Anda di halaman 1dari 9

PERSEN

Dalam matematika, persentase atau perseratus adalah sebuah angka perbandingan untuk menyatakan
pecahan dari seratus. Kata persen berasal dari bahasa latin per centum, yang artinya persetarus.
Persentase sering ditunjukkan dengan dengan symbol “ % “. Persentase juga digunakan meskipun bukan
unsure ratusan

N % = N/100

Jadi, n % dari suatu kuantitas adalah n/100 dari kuantitas itu. Dengan demikian, 1% adalah 1/100 dari
keseluruhan dan 100% menunjukkan seluruh kuantitas.

Sebagai contoh, 4 orang dosen sedang mengawas ujian di kampus, 3 dari mereka tak berkacamata dan 1
orang berkacamata. Persentase dosen tak berkacamata adalah 3 dari 4 = 3/4 =75/100 = 75 %.
Sementara dosen yang berkacamata adalah 1 dari 4 = 1/4= 25/ 100 = 25 %. Jadi persentase dari dosen
yang tak berkacamata adalah 75% dan yang berkacamata adalah 25%.

Kita dapat mengubah sebarang bilangan ke dalam persen dengan cara menulis bilangan itu sebagai
bilangan pecahan dengan penyebut 100.

Contoh: seorang anak menjawab 10 pertanyaan dimana 6 dijawab salah dan 4 dijawab dengan benar.
Tentukan persentase menjawab benarnya?

Jawab: 4/10= 40 / 100= 40 %

Kita dapat mengubah suatu bilangan kepersen dengan mengalikannya dengan 100 dan memberinya
symbol %

Contoh: 0,0002 = 100 X 0,0002 % = 0,02 %

¾ = 100 X ¾ % = 75 %

Di dalam pengerjaan hitungan, seringkali kita diminta untuk mengubah persen menjadi desimal. Hal ini
dapat dikerjakan dengan menulis persen sebagai suatu bilangan pecahan dan kemudian mengubah
pecahan itu menjadi bilangan desimal.

Contoh: a. 5 % = 5 / 100 = 0,005

b. 250 % = 250 / 100 = 2,5

c. 1/3 % = 1/3 / 100 = 0,3 / 100 = 0,003

Pendekatan lain untuk penulisan persen sebagai desimal adalah pertama mengubah 1% ke sebuah
decimal. Karena 1% = 1 /100 = 0,01.

Masalah-masalah terapan berkaitan dengan persen biasanya mengambil satu dari bentuk-bentuk
berikut:
1. Menentukan persen dari suatu bilangan.

2. Menentukan persen suatu bilangan disbanding suatu bilangan lain

3. Menentukan suatu bilangan jika persen dari suatu bilangan diketahui

Contoh :

1. anton membeli mobil seharga Rp. 80.000.000,- dengan memeberi uang muka 20%. Berapa rupiah
besar uang muka tersebut?

Jawab:

Uang muka 20% dari Rp. 80.000.000 = 20 / 100 x 80.000.000 = 0,20 x 80.000.00 = 16.000.000

Jadi, besar uang muka itu adalah Rp. 16.000.000

2. Jika jaka mempunyai 45 jawaban benar dari 80 soal tes. Berapa persen jawaban jaka yang benar?

Jawab: 45 / 80 x 100 = 56,25 %

3 42% orang tua suatu sekolah dasar adalah bekerja sebagai buruh tani. Jika banyaknya orang tua yang
bekerja sebagai buruh tani tersebut adalah 168 orang. Berapa banyaknya orang tua siswa di sekolah
tersebut?

Jawab: 42% dari n = 168

42/100 x n = 168

0,42 x n = 168

n = 168 / 0,42

n = 400

jadi orang tua siswa di sekolah tersebut 400 orang

RASIO

Rasio adalah perbandingan antara 2 besaran atau lebih. Dalam menghitung rasio harus menggunakan
satuan yang sama, apabila terdapat perbedaan maka harus dilakukan penyamaan satuan terlebh
dahulu. Secara umum rasio dilambangkan dengan a/b atau a : b, dimana b ≠ 0.

Contoh: 1

Rasio 15 terhadap 105 adalah 15/105 = 1/ 7= 1 : 7


Contoh :.2

Di kelas 5 SD Sukamaju ada 15 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan. Sedangkan di kelas
6 SD tersebut ada 12 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan.

a. Nyatakan banyaknya siswa laki-laki dan perempuan di kelas 5 SD tersebut sebagai sebuah rasio.

b. Nyatakan banyaknya siswa laki-laki dan perempuan di kelas 6 SD tersebut sebagai sebuah rasio

Jawab:

a. Rasionya adalah 15/20

b. Rasionya adalah 12/16

Berikut ini contoh-contoh soal yang menggunakan rasio dan proporsi

1. Jika terdapat 3 buah kalkulator untuk setiap 4 orang siswa di sebuah sekolah dasar. Berapa banyak
kalkulator yang dibutuhkan untuk 44 orang siswa?

Jawab: banyaknya kalkulator = 3 = n

Banyaknya siswa 4 44

= 3 x 44 = n x 4

= 132 = 4 n

=n = 132/ 4

=n = 33

2. Jika seekor kura-kura berjalan 5 cm tiap detik, berapa m kura-kura itu berjalan selama 50 detik?

Jawab: 5 cm = 0,05 m

0,05 m = n

10 detik 50 detik

0,05 m x 50 detik = n x 10 detik

2,5 m/ detik = 10 n detik

n = 2, 5 m /detik / 10 detik

n = 0,25 m
3. Pak Amin, pak Badrun, dan pak Candra memperoleh uang Rp. 2.520.000,- untuk pengerjaan
pengecetan sebuah rumah. Pak Amin bekerja selama 30 jam, pak Badrun bekerja selama 50 jam dan pak
Candra bekerja selama 60 jam. Mereka membagi uang itu sesuai dengan proporsi jam kerja mereka.
Berapa besar uang yang mereka terima masing-masing?

Jawab: rasio jam bekerja mereka adalah 30 : 50 : 60

30 n + 50 n + 60 n = 2520000

140 n = 2520000

n = 2520000 / 140

n = 18000

Dengan demikian,

pak amin menerima = 30 n = 30 x 18000 = Rp. 540.000,-

pak badrun menerima = 50 n = 50 x 18000 = Rp. 900.000,-

pak candra menerima = 60 n = 60 x 18000 = Rp. 1.080.000,-

untuk memeriksa kebenaran jawaban ini, kita menemukan bahwa 540000+ 900000 + 1080000 =
2520000

Proporsi

Proporsi adalah pecahan yang pembilangnya merupakan bagian dari penyebutnya. Proporsi artinya
jumlah / frekuensi dari suatu sifat tertentu di bandingkan dengan seluruh populasi dimana sifat tersebut
didapatkan. Digunakan unuk melihat komposisi suatu variable dalam populasi. Bentuk ini sering
dinyatakan dalam persen, yaitu dengan mengalikan pecahan ini dengan 100%. Dua rasio dikatakan
proporsional jika dan hanya jika pecahan-pecahan yang mewakilinya ekuivalen.

PROPORSI = X 100%

Contoh: Pada populasi yang terdiri atas 50 ibu hamil, terdapat 5 ibu yang mengalami plasenta previa.
Berapa proporsi ibu hamil yang mengalami plasenta previa?

Jawab: PROPORSI = X 100%

= x 100 %

= 10 %

Sifat sifat proporsi


1. Untuk setiap bilangan rasional dan , dengan a ≠ 0 dan c ≠ 0, = jika dan hanya jika =

Contoh: pada sebuah toko swalayan 7 butir jeruk super dijual dengan harga Rp. 10.000,-. Di toko
swalayan lain 21 butir jeruk super dijual dengan harga Rp. 30.000,-. Pada toko swalayan mana harga
heruk super yang lebih murah?

Jawab: jika harga 7 butir jeruk adalah Rp.10.000,- maka harga 3 x 7 butir jeruk adalah 3 x
Rp.10.000,-. Dengan menggunakan rasio, kita tahu bahwa rasio banyaknya jeruk sama dengan rasio
harganya, al ini berarti 7/21 = 10000 / 30000

2. Untuk sebarang bilangan-bilangan rasional dan , dengan 0, = jika dan hanya jika dan

Contoh: di dalam sebuah pabrik mobil, perakitan mobil menggunakan robot-robot. Jika 3 robot dapat
merakit 17 mobil dalam waktu 10 menit, berapa banyak mobil dapat dirakit oleh 14 robot dalam waktu
45 menit jika semua robot mempunyai kemampuan kerja yang sama?

Jawab:Masalah ini dapat diselesaikan tanpa menulis persamaan apapun. Karena 1 robot merakit
17/30 mobil dalam waktu 1 menit, 14 robot merakit 14 x 17/30 mobil dalam waktu 1 menit. Dengan
demikian dalam waktu 45 menit, 14 robot merakit 45 x 14 x 17/30 = 357 mobil.

Rasio dan proporsi merupakan materi yang sangat penting pada sekolah dasar

maupun sekolah menengah (Beckmann & Izsák, 2015; Berk dkk, 2009; Ibrahim,

2016; Valindra, 2015) dan menjadi dasar untuk mempelajari materi lainnya di

sekolah seperti fungsi linier, peluang, persen, kesebangunan serta menjadi pondasi

untuk materi matematika lebih tinggi lagi seperti aljabar, kalkulus, geometri dan

probabilitas (Lamon, 2007). Konsep rasio dan proporsi bersamaan dengan

pecahan, merupakan konsep yang paling sulit diajarkan, paling kompleks dalam
matematika, menantang secara kognitif, dan menjadi hal yang esensial untuk

menguasai konsep matematika yang lebih tinggi, serta salah satu dari objek yang

menarik untuk diteliti (Lamon, 2007). Dalam materi rasio terdapat dua

permasalahan utama, yaitu mencari nilai yang hilang (missing value problems)

dan membandingkan dua buah rasio (ratio comparison problems) (Carraher &

Schliemann, 2017). Dalam permasalahan mencari nilai yang hilang dibutuhkan

satu nilai yang memenuhi dari sebuah vaiabel yang sudah ada tiga nilai yang

diketahui dan pasangan nilai dari variabel lainnya merupakan pasangan nilai yang

memenuhi dari dua variabel tersebut. Contohnya “tentukan harga dari 6 kg

kentang apabila harga 2 kg kentang adalah Rp. 12.800,00!”. Pada permasalahan

membandingkan dua buah rasio diberikan informasi dari dua situasi lalu

menentukan situasi mana yang relatif lebih murah, lebih cepat, lebih banyak, dll.

Contohnya “sebuah mobil menempuh 75 km dalam waktu 4 jam. Mobil kedua

menempuh perjalanan sejauh 100 km dalam waktu 5 jam. Mobil mana yang

melaju lebih cepat?”. Dalam menyelesaikan permasalahan tersebut banyak siswa

yang bisa membuat proporsi yang benar dan menyelesaikan menggunakan


perkalian silang. Namun belum tentu siswa yang mampu mengerjakan persoalan

tersebut mampu menjelaskan maksud prosedur penyelesaian yang mereka

kerjakan (Permatasari, Amin, & Wijayanti, 2017).

Untuk memahami konsep rasio dan perbandingan dibutuhkan suatu penalaran

proporsional (Nugraha & Pangadi, 2016). Penalaran proporsional termasuk dalam

matematis siswa. Sejalan dengan itu Ernest (1988) dan Thompson (1992)

menyatakan bahwa hal-hal yang dipertimbangkan seorang guru untuk mencapai

tujuan yang diinginkannya merupakan konsepsi guru tentang pengajaran itu

sendiri. Mulyana (2009) juga menyebutkan bahwa keyakinan dan konsepsi yang

dimiliki guru sangat menentukan keberhasilan dalam mencapai tujuan yang

digariskan kurikulum. Tidak serasinya antara keyakinan dan konsepsi guru

dengan visi yang mengarahkan kurikulum, merupakan salah satu faktor yang

menghambat terlaksananya kurikulum sesuai dengan misi yang telah ditetapkan.

Beberapa penelitian baru-baru ini menunjukkan guru memiliki kemampuan

yang kurang baik dalam soal-soal yang menggunakan penalaran proporsional dan
mengalami kesulitan yang sama dengan yang dialami oleh siswa (Ibrahim, 2016;

Berk, dkk 2009; Markworth, 2012; Christou & Pitta-Pantazi, 2009; Nagar dkk,

2015; Orril & Brown , 2012). Seperti halnya siswa, guru hanya mengandalkan

prosedur perhitungan, seperti perkalian silang dan menggunakannya secara tidak

benar (Nagar dkk, 2015), tidak berfokus pada hubungan tetap antara dua besaran

yang berdiri bersama-sama (Lim, 2009), dan memiliki kesulitan dalam

mengkoordinasikan dua besaran dalam hubungan proporsional (Orril & Brown,

2012). Hasil penelitian Berk dkk (2009) yang menunjukkan bahwa mahasiswa

calon guru yang mampu menyelesaiakan masalah yang melibatkan situasi

proporsional, tidak mampu memberikan penjelasan mengapa ia menyelesaikan

soal dengan cara demikian. Berk dkk (2009) menegaskan bahwa salah satu

penyebab dari kurangnya kemampuan penalaran proporsional mahasiswa calon

guru dalam dikarenakan mereka sewaktu di sekolah terbiasa fokus dan menghafal

langkah-langkah untuk mendapatkan hasil penyelesaian dari suatu soal. Hal

serupa terjadi pada penelitian yang dilakukan oleh Ibrahim (2016) dapat dilihat

bahwa calon guru masih kesulitan untuk memberikan representasi dari rasio dan
memberikan argumen yang kurang tepat dalam menjelaskan penyelesaian yang

dilakukannya. Berdasarkan hasil pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa

pemahaman konsep rasio dan perbandingan merupakan hal yang penting bagi

guru maupun calon guru. Pemahaman calon guru matematika harus kuat dan

koheren agar bisa menyampaikan materi dengan baik dan mencapai tujuan

pembelajaran yang telah dituliskan dalam kurikulum. Oleh sebab itu, peneliti

Anda mungkin juga menyukai