Anda di halaman 1dari 23

SISTEMATIKA

Judul
Konsiderans Menimbang
Mengingat
Batang Tubuh :
Bab I , Ketentuan Umum : Pasal 1 (Pengertian)
Bab II, Landasan, Asas, dan Tujuan : Pasal 2 – Pasal 4
Bab III, Kesempatan dan Perlakuan Yang Sama : Pasal 5 dan Pasal 6
Bab IV, Perencanaan Tenaga Kerja dan Informasi Ketenagakerjaan :
Pasal 7 dan Pasal 8
Bab V, Pelatihan Kerja : Pasal 9 – Pasal 30
Bab VI, Penempatan Tenaga Kerja : Pasal 31 – Pasal 38
Bab VII, Perluasan Kesempatan Kerja : Pasal 39 – Pasal 41
Bab VIII, Penggunaan Tenaga Kerja Asing : Pasal 42 – Pasal 49
Bab IX, Hubungan Kerja : Pasal 50 - 66
Bab X, Perlindungan, Pengupahan, dan Kesejahteraan : Pasal 67 –
Pasal 101
Bab XI, Hubungan Industrial : Pasal 102 – 149
Bab XII, Pemutusan Hubungan Kerja : Pasal 150 – Pasal 172
Bab XIII, Pembinaan : Pasal 173 – Pasal 175
Bab XIV, Pengawasan : Pasal 176 – Pasal 181
Bab XV, Penyidikan : Pasal 182
Bab XVI, Ketentuan Pidana dan Sanksi Administratif : Pasal 183 –
Pasal 190
Bab XVII, Ketentuan Peralihan : Pasal 191
Bab XVIII, Ketentuan Penutup : Pasal 192 dan Pasal 193
RUJUKAN
Mengingat : Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945
 Pasal 5 ayat (1) : Hak Presiden mengajukan rancangan UU
kepada DPR;
 Pasal 20 ayat (2) : RUU dibahas oleh DPR bersama
Presdiden;
 Pasal 27 ayat (2) : Tiap-tiap warga negara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan;
 Pasal 28 : Kemerdekaan berserikat dan berkumpul,
mengeluarkan pikiran dengan lisan dan ntulisan, dan
sebagainya ditetapkan dengan undang-undang;
 Pasal 33 ayat (1) : Perekonomian disusun sebagai usaha
bersama atas asas kekeluargaan .
Penjelasan Umum :
Tap MPR No.XVII/MPR/1998
8 Konvensi Dasar ILO :
 Kebebasan Berserikat : KILO No.87 dan No.98
 Diskriminasi : KILO No.100 dan No.111
 Kerja Paksa : KILO No.29 dan No.105
 Perlindungan Anak : KILO No.138 dan No.182

Undang-Undang ini mencabut 6 ordonansi dan 8 Undang-


Undang.
PENGERTIAN
 Ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan
tenaga kerja pada waktu sebelum, selama, dan sesudah masa
kerja.
 Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan
pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik
untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk
masyarakat.
 Pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan
menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain.
 Pemberi kerja adalah orang perseorangan, pengusaha, badan
hukum, atau badan-badan lainnya yang mempekerjakan
tenaga kerja dengan membayar upah atau imbalan dalam
bentuk lain.
Pengusaha adalah :
a. orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum
yang menjalankan suatu perusahaan milik sendiri;
b. orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum
yang secara berdiri sendiri menjalankan perusahaan
bukan miliknya;
c. orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum
yang berada di Indonesia mewakili perusahaan
sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b yang
berkedudukan di luar wilayah Indonesia.
 Perusahaan adalah:
a. setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik orang
perseorangan, milik persekutuan, atau milik badan hukum, baik
milik swasta maupun milik negara yang mempekerjakan
pekerja/buruh dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk
lain;
b. usaha-usaha sosial dan usaha-usaha lain yang mempunyai pengurus
dan mempekerjakan orang lain dengan membayar upah atau
imbalan dalam bentuk lain.

 Pengawasan ketenagakerjaan adalah kegiatan mengawasi dan


menegakkan pelaksanaan peraturan perundang-undangan di bidang
ketenagakerjaan.
LANDASAN, ASAS, DAN TUJUAN
 Landasan Pembangunan ketenagakerjaan : Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. (pasal 2)

 Asas penyelenggaraan Pembangunan ketenagakerjaan :


keterpaduan dengan melalui koordinasi fungsional lintas sektoral
pusat dan daerah. (pasal 3)

 Tujuan Pembangunan ketenagakerjaan :


a. memberdayakan dan mendayagunakan tenaga kerja secara
optimal dan manusiawi;
b. mewujudkan pemerataan kesempatan kerja dan penyediaan
tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan
nasional dan daerah;
c. memberikan perlindungan kepada tenaga kerja dalam
mewujudkan kesejahteraan; dan
d. meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya.
RUANG LINGKUP PENGATURAN
Berdasarkan Waktu :
 Sebelum bekerja atau Pra Employment;
 Selama bekerja atau During Employment;
 Setelah masa kerja atau Post Employment; dan

Berdasarkan Substansi :
 Manpower Development;
 Manpower Utility; dan
 Manpower Quality of Life.
SIFAT HUKUMNYA

 Bersifat Privat, tercermin pada


Bab Hubungan Kerja
Lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial
Bab Pemutusan Hubungan Kerja
 Bersifat Publik
a. HAN, antara lain tercermin pada pasal 190
ayat (1)
b. Hukum Pidana, antara lain tercermin pasal 183 ayat (1)
pasal 184 ayat (1), pasal 185 ayat (1), pasal 186 ayat (1)
pasal 187 ayat (1), dan pasal 188 ayat (1).
POKOK-POKOK PENGATURAN
 Perlakuan dan kesempatan yang sama.
a. setiap tenaga kerja memiliki kesempatan yang tanpa diskriminasi
untuk memperoleh pekerjaan.
b. Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh perlakuan yang sama
tanpa diskriminasi dari pengusaha.

 Perencanaan Tenaga Kerja.


a. Meliputi perencanaan tenaga kerja makro dan mikro
b. Disusun atas dasar informasi ketenagakerjaan
c. Informasim ketenagakerjaan diperoleh dari instansi pemerintah
dan swasta.
 Pelatihan Kerja
a. Dislenggarakan dengan memperhatikan kebutuhan pasar kerja dan
dunia usaha.
b. Menacu kepada standar kompetensi.
c. Diselenggarakan oleh lembaga pelatihan kerja pemerintah dan lembaga
pelatihan kerja swasta.
d. Dapat disleneggarakan dengan sistem pemagangan.

 Penempatan Tenaga Kerja


a. Penempatan tenaga kerja di dalam negeri.
b. Penempatan tenaga kerja di luar negeri.
c. Dalam mempekerjakan tenaga kerja pemberi kerja wajib memberikan
perlindungan kesejahteraan, keselamatan, dan kesehatan baik mental
maupun fisik tenaga kerja.

 Perluasan Kesempatan Kerja


a. Pemerintah dan masyarakat bersama-sama mengupayak perluasan
lapangan kerja di dalam mauun di luar hubungan kerja
b. Perluasan kesempatan kerja di luar hubungan kerja dilakukan melalui
penciptaan kegiatan yang produktif dan berkelanjutan.
 Penggunaan Tenaga Kerja Asing
a. Setiap pemberi kerja yang mempekerjakan TKA wajib memiliki
izin tertulis dan RPTKA.
b. Pemberi kerja perseorangan dilarang mempekerjakan TKA.
c. Pemberi kerja TKA wajib menunjuk TKI sebagai tenaga
pendamping
d. TKA dilarang menduduki jabatan yang mengurusi personalia
dan/atau jabatan-jabatan tertentu.Pemberi kerja wajib membayar
kompensasi atas setiap TKA yang dipekerjakannya.

 Hubungan Kerja
a. Perjanjian kerja dibuat secara tertulis atau lisan.
b. Perjanjian kerja dibuat untuk waktu tertentu atau untuk waktu
tidak tertentu.
c. Juga mengatur penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan
kepada perusahaan lain.
 Perlindungan, Pengupahan, dan Kesejahteraan
a. Perlindungan pekerja disabilitas;
b. Perlindungan pekerja anak;
c. Perlindungan pekerja perempuan;
d. Pengaturan waktu kerja dan waktu istirahat;
e. Perlindungan leselamatan dan kesehatan kerja;
f. Pengupahan; dan
g. Kesejahteraan.

 Hubungan Industrial, mencakup sarana hubungan


a. SP/SB;
b. Organisasi pengusaha;
c. LKS bipartit;
d. LKS tripartit;
e. Peraturan Perusahaan;
f. PKB;
g. Peraturan perundang-undangann ketenagakerjaan; dan
h. Lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial.
 Pemutusan Hubungan Kerja
a. Pengusaha, pekerja/buruh, SP/SB, dan Pemerintah harus
mengusahakan agar jangan terjadi PHK;
b. PHK hanya dapat dilakukan setelah memperoleh penetapan dari
lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial;
c. PHK tanpa penetapan lembaga penyelesaian perselisihan
hubungan industrial batal demi hukum.
d. Penetapan tidak diperlukan dalam hal pekerja/buruh :
- masih dalam masa percobaan;
- mengundurkan diri;
- pensiun;
- meninggal dunia
 Pembinaan
Pemerintah dapat memberikan penghargaan kepada orang atau
lembaga yang berjasa dalam pembinaan ketenagakerjaan.

 Pengawasan
Pengawasan ketanagakerjaan dilakukan oleh pegawai pengawas
ketenagakerjaan.

 Penyidikan
Mengacu kepada Undang-Undang No.8 Tahun 1981 tentang
KUHAP.
 Ketentuan Pidana
a. Terdapat limitasi waktu dan denda;
b. Mencakup tindak pidana kejahatan dan pelanggaran; dan
c. Meletakkan sanksi pidana penjara, kurungan, dan/atau denda.

 Sanksi Administratif
a. Teguran;
b. Peringatan tertulis;
c. Pembatasan kegiatan usaha;
d. Pembekuan kegiatan usaha;
e. Pembatalan persetujuan;
f. Pembatalan pendaftaran;
g. Penghentian sementara sebagian atau seluruh alat produksi;
h. Pencabutan ijin.

Anda mungkin juga menyukai