Anda di halaman 1dari 22

BEST PRACTISE

SEKOLAH MODEL DENGAN IMPLEMENTASI SPMI TAHUN 2018


MELALUI PENDEKATAN SAINTIFIK (SCIENTIFIC APPROACH)
PADA PEMBELAJARAN DAN PENGEMBANGAN DIRI SISWA
DI SMAN 4 BANJARBARU KALIMANTAN SELATAN

Gebyar SPMI Sekolah Model 2018


LPMP Propinsi Kalimantan Selatan

Oleh

RISNAWATI, S.P, M.Pd


NIP. 19711126200604 2 010

SMA NEGERI 4 BANJARBARU

Jl. Jend. A. Yani KM. 21,600 Kec. Liang Anggang Banjarbaru 70723

Telp 08115171242 KOTA BANJARBARU

PROPINSI KALIMANTAN SELATAN


LEMBAR PENGESAHAN

BEST PRACTISE

SEKOLAH MODEL DENGAN IMPLEMENTASI SPMI TAHUN 2018


MELALUI PENDEKATAN SAINTIFIK (SCIENTIFIC APPROACH)
PADA PEMBELAJARAN DAN PENGEMBANGAN DIRI SISWA
DI SMAN 4 BANJARBARU KALIMANTAN SELATAN

oleh

RISNAWATI, S.P, M.Pd


SMAN 4 Banjarbaru

Banjarbaru, 26 Nopember 2018

Mengesahkan
Kepala SMAN 4 Banjarbaru Penulis

Finna Rahmiati, M.Pd Risnawati, S.P, M.Pd


NIP. 19691104 199412 2 002 NIP. 19711126200604 2 010

ii

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, ridha-Nya,
serta kepahaman, ilmu dan kemudahan yang dikaruniakan-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan best practice SPMI sekolah model ini. Selaras dengan visi
SMAN4 Banjarbaru yaitu “terwujudnya sekolah unggul, berbudaya lokal,
berwawasan lingkungan dan berorientasi global”, maka sekolah dan seluruh
warganya dari kepala sekolah, pendidik, tenaga kependidikan, dan siswa-siswanya
berusaha meningkatkan mutu dan kualitas agar sesuai dengan standar Nasional.
Program sekolah model melalui sistem penajminan mutu internal (SPMI) sangat
tepat untuk memfasilitasi sekolah agar dapat mencapai indikator mutu pendidikan
dalam 8 (delapan) standar nasional pendidikan. Mengacu pada evaluasi diri sekolah
dan raport mutu setiap tahun , sekolah berusaha terus membangun budaya mutu
melalui implementasi SPMI.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Kartini, MPd dan Bapak
Alamsyah sebagai fasiltator Pendamping SPMI SMAN 4 Banjarbaru . Terimakasih
penulis ucapkan kepada ibu Finna Rahmiati, M.Pd Kepala SMA Negeri 4
Banjarbaru atas kepercayaannya untuk mewakili guru dalam pembuatan dan
presentasi best practice SPMI ini. Selain itu juga ucapan terimakasih untuk bapak
Syahidin, SPd, M.MPd sebagai ketua Tim SPMI dan bapak /ibu guru tim SPMI
SMAN 4 Banjarbaru, atas pasrtisipasi, dukungan, support dan bantuannya dalam
meningkatkan mutu di SMAN4 Banjarbaru.

Akhir kata semoga best practice ini yang merupakan pengalaman terbaik
penulis sebagai tim pengembang sekolah, bermanfaat untuk penulis sendiri, untuk
siswa dan guru-guru SMAN 4 Banjarbaru maupun sekolah-sekolah lain,
pemerintah, insan pendidikan dan masyrakat secara keseluruhan.

Banjarbaru, 26 Nopember 2018

Penulis,

Risnawati, S.P, M.P


iii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... …… i


HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... ii
KATA PENGANTAR…………………………………………………………... iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iv
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………... v
ABSTRAK…………………………………………………………………….. vi
BAB. 1. PENDAHULUAN .................................................................................. 1

1.1 .Latar Belakang Masalah……………………………………………. 1

1.2 Permasalahan ……………………………………………………… 2


1.3 .Tujuan …………………………... ………………………………… 3
BAB. II. KAJIAN PUSTAKA………………………………………………… 4

2.1 Sistem Penjaminan Mutu Internal ……………………..…………… 4

2.2 Pendekatan Saintifik ……………………………………………… 4

2.3 Kompetensi Guru ……………………………………………….. 5

2.4 Indikator Mutu Proses Pembelajaran ……………………………… 6

BAB. III PEMBAHASAN……………………………………………………. 8

3.1 Kondisi Berdasarkan Raport Mutu………………………………… 8


3.2 Pemecahan Masalah……………………………………………… 9
BAB. IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ………………………….. 14
4 1. Kesimpulan……………………………………………………… 14
4.2. Rekomendasi …………………………………………………… . 14
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………15

iv
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. LK 1. Analisis Masalah ........................................................... 16

Lampiran 2. LK. 2 Lembar Kerja Rencana Peningkatan Mutu .................. 18

Lampiran 43 LK.3 Lembar Kerja Implementasi Peningkatan Mutu ........... 19

Lampiran 4. LK. 4 Penyusunan Indikator Evaluasi Pelaksanaan


Pemenuhan Mutu.............................................................. 20

Lampiran 5, Audit 8 standar SPMI 2018 ................................................... 21

Lampiran 6 Foto Kegiatan SPMI ............................................................. 24

Lampiran 7. Foto Kegiatan Guru dalam Peningkatan Proses ..................... 26

Lampiran 8. Foto Kegiatan dan Prestasi Ekstrakurikuler KIR .................... 27

Lampiran 9. Raport Mutu 2017 .................................................................... 30

v
ABSTRAK
SMAN 4 Banjarbaru sudah melaksanakan SPMI sejak tahun 2016 .
Implementasi selama sampai tahun 2017, menunjukkan peningkatan pada
standar penilaian dan standar isi. Sedangkan standar kelulusan dan standar
proses masih terdapat beberapa masalah yang belum bisa dipenuhi untuk
mencapai indikator mutu SPMI Deskripsi untuk standar Kompetensi lulusan
(SKL) adalah lulusan kurang pada dimensi keterampilan bertindak produktif,
kritis, mandiri dan komunikatif. Standar proses didesrkripsikan kurang karena
proses pembelajaran belum dilaksanakan dengan tepat. Sedangkan standar
penilaian sudah menuju SNP 4.
Fokus pada tahun 2018, berdasarkan analisis masalah dan audit internal,
pada poses pembelajaran permasalahannya yakni kurangnya kemampuan guru
dalam menciptakan pembelajaran yang menuju penguatan penggunaan
pendekatan Ilmiah (sub indikator 4 pada indikator mutu SPMI) dan bagaimana
memanfaatkan media pembelajaran dalam meningkatkan efisiensi dan
efektivitas pembelajaran (sub Indikator 13 SPMI ). Penyebab akar masalah (LK
1) adalah sebagian besar guru belum memiliki kompetensi TIK dan belum
maksimal memanfaatkan media pembelajaran dalam meningkatkan efisiensi
dan efektivitas pembelajaran, serta belum memiliki kemampuan optimal dalam
menggunakan media pembelajaran yang interaktif dan variatif.
Pemecahan terhadap masalah pada standar proses adalah dengan
meningkatkan kemampuan guru dalam menggunakan TIK dengan mengikuti
diklat atau pelatihan, baik yang diadakan instansi , maupun otodidak melalui
diklat Daring (dalam jejaring). Meningkatkan efisiensi dan dan efektifitas
pembelajaran dengan memanfaatkan portal rumah belajar Kemendikbud yang
tersedia gratis untuk guru, siswa dan sekolah.
Pemecahan masalah pembelajaran yang menuju penguatan penggunaan
pendekatan ilmiah adalah mengintegrasikan pendekatan saintifik pada setiap
mata pelajaran dengan menggunakan berbagai model pembelajaran sesuai
kurikulum 2013 dengan menintegrasikan 4C(Critikal thingking, Creatif,
Collaborative dan Communicative) dan HOTS pada pembelajaran. Guru-
guru di SMAN4 Banjarbaru sudah melakukan implementasi pendekatan
ilmiah ini. Selain dalam intrakurikuler, pendekatan saintifik juga
diintegrasikan efektif dalam pengembangan diri siswa di SMAN4 Banjarbaru
yaitu Ekstrakurikuler Karya Ilmiah Remaja (KIR) yang berhasil
menumbuhkan budaya mutu hasil penelitian siswa dan prestasi pada berbagai
kompetisi tingkat daerah maupun Nasional.

vi
BAB. I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


SMA Negeri 4 Banjarbaru merupakan salah satu Sekolah Menengah Atas di
wilayah kota Banjarbaru Kalimantan Selatan yang mempunyai visi “ Terwujudnya
sekolah unggul, berbudaya lokal, berwawasan lingkungan dan berorientasi global”.
Berbagai upaya peningkatan kualitas proses dan kualitas sumber daya pendidik dan
peserta didik telah dilakukan, agar mampu menghasilkan output peserta didik yang
berkualitas, baik dari segi akademik maupun dari segi sosial, seperti kemampuan
kognitif, afektif, psikomotorik, perilaku, sikap, keimanan dan ketaqwaan. Pemenuhan
standar mutu pendidikan agar bisa mencapai standar nasional Pendidikan (SNP) dipenuhi
dengan melaksanakan SPMI (Standar Pemenuhan Mutu Internal) yang difasilitasi oleh
LPMP dan Dinas Pendidikan.
Sekolah tempat bertugas ini melaksanakan SPMI sejak tahun 2016 sampai
sekarang. Pada Tahun 2016/2017, raport mutu sekolah menunjukkan nilai untuk
standar kelulusan (3,1), standar isi (3,52 ), standar proses (0,16) menunjukkan masih
dibawah standar. Sedangkan standar penilaian sudah mencapai 6,08. Deskripsi untuk
standar Kompetensi lulusan (SKL) adalah lulusan kurang pada dimensi keterampilan
bertindak produktif, kritis, mandiri dan komunikatif. Deskripsi untuk standar isi adalah
perangkat pembelajaran belum sesuai kompetensi lulusan. Standar proses
didesrkripsikan kurang karena proses pembelajaran belum dilaksanakan dengan tepat.
Sedangkan standar penilaian sudah menuju SNP 4.
Raport Mutu tahun 2017,menunjukkan peningkatan pada SKL (6,12), namun pada
sub indikator lulusan belum memiliki kompetensi pengetahuan faktual ,konseptual,
prosedural, dan metakognitif. standar isi masih rendah (4,25),dengan sub indikator
perangkat pembelajaran belum sesuai rumusan kompetensi lulusan dan kurikulum belum
dikembangkan sesuai prosedur Standar proses (6,48) kurang pada sub indikator
pengawasan dan penilaian otentik pada proses pembelajaran belum secara kompherensif.
Adapun standar penilaian tetap stabil seperti tahun sebelumnya yaitu 6,08 (Tabel 1).

1
Tabel 1. Perbandingan Raport Mutu 2016 dan 2017

STANDAR 2016 2017


SKL 3,1 6,12
ISI 3,52 4,25
PROSES 0,16 6,48
PENILAIAN 6,08 6,08

Dari data raport mutu tersebut, berdasarkan indikator mutu (Kemendikbud, 2017)
pada implementasi tahun 2018 ini terdapat kondisi peningkatan mutu dari tahun 2017 yang
menunjukkan implementasi standar isi yaitu perangkat pembelajaran sudah sesuai
dengan rumusan kompetensi lulusan yang memuat karakteristik kompetesni sikap,
kompetensi pengetahuan, keterampilan dan menyesuaikan tingkat kompetensi siswa.
Sekolah sudah merencanakan proses pembelajaran sesuai ketentuan dan penilaian otentik
dilakukan dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan analisis tim SPMI sekolah terhadap raport mutu, dari lembar Kerja
(LK) analisis data mutu (Lampiran 1) dan audit mutu internal (Lampiran 5), pada tahun
2018 ini permasalahan yang masih dirasakan oleh guru-guru adalah pada standar proses
dan pada kompetensi lulusan. Pada poses pembelajaran permasalahannya yakni
kemampuan guru dalam menciptakan pembelajaran yang menuju penguatan penggunaan
pendekatan Ilmiah (sub indikator 4 pada indikator mutu SPMI) dan bagaimana
memanfaatkan media pembelajaran dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas
pembelajaran (sub Indikator 13 SPMI ). Penyebab akar masalah (LK 1) adalah sebagian
besar guru belum memiliki kompetensi TIK dan belum maksimal memanfaatkan media
pembelajaran dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran, serta belum
memiliki kemampuan optimal dalam menggunakan media pembelajaran yang interaktif
dan variatif.
Standar kompetensi kelulusan yakni hasil kelulusan belum menunjukkan
pencapaian kemampuan siswa yang memiliki pengetahuan faktual, prosedural, konseptual,
metakognitif. Akar masalahnya pada adalah karena proses pembelajaran belum memuat
kemampuan berpikir tingkat tinggi /Higher Of Thinking Skill (HOTS) dan proses
pembelajaran belum sepenuhnya membiasakan siswa untuk berpikir kritis. Selain itu juga
proses pembelajaran belum sepenuhnya mengimplementasikan 4C (Critikal thingking,

2
Creatif, Collaborative dan Communicative). Proses pembelajaran yang
mengimlementasikan 4 C dan HOTS merupakan keharusan dalam kurikulum 2013, proses
ini dapat dicapai dengan menggunakan pendekatan saintifik Pendekatan saintifik
merupakan kerangka ilmiah pembelajaran yang diusung oleh kurikulum 2013. Langkah-
langkah pada pendekatan saintifik merupakan bentuk adaptasi dari langkah-langkah ilmiah
pada sains. Proses pembelajaran dapat dipadankan dengan suatu proses ilmiah, karenanya
Kurikulum 2013 mengamanatkan esensi pendekatan saintifik dalam pembelajaran.
Pendekatan saintifik diyakini sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap,
keterampilan dan pengetahuan peserta didik.
Mengacu pada raport mutu 2017 (Lampiran 9) dan permasalahan pada LK, perlu
kajian ilmiah dan analisis bagaimana solusi dalam mengimplementasikan SPMI untuk
mencapai indikator mutu pada standar proses dan standar kelulusan agar mencapai SNP.
1.2 . Permasalahan
Fokus pada implementasi SPMI tahun 2018 ini, masalah pokok yang akan saya
tulis dalam laporan best practise ini adalah :
1. Bagaimana mencapai indikator mutu SPMI standar proses yaitu menciptakan
pembelajaran yang menuju penggunaan pendekatan ilmiah di SMAN 4 Banjarbaru
2. Bagaimana mencapai indikator mutu SPMI yaitu memanfaatkan media pembelajaran
dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran dan kemampuan berpikir
kritis siswa di SMAN 4 Banjarbaru
3. Bagaimana mencapai indikator SPMI dengan mengimplementasikan pendekatan
saintifik dalam pengembangan diri siswa melalui ekstrakurikuler karya Ilmiah remaja
(KIR) di SMAN 4 Banjarbaru.
1.3 Tujuan
Tujuan penulisan best practice ini adalah untuk meningkatkan budaya mutu
sekolah model melalui implementasi SPMI pada proses pembelajaran dan pengembangan
diri siswa di SMAN 4 Banjarbaru Kalimantan Selatan.

3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI)

Penjaminan mutu pendidikan adalah suatu mekanisme yang sistematis,


terintegrasi dan berkelanjutan untuk memastikan bahwa seluruh proses pendidikan
sesuai dengan standar mutu dan aturan yang ditetapkan. Sistem penjaminan mutu
internal (SPMI) adalah sistem penjaminan mutu yang diajalankan oleh satuan
pendidikan sebagai upaya sadar untuk melakukan peningkatan mutu secara teratur dan
menyeluruh, baik pada dimensi akademik maupun non akademik
Penjaminan mutu pendidikan di Indonesia diatur dalam peraturan Menteri
Pendidikan Nasional No. 63 tahun 2009. Disebutkan dalam peraturan tersebut bahwa
tugas penjaminan mutu pendidikan adalah oleh satuan pendidikan dimana
penyelenggaraan pendidikan harus mengacu kepada 8 Standar Nasional Pendidikan
Siklus sistem penjaminan mutu internal terdiri (Kemendikbud, 2016):
1. Penetapan standar sebagai landasan dimana Standar Nasional Pendidikan
merupakan kriteria minimal yang harus dipenuhi.
2. Pemetaan mutu pendidikan yang dilaksanakan oleh satuan pendidikan
berdasarkan standar mutu yang telah ditetapkan.
3. Pembuatan rencana peningkatan mutu yang dituangkan dalam rencana kerja sekolah
4. Pelaksanaan pemenuhan mutu baik dalam program kerja maupun proses
pembelajaran
5. Evaluasi/audit terhadap proses pelaksanaan pemenuhan mutu yang telah dilakukan.
2.2 Pendekatan Saintifik

Sejalan dengan diterapkannya Kurikulum 2013, istilah pendekatan ilmiah atau


pendekatan saintifik (scientific approach) menjadi bahan pembahasan yang menarik
perhatian pendidik. Penerapan pendekatan ini menjadi tantangan guru melalui
pengembangan aktivitas siswa yaitu mengamati, menanya, mencoba, mengolah,
menyaji, menalar dan mencipta. Tujuh aktivitas tersebut merupakan aktivitas dalam
mengembangkan keterampilan berpikir untuk mengembangkan ingin tahu siswa .
Dengan itu diharapkan siswa termotivasi untuk mengamati fenomena yang terdapat di
sekitarnya. Mencatat atau mengidentifikasi fakta, lalu merumuskan masalah yang

4
ingin diketahuinya dalam pernyataan menanya. Dari langkah ini diharapkan siswa
mampu merumuskan hal yang ingin diektahuinya (Dirjendikdasmen, 2016)
Berdasarkan indikator mutu proses (Kemendikbud, 2017), pendekatan
saintifik dapat dijabarkan dengan beberapa sub indikator yaitu : pendidik mendorong
siswa untuk melakukan pengamatan dengan pendekatan ilmiah, mendorong siswa
mengumpulkan informasi untuk menjawab pertanyaan yang dikemukakan, membantu
siswa menggunakan alat dan perlengkapan yang sesuai untuk mengolah dan
menganalisa data dan informasi yang telah dikumpulkan, mendorong siswa untuk
menarik kesimpulan dan memikirkan dengan kritis dan masuk akal untuk membuat
penjelasan bedasarkan bukti yang ditemukan serta mendorong siswa untuk
menyampaikan dan mempertahankan hasil mereka kepada sesama siswa

Dibandingkan dengan siswa dari berbagai negara, peringkat


kompetensi siswa di Indonesia, khususnya di bidang matematika, membaca,
sains dan pemecahan masalah, masuk dalam kelompok terendah.
Peringkat ini dihasilkan oleh tes yang dilakukan oleh Programme for
International Student Assessment (PISA) yang diselenggarakan oleh OECD
(Organisation for Economic Co-operation and Development) atau
perkumpulan negara- negara maju dan negara ekonomi berkembang
(Dirjendikdasmen, 2016).
2.3 Kompetensi Guru
Menurut Riswanto (2017), Faktor teknis yang diperlukan seorang guru untuk
memiliki kemampuan menciptakan pembelajaran diantaranya adalah kemampuan
teknis yang terdiri dari :
1. Menguasai bidang studi
Seorang guru dituntut menguasai bidang studi yang diajarkannya. Ini merupakan
kemampuan yang mesti dimiliki saat guru mengajar.
2. Mengelola kelas , bagaimana memanjemen kelasnya sehingga pembelajaran
efektif.
3. Kemampuan tertib administrasi, yaitu kemampuan seorang guru untuk menertibkan
semua perangkat pembelajaran seperti silabus, RPP, dan lain-lain.

5
4. Kemampuan menguasai teknologi. Saat ini guru dituntut melek teknologi seperti
kemampuan IT (informasi Teknologi) dalam penggunaan Android, LCD, Scanner,
email dan lain-lain.
2.4 Indikator Mutu Proses Pembelajaran
Mutu pendidikan dasar dan menengah adalah tingkat kesesuaian antara
penyelenggaraan pendidikan dasar dan menengah dengan Standar Nasional Pendidikan
(SNP) di sekolah. Mutu pendidikan disekolah cenderung tidak ada peningkatan tanpa
diiringi dengan penjaminan mutu pendidikan oleh sekolah. Penjaminan mutu
pendidikan dasar dan menengah sendiri merupakan mekanisme yang sistematis,
terintegrasi, dan berkelanjutan untuk memastikan bahwa seluruh proses
penyelenggaraan pendidikan telah sesuai dengan standar mutu dan aturan yang
ditetapkan.
Standar Nasional Pendidikan terdiri atas:
1. Standar Kompetensi Lulusan
2. Standar Isi
3. Standar Proses
4. Standar Penilaian
5. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan
6. Standar Pengelolaan
7. Standar Sarana dan Prasarana
8. Standar Pembiayaan
Kedelapan standar nasional tersebut membentuk rangkaian input, proses, dan
output. Standar KompetensilLulusan merupakan output dalam rangkaian tersebut dan
akan terpenuhi apabila input terpenuhi sepenuhnya dan proses berjalan dengan baik.
Standar yang menjadi input dan proses dijabarkan dalam bentuk indikator mutu untuk
mempermudah kegiatan pemetaan mutu dalam penjaminan mutu pendidikan.
Berdasarkan raport mutu standar proses, indikator pembelajaran menuju
penguatan penggunaan pendekatan ilmiah dideskripsikan dengan (sub indikator) :
a. Pendidik mendorong siswa untuk melakukan pengamatan.
b. Pendidik mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan yang dapat dijawab
dengan pendekatan ilmiah.
c. Pendidik mendorong siswa mengumpulkan informasi untuk menjawab pertanyaan
yang dikemukakan.

6
d. Pendidik membantu siswa menggunakan alat dan perlengkapan yang sesuai untuk
mengolah dan menganalisa data dan informasi yang telah dikumpulkan.
e. Pendidik mendorong siswa untuk menarik kesimpulan dan memikirkan dengan
kritis dan masuk akal untuk membuat penjelasan bedasarkan bukti yang
ditemukan.
f. Pendidik mendorong siswa untuk menyampaikan dan mempertahankan hasil
mereka kepada sesama siswa.
Adapun Sub-Indikator 13 yaitu memanfaatkan media pembelajaran dalam
meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran didesripsikan dengan :
a. Kegiatan inti dilaksanakan guru dengan menggunakan media pembelajaran
yang disesuaikan dengan karakteristik siswa dan KD setiap mata pelajaran.
b. Media pembelajaran, berupa alat bantu proses pembelajaran bisa berupa hasil
karya inovasi guru maupun yang sudah tersedia.
Sub-Indikator 14, Pembelajaran berbasis Aneka Sumber Belajar dideskripsikan
dengan :
a. Kegiatan inti dilaksanakan guru dengan menggunakan sumber
belajar yang disesuaikan dengan karakteristik siswa dan KD setiap
mata pelajaran.
b. Sumber belajar dapat berupa buku,, media cetak dan elektronik, alam
sekitar, atau sumber belajar lain yang relevan.

7
BAB. III
PEMBAHASAN MASALAH

3.1 Kondisi Berdasarkan Raport Mutu


Berdasarkan raport mutu 2017, dan setelah dilakukan pemetaan oleh tim
PMPS SMAN 4 banjarbaru pada tahun 2018 ini pada standar proses ditemukan
analisis lingkungan bahwa sebagian besar guru sudah mampu mengembangkan
silabus sesuai ketentuandan dan sebagian besar guru sudah mendapatkan pelatihan
penyusunan dokumen pembelajaran K13 (sesuai dengan ketentuan). Berdasarkan
akar masalah yaitu metode pembelajaran yang diterapkan belum mengarah pada
bakat,minat dan kemampuan belajar siswa (lampiran LK 1b) maka pada LK
perencanaan pemenuhan mutu (lampiran LK.3) direkomendasikan berupa
perbaikan dengan meningkatkan kemampuan guru dalam hal pengelolaan
pembelajaran yang mengarah pada bakat minat dan kemampuan belajar siswa dan
meningkatkan kompetensi guru dalam pembuatan dan penggunaan media
pembelajaran yang interakti dan variatif.
Evaluasi indikator pemenuhan mutu (lampiran LK4) memperlihatkan
output yang diharapkan adalah, meningkatnya kemampuan guru dalam
penggunaan media pembelajaran yang interaktif dan variatif ,serta outcomenya
proses pembelajaran lebih interaktif dan variatif.

Akar Masalah yang menjadi kendala diantaranya adalah :


a. Kurangnya kompetensi guru dalam penggunaan TIK
b. Maindset guru bahwa intake siswa yang rendah merupakan faktor utama
penghambat dalam pencapaian mutu proses. Bagaimanapun bagusnya suatu
proses pembelajaran, tetap saja hasilnya akan rendah jika kemampuan siswa
rendah. Dengan cara pandang ini mempengaruhi motivasi sebagian besar guru
untuk meingkatkan kompetensi dalam menciptakan pembelajaran yang
dituntut oleh kurikulum 2013 dan standar nasional pendidikan
c. Implementasi hasil workshop/diklat yang diikuti guru kurang dalam
pelaksanaan dilapangan .

8
d. Intake dan input siswa di SMAN 4 Banjarbaru sebagian besar dibawah, selain
sekolah ini juga menerima anak berkebutuhan khusus (ABK) karena
merupakan sekolah inklusi.
3.2 Pemecahan Masalah
Berdasarkan analisis tim SPMI sekolah terhadap raport mutu 2017, dari
Lembar kerja (LK) analisis data mutu (Lampiran 1) dan audit mutu internal SPMI
(Lampiran 5), pada tahun 2018 ini permasalahan yang masih dirasakan oleh guru-
guru adalah pada standar proses dan pada kompetensi lulusan. Pada poses
pembelajaran permasalahannya yakni kemampuan guru dalam menciptakan
pembelajaran yang menuju penguatan penggunaan pendekatan ilmiah (sub
Indikator 4 pada indiKator Mutu SPMI) dan bagaimana memanfaatkan media
pembelajaran dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran (sub
Indikator 13 SPMI ). Penyebab akar masalah (LK 2) adalah sebagian besar guru
belum memiliki kompetensi TIK dan belum maksimal memanfaatkan media
pembelajaran dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran, serta
belum memiliki kemampuan optimal dalam menggunakan media pembelajaran
yang interaktif dan variatif.
Langkah-langkah pemecahan masalah tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Peningkatan Kompetensi guru dalam penggunaan TIK
Pembelajaran berbasis TIK memiliki kelebihan yaitu :
a. Media pembelajaran lebih mudah digunakan dalam proses pembelajaran,
selain memperbaiki daya ingat
b. Guru mudah menjelaskan instruksi- instruksi yang rumit, konsep-konsep
yang abstrak menjadi lebih mudah dipahami
c. Guru dapat membuat kelas interaktif dan proses pembelajaran lebih
menyenangkan.
Peningkatan kompetensi guru dalam menerapkan pembelajaran berbasis
TIK yang mudah dilakukan adalah mengikuti diklat daring(online). Diklat daring
tidak mengakibatkan guru meninggalkan kegiatan tatap muka atau KBM dkelas,
karena diklat daring dapat dilakukan dirumah atau pada waktu luang guru tidak
mengajar. Diklat daring yang pernah saya ikuti adalah DOGMIT (Diklat Guru
Melek IT) tentang pembuatan bahan ajar berbasis TIK, koreksi cepat Zipgrade
dan pembuatan tes pada android menggunakan applikasi Plickers. Diklat ini
9
dbimbing secara online oleh tutor nasional dengan penerapan langsung dalam
tugas-tugas pembuatan produk dan dilaporkan. Hasil diklat ini sangat bermanfaat
dalam mengelola kelas yang interaktif, motivasi belajar siswa lebih meningkat dan
proses belajar menyenangkan.
Penulis juga mengikuti peningkatan kompetensi TIK guru untuk
pembelajaran yang diselenggarakan oleh PUSTEKKOM Kemendikbud, dari level
literasi (pada bulanMaret- April 2018), level implementasi (Mei 2018) sampai
level kreasi TIK sekaligus seleksi Calon Duta Rumah Belajar (Agustus 2018),
ketiga level tersebut diikuti melalui seleksi yang ketat.
Peningkatan kompetensi TIK guru ini mengenalkan pemanfaatan TIK dan
portal Rumah Belajar Kemendikbud dalam pembelajaran. Rumah Belajar
merupakan layanan pembelajaran yang dikembangkan kan oleh Kemendikbud
Rumah Belajar merupakan suatu portal yang berisi fitur Sumber Belajar, Kelas
Maya, Laboratorium Maya, Buku Sekolah Elektronik, Bank soal, Wahana Jelajah
Angkasa dan Peta Budaya. Rumah Belajar menyediakan aneka sumber belajar
bagi siswa dan guru untuk semua mata pelajaran sesuai komptensi dasar,
menyediakan e-learning informasi, komunikasi, kolaborasi dan pengembangan
keprofesian berkelanjutan.
Rumah Belajar kemendikbud menyediakan bagi guru dan siswa akses
untuk membuat dan memiliki akun masing-masing yang terkoneksi dengan akun
sekolah dan dikelola oleh admin sekolah. Guru dapat membuat dan menyediakan
bahan ajar, soal maupun memberikan tugas-tugas pada sisswanya pada fitur kelas
maya. Guru dan siswa dapat saling berkomunikasi pada fitur ini. Siswa dapat
mencari dan memanfaatkan berbagai materi pada fitur sumber belajar dan buku
sekolah elektronik. Pada fitur laboratorum maya siswa juga dapat bereksplorasi
menerapkan metode ilmiah yakni eksperimen atau percobaan seperti
dilaboratorium nyata. Siswa juga dapat mengakses berbagai soal latihan pada fitur
bank soal.
Pemanfaatan Portal Rumah Belajar ini dapat memenuhi indikator mutu
standar proses sub indikator 13 yaitu pembelajaran berbasis aneka sumber belajar
dengan menggunakan sumber belajar yang disesuaikan dengan karakteristik siswa
dan KD setiap mata pelajaran yakni buku cetak dan buku elektronik, alam sekitar,

10
atau sumber belajar lain yang relevan. Guru-guru SMAN 4 Banjarbaru sudah
mengenal rumah belajar dan ada beberapa guru yang sudah memiliki akun di kelas
maya beserta siswa kelas yang diampunya. Setelah menerapkan pemanfaatn
rumah belajar ini pada siswa, pembelajaran jadi menyenangkan, siswa terarahkan
menggunakan handphone/android dalam pembelajaran sehingga meningkatkan
juga kemampuan TIK, pembelajaran menyenangkan, kelas terkelola dengan
efektif dan interaktif. Pengelolaan pembelajaran mengarah pada bakat minat dan
kemampuan belajar siswa dan meningkatkan kompetensi guru dalam pembuatan
dan penggunaan media pembelajaran yang interaktif dan variatif.
2. Pendekatan saintifik pada pembelajaran
Penerapan saintifik dalam pembelajaran dapat menggunakan berbagai
model pembelajaran seperti Discovery learning, Inquiry, project based learning
maupun problem based learning Penerapan pendekatan ini diterapkan melalui
pengembangan aktivitas siswa yaitu mengamati, menanya, mencoba, mengolah,
menyaji, menalar dan mencipta. Penerapan dengan model project based learning
pada mata pelajaran Kimia pada kompetensi Dasar (KD) keterampilan, yakni
membuat model visual senyawa hidrokarbon dari bahan-bahan sekitar
menghasilkan karya/produk akhir berupa model visual dari bahan plastic, tanah
liat, kertas bekas yang dibuat oleh siswa secara berkelompok. Langkah-langkah
yang diterapkan :
1. Siswa meneliti konsep yang diangkat, merancang karya/produk dan membuat
perencanaan karya/produk
2. Siswa melaksanakan pengerjaan, menyelesaikan permasalahn yang muncul
dalam menyelesaikan karya/produk akhir.
3. Siswa menunjukkan karya mereka (pada presentasi) dan mengevaluasi
penggunaanya.
Proses ini membutuhkan pengetahuan dan keterampilan tertentu dan
memacu pembelajaran applikatif. Hasil akhirnya siswa dapat lebih memahami
konsep pengetahuan kimia, pembelajaran menjadi menyenangkan karena siswa
berkompetisi untuk menunjukkan hasil karya mereka didepan kelas. Collin Rose
dan Malcolm J. Nichol (2011) dalam bukunya “Accelerated learning”
menyatakan bahwa salah satu langkah menjadikan belajar menyenangkan dan

11
berhasil adalah dengan motivation your mind (memotivasi pikiran). Pembelajar
harus punya keinginan untuk memperoleh keterampilan atau penegtahuan baru dan
harus percaya diri bahwa informasi yang didapatkan akan mempunyai dampak
bermakna bagi kehidupan (Collin Rose dan Malcolm J. Nichol, 2011 hal. 94).
3. Pendekatan saintifik pada pengembangan diri ekstra kurikuler KIR
Pengembangan diri siswa melalui esktrakurikuler KIR di SMAN4
Banjarbaru yang dibina oleh penulis sejak tahun 2017 dilaksanakan dengan
membangun budaya literasi baca tulis, baik literasi buku , literasi digital dan
litearsi sains. Karakater yang ditumbuhkan dan dibudayakan adalah rasa ingin
tahu, jiwa meneliti, peduli lingkungan, dan, gotong royong dan kemandirian.
Motto yang diterapkan “satu siswa satu penelitian” dan juga mengadopsi motto
dari Lembaga Penelitian Indonsesia (LIPI) yang menjadi semangat bagi siswa-
siswa anggota ekstra kurikuler ini yaitu “ meneliti itu seru “ berhasil
mengembangkan ekskul ini hingga berprestasi.
Siswa-siswa SMAN 4 Banjarbaru yang mengikuti ekstrakurikuler Karya
Ilmiah Remaja (KIR) ini pada awal penulis membina (2016) jumlahnya sedikit dan
kurang berkembang, setelah melihat bagaimana hasil yang dicapai oleh teman-
temannya, pada tahun 2017 dan 2018 jumlah peserta meningkat hingga mencapai
40 orang. Pada kegiatan mingguan atau menjelang mengikuti komppetisi LKTI
(lomba karya tulis ilmiah) siswa dibimbing mulai dari menemukan ide/tema yang
akan ditulis/diteliti, menulis proposal, melakukan pengujian dilboratorium dengan
eksperimen untuk anak IPA atau observasi dilapangan untuk IPS, pengambilan
data dan teknik analisis, penyusunan laporan sampai presentasi. Siswa juga
dibimbing menggunakan IT seperti tata cara mengirim email, menggunakan
scanner, membuat slide presentasi (PPT) sampai desain grafis untuk Banner
pameran produk.
Hasil yang dicapai dari aspek output adalah terbentuk kader-kader peneliti
muda dan penulis yang peduli masalah masyarakat/lingkungan, menjadi problem
solver bagi lingkungannya baik sekolah, tempat tinggal maupun masayarkat
umum. Hasil outcomenya berupa karya ilmiah siswa yang menjadi koleksi dan
beberapa diantaranya meraih prestasi di tingkat kota, profinsi, regional sampai
nasional., diantaranya :

12
1. Juara 2 Sains projek di FMIPA Kimia ULM sekalimantan Selatan dengan judul
“ Pemanfaatan kulit pisang kapok sebagai bahan pembuatan kertas “
2. Juara 3 Lomba Paper Completion (MYPACE) Nasional di Universitas
Muhammdyah Yogyakarta
3. Finalis LKIR (Lomba Karya Ilmiah remaja) yang diselenggrakan LIPI
tahun 2017 dengan judul “ Penanganan Anak Punk di Kota Banjarbaru”.
4. Finalis lomba sains proyek SCUBA di SMA Bina Banua seKalimantan
Selatan tahun 2017 dengan judul “Pemanfaatan tanaman Bawang Dayak
sebagai teh Herbal obat Kencing Manis”
5. Masuk 10 Besar pada LKTI Pharmacotherapy Fak Farmasi 2018 dengan judul
:” Dekai (Dendeng kelakai) sebagai sumber pangan alternative dalam
mendukung Disversifikasi Pangan Berbasis Sumber Daya alam “
6. Yang terbaru adalah Juara 1 Lomba karya Tulis Ilmiah (LKTI)Farmasi se
kalimantan yang diselengarakan FMIPA ULM tahun 2018 dengan judul “
Potensi daun salam (Syzigium Plyanthum) dan ampas kopi sebagai insektisida
Elektrik dalam membasmi Nyamuk”pada tanggal 17 Nopember 2018 lalu.

Demikianlah upaya dan capaian peningkatan budaya mutu dalam menuju


standar nasional pendidikan dan memenuhi indikator mutu pendidikan melalui
implemnetasi SPMI denngan pendekatan saintifik dan pengembangan diri siswa
di SMAN 4 Banjarbaru.

13
BAB. IV
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
4.1 Kesimpulan
1. Mencapai Indikator mutu SPMI standar proses pada pembelajaran yang menuju
penguatan penggunaan pendekatan ilmiah adalah mengintegrasikan pendekatan
saintifik pada setiap mata pelajaran dengan menggunakan berbagai model
pembelajaran sesuai kurikulum 2013 dan meningkatkan kompetensi guru dalam
menintegrasikan 4 C dan HOTS pada pembelajaran.
2. Mencapai indikator mutu SPMI yaitu memanfaatkan media pembelajaran dalam
meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran dan kemampuan berpikir kritis
siswa di SMAN 4 Banjarbaru adalah dengan meningkatkan kemampuan guru dalam
menggunakan TIK dengan mengikuti diklat atau workshop, baik yang diadakan
instansi, maupun otodidak melalui diklat daring (dalam jejaring). Meningkatkan
efisiensi dan dan efektifitas pembelajaran dengan memanfaatkan portal rumah Belajar
Kemendikbud yang tersedia untuk guru, siswa dan sekolah.
3. Mengimplementasikan pendekatan saintifik dalam pengembangan diri siswa di
SMAN4 Banjarbaru yaitu pada e kstrakurikuler Karya Ilmiah Remaja (KIR) yang
diintegrasikan secara efektif berhasil menumbuhkan budaya mutu hasil penelitian
siswa dan prestasi pada berbagai kompetisi karya tulis ilmiah tingkat daerah maupun
Nasional.
4.2 Rekomendasi

14
1. Kepada sekolah-sekolah lain yang sedang menerapkan implementasi SPMI, dan
mempunyai permasalahan yang sama dapat mengambil solusi dari yang sudah
diterapkan di SMAN 4 Banjarbaru dan mengatasi permasalahannya di sekolah dengan
mengupayakan pencapaian mutu sesuai standar nasional dan sesuai perkembangan
sekolah.
2. Kepada guru-guru yang ingin mengembangkan kompetensi TIK, penulis dapat berbagi
pengetahuan tentang DOGMIT (Diklat Guru Melek IT) dan pemanfaatan rumah belajar
Kemendikbud, juga pembinaan dalam ekstrakurikuler Karya Ilmiah Remaja.

DAFTAR PUSTAKA

Collin Rose dan Malcolm J. Nichol .2011. “Accelerated learning for the 21ST Century,
Cara Belajar Cepat Abad XXI “. Penerbit Nuansa dan Pusat perbukuan Departemen
Pendidikan Nasional. Jakarta.
Kementrian Pendidikan dan kebudayaan. 2017. Indikator Mutu dalam Penjaminan
Mutu Pendidikan Dasar dan Menengah. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah. Jakarta

Kementrian Pendidikan dan kebudayaan. 2017. Petunjuk Teknis Pengembangan


Sekolah Model dan Pola Pengimbasan. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah. Jakarta

Kementrian Pendidikan dan kebudayaan. 2017. Petunjuk Pelaksanaan Penjaminan


Mutu Pendidikan oleh Satuan Pendidikan. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah. Jakarta.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2016. Naskah Akademik Rancangan


Peraturan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan tentang Sistem Penjaminan Mutu
Pendidikan dasar dan Menengah. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.
Jakarta.

Riswanto. 2017. Unlimitted Inspiration For Teacher. LovRinz Publishing. Cirebon

15
16

Anda mungkin juga menyukai