Anda di halaman 1dari 3

Khutbah I

‫ َو َخ َذ َل َمنْ َشا َء‬،ِ‫اَ ْل َحمْ ُد هلِل ِ الَّ ِذيْ َو َّف َق َمنْ َشا َء ِمنْ َخ ْل ِق ِه ِب َفضْ لِ ِه َو َك َر ِمه‬
‫ َواَل‬،ُ‫ْك َله‬َ ‫ َوَأ ْش َه ُ)د َأنْ اَّل ِإ ٰل َه ِإاَّل هللاُ َوحْ دَ هُ اَل َش ِري‬.ِ‫ِمنْ َخ ْل ِق ِه ِبمَشِ ْيَئ ِت ِه َو َع ْدلِه‬
‫ َوَأ ْش َه ُد َأنَّ َسيِّدَ َنا‬.ُ‫ضا َء َله‬ َ ْ‫ َواَل َح َّد َواَل ج َُّث َة َواَل َأع‬،ُ‫َش ِب ْي َه َواَل م ِْث َل َواَل ِن َّد َله‬
‫ص ِف ُّي ُه‬ َ ‫ َو‬،ُ‫َو َح ِب ْي َب َنا َوعَظِ ْي َم َنا َو َقاِئدَ َنا َوقُرَّ َة َأعْ ُي ِن َنا م َُح َّم ًدا َع ْب ُدهُ َو َرس ُْولُه‬
‫ َو َع َلى آلِ ِه‬،‫هللا‬ ِ ‫ْن َع ْب ِد‬ ِ ‫اركْ َع َلى َس ِّي ِد َنا م َُح َّم ِد ب‬ ِ ‫ص ِّل َو َسلِّ ْم َو َب‬ َ ‫ اَللهم‬.ُ‫َو َح ِب ْي ُبه‬
‫ َواَل َح ْو َل َواَل‬،ِ‫ان ِإ َلى َي ْو ِم ْال ِق َيا َمة‬ ٍ ‫ َو َمنْ َت ِب َع ُه ْم بِِإحْ َس‬،ُ‫صحْ ِب ِه َو َمنْ وَّ ااَل ه‬ َ ‫َو‬
‫اِئل‬ ِ ‫ َفِإ ِّني ُأ ْوصِ ْي ُك ْم َو َن ْفسِ يْ ِب َت ْق َوى‬،‫ َأمَّا َبعْ ُد‬.‫هلل‬
ِ ‫هللا ْال َعلِيِّ ْالعَظِ ي ِْم ْال َق‬ ِ ‫قُوَّ َة ِإاَّل ِبا‬
ِ ‫صاَل ِة ْالوُ سْ َط ٰى َوقُومُوا هَّلِل‬ َّ ‫ت َوال‬ ِ ‫ص َل َوا‬ َّ ‫ِظوا َع َلى ال‬ ُ ‫ َحاف‬:ِ‫ِفيْ مُحْ َكم ِك َت ِابه‬
ِ
٢٣٨ :‫ِين ﴿البقرة‬ َ ‫﴾ َقا ِنت‬
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah, Mengawali khutbah yang singkat ini, khatib berwasiat kepada
kita semua, terutama kepada diri khatib pribadi untuk senantiasa berusaha meningkatkan
ketakwaan dan keimanan kita kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan menjalankan semua
kewajiban dan menjauhkan diri dari segala yang dilarang dan diharamkan. Hadirin yang dirahmati
Allah, Di setiap bulan Rajab, kita selalu diingatkan oleh guru-guru kita, para kiai kita, bahwa pada
saat Mi’raj, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menerima perintah shalat lima waktu. Begitu
istimewanya shalat, sampai-sampai Allah mewahyukan perintah shalat di tempat yang istimewa. Di
suatu tempat di atas langit ketujuh, di atas sidratul muntaha. Di suatu tempat yang tidak pernah
sekali pun dilakukan kufur, syirik, dosa, dan maksiat di dalamnya.

Hadirin yang dirahmati Allah, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: ‫صاَل ِة ْالوُ سْ َط ٰى‬ َّ ‫ت َوال‬ ِ ‫صلَ َوا‬َّ ‫ِظوا َعلَى ال‬ ُ ‫َحاف‬
٢٣٨ :‫ِين ﴿البقرة‬ ِ ‫ ﴾ َوقُومُوا‬Maknanya: “Peliharalah semua shalat(mu), dan (peliharalah) shalat
َ ‫هلل َقا ِنت‬
wustha (shalat ‘Ashar). Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyuk” (QS al-Baqarah:
238). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‫ َف َمنْ َجا َء ِب ِهنَّ َل ْم‬،ِ‫ت َك َت َبهُنَّ هللاُ َعلَى ْال ِع َباد‬ ٍ ‫صلَ َوا‬َ ُ‫َخـمْس‬
َّ ِ ‫ْس لَ ُه عِ ْن َد‬
‫هللا َع ْه ٌد ِإنْ َشا َء َعذ َب ُه َوِإنْ َشا َ)ء‬ َ ‫ت ِب ِهنَّ َفلَي‬ ‫ْأ‬ ‫َأ‬
ِ ‫ َو َمنْ َل ْم َي‬،‫هللا َع ْه ٌد نْ ي ُْد ِخلَ ُه ْال َج َّن َة‬ َ ‫ضيِّعْ ِم ْنهُنَّ َش ْيًئ ا اسْ ت ِْخ َفا ًفا ِب َحق ِِهنَّ َك‬
ِ َ‫ان لَ ُه عِ ْند‬ َ ‫ُي‬
ْ ‫َأ‬
) ّ‫ ْد َخلَ ُه ال َج َّن َة (رواه البيهقي‬Maknanya: “Ada lima shalat yang Allah wajibkan atas para hamba.
Barangsiapa melaksanakannya dan tidak melalaikan salah satu darinya dengan tidak memenuhi
haknya, maka ia mendapatkan janji dari Allah akan dimasukkan ke surga. Dan barangsiapa tidak
melaksanakannya, maka ia tidak mendapatkan janji dari Allâh tersebut. Jika Allah menghendaki,
maka Ia menyiksanya dan jika Allah menghendaki, maka Allah memasukkannya ke surga” (HR al
Bayhaqi). Jadi shalat kedudukannya sangat agung, karena ia adalah amal yang paling utama setelah
iman. Barangsiapa yang menjaga dan memeliharanya, sungguh ia telah menjaga agamanya. Dan
barangsiapa yang terhadap shalat ia lalai, maka terhadap selain shalat, pastilah ia lebih abai. Begitu
agungnya shalat, dalam beberapa ayat Al-Qur’an shalat sering disebutkan secara beriringan dengan
iman kepada Allah dan Rasul-Nya. Di antaranya: ‫الز َكا َة لَ ُه ْم‬ َّ ‫ت َوَأ َقامُوا ال‬
َّ ‫صاَل َة َوآ َتوُ ا‬ ِ ‫ِين آ َم ُنوا َو َعمِلُوا الصَّال َِحا‬ َ ‫ِإنَّ الَّذ‬
٢٧٧ :‫ون ﴿البقرة‬ َ ‫ ﴾َأجْ ُر ُه ْم عِ ْن َد َرب ِِّه ْم َواَل َخ ْوفٌ َعلَي ِْه ْم َواَل ُه ْم َيحْ َز ُن‬Maknanya: “Sesungguhnya orang-orang yang
beriman, mengerjakan amal shalih, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat
pahala yang diberikan Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka
bersedih hati.” (QS al-Baqarah: 277) Apabila kita perhatikan juga, betapa banyak disebutkan dalam
al-Qur’an secara beriringan antara perbuatan meninggalkan shalat dengan kekufuran. Allah ta’ala
berfirman memberitakan tentang penduduk neraka ketika ditanya: ‫ك م َِن‬ ُ ‫) َقالُوا لَ ْم َن‬٤٢( ‫َما َسلَ َك ُك ْم فِي َس َق َر‬
٤٦-٤٢ :‫) ﴿المدثر‬٤٦( ‫ين‬ ِ ‫) َو ُك َّنا ُن َك ِّذبُ ِب َي ْو ِم ال ِّد‬٤٥( ‫ين‬
َ ِ‫) َو ُك َّنا َن ُخوضُ َم َع ْال َخاِئض‬٤٤( ‫ِين‬ َ ‫ك ُن ْط ِع ُم ْالمِسْ ك‬
ُ ‫) َولَ ْم َن‬٤٣( ‫ين‬ َ ‫﴾ ْالم‬
َ ِّ‫ُصل‬
Maknanya: “Apakah yang memasukkan kalian ke dalam Saqar (neraka)?. Mereka menjawab: “Kami
dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat dan kami tidak (pula) memberi makan
orang miskin dan kami membicarakan yang bathil, bersama dengan orang-orang yang
membicarakannya, dan kami mendustakan hari pembalasan” (QS al Muddatstsir: 42-46). Hadirin
yang dirahmati Allah, Para ulama Ahlussunnah mengatakan bahwa, jika seseorang meninggalkan
shalat karena mengingkari kewajibannya atau melecehkannya, maka ia telah kafir. Sedangkan jika ia
meninggalkannya karena malas, maka ia tidak kafir, tetapi dihukumi fasiq, pelaku dosa besar.
Hadirin, Janganlah kita menunda-nunda shalat sampai keluar waktunya. Janganlah kita bermalas-
malasan melakukan shalat. Di dunia ini, kita bisa saja menunda jadwal perjalanan atau pekerjaan,
sedangkan kematian adalah kepastian yang tidak bisa ditunda atau dibatalkan. Kita selamatkan diri
kita sebelum lewat waktunya. Jatah umur kita terbatas, embusan napas kita ada penghabisannya
dan kematian bagaikan pedang yang telah terhunus di atas leher kita, kita tidak tahu kapan ia turun
dan menebas batang leher kita. Jika seseorang meninggalkan shalat, tidakkah ia malu kepada Allah
yang telah menciptakannya dan menganugerahkan sekian banyak rahmat dan nikmat kepada-Nya?
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, Dari sahabat Jabir radliyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‫أح ِد ُك ْم َي ْغ َتسِ ُل ِم ْن ُه ُك َّل َي ْو ٍم‬ َ ‫ب‬ ِ ‫ار َغ ْم ٍر َعلَى َبا‬ ٍ ‫مْس َك َم َث ِل َنه ٍْر َج‬ َ ‫ت‬
ِ ‫الخ‬ ِ ‫صلَوا‬َّ ‫َم َث ُل ال‬
)‫ت ( رواه مسلم‬ َ ‫ َخم‬Maknanya: “Perumpamaan Shalat lima waktu adalah ibarat sungai yang
ٍ ‫ْس مَرَّ ا‬
melimpah airnya, yang mengalir ke arah pintu rumah salah seorang di antara kalian, lalu ia mandi
dari air tersebut setiap hari sebanyak lima kali.” (HR Muslim). Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa
sallam juga bersabda: ‫ حديث حسن‬:‫ َو َعمُو ُدهُ الصَّالةُ (أخرجه أحمد والنسائي والترمذي وغيرهم وقال‬،‫َرْأسُ اَألمْ ِر اِإلسْ ال ُم‬
)‫ صحيح‬Maknanya: “Induk dari segala perkara adalah Islam dan tiangnya adalah shalat” (HR Ahmad,
an-Nasaa’i, at-Tirmidzi dan lain-lain. At-Tirmidzi berkata: Hadits ini hasan shahih). Allah telah
menjadikan shalat sebagai penyejuk mata dan jiwa, serta pelipur lara bagi mereka yang dirundung
kesedihan. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam memberikan teladan kepada kita bahwa ketika
beliau sedang mengalami masa-masa sulit dan berat, beliau menghibur diri dengan mendirikan
shalat (HR Ahmad dan Abu Dawud). Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ُ‫ت قُرَّ ة‬ ْ َ‫َو ُج ِعل‬
)‫ َع ْينِي فِي الصَّال ِة (أخرجه أحمد في مسنده والنسائي والبيهقي في السنن وصححه الحاكم في المستدرك وغيرهم‬Maknanya:
“Telah dijadikan kesejukan mata dan jiwaku (kebahagiaanku) pada shalat” (HR Ahmad dalam
Musnadnya, an-Nasaa’i, al-Baihaqi dalam as-Sunan, dan hadits ini dishahihkan oleh al-Hakim dalam
al-Mustadrak). Beliau juga terbiasa menyeru: )‫ َأ ِرحْ َنا ِبالصَّال ِة (أخرجه أحمد وغيره‬،ُ‫ َيا ِبالل‬Maknanya:
“Wahai Bilal, (kumandangkan iqamat), berilah kami kenyamanan dan kedamaian dengan
(mengerjakan) shalat” (HR Ahmad dan lainnya). Shalat menjadi kesenangan Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wa sallam, kedamaian kalbunya serta kebahagiaan hatinya. Hadirin yang dirahmati Allah,
Marilah kita jadikan bulan Rajab, bulan peringatan mukjizat Isra’ dan Mi’raj, sebagai momentum
untuk memperbaiki kualitas shalat kita. Shalat yang berkualitas adalah shalat yang sah dan diterima
oleh Allah ta’ala. Shalat seseorang dikatakan sah apabila telah memenuhi seluruh syarat sah dan
rukunnya serta menjauhi semua hal yang dapat membatalkannya. Namun demikian, hadirin
sekalian, shalat yang sah belum tentu diterima oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Al-Habib Abdullah
bin Husain bin Thahir Ba’alawi dalam Sullamut Taufiq menjelaskan bahwa supaya shalat kita diterima
oleh Allah, selain kita harus memenuhi syarat sah dan rukunnya, kita juga harus memenuhi syarat-
syarat diterimanya shalat, yaitu: Berniat ikhlas karena mengharap ridha Allah semata. Makanan dan
minuman yang ada di perut kita sewaktu shalat harus halal. Pakaian yang kita kenakan pada saat
shalat harus halal. Tempat yang kita gunakan shalat harus halal. Shalat yang kita lakukan harus
disertai kekhusyukan, walaupun hanya sebentar. Semakin lama kadar khusyuk kita dalam shalat,
maka semakin besar pahala yang kita dapat dari Allah ta’ala. Tidak ujub dengan shalat yang
dilakukan. Ujub artinya apabila seseorang melihat bahwa kemampuannya menjalankan ibadah
adalah keistimewaan dirinya, dan ia lalai untuk mengingat bahwa hal itu sejatinya adalah karunia
dari Allah. Hadirin yang dirahmati Allah, Khusyuk adalah menghadirkan dalam hati rasa takut
kepada Allah, disertai rasa cinta dan pengagungan kepada-Nya. Khusyuk dalam shalat adalah
perbuatan hati yang bisa diraih dan dilakukan dengan beberapa sebab dan cara. Di antaranya adalah
memperbanyak mengingat kematian. Ketika kita akan memulai shalat, kita berucap dalam hati:
“Mungkin ini adalah shalat terakhirku, setelahnya mungkin aku tidak akan merasakan kehidupan lagi
di dunia ini.” Di antara sebab dan cara untuk menghadirkan khusyuk dalam shalat juga adalah
dengan merenungkan dan menghayati makna yang terkandung dalam bacaan-bacaan shalat.
Hadirin yang dirahmati Allah, Ali bin al-Husain bin Ali bin Abi Thalib, cicit Baginda Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam saking khusyuknya dalam menjalankan shalat, sampai-sampai suatu
ketika rumah beliau terbakar pada saat beliau mendirikan shalat. Orang-orang berteriak
memanggilnya, “Api wahai Ali, api wahai Ali,” namun beliau tetap kokoh tak tergoyahkan dalam
shalatnya. Pada waktu selesai shalat, beliau mengatakan: “Pikiranku disibukkan dengan api akhirat
daripada api kalian.” Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, Demikian khutbah yang singkat ini,
mudah-mudahan pada bulan Rajab ini kita senantiasa diberi kekuatan, kemudahan dan kemampuan
untuk memperbanyak kebaikan dan ketaatan kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Amin. ‫َأقُ ْو ُل َق ْولِيْ ٰه َذا‬
‫ ِإ َّن ُه ه َُو ْال َغفُ ْو ُر الرَّ ِح ْي ُم‬،ُ‫ َفاسْ َت ْغفِر ُْوه‬،‫هللا لِيْ َولَ ُك ْم‬ َ ‫وَأسْ َت ْغفِ ُر‬.َ Khutbah II ْ‫هلل مِن‬ ِ ‫ َو َنع ُْو ُذ ِبا‬،ُ‫ِإنَّ ْال َحمْ دَ هلِل ِ َنحْ َم ُدهُ َو َنسْ َتعِي ُن ُه َو َنسْ َت ْغفِ ُره‬
،ُ‫ك َله‬ ٰ ‫َأ‬
َ ‫ َو ْش َه ُد نْ اَّل ِإل َه ِإاَّل هللاُ َوحْ َدهُ اَل َش ِر ْي‬،ُ‫ِي َله‬ ‫َأ‬ َ ‫ َمنْ َي ْه ِد هللاُ َفاَل مُضِ َّل َل ُه َو َمنْ يُضْ لِ ْل َفاَل َهاد‬،‫ت َأعْ َمالِ َنا‬ ِ ‫شر ُْو ِر َأ ْن ُفسِ َنا َومِنْ َس ِّيَئ ا‬ ُ
ْ َّ ْ
،‫ َو َعلى ِإخ َوا ِن ِه الن ِب ِّيي َْن َوالمُرْ َسلِي َْن‬،‫ْن‬ ٰ ‫َأْل‬ ْ َ ٰ ِّ َ ‫ اللهم‬،ُ‫َوَأ ْش َه ُد نَّ َسيِّدَ نا م َُحمَّدا َع ْب ُدهُ َو َرس ُْوله‬
َ ُ ً َ ‫َأ‬
ِ ‫ِق ال َوعْ ِد ا ِمي‬ ِ ‫ِن الصَّاد‬ ِ ‫ص ِّل َو َسل ْم َعلى َس ِّي ِدنا م َُح َّمد‬
‫ َو َع ِن اَأْلِئ َّم ِة‬، ٍّ‫ان َو َعلِي‬ َ ‫ َأ ِبيْ َب ْك ٍر َو ُع َم َر َوع ُْث َم‬،‫ َو َع ِن ْال ُخلَ َفا ِء الرَّ اشِ ِدي َْن‬،‫الطاه ِِري َْن‬ َّ ‫ت‬ ِ ‫آل ْال َب ْي‬
ِ ‫ َو‬،‫ت ْالمُْؤ ِم ِني َْن‬ ِ ‫ض اللهم َعنْ ُأ َّم َها‬ َ ْ‫َوار‬
ْ
ِّ‫هللا ال َعلِي‬ ْ ْ ‫ُأ‬ ْ ‫َأْل‬
ِ ‫ ْوصِ ْي ُك ْم َو َنفسِ يْ ِب َتق َوى‬،‫ َف َيا ُّي َها المُسْ لِم ُْو َن‬،ُ‫ مَّا َبعْ د‬.‫ َأ ِبيْ َح ِن ْي َف َة َو َمالِكٍ َوال َّشافِعِيِّ َو حْ َمدَ َو َع ِن ا ْولِ َيا ِء َوالصَّالِ ِحي َْن‬،‫ْال ُم ْه َت ِدي َْن‬
‫َأ‬ ‫َأ‬ ‫َأ‬
ۚ ِّ‫ون َعلَى ال َّن ِبي‬ َ ‫صاَل ِة َوال َّساَل ِم َع ٰلى َن ِب ِّي ِه ْال َك ِري ِْم َف َقا َل ِإنَّ هَّللا َ َو َماَل ِئ َك َت ُه ي‬
َ ُّ‫ُصل‬ َّ ‫ َأ َم َر ُك ْم ِبال‬،‫ َواعْ لَم ُْوا َأنَّ هللاَ َأ َم َر ُك ْم ِبَأمْ ٍر َعظِ ي ٍْم‬،ُ‫ْال َعظِ ي ِْم َفا َّتقُ ْوه‬
ٰ
‫صلَّيْتَ َعلى َس ِّي ِد َنا ِإب َْرا ِه ْي َم َو َعلى‬ ٰ َ ‫آل َس ِّي ِد َنا م َُح َّم ٍد َك َما‬ ِ ‫ص ِّل َع ٰلى َس ِّي ِد َنا م َُح َّم ٍد َو َعلى‬
ٰ َ ‫ اَل ٰلّ ُه َّم‬،‫صلُّوا َعلَ ْي ِه َو َسلِّمُوا َتسْ لِيمًا‬ َ ‫ِين آ َم ُنوا‬ َ ‫َيا َأ ُّي َها الَّذ‬
‫ فِيْ ْال َعالَ ِمي َْن‬،‫آل َس ِّي ِد َنا ِإب َْرا ِه ْي َم‬ ِ ‫ار ْكتَ َع ٰلى َس ِّي ِد َنا ِإب َْرا ِه ْي َم َو َع ٰلى‬ َ ‫آل َس ِّي ِد َنا م َُح َّم ٍد َك َما َب‬ ِ ‫اركْ َع ٰلى َس ِّي ِد َنا م َُح َّم ٍد َو َع ٰلى‬ ِ ‫آل َس ِّي ِد َنا ِإب َْرا ِه ْي َم َو َب‬ ِ
‫ضالِّي َْن‬ ٰ
ٰ ‫ اَللّ ُه َّم اجْ َع ْل َنا ُه َدا ًة ُم ْه َت ِدي َْن غَ ي َْر‬،ِ‫ت اَأْلحْ َيا ِء ِم ْن ُه ْم َواَأْلمْ َوات‬ ِ ‫والمُْؤ ِم ِني َْن َو ْالمُْؤ ِم َنا‬ ْ ‫ت‬ ْ ‫ اَل ٰلّ ُه َّم‬.‫ك َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد‬
)ِ ‫اغفِرْ ل ِْلمُسْ لِ ِمي َْن َو ْالمُسْ لِ َما‬ َ ‫ِإ َّن‬
ً ‫آْل‬ ً
‫ َر َّب َنا آ ِت َنا فِي ال ُّد ْن َيا َح َس َنة َوفِي ا خ َِر ِة َح َس َنة َوقِ َنا‬، ُ‫خوف‬ ‫َأ‬ ٰ
َّ ‫ اَللّ ُه َّم اسْ ُترْ َع ْو َرا ِت َنا وآمِنْ رَّ ْو َعا ِت َنا َو ْاكفِ َنا َما َه َّم َنا َوقِ َنا َشرَّ ما َن َت‬،‫َوالَ مُضِ لي َْن‬ ِّ
ُ ٰ
.‫ َيعِظك ْم ل َعلك ْم تذكر ُْو َن‬،ِ‫ان َوِإ ْي َتا ِء ذِي ْالقُرْ ٰبى و َي ْن ٰهى َع ِن الفحْ شا ِء َوال ُمنك ِر َوال َبغي‬
ْ ‫ْأ‬
َّ َ َ ُ َّ َ ُ ْ َ ْ َ ِ ‫ إنَّ هللاَ َي ُم ُر ِب ْال َع ْد ِل َواإْل حْ َس‬،ِ‫ عِ َبادَ هللا‬.‫ار‬ ِ ‫اب ال َّن‬ َ ‫َع َذ‬
‫هللا َأ ْك َب ُر‬ ِ ‫ َولَذ ِْك ُر‬،‫هللا ْال َعظِ ْي َم َي ْذ ُكرْ ُك ْم َوا ْش ُكر ُْوهُ َع ٰلى ِن َع ِم ِه َي ِز ْد ُك ْم َواسْ َألُ ْوهُ مِنْ َفضْ لِ ِه يُعْ طِ ُك ْم َوا َّتقُ ْوهُ َيجْ َع ْل لَ ُك ْم مِنْ َأ ْم ِر ُك ْم َم ْخ َرجً ا‬ َ ‫ َفاذ ُكرُوا‬.
Ustadz Nur Rohmad, Pemateri/Peneliti di Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur dan Ketua Biro
Peribadatan & Hukum, Dewan Masjid Indonesia Kab. Mojokerto

Anda mungkin juga menyukai