SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Satu Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.1)
Ilmu Pemerintahan pada Fakultas Syariah
Oleh:
ZUHAL MADIAN
NIM : 105180409
1
2
PERNYATAAN KEASLIAN
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana strata satu (S1) di Fakultas
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
Zuhal Madian
Nim. 105180409
3
Jambi, 2022
Kepada Yth,
Bapak Dekan Fakultas Syariah
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Setelah membaca dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka skripsi
Zuhal Madian yang berjudul “Upaya Pemerintah Sarolangun dalam Mengatasi
Pernikahan Usia Dini (Studi Kasus Kecamatan Pelawan Kabupaten
Sarolangun” telah disetujui dan dapat diajukan untuk dimunaqasahkan guna
melengkapi syarat-syarat memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S.1) dalam
Program Studi Ilmu Pemerintahan pada Fakultas Syariah UIN Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi.
Pembimbing I Pembimbing II
Panitia Ujian:
MOTTO
1
Al-Qur’an & Terjemahannya (Jakarta: Departemen Agama RI, 2008).
6
ABSTRAK
Oleh zuhal Madian
Nama : Zuhal Madian, Nim : 105180409. Skripsi ini berjudul upaya pemerintah
sarolangun dalam mengatasi pernikahan usia dini (studi kasus kecamatan pelawan
kabupaten sarolangun ). Sebagai tujuan antaranya untuk mendeskripsikan
mengetahui (1) bentuk tugas dan tanggung jawab pemerintah dalam mengatasi
pernikahan usia dini (2) bentuk upaya pemerintah Kabupaten Sarolangun dalam
mengatasi pernikahan usia dini. Skripsi ini mengunakan metode penelitian
kualitatif melalui pendekatan deskriftif dengan teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah, Observasi, wawancara, dan dokumentasi. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan diperoleh kesimpulan sebagai berikut: Bentuk atau
Peran dan tanggung jawab pemerintah Kabupaten Sarolangun terhadap
pencegahan pernikahan dini di Kecamatan Pelawan Kabupaten Sarolangun
pemerintah belum berperan secara maksimal dalam penanggulangan pernikahan
dini. Adapun Upayan Upaya yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Sarolangun
terhadap Pencegahan Pernikahan dini di Kecamatan Pelawan adalah bekerjasama
dengan KUA dan masyarakat melakukan upaya pendampingan, membuat Pos
Pengaduan dan melakukan Monitoring Evaluasi, serta Memberikan Pembiayaan.
ABSTRACT
Oleh Zuhal Madian
Name : Zuhal Madian, Nim : 105180409. This thesis is entitled the efforts of the
Sarolangun government to overcome early marriage (a case study of Pelawan
sub-district Sarolangun district). The aims include describing (1) the
government's duties and responsibilities in dealing with early marriage (2) the
efforts made by the Sarolangun Regency government in dealing with early
marriage. This thesis uses qualitative research methods through a descriptive
approach with data collection techniques used are observation, interviews, and
documentation. Based on the research conducted, the following conclusions can
be drawn: The shape or role and responsibility of the Sarolangun Regency
government for the prevention of early marriage in Pelawan District, Sarolangun
Regency, the government has not played its maximum role in tackling early
marriage. The efforts made by the Government of Sarolangun Regency to prevent
early marriage in Pelawan District are collaborating with KUA and the
community to provide assistance, create Complaint Posts and carry out
Monitoring Evaluation, and Providing Funding.
PERSEMBAHAN
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji dan syukur kepada Allah SWT, yang telah memberikan
sebesar- besarnya kepada semua pihak yang turut membantu kelancaran penulisan
1. Bapak Prof. Dr. H. Su’aidi Asy’Ari, M.A., Ph. D. selaku Rektor UIN STS
Jambi.
2. Bapak Dr. Sayuti Una, S.Ag., M.H. selaku Dekan Fakultas Syariah UIN STS
Jambi..
3. Bapak Agus Salim, M.A., M.I.R., Ph.D sebagai Wakil Dekan Bidang
Akademik.
4. Bapak Dr. Ruslan Abdul Gani, S.H., M.Hum sebagai Wakil Dekan Bidang
Administrasi Umum Perencanaan dan Keuangan.
5. Bapak Dr. H. Ishaq, S.H., M.Hum sebagai Wakil Dekan Bidang
Kemahasiswaan dan Kerjasama di Lingkungan UIN STS Jambi.
6. Bapak Yudi Armansyah, S.Th.I., M.Hum, sebagai Ketua Prodi Ilmu
Pemerintahan.
7. Ibu Wenny Dastina, M.Si, sebagai sekretaris Prodi Ilmu Pemerintahan.
8. Bapak Dr. Sayuti Una, S.Ag., M.H. Selaku Pembimbing I dan Ibu Mustiah
RH, S.Ag., M.Sy Selaku Pembimbing II.
9. Teruntuk Siti Rahmah, S.E Thank you and you are the best partner.
10
10.Bapak dan Ibu Dosen, Asisten Dosen, seluruh Karyawan/ Karyawati Fakultas
Syariah UIN STS Jambi, dan Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan
skripsi ini, yang tidak dapat penulis tuliskan satu persatu.
Di samping itu penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karennya diharapkan kepada semua pihak untuk dapat
memberikan Kritik dan Saran pemikirannya demi perbaikan skripsi ini. Kepada
Allah SWT penulis memohon ampunan atas semua kesalahan yang ada didalam
skripsi ini, semoga amal kebijakan kita dinilai seimbang oleh Allah SWT.
Zuhal Madian
Nim. 105180409
11
DAFTAR ISI
PERNYATAAN KEASLIAN……………………………………………... i
PERSEMBAHAN …………………………………………………………. iv
ABSTRAK ………………………………………………………………….. v
ABSTRACT………..………………………………………………………. vi
KATA PENGANTAR………………………………………………………vii
DAFTAR ISI…………..……………………………………………………. ix
BAB 1 PENDAHULUAN:
A. Pemerintah .…….…………………………………………......... 27
B. Kewenangan Pemerintah Daerah ………..……………………... 34
C. Syarat dan Rukun Nikah ...……………………………………... 36
A. Kesimpulan …………………………………………………….. 69
B. Saran …………………………………………………………… 70
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
13
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2: Peneliti bersama Ketua KUA Kecamatan Pelawan dan Staff …….. 74
15
DAFTAR SINGKATAN
UU : Undang-Undang
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kekacauan oleh kepentingan individu yang saling berhadapan dalam ruang dan
upaya mendamaikan, melindungi individu dan kelompok dari gangguan pihak lain.
Kelompok tersebut adalah minoritas yurg memiliki otoritas relatif tak terbatas
dengan tujuan yang dapat mereka ciptakan atas nama kelompok mayoritas (rakyat)
Jadi “Regeren” digunakan untuk pemerintahan pada tingkat nasional atau pusat.
2
Muhadam Labolo, Memahami Ilmu Pemerintahan,(Jakarta: Rajawali Pers.2014).hlm.27
17
dan “pemerintahan” dipakai dalam arti yang luas. Pemerintahan dalam arti yang
luas terbagi berdasarkan ajaran Trias Politica dari Montesquieu yang terdiri atas:
dalam berbagai status serta untuk kepentingan umum), baik itu dilakukan secara
langsung maupun tidak secara langsung yang tercermin pada berbagai dimensi
kehidupan publik. Oleh karena itu, kebijakan pemerintah sering disebut sebagai
kebijakan publik.
3
Rahman Mulyawan, Sistem Pemerintahan Indonesia (Bandung: UNPAD,2015),hlm.7-8.
18
atas kebijakan yang dialkukan oleh pemerintah yang disebut sebagai kebijakan
Kalau kebijakan pemerintah dipahami dari saran yang akan dicapai (diatur) di
mana sasarannya adalah publik tidak saja dalam pengertian negara akan tetapi
dan fungsinya dalam hubungannya dengan masyarakat dan dunia usaha. Pada
Batasan lain tentang kebijakan publik diberikan oleh Thomas R. Dye, yang
atapun tumbuh-tumbuhan tidak bisa lepas dari pernikahan atau perkawinan. Ini
4
H Faried Ali dan H Andi Syamsu Alam, Studi Kebijakan Pemerintahan
(Bandung:Refika Aditama.,2012),hlm.7
5
Nuryanti Mustari, Pemahaman Kebijakan Publik, Formulasi, Implementasi dan
Evaluasi Kebijakan Publik, (Yogyakarta: LeutikaPrio, 2015), hlm. 4-5
19
kemulian itu, Allah dan Rosul-Nya telah mensyariatkan pernikahan sebagai cara
yang mulia dan terhormat untuk menjaga kemuliaan umat manusia. Dengan
sama antara suami dan istri agar tercapai tujuan pernikahan yang membawa
kepada orang-orang yang beriman untuk membina dan melindungi keluarga serta
banyak perbedaan adat dan budaya karena Indonesia terdiri dari banyak suku.
Indonesia adalah negara dengan banyak budaya yang berbeda dan masing-masing
6
Mohammad Asmawi, Nikah dalam perbincangan dan perbedaan, (Yogyakarta :
Darrusalam, 2004), hal.18
7
Munawar Zaman, Manajemen Cinta Pranikah menuju Nikah Penuh Berkah”Jangan
Takut Married (Bandung : 2007, hal.196)
8
Syaikh Abdul Azis dan Khalid, Perkawinan dan Masalahnya, (Jakarta : Pustaka Al-
kautsar, 1995), hal 34
20
memiliki karakter tersendiri sebagai aset budaya yang tak tergantikan. Salah
tradisi pernikahan dini yang menjadi kebiasaan masyarakat hingga saat ini.
tidak ada cara lain selain menikah dini. Mengapa demikian, karena jika tidak,
merusak nama baik kerabatnya, terutama perempuan yang darinya terlihat jelas
Oleh karena itu, salah satu asas yang tertuang dalam Undang-Undang
Perkawinan 1974 menegaskan bahwa agar seorang calon mempelai dapat menikah,
Agar hubungan antara pria dan wanita diatur dengan saling menghormati
martabat manusia.11 Dalam menjaga kerukunan rumah tangga yang sesuai dengan
ajaran Islam dan UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, diperlukan sebuah
9
Umul Baroroh, Fiqh Keluarga Muslim Indonesia, (Semarang: Karya Abadi Jaya, 2015),
hlm. 4.
10
Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: Rajawali Press, 1997), hlm. 57.
11
Marcel A. Boisard, Humanisme dalam Islam, alih bahasa oleh H.M. Rasjidi, cet. Ke 1
(Jakarta: Bulan Bintang, 1980), hlm. 120.
21
kedewasaan dalam berfikir dan bertindak, sebab hal tersebut sangat berpengaruh
melakukan hubungan seks saja namun lebih dari itu setelah terjadi pernikahan
yang sah maka akan timbul suatu hukum yaitu keduanya harus saling memenuhi
hak dan kewajiban masing-masing. Fenomena pernikahan usia dini pada saat ini,
dari tahun ke tahun angkanya semakin melonjak tinggi. Hal tersebut dapat dilihat
belum cukup umur untuk menikah. Saat ini, pernikahan remaja dini tidak hanya
terjadi di pedesaan, tetapi juga di kota-kota besar. Fenomena ini menjadi mode
dan tren di kalangan remaja dengan berbagai motif. Jika pada zaman dahulu
banyak orang tua yang ingin menikahkan anaknya di usia muda, saat ini cukup
Para ahli mengklaim bahwa pernikahan dini dipandang sebagai cara untuk
menghindari dosa seperti seks bebas. Ada juga yang melakukannya karena
terpaksa dan karena hamil di luar nikah. Fenomena ini sering terdengar di
masyarakat. Menikah bukan hanya sekedar ijab kabul dan pembenaran atas apa
yang diharamkan, melainkan kesiapan moril dan materil untuk menghadapi hidup
12
Rohmat, “Pernikahan Dini dan Dampaknya Dalam Keutuhan Rumah Tangga, (Studi
Kasus di Desa Cikadu Kecamatan Cijambe Kabupaten Subang Jawa Barat)”, Skripsi, Fakultas
Syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2009), hlm. 2.
22
menikah muda jika seseorang tidak siap secara moral atau material untuk itu.
apalagi jika laki-laki memiliki penghasilan lebih dari cukup dan orang tua dapat
suami istri. Perkawinan secara sah mengakui status sosial seseorang dalam
Menikah di usia muda biasanya belum siap secara mental maupun fisik
calon mempelai, sehingga bisa timbul masalah di kemudian hari yang bahkan
masa Menkumham Tjahjo Kumolo pada tanggal 15 Oktober 2019 di Jakarta. Yaitu
Pasal 7 ayat (1) “Perkawinan hanya diizinkan apabila pria dan wanita
sudah mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun”. Ayat (2) “Dalam hal terjadi
13
Undang-undang Nomor 16 Tahun 2019 pasal 7 ayat 1 tentang Perubahan atas Undang-
undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.
23
orang tua pihak pria dan/atau orang tua pihak wanita dapat meminta dispensasi
yang cukup”.
akan membawa batasan usia untuk menikah, perbaikan standar akan dicapai
dengan meningkatkan usia minimum untuk menikah bagi perempuan. Dalam hal
ini, batas minimal usia kawin bagi perempuan sama dengan batas minimal usia
Batasan usia tersebut dianggap sudah matang lahir batin untuk menikah,
perceraian dan menghasilkan keturunan yang sehat dan berkualitas. Selain itu,
pertumbuhan dan perkembangan anak, termasuk membantu orang tua dan anak
rumah tangga cenderung menitikberatkan pada kematangan fisik dan mental serta
14
Intruksi Mendagri Nomor 27 Tahun 1983 tentang Usia Perkawinan dalam Rangka
Mendukung Program Kependudukan dan Keluarga Berencana, ditetapkan tanggal 24 Juli 1983.
24
Batas usia ini cocok untuk orang muda kecuali ada keadaan lain yang
mempercepat pernikahan untuk melindungi orang tersebut dari dosa yang lebih
buruk akibatnya baginya. Sebaliknya, usia di mana seorang wanita mulai menikah
adalah hasil dari kemungkinan kehamilan dan persalinan pertamanya akan terjadi
dalam waktu singkat, sehingga dia dapat memenuhi tugasnya sebagai istri dan ibu
dengan sebaik-baiknya.15
lahir dan batin untuk mencapai tujuan perkawinan yang baik tanpa perceraian,
menghasilkan anak yang baik, dan sehat jasmani dan rohani. Pada dasarnya
kedewasaan jiwa memasuki pintu depan sangat berarti. Menikah di usia muda
Kembali kepada pernikahan yang agung dan mulia itu juga berfungsi
sebagai forum pendidikan dan pembinaan generasi yang akan datang, maka
hendaknya suatu perkawinan itu dilaksanakan setelah kedua belah pihak betul-
sebagaimana suami dan istri yang baik bahkan siap untuk menjadi bapak dan ibu
suatu perkawinan, tetapi ada dan tidak kesanggupan itu dapat menentukan apakah
15
Latif Nasarudin, Ilmu Perkawinan Problematika Seputar Keluarga, (Bandung: Pustaka
Hidayah, 2001), hlm. 22.
16
Zuhdi Muhdlor, Memahami Hukum Perkawinan, (Bandung: Al-Bayan, 1994), hlm. 18.
17
Miftah Faridl, 150 Masalah Nikah Keluarga, (Jakarta: Gema Insani, 1999), hlm. 27.
25
merupakan imbangan dari hak dan kewajiban. Seorang sanggup untuk kawin
berarti ia adalah orang yang sanggup memenuhi kewajiban istri atau suaminya.
Sebaliknya orang yang tidak sanggup untuk kawin adalah orang yang tidak
merupakan syarat sahnya akad nikah dan adakalanya tidak merupakan syarat
sahnya akad nikah, tergantung pada calon-calon mempelai yang oleh agama diberi
hak-hak, karena adanya ikatan pernikahan. Apabila calon suami atau istri rela
dengan calon istri atau suami yang tidak dapat melakukan kewajiban setelah
terjadi akad nikah, maka kesanggupan itu tidak menjadi syarat sahnya akad nikah.
Sebaliknya bila calon suami atau calon istri tidak rela dengan tidak adanya
kesanggupan pihak-pihak yang lain, maka kesanggupan itu merupakan syarat sah
mempengaruhi cara berpikir dan tindakan seseorang. Umur yang masih muda
biasanya lebih labil dalam menghadapi masalah. Seseorang yang akan menikah
18
Kamal Muchtar, Asas-Asas Hukum Islam tentang Perkawinan, (Jakarata: PT Bulan
Bintang, 1993), hlm. 39.
19
Ibid, hlm. 63.
26
kemudian resmi berdiri pada tanggal 12 Oktober 1999 yang berdasarkan pada UU
RI nomor 54 tahun 1999. Kabupaten Sarolangun dengan luas wilayah 6.174 km²
Kasus pernikahan dini di kecamatan pelawan telah mencapai 70% dari tahun 2017
yaitu seorang ibu rumah tangga berusia 21 tahun yang pendidikannya hanya tamat
SD, Ibu A memiliki seorang putra berusia 3 tahun. Menikah di Bogor pada tahun
2006 atas wasiat orang tua. Profesi suaminya adalah seorang pengusaha. Ibu ini
pasalnya mengatur tentang usia menikah. Rumah tangga yang mereka tinggali
Berbeda dengan kasus lainnya yaitu Ibu b, seorang ibu muda berusia 17
tahun. Pendidikan terakhirnya adalah SMA. Ia sudah punya anak berumur satu
tahun. Menikah di Depok tahun 2010 karena sebelumnya harus hamil. Profesi
Suaminya masih pelajar. Ibu muda ini tidak tahu menahu tentang UU No 1 Tahun
1974 tentang Perkawinan. Kehidupan pribadi ibu muda ini sangat tragis karena
27
maupun mental.
karena sudah hamil, tapi sayang baru saja keguguran dan ibu ini juga tidak tahu isi
oleh beberapa faktor yaitu ekonomi, sosial, pendidikan dan konsekuensi pergaulan
bebas remaja yang mengharuskan pernikahan dini. Setelah pemberlakuan tata cara,
Dalam hal ini batas minimal usia pernikahan bagi perempuan disamakan dengan
batas minmal usia pernikahan bagi laki-laki, yaitu 19 (sembilan belas) tahun batas
usia di maksud dinilai telah matang jiwa raganya untuk dapat melangsungkan
pernikahan agar dapat mewujudkan tujuan pernikahan secara baik tanpa berakhir
pada perceraian dan mendapat keturunan yang sehat dan berkualitas. Diharapkan
juga kenaikan batas usia yang lebih tinggi dari 16 (enam belas) tahun bagi bagi
perempuan untuk menikah akan mengakibatkan laju kelahiran lebih rendah dan
20
Buku Catatan Kehendak Nikah Kecamatan Pelawan.
28
menurunkan resiko kematian ibu dan anak. selain tu juga dapat terpenuhinya hak-
Tabel 1.1
Jumlah Pasangan Pengantin yang Menikah di Kecamatan Pelawan,
Kabupaten Sarolangun Tahun 2017-2021
No Tahun Jumlah Pasangan yang Pasangan yang Menikah
. Menikah Usia Dini
1. 2017 23 Orang 2 Orang
2. 2018 16 Orang 1 Orang
3. 2019 13 Orang 1 Orang
4. 2020 15 Orang -
5. 2021 11 Orang -
Sumber: Kantor Urusan Agama Kecamatan Pelawan, 2022.
pernikahan di bawah umur, tetapi juga fakta bahwa upaya Pemerintah Kecamatan
21
Wawancara dengan Bapak H. Normal, Sag selaku kepala KUA kecamatan pelawan
pada hari Rabu, 19 Oktober 2022.
29
menurun dari tahun ke tahun. Dalam latar belakang ini, penulis ingin menulis
Sarolangun”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka dapat
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang akan diteliti maka
tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
2. Kegunaan Penelitian
Pelawan.
D. Metode Penelitian
berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan juga
masalah manusia.22
untuk melanjutkan proses penelitian. Dengan jam operasional sesuai jam kerja
yaitu mulai dari pukul 07.30 WIB s/d 16.00 WIB setiap hari.
2. Pendekatan Penelitian
dalam bentuk kata-kata, gambar dan bukan angka-angka, berdasar pada data
22
Iskandar, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Gaung Persada, 2009), hlm.11
31
Ada dua jenis data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
a. Jenis Data
Penelitian secara umum memiliki dua jenis data, yaitu data primer dan
data sekunder. Berikut jenis data yang digunakan dalam sebuah penelitian,
yaitu:
1. Data Primer
Data primer yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data pokok
sumbernya serta dari lokasi objek penelitian. Adapun sumber data primer
2. Data Sekunder
23
Ibid, hlm. 12.
32
b. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data diperoleh.
yang didapat pada saat penelitian berlangsung. Sumber data penelitian ini
diperoleh dari:
4. Artikel, buku, jurnal, dokumen dan sumber data yang berkaitan dengan
penelitian.
a. Observasi
pernikahan dini.
b. Wawancara
yang berlangsung secara lisan kepada pihak yang terlibat dalam penelitian.26
c. Dokumentasi
catatan tertulis tentang berbagai kegiatan atau peristiwa pada masa lalu
metode dokumentasi merupakan sumber yang bermanfaat karena telah
26
Dudung Abdurrahman, Pengantar Metodologi Penelitian. (Yogyakarta: IAIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta. 2002) Hlm. 33-34.
34
hal yang berkaitan dalam proses penelitian. Ada berbagai cara yang digunakan
a. Reduksi Data
pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, mencari tema dan polanya
serta membuang yang tidak perlu. Hal ini dilakukan untuk mengatur data
pokok temuan. Proses berlangsung hingga laporan akhir selesai atau dengan
kata lain bahwa data adalah proses seleksi, penafsiran, penyederhanaan dan
b. Sajian Data
kedalam penyajian data yang lebih jelas serta mudah untuk dipahami.
27
W.Gulo, Metode Penelitian, (Jakarta: PT Gramedia, 2007 ), hlm. 123.
28
Sandu Siyoto dkk. 2015. Dasar Metodologi Penelitian (Yogyakarta : Literasi Media
Publising), hlm 100
35
c. Penarikan Kesimpulan
data. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mencari makna data yang diperoleh
sebuah kesimpulan.
d. Verifiikasi Data
kemudian peneliti mencari makna dari hasil penelitian atau hasil yang
terkumpul.29
6. Keabsahan Data/Triangulasi
dipakai untuk mengkaji fenomena yang saling terkait dari sudut pandang dan
29
Dewi, Skripsi Efektivitas Pelayanan Publik, (Universitas Hasanuddin: 2017).
30
Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, hlm. 330-332.
36
wawancara, observasi, atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang
dan triangulasi sumber data sampai data lengkap kemudian divalidasi dari
dimanfaatkan.
E. Tinjauan Pustaka
Jurnal Studi Pemuda. Vol. 3, No. 1, Mei 2014. Tulisan ini bertujuan untuk
Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Selatan. Selain itu,
terhadap remaja yang melakukan perkawinan muda, orang tua remaja, tokoh
kesehatan reproduksi dan seksual (PKRS) yang komprehensif sejak dini untuk
memberikan pemahaman yang tepat untuk remaja akan pilihannya. Oleh sebab
Jawa Timur”, oleh Agus Mahfudin, Khoirotul Waqi’ah. Penelitian ini bertujuan
adalah field
Wilayah ini dipilih karena banyak terjadi pernikahan di bawah umur. Hal ini
faktor ekonomi, orang tua, pendidikan, adat, dan kemauan sendiri. Pernikahan
di bawah umur, pendapat dari fuqaha dikategorikan dalam tiga kelompok yaitu:
mengakibatkan adanya dharar, maka hal itu terlarang baik pernikahan di usia
dini maupun sudah dewasa. Pandangan Ibnu Syubrumah dan Abu Bakr Al
secara mutlak. Pandangan Ibnu Hazm, beliau memilih antara pernikahan antara
anak lelaki kecil dan pernikahan anak perempuan kecil. Pernikahan anak
perempuan yang masih kecil oleh bapaknya dibolehkan, sedangkan anak lelaki
yang masih kecil dilarang. Pendapat yang dijadikan dasar adalah zhahir hadits
batas usia nikah. Karenanya menurut fiqh semua tingkatan umur dapat
cukup umur dan telah matang jiwa raganya”41 Sedangkan dalam peraturan
Undang-Undang nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan bab 2 pasal 6 no.2 (c)
40
izin tertulis/izin pengadilan sebagai dimaksud dalam pasal 6 ayat (2), (3), (4)
dan (5) Undang-Undang apabila salah seorang calon mempelai atau keduanya
apabila dilakukan menurut satu hukum agama, artinya pihak yang akan
menikah menganut agama yang sama. Jika berlainan agama, maka salah
satu agama. Dan umur 21 tahun kalau belum harus mendapat izin kedua
orangtua”.
pasangan terhadap anak pasangan muda dan permasalahan yang muncul di tengah
keluarga.
BAB II
KERANGKA TEORI
digunakan dalam penelitian dan cara menggunakan teori ini dalam menjawab
pertanyaan peneliti. Kerangka teori juga adalah suatu model yang menerangkan
diketahui dalam suatu masalah tertentu.31 Kerangka teori adalah bagian dari
sebuah peneliti atau tempat peneliti memberikan suatu penjelasan tentang hal
Penelitian ini membutuhkan dasar pemikiran yang terarah dan tepat sasaran,
mendapatkan penalaran berupa konsep, definisi dan proporsi yang disusun secara
A. Pemerintah
1. Pengertian Pemerintah
Pemerintah berasal dari suku kata “perintah” (to order) yang berarti
kekuasaan mengatur kehidupan sosial, ekonomi dan politik suatu negara atau
31
Muh Fitrah dan Luthfiyah, Metodologi Penelitian Kualitatif, tindakan kelas dan studi
kasus, (Jawa Barat: CV Jejak, 2017), hlm. 120.
41
42
dan urusan kekuasaan dalam rangka mencapai tujuan negara. Dengan demikian,
yang mempunyai dan melaksanakan wewenang yang sah dan melindungi serta
tidak.33
bagi anak, setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan
32
Talizidhuhu Ndraha, Kybernology I (Ilmu Pemerintahan Baru), (Jakarta: Rineka Cipta,
2003), hlm. 6.
33
Muhadam Labolo, Memahami Ilmu Pemerintahan, (Jakarta : Kelapa Gading Permai,
2007), hlm. 24.
43
Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 28B ayat (2). Ketentuan tersebut,
mengandung arti bahwa anak mempunyai hak untuk dilindungi dari eksploitasi
merupakan tanggung jawab orang tua, keluarga, bangsa, dan negara melainkan
pemerintah pusat. Menurut C.F. Strong, hakikat negara kesatuan adalah negara
yang kedaulatannya tidak terbagi atau dengan kata lain negara yang kekuasaan
undang-undang pusat.
34
Riyaas Rasyid, Makna Pemerintahan Tinjauan dari Segi Etika dan Kepemimpinan,
(Jakarta :PT. Mutiara Sumber Widia, 2002), hlm. 14-16.
44
memenuhi kebutuhan dasar itu, manusia perlu bekerja sama dan berkelompok
dengan orang lain; dan bagi kebutuhan sekunder maka diperlukan bahasa untuk
Ciri utama dari struktur birokrasi adalah adanya prinsip pembagian kerja,
struktur hierarkis, aturan dan prosedur, prinsip netral dan tidak memihak,
35
Supriadi Legino, Menjawab Tantangan Reformasi Birokrasi: Kepemimpinan
Transformasional dan Organisasi Lateral, (Jakarta : Indonesia Press, 2009), hlm. 23.
45
Menurut Tamin, terdapat empat fungsi yang diemban sebuah birokrasi negara,
yaitu:
2) Fungsi politik, yaitu memberi input berupa saran, informasi, fisik, dan
keputusan pemerintah.
publik.37
Inti dari tugas pokok pengurus dapat dirangkum dalam tiga tugas pokok,
36
Tamin, F, Reformasi Birokrasi: Analisis Pendayagunaan Aparatur Negara, (Jakarta:
Belantika, 2004), hlm. 11.
37
Miftah Thoha, Birokrasi dan Politik di Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2003), hlm. 71.
46
1) Fungsi primer, yaitu fungsi yang terus berfungsi dan berhubungan positif
pelayanan birokrasi.
barang dan jasa yang diperintahnya yang tidak dapat dipenuhinya sendiri
di sebagian besar wilayah negara, maka menurut Pasal 18 ayat 1 dan 2 UUD 1945
38
Riyaas Rasyid, Op. Cit, hlm. 59.
39
Taliziduhu Ndraha, Ilmu Pemerintahan Jilid I, (Jakarta: BKU Ilmu Pemerintahan
Kerjasama IIP-UNPAD, 2000), hlm. 78.
47
Indonesia dibagi menjadi provinsi dan provinsi menjadi negara bagian dan kota.
Pembentukan daerah yang terbagi atas daerah besar dan kecil diperlukan untuk
dibedakan satu sama lain. terpisah satu sama lain sehingga dapat menyesuaikan
kepada masyarakat.
mandiri, tidak memiliki hubungan hierarkis satu sama lain, dan bersifat otonom.
yang dekat dengan rakyat. Pemerintah harus lebih didekatkan dengan masyarakat
agar pelayanan yang diberikan menjadi lebih baik. Hal ini didasarkan pada
48
keyakinan rakyat.40
pemerintah di satu pihak dan provinsi di pihak lain. Pembagian kekuasaan yang
berkaitan dengan otonomi daerah tidak sama di berbagai negara, tergantung pada
Dalam tatanan negara kesatuan, akan ada pemerintahan daerah atau pemerintahan
dilakukan oleh pemerintah, pemerintah tidak dapat mengelola semua layanan ini
dengan baik.41
legalitas menentukan bahwa semua ketentuan yang mengikat warga Negara harus
legimitasi, yaitu kewenangan yang dimiliki pemerintah ini haruslah berasal dari
adalah wewenang.42
40
Riyaas Rasyid, Kajian Awal Birokrasi Pemerintahan Politik Orde Baru, (Jakarta:
Yarsif Watampone, 2001), hlm. 99.
41
Amrah Muslimin, Aspek-Aspek Hukum Otonomi Daerah, (Bandung: Alumni, 2006),
hlm.5.
42
S.F Marbun dan Mahfud, Pokok-pokok hukum administrasi Negara, 1987, Yogyakarta :
Liberty, hlm. 5.
49
undangan tersebut diperoleh melalui tiga cara yaitu; atribusi, delegasi ,dan
Berdasarkan ketentuan Pasal 1 ayat (2) dan ayat (3) Undang-Undang No.
pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan
dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dan sistim serta prinsip Negara Kesatuan
43
Ibid, hlm.7.
50
untuk mengambil tindakan atau perbuatan hukum agar tidak timbul akibat hukum,
anak dan menjamin pemenuhan hak anak. Bahwa yang dimaksud perlindungan
anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-
haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi, secara optimal
44
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara,2001, Yogyakarta : UII Press, hal. 4-5.
45
Ibid, hlm. 72.
46
Peraturan Kabupaten Sarolangun Nomor 06 Tahun 205 Tentang Perlindungan Anak Bab
IV Tentang Peran dan Tanggung jawab Pemerintah.
51
1. Syarat Nikah
adanya segala hak dan kewajiban sebagai suami isteri. Adapun syarat-syarat
perkawinan seperti yang diatur dalam Pasal 6 UU Nomor 1 Tahun 1974, yaitu:47
3) Dalam hal salah seorang dari kedua orang tua telah meninggal dunia atau
ayat (2) pasal ini cukup diperoleh dari orang tua yang masih hidup atau dari
4) Dalam hal kedua orang tua telah meninggal dunia atau dalam keadaan tidak
mampu untuk menyatakan kehendaknya, maka izin diperoleh dari wali, orang
yang memelihara atau keluarga yang mempunyai hubungan darah dalam garis
keturunan lurus ke atas selama mereka masih hidup dan dalam keadaan dapat
menyatakan kehendaknya.
5) Dalam hal ada perbedaan pendapat antara orang-orang yang disebut dalam ayat
(2), (3), dan (4) pasal ini, atau salah seorang atau lebih diantara mereka tidak
47
UU tentang Perkawinan Pasal 6 No. 1 Tahun 1974.
52
6) Ketentuan tersebut ayat (1) sampai dengan ayat (5) pasal ini berlaku sepanjang
(sembilan belas) tahun dan calon isteri sekurang-kurangnya 16 (enam belas) tahun.
Dan dalam hal adanya penyimpangan terhadap pasal 7, dapat dilakukan dengan
meminta dispensasi kepada pengadilan atau pejabat lain, yang ditunjuk oleh kedua
hanya menyangkut persetujuan kedua calon dan batasan umur serta tidak adanya
tersebut, berarti tidak ada perkawinan di luar hukum masing-masing agama dan
perkawinan”.48
48
Djoko Prakoso dan Ketut Murtika, Azas-azas Hukum Perkawinan di Indonesia,
(Jakarta: Bina Aksara, 1987), hlm. 20.
53
2. Rukun Nikah
menyangkut dengan sah atau tidaknya perbuatan tersebut dari segi hukum. Dalam
suatu pernikahan rukun dan syaratnya tidak boleh tertinggal, dalam arti
pernikahan tidak sah bila keduanya tidaka ada atau tidak lengkap. Keduanya
mengandung arti yang berbeda, bahwa rukun itu adalah sesuatu yang berada di
sedangkan syarat adalah sesuatu yang berada diluarnya dan tidak merupakan
unsurnya.
menurut Jumhur Ulama ada lima rukun dan masing-masing rukun itu memiliki
syarat-syarat tertentu. Berikut adalah uraian dari rukun nikah dengan syarat-syarat
49
Amir Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia: Studi
Kritis Perkembangan Hukum Islam dari Fikih, UU No. 1/1974 sampai KHI, (Jakarta: Kencana,
Cetakan 3, 2006), hlm. 62.
54
ulama. Semua ulama sependapat dalam hal-hal yang terlibat dan yang harus ada
dalam suatu perkawinan adalah akad nikah, wali dari mempelai perempuan, saksi
Namun Imam Hanafi melihat pernikahan itu dari segi ikatan yang berlaku
antara pihak-pihak yang melangsungkan pernikahan tersebut, oleh karena itu yang
menjadi rukun nikah oleh golongan ini hanyalah akad nikah yang dilakukan oleh
55
unsurnya, bukan hanya akad nikah itu saja. Dengan demikian rukun nikah disini
Imam Syafi’i mengatakan bahwa rukun nikah itu ada lima macam, yaitu
calon pengantin laki,laki, calon pengantin perempuan, wali, dua orang saksi dan
sighat akad nikah.51 Sedangkan Imam Malik mengatakan bahwa rukun nikah ada
lima, yaitu wali dari pihak perempuan, mahar (mas kawin), calon pengantin laki-
laki, calon pengantin perempuan dan sighat akad nikah.52 Sudarsono menyebutkan
yang dimaksud dengan ijab adalah pernyataan dari calon pengantin perempuan
yang diwakili oleh wali. Hakikat ijab adalah suatu pernyataan dari perempuan
suami sah. Qabul adalah pernyataan penerimaan calon pengantin laki-laki atau
50
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia: Antara Fiqh Munakahat
dan Undang-undang Perkawinan, (Jakarta: Kencana, Cetakan 3, 2009), hlm. 59.
51
Abdul Rahman Ghozali, Fiqih Munakahat Edisi 1 Cetakan ke 5, (Jakarta: Kencana,
2015), hlm. 48.
52
Ibid.
53
Sudarsono, Hukum Perkawinan Nasional, (Jakarta: Rinneka Cipta, 2010), hlm. 48.
56
2) Wali
ulama Maliki dan ulama Hambali mengatakan bahwa wali penting dan
wali tidak penting dan tidak menjadi unsur sahnya perkawinan. Menjadi
a) Islam;
b) Baligh;
c) Berakal;
d) Merdeka;
e) Laki-laki;
f) Adil;
g) Tidak sedang ihram/umrah.
Menurut hukum perkawinan Islam, wali terdiri dari tiga, yaitu:
a) Wali mujbir, yaitu wali nikah yang mempunyai hak memaksa anak
belah pihak (calon suami isteri). Wali hakim ini harus mempunyai
di Pengadilan.
a) Baligh;
b) Berakal;
c) Merdeka;
d) Laki-laki;
e) Islam;
f) Adil;
g) Mendengar dan melihat (tidak bisu);
h) Mengerti maksud ijab qabul;
i) Kuat ingatannya;
j) Berakhlak baik;
k) Tidak sedang menjadi wali.
Undang-undang Perkawinan sama sekali tidak berbicara tentang rukun
unsur-unsur atau rukun nikah. Sedangkana dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI)
58
secara jelas membicarakan rukun nikah sebagai mana yang terdapat dalam Pasal
a) Calon suami
b) Calon isteri;
c) Wali nikah;
d) Dua orang saksi dan;
e) Ijab dan kabul”.
Keseluruhan rukun tersebut mengikuti fiqh Syafi’i dengan tidak
memasukkan mahar dalam rukun. Menurut hukum Islam perkawinan adalah akad
antara wali wanita calon istri dengan pria calon suaminya. Akad nikah itu harus
diucapkan oleh wali si wanita dengan jelas berupa ijab dan terima oleh si calon
suami atau qabul dan dilaksanakan di hadapan dua orang saksi yang memenuhi
syarat. Apabila tidak demikian maka perkawinan tidak sah karena bertentangan
dengan Hadis Nabi Muhmmad SAW yang diriwayatkan Ahmad yang menyatakan,
“Tidak sah nikah kecuali dengan wali dan dua saksi yang adil”.54
54
Mahmud Yunus, Hukum Perkawinan Dalam Islam. (Jakarta: Pustaka Mahmudiah,
1980), hlm. 80.
BAB III
Hatta pada tanggal 17 Agustus 1945, kota Sarolangun yang pernah menjadi basis
patrol Belanda menjadi bagian dari Kabupaten Jambi ilir (Timur) dengan pusat
M. Kamil. Pada tahun 1950 sampai Jambi menjadi Propinsi tahun 1957,
Bungo, dan Muaro Tebo yang tergabung dalam Kabupaten Merangin dengan
Emas Bangko. Sejak saat itu, Kota Sarolangun menjadi Kewedanaan selama
kurang lebih 20 tahun. Selanjutnya dimulai dari tahun 1960 berdasarkan hasil
sidang pleno DPRD Kabupaten Merangin dipecah menjadi dua Kebupaten, yaitu
Kabupaten Sarolangun Bangko dan Kabupaten Bungo Tebo. Maka sejak saat itu
Undang Nomor 54 Tahun 1999 secara yuridis formal Kabupaten Sarolangun resmi
terbentuk.
menjadi 9 Kabupaten dan 1 Kota. Atas dasar kebijakan tersebut, maka pada
59
60
dengan Bupati Pertama 1999 – 2001 adalah H. Muhammad Madel (Care Taker).
Kemudian berdasarkan Hasil Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati melalui DPRD
pemilihan umum secara langsung pada bulan Juli 2006 yang merupakan pemilu
Agus dan H. Cek Endra sebagai Bupati dan Wakil Bupati Sarolangun terpilih
periode 2006 – 2011. Berdasarkan Hasil Pemilukada Tahun 2011 maka terpilih
sebagai Bupati dan Wakil Bupati periode 2011 – 2016 adalah H. Cek Endra dan
Pahrul Rozi. Dan melalui pemilihan secara lagsung, H. Cek Endra kembali
Sarolangun DPRD pada awal berdirinya masih merupakan bagian dari DRPD
Kecamatan, 107 Desa, 4 Kelurahan dan 2 Desa Unit Pemukiman Transmigrasi dan
saat ini tahun 2021 sudah menjadi 10 Kecamatan, 9 kelurahan, dan 149 Desa.55
dengan 20 27’ LS Dan diantara 102034 ’ BT sampai dengan 102035 ’ BT, juga akan
Kecamatan Pelawan Kecamatan Pelawan memiliki luas 354,14 km2 yang terdiri
dari 14 Desa dan tinggi kecamatan pelawan dari permukaan laut: 20 mdpl.
Visi:
Periode 2011 – 2016, adalah suatu kondisi yang akan dicapai Kabupaten
tantangan dan peluang serta mempertimbangkan berbagai isu yang ada, maka visi
Kabupaten Sarolangun yang akan diwujudkan pada tahapan kedua RPJP Daerah
55
Profil Sejarah Pemerintah Kabupaten Sarolangun, diakses dari website:
https://sarolangunkab.go.id/utama/statis-7-sejarah.html. Pada 10 Mei 2023.
62
Misi:
Harmonis
Sarolangun terletak pada posisi 1020 03’39” sampai 1030 13’17” BT dan antara 010
Pelawan. Kecamatan Pelawan terdiri dari 14 Desa. Kepala Desa, dan Sekretaris
5. Penduduk
a. Jumlah Penduduk
Penduduk 2020 sebanyak 33.951 jiwa dengan rincian lakilaki sebanyak 17.111
terbanyak adalah Desa Bukit dengan jumlah penduduk sebanyak 3.955 jiwa dan
b. Kepadatan Penduduk
Desa Pasar Pelawan dengan luas 2,63 km2 dan berpenduduk 3.405 jiwa
Sedangkan Desa Lubuk Sepuh dengan luas wilayah 104,77 km2 dan
Dilihat dari rasio jenis kelamin Desa Bukit merupakan desa dengan
rasio jenis kelamin terbesarnya itu sebesar 107 dan Desa Rantau Tenang
dengan rasio jenis kelamin terkecil yaitu sebesar 93. Sedangkan rata-rata rasio
pembangun, baik pendidikan formal maupun non formal. Jumlah sekolah negeri
a. Jumlah Sekolah
Kesultanan Islam, masa penjajahan hingga masa kemerdekaan. Selama ini KUA
mengalami dinamika perubahan kelembagaan, baik dari segi peran maupun fungsi.
Kunci utama dari upaya ini adalah pembentukan Badan Urusan Agama (KUA).
KUA di semua daerah sebagai cabang dari kantor pusat nasional yang didirikan
oleh pemerintah Jepang untuk Jawa, menggantikan Voor di kantor Lansche Zaken
yang saat itu memiliki departemen kepresidenan. Kementerian Agama kini telah
Jakarta, Provinsi, dan kabupaten-kabupaten. Pada saat yang sama, ada juga
pejabat agama non-hierarkis di tingkat desa. Pemuka agama desa yang sering
disebut Modin, Kaum, Kayim, Lebay, dan lain-lain termasuk dalam pemerintahan
tugas-tugas yang berkaitan dengan hukum politik atau agama, KUA kabupaten
56
Neng Djubaidah, Pencatatan Perkawinan dan Perkawinan Tidak di Catat, (Jakarta:Sinar
Grafika, 2010), cet. ke-1, h. 395
66
Pada tahun 1950, kendali para pejabat ini berada di tangan para pemimpin NU
setempat.57
yang berlaku.
Pelawan
a. Kepala KUA
57
Daniel S Lev, Peradilan Agama Islam Indonesia, Penerjemah : Zaini Ahmad Noeh,
(Jakarta PT. Intermasa, 1986), cet. ke-2, h. 99
67
tugas bawahannya.
Agama Kabupaten/Kota.
seperti Kewajiban Kepala KUA selaku Kepala PPN (Petugas Pencatat Nikah)
pembinaan dari segi teknis pendidikan dan administrasi pada satuan pendidikan
c. Penyuluh
d. Penghulu
BAB IV
dasarnya mencakup hukum Islam. Di sisi lain, sebagian umat Islam masih belum
jika dilihat dari keseluruhan isi hukum perkawinan berdasarkan hukum Islam, maka
dapat dikatakan bahwa hukum ini sesuai dengan hukum Islam. Menurut pasal 7 UU
telah mencapai umur 19 tahun (sembilan belas) tahun dan pihak perempuan telah
mencapai umur 16 tahun (enam belas tahun). Menurut Alfiyah, ada beberapa faktor
anak dan masyarakat menyebabkan orang tua menikahkan anaknya yang masih
di bawah umur.
3. Faktor yang berhubungan dengan pola asuh: Para orang tua takut akan malu
karena putri mereka berpacaran dengan pria yang sangat lekat, maka mereka
4. Faktor Media: Faktor media merupakan salah satu faktor yang cukup besar
secara langsung, namun harus melalui proses seleksi. Selain itu, saat ini banyak
sekali jenis TV series terutama drama, drama series dan kisah cinta remaja
tersebut. Paparan seks yang terus-menerus di media membuat remaja saat ini
5. Faktor Budaya: Perkawinan muda muncul karena orang tua takut anaknya
terpaksa menikah dini karena berbagai alasan, antara lain: Meringankan beban
7. Faktor Sosial Saat Ini: Faktor pergaulan adalah faktor yang dihasilkan dari
pergaulan bebas dan membuat anak melakukan hal-hal yang tidak biasaseperti
Dari pendapat di atas dapat kita ketahui bahwa pemerintah Kabupaten Sarolangun
Hal di atas juga disampaikan oleh staff puskesmas Kecamatan Pelawan sebagai
berikut:
59
Wawancara dengan Bapak Anwar, Selaku Kepala Bagian pada Dinas Pengendalian
Penduduk Dan Keluarga Berencana Kabupaten Sarolangun, Pada 20 April 2023.
60
Wawancara dengan Ibu Syamsiah, Pada 20 April 2023, di Kantor Puskesmas Kecamatan
Pelawan Kabupaten Sarolangun.
72
Besar Bahasa Indonesia itu, dapat disimpulkan bahwa kata upaya memiliki
kesamaan arti dengan kata usaha, dan demikian dengan kata ikhtiar, dan upaya
juga sebagai sistem untuk menjalankan wewenang dan kekuasaan dalam mengatur
Menurut Moh. Kusnardi dan Bintan R. Saragih Pemerintah adalah alat bagi
alat juga, dalam mewujudkan tujuan yang sudah ditetapkan.61 Pemerintah adalah
pelayan publik yang memiliki sejumlah kewenangan dan kekuasaan serta tugas
61
Moh. Kusnardi dan Bintan R. Saragih. 2008. Ilmu Negara. Jakarta: Gaya Media
Pratama.
73
publik tersebut akan dilaksanakan sesuai dengan asas-asas pelayanan publik yang
Pelawan yang juga menjadi penggagas adanya deklarasi dan nota kesepakatan
atau MoU tentang pencegahan pernikahan usia anak, perceraian dan penurunan
angka kematian ibu. KUA kecamatan Pelawan juga gencar menyuarakan agar
tidak terjadi pernikahan usia dini atau usia anak. KUA Kecamatan Pelawan
remaja dan pentingnya pernikahan diusia yang tepat ke seluruh SMP Negeri
dan SMA yang ada di Kecamatan Pelawan. Dengan tujuan agar remaja atau
sesuai dan kesehatan diusia remaja. Agar terbentuk pribadi yang baik,
Kecamatan Pelawan terkait peran atau upaya KUA Kecamatan Pelawan dalam
bimbingan bagi anak, dan menjaga anak agar tidak melakukan perkawinan
pada usia dini atau di bawah umur tidak hanya tugas dari pemerintah tetapi
62
Wawancara bersama Bapak Wardi Hardito selaku Ketua KUA Kecamatan Pelawan,
Pada 20 April 2023, di Kantor KUA Kecamatan Pelawan Kabupaten Sarolangun.
63
Wawancara bersama Bapak Andi selaku Staff KUA Kecamatan Pelawan, Pada 20 April
2023, di Kantor KUA Kecamatan Pelawan Kabupaten Sarolangun
75
a. Menghormati dan menjaga nama baik orang tua, wali, dan guru
Selain peran orang tua dan anak. Masyarakat juga dapat berperan
banyak lagi bahaya dari pernikahan dini dan tidak lupa adalah peran
dini. Hal ini di benarkan oleh informan peneliti selaku kepala bagian pada
64
Wawancara dengan Bapak Anwar, Selaku Kepala Bagian pada Dinas Pengendalian
Penduduk Dan Keluarga Berencana Kabupaten Sarolangun, Pada 20 April 2023.
77
berikut:
3. Penguatan Kelembagaan
koordinasi antara:
dalam bidang pencegahan perkawinan anak usia dini atau di bawah umur,
disampaikan oleh salah satu staff Dinas Pengendalian Penduduk Dan Keluarga
65
Wawancara dengan Bapak Sadikin, Selaku Masyarakat Kecamatan Pelawan,
Kabupaten Sarolangun, Pada 21 April 2023.
78
Perkawinan Pada Usia Dini, dan Bagi Orang Tua, Keluarga serta
Masyarakat.
perkawinan pada usia anak atau di bawah umur, dan bagi orang tua, keluarga
kepentingan terbaik.
Puskesmas.
66
Wawancara dengan Bapak Anwar, Selaku Kepala Bagian pada Dinas Pengendalian
Penduduk Dan Keluarga Berencana Kabupaten Sarolangun, Pada 20 April 2023
79
yang melakukan Perkawinan Pada Usia Dini, dan Bagi Orang Tua,
yang disampaikan oleh salah satu staff Dinas Pengendalian Penduduk Dan
67
Wawancara dengan Bapak Solihin, Selaku Staff Dinas Pengendalian Penduduk Dan
Keluarga Berencana Kabupaten Sarolangun, Pada 20 April 2023.
80
langsung.
anak dilaksanakan oleh SKPD yang mempunyai tugas dan fungsi dibidang
pada usia anak dilakukan secara berkala dan berjenjang dari tingkat Kabupaten,
7. Memberikan Pembiayaan
A. Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab di atas, maka dapat
jawabnya. Namun hasilnya belum maksimal hal itu bisa dilihat dari angka
Hal ini tentu menandakan bahwa pemerintah belum berperan secara maksimal
dan Masyarakat untuk Aktif dalam Mencegah Pernikahan Dini, dan Ketiga,
bagi anak yang melakukan Perkawinan Pada Usia Dini. Kelima. Membuat Pos
Memberikan Pembiayaan.
82
83
B.Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan dari hasil penelitian ini mengenai upaya pemerintah
sarolangun dalam mengatasi pernikahan usia dini di kecamatan pelawan kabupaten sarolangun,
diharapkan kepada pemerintah sarolangun, KUA, dinas kesehatan kecamatan pelawan dan
masyarakt bekerja sama dalam meningkatkan kebijakan untuk mencegah terjadinya pernikahan
usia dini.
DAFTAR PUSTAKA
A. Literatur
Al-Qur’an & Terjemahannya (Jakarta: Departemen Agama RI, 2008).
Muhadam Labolo, Memahami Ilmu Pemerintahan,(Jakarta: Rajawali Pers.2014).
Rahman Mulyawan, Sistem Pemerintahan Indonesia (Bandung: UNPAD,2015).
H Faried Ali dan H Andi Syamsu Alam, Studi Kebijakan Pemerintahan
(Bandung:Refika Aditama.,2012).
Syaikh Abdul Azis dan Khalid, Perkawinan dan Masalahnya, (Jakarta : Pustaka
Al-kautsar, 1995).
Baroroh, Fiqh Keluarga Muslim Indonesia, (Semarang: Karya Abadi Jaya, 2015).
84
85
Miftah Thoha, Birokrasi dan Politik di Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2003).
Taliziduhu Ndraha, Ilmu Pemerintahan Jilid I, (Jakarta: BKU Ilmu Pemerintahan
Kerjasama IIP-UNPAD, 2000).
Riyaas Rasyid, Kajian Awal Birokrasi Pemerintahan Politik Orde Baru, (Jakarta:
Yarsif Watampone, 2001).
Amrah Muslimin, Aspek-Aspek Hukum Otonomi Daerah, (Bandung: Alumni,
2006).
S.F Marbun dan Mahfud, Pokok-pokok hukum administrasi Negara, 1987,
Yogyakarta : Liberty.
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara,2001, Yogyakarta : UII Press.
Djoko Prakoso dan Ketut Murtika, Azas-azas Hukum Perkawinan di Indonesia,
(Jakarta: Bina Aksara, 1987).
86
B. Jurnal
Martyan. 2016. Jurnal Pendidikan Sosiologi. Fakultas Ilmu Sosial. Universitas
Negeri Yogyakarta.
Amir Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia:
Studi Kritis Perkembangan Hukum Islam dari Fikih, UU No. 1/1974
sampai KHI, (Jakarta: Kencana, Cetakan 3, 2006).
C. Skripsi
Rohmat, “Pernikahan Dini dan Dampaknya Dalam Keutuhan Rumah Tangga,
(Studi Kasus di Desa Cikadu Kecamatan Cijambe Kabupaten Subang Jawa
Barat)”, Skripsi, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta, 2009).
Dewi, Skripsi Efektivitas Pelayanan Publik, (Universitas Hasanuddin: 2017).
D. Lainnya
Intruksi Mendagri Nomor 27 Tahun 1983 tentang Usia Perkawinan dalam Rangka
Mendukung Program Kependudukan dan Keluarga Berencana, ditetapkan
tanggal 24 Juli 1983.
Peraturan Kabupaten Sarolangun Nomor 06 Tahun 205 Tentang Perlindungan
Anak Bab IV Tentang Peran dan Tanggung jawab Pemerintah
87
E. Website
Profil Sejarah Pemerintah Kabupaten Sarolangun, diakses dari website:
https://sarolangunkab.go.id/utama/statis-7-sejarah.html. Pada 10 Mei 2023.
LAMPIRAN 1
Photo I:
Kabupaten Sarolangun
Photo 2:
Photo 3:
Peneliti Bersama Informan