1
INDUSTRI KELAPA SAWIT
2
BENTUK KETIDAKADILAN TERHADAP
PEKERJA PEREMPUAN DI TEMPAT KERJA
• Penerimaan pekerja (lowongan kerja) ;
• Kesempatan mengikuti pelatihan & promosi ;
• Partisipasi dalam pengambilan keputusan ;
• Perbedaan upah ;
• Perbedaan dalam perlindungan jaminan sosial (JPK) ;
• Perbedaan dalam usia pensiun ;
• PHK bagi pekerja perempuan yang menikah atau
hamil.
3
PENYEBAB PELANGGARAN
NORMA PERLINDUNGAN PEKERJA PEREMPUAN
Kualitas/
Kesadaran
motivasi
Pengusaha
Pengawas KK
Kurang
Pehamaman
Pemahaman
SP/SB
PELANGGARAN Pengawas KK
Kurangnya
Pehamaman Belum ada
Pekerja Pedomman
Kurangnya
Sosialisasi
Dasar Hukum
• UU No. 3 Thn 1951 tentang Pernyataan berlakunya UU
Pengawasan Perburuhan Tahun 1948 No.23 dari RI untuk
seluruh Indonesia;
• UU No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;
• Kepmennaker No.224/Men/2003 ttg Kewajiban Pengusaha
yang Mempekerjakan Perempuan pada Malam Hari ;
• Konv.ILO No.100 (UU No.80/57) Pengupahan Bagi Laki-laki &
Wanita untuk Pekerjaan yang Sama Nilainya ;
• Konv.ILO No.111 (UU No.21/99) Diskriminasi Dalam
Pekerjaan & Jabatan ;
• Konv.PBB (UU No.7/84) Penghapusan Diskriminasi Terhadap
Perempuan ;
• UU No. 18 Tahun 2017 ttg Perlindungan Pekerja Migran
Indonesia.
5
Dasar Hukum
UU NO. 13 TAHUN 2003 tentang KETENAGAKERJAAN :
• PASAL 5, Kesempatan Tanpa Diskriminasi Utk Memp Pekerjaan
• PASAL 2 ayat (3) > Setiap Pekerja/ Buruh berhak memperoleh Upah
yang sama untuk pekerjaan yang sama nilainya
7
SIFAT KEBIJAKAN PERLINDUNGAN
PEKERJA PEREMPUAN
Protektif
Protective
Kebijakan-kebijakan yang diarahkan pada perlindungan fungsi
reproduksi
Korektif
Corrective
Kebijakan-kebijakan yang diarahkan pada peningkatan
kedudukan pekerja perempuan (pemberdayaan pekerja
perempuan)
NonNon Diskriminatif
Diskriminatif
Kebijakan-kebijakan yang diarahkan pada kesetaraan hak &
kewajiban
8
Perlindungan bersifat Protektif
PROTEKTIF
ISTIRAHAT HAID
STIRAHAT SEBELUM,SESUDAH
I
MELAHIRKAN & GUGUR
KANDUNGAN
LARANGAN MEMPEKERJAKAN
PEKERJA /BURUH PEREMPUAN HAMIL
PADA MALAM HARI
@twp201
8
Perlindungan bersifat Protektif
10
Perlindungan bersifat Protektif
Perlindungan sesudah gugur kandung
Pekerja perempuan diberi waktu istirahat 1,5 bulan sesudah
gugur kandung (berdasarkan surat keterangan dokter
kandungan atau bidan)
2 PASAL 34
Kesempatan kepada ibu untuk menyusui
dan atau memerah ASI
R. ASI
OSH
Perlindungan K3 Berbasis
Gender
2
Memberikan lingkungan
kerja, peralatan kerja
yang aman dan kondisi
kerja yang nyaman
16
TUGAS & PERAN PERUSAHAAN
01
03
05
EVALUASI
KOMITMEN DI ATUR DALAM DAN
PIMPINAN PP/PKB PELAPORAN
MASUK
PELAKSANAAN
DALAM
NORMA
PROGRAM
KETENAGAKERJAAN
P2K3
04
02
Perlindungan bersifat Non Diskriminatif
Perlindungan atas kesempatan dan perlakuan yang sama
19
Pasal 190
20
Pencegahan dan Penghapusan Diskriminasi di Tempat
Kerja
Penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan
pada lapangan pekerjaan meliputi:
a. Hak untuk bekerja (sebagai hak azasi) ;
b. Hak atas kesempatan kerja yg sama termasuk kriteria
seleksi dalam penerimaan pegawai;
c. Hak untuk memilih profesi dan pekerjaan, hak promosi,
jaminan pekerjaan serta memperoleh pelatihan kejuruan;
d. Hak untuk menerima upah yg sama dengan pekerja laki-
laki atas pekerjaan yang sama nilainya ;
e. Hak atas jaminan sosial, khususnya dalam hal pensiun,
pengangguran, sakit, cacat, lanjut usia dan cuti yang
dibayar ;
f. Hak atas perlindungan K3 termasuk fungsi reproduksi
21
KEKERASAN DAN PELECEHAN
DI TEMPAT KERJA
• Kenyamanan bekerja sangat mempengaruhi dalam mewujudkan hubungan industrial yang kondusif.
Salah satu hal yang perlu mendapatkan perhatian dalam mewujudkan kenyamanan bekerja adalah
adanya kondisi kerja tanpa diskriminasi termasuk Kekerasan dan Pelecehan di tempat kerja.
• Kekerasan dan Pelecehan seringkali dilakukan dengan menyalahgunakan kekuasaan sehingga
korban akan mengalami kesulitan dalam membela diri. Kekerasan dan Pelecehan di Tempat Kerja
adalah segala jenis tindakan yang tidak diinginkan, berulang-ulang, dan tidak masuk akal, yang
ditujukan pada seorang pekerja/buruh atau sebuah kelompok pekerja yang mengakibatkan
kesulitan dalam pelaksanaan tugas yang diberikan atau menyebabkan pekerja merasa dirinya
bekerja dalam iklim perusahaan yang tidak harmonis, yang juga dapat menyebabkan risiko
terhadap kesehatan dan keselamatan.
• Kekerasan dan Pelecehan di Tempat Kerja dapat dialami oleh siapapun baik pekerja laki-aki
maupun pekerja perempuan. Namun posisi yang rentan terhadap hal ini adalah pekerja
perempuan.
KEKERASAN & PELECEHAN
KEKERASAN PELECEHAN
pelanggaran hak maternitas (haid, kehamilan, fasilitas Penyalahgunaan perilaku seksual, Permintaan untuk
kesehatan), keselamatan dan kesehatan kerja, PHK bantuan seksual, dan Pernyataan lisan atau fisik
terhadap buruh perempuan hamil. melakukan atau
gerakan menggambarkan perbuatan seksual, atau
Tindakan kearah seksual yang tidak diinginkan penerima
telah menyatakan bahwa perilaku itu tidak diinginkan;
Penerima merasa dihina, tersinggung dan/atau tertekan
oleh perbuatan itu; atau Pelaku seharusnya sudah dapat
merasakan bahwa yang menjadi sasarannya (korban)
akan Tersinggung, merasa terhina dan/atau tertekan oleh
perbuatan itu
PETA KEBIJAKAN
KEKERASAN & PELECEHAN
• UU No. 23 Tahun 2004 • UU No. 21 Tahun 2007
tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan
Tangga (UU PKDRT) merupakan aturan khusus untuk Orang (UU PTPPO)
menanggulangi kekerasan dalam rumah tangga,
• UU No.26 Tahun 2000
bukan aturan khusus yang ditujukan untuk
penanganan kekerasan seksual tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia (UU
Pengadilan HAM) mengatur sejumlah bentuk tindak
• UU No. 23 Tahun 2002 jo. UU No. 35 Tahun
pidana kekerasan seksual yaitu perkosaan,
2014
perbudakan seksual, pelacuran paksa, pemaksaan
tentang Perlindungan Anak (UU PA) hanya terbatas kehamilan, pemandulan atau sterilisasi paksa dan
memberikan perlindungan pada anak dan bentuk-bentuk kekerasan seksual lain yang setara.
mempidanakan pelaku persetubuhan, Pencabulan,
• UU No. 36 Tahun 2009
dan eksploitasi seksual terhadap anak.
tentang Kesehatan (UU Kesehatan) menyatakan
• UU No. 44 Tahun 2008
aborsi sebagai perbuatan yang tidak diperbolehkan,
tentang Pornografi (UU Pornografi) mengatur sebagaimana tercantum dalam Pasal 75 ayat (1).
“kekerasan seksual” Pasal 4 ayat (1) huruf b UU
Pornografi menyebutkan kekerasan seksual sebagai
muatan pornografi, yang dimaknai terbatas sebagai
hubungan seksual yang didahului dengan tindakan
kekerasan (penganiayaan) atau mencabuli dengan
paksaan atau pemerkosaan.
• Pelecehan seksual tidak secara explisit diatur didalam UU No. 13 Tahun
2003, namun masuk dalam kewajiban perusahaan yang wajib menjaga
kesusilaan. Pasal 76 ayat 3 huruf b UU.No 13 Tahun 2003. Lebih lanjut
dalam Kepmenakertrans No. Kep. 224/Men/2003 tentang Kewajiban
Pengusaha yang Mempekerjakan Pekerja/Buruh Antara Pukul 23.00
sampai dengan 07.00.
• Hal tersebut tentu menjadi sulit untuk dibuktikan terutama bila
perusahaan tidak memiliki mekanisme pengaduan yang sudah diatur
dalam SE Menaker No. 03/MEN/IV/2011 tentang Pedoman Pencegahan
Pelecehan Seksual di Tempat Kerja. Peran Pengawas Ketenagakerjaan
untuk melakukan upaya pencegahan dan promosi terkait pelecehan
seksual dan diskriminasi di tempat kerja menjadi hal yang penting
sehingga hal yang tidak diinginkan tidak terjadi.
• Pelecehan seksual masuk didalam • Mekanisme pengaduan yang
DELIK ADUAN sehingga proses tidak berjalan di perusahaan
hukum baru dapat berjalan jika bahkan jika terbukti bersalah
ada korban yang mengaku. perusahaan tidak
• Perlu dipahami ada banyak kasus memberlakukan sanksi tegas
pelecehan seksual di tempat kerja sesuai dengan ketentuan yang
yang tidak sampai ke proses berlaku di Peraturan Perusahaan
hukum dikarenakan korban malu, namun diselesaikan secara
terintimidasi dengan kondisi yang kekeluargaan. Hal seperti ini
terjadi di lingkungan tempat menjadi hambatan dalam
kerja, penanganan kasus pelecehan
seksual di tempat kerja.
DAMPAK PELECEHAN & KEKERASAN SEKSUAL
• Bagi Pekerja: • Bagi Pengusaha:
Stress; Produktivitas berkurang
Kekhawatiran; (Meningkatnya tingkat keluar masuk
Gangguan tidur; karyawan, bolos kerjadll);
Gangguan Stress Pasca Trauma Pecahnya ikatan tim dan hubungan
(GSPT); individual;
Ketidakmampuan untuk bekerja; Lingkungan kerja yang tidak aman
Hilangnya harga diri dan rasa percaya dan tidak ramah;
diri; Publisitas yang buruk, citra publik
Produktivitas dan kinerja yang yang merugikan, hilangnya rasa
menurun; percaya masyarakat umum terhadap
perusahaan;
Timbulnya perasaan terkucil di
tempat kerja; Ketidakpercayaan buyer;
Gejala stress yang timbul secara fisik Cost kesehatan, trainining karyawan
seperti sakit kepala, sakit punggung, baru juga meningkat.
kram perut;
Serangan rasa sakit, rasa lelah yang
amat sangat;
Memburuknya hubungan personal
(Depresi).
TANTANGAN DI TEMPAT KERJA
• PERATURAN PERUNDANG- • PERAN SP/SB
UNDANGAN SP/SB perlu mendorong perusahaan
Peraturan Perundang-undangan di untuk berkomitmen, memastikan aturan
bidang ketenagakerjaan terkait kekerasan sanksi yang tegas terhadap pelaku
dan pelecehan di tempat kerja belum kekerasan dan pelecehan di tempat
memadai kerja, membentuk Komite Gender
(Kementerian Ketenagakerjaan sedang • PP/PKB
menyusun peraturan terkait hal ini Sanksi tegas terhadap pelaku
setingkat Peraturan Menteri) dicantumkan didalam PP/PKB termasuk
• PENGAWASAN dibuatnya mekanisme pengaduan kasus
Pengawasan ketenagakerjaan terhadap sesuai SE 3/2011
norma kerja di tempat kerja
• KOMITMEN PERUSAHAAN
Komitmen perusahaan untuk stop
kekerasan dan pelecehan seksual di
tempat kerja
UPAYA
PENCEGAHAN & PENANGANAN
• Sosialisasi Kekerasan dan Pelecehan di Tempat Kerja kepada seluruh pekerja
• Membangun komitmen PERUSAHAAN melalui Kebijakan yang melarang
KEKERASAN DAN PELECEHAN DI TEMPAT KERJA dan SANKSI TEGAS
a. Kebijakan Perusahaan.
b. PKB dan/atau PP
c. Pembentukan Komite Gender
• Menerapkan SE.Menaker No. 03/2011
• Mendorong Rancangan Undang-Undang PKS
• Penyelesaian Kasus Pengaduan Kekerasan dan Pelecehan di Tempat Kerja.
INSTRUMEN
PENGAWAS
UTAMA KETENAGAKERJAAN
BINWASNAKER
MELAKSANAKAN FUNGSI
NEGARA