SKRIPSI
Oleh:
Wiwin Wulandari
NIM: S20161057
SKRIPSI
Oleh:
Wiwin Wulandari
NIM: S20161057
Disetujui Pembimbing
ii
SKRIPSI
Hari : Senin
Tanggal : 01 Februari 2021
Tim Penguji
Menyetujui
Dekan Fakultas Syariah
iii
vii
MOTTO ..................................................................................................... iv
PERSEMBAHAN ...................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
viii
F. Keabsahan Data…………………………………………………... 39
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................... 85
B. Saran ................................................................................................ 87
LAMPIRAN -LAMPIRAN
ix
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
status pribadi dan status hukum atas setiap peristiwa penting yang dialami
oleh penduduk indonesia yang berada didalam dan atau di luar wilayah
dengan jalan perkawinan yang sah pergaulan laki laki dan perempuan terjadi
dasar kerelaan pihak pihak yang bersangkutan, yang di lakukan dalam adanya
peminangan sebelum perkawinan dan ijab kabul dalam akad nikah yang
suami istri juga diatur, demikian pula hak dan kewajiban antara orang tua dan
1
Undang-Undang No.23 tahun 2006, Tentang Administrasi Kependudukan, Konsideran, Huruf
(A).
anak anaknya. Apabila terjadi perselisihan suami istri diatur pula bagaimana
cara mengatasinya.2
perbuatan hukum ditentukan oleh hukum dan norma agama yang ada dan
berlaku saat ini. Perkawinan yang akan dilaksanakan harus memenuhi rukun
dan syarat yang sudah ditentukan, rukun perkawinan merupakan hakikat yang
memang mutlak harus ada dalam suatu perkawinan karena apabila satu saja
seorang suami istri. Inilah yang sebenarnya dikehendaki oleh agama Islam.
Perkawinan dapat diputus dan berakhir oleh beberapa hal yaitu karena
terjadinya talak yang dijatuhkan oleh suami terhadap istrinya, atau karena
perceraian yang terjadi antara keduanya, atau karena sebab-sebab lain yang
2
Ahmad Azhar Basyir, hukum perkawinan islam, Yogyakarta, UII Press, 1990, hal.1
3
Amir Syarifuddin,hukum perkawinan islam di Indonesia, ( Jakarta : Kencana, 2007) h. 190
salah satunya adalah karena adanya sebab- sebab fasakh atau adanya
pengadilan.4
tua masih hidup, anak sebagai penenang, dan sewaktu orang tua sudah
Keberadaan anak dalam keluarga merupakan sesuatu yang sangat berarti yaitu
sandaran saat di usia lanjut, dan modal untuk meningkatkan peringkat hidup
sehingga dapat mengontrol status sosial orang tua. Dalam Kompilasi Hukum
umum keterangan tentang kedudukan status anak. Status anak sah adalah
anak yang dilahirkan akibat perkawinan yang sah dari hasil pembuahan suami
4
Abdul Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat. ( Jakarta : Kencana, 2003), h. 191
istri yang sah di luar rahim dan dilahirkan oleh istri tersebut. Dan apabila
kepada ibunya, itu artinya bahwa anak yang dilahirkan di luar perkawinan
diakui yaitu dengan cara pemenuhan hak-hak atasnya, salah satunya kejelasan
status nasab kepada orang tuanya. Berkaitan dengan status nasab yang
merupakan hak pertama bagi seorang anak, pada tahapan berikutnya anak
yang lahir dari rahim seorang ibu akan memperoleh beberapa hak yang lain,
yaitu hak memperoleh air susu ibu (ASI), hak untuk mendapatkan perawatan,
atau ada larangan-larangan yang telah dilanggar. Sesuai dengan kasus yang
yang secara hukum Islam pernikahan itu dilarang karena telah melakukan
keponakan istrinya dan itu sudah di atur dalam hukum Islam sesuai dengan
5
Nurul Irfan, Nasab dan Status Anak dalam Hukum Islam, (Jakarta : Amzah,2012), Cet ke 1, h. 15
hukum terhadap status anak ataupun hak pengasuhan anak setelah pembatalan
perkawinan, apakah anak itu bisa dikatakan anak sah atau tidak dan
pemenuhan hak-hak atas dirinya setelah orang tuanya pisah, bahkan soal
perempuan.
keperdataan anak.
perkawinan dengan dua perempuan yang memiliki ikatan darah. Jadi dari
Nomor 1596/Pdt.G/2017/PA.Krs)
B. FOKUS PENELITIAN
1596/Pdt.G/2017/PA.Krs?
6
Tim Penyusun. Pedoman penulisan karya ilmiah. (Jember : IAIN Press. 2015). 44
Nomor 1596/Pdt.G/2017/PA.Krs?
C. TUJUAN PENELITIAN
dengan permasalahan tersebut di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1596/Pdt.G/2017/PA.Krs
D. MANFAAT PENELITIAN
bersifat teoritis dan kegunaan praktis, seperti kegunaan bagi penulis, instansi
1. Manfaat teoritis
perkawinan .
7
Tim Penyusun. Pedoman penulisan karya ilmiah. (Jember : IAIN Press.2018). 37
8
Ibid. 38
2. Manfaat praktis
a. Bagi peneliti
Nomor 1596/Pdt.G/2017/PA.Krs.
c. Bagi masyarakat
d. Bagi Pembaca
dari pada pembaca agar bisa menyampaikan poin dan aturan yang ada
E. DEFINISI ISTILAH
Dalam judul penelitian ini terdapat kata yang harus diperjelas agar
1596/Pdt.G/2017/PA.krs.).”
perkembangan yang merentang dari masa bayi hingga usia lima atau
9
KBBI Online dikembangkan oleh Ebta Setiawan 2012-2019 Versi 2.8
10
Wikipedia bahasa Indonesia, Published at 30 desember 2019
dan diucapkan oleh hakim dalam sidang terbuka untuk umum, sebagai
F. SISTEMATIKA PEMBAHASAN
deskripsi alur pembahasan skiripsi yang dimulai dari bab pendahuluan hingga
bab penutup, sistematika itulah dapat dijadikan arahan bagi pembaca untuk
berikut :
definisi istilah.
11
Rahmat Hakim, hukum perkawinan islam, Bandung : pustaka setia 2000, hal.187
12
Drs. H.A Mukti Arto, Praktek perkara perdata pada pengadilan agama, Yogyakarta: pustaka
belajar, 2011. Hal.251
13
Dr. Jaih Mubarok, Peradilan Agama Indonesia, Bandung : Pustaka Bani Quraisy, 2000. Hal.3
teknik pengumpulan data, analisis data, keabsahan data, dan tahap tahap
penelitian.
5. BAB V bab ini menjelaskan tentang penutup yang menyangkut antara lain:
KAJIAN KEPUSTAKAAN
A. Penelitian Terdahulu
aspek hukum positif dan hukum Islam baik dari Al-Quran dan Hadist
12
skripsi ini adalah 1) Bagaimana status dan kedudukan hukum anak akibat
terhadap harta bersama orang tuanya?. Adapun jenis penelitian ini adalah
tuanya memiliki hubungan darah dan juga mengenai pembagian hak waris
difokuskan menurut Kompilasi Hukum Islam saja dan juga hak waris anak
karena termohon mengaku telah hamil 3 bulan dengan laki laki lain.
tertipu karena termohon mengaku telah hamil 3 bulan dengan laki laki
15
Merry Yuanissa Istiqomah, 2010,” Kajian yuridis status anak akibat pembatalan perkawinan
menurut kompilasi hukum islam”, Skripsi, ( Jember : Universitas Jember)
B. KAJIAN TEORI
menjadi batasan umur adalah anak usia 0-21 tahun. Dalam Undang-
dengan anak adalah seorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak
1974 tentang perkawinan bahwa anak yang belum mencapai usia 18 tahun
Kompilasi Hukum Islam, batas usia anak yang mampu berdiri sendiri atau
16
Musriyadi, 2012, “Pembatalan perkawinan (Tinjauan yuridis terhadap putusan pengadilan
agama Nomor.929/Pdt.G/2007/PA.Pwt)”, Skripsi, (Purwokerto : Universitas Jenderal
Soedirman)
dewasa adalah 21 tahun. Dalam konvensi hak-hak anak batasan umur anak
masih dalam kandungan atau disebut dengan pre-netral, yang artinya masa
perempuan oleh sperma laki-laki) dan berakhir ketika sang bayi lahir
kedunia.
perkembangan :
kedalamnya.
17
Gatot Supramono, Hukum Acara Pengadilan Anak, (Jakarta : Djambatan: 2000), cet ke 3, h. 5
makhluk sosial. Jiwa anak itu lembut dan mudah terpengaruh, anak-anak
terlebih dahulu harus mengetahui secara umum tentang anak sah, anak sah
menurut pasal 99 KHI dan UU Perkawinan No.1 tahun 1974 terdapat dua
bertemunya sel sperma dan sel telur terjadi. Yang kedua, “anak yang lahir
sebagai akibat perkawinan yang sah”, artinya pembenihan oleh suami istri
yang sah.
di luar ketentuan tersebut dapat dikategorikan sebagai anak yang tidak sah
atau anak yang luar nikah atau anak luar kawin. Jadi anak luar kawin
18
Ibrahim Amini, Anakmu, Amanatnya, (Jakarta: Al-Huda, 2006),cet I, hal.141
a. Anak kandung
3) Untuk hidup, daam arti tidak dibunuh oleh orang tuanya karena
ibu bapaknya
b. Anak zina
berarti begaul antara wanita dan pria tidak menurut ajaran Islam.
dikenal dengan anak luar kawin. Oleh karena itu anak luar kawin
19
W.J.S Poerwadaminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, Jakarta: Balai Pustaka.
2005. Cet,III. Hal.1280
3) Bapak tidak berhak menjadi wali bagi anak luar kawin, jika
c. Anak angkat
orang lain dan tidak mempunyai hubungan nasab atau silsilah dengan
duaan) dengan anak angkat yang berlainan jenis dan telah baligh.22
20
Amir Syarifuddin, Meretas Kebekuan Ijtihad, Jakarta: Ciputat Press. 2002. Hal.195
21
M. Hamdan Rasyid, Fiqh Indonesia: Himpunan fatwa-fatwa Aktual, Jakarta: PT. Al-Mawardi
Prima. 2003. Cet I. Hal. 217
22
M. Hamdan Rasyid, Fiqh Indonesia: Himpunan Fatwa-fatwa Aktual, Hal. 220
mengutip dari berbagai pandangan ulama, anak syubhat yaitu anak yang
bahwa wanita tersebut haram untuk dicampuri, baik karena haram untuk
akad nikah dengan seorang wanita seperti biasa, tapi ternyata akadnya
tersebut fasid.
seorang wanita tanpa adanya akad antara keduanya, baik sah maupun
Dan juga dalam Islam hak-hak anak di mulai sejak anak masih
23
Muhammad Jawad Mughniyyah, Fiqh Lima Mazdhab, Penerjemah Masykur AB,dkk.
(Jakarta:Lentera, 2001) cet VII, H.389
status nasab kepada orang tuanya. Dan dalam Islam juga sangat
menghargai anak yang lahir di dunia ini, anak yang merupakan generasi
penerus keturunan yang akan mewarisi semua yang dimiliki oleh oang
adalah khalifah di muka bumi ini. Kedudukan anak dalam Islam sangatlah
penting, bagaimana hubungan nasab atau hubungan darah antara anak dan
24
Mufidah, Haruskah Perempuan dan Anak di Korbankan,Panduan Pemula Untuk Pendamping
Korban Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak, ( Malang: PSG Publishing dan Pilar Media,
2006). H. 63
orang tuanya adalah hubungan keperdataan yang paling kuat yang tidak
Islam sangat menghargai anak yang lahir di dunia ini, anak yang
bahwa :
“anak yang sah adalah anak yang di lahirkan dalam atau sebagai
akibat perkawinan yang sah.”
Oleh sebab itu sah atau tidaknya suatu perkawinan berkaitan erat
perlindungan hukum bagi anak dan istri serta harta benda dalam
anak serta hak dan kewajiban para pihak, maka syarat dan rukun
melangsungkan perkawinan.
Oleh sebab itu hukum, baik yang dibuat oleh badan tertentu dalam
suatu negara yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat, akan secara
Anak adalah anak yang di lahirkan oleh seorang wanita baik anak
antara anak sah dan anak tidak sah atau anak luar kawin. Anak sah adalah
anak yang di lahirkan dalam atau sebagai akibat perkawinan yang sah,
sedangkan anak yang tidak sah atau anak luar kawin adalah anak yang
dilahirkan diluar perkawinan yang sah antara kedua orang tuanya. Hal ini
1974 tentang Perkawinan, pasal 42 bahwa anak yang sah adalah anak yang
demikian dalam pasal ini tidak di sebutkan adanya suatu tenggang waktu
untuk menentukan sah atau tidaknya seorang anak. Adapun seorang anak
25
Anna Triningsih, pengadilan sebagai lembaga penegakan hukum, kepaniteraan dan
sekretariatan jenderal mahkamah konstitusi RI, Jakarta hlm. 142
26
Hilam Hadikusuma, Hukum Perkawinan Indonesia menurut: Perundangan, Hukum adat dan
Hukum agama,(Erlangga, Jakarta: 2003), h.133
tua untuk tetap memberI nafkah kepada anak-anaknya sampai dewasa atau
oleh orang tua yang perkawinannya telah dibatalkan oleh pengadilan tetap
Adapun mengenai hak dan status istri atau akibat hukum terhadap
dibatalkan sebagaimana diatur dalam pasal 28 ayat (2) butir (b) UU.No 1
berlaku surut terhadap suami atau istri yang bertindak dengan itikad baik,
didasarkan pada itikad baik dari suami dan istri, maka perkawinan tersebut
tetap mempunyai akibat hukum yang sah bagi suami dan istri serta
perceraian.27
suatu perkara atau sengketa antara pihak yang berperkara atau juga
diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum. Jika dilihat dari segi
saja.
6) Putusan serta merta (Uit voerbaar bij voorraad) yaitu putusan yang
banding atau kasasi. Putusan serta merta dapat dijatuhkan, apabila telah
perkawinan yang dilakukan itu dinyatakan tidak sah (no legal force or
itu dianggap tidak pernah ada (never existed) oleh karena itu si laki-
hanya dua pihak pengakad yaitu suami istri saja tetapi termasuk pihak
28
Yahya Harahap, Hukum Perkawinan Indonesia, Medan: CV Zahir Tranding Co. 1978. Hal. 71
29
Ibnu Manzur, Lisan al-‘arab Jus III, (Qatar: Dar al-Fikr, 1994), hal. 45
30
Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Departemen Agama RI, Kompilasi
Hukum Islam Tentang NTCR II, Proyek Pembinaan Badan Peradilan Agama, Jakarta: 1985, hal.
23
karena syarat-syarat yang tidak terpenuhi pada akad nikah atau karena
perkawinan.31
31
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah Jiid 8, terjemah Judul Asli Fiqhu al-Sunnah, (Bandung: Al- Ma’arif,
1980) Cet. 1, hal.124-125
1974 yaitu:
hukum
32
Tami Rusli, pembatalan perkawinan berdasarkan undang-undang Nomor 1 tahun 1974 tentang
perkawinan, Pranata Hukum vol.8 No.2 Juli 2013
dengan pria lain kemudian bercerai lagi ba’da al dukhul dan pria
keatas
e) Istri adalah saudara kandung atau sebagai bibi atau kemenakan dari
dibatalkan apabila :
suami lain
a) Para keluarga dalam garis keturunan lurus keatas dan kebawah dari
67.33
dibawah ini adalah pemaparan hal hal yang mengakibatkan perkawinan itu
seorang wanita menurut syara’ dibagi dua yaitu hubungan abadi dan
Al-Qur’an ada tujuh macam wanita yang termasuk golongan ini, yaitu:
bawah
33
Kompilasi Hukum Islam (KHI)
34
Abdurrahman Ghazaly, fiqh munakahat, Jakarta: Kencana, 2003. Cet I, Hal.103
An-Nisa ayat 23 :
sangat besar yaitu seorang ibu yang berhak atas anaknya berupa kebaikan,
seorang anak masih berhak mendapatkan cinta kasih dari orang tuanya,
yang terjalin antara suami istri secara tradisi dank arena seba-sebab ini
berikut :
35
Ali Yusuf as-subki, Fiqh Keluarga Pedoman Berkeluarga dalam Islam, Penerjemah Nurkhozin,
Nidzhomul Usroh fi al-islami, Jakarta : Amzah.2002. cet I. Hal.122
sesusuan, yang semuanya telah termaktub dalam ayat Al-Qur’an surat An-
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
B. Lokasi penelitian
dan juga dapat diartikan lokasi ini sebagai objek tujuan yang ditetapkan
Kabupaten Probolinggo.
C. Subjek Penelitian
sebagai data pokok dalam penyusunan skripsi ini. Data primer skripsi ini
36
Faisal Sanapiah, Format-format Penelitian Sosial. Dasar- dasar dan Aplikasinya, Jakarta: PT.
Rajawali Pers, 2003, cet VI, Hal. 20
37
Kraksaan yaitu H. Dede Andi, S.H.I., M.H. serta data-data dari Pengadilan
ini.
37
Lexi J,Moleong, Metodelogi penelitian kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004, hal.
135
pembatalan perkawinan.
E. Analisis Data
penulisan skripsi yang diatur oleh Institut Agama Islam Negeri Jember.
F. Keabsahan Data
apabila tidak ada perbedaan antara yang di laporkan peneliti dengan apa yang
sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Pada penelitian ini memakai
yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluat data itu untuk keperluan
G. Tahap-tahap Penelitian
1. Tahap persiapan
2. Tahap pelaksanaan
a. Mengumpulkan data
b. Menganalisis data
3. Tahap penyelesaian
menerangkan tentang keberadaan situasi dan kondisi atau keadaan dari obyek
kekuasaan kehakiman pada tingkat pertama bagi para pencari keadilan yang
wilayah 1.696,17 Km² dan jumlah penduduk 1.092.036 jiwa. Dasar Hukum
STBL tahun 1937 nomor 116 dan 610. Gedung Pengadilan Agama
MCL. Gedung kantor ini telah sesuai dengan Proto type Gedung
41
talak, isbat nikah, cerai gugat, izin poligami, hak bekas istri, harta
dll)
Tahun 1989 jo. Undang - Undang No. 3 Tahun 2006 jo. Undang –
2009);
Bidang Umum);
KETUA
HAKIM
Drs. H . Achmad Nurul Huda, M.H.
Drs. H. Muqoddar, S.H.
Drs.H.M. Bisyri, S.H., M.H.
Drs.Taufiqurrochman, M.H.
H. Dede Andi, S.H.I., M.H.
PANITERA SEKRETARIS
undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 pada Bab III pasal 49 ayat (1)
administrasi perkara.
1) Meja I
penggugat/pemohon.
3) Kasir
b) Menandatangani SKUM
4) Meja II
a) Mempelajari berkas
6) Panitera
7) Majelis Hakim
b) Menyidangkan perkara
9) Meja III
lewat jurusita
a) Mendata perkara
b) Melaporkan perkara
1596/Pdt.G/2017/PA.Krs
pada awal bulan Juli 2005 almarhum (suami penggugat) mengajukan ijin
merupakan keponakan dari penggugat yang sejak kecil diasuh dan ikut di
adalah wajar manakala ditarik sebagai pihak dalam perkara ini sebagai
ini semata mata agar tunduk dan patuh pada isi putusan.
adalah :
Oktober 2005.
berkekuatan hukum.
menikah bertempat tinggal tidak jauh dari rumah penggugat, dan benar
kepada Tergugat.
bukti P-1
k. Fotokopi surat keterangan beda nama atas nama alias Siti h, ditandai
bukti P-12
m. Fotokopi surat keterangan beda nama atas nama, ditandai bukti P-13
n. Fotokopi surat keterangan beda nama atas nama alias Niti asim alias
15
bukti P-16
keluarga atas nama penggugat dan KUA , ditandai bukti P-17. Dan
daiantaranya:
sirri dan menikah secara sah di KUA dan dari pernikahannya telah
penggugat) dan tegugat menikah sirri dan menikah secara sah yang
d) Fotokopi kutipan akta nikah atas nama bin dan binti, diberi
tanda T-4
d) Fotokopi kutipan akta nikah atas nama bin dan binti, diberi
tanda T-5
almarhum.
1596/Pdt.G/2017/PA.Krs
hukumnya :
Penggugat, sesuai dengan pasal 174 HIR jo pasal 1923 dan pasal
dengan surat aslinya, dan telah dinazegelen oleh petugas pos dan
yang dilihat sendiri atau di dengar sendiri dan relevan dengan dalil
surat aslinya, dan telah dinazegelen oleh petugas pos dan giro,
materiil dapat diterima sebagai alat bukti dalam perkara ini. Dan
saksi dari pihak tergugat sudah dewasa, berakal sehat dan sudah
saksi pihak Tergugat adalah fakta yang dilihat sendiri dan didengar
perkara a quo.
P-15.
bukti P-9 dan T-4 kutipan Akta Nikah dari Kantor Urusan Agama
melanggar ketentuan Pasal 4 ayat (1) dan Pasal 5 ayat (1) Undang-
ayat 23 :
memenuhi dan sesuai dengan ketentuan pasal 4 ayat (1), pasal 5 ayat
(1), pasal 24, pasal 26 ayat (2), dan pasal 27 ayat (2) Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1974 jo. Pasal 71 huruf a dan pasal 72 ayat (2)
yang demikian tidak boleh terjadi atau dilarang sesuai dengan pasal
Nomor 1596/Pdt.G/2017/PA.Krs
38
Putusan Pengadilan Agama Kraksaan Nomor 1596/pdt.G/2017/PA.Krs
mengenai status anak dan lainnya tidak disinggung sama sekali dalam
putusan. Dalam hal ini dikarenakan Hakim tidak boleh menetapkan atau
memutus sesuatu yang tidak di tuntut atau Hakim tidak boleh menambah
putusan. hal ini sesuai dengan asas yang menyebutkan Ultra Petitum Partium
( Hakim tidak boleh menuntut melebihi dari apa atau yang tidak dituntut).
2) Hasil pembuahan suami istri yang sah di luar rahim dan dilahirkan
39
Nourrouzzaman Shiddiqie, Fiqih Indonesia : Penggagas dan Gagasannya, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 1997. Cet I, hal. 231
40
Pasal 99 Kompilasi Hukum Islam (KHI)
2) Bila akta kelahiran atau bukti lainnya yang tersebut dalam ayat 1
yang bersangkutan.41
41
Dedi Supriadi, dan Mustofa, Perbandingan Hukum Perkawinan di Dunia Islam, Bandung:
Pustaka al-Fikriis, 2009. Cet I, Hal.119-120
2) Pembuahan itu berasal dari sperma suami istri yang sah dan
perempuan lain.42
1) Perkawinan yang batal karena salah satu dari suami atau istri
murtad
42
Sidik Tono, dan Amir Mualim, Peradilan Agama dan Kompilasi Hukum Islam Dalam Tata
Hukum Indonesia, Yogyakarta: UI Press, 1999. Cet I, Hal.106
status hukum anak tetaplah anak mereka, status anak tetap anak sah
43
Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 75
44
A. Hasyim Nawawie “Pembatalan Perkawinan di Pengadilan Agama Kabupaten Tulunggagung”
Journal Diversi, 1 (April, 2016), 20.
45
Darwin Prints dalam Iman Jauhari, Hak-hak Anak dalam Hukum Islam, Jakarta: Pustaka Bangsa
Pres, 2003. Hal. 80
Hukum Perdata (BW) anak belum dewasa adalah mereka yang belum
berumur 21 tahun harus mendapat ijin dari orang tuanya, pasal 7 ayat
Kompilasi Hukum Islam batas usia dewasa diatur dalam pasal 93 ayat
perkawinan.46
sah. Hal ini menjelaskan bahwa keturunan yang sah yang dimaksud
diatas adalah anak sah termasuk dari anak dan seterusnya ke bawah.
46
Nizam, Kewajiban Orang Tua Laki-laki (Ayah) Atas Biaya Nafkah Anak Sah Setelah Terjadinya
Perceraian(Kajian Putusan Pengadilan Agama Semarang), Semarang: Tesis Program Magister
Kenotariatan Universitas Dipenogoro, 2005. Hal. 32
dari kata verwekt yang bisa juga diberikan arti “dibenihkan”. Kata
seorang anak, jika anak tersebut lahir dalam suatu keluarga, yang
ibunya adalah anak sah dari kedua orang tuanya artinya ukuran
pertama ayah dari seorang anak tersebut adalah bapak atau ayah yang
47
Pasal 199 KUHPer dan Pasal 38 UUP
perkawinan.
menyebutkan :
lahir akibat dari perkawinan yang sah. Kemudian untuk status anak
48
J. Satrio, Hukum Keluarga Tentang Kedudukan Anak Dalam Undang-undang Edisi Revisi,
Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2005. Hal. 19-24
Perkawinan
sah, jika proses pembuahan dan lahirnya seorang anak dalam sebuah
kepastian nasab.49
hukum islam sesuai firman allah Al-Qur’an surat An-Nisa ayat 23,
49
Fuad Buchari “Kedudukan Anak Akibat Pembatalan Perkawinan ditinjau Dari Undang-undang
Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan” Jom Fakultas Hukum, 2 (Oktober, 2014), 1.
pada KUA sesuai dengan bukti adanya akta nikah. Dan ternyata
dibatalkan oleh pengadilan status anak tetap anak sah dari suami-isri
nikah itu tidak menyebabkan status anak menjadi batal juga. Jika
wathi subhat yaitu dia menganggap nikahnya itu sah, sehingga dia
tua terhadap anak baik lahiriah dan batiniah. Memang banyak yang
hubungan nasab dengan ibu dan keluarga ibunya saja. Akan tetapi
sebagai anak sah, agar hak-hak sebagai anak dan sebagai manusia
1596/Pdt.G/2017/PA.Krs
Peneliti lebih setuju pada pendapat Hakim atau pandangan Hakim tentang
50
Dede Andi, wawancara, Probolinggo, 12 Juni 2020.
pengadilan status anak tetap anak sah dari suami-istri yang dibatalkan
yang bertempat tinggal di kota Palembang yang dalam hal ini penulis
batalkan tetap sebagai anak mereka yang sah karena batalnya perkawinan
menurut beliau tidak merubah status si anak dan menurut beliau karena
maka anak yang dihasilkan dari pernikahan yang sah adalah anak sah.
Beliau tetap mengatakan bahwa anak tersebut tetap dikatakan anak sah
dari perkawinan yang dilarang oleh agama, tetap saja ayah ibunya
Bahkan status anak tersebut tidak berubah, tetap menjadi anak sah. Lain
halnya jika status anak yang dilahirkan adalah anak luar kawin atau anak
maka status anak menurut Kompilasi Hukum Islam dalam pasal 75:
a. Perkawinan yang batal karena salah satu dari suami atau istri murtad
51
Diding Jalaludin, Wawancara Via Telephon, Probolinggo, 17 September 2020.
Jadi dari pasal 75 poin b sudah jelas bahwa status anak akibat
yang dibatalkan.
menurut analisis peneliti anak tersebut tetap dikatakan sebagai anak sah,
Perkawinan.
menjadi:
52
Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 75
pertumbuhan anak agar menjadi anak yang baik, yaitu dengan memenuhi
53
Absori, Perlindungan Hukum Hak-hak Anak dan Implementasinya di Indonesia Pada Era
Otonomi Daerah, Artikel diakses pada 30 Mei 2011 dari
http://www.google.co.id/#hl=id&source=hp&q=hak+anak&oq=hak+anak&aq=f&aqi=g10&aql=&
gs_sm=e&gs_upl=3382361344746101101101101111111018091356910.1.1.1.2.2.1&fq=141010
c178f24899&biw=1024&bih=507.
dari perkawinan yang dilarang oleh agama, tetap saja ayah ibunya
anak sah.
PENUTUP
A. Kesimpulan
tanpa adanya ijin poligami dari penggugat selaku istri pertama yang sah
adilnya.
Dalam sebuah putusan tentunya tidak akan lepas dari pertimbangan Hakim
85
Kompilasi Hukum Islam serta berdasarkan firman allah swt dalam Al-
Islam bahwa anak tersebut tetap dinasabkan kepada kedua orang tuanya
karena hukum itu tidak berlaku surut terhadap anak yang dilahirkan dari
pernikahannya dibatalkan oleh pengadilan, status anak tetap anak sah dari
terhadap anak yang dilahirkan dari perkawinan tersebut. bahwa tidak ada
dampak walaupun perkawinanya diputus, status anak tetap anak sah dan
B. Saran-saran
ketika sebelum akad maupun setelah akad sehingga tidak akan terjadi
maupun anak-anaknya.
DAFTAR PUSTAKA
BUKU :
As-subki, Ali Yusuf. 2002. Fiqh Keluarga Pedoman Berkeluarga dalam Islam,
Penerjemah Nurkhozin, Nidzhomul Usroh fi al-islami, Jakarta : Amzah.
Basyir, Ahmad Azhar. 1990. Hukum Perkawinan Islam, Yogyakarta : UII Press
Darwin Prints dalam Iman Jauhari. 2003. Hak-hak Anak dalam Hukum Islam,
Jakarta: Pustaka Bangsa Pres.
Irfan, Nurul. 2012. Nasab dan Status Anak dalam Hukum Islam, Jakarta : Amzah.
Manzur, Ibnu. 1994. Lisan al-‘arab Jus III, Qatar: Dar al-Fikr.
Nizam. 2005. Kewajiban Orang Tua Laki-laki (Ayah) Atas Biaya Nafkah Anak
Sah Setelah Terjadinya Perceraian(Kajian Putusan Pengadilan Agama
Semarang), Semarang: Tesis Program Magister Kenotariatan Universitas
Dipenogoro.
Rasyid, M. Hamdan. 2003. Fiqh Indonesia: Himpunan fatwa-fatwa Aktual,
Jakarta: PT. Al-Mawardi Prima.
Sidik Tono, dan Amir Mualim. 1999. Peradilan Agama dan Kompilasi Hukum
Islam Dalam Tata Hukum Indonesia, Yogyakarta: UI Press.
Sugiono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R & D Bandung:
Alfabeta.
KAMUS :
KBBI Online dikembangkan oleh Ebta Setiawan 2012-2019 Versi 2.8
KUHPedata
JURNAL :
SKRIPSI :
Ahmad Sahrullah Fadli, 2007, “status anak akibat pembatalan perkawinan suami
istri yang dilarang menikah(studi putusan pengadilan agama Yogyakarta
N0.216/Pdt.G.1996/PA.YK)”. Skripsi, (Yogyakarta : UIN Sunan Kalijaga)
Merry Yuanissa Istiqomah, 2010,” Kajian yuridis status anak akibat pembatalan
perkawinan menurut kompilasi hukum islam”, Skripsi, ( Jember :
Universitas Jember)
Musriyadi, 2012, “Pembatalan perkawinan (Tinjauan yuridis terhadap putusan
pengadilan agama Nomor.929/Pdt.G/2007/PA.Pwt)”, Skripsi,
(Purwokerto : Universitas Jenderal Soedirman)
INTERNET :
HASIL WAWANCARA :
NIM : S20161057
Fakultas : Syari’ah
Dengan ini menyatakan bahwa isi skripsi dengan “STATUS ANAK AKIBAT
PEMBATALAN PERKAWINAN (STUDI TERHADAP PUTUSAN
PENGADILAN AGAMA KRAKSAAN NOMOR 1596/Pdt.G/2017/PA.Krs)”
ini adalah hasil penelitian/karya saya sendiri, kecuali pada bagian-bagian yang
dirujuk sumbernya.
WiwinWulandari
NIM.S20161057
ini?
permohonan pemohon?
perkawinan ini.
10. Bagaimana pertimbangan Majelis Hakim terhadap anak yang dihasilkan dari
11. Bagaimana kedudukan atau status nasab anak dari perkawinan yang
dibatalkan tersebut?
orang tua yang perkawinannya dibatalkan terhadap anak yang dihasilkan dari
perkawinan tersebut?
13. Apa saran Bapak Hakim terhadap kasus yang terjadi ini antara pasangan yang
dilarang untuk menikah agar tidak terjadi kasus seperti ini lagi?
Wiwin wulandari atau yang akrab disapa wiwin lahir di Probolinggo pada tanggal
10 November 1996. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara buah hati
dari ayahanda tercinta Saiful Amirullah dan ibunda tercinta Mastri. Tahapan
pendidikan yang ditempuh oleh penulis dimulai dari MI Az-zainiyah III dan
MTS Az-zainiyah 1 dan selesai pada tahun 2013. Pada tahun yang sama penulis
melanjutkan pendidikan di SMA Nurul Jadid Paiton dan selesai pada tahun 2016.