedia di


https://dayintapinasthika.wordpress.com/2011/04/12/usaha-kecilmenengah-ukm/?
_e_pi_=7%2CPAG_ID10%2C5083335373 (15 Februari 2017), Pukul 20.15 WIB

Anda mungkin juga menyukai