Anda di halaman 1dari 16

P-ISSN : 2597-5064

E-ISSN : 2654-8062 https://journals.upi-yai.ac.id/index.php/ikraith-humaniora/issue/archive

Penatalaksanaan Mukokel Pada Sinus Maksila

Jerry Tobing

Fakultas Kedokteran Universitas Methodist Indonesia

jerryfjtobingtobing@yahoo.co.id

Abstrak

Mukokel sinus paranasal sebuah epithelial yang berisi cairan mucus yang terdapat dalam sinus
paranasal yang dapat mengakibatkan kerusakan pada struktur anatomi disekitarnya. Cairan mucus
biasanya jernih dan kental. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran klinis, pemeriksaan radiologis
dan pemeriksaan histopatologi pasca bedah. Prinsip utama penanganan mukokel sinus paranasal yaitu
marsupialisasi mukokel seluas-luasnya dengan pembedahan. Pendekatan yang dapat digunakan yaitu
bedah sinus endoskopik, pendekatan eksternal atau kombinasi sesuai lokasi sinus yang terkena. Dengan
teknik CWL dilakukan eksisi total kapsul mukokel dan selanjutnya dibuat lubang nasoantral. Sedangkan
teknik rinotomi lateral merupakan cara untuk reseksi lesi yang meluas sampai sinus etmoidalis,
kavum nasi dan dasar kavum orbita.

Kata kunci: Mukokel, sinus paranasal, penatalaksanaan

PENDAHULUAN Perluasan mukokel dapat


mengakibatkan destruksi anatomi sekitarnya,
Mukokel sinus paranasal adalah suatu
meskipun berdasarkan pemeriksaan
kantong epitelial yang berisi cairan mukus yang
histopatologi mukokel bersifat jinak. 3
terdapat di dalam sinus paranasal dan dapat
Perluasan mukokel dapat terjadi bertahun-
mengakibatkan destruksi struktur anatomi
tahun namun bisa juga dalam waktu singkat
sekitarnya. 1,2,3 Cairan mukus tersebut biasanya
jika disertai infeksi sekunder sehingga
jernih dan kental tetapi bila ada infeksi
terbentuk mukopiokel. 1,7
sekunder maka warna dan konsistensinya akan
berubah tergantung kuman yang Mukokel sinus paranasal merupakan

menginfeksinya disebut mukopiokel. 2,3,4 kasus yang jarang ditemukan. Penyebabnya


adalah obstruksi ostium sinus akibat
Mukokel dapat terjadi pada seluruh
peradangan kronis, trauma, pembedahan sinus,
sinus paranasal dimana sinus frontal dan
dilatasi kistik kelenjar mukosa sinus.3,4,6,8
etmoid yang paling sering terkena diikuti sinus
maksilaris serta sfenoid.1,2,4,5,6

20 Jurnal IKRAITH-HUMANIORA Vol 7 No 2 Juli 2023


P-ISSN : 2597-5064
https://journals.upi-yai.ac.id/index.php/ikraith-humaniora/issue/archive E-ISSN : 2654-8062

Penanganan mukokel sinus paranasal mukosa hidung, berisi udara dan bermuara di

yaitu dengan pembedahan bisa dengan rongga hidung melalui ostium masing-
10,11
pendekatan berupa bedah sinus endoskopik, masing.
pendekatan eksternal atau kombinasi sesuai Secara klinis sinus paranasal dibagi
lokasi sinus yang terkena. 3,4,6,9 menjadi dua kelompok, anterior dan posterior.
Kelompok anterior bermuara di bawah konka
media, pada atau dekat dengan infundibulum,
Anatomi
terdiri dari sinus frontal, sinus maksila dan sel-
Ada delapan sinus paranasal, empat sel anterior sinus etmoid. Kelompok posterior
sinus pada masing-masing sisi hidung; sinus bermuara di berbagai tempat di atas konka
frontal kanan dan kiri, sinus etmoid kanan dan media terdiri dari sel-sel posterior sinus etmoid
kiri (anterior dan posterior), sinus maksila dan sinus sfenoid. Garis perlekatan konka
kanan dan kiri (antrum highmore) dan sinus media pada dinding lateral hidung merupakan
sfenoid kanan dan kiri. Semua rongga sinus ini
batas antara kedua kelompok. 10,11
dilapisi oleh mukosa yang merupakan lanjutan

Gambar 1. Sinus Paranasal12

Sinus Frontal terbentuk sama sekali. Sinus ini berhubungan


dengan meatus media melalui duktus
Bentuk dan ukuran sinus frontal sangat
nasofrontal yang berjalan ke bawah dan
bervariasi dan sering kali juga sangat berbeda
belakang serta bermuara pada atau dekat
bentuk dan ukuran dari sinus pasangannya.
infundibulum bagian
Kadang-kadang juga ada sinus yang
atas. Kadang-kadang kanalis nasofrontal ini
rudimenter, tetapi tidak pernah ada yang tidak
bermuara langsung di meatus media. 10
Ukuran rata-rata sinus frontal; tinggi 3 cm, lebar
2-2,5 cm, dalam 1,5-2 cm, dan isi rata-rata 6-
7 ml.10

Jurnal IKRAITH-HUMANIORA Vol 7 No 2 Juli 2023 21


P-ISSN : 2597-5064
E-ISSN : 2654-8062 https://journals.upi-yai.ac.id/index.php/ikraith-humaniora/issue/archive

Sinus Etmoid terdiri dari bagian medial yang tipis dan


berlubang-lubang disebut lamina kribrosa dan
Sel-sel etmoid terletak di kanan dan
bagian lateral yang lebih tebal dan merupakan
kiri kavum nasi kira-kira sebelah lateral di
atap sel-sel etmoid.10
setengah atau sepertiga atas hidung dan di
sebelah medial orbita. Tulang etmoid Dinding luar sinus etmoid adalah os

mempunyai bidang horizontal dan bidang planum, atau lamina papirasea os etmoid dan os

vertikal yang saling tegak lurus. Bagian lakrimalis. Lempeng tulang ini sangat tipis dan

superior bidang yang vertikal disebut krista juga merupakan dinding medial rongga orbita.

gali dan bagian inferiornya disebut lamina Bila tulang ini tembus dapat mengakibatkan

perpendikularis os etmoid yang merupakan selulitis orbita yang mungkin disertai dengan

bagian dari septum. Bidang horizontalnya menonjolnya isi orbita.10

Gambar 2. Bagian dari sinus etmoid12

Sel-sel etmoid terbentuk pada janin Pada waktu lahir sinus maksila hanya
berusia 4 bulan, sudah ada pada waktu bayi berupa celah kecil di sebelah medial orbita.
lahir kemudian berkembang sesuai dengan Mula-mula dasarnya lebih tinggi daripada
bertambahnya usia. Ada dua kelompok sel rongga hidung kemudian terus mengalami
yaitu kelompok anterior yang bermuara ke penurunan sehingga pada usia
meatus media dan kelompok posterior yang 8 tahun menjadi sama tinggi. Perkembangan
bermuara ke meatus superior. Jumlah volume maksimum tercapai pada usia 15-18 tahun.
10
kedua sinus ini kira-kira 14 ml. Sinus maksila merupakan sinus paranasal
terbesar, berbentuk piramid ireguler dengan
dasarnya menghadap fosa
Sinus Maksila

22 Jurnal IKRAITH-HUMANIORA Vol 7 No 2 Juli 2023


P-ISSN : 2597-5064
https://journals.upi-yai.ac.id/index.php/ikraith-humaniora/issue/archive E-ISSN : 2654-8062

nasalis dan puncaknya ke arah apeks prosesus adekuat dari sinus paranasal dapat

zigomatikus os maksila. Pada orang dewasa menyebabkan sinusitis kronis.

volumenya kira-kira 15 ml.10,11 Beberapa teori yang dikemukakan


sebagai fungsi sinus paranasal antara
Sinus maksila mempunyai hubungan lain:
dengan infundibulum di meatus media melalui
1. Sebagai pengatur kondisi udara
lubang kecil yaitu ostium maksila yang pernafasan.
terdapat di bagian anterior atas dinding medial
Sinus berfungsi sebagai ruang
sinus, ostium ini panjangnya sekitar 3 mm.10,11
tambahan untuk memanaskan dan mengatur
Sinus Sfenoid kelembaban udara inspirasi. Volume
Sebelum anak berusia 3 tahun, sinus pertukaran udara dalam ventilasi sinus kurang
sfenoid masih kecil dan berkembang sempurna lebih 1/1000 volume sinus pada tiap kali
setelah anak berusia 12-15 tahun. Letaknya di bernafas, sehingga dibutuhkan beberapa jam
dalam korpus os etmoid dengan bentuk dan untuk pertukaran udara total dalam sinus.
ukuran yang bervariasi. Sepasang sinus ini
2. Sebagai penahan suhu (thermal insulators).
dipisahkan satu sama lain oleh septum tulang
Sinus paranasal berfungsi sebagai
tipis yang letaknya jarang tepat di tengah
penahan (buffer) panas, melindungi orbita dan
sehingga salah satu sinus akan lebih besar
fosa serebri dari suhu rongga hidung yang
daripada sisi lainnya. 10
berubah-ubah.
Masing-masing sinus sfenoid
berhubungan dengan meatus superior melalui
celah kecil menuju resesus sfenoetmoidalis. 3. Membantu keseimbangan kepala.
Ukuran ostium sinus sfenoid berkisar antara
Formasi sinus pada tulang kranial
0,5-4 mm dan letaknya kira-kira
menolong mereduksi berat tulang wajah dan
10-20 mm di atas dasar sinus, sehingga kurang
menguntungkan dari segi drainase menurut menolong keseimbangan kepala.
gravitasi. 10
4. Membantu resonansi suara.

Fungsi sinus paranasal13

Fungsi sinus paranasal yang normal


meliputi patensi osteum sinus, aerasi yang baik
dari rongga sinus dan clearence transpor
mukosiliar yang adekuat untuk efektifitas
pengeluaran mukus, bakteri dan debris guna
menjaga suasana yang steril. Gangguan
mekanisme dari clearence atau ventilasi yang

Jurnal IKRAITH-HUMANIORA Vol 7 No 2 Juli 2023 23


P-ISSN : 2597-5064
E-ISSN : 2654-8062 https://journals.upi-yai.ac.id/index.php/ikraith-humaniora/issue/archive

Udara pada kavitas sinus mungkin Trauma wajah yang melibatkan ostium sinus

menambah resonansi dari suara laring dan dan struktur sekitarnya juga dapat

mempengaruhi kualitas suara. menimbulkan obstruksi sinus atau


terperangkapnya mukosa sinus pada garis
5. Sebagai peredam perubahan tekanan udara.
fraktur dan akhirnya menimbulkan mukokel. 12
Fungsi ini berjalan bila ada perubahan Teori lain menyatakan bahwa mukokel
tekanan yang besar dan mendadak, misalnya merupakan kista retensi yang timbul akibat
pada waktu bersin atau membuang ingus. obstruksi satu atau beberapa duktus kelenjar

6. Membantu produksi mukus. mukus.6

Mukus yang dihasilkan oleh sinus


paranasal memang jumlahnya kecil Epidemiologi
dibandingkan dengan mukus dari rongga
Mukokel sinus paranasal merupakan
hidung, namun efektif untuk membersihkan
kasus yang jarang terjadi. Lesi ini biasanya
partikel yang turut masuk dengan udara terjadi pada dewasa, bila terjadi pada anak-
inspirasi karena mukus ini keluar dari meatus anak biasanya mengenai sinus etmoid. 8
medius, tempat yang paling strategis.
Mukokel sinus paranasal paling sering
7. Membantu pertumbuhan yang simetris dari terjadi pada sinus frontal atau regio
wajah.
frontoetmoid lalu diikuti sinus etmoid, sinus
maksilaris dan paling jarang pada sinus
Patogenesis sfenoid.1,2,4,5,6

Mukokel sinus paranasal biasanya Natvig dan Larsen di bagian THT

berkaitan dengan penyakit di hidung dan sinus Oslo selama periode 1947-1974 mendapatkan

dimana terjadi obstruksi pada ostium sinus 112 kasus mukokel sinus paranasal dengan

paranasal sehingga terjadi akumulasi dari kasus pada sinus frontalis 76,78% dan pada

sekresi mukus di dalam sinus. Akumulasi sinus maksilaris 2,67%.3

mukus ini akan meningkatkan tekanan


intraluminal rongga sinus sehingga
menyebabkan erosi pada tulang sekitar sinus.
Proses ini tidak menimbulkan gejala sampai
mukokel bertambah besar sehingga dapat
mendestruksi jaringan sekitarnya terutama
mata. 6,8

Selain akibat penyakit di hidung dan


sinus paranasal, obstruksi ostium juga dapat
terjadi akibat bedah sinus dimana timbul
sekuester atau sikatrik pada mukosa sinus.

24 Jurnal IKRAITH-HUMANIORA Vol 7 No 2 Juli 2023


P-ISSN : 2597-5064
https://journals.upi-yai.ac.id/index.php/ikraith-humaniora/issue/archive E-ISSN : 2654-8062

Zizmor dan Noyek menemukan kasus


mukokel sinus sfenoid 1% dari seluruh kasus Gambaran Klinis
mukokel sinus paranasal.15 Gejala klinis muncul pada penderita
Myall et al menemukan pada kasus apabila mukokel telah menekan struktur
mukokel sinus maksilaris 58,1%
jaringan sekitarnya.
(83/148) terjadi pada usia
21-30 tahun.3 Penderita mukokel sinus frontal
mengeluh sakit kepala pada bagian depan atau
dahi, hidung tersumbat dan timbul gangguan
Etiologi6,8,14
pada mata seperti strabismus, diplopia,
Penyebab mukokel sinus paranasal proptosis. Pada pemeriksaan dapat dijumpai
adalah obstruksi ostium atau duktus sinus pembengkakan kelopak mata, teraba benjolan
paranasal. Menurut beberapa peneliti, pada mata, teraba benjolan pada dahi (Pott’s
obstruksi tersebut dapat disebabkan oleh : puffy tumor), penurunan penglihatan dan

1. Pembedahan pada sinus ptosis. 2,6

2. Radang kronis sinus Penderita mukokel sinus etmoid biasanya


mengalami gangguan pada mata antara lain
3. Trauma
displacement orbita, eksoptalmus, diplopia.2,6
4. Dilatasi kistik kelenjar mukosa sinus
5. Kongenital Penderita mukokel sinus maksila
mengeluh rasa tebal dan kadang-kadang nyeri
daerah pipi, hidung buntu, proptosis, diplopia.
Histopatologi Pada umumnya keluhan tersebut pada sisi pipi
Pada mukokel yang utuh makroskopis dimana dilakukan tindakan operasi CWL,
permukaannya biru licin, berdinding tipis dan bekas trauma pada wajah, infeksi berulang
berisi cairan mukus.3 pada hidung dan sinus paranasal. 2,6

Gambaran mikroskopisnya berupa Pemeriksaan pada hidung dengan


lapisan epitel toraks bertingkat bersilia atau rinoskopi anterior kadang-kadang didapat
epitel respiratorius. Pada jaringan stroma dari bulging pada dinding lateral kavum nasi.
mukokel di infiltrasi sel-sel radang menahun Dengan palpasi teraba krepitasi atau teraba
dalam jumlah bervariasi. Kadang dapat area yang elastis. Pemeriksaan pada mata
dijumpai daerah metaplasia, epitel skuamous kemungkinan didapat kelainan displacement
dengan fibrosis subepitelial. 3,16 orbita, proptosis sedangkan di daerah pipi
didapat pembengkakan atau teraba
Diagnosis
benjolan. 2,3,14
Diagnosis ditegakkan berdasarkan
Penderita mukokel sinus sfenoid
gambaran klinis, pemeriksaan radiologis dan
sering mengeluh sakit kepala biasanya retro-
pemeriksaan histopatologi pasca bedah.
orbita dapat juga pada dahi atau difus. Selain

Jurnal IKRAITH-HUMANIORA Vol 7 No 2 Juli 2023 25


P-ISSN : 2597-5064
E-ISSN : 2654-8062 https://journals.upi-yai.ac.id/index.php/ikraith-humaniora/issue/archive

itu penderita juga mengalami gangguan pada struktur anatomi yang membatasi sinus
mata seperti penurunan penglihatan bahkan paranasal.3,6,11
dapat terjadi kebutaan yang tiba-tiba.2,15
Pada CT scan akan tampak bayangan

Pemeriksaan Radiologis hipodens, homogen dengan tepi melengkung


halus berbatas tegas. Bayangan berbentuk
Hasil foto Water’s pada sinus
sferis, ovoid atau kubah, kadang-kadang
maksilaris tampak bayangan radioopak
tampak erosi atau destruksi struktur anatomi
kadang-kadang tampak erosi atau penipisan
yang membatasi sinus paranasal. 3,6
tulang rongga sinus dapat juga terjadi destruksi

Pada MRI, mukokel akan


menunjukkan gambaran yang khas berupa
sinyal intensitas tinggi atau T2 enhancement.17

Gambar 3. CT scan mukokel sinus maksila 1

26 Jurnal IKRAITH-HUMANIORA Vol 7 No 2 Juli 2023


P-ISSN : 2597-5064
https://journals.upi-yai.ac.id/index.php/ikraith-humaniora/issue/archive E-ISSN : 2654-8062

Gambar 4. MRI mukokel sinus maksila 19 dengan forsep. Bila mukokel terletak di lateral
sinus atau terdapat sklerosis tulang yang luas,
Diagnosis banding 1,7
penanganannya dapat dikombinasi dengan
1. Sinusitis akut dan kronik pendekatan eksternal yaitu trepanasi sinus
2. Polip frontal.6,9,17,20
3. Kista retensi
Mukokel etmoid ditangani dengan
4. Tumor pada hidung dan sinus
paranasal bedah sinus endoskopik yaitu dengan
5. Tumor orbita etmoidektomi endoskopik dimana mukokel
yang terdapat di sel-sel etmoid
dibersihkan.6,9,17 Namun bila terdapat variasi
Penatalaksanaan ataupun kelainan anatomi pada sinus etmoid
Prinsip utama penanganan mukokel seperti defek tulang lamina papirasea, fovea
sinus paranasal yaitu marsupialisasi mukokel etmoidalis atau lamina kribriformis
seluas- luasnya dengan pembedahan. 2 penanganan mukokel sinus etmoid dapat
Pendekatan yang dapat digunakan yaitu bedah dikombinasi dengan etmoidektomi eksternal.21
sinus endoskopik, pendekatan eksternal atau Untuk penanganan mukokel sinus
kombinasi sesuai lokasi sinus yang sfenoid dapat dilakukan dengan bedah sinus
3,4,6,9
terkena.
endoskopik. Ada 3 macam pendekatan pada
Dahulu mukokel sinus paranasal hanya sfenoidotomi endoskopik antara lain;
ditangani dengan pendekatan eksternal yang transetmoid, transnasal dan trans- septal.
umumnya radikal dengan morbiditas tinggi. Dengan jalur pendekatan apapun sebelum
Namun sekarang bedah sinus endoskopik lebih melakukan manipulasi pada sinus sfenoid
sering digunakan karena morbiditas yang harus hati-
rendah. Akan tetapi pada kasus tertentu dimana
dengan bedah sinus endoskopik mukokel sulit
dicapai, penanganan mukokel dapat
dikombinasi antara pendekatan eksternal
dengan bedah sinus endoskopik.9

Untuk penanganan mukokel sinus


frontal yang biasanya meluas ke inferior dan
medial dapat dilakukan bedah sinus
endoskopik karena mukokel pada lokasi
tersebut dapat di akses melalui kavum nasi dan
biasanya tulang yang terdapat di sekitar
mukokel tipis atau dehisens sehingga dapat
langsung dibuka dan mukokel dapat diangkat

Jurnal IKRAITH-HUMANIORA Vol 7 No 2 Juli 2023 27


P-ISSN : 2597-5064
E-ISSN : 2654-8062 https://journals.upi-yai.ac.id/index.php/ikraith-humaniora/issue/archive

hati terhadap tonjolan di bagian lateral sinus perlu dipersiapkan sebelum dilaksanakan

sfenoid yaitu n. optikus dan tonjolan di bagian operasi adalah sebagai berikut:

posteroinferior yaitu a. karotis internus. Juga 1. Anamnese


saat membersihkan atau mengupas kulit Apakah pasien pernah mendapat
mukokel sering dijumpai tulang dasar anestesi sebelumnya dan apakah ada
tengkorak sudah tererosi hingga kulit mukokel yang perlu mendapat perhatian khusus
langsung melekat pada duramater. Pada seperti; alergi, mual-mual, sesak paska
keadaan ini sebaiknya dinding mukokel yang bedah dan sebagainya. Hal ini perlu
melekat pada dura tidak diangkat untuk untuk merancang tindakan anestesi
menghindari kebocoran likuor berikutnya dengan baik.
6,9,20
serebrospinalis. 2. Pemeriksaan fisik
Penanganan pilihan untuk mukokel Pemeriksaan gig geligi, tindakan buka
sinus maksilaris adalah pembedahan dengan mulut, lidah relatif besar, sangat
pendekatan eksternal. Dengan teknik CWL penting untuk diketahui apakah akan
dilakukan eksisi total kapsul mukokel dan menyulitkan tindakan laringoskopi
selanjutnya dibuat lubang nasoantral. intubasi. Pemeriksaan rutin lain secara
Sedangkan teknik rinotomi lateral merupakan sistemik tentang keadaan umum
cara untuk reseksi lesi yang meluas sampai pasien juga perlu dilakukan.
sinus etmoidalis, kavum nasi dan dasar kavum 3. Pemeriksaan penunjang
orbita. Dengan teknik ini lapangan pandang Laboratorium, EKG, foto thoraks
operator lebih luas untuk melakukan eksisi
Premedikasi Premedikasi adalah
secara total. 3,14
pemberian obat 1-2 jam sebelum induksi
anestesi dengan tujuan untuk melancarkan

Tindakan Anestesi22 induksi, rumatan dan bangun dari anestesi


Operasi Caldwell-luc bisa dilakukan diantaranya:
pada pasien dengan pembiusan total ataupun
1. Meredakan kecemasan dan ketakutan
lokal. Memiringkan posisi kepala akan lebih
2. Memperlancar induksi anestesi
membantu. Vasokonstriksi topikal bisa
3. Mengurangi sekresi kelenjar ludah dan
dipergunakan pada lapisan mukosa atau setelah bronkus
induksi anestesi dan sebelum operasi. Jaringan 4. Meminimalkan jumlah obat anestetik
sub labial diinfiltrasi dengan larutan 5. Mengurangi mual-mual paska bedah
vasokonstriksi. 6. Mengurangi refleks yang
membahayakan
Persiapan Anestesi Umum
Persiapan sebelum dilakukan bedah Kecemasan merupakan reaksi alami,
dengan anestesi umum yang tidak memadai jika seseorang dihadapkan pada situasi yang
merupakan faktor penyumbang sebab tidak pasti. Membina hubungan baik dengan
terjadinya kecelakaan anestesi. Hal-hal yang pasien dapat membangun kepercayaan dan

28 Jurnal IKRAITH-HUMANIORA Vol 7 No 2 Juli 2023


P-ISSN : 2597-5064
https://journals.upi-yai.ac.id/index.php/ikraith-humaniora/issue/archive E-ISSN : 2654-8062

menentramkan hati pasien. Obat pereda


Induksi inhalasi
kecemasan bisa digunakan diazepam peroral
Induksi inhalasi hanya dikerjakan
10-15 mg beberapa jam sebelum induksi
dengan halotan (floutan) atau sevofluran. Cara
anestesi. Jika disertai dengan nyeri karena
induksi ini dikerjakan pada bayi atau anak
penyakitnya dapat diberikan opioid misalnya
yang terpasang jalur vena atau pada dewasa
petidin 50 mg intra muskular.
yang takut disuntik. Induksi halotan
Induksi dan Rumatan Anestesi memerlukan gas pendorong O2 atau campuran

Induksi anestesi untuk membuat N2O dan O2. Induksi dimulai dengan aliran O2

pasien dari sadar menjadi tidak sadar, sehingga > 4 liter/menit atau campuran N2O dan O2=3:1

memungkinkan dimulai pembedahan. Sebelum aliran > 4 liter/menit, dimulai dengan halotan

memulai induksi anestesi selayaknya 0,5 vol% sampai konsentrasi yang dibutuhkan.
dipersiapkan peralatan dan obat-obatan yang Kalau pasien batuk konsentrasi halotan
diperlukan sehingga seandainya terjadi diturunkan untuk kemudian dinaikkan kembali
keadaan gawat dapat diatasi dengan lebih cepat sampai konsentrasi yang diperlukan bila
dan lebih baik. pasien telah tenang.

Induksi intravena Induksi dengan sevofluran lebih


disenangi karena pasien jarang batuk,
Induksi intravena paling banyak
walaupun langsung diberikan dengan
dikerjakan dan digemari, apalagi sudah
konsentrasi tinggi sampai 8 vol%. Seperti
terpasang jalur vena, karena cepat dan
dengan halotan konsentrasi dipertahankan
menyenangkan. Induksi intravena hendaknya
sesuai kebutuhan.
dikerjakan dengan hati-hati, perlahan- lahan,
lembut dan terkendali. Obat induksi bolus Induksi dengan enfluran (etran),
disuntikkan dalam kecepatan 30-60 detik. isofluran (foran, aeran) atau desfluran jarang
Selama induksi anestesi, pernafasan pasien, dilakukan karena pasien sering batuk sehingga
nadi dan tekanan darah harus selalu diawasi waktu induksi menjadi lama.
dan selalu diberikan oksigen.

Tiopental (Tiopenton, Pentotal) Rumatan anestesi


diberikan secara intravena dengan kepekatan
Rumatan anestesi dapat dikerjakan
2,5% dan dosis antara 3-7 mg/KgBB. Propofol
secara intravena, inhalasi atau dengan
(Recofol, Dprivan) intravena dengan
campuran intravena dan inhalasi.
kepekatan 1% menggunakan dosis
2-3 mg/KgBB. Suntikan propofol secara Rumatan dengan intravena misalnya
intravena sering menyebabkan nyeri, dengan menggunakan opioid dosis tinggi,
sehingga satu menit sebelumnya sering fentanil 10-50 µg/KgBB. Dosis tinggi opioid
diberikan lidokain 1 mg/KgBB secara menyebabkan pasien tidur dengan analgesia
intravena.

Jurnal IKRAITH-HUMANIORA Vol 7 No 2 Juli 2023 29


P-ISSN : 2597-5064
E-ISSN : 2654-8062 https://journals.upi-yai.ac.id/index.php/ikraith-humaniora/issue/archive

cukup, sehingga tinggal memberikan


relaksasi pelumpuh otot.

Rumatan Inhalasi

Rumatan inhalasi biasanya


menggunakan campuran N2O dan O2 dengan
perbandingan 3:1 ditambah halotan 0,5-2 vol%
atau enfluran 2-4 vol% atau isofluran 2-4 vol%
atau sevofluran 2-4 vol%.

LAPORAN KASUS

Seorang perempuan berusia 23 tahun


datang ke RS dengan keluhan pembengkakan
pada pipi kiri yang telah dialami sejak 3 tahun
ini, awalnya kecil kemudian makin lama makin
membesar, hidung tersumbat (+), sakit kepala
(+), sakit gigi (+) dan bergoyang selama 1
tahun belakangan, dijumpai riwayat hidung
berdarah. Pada pemeriksaan fisik dijumpai
adanya pembengkakan pada pipi kiri dengan
ukuran 8x7x7 cm, konsistensi lunak, imobile
(gambar 1) serta gigi premolar 1 dan molar 1
yang bergoyang dan sakit bila terkena sentuhan
(gambar 2).
1 2

Gambar 1. Pembengkakan pada pipi dengan


ukuran 8 x 7 x 7cm, Gambar 2. Gigi premolar
1 dan molar 1 yang bergoyang dan sakit bila
terkena sentuhan

30 Jurnal IKRAITH-HUMANIORA Vol 7 No 2 Juli 2023


P-ISSN : 2597-5064
https://journals.upi-yai.ac.id/index.php/ikraith-humaniora/issue/archive E-ISSN : 2654-8062

Berdasarkan gambaran klinis diduga yang memenuhi sinus maksilaris kiri dengan
sebagai mukokel sinus maksila. CT scan gambaran erosi dan balloning tulang
dari sinus paranasal menunjukkan massa sekitarnya sehingga menyebabkan septum
yang luas, hipodens, relatif berbatas tegas, nasi terdorong ke kanan (Gambar 3 dan 4)

3 4

Gambar 3,4. Massa yang luas, hipodens, relatif berbatas tegas, yang
memenuhi sinus maksilaris kiri dengan gambaran erosi dan balloning
tulang sekitarnya sehingga menyebabkan septum nasi terdorong ke kanan

A B c

Jurnal IKRAITH-HUMANIORA Vol 7 No 2 Juli 2023 31


P-ISSN : 2597-5064
E-ISSN : 2654-8062 https://journals.upi-yai.ac.id/index.php/ikraith-humaniora/issue/archive

D E F

Gambar 5(A). Dengan sinuskopi tampak kantong mukokel, (B).


Pelepasan kantong mukokel dari dinding sinus, (C). Unsinektomi
sinistra, (D). Pelebaran ostium sinus maksila, (E). Kantong mukokel
tampak tebal, (F). Pelepasan kantong mukokel dari dinding sinus

Pasien dalam keadaan baik pada follow up terakhir. Pembengkakan pipi kiri telah berkurang.
(Gambar 6A dan 6B)

A B

Gambar 6. Follow-up post operatif (A) hari ke-4 (B) hari ke-7.

DISKUSI Mukokel dapat menyebabkan gejala


tergantung pada lokasi mereka. Sakit kepala
Mukokel sinus paranasal merupakan
merupakan gejala yang paling sering timbul
masa jinak, bentuk seperti kista, lesi luas yang
pada semua lokasi tetapi mungkin absen pada
dilapisi dengan mukosa pernapasan dan epitel
beberapa pasien, pasien umumnya mengalami
kolumnar pseudostratified. Mukokel adalah
tekanan di wajah dan pembengkakan.
massa berisi berlendir dan berkembang setelah
Manifestasi pada mata sangat umum di
obstruksi ostium sinus dan gangguan
mukokel sinus frontalis. Sakit gigi dapat
drainase. 23,24
terjadi pada kasus-kasus di mana sinus
Mukokel sinus maksilaris relatif maksilaris terlibat.26
jarang, kurang dari 10% dari mukokel sinus Seperti yang dialami pasien kami yaitu
25
paranasal. Ada banyak teori tentang asal dan datang ke rumah sakit dengan keluhan
perkembangan mukokel sinus maksilaris, pembengkakan di pipi kiri, sakit kepala dan
seperti infeksi kronis, penyakit alergi nyeri pada gigi.
sinonasal, trauma, operasi sebelumnya dan
dalam beberapa kasus penyebabnya tetap tidak
diketahui secara pasti.23

32 Jurnal IKRAITH-HUMANIORA Vol 7 No 2 Juli 2023


P-ISSN : 2597-5064
https://journals.upi-yai.ac.id/index.php/ikraith-humaniora/issue/archive E-ISSN : 2654-8062

CT Scan tanpa kontras adalah


modalitas pencitraan pilihan untuk diagnosis
DAFTAR PUSTAKA
mukokel. Ada beberapa fitur radiologis yang
mencirikan mukokel sinus paranasal seperti 1. Lund VJ. Sinonasal Pathology And
kekeruhan pada sinus, mucoid, densitas yang The Orbit. In: Kerr AG, Scott-Brown’s
Otolaryngology, 6th
rendah dan tulang sinus umumnya mengalami
ed, Vol 4, Butterworth-Heinemann,
remodeling dan terjadi perluasan.24 Hasil CT London, 1998, p.4/24/5-8
scan pada pasien ini djumpai Massa yang luas, 2. Tew JM, Gawaya R & Pensak ML.
hipodens, relatif berbatas tegas, yang Neurosurgery Of The Head And Neck.
memenuhi sinus maksilaris kiri dengan In: Paperella MM, Otolaryngology
gambaran erosi dan balloning tulang sekitarnya Plastic and Reconstructive Surgery
sehingga menyebabkan septum nasi terdorong and Interrelated Disciplines. 3rd, Vol
ke kanan. 4, WB Saunders Company,
Philadelphia, 1991, p.3014
Pembedahan adalah suatu keharusan
3. Wahju BD, Bakti S. Mukokel Sinus
untuk penanganan mukokel karena mukokel
akan terus tumbuh dan berkembang sehingga Maksilaris. Kumpulan naskah ilmiah

dapat menyebabkan kerusakan permanen. PIT PERHATI, Malang, 1996, p.755-

Pembedahan yang digunakan bisa berupa 61

pendekatan eksternal atau endoskopik, 4. Ramalinggam KK. Sinusitis And It’s


Complication. In: Ramalinggam KK, A
beberapa teknik kombinasi kadang Short Practice of
diperlukan.23 Seperti pada kasus ini kami Otolaryngology, p.229-30
menggunakan kombinasi antara pendekatan 5. Colman BH, Sinusitis-complication.
eksternal dasn endoskopik In: Hall and Colman’s Disease of The
Nose, Throat and
KESIMPULAN Ear, 14th ed, Longman Singapore
Publisher Pte Ltd, Singapore, 1993,
Mukokel merupakan komplikasi p.65
akibat obstruksi ostium sinus yang berlarut- 6. DeSanto LW & Garrity JA.
larut. Lesi ini mampu meluas dan Exopthalmus For The
menyebabkan kerusakan tulang dan struktur Otolaryngologist. In: Paperella MM,
sekitarnya. Prosedur Caldwell Luc Otolaryngology Plastic and
dikombinasikan dengan endoskopik dapat Reconstructive Surgery and
rd
memberikan hasil yang lebih baik. Interrelated Disciplines. 3 , Vol 4,
WB Saunders Company, Philadelphia,
Mukokel merupakan tumor jinak yang
1991, p.3065-7
dapat merusak jaringan sekitar tetapi dengan
penegakkan diagnosa secara dini dan terapi
yang adekuat akan memberikan prognosis
yang baik.

Jurnal IKRAITH-HUMANIORA Vol 7 No 2 Juli 2023 33


P-ISSN : 2597-5064
E-ISSN : 2654-8062 https://journals.upi-yai.ac.id/index.php/ikraith-humaniora/issue/archive

7. Pickard BH. The Complications Of 14. Billing KJ et al. Post-traumatic


Sinusitis. In: Kerr AG, Scott-Brown’s Maxillary Simnus Mucocele. Opthalmic
Otolaryngology, 6th Surgery, Lasers and

ed, Vol 4, Butterworth-Heinemann, Imaging. 35, 2004, 152-5


London, 1997, p.206 15. Nerurkar NK, Muranjan S, Bradoo R &
8. Rubenfeld M & Wirtschafter JD. Khare M. Sphenoid Sinus Mucocele With
Ophthalmology Relevant To The Practice Of Unilateral
Otolaryngology. Blindness. The Annals of otology,
In: Paperella MM, Otolaryngology Rhinology and Laryngology, 2004,
Plastic and Reconstructive Surgery 113(4), 294-6
and Interrelated 16. Har-El G & DiMaio T. Histologic and
rd
Disciplines. 3 , Vol 4, WB Saunders Physiologic Studies of Marsupialized Sinus
Company, Philadelphia, 1991, p.3047 Mucocele.

9. Lund VJ. Endoscopic Management Of The Journal of Otolaryngology. 2000,


29(4), 195-8
Paranasal Sinus Mucocele. The Journal
17. Lee KJ. The Nose and Paranasal Sinuses.
of Laryngology and Otology, 1998, 112, In: Essential Otolaryngology Head and Neck
36-40 Surgery,

10. Ballenger JJ. Aplikasi Klinis Anatomi 8th ed, The McGraw-Hill Companies Inc,
Dan Fisiologi Hidung Dan Sinus 2003, p.700-1
Paranasal Dalam 18. Caylakli et al. Endoscopic Sinus
Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorok, Surgery For Maxillary Sinus Mucoceles.
Kepala Dan Leher. Edisi 13, Binarupa Head and Face
Aksara, Jakarta, Medicine, 2 (29), 2006, 1-5
1994, h.1-27 19. Raman S. Mucocele Of The Maxillary
11. Hilger PA. Hidung Anatomi Dan Sinus And The Eye. Eye, 17, 2003, 101-104

Fisiologi Terapan Dalam: Boeis, Buku 20. Soetjipto D. Bedah Sinus Endoskopi

Ajar Penyakit Telinga, Hidung dan Fungsional Pada Sinusitis Frontal dan

Tenggorok. Edisi 6, EGC, Jakarta, 1997, Sfenoid. Dalam: Kumpulan Naskah

h.173-89 Lengkap Kursus Bedah Endoskopi

12. Grevers, G. Basic Anatomy of The Fungsional, Simposium Sinusitis dan


Nose, Paranasal Sinuses, and Face. In: R. Penatalaksanaan Nasal Alergi,
Probst, G.
Makassar, 2000, h.114-30
Grevers, & H. Iro, Basic
Otorhinolaryngology A Step-by-step 21. Kennedy DW. Disease of The Sinuses.
Learning Guide. Stuttgart-New In: Kennedy DW, Diseases of The
York: Thiemes. 2006. 2-7 Sinuses Diagnosis and Management, BC
13. Facer WG & Kern EB. Sinusitis: Current Decker Inc, London, 2001, p.370
Concepts and Management. In : Bailey BJ,
Johnson 22. Lee, KJ. Anasthesia For Head and Neck

JT, Newlands SD. Head and Neck Surgery: Sinus Surgery. In: Essential
Surgery Otolaryngology. Vol. 2. 4th ed. Otolaryngology, Head and neck
Lippincott William th
Surgery. 8 ed. New York: McGraw-
& Wilkins. Philadhelpia-USA. 2006.
Hill Companies Inc, 2003, p.920-21
506-514

34 Jurnal IKRAITH-HUMANIORA Vol 7 No 2 Juli 2023


P-ISSN : 2597-5064
https://journals.upi-yai.ac.id/index.php/ikraith-humaniora/issue/archive E-ISSN : 2654-8062

23. Chang YN, Kang BH. Idiopathic


Maxillary Sinus Mucocele. J Med Sci, 30(1),
2010, 33-5.
24. Agan A, Maeso P. Mucoceles of the
Paranasal Sinuses. Grand Rounds
Presentation, University of Texas
Medical Branch, 2010, 1-6
25. Alajmi MA, Alnoumas HS, Alajmi S.
Unilateral Maxillary Sinus Mucocele; Case
Report and
Review of Literature. Kuwait Medical
Journal, 2008, 40(1), 75-7
26. Valverde AL, Diego RGD, Montero
J, Albaladejo A. Neuropathic pain
associated with mucocele in the
maxillary sinus. J Clin Exp Dent, 2010;
2(3), 142-5.

Jurnal IKRAITH-HUMANIORA Vol 7 No 2 Juli 2023 35

Anda mungkin juga menyukai